Metode PCR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI SEMESTER VII FKM UNDIP TAHUN 2016



METODE PCR



Oleh : Dian Sutrisni



25010113130398



PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK/SEMESTER VII/TAHUN 2016 Praktikum dilakukan untuk memenuhi salah satu Tugas MK Laboratorium Epidemiologi Semester VII 3 sks PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEPTEMBER TAHUN 2016



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode untuk amplifikasi (perbanyakan) primer oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan DNA spesifik dengan cara in vitro. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105106-kali lipat dari jumlah nanogram DNA template dalam latar belakang besar pada sequence yang tidak relevan (misalnya dari total DNA genomik). PCR ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mullis. Amplifikas DNA pada PCR dapat dicapai bila menggunakan primer oligonukleotida yang disebut amplimers. Primer DNA suatu sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA. PCR memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu fragmen DNA. Umumnya primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30 nukleotida. DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan dan berasal dari patogen yang terdapat dalam spesimen klinik. Enzim DNA polimerase merupakan enzim termostabil Taq dari bakteri termofilik Thermusaquaticus. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) menempel pada ujung 3’ primer ketika proses pemanjangan dan ion magnesium menstimulasi aktivasi polimerase. Kegunaan Polymerase Chain Reaction (PCR) antara lain untuk amplifikasi urutan nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi, bidang kedokteran forensic, melacak asal-usul sesorang dengan membandingkan “finger print”. Teknik PCR dapat digunakan secara luas untuk keperluan identifikasi DNA. Oleh sebab itu, teknik PCR ini penting untuk dipelajari. Dalam makalah ini akan dibahas metode PCR secara lengkap untuk bahan pembelajaran.



2



3



B. Tujuan Tujuan Umum Mengetahui metode dan cara kerja Polymerase Chain Reaction (PCR) Tujuan Khusus a. Dapat mengetahui langkah-langkah metode Polymerase Chain Reaction (PCR) b. Dapat mengetahui jenis-jenis metode Polymerase Chain Reaction (PCR) c. Dapat membaca hasil dari metode Polymerase Chain Reaction (PCR) C. Manfaat 1. Bagi Instansi Untuk menambah referensi tentang Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) 2. Bagi Peneliti Untuk menambah kemampuan tentang metode Polymerase Chain Reaction (PCR)



3



4



BAB II ISI A. Bahan dan Metode Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama adalah : a. DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. DNA cetakan yang digunakan sebaiknya berkisar antara 105 – 106 molekul. Dua hal penting tentang cetakan adalah kemurnian dan kuantitas. b. Oligonukleotida primer Oligonukleotida primer yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (18 – 28 basa nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai kandungan G + C sebesar 50 – 60%. c. Deoksiribonukelotida trifosfat (dNTP), Terdiri dari dATP, dCTP, dGTP, dTTP. dNTP mengikat ion Mg2+ sehingga dapat mengubah konsentrasi efektif ion. Ini yang diperlukan untuk reaksi polimerasi. d. Enzim DNA Polimerase Enzim DNA Polimerase yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA. Enzim ini diperoleh dari Eubacterium yang disebut Thermus aquaticus, spesies ini diisolasi dari taman Yellowstone pada tahun 1969. Enzim polimerase taq tahan terhadap pemanasan berulang-ulang yang akan membantu melepaskan ikatan primer yang tidak tepat dan meluruskan wilayah yang mempunyai struktur sekunder. e. Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Larutan buffer PCR umumnya mengandung 10 – 50mM Tris-HCl pH 8,3-8,8 (suhu 20o C); 50 mM KCl; 0,1% gelatin atau BSA (Bovine Serum Albumin); Tween 20 sebanyak 0,01% atau dapat diganti dengan Triton X-100 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu ditambahkan 1,5 mM MgCl2. Pada proses PCR menggunakan menggunakan alat termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap tahapan reaksi. B. Reagen Khusus



4



5



1. Pasangan primer oligonukleotida sintetik mengapit urutan yang akan diamplifikasi 2. Buffer PCR 5X (250 mM KCl, 50 mM Tris-HCl pH 8,3, 7,5 mM MgCl2) 3. Campuran dari empat dNTP (dGTP, dATP, dTTP, dCTP) masing-masing sebesar 2,5 mM (ultra murni DNTP set, Pharmacia # 27-2035-01). DNTP campuran dibuat dengan volume 10 mM larutan dari masing-masing empat dNTP terpisah yang digabung. 4. Taq DNA Polymerase (AmpliTaqTM, Perkin-Elmer/Cetus) 5. Minyak mineral ringan 6. Akrilamida (grade elektroforesis) 7. N, N’-Methylenebisacrylamide (grade elektroforesis, Ultra-Pure/BRL, # 5516UB) 8. Amonium persulfat (Ultra-Pure/BRL, # 5523UA) 9. TEMED (N, N, N’N ‘Tetramethylethylenediamine, Ultra-Murni / BRL, # 5524UB) C. Peralatan Khusus 1. Mighty-small II SE-250 vertical gel electrophoresis unit (Hoefer) 2. Perkin-Elmer/Cetus Thermal Cycler 3. Sterile Thin-wall 0.5 ml Thermocycler microfuge tubes: (TC-5, Midwest Scientific) D. Cara Kerja Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30- 40 siklus dan berlangsung dengan cepat : 1. Denaturasi. Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq polimerase ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA merupakan proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA



5



6



terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi yang tidak lengkap mengakibatkan DNA mengalami renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terlalu lama dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase. Aktifitas enzim tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit masing-masing pada suhu 92,5; 95 dan 97,5oC. 2. Annealing (penempelan primer). Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer sebaiknya berukuran 18 – 25 basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya tidak saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur sekunder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR. Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik. Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi temperaturnya. Kisaran temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai dengan 72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60oC. 3. Pemanjangan Primer (Extention). Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkirakan 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda.



6



7



Gambar 2.1 Siklus PCR (1) Denaturasi pada suhu 90o – 95oC; (2) Annealing pada suhu 37o – 65oC; (3) Elongasi pada suhu 72oC ; (4) Siklus pertama selesai Reaksi-reaksi tersebut di atas diulangi lagi dari 25 – 30 kali (siklus) sehingga pada akhir siklus akan diperoleh molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru yang merupakan hasil polimerasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan yang digunakan. Banyaknya siklus amplifikasi tergantung pada konsentrasi DNA target dalam campuran reaksi. E. Baca Hasil di Elektoforesis Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas menginjeksi DNA ke dalam gel agarosa dan menyatukan gel tersebut dengan listrik. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat dan untai yang besar diantara gel menunjukkan hasil positif.



7



8



Gambar 2.2 Metode Elektroforesis Pada saat melakukan elektroforesis tahap pertama yang dilakukan adalah mengisi masingmasing sumur, dimana setiap agar-agar harus diisi dengan marker, negatif dan sampel. Untuk sampel digunakan pewarna sebanyak 2µL dan sampel (DNA) sebanyak 8µL, pewarna dan DNA dijadikan satu di atas parafilm kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing sumur. Setelah marker, negatif dan sampel DNA diisi pada setiap sumur, arus dijalankan pada elektroforesis. Adanya arus dapat diketahui dari gelembung gas yang keluar dan arus berlangsung dari negatif ke positif.



8



9



Gambar 2.3 Hasil Elektroforesis Pada gambar tersebut ada no. 1 sampai 4 yang terletak pada sumur (well) gel agarose. Nomer 1 (line 1) bukanlah hasil PCR, namun sebuah penanda (marker). Marker DNA tersebut memiliki ukuran yang telah diketahui yang kisarannya antara 100 bp sampai 21 kilo bp. Pada gambar tersebut tampak ukurannya yaitu 100, 200, sampai 500 bp. Line 2 adalah kontrol negatif, yaitu hanya menggunakanloading buffer, sedangkan line 3 dan 4 adalah produk PCR. Dari gambar tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa produk PCR tersebut berukuran 450 bp. F. Waktu yang Dibutuhkan 1. 1-2 hari 2. PCR: 3-6 jam atau semalam 3. Polyacrylamide gel electrophoresis using “Mighty-small II” gel apparatus: 2.5 hours poliakrilamid gel elektroforesis menggunakan “Mighty-small II” bahan gel: 2,5 jam 4. Etidium bromide staining dan fotografi: 45 menit



9



10



G. Jenis PCR Teknik PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya: 1) Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP); metode ini digunakan untuk membedakan organisme berdasarkan analisis model derifat dari perbedaan DNA. 2) Inverse-PCR, metode ini digunakan ketika hanya satu sekuen internal yang diketahui. Template didigesti dengan enzim restriksi yang memotong bagian luar daerah yang akan diamplifikasi, fragmen restriksi yang dihasilkan ditempelkan dengan ligasi dan diamplifikasi dengan menggunakan sekuen primer yang memiliki titik ujung yang memiliki jarak yang jauh satu sama lain dengan segmen eksternal yang telah tergabung. Metode ini khusus digunakan untuk mengidentifikasi ”sekuen antara” dari beragam gen. 3) Nested-PCR, proses ini memungkinkan untuk mengurangi kontaminasi pada produk selama amplifikasi dari penyatuan primer yang tidak diperlukan. Dua set primer digunakan untuk mendukung metode ini, set kedua mengamplifikasi target kedua selama proses pertama berlangsung. Sekuens DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner disimpan di antara sekuens target set kedua dari primer yang disebut sebagai outer primer. Pada prakteknya, reaksi pertama dari PCR menggunakan outer primer, lalu reaksi PCR kedua dilakukan dengan inner primer atau nested primer menggunakan hasil dari produk reaksi yang pertama sebagai target amplifikasi. Nested primer akan menyatu dengan produk PCR yang pertama dan menghasilkan produk yang lebih pendek daripada produk yang pertama. 4) Quantitative-PCR; digunakan untuk pengukuran berulang dari hasil produk PCR. Metode ini secara tidak langsung digunakan untuk mengukur kuantitas, dimulai dari jumlah DNA, cDNA, atau RNA. Hasil dari metode ini juga menampilkan copy dari sampel 5) Reverse Transcriptase (RT-PCR); metode ini digunakan untuk amplifikasi, isolasi atau identifikasi sekuen dari sel atau jaringan RNA. Metode ini dibantu oleh reverse transcriptase (mengubah RNA menjadi cDNA), mencakup pemetaan, menggambarkan kapan dan dimana gen diekspresikan.



10



11



6) Random Amplified Polymorphic DNA ( RAPD ) bertujuan untuk mendeteksi polimorfisme pada tingkat DNA. Metode ini dikembangkan oleh Welsh and Mc Clelland (1990) dengan cara mengkombinasikan teknik PCR menggunakan primer – primer dengan sequens acak untuk keperluan amplifikasi lokus acak dari genom.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA dengan cara amplifikasi DNA. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosa sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan 11



12



sesuai dengan standar internasional. Keunggulan PCR dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas spesifitas, efisiensi dan keakuratannya. Masalah yang berkenaan dengan PCR yaitu biaya PCR yang masih tergolong tinggi. B. Saran Metode ini seharusnya dapat digunakan oleh peneliti semaksimal mungkin untuk mengetahui hal-hal yang terkait DNA sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah kesehatan yang belum terpecahkan.



12



13



DAFTAR PUSTAKA



Habibah N, 2009. Beberapa tipe teknik PCR. http://google.co.id diakses 5 Oktober 2016 K.



Yusuf,



Zuhriana



2010.



Polymerase



Chain



Reaction



(PCR)



Saintek Vol 5, No 6. Universitas Negeri Gorontalo. Mahardika, I.G. Ngurah K. 2005. Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner Vol.4 No. 1. Bali. Mahmuddin.



2010.



Polymerase



Chain



Reaction



(PCR)



https://mahmuddin.wordpress.com/2010/08/31/polymerase-chain-reaction-pcr/ diakses 6 Oktober 2016 Newton, S.M.C, Jacob, C.O. and Stocker, B.A.D. 1989, Science, 244; 70-72. Stlawu education.



2007.



Nested



PCR.



http://it.stlawu.edu/



~mtem/genetics/



NestedPCR.pdf, diakses 5 Oktober 2016 Wikipedia. 2006. Elektroforesis. http://en.wikipedia.org/wiki/elektroforesis , diakses 5 Oktober 2016 Yuwono dan Tribowo, 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Panduan Eksperimen PCR untuk Memecahkan Masalah Biologi Terkini, Penerbit Andi, Yogyakarta.



13