Metopen Proposal PDF 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN FORMULASI SERTA EVALUASI SEDIAAN KRIM LIPOSOM TRANSDERMAL DARI EKSTRAK BUAH ALPUKAT



DISUSUN OLEH : LEHA QURNIATI NIM : 16334013



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2018



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul ″ FORMULASI



SERTA



EVALUASI



SEDIAAN



KRIM



LIPOSOM



TRANSDERMAL DARI EKSTRAK BUAH ALPUKAT″. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor. Penulisan proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Haryanto Susilo selaku pembimbing I dan Dra. Dwi Indriati, Apt selaku pembimbing II, terimakasih atas bantuan yang telah diberikan baik saran maupun pengarahan kepada penulis selama dalam bimbingan. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ketua Jurusan Program Studi Farmasi, Universitas Pakuan. 3. Dra. Ike Yulia W, M.Farm., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Universitas Pakuan. 4. Kepada kedua orangtua, yang telah memberikan bantuan moril maupun material serta dukungan dan doanya. 5. Sahabat dan teman-teman Farmasi angkatan 2016, terima kasih atas semangat, doa serta kebersamaannya. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk membantu kesempurnaan penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat. Bogor, Oktober 2018 Penulis i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii BAB I ........................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 2 1.4 Hipotesis ......................................................................................................................... 2 BAB II ...................................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3 2.1 Buah Alpukat .................................................................................................................. 3 2.2 Liposom.......................................................................................................................... 4 2.3 Krim ............................................................................................................................... 9 BAB III................................................................................................................................... 12 METODE PENELITIAN ..................................................................................................... 12 3.1 Waktu dan tempat penelitian..................................................................................... 12 3.2 Alat dan Bahan............................................................................................................ 12 3.3 Metode Kerja............................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dibandingkan obat modern, hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relative lebih sedikit daripada obat modern. Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, ketepatan penggunaan obat tradisional meliputi ketepatan bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan ketepatan cara penggunaan, ketepatan telah informasi dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Mursito,2001). Masyarakat lebih mempercayai pengobatan tradisional dengan bahanbahan alam seperti tumbuhan karena dianggap lebih aman,efek samping yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada dan memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan obat modern. Tanaman yang digunakan bukan hanya satu jenis saja tetapi mencampur beberapa tanaman sekaligus dengan keyakinan bahwa semakin banyak jenis tanaman yang digunakan maka semakin poten bahan tersebut untuk mengobati penyakit dan semakin banyak jenis penyakit yang bisa disembuhkan. Bahan-bahan tersebut dicampur dan digunakan sekaligus untuk pengobatan, misalnya dengan merebus beberapa bahan sekaligus dan langsung digunakan. Banyaknya tumbuhan obat di Indonesia, sudah banyak masyarakat yang beralih ke pengobatan tradisional dibandingkan dengan pengobatan modern dikarnakan, biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan pengobatan modern. Di Indonesia, tanaman obat banyak dite



1



mukan diberbagai daerah, salah satu pengembangannya yaitu menggunakan buah alpukat. Tanaman alpukat (Persea americana Mill) termasuk tanaman musiman, pada saat musim buah terjadi kelebihan buah alpukat. Buah alpukat tersebar hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Menurut data Biro Pusat Statistik dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan, produksi buah alpukat di Indonesia mencapai 62.500 ton pada tahun 1988. Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, produksi buah alpukat tahun 1993 sebesar 665,54 ton dan meningkat pada tahun 1994 menjadi 862,55 ton (Anonim, 1994). Adanya produksi yang besar ini perlu penanganan yang baik agar buah dapat dimanfaatkan dengan baik. Selama ini alpukat lebih sering dimakan sebagai buah segar, sedangkan buah akan mengalami kerusakan bila disimpan terlalu lama. Adanya produksi yang besar ini perlu diusahakan pengolahan buah alpukat, agar pada musim buah tidak banyak buah yang terbuang. 1.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui formulasi serta evaluasi sediaan krim liposom transdermal dari ekstrak buah alpukat 1.3 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti adalah memperoleh gambaran tentang sediaan krim liposom transdermal dari ekstrak buah alpukat 2. Bagi ilmu pengetahuan adalah untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat tentang sediaan krim liposom transdermal dari ekstrak buah alpukat



1.4 Hipotesis Ada salah satu formulasi sediaan krim liposom transdermal ekstrak buah alpukat menghasilkan hasil yang baik.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Buah Alpukat



2.1.1 Deskripsi Tanaman Tanaman alpukat termasuk ke dalam famili Lauraceae dengan spesies Persea americana Mill. Tanaman Alpukat berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang tersebar di seluruh dunia. Biji dikelilingi daging buah yang tebal dan kulit buah biasanya tebal (Koffi, et al. 2009). Buah sejati merupakan buah berbentuk bulat atau buah pir, panjang 5-20 cm, lebar 5-10 cm, ujung membulat, warna hijau, kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali dan harum. Biji berbentuk bola dengan garis tengah 2-5 cm (DepKes RI, 1978). Gambar buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 1.



Daging Buah Alpukat Biji Buah Alpukat



Gambar 1. Buah Alpukat



2.1.2



Kandungan Kimia dan Manfaat Biji Alpukat Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia biji alpukat dan ekstrak etanol biji



buah alpukat menunjukan bahwa simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat mengandung senyawa polifenol, tannin, flavonoid, triterpenoid, kuinon, monoterpenoid dan



3



sesqueterpenoid, sedangkan saponin hanya terdeteksi dalam ekstrak (Zuhrotun, 2007). Biji alpukat mengandung tannin yang biasanya disebut juga coritagin dan mempunyai kemampuan sebagai astringen. Alpukat termasuk ke dalam kelompok tanaman yang mempunyai kemampuan sebagai astringen yang dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Monica, 2006). Biji alpukat mempunyai kelarutan yang tidak larut dalam air karena mengandung kandungan zat pati yang cukup tinggi, yaitu sekitar 23% (Winarti dan Purnomo, 2006). Biji buah alpukat dapat digunakan sebagai obat maag dengan cara di parut dan disaring sebelum diminum, bijinya juga diketahui dapat digunakan sebagai antiradang menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan sariawan mulut, mengobati sakit gigi, mengatasi diabetes mellitus dan kencing manis, bubuk biji alpukat dapat menyembuhkan bengkak karena radang. Sedangkan kandungan flavonoid biji alpukat dapat membantu pengeluaran batu dari dalam ginjal yaitu dikeluarkan bersama urin, sementara kalium akan menyingkirkan kalsium dan berikatan dengan oksalat sehingga menjadi senyawa yang lebih mudah larut dalam air.



2.2. Liposom Liposom berasal dari bahasa Yunani, yaitu lipos yang berarti lemak dan soma yang berarti tubuh (Khosravi-Darani et al., 2007). Menurut hasil penelitian Yang et al (2011) liposom adalah vesikel buatan yang berukuran kecil, memiliki bentuk spheric, dan terdiri dari membran fosfolipid bilayer. Liposom dapat dibuat dari fosfolipid nontoksik dan kolesterol untuk membentuk satu atau multi membran bilayer yang memungkinkan dalam mengenkapsulasi senyawa aktif yang hidrofilik maupun hidrofobik. Ukuran diameter dari liposom yaitu 20nm hingga lebih dari 1µm yang sangat dipengaruhi oleh komposisi dan metode pembuatan (O’Doherty et al., 2004; Yang et al., 2011). 4



Pada dekade terakhir, liposom dianggap sebagai model yang ideal dalam meniru membran biologis sehingga dapat digunakan untuk menghantarkan obat, vaksin, diagnostik dan senyawa aktif lainnya. Penjebakan senyawa aktif dalam liposom dapat memperpanjang waktu sirkulasi dalam tubuh, melindungi dari degradasi metabolik, meningkatkan deposisi pada jaringan yang terinfeksi dan menurunkan uptake di ginjal, myocardia, dan otak (Moghimipour & Handali, 2013).



Gambar 1 : Struktur Liposom (Nelson et al, 2014) 2.2.1. Klasifikasi Liposom Liposom dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah bilayer yang terdapat dalam vesikel, ukuran diameter liposom, dan metode pembuatan. Klasifikasi liposom berdasarkan jumlah bilayer dan ukuran diameternya adalah yang paling sering digunakan dibandingkan klasifikasi berdasarkan metode pembuatannya. Berdasarkan jumlah bilayer dan vesikel, liposom diklasifikasikan sebagai : 1. Uni Lamellar Vesicles (ULV) : terdiri dari satu lipid bilayer dan memiliki ukuran 20nm - 1µm, dapat dibedakan menjadi : a. Small Unilamellar Vesicles : memiliki ukuran 20 nm - 100 nm b. Large Unilamellar Vesicles : memiliki ukuran >100nm - 1µm



5



2. Multi Lamellar Vesicles (MLV) : memiliki ukuran 0,1 - 15 µm 3. Multi Vesicular Vesicles (MVV) : memiliki ukuran 1,6 – 10 µm (Doherty et al., 2004; Go´mez-Hens et al., 2005).



Gambar 2 : Klasifikasi liposom (Go´mez-Hens et al., 2005) 2.2.2. Komponen Liposom Liposom terutama terdiri dari fosfolipid yang dapat berasal dari alam atau sintesis. Fosfolipid melakukan peran yang penting dengan sifat yang amfifilik dan self-assembly untuk mengenkapsulasi suatu agen terapeutik (Khan, 2013). Komponen penyusun liposom yang lain yaitu membrane stabilizer, dalam penelitian ini menggunakan kolesterol dan TPGS sehingga diharapkan dapat mengubah sifat permukaan membran liposom menjadi lebih permeabel. Komponen liposom dengan kolesterol dan TPGS dapat dilihat pada gambar 3.



6



Gambar 3 : Struktur liposom dengan kolesterol dan TPGS (d-α-tocopheryl PEG 1000 succinate) 2.2.3. Fosfolipid Secara umum, liposom dibentuk dari fosfolipid yang secara biologis bersifat inert dan memiliki toksisitas yang rendah (Immordino et al., 2006). Menurut hasil penelitian Khan (2013) fosfolipid berperan penting dalam susunan membran sel sehingga sangat sesuai sebagai penyusun liposom. Fosfolipid umumnya terdiri dari digliserida, gugus fosfat (molekul asam fosfat) dan molekul organik (kolin). Digliserida adalah gliserida yang terdiri dari dua rantai asam lemak yang kovalen terikat pada molekul gliserol tunggal. Gliserol (C3H8O3) mengandung tiga gugus hidroksil (-OH), berperan atas kelarutan molekul fosfolipid dalam air. Molekul asam lemak baik jenuh atau tidak jenuh, memiliki sifat hidrofobik. Dengan demikian, molekul fosfolipid terdiri dari bagian hidrofobik yang terdiri dari dua rantai asam lemak, dan kepala hidrofilik terbuat dari gliserol dan fosfat. Struktur bilayer terbentuk ketika bagian asam lemak dari satu lapisan bertemu dengan bagian asam lemak lapisan lain dan bagian kepala yang menghadap ke air . Tingkat kejenuhan fosfatidil kolin yang menyusun membran liposom mempengaruhi kestabilan dan kerentanannya terhadap oksidasi selama penyimpanan. Fosfatidil kolin alam banyak mengandung rantai yang tidak jenuh (unsaturated) sehingga memiliki sifat lebih permeabel tetapi memiliki stabilitas membran yang kurang. Sedangkan fosfolipid sintetik lebih banyak mengandung rantai yang jenuh 7



sehingga akan mempunyai rigiditas membran yang tinggi tetapi mempunyai permeabilitas yang kurang (Akbarzadeh et al., 2013). Fosfolipid yang memiliki rantai jenuh akan membuat sistem liposom yang terbentuk menjadi lebih stabil terhadap oksidasi (Huang et al., 1998) dan fosfolipid dengan rantai asam lemak pendek dapat melawan efek dari enzim lipase yang dapat mendegradasi liposom dalam saluran cerna (Sailaja dan Sashikala, 2014).



Gambar 4 : Struktur fosfolipid (Tripathi) 2.2.4. Kolesterol Menurut Laouini et al (2012) kolesterol telah banyak digunakan untuk memperbaiki karakteristik membran bilayer liposom . Struktur kolesterol tersusun dari hidrokarbon dalam bentuk cincin steroid yang dapat mengisi ruang yang ada di antara rantai alkil pada membran bilayer dan memiliki fungsi penting karena kemampuannya yang dapat memodulasi sifat fisika-kimia membran sel (OhvoRekilä et al.¸ 2002). Selain itu, kolesterol juga banyak digunakan sebagai penyusun liposom untuk memperbaiki sifat rigiditas atau fluiditas dari membran liposom, menstabilkan membran bilayer, dan mengontrol permeabilitas membran (Yu Nie et al., 2012).



8



2.3 Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar tersesuai. Istilah ini secara tradisonal telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air ( Depkes RI, 1995: 6). Pada formulasi krim, ada dua tipe basis yang digunakan yaitu minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M). Pemilihan basis didasarkan atas tujuan penggunaanya dan jenis bahan yang akan digunakan ( Lachman, 1994: 1111). Komposisi dari sediaan krim adalah emulgator, yang merupakan surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesantetesan terdispersi dengan lapisan kuat sehingga mencegah koalesensi dan pemecahan fase terdispersi ( Parrot, 1971: 313). Komponen krim terdiri dari bahan dasar, bahan aktif dan bahan tambahan. Bahan dasar terdiri dari fase minyak, fase air dan emulgator atau surfaktan. Emulgator dan surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang tidak saling bercampur, sedangkan bahan tambahannya meliputi pengawet, pengkhelat, pengental, pelembab, pewarna, dan pewangi. 2.3.1. Komposisi krim 1) Fase Minyak Fase minyak atau fase lipofil (hidrofobik) adalah minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak, paraffin, vaselin, lemak coklat, malam bulu domba) ( Voight, 1995:). a. Asam stearat Rumus molekul : C18H36O2 Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak. Merupakan zat padat, Kristal mengkilat, menunjukkan susunan hablur, putih, atau kuning pucat, mirip lemak lilin,



9



praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P, suhu lebur tidak kurang dari 54o C. asam stearat merupakan bahan pengemulsi. Digunakan luas secara oral dan topikal dalam formulasi. Untuk penggunaan topikal asam stearat digunakan sebagai bahan pengemulsi. Digunakan umumnya karena tidak toksik dan tidak mengiritasi (Kibbe A.H, 2000: 534). b. Setil alkohol Rumus molekul : C16H34O Setil alkohol merupakan lilin, putih, granul, persegi,. Memiliki bau dan rasa yang khas. Setil alkohol yang digunakan dalam sediaan farmasi merupakan alkohol alifatik padat yang umumnya. Setil alkohol umumnya digunakan dalam bidang farmasi dan kosmeik, seperti emulsi, krim dan salep. Dalam emulsi M/A setil alkohol dapat meningkatkan stabilitas dari emulsi. Memiliki titik lebur 45o -52o C ( Kibbe A.H, 2000: 117). c.



Paraffin Cairan kental transparan, tidak berwarna, bebas dari flouresensi pada cahaya matahari. Praktis tidak berasa dan tidak berbau ketika ketika dingin dan mempunyai bau lemah ketika dipanaskan. Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin dan air. Larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon disulfid, eter dan eter minyak tanah. Berfungsi sebagai emolient, pelarut (Kibbe A.H, 2000).



d.



Adeps lanae Cairan jernih, tidak berasa, tidak berwarna. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform dan eter. Berfungsi sebagai peningkat konsistensi (Kibbe A. H, 2000).



10



2.3.2. Emulgator Emulgator (zat pengemulsi) merupakan komponen paling penting agar memperoleh emulsi yang baik. a. Polisorbat 60 Rumus molekul : C64H126O26 Polisorbat memiliki karakteristik berbau dan hangat, kadang-kadang rasa menggigit, berwarna kuning, cairan berminyak. Digunakan sebagai bahan pengemulsi non ionik tipe M/A. Pada konsentrasi 115%, sedangkan dalam kombinasi 1-10%, memiliki HLB butuh yaitu 14,9%. Berfungsi sebagai emulgator untuk fase air (Kibbe A. H, 2000: 416). b.



Sorbitan 60 Rumus molekul : C7OH130O30 Merupakan bahan pengemulsi non ionik yang dapat dikombinasikan dengan bahan pengemulsi lain dengan konsentrasi 110%. Banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi karena tidak bersifat tidak toksik. Umumnya larut dan bercampur dengan minyak, juga larut dalam kebanyakan pelarut organik, dalam air umumnya tidak larut tetapi terdispersi. Nilai HLB butuh adalah 4,7. Span 60 melebur pada suhu 50o – 53o C. Berfungsi sebagai emulgator fase minyak (Kibbe A. H, 2005: 511).



11



BAB III METODE PENELITIAN



3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Universitas Pakuan, Bogor.



3.2 Alat dan Bahan Alat – alat yang digunakan dalam penelitian : Alumunium foil, alu, ayakan mesh 30, batang pengaduk, blender, botol coklat, cawan kurs, cawan porselen, gelas ukur, kertas saring, labu ukur, moisture balance, mortar, neraca analitik, peralatan gelas kimia, rotary evaporator. Bahan yang digunakan yakni Egg Fosfatidilkolin/EPC (Sigma, Singapura), Katekin (Sigma, Singapura), Kolesterol (Sigma, Singapura), kalium



Dihidrogenfosfat



(Brataco),



natrium



hidroksida



(Brataco),



Aqua



demineralisata, Kloroform (Merck), metanol, DPPH (Sigma, Singapura). 3.3. Metode Kerja 3.3.1. Pembuatan Ekstrak Buah Alpukat. Persiapan dan ekstraksi buah mengacu pada metode Nurliyana (2010) dengan beberapa modifikasi. Buah alpukat dicuci dan dikupas untuk memisahkan kulit dan daging buahnya, sedangkan buah stroberi hanya dicuci tetapi tidak dikupas. Daging hasil maserasi atau filtrat yang dihasilkan, ditampung menjadi satu dan diuapkan, untuk memisahkan pelarutnya. buah diblender untuk mendapatkan sediaan seperti pasta selama beberapa menit. Campuran ini dikering bekukan untuk mengurangi kelembaban sampel agar proses ekstraksi berjalan lebih efisien. Sampel kemudian dituangkan ke dalam tabung volumetrik dan ditambahkan akuades sampai 250 ml. Campuran ini diaduk dengan menggunakan pengaduk mekanik selama beberapa hari sebelum disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 4. Setelah itu filtrat diuapkan menggunakan rotari evaporator selama beberapa jam pada suhu 40oC untuk



12



menghilangkan pelarut, kemudian dilakukan lyofilisasi untuk menghilangkan sisa air yang terdapat di dalam substrat. 3.3.2. Pembuatan liposom Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis. Esktrak, fosfolipid, dan kolesterol dicampur dan dilarutkan dalam kloroform. Larutan tersebut selanjutnya dievaporasi dengan rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut organik selama 1 jam dengan kecepatan 150 rpm. Lapisan pada dinding labu dihidrasi dengan dapar fosfat pH 7,4 dan tween. Larutan tersebut dikecilkan ukuran partikelnya dengan sonikator. Pembuatan krim dilakukan dengan metode beker. Fase air dibuat dengan cara memanaskan air dan ditambahkan metil paraben sambil diaduk hingga melarut sempurna. Setelah itu, ditambahkan propilen glikol dan gliserin, diaduk hingga homogen dan panaskan hingga mencapai suhu 80°C. Fase minyak dibuat dengan cara melebur stearil alkohol, asam stearat, Metil paraben, Propil paraben dan setil alkohol dalam beaker secara berturut-turut pada suhu 70°. Selanjutnya fase minyak dituang ke dalam fase air, diaduk dengan homogenizer dengan kecepatan 4000 rpm, masukkan Novemer® dan diaduk hingga homogen. Kemudian setelah campuran suhunya berkisar 40°-45°C, dim asukkan liposome ekstrak dan α-tokoferol, kemudian dihomogenkan. 3.3.3. Pengukuran Kadar pH. Pada masing-masing formula sediaan krim liposom dilakukan pengukuran kadar pH dengan menggunakan pH meter. 3.3.4. Pengukuran Viskometer. Sediaan krim liposom pada masing-masing formula diuji tingkat kekentalannya (viskositas) dengan menggunakan alat viskometer. Tingkat viskositas suatu sediaan berpengaruh dalam kecepatan penetrasi pada kulit. Semakin kental suatu sediaan maka laju penetrasi akan semakin lambat.



13



3.3.5. Perhitungan Efisiensi Penjerapan. Suspensi vesikel liposom disimpan dalam lemari pendingin selama satu malam. Disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Supernatannya diambil 500μl untuk mengukur kadar senyawa polifenol yang tidak terjerap. Persentase jerapan senyawa polifenol dihitung dari 8r dengan rumus berikut: EE = (Qt-Qs)/Qt. x 100%. EE adalah efisiensi penjerapan (entrapment efficiency), Qt adalah jumlah polifenol yang ditambahkan, dan Qs adalah jumlah polifenol yang terdeteksi disupernatan (polifenol yang tidak terjerap).



14



DAFTAR PUSTAKA . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 96, 534, 767. . 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 159,166,170,171. . 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. . 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 143-147 . 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 143-147 . 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta. 10-11 Akbarzadeh, A., Sadabady, R.R., Davaran, S., Joo, S.W., Zarghami, N., Hanifehpour, Y., Samiei, M., Kouhi, M., Koshki, K.N., 2013. Liposome: classification, preparation, and applications. Nanoscale Research Letters, p.1-9. DepKes RI. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 70. Go´mez-Hens A, Manuel Ferna´ndez-Romero J. 2005 The role of liposomes in analytical processes. Trends Anal. Chem. 24, 9–19. Huang, Yi-You., Chung, Tze-Wen., Wu, Cheng-I., 1998. Effect of saturated /unsaturated phosphatidylcholine ratio on the stability of liposomeencapsulated hemoglobin. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 172, p. 161–167. Khan, Iftikhar., Elhissi, Abdelbary., Shah, Mahmood., Alhnan, Mohamed Albed., Ahmed, Waqar., 2013. Liposome-based carrier systems and devices used for pulmonary drug delivery. UK. Woodhead Publishing Limited. 395-443. 15



Khosravi-Darani, K., Pardakhty, A., Honarpisheh, H., Rao, V. M., & Mozafari, M. R. (2007). The role of high-resolution imaging in the evaluation of nanosystems for bioactive encapsulation and targeted nanotherapy. Micron,38(8), 804-818. Kibbe, A.H. Hand book pharmaceutical card excipients 5 th. Edition pensylvania university of pharmacy. 2000 Lachman. Teori dan Praktek Industri Farmasi. Ui Press: Jakarta. 1994 Koffi, N. Ernest, AK. Dodiomon, S. 2009. Effect of Aqueus Extract of Persea Americana Seeds on The Glycemia of Diabetic Rabbits. Europea Journal of Scientific Research. ISSN: 1450-216x Vol.26 No.3, PP. 376-385 Laouini, A., Maalej, J., Blouza, I.L., Sfar, S., Charcosset, C., Fessi, H., 2012. Preparation, Characterization and Applications of Liposomes: State of the Art. Journal of Colloid Science and Biotechnology, Vol. 1, p.147–68. Moghimipour, E., & Handali, S. 2013. Liposomes as drug delivery systems: properties and applications. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 4(1), 169-185. Mursito, B. 2001. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak. Jakarta: Penebar O’Doherty, M. 2004. Liposome literature review. Nanobiotechnology and Bioanalysis Group. Ohvo-Rekilä, H., Ramstedt, B., Leppimäki, P., & Slotte, J. P. (2002). Cholesterol interactions with phospholipids in membranes. Progress in lipid research, 41(1), 66-97. Parrot, Eugene. Pharmaceutical technology. USA: Borger publishing technology. 1971 Sailaja, A. K., Sashikala, P., 2014. An overall review on liposomal drug delivery system. Indian Journal of Novel Drug Delivery, Vol. 6, No. 2, p. 112-119.



16



Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Penerjamaah: Noerono S. Editor : Samboedi R. Universitas Gajah Mada Press. Terjemaahan dari Lehburch Der Pharmazeutical Technologi. Yogyakarta. Winarti, S. dan Purnomo, Y. 2006. Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana, Surabaya. Yang, F., Jin, C., Jiang, Y., Li, J., Di, Y., Ni, Q., & Fu, D. 2011. Liposome based delivery systems in pancreatic cancer treatment: from bench to bedside.Cancer treatment reviews, 37(8), 633-642. Yu Nie, L. J., Ding, H., Xie, L., Li, L., He, B., Wu, Y., & Gu, Z. (2012). Cholesterol derivatives based charged liposomes for doxorubicin delivery: preparation, in vitro and in vivo characterization. Theranostics, 2(11), 1092. Zuhrotun, A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. Jurnal. Universitas Padjadjaran, Bandung.



17