Metode Mendapatkan Ruang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Metode untuk Mendapatkan Ruang pada Perawatan Ortodonsia Gigi berdesakan adalah salah satu masalah yang sering ditemukan pada pasien-pasien ortodonsia. Prevalensi terjadinya gigi berdesakan adalah pada region anterior. Salah satu penyebab terjadinya gigi berdesakan adalah karena kurangnya ruang untuk ditempati oleh gigi-gigi permanen, untuk itu dibutuhkan space gaining untuk mengoreksinya. Selain untuk gigi berdesakan, space gaining juga digunakan untuk mengoreksi proklinasi anterior, crossbite anterior dan posterior, kurva spee, gigi anterior yang rotasi dan penyempitan lengkung rahang. Terdapat beberapa metode untuk mendapatkan ruang yang bisa dilakukan pada perawatan ortodonsia, antara lain: 1. Enamel stripping/ proximal stripping/ reproximation/slenderization/ disking/ proximal slicing  Memotong bagian proksimal gigi dengan tujuan untuk mengurangi lebar mesio-distal gigi (Bhalajhi, 2004).  Biasanya prosedur ini banyak dilakukan pada gigi anterior rahang bawah. namun bisa juga dilakukan pada gigi anterior rahang atas dan segmen bukal gigi rahang atas dan bawah(Bhalajhi, 2004).  Banyaknya enamel yang dibuang tanpa membahayakan gigi tersebut adalah 0,25 mm di setiap sisi. Bila dilakukan pada semua insisif makan akan didapatkan ruang 2mm, sedangkan bila dilakukan pada seluruh rahang akan didapatkan ruang 5-6mm (Rahardjo, 2009). Fillion merekomendasikan untuk tidak mengurangi enamel pada gigi insisivus atas lebih dari 0,3mm, gigi posterior atas tidak lebih dari 0,6 mm, gigi insisivus bawah 0,2 mm, dan permukaan mesial gigi posterior bawah 0,6 mm (Lapenaite and Lopatiene, 2014).  Salah satu cara untuk mengetahui seberapa banyak enamel yang dapat dikurangi adalah dengan memproyeksikan garis dari cervical line secara vertical hingga ke bidang oklusal/insisal. Garis ini dianggap sebagai proyeksi dari dentin. Cara lain untuk mengukur ketebalan enamel adalah dengan menggunakan meteran khusus yang memiliki keakuratan hingga 0,1 mm.  Indikasi (Bhalajhi, 2004; Lapenaite and Lopatiene, 2014): - Gigi berdesakan dengan kekurangan tempat 4-8 mm. - Ruang yang dibutuhkan minimal (0-2,5mm). Enamel stripping dilakukan pada kasus-kasus yang memungkinkan untuk menghindari pencabutan gigi - Bila analisa Bolton menunjukkan adanya diskrepansi dan kelebihan gigi yang ringan pada kedua rahang - Perubahan bentuk dan estetik gigi pada bagian enamel - Gigi makrodonsia - Kemampuan untuk mendapatkan ruang yang cukup bagi pergerakan gigi tanpa disertai ekstraksi gigi - Dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan retensi dan stabilitas pasca perawatan ortodonsia - Normalisasi kontur gingival dan mengeliminasi adanya bentukan segitiga hitam pada gingival - Koreksi kurva spee - Pasien dengan resiko karies rendah dan OHIS yang baik  Kontraindikasi(Bhalajhi, 2004; Lapenaite and Lopatiene, 2014): - Kasus gigi berdesakan dengan kekurangan tempat lebih dari 8 mm pada masingmasing rahang - Enamel hipoplasia - Gigi hipersensitif



















2.



- Individu muda karena kamar pulpa yang besar - Gigi depan dengan bentuk rectangular. Pada gigi seperti ini sulit untuk menciptakan titik kontak yang baik - Pasien dengan penyakit periodontal aktif - Pasien yang memiliki resiko karies tinggi Prosedur untuk melakukan enamel stripping adalah sebagai berikut (Lapenaite and Lopatiene, 2014): 1. Semua gigi yang rotasi harus sudah dikembalikan pada lengkungnya. Dengan meratakan gigi dokter gigi dapat mengetahui apakah oklusi yang benar dapat dicapai. 2. Separator atau single-sided diamond coated disk digunakan untuk menciptakan ruang antar gigi sehingga didapatkan visibilitas dan aksesibilitas yang baik terhadap titik kontak 3. Saat melakukan pengurangan enamel harus disertai dengan air yang mengalir 4. Setelah dilakukan pengurangan enamel, enamel dipoles dengan menggunakan disk/strip finishing 5. Aplikasi fluoride untuk meningkatkan remineralisasi pada enamel yang baru tergerus Macam teknik enamel stripping (Lapenaite and Lopatiene, 2014): 1. Teknik stripping dengan menggunakan air-rotor dan bur tungsten-carbid halus atau bur diamond atau strip diamond-coated 2. Teknik stripping dengan menggunakan handpiece atau contra-angle dan disk diamond-coated 3. Strip metal abrasive manual ataupun motor-driven Keuntungan(Bhalajhi, 2004): - Menghindari dilakukannya ekstraksi pada kasus-kasus dengan kebutuhan ruang yang minimal - Relasi overbite dan overjet yang menguntungkan bisa didapatkan - Hasilnya lebih stabil Komplikasi dari dilakukannya prosedur enamel stripping yang berlebih, antara lain: - Hipersensitivitas gigi - Kerusakan pulpa gigi yang bersifat irreversible - Peningkatan pembentukan plak - Gigi karies - Resiko penyakit periodontal pada area enamel yang dikurangi



Ekspansi  Pelebaran lengkung gigi efektif dilakukan pada periode gigi campuran, waktu sutura palatine belum menutup dan pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain lengkung gigi, lengkung basal juga mengalami pelebaran (Sulandjari, 2008).  Ekspansi ke arah transversal dapat dilakukan di rahang atas terutama bila terdapat gigitan silang posterior. Ekspansi ke arah transversal di regio anterior dapat dilakukan untuk mendapatkan tempat bagi gigi-gigi yang sedikit berdesakan (Rahardjo, 2009).  Ekspansi ke sagital dapat memperpanjang lengkung geligi (Rahardjo, 2009).  Indikasi (Sulandjari, 2008): - Gigitan silang anterior - Gigitan silang posterior bilateral atau unilateral - Lengkung gigi atau lengkung basal yang sempit yang disebabkan pertumbuhan ke arah lateral kurang - Lengkung anterior rahang datar



- Adanya “space loss” - Relasi molar klas II divisi II  Kontraindikasi (Sulandjari, 2008): - Maloklusi tipe skeletal  Macam alat ekspansi: 1. Fixed/cekat, misalnya RME 2. Semi cekat, misalnya quad helix 3. Removable/lepasan, misalnya plat ekspansi 3.



Ekstraksi  Indikasi (Bhalajhi, 2004): - Diskrepansi antara lengkung gigi dan gigi (diskrepansi total >8mm) - Koreksi hubungan sagital antar rahang - Gigi dengan ukuran atau bentuk yang abnormal - Malrelasi rahang skeletal  Ekstraksi gigi tertentu pada maloklusi Angle klas II dan III dapat memperbaiki relasi sagital bukan hanya karena pergerakan gigi tetapi juga karena adanya perbaikan pertumbuhan ke depan. 1. Maloklusi Angle klas I: pasien memiliki karakteristik relasi sagital yang normal. Sehingga tidak disarankan untuk menghambat perkembangan salah satu lengkung rahang. Oleh sebab itu pada kasus ini disarankan untuk melakukan ekstraksi di kedua rahang 2. Maloklusi Angle klas II: pada kebanyakan kasus, lengkung rahang atas lebih terletak ke depan atau lengkung rahang bawah terletak lebih ke belakang. Jadi, hanya dengan melakukan ekstraksi di rahang atas dapat mengurangi proklinasi gigi rahang atas dan juga menghambat pertumbuhan ke depan rahang atas. Pada kasus klas II dimana terdapat berdesakan rahang bawah dan gigi molar tidak benar-benar berada di posisi klas II mungkin dibutuhkan pencabutan di kedua rahang untuk mendapatkan relasi antar rahang yang lebih menguntungkan dan memperbaiki gigi berdesakan 3. Maloklusi Angle klas III: pada kasus klas III lebih menguntungkna untuk tidak melakukan ekstraksi di rahang atas karena dapat mempengaruhi pertumbuhan ke depan maksila. Biasanya penanganan kasus ini adalah dengan ekstraksi gigi di rahang bawah atau pada kedua rahang  Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mencabut gigi permanen (Rahardjo, 2009): - Prognosis gigi - Letak gigi yang terlalu menyimpang - Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan dimana letak kekurangan tempat - Relasi insisivi - Kebutuhan penjangkaran - Profil pasien, apakah pencabutan dapat merubah profil pasien - Tujuan perawatan  Menurut Profitt, 2007, jika dari hasil perhitungan kebutuhan ruang didapatkan : - Kekurangan tempat : s.d. 4 mm → tidak diperlukan pencabutan gigi permanen - Kekurangan tempat : 5 - 9 mm → kadang masih tanpa pencabutan gigi permanen, tetapi seringkali dengan pencabutan gigi permanen - Kekurangan tempat : > 10 mm → selalu dengan pencabutan gigi permanen



4.



Distalisasi molar  Adalah prosedur menggerakkan molar ke arah distal sehingga didapatkan ruang tanpa dilakukan pencabutan(Bhalajhi, 2004).  Hasilnya signifikan pada kasus relasi molar klas II ringan hingga sedang dengan mandibula yang normal(Bhalajhi, 2004).  Waktu yang ideal untuk dilakukan distalisasi adalah fase gigi geligi campuran awal hingga erupsi M2 permanen(Bhalajhi, 2004).  Indikasi (Pambudi, 2011; Singhal A., 2013): - Kasus yang bila dilakukan pencabutan akan kelebihan tempat atau sesudah dilakukan pencabutan gigi permanen masih kekurangan tempat - Kasus dimana M1 bergeser ke mesial karena kehilangan premature m2 sulung - Protrusi dentoalveolar atau skeletal maksila moderate - Relasi molar klas II atau edge to edge - Gigi berdesakan ringan hingga moderate - Kekurangan lengkung rahang moderate - Diskrepansi garis median  Kontraindikasi (Singhal, A., 2013): - Profil protrusive dengan proklinasi insisivus yang parah - Sudut mandibula besar dan terdapat open bite anterior - Tulang labial tipis - Tinggi gingiva berkurang - Crowding signifikan (lebih dari 6 mm) - Kaninus ektopik  Distalisasi dapat dilakukan dengan 2 cara(Bhalajhi, 2004): - Metode ekstraoral dengan menggunakan head gear yang dijangkarkan ke region servikal atau cranial - Metode intraoral  Peranti sagital yang terdiri dari plat akrilik, jack screw dan adam clasp  Magnet intraoral  Open coil spring  Peranti pendulum



5.



Penegakan molar  Kehilangan premature m2 sulung atau ekstraksi P2 dapat menyebabkan gigi M1 permanen miring ke mesial sehingga menempati ruang yang lebih banyak. Dengan menegakkan M1 yang miring sejumlah ruang bisa didapatkan (Bhalajhi, 2004).  Peranti yang dapat digunakan untuk menegakkan molar yang miring adalah pegas molar uprighting atau bentuk2 space regainer (Bhalajhi, 2004).  Indikasi (Bhalajhi, 2004).: - Gigi M1 yang miring ke mesial akibat kehilangan premature m2 sulung atau ekstraksi P2



6.



Derotasi gigi posterior  Dilakukan dengan peranti cekat yang dikombinasikan dengan pegas atau elastic (Bhalajhi, 2004).  Indikasi: - Gigi posterior yang rotasi sehingga menempati ruang yang lebih banyak



7.



Proklinasi gigi anterior  Diindikasikan pada kasus-kasus dengan gigi anterior yang retroklinasi atau pada kasus dimana memproklinasikan gigi anterior tidak akan mempengaruhi profil jaringan lunak pasien (Bhalajhi, 2004).  Indikasi (Bhalajhi, 2004).: - Berdesakan anterior dengan gigi anterior retroklinasi



SUMBER: Bhalajhi, S.I. 2004. Orthodontics The Art and Science. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing House Lapenaite, E. and Kristina L. 2014. Interproximal Enamel Reduction as a Part of Orthodontic Treatment. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 16; page 19-24 Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair Singhal, A and Ridhi Garg. 2013. Moral Distalization by Intraoral Appliance: A Review. Heal Talk Dr. Ambedkar Dental College India. 6(1):34-37 Sulandjari, Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I. Yogyakarta: FKG UGM