Metodologi Dan Corak Tafsir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANUGERAH TERAGUNG DARI ALLAH   



   



Mukjizat Rasul SAW yang teragung. Kitab Suci terakhir (setelah Zabur, Taurat & Injil serta shuhuf-shuhuf Allah). Dipelihara dan dijaga oleh Allah dari segala bentuk distorsis dan penyalahgunaan. Diperuntukkan bagi segenap alam, manusia dan jin. Diturunkan dalam Bahasa Arab, tapi tidak menjadi milik “Bangsa Arab” saja. “Arab” dahulu identik dengan Islam, Saat ini… ? Al-Quran: universal dan cocok untuk segala waktu, lintas generasi dan geografi, hingga hari kiamat.







Metode yg dimaksud: “cara yg dipakai oleh mufassir dalam mengungkap makna-makna dalam al-Quran, dgn membandingkan sesama ayat al-Quran, atau dg Sunnah, atsar sahabat, tabi’in. Jg dengan memperhatikan kaidah syar’i dan kebahasaan Arab. Didukung dengan latar belakang keilmuannya yg memperluas wawasan yg digunakan untuk menguak rahasia Allah, yg diberikan kepada hamba-Nya.”



• Berdasarkan Sumbernya 1. Tafsir bi al-Ma’tsur (Riwayat) 2. Tafsir bi ar-Ra’yi (Pendapat) • Berdasarkan cara yang digunakan 1. Tafsir Tahlili (Analitik) 2. Tafsir Maudhui (Tematik) 3. Tafsir Ijmali (Global) 4. Tafsir Muqaran (Komparasi)



• Yaitu tafsir yang sebagian besar sumbernya berasal dari periwayatan dengan metode pendekatan antar ayat dalam al-Quran (karena ayat-ayat al-Quran berkaitan satu dengan lainnya), atau dengan hadis Nabi SAW, atsar sahabat atau tabi’in • Contoh: Ibnu Jarir At-Thabary [310 H] ( ), As-Samarqandy [373 H] ( ), Al-Baghawy [510 H] ( ), Ibnu Katsir [774]( ), Jalaluddin As-Suyuthy [911 H], ( )



• Yaitu metode tafsir yang sebagian besar isinya pendapat (ra’yu) penulisnya dgn menarik sebuah kesimpulan dari istimbath ayat. Namun bukan berarti tak menggunakan dalil sama sekali. Sebagian ulama ada yg melarang metode ini jika sangat meliberalkan penafsiran akal tanpa batas. • Contoh: karya Fakhruddin ar-Razy (606 H), karya al-Baidhawy (691H), karya anNasafy (701 H), karya al-Khazin (741 H), karya Abu Sa’ud (982 H), karya al-Alusiy (1270 H)



• Metode tertua, dan disebut juga dgn tajzi’iy. • Penafsir menerangkan kandungan ayat al-Quran dari berbagai sudut dgn memperhatikan susunan ayat dalam Al-Quran. Ayat demi ayat, surat demi surat, dari awal hingga akhir sesuai dgn susunan al-Quran. • Menjelaskan kosa kata (lafazh), arti, kandungan ayat, hukum fikih dan lain-lain • Kelebihannya: mencakup banyak aspek dan menyeluruh • Kekurangannya: teoritis, terlalu panjang dan kurang simpel. • Contoh: buku-buku tafsir lama seperti disebutkan di atas, baik yg bil ma’tsur atau birra’yi.



• Penafsiran secara global dan singkat dengan memaparkan makna yang terkandung dalam ayat dengan bahasa ringkas dan mudah dipahami, secara berurutan dari awal hingga akhir al-Quran • Hampir sama dgn metode Tahlili, hanya lebih singkat dan tidak panjang lebar • Kelebihannya: ringkas, mudah dipelajari • Kekurangannya: tidak menjelaskan makna secara tuntas sehingga rentan menimbulkan pertanyaan baru • Contoh: karya Jalaluddin al-Mahally (864 H) dan Jalaluddin as-Suyuthi (911 H)



• Yaitu metode tafsir yg mencari jawaban alQuran terhadap suatu masalah tertentu dan memiliki satu tujuan khusus. • Caranya: membahas tema tertentu, mengumpulkan ayat-ayat yang selaras, kemudian dipelajari sebab turunnya, keterangan-keterangan, dan lainnya hingga pengambilan kesimpulan dengan hukum. • Contoh: Ayat-ayat Riba dalam Al-Quran (Abul A’la al-Maududi), ayat-ayat sabar, Perempuan dalam Al-Quran (Abbas al-Aqaqd), dan lain-lain.



• Yaitu metode penafsiran dengan membandingkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits atau perbedaan pandangan di antara para ulama dalam suatu masalah tertentu. • Lebih dekat dengan cara dan metode tafsir maudhui (tematik) • Contoh: pemahaman al-Baqilany dan as-Suyuthy dalam I’jaz al-Quran, az-Zamakhsyary dan AlAlusy dalam menafsiri ayat-ayat mutasyabih. Dan sebagainya.



• Yaitu corak penafsiran yang menonjolkan dan mengungkap kemukjizatan al-Quran dari sisi bahasa. • Pelopornya: Wujuh al-I’jaz li al-Quran, karya al-Jahizh (255 H), I’jazu al-Quran, karya alBaqilany (403 H), Dala’il al-I’jaz karya Abdul Qahir al-Jurjany (471 H). • Contoh buku tafsir pendekatan ini: Ma’âni alQur’ân yang dikarang lebih dari satu orang: alFarrâ’ (207 H), al-Akhfasy (215 H), az-Zajjâz (311 H), an-Nahhâs (338 H). Majâz al-Qur’an karya Abu Ubaidah (210 H). al Bahr al-Muhith karya Abu Hayyan (654 H).



• Corak penafsiran berlatar belakang fikih, perhatian terhadap istimbath hukum, qawaid ushul serta mengeksplorasi sisi tasyri dalam al-Quran. • Contoh: Ahkâm al-Qur’ân karya al-Jashshash al-Hanafiy (370 H), Ahkâm al-Qur’ân karya Ibnu al-Araby al-Maliky (543 H). Ahkâm alQur’ân karya Umaduddin al-Kiya al-Hirasiy (504 H), al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân karya alQurthuby al-Maliky (671 H). Buku modern: Tafsir Ayat al-Ahkam karya Dr. Ali Sayis, juga Syeikh Ali Ash-Shobuni dg judul serupa dan Shofwatu at-Tafasir.



• Corak penafsiran berlatar belakang tasawuf, yaitu melihat ayat al-Quran tidak dari zhahirnya tapi dari isyarat-isyarat yang tersembunyi di dalamnya. • Contoh: Tafsir al-Quran al-Azhim karya Sahal bin Abdullah at-Tustary (283 H), Haqa’iq at-Tafsir karya Abdurrahman asSulamy (412 H), Al-Minah al-Fakhirah fi Ma’alim al-Akhirah karya Muhammad Syakir al-Himshy al-Mishry (1292 H).



• Corak penafsiran berlatar belakang sastra tematik (pendekatan kondisi sosial modern) • Contoh: At-Tafsîr al-Bayâni li al-Qur’ân alKarîm karya Dr. Aisyah Abdurrahman Bintu Syati’, Imam Muhammad Abdul dan Rasyid Ridha yang terkenal dengan corak sosial dalam Tafsîr al-Manâr-nya. Demikian halnya fi Zhilâl al-Qur’ân karya Sayyid Quthb yang kental dengan perenungan-perenungan sosial dan relita kehidupan masyarakat pada saat ia menuliskan tafsirnya di dalam jeruji penjara. Tafsir Maraghy dan Tafsir Sya’rawy juga identik dengan corak ini.



• Corak penafsiran berlatar belakang aliran pemikiran penafsirnya. • Yang paling menonjol adalah ideologi ahlussunnah (sunny), syi’ah atau mu’tazilah. • Contoh: al-Kasyâf karya Imam azZamakhsyari (467 H) mewakili aliran mu’tazilah. Imam ath-Thabursy (835 H) dengan karyanya Majma´al-Bayan, mewakili aliran syiáh.



• Corak penafsiran berlatar belakang sains dan pengalaman keilmuan penulisnya. • Ada yang menggunakan pendekatan metode tematik (maudhu’i) ada juga yang menyusunnya secara berurutan, seperti metode analitik (tahlili) • Contoh: Al-Jawahir fi Tafsir al-Quran alKarim karya Thanthawy Jauhari, serta buku-buku karya pakar geologi Mesir Dr. Zaghlul an-Najjar.



SYARI’AT



CONTOH (Teladan Kisah)



(Hukum)



AKHLAK



HUDA



(Petunjuk)



SYIFA



AL-QURAN



(Nilai)



(Solusi)



AL-FURQAN



MASHDAR



(Pembeda)



(Sumber)



DZIKR (Pengingat)