13 0 141 KB
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Judul 1. Definisi Persepsi 2. Definisi Pelajaran 3. Definisi Pendidikan Agama Kristen Menurut Winatasahirin, “Pendidikan Agama Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk meyakini, memahami dan mengamalkan agama Kristen itu sendiri.” (Winatasahirin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen, BPK-BM, Jakarta, 2003, hal. 153). Selanjutnya dijelaskan pula bahwa Pendidikan Agama Kristen berfungsi menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman Kristen dalam kehidupan sehari hari serta pengetahuan tentang pendidikan Kristen dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha dalam menumbuhkembangkan kemampuan siswa lewat tuntunan Roh Kudus agar dapat memahami Kasih Allah dalam Roh Kudus. Hakikat ini pada pusat dari Pendidikan Agama Kristen SMP ialah Yesus Kristus. Sumber dan pokok kegiatan Pendidikan Agama Kristen SMP dimanapun dan dalam kesempatan apapun adalah Yesus Kristus. Pendidikan Agama Kristen dilakukan dalam rangka pembinaan agar anak bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam imannya, dewasa dalam gereja dan dewasa dalam bermasyarakat.
4. Dewasa dalam iman dapat berarti: orang selalu memiliki hubungan erat dengan Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, bertobat dan percaya, bahwa iman berasal dari Allah. Dewasa dalam bergereja berarti: sebagai umat yang percaya harus memiliki keteguhan akan Yesus Kristus, dasar dan pegangan
hidup
mereka
adalah
Kristus,
hidup
dalam
semangat
persaudaraan dan saling mencintai. Dewasa dalam bermasyarakat berarti: sadar
mewujudkan
imannya
dalam
bermasyarakat,
ikut
serta
mengembangkan masyarakat menjadi terang dan garam dunia, berani memberikan kesaksian iman dimana saja serta menjalankan karya kasih bagi sesame manusia. PAK adalah pengajaran yang bersumber dari Firman Allah dan harus disampaikan bagi setiap manusia baik secara formal maupun nonformal. 5. Calvin dalam buku Robert R. Boehlke (2006:413). mengatakan bahwa: “Pendidkan Agama Kristen adalah pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan Firman Allah sertabimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja”, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesama. 6. Selanjutnya
Homrighausen
mengemukakan: “Pendidikan
dan
IH
Enklar
(2005:26)
Agama Kristen adalah dengan menerima
pendidikan itu, segala pelajar, muda, dan tua memasuki persekutuan imannya hidup dengan Tuhan Sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisap
pula
pada
persekutuan
jemaatNya
yang
mengakui
dan
mempermuliakan namaNya disegala waktu dan tempat”. 7. Dari pendapat para ahli tersebut,dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam
rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati Kasih Tuhan dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari – hari terhadap sesama dan lingkungan. 8. Media pembelajaran PAK adalah segala alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan
dalam
proses
belajar
mengajar.
Penggunaan
media
pembelajaran PAK sangat membantu dalam menumbuhkan imajinasi dan merangsang rasa ingin tahu dalam diri pribadi peserta didik. Alat peraga atau media PAK tidak merugikan peserta didik,(Wismoadi Wahono 2004:520). Penggunaan media pembelajaran PAK sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam penggunaan Media Pembelajaran PAK Yesus sebagai guru agung mampu menarik minat dan perhatian para murid. 9. Dalam belajar Pendidikan Agama kristen ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran PAK yakni: 10. 1.
Dasar Teologis dalam pembelajaran PAK
11. Dalam pembelajaran PAK, baik dalam lingkungan keluarga, gereja dan lingkungan formal harus memiliki landasaran yang akan mengarahkan pembelajaran PAK. Landasan dasar teologis menjadi pondasi yang kuat dalam teori dan praktek Pendidikan Agama kristen. Dalam tulisan Luther menetakan ada empat yang menjadi dasar teologis yang dipakai dalam teori dan praktek PAK yakni: 12. a.
Keadaan berdosa dari se tiap warga
13. Dengan
Pendidikan
Agama
kristen
maka
setiap
warga
menyadari
keberdosaannya, mengakui dengan hati yang tulus iklas Pendidikan perlu ada karna tabiat berdosa manusia yang telah menjadi lebih terbuka dengan bisikan iblis. Namun dengan Pendidikan Agama Kristen yang menanamkan dalam diri kaum muda bibit kepercayaan, mereka diperlengkapi untuk
mengalahkan maksud maksud sijahat. Dengan percaya kepada perbuatan Allah melalui diri Yesus Kristussemua warga dikaruniakan dengan kekuatan untuk mengatasi akibat buruk yang berlangsung dalam diri setiap warga karena tabiat yang berdosa dan daya tarik iblis yang maksudnya menyesatkan. 14. b.
Pembenaran oleh iman
15. Orang benar akan hidup oleh iman, (Roma 1:17b). Demikianlah tanggapan setiap warga yang telah dilepaskan dari dosa melalui Allah. Inilah yang menjadi dasar bagi setiap wargayang percaya dalam melayani tanpa memikirkan keselamatan pribadi. Ajaran dasariah ini menjadi motivasi untuk melaksanakan pendidikan dikalangan jemaat karena setiap warga gereja yang telah dimerdekakan dalam Kristus perlu belajar melayani sesamanya. 16. c.
Imamat semua orang percaya
17. Tetapi kamulah imamat yang rajani (1 Petrus 2:9), dalam hal ini semua umat kristiani memiliki hak istimewa karena dibenarkan oleh iman. Dengan PAK semua warga gereja diperlengkapi agar mampu memenuhi kesempatan dan kewajiban yang termasuk dalam tugas panggilan . dengan demikian warga gereja dididik oleh firman Allah. 18. d.
Firman Allah
19.
Dari sudut Firman Allah, dapat dibedakan tiga arti firman itu yaitu:
20. a.
Yesus secara pribadi dan ajaranNya dalam firman Allah;
21. b.
Alkitab sebagai firman;
22. c.
Firman sebagai amanat Allah yang dinyatakan kepada warga kristen.
23. 24.
25. Selain dasar teologis yang disampaikan Luther ada beberapa dasar teologisyang dipaparkan dalam pelayanan PAK kepada semua warga jemaat yakni: 26. a.
Ulangan “6:4-9” “haruslah engkau mengajarkan berulang ulang kepada
anak- anakmu, dimana saja, kapan saja”, ketika engkau berbaring dan lain lain. 27. b.
Amsal “22:6” “didiklah orang muda kepada jalan yang patut baginya”,
maka pada masa tuanya dia pun tidak akan menyimpang dari jalan itu. 28. c.
Efesus “6:4” “didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan”.
29. d.
2 Timotius “3:16” “kitab suci bermanfaat untuk mengajar, menyatakan
kesalahan, memperbaharui kelakuan, mendidik dalam kebenaran”. 30. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam Pendidikan Agama Kristen, bersumber dari Alkitab yang menyatakan kebenaran Tuhan yang di berikan secara anugrah bagi orang beriman yang percaya. Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, dan sumber pengetahuan kita akan hidup dan pengetahuan Yesus menjadi dasar mutlak bagi semua kemajuan rohani dan menjadi ukuran dalam kepercayaan dan kelakuan Warga Kristen. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 2.
Tujuan Pembelajaran PAK
38. Berbicara dengan tujuan PAK. Dalam Efesus “4:11-16” dirumuskan sebagai berikut:
39. a.
Mendidik putra-putri sang gereja agar mereka dilibatkan dalam
penelahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus. 40. b.
Diajar dalam ambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan
gereja 41. c.
Di perlengkapi cara menjewatahkan pengabdian diri kepada Allah dalam
kehidupan sehari hari. 42. Tujuan PAK menurut Loyola adalah untuk melibatkan para warga muda khususnya dalam latihan rohani dan intelektual yang melibatkan kehidupan batiniah dan kognitif, untuk membimbing mereka dalam kebaktian gereja sehingga rela mentaati setiap perintahNya. 43. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan PAK secara umum adalah: 44. 1.
Memimpin murid selangkah demi selangkah kepada pengenalan yang
sempurna mengenai peristiwa yang terdapat dalam Alkitab dan pengajaran pengajaran yang diberikan 45. 2.
Membimbing murid dalam cara menggunakan kebenaran asasi Alkitab
untuk keselamatan hidupnya 46. 3.
Mendorong para murid untuk mempraktekkan dasar pengajaran Alkitab
yang telah dipelajarinya. 47. 48. 49. 50. 2.2.2. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. 51. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara umum bertujuan untuk memperkenalkan Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus dan karya-karyaNya serta menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab di tengah masyarakat. Dan secara khusus
bertujuan menanamkan nilai – nilai kristiani dalam kehidupan pribadi dan sosial sehingga siswa mampu menjadikan nilai kristiani sebagai acuan. 52. Berdasarkan tujuan tersebut, maka kompetensi dalam Pendidikan Agama Kristen di tingkat SD hanya terbatas pada aspek nlai – nilai iman kristiani. Melalui penyajian kurikulum maka Pendidikan Agama Kristen diharapkan siswa mampu mengalami suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan berdasarkan iman kristiani yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Kristen. 53. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bukan saja diberikan oleh gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga di luar lingkungannya itu, yaitu di dalam lingkungan sekolah.Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah merupakan kesatuan yang utuh dengan pendidikan yang dterima baik di rumah maupun di keluarga, gereja dan masyarakat. Pembelajaran Pendidikan
Agama
Kristen
berpusat
pada
siswa
artinya
bahwa
perkembangan, keberadaan, pergumulan, kebutuhan, kondisi kongkrit siswa yang seringkali berbeda – beda haruslah menjadi pertimbangan utama guru dalam merancang pembelajaran sehingga Pendidikan Agama Kristen benar – benarmenyentuh eksistensi guru, dan siswa mengalami perubahan baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor, serta nilai – nilai dalam dirinya. 54. 1.
Kejadian “12:1–3”.
55. “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: pergilah dari negerimu dan dari sanak kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau akan menjadi berkat, Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”. 56. 2.
Yesaya “49:6”
57. “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara.Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsabangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi”. 58. 3.
Amsal “22:6”.
59. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”. 60. 4.
Matius “28:19–20”
61. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. 62. 5.
II Timotius 3 : 16.
63. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. 64. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, bersumber dari Alkitab yang menyatakan kebenaran Tuhan bagi orang beriman yang percaya. 65. 2.3.
Komponen-Komponen Pendidikan Agama Kristen (PAK)
66. 2.3.1. Teori Pendidikan Agama Kristen 67. 1. Metode 68. Metode adalah cara ilmiah yang teratur dalam memperoleh ilu dan cara kerja yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan dalam mencapai tujuannya. Metode hanyalah alat perantara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Dalam kalimat sederhananya, metode adalah “bagaimana” mengajarkan
sesuatu,
sedangkan
pokok
ajaran
adalah
“apa”
yang
diinformasikan. Dalam onteks PAK, metode mengarahkan kepada firman
Tuhan. Dengan rendah hati dan setia,. Metode memiliki dua pemahaman yaitu teori dan juga praktik. Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & dunia Pendidikan MasaKini,(Yogyakarta: ANDI, 2012), 163-164 69. 70. 2.
Pelajar
71. Dalam belajar juga melibatkan peserta didik, yaitu pelajar. Peserta didik adalah manusiayang memiliki potensi, moral dan intelektual. Peserta didik yang perlu dimiliki dan terus ditingktkan adalah tentang keduduka anak sebagai makhluk religius. 72. 3.
Pendidik atau Pengajar
73. Untuk menjadi pendidim Kristen, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, pendidik dalam perspektif Kristen. Kedua, pedidik yang beragama Kristen. 74. 4.
Kurikulum.
75. Menurut pandangan lama atau yang sering disebut pandangan tradisionl kurikulum sering di rumuskan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh
ijazah.Pada dasarnya, kurikulum
dibangun berdasarkan korelasi antara kedelapan alkitabiah tersebut dengan delapan predikamen. Tema pertama penciptaan orang Kristen mengaku bahwa segala sesuatu yang berada dalam seantero alam semesta berasal dari Allah dan terus berada karena Allah. Tema itu memanggil manusia untuk keluar dari predkamen yang mencakup ketidakberartian dalam dunia ini. Tema kedaulatan itu menunjuk para predikamen kemerdekaan manusia. Sebagai alkitab kemerdekaanya, ia senantiasa terdorong untuk memilih antara pelbagai klaim yang bersing satu sama lain. Panggilan hidup Allah berseru kepada manusia untuk masuk ke dalam hubungan perjanjian, yakni untuk mengabdikan tenaga, pikiran dan dananya maka pelajar mengatasi
predikamen yang berporos pada keinginan individu dan dan cakrawala masyarakat. Tema penghakiaman, Tema penebusan, Tema pemeliharaan, Tema kehidupan beriman. John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Gerakan Info Media, 2006), 44-52. 76. 5.
Tujuan
77. Dalam tujuan pembelajaran kita harus melihat semua kebutuhan, baik peserta didik yang belajar maupun masyarakat yang menggunakan produk peserta didik.tujuan umum bersifat umum seperti membentuk manusia yang demokratis dan menyampaikan kebudayaan. Tujuan lainnya adalah peserta didik menguasai materi pembelajaran sesuai bidang yang dipelajarinya. Dengan mengevaluasi tujuan pendidikan Kristen, tujuan umum pendidikan Kristen adalah mengarahkan peserta didik agar bermoral, dan berbudi pekerti Kristiani. 78. 79. Definisi Minat Menurut
Mahfud Shalahuddin, minat adalah “Perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan”. (Mahfud Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hal.45). Sedangkan menurut Witherington, “Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya.” (H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Aksara Baru, Jakarta, 1991, hal. 135). Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai
bahwa
sesuatu
akan
bermanfaat, maka
akan
menjadi
berminat, kemudian hal
tersebut
akan mendatangkan
kepuasan. Ketika
kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara Minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan (Singer, 1987: 93). Minat yang telah ada dalam diri seseorang bukanlah ada dengan sendirinya, namun ada karena adanya pengalaman dan usaha untuk mengembangkannya.[4] (Hilgard, 1979:36) memberi rumusan pengertian tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terusmenerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.[5] Minat
adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik padabidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu(Winkel, 1984:30). Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap di dalam diri subjek atau seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadapbidang atau hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya.[6] atau dapat berubah-ubah (Hurlock, 1995:113).[7] Minat merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang nantinya dapat mendatangkan kepuasan, yang mana kepuasan itu akan mempengaruhi kadar minat seseorang.Denganadanya minat, mam pu memperkuat
ingatan seseorang terhadap apa yang telahdipelajarinya, sehingga dapat dijadikan sebagai fondasi seseorang dalam prosespembelajaran di kemudian hari. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan tersebut. Dalam diri manusia
terdapat
dorongan-dorongan
(motif-
motif) yangmendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, motif menggunakan danmenyelidiki manipulasi
dunia luar (manipulate
and exploring motives). Dari
dan eksplorasiyang dilakukan terhadap dunia luar
itu, lama-kelamaan
timbullah minat terhadap sesuatutersebut. Apa yang menarik seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. (Purwanto,2007:56) [8]. Minat
dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari
sanubari.Minat yang besar
terhadap
hati
sesuatu merupakan modal yang besar
artinya
untuk mencapaiatau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderungmenghasilkan belajar yang kurang
akan menghasilkan
prestasi yang tinggi, prestasi yang
sebaliknya minat
rendah (Dalyono, 2009:
56-57).[9]Dalam usaha untuk mencapai sesuatu diperlukan minat, besar kecilnya minat sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiri
dengansesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besarminatnya
(Djaali, 2006: 123).[10] Adanya
dengan sesuatu di
luar
dirinya, dapatmenimbulkan
tercipta adanya
penerimaan.
hubungan seseorang rasa
Dekat maupun tidak
akan mempengaruhi besar kecilnya minat yang ada.
ketertarikan,
sehingga
hubungan
tersebut
Minat merupakan suatu dorongan yang kuat dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2007: 121).[11] Keinginan seseorang akan sesuatu menimbulkan kegairahan terhadap ssesuatu tersebut. minat dapat timbul dengan
sendirinya,
yang
ditengarai
dengan
adanya
rasa
suka
sesuatu. Muhibbin
terhadap Syah,
M,Ed Secara sederhana, minat(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang ti nggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2008: 152). [12] Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan dinginkan. Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun
menakutkan
Ataumerupakan
kecenderungan seseorang yang
dari luar maupun
berasal dalam
sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkanperbuatannya kepada perasaan senang.
Aspek Minat
suatu hal
tersebut dan menimbulkan
Aspek minat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: a)aspek kognitif, b) aspek afektif, dan c) aspek psikomotor (Hurlock, 1995: 117) Yaitu : [21]
a.
Aspek Kognitif, Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai halhal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan menguntungkan? Apakah akan mendatangkan
kepuasan?
Ketika
sesorang
melakukan
suatu
aktivitas,
tentu
mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari
suatu aktivitas yang dilakukannya. Jumlah
waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan terus dilakukan.
b.
Aspek Afektif Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-waktu khusus atau
memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang diminatinya tersebut.
c.
Aspek Psikomotor Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya.
Kriteria minat seseorang digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek tertentu. Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera. Dan tinggi, jika seseorang menginginkan objek minat dalam waktu segera.
Jenis Minat Minat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan sebab-musabab atau alasan timbulnya
minat,
yaitu:
a.
Minat Volunter,
b.
Minat Involunter,
dan
c.
MinatNonvolunter (Sumadi Suryabrata, 1993:86)[23]. Ketiga jenis minat tersebut dapat dijelaskan sebaga berikut:
a.
Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.
b.
Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
c.
Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau dihapuskan.
Kategori Minat Minat dikatagorikan menjadi tiga katagori berdasarkan sifatnya, yaitu: a.Minat personal, b. Minat situsional, dan c. Minat psikologikal (Krapp dalam Dewi Suhartini, 2001: 25)[24], yaitu sebagai berikut:
a.
Minat Personal Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal.
b.
Minat Situsional
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti,tergantung rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat situsional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang, minat situsional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada.
c.
Minat Psikologikal Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan minat situsional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal.
Indikator Minat Indikator minat ada empat, yaitu: perhatian siswa, dan
a. perasaan
senang,
b. ketertarikan siswa,
c.
d. keterlibatan siswa (Safari, 2005:152)[25]. Masing-masing
indikator tersebut sebagai berikut:
a.
Perasaan Senang; Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
b.
Ketertarikan Siswa, Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
c.
Perhatian Siswa, Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
d.
Keterlibatan Siswa, Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
Definisi Belajar Sebenarnya dalam penegasan istilah telah dijelaskan pengertian belajar, namun perlu penulis tegaskan lagi. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi mengenai belajar, diantaranya : Menurut Witherington, sebagaimana dikutip oleh Khalijah Hasan dalam Educational Psychology mengemukakan : Belajar adalah Suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.[13] Definisi yang lain sebagaimana dikemukakan oleh W.S Winkel, bahwa "Belajar adalah suatu proses mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan / menetap.[14] Menurut Morgan, sebagaimana
dikutip
oleh
Wgalim
Purwanto,
dalam
buku
Introduction to psychology, mengemukakan :[15] “Belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman”. Sementara itu Abu Ahmadi menjelaskan, belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang harus secara keseluruhan sebagai hasil pengetahuan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[16]
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan mengenai pengertian minat dan pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah aspek psikologi
seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap aktivitas belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar serta menyadari pentingnya kegiatan itu. Selanjutnya terjadi perubahan dalam diri siswa yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman belajar. Minat siswa untuk belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Minat belajar sangat mendukung dan mempengaruhi pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah yang akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran Secara singkat yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan dan perhatian dalam belajar. Dalam pengertian lain minat belajar adalah : Kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam beraktivitas, yang meliputi jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor lahir batin.[17]
Minat belajar
Minat belajar adalah aspek spikologis seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala. Seperti : gairah, semangat, keinginan perasaan, suka melakukan proses tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (warga belajar ) terhadap proses belajar yang dijalaninya dan kemudian ditunjukkan melalui keantusiasan partisipasi dan keaktifan dalam mengikuti proses yang ada Ciri-Ciri Minat Belajar Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a.
Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b.
Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c.
Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
d.
Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.[18]
Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.
Menurut Ali (2004:67), Secara keseluruhan faktor digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa). [19] Berikut adalah beberapa pengertian faktor eksternal dan internal menurut Sumadi Suryabrata diantaranya sebagai berikut :
1.
Faktor Internal Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan (Sumadi Suryabrata, 2002:14).[20]
a.
Perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar.
b.
Keingintahuan adalah perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu; dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu
c.
Kebutuhan (motif) yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan .
d.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
2.
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan.