Mini Project [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MINI PROJECT HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KP. SEMPUREUN, DESA SANGIANG, KECAMATAN MAJA TAHUN 2022



Disusun Oleh: dr. Dian Sari Rachmawati Pembimbing: dr. Riris Delita Siahaan



PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PERIODE IV TAHUN 2021 UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MAJA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN 2022 i



LEMBAR PENGESAHAN Mini Project ini diajukan oleh: Nama



: Dian Sari Rachmawati



Judul



: Hubungan Sikap Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022



Disetujui oleh, Pendamping Dokter Internsip



Dr. Riris Delita Siahaan NIP. 197504152009022003



Mengetahui, Dinas Kesehatan Lebak



Kepala UPTD Puskesmas DTP Maja



dr. asdfghjkl



Hj. Deminah PS, S.KM, S.ST



NIP 1235689



NIP 197311282000122001 ii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii BAB I..........................................................................................................................................................1 PENDAHULUAN......................................................................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.....................................................................................................................2



1.3



Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2



1.4



Manfaat Penelitian.....................................................................................................................2



BAB II........................................................................................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................4 2.1.1



Definisi Perilaku BABS.........................................................................................................4



2.1.2



Faktor yang Memengaruhi...................................................................................................5



2.1.3



Efek BABS terhadap Kesehatan...........................................................................................6



2.1.4



Jamban...................................................................................................................................7



BAB III.......................................................................................................................................................9 METODE PENELITIAN..........................................................................................................................9 BAB IV.....................................................................................................................................................12 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................12 4.1



Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................................................12



4.2



Analisis Univariat....................................................................................................................13



4.3



Analisis Bivariat.......................................................................................................................17



4.4



Pembahasan.............................................................................................................................19



BAB V.......................................................................................................................................................22 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................22 4.5



Saran.........................................................................................................................................22



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24 LAMPIRAN.............................................................................................................................................26



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Open Defecation (OD) atau perilaku buang air besar sembarangan (BABS) merupakan salah satu perilaku hidup yang tidak sehat, adalah perilaku atau tindakan membuang tinja atau kotoran manusia di tempat terbuka seperti disawah, ladang, semaksemak, sungai pantai, hutan dan area terbuka lainnya serta dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air. Pembuangan tinja secara sembarangan ini akan memberikan efek buruk bagi Kesehatan (Melati, 2019). Pemerintah dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) hendak menciptakan keluarga dan lingkungan yang sehat, terdapat lima pilar dalam Progaram Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum, dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengamanan limbah cair rumah tangga. Dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang menjadi pilar pertama adalah Stop BABS (Kemenkes, 2014). Perilaku manusia dalam menggunakan jamban dan beradaptasi dengan lingkungan adalah faktor dalam membentuk budaya masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan pola kebiasaan setiap daerah menyebabkan sanitasi tidak cukup diselesaikan dengan pendekatan teknologi, tetapi membutuhkan pendekatan ekologi, sosial dan budaya. Perilaku buang air besar sembarangan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak memiliki jamban dirumah, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, lebih nyaman buang air besar diluar dengan udara yang mangalir, lokasi tempat bekerja yang jauh atau tidak memiliki jamban, lahan yang tidak tersedia untuk membangun jamban pribadi, lebih malu jika menumpang jamban tetangga untuk buang air besar sembarangan. Melihat banyaknya faktor tersebut maka diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat budaya atau tradisi masyarakat terkait perilaku buang air besar sembarangan (Melati, 2019).



1



Pembuangan tinja secara sembarangan ini akan memberikan efek buruk bagi kesehatan. Berbagai penyakit yang menjadi akibat dari sanitasi buruk di Indonesia antara lain penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, dan malnutrisi 25%. Sebagai upaya untuk menurunkan presentase angka kesakitan maupun kematian akibat sanitasi buruk, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk meningkatkan upaya perilaku hidup bersih dan sehat (Melati, 2019). Penyakit diare yang masih masuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak yang ada di wilayah kecamatan Puskesmas Maja serta masih banyaknya penduduk yang belum mendapat akses sanitasi yang layak (jamban sehat). Desa Sangiang merupakan salah satu desa di kecamatan Maja yang wilayahnya berada dekat aliran sungai. Akses penduduk ke jamban sehat hanya di angka 58.1%. Hal-hal tersebut di atas membuat perlunya diketahui faktor yang memengaruhi perilaku BABS pada masyarakat Maja khususnya Desa Sangiang. 1.2 Rumusan Masalah Dukungan sosial serta sikap masyarakat terhadap perilaku BABS memiliki peranan penting untuk mewujudkan desa yang Open Defecation Free (ODF). Oleh sebab itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian “Hubungan Sikap Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kecamatan Maja Tahun 2022”. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sikap dan dukungan sosial berpengaruh terhadap perilaku BABS. 1.4 Manfaat Penelitian A. Bagi responden Diharapkan Desa terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation dan dapat mengidentifikasi sikap warga terhadap perilaku BAB serta bagimana dukungan sosial memengaruhi perilaku BABS. B. Bagi Puskesmas atau Dinas Kesehatan



2



Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi agar terwujud desa yang Open Defecation Free (ODF). C. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti menambah wawasan peneliti dan merupakan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian yang diambil.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku BABS 2.1.1



Definisi Perilaku BABS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Skinner 1938 dalam Notoatmodjo 2012). Perilaku Buang Air Besar adalah praktek seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi Kesehatan (Notoatmodjo 2012). Semua makanan yang masuk kedalam tubuh akan dicerna oleh organ pencernaan. Selama proses pencernaan makanan dihancurkan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja, urine atau gas karbondioksida. Akhir proses pencernaan yang berupa tinja disebut buang air besar (Melati, 2019). Sejak dahulu sampai kapan pun masalah pembuangan kotoran manusia selalu menjadi perhatian kesehatan lingkungan. Dengan pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman. Masalah pembuangan tinja semakin meningkat tinja merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi komplek yang harus sedini mungkin diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai. Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal tempat berkembangnya sektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia sendiri (Notoatmodjo 2012).



4



Perilaku Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. Open Defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di lading, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara, dan air. 2.1.2



Faktor yang Memengaruhi Faktor yang memengaruhi kebiasaan BABS adalah sama halnya dengan factor yang memengaruhi masyarakat dalam perilaku Kesehatan. Terdapat tiga factor penting menurut teori L.Green yaitu faktor predisposisi atau diri sendiri, faktor enabling atau penguat, dan faktor reinforcing atau pendorong (Lawreence Green dalam Notoadmodjo, 2012). Jika diuraikan satu persatu, faktor predisposisi dari terjadinya perilaku BABS diantaraya seperti umur, pengetahuan, sikap, Pendidikan, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, dan tingkat social ekonomi. Untuk faktor enabling dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih, kepemilikan jamban, dan jarak jamban dengan sumber air. Penelitian yang dilakukan Qudsiyah dkk (2015) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan tingginya angka BABS adalah kepemilikan jamban. Sedangkan faktor reinforcing seperti peran petugas Kesehatan, dukungan apparat desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Kemudian akan dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh sikap dan pengaruh dukungan social dalam perilaku BABS. A. Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup) (Solekha, 2019). Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari komponen pokok yaitu : 



Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 5







Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.







Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang



utuh (total attitude) dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting B. Dukungan Sosial Penyuluhan



untuk



meningkatkan



kesadaran



masyarakat



dalam



menggunakan jamban juga memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku BAB masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dalam beberapa penelitian bahwa pembinaan petugas Puskesmas juga memiliki hubungan yang bermakna dalam penggunaan jamban. Hasil Penelitian Pane (2009) adanya hubungan yang bermakna antara dukungan aparat desa dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban yaitu keluarga yang mendapat dukungan dari aparat desa, kader posyandu, LSM memiliki peluang menggunakan jamban 2,8 kali dibandingkan yang tidak mendapat dukungan. Selain dukungan sosial, faktor sosial yang turut memegang pernanan ialah sanksi social. Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang. Menurut Syarbani (2012) tujuan diciptakannya sanksi sosial adalah agar anggota masyarakat menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Sistem pengendalian yang merupakan segala sistem maupun proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Tidak adanya sangsi sosial di masyarakat menjadi salah satu faktor kegagalan suatu daerah untuk menjadi daerah bebas BABS.



2.1.3



Efek BABS terhadap Kesehatan Manusia adalah reservoir dari sebagian besar penyakit dan hal ini dapat menurunkan kapasitas dan kemampuan kerjanya. Penularan penyakit melalui tinja (fecal 6



borne infection) merupakan salah satu penyebab kematian maupun cacat. Namun sebagian dari penyakit-penyakit tersebut dapat dikendalikan melalui sanitasi yang baik terutama pembuangan tinja yang saniter dan memenuhi syarat-syarat Kesehatan (Kusnoputranto, 1986). Transmisi penyakit dari orang sakit atau carier ke manusia sehat melalui suatu mata rantai tertentu. Transmisi tersebut dapat terjadi bila memenuhi faktor sebagai berikut : adanya agen penyebab (causative agent), reservoir atau sumber infeksi dari agen penyebab, cara menghindari dari reservoir, cara transmisi dari reservoir ke pejamu baru yang potensial, cara masuk ke pejamu baru, pejamu yang rentan. Bila salah satu dari ke enam faktor tersebut tidak ada, maka mengakibatkan penyebaran penyakit menjadi tidak mungkin (Solekha, 2019). Tinja sebagai sumber infeksi dapat sampai ke pejamu baru melalui berbagai cara, misalnya melalui air, tangan, arthopoda, tanah ataupun tangan ke makanan kemudian ke pejamu baru. Cara pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi tinja sebagi sumber infeksi sehingga tinja tidak mencemari air bersih yang biasa digunakan penduduk, meningkatkan kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan sebelum makan dan sesuadah buang air besar serta mencuci makanan dengan air bersih sehingga agen penyakit tidak mungkin mencapai pejamu yang baru. 2.1.4



Jamban Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit: tinja ditampung dalam tangki septik pribadi atau komunal. Salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara membangun jamban di setiap rumah. Karena jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka diharapkan tiap individu untuk memanfaatkan fasilitas jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak berbau. Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari (Kemenkes RI, 2014): 



Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) 7



Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya. 



Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu: - Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup. - Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).







Bangunan bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.







Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu: - Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. - Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.



8



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik cross sectional untuk melihat pengaruh faktor sikap dan dukungan sosial terhadap perilaku BABS di Desa Sangiang Kecamatan Maja tahun 2022. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kp Sempureun, Desa Sangiang. Waktu penelitian diadakan pada bulan April 2022. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang yang berjumlah 4289 jiwa. Sampel dari penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi masyarakat Kp. Sempureun, Desa Sangiang yang masih melakukan BABS ataupun sudah memiliki jamban sendiri. Rumus untuk menghitung besar sampel adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):



(



Zα √2 PQ+ Zβ √ P 1Q 1+ P 2q 2 n= P 1−P 2



)



2



Zα = Kesalahan tipe I (1.96) Zβ = Kesalahan tipe II (0.84) P2 = Proporsi masyarakat Indonesia yang masih belum menerapkan stop BABS (0.8) Q2 = 1- P2 = 0.2 P1 – P2 = Perbedaan Proporsi (0.2) Q1 = 1 – P = 0.1 Dengan demikian besaran sampel yang akan diambil adalah sebesar 35 orang.



9



3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel independen atau variabel bebsa adalah variabel yang menyebabkan perubahan pada variable lain. Variabel independent dari penelitian ini antara lain: 1. Sikap Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respon (baik secara positif maupun negatif) terhadap perilaku buang air besar sembarangan. 2. Dukungan Sosial Dukungan sosial, faktor pendukung yang kuat dan sangat berpengaruh serta dianggap penting oleh masyarakat dalam mendukung atau merubah perilaku buang air besar masyarakat. Variabel dependen adalah variable yang menglami perubahan akibat pengaruh variabel yang lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku BAB.



 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (sungai) adalah kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.



 Perilaku Buang Air Besar di Jamban Saniter adalah kegiatan seseorang yang melakukan pembuangan tinja dijamban yang memenuhi syarat kesehatan. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer meliputi identitas responden, sikap dan dukungan sosial dari responden dengan metode wawancara dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah data mengenai demografi, jumlah kasus diare, dan sarana jamban yang diambil dari data profil Puskesmas Rawat Inap Maja tahun 2021. 3.6 Metode Pengukuran 1. Sikap a. Alat ukur : Kuesioner 10



b. Kategori : baik (skor 5-9) dan tidak baik (skor 1-4) (Sugiyono, 2010). c. Skala : Ordinal 2. Dukungan Sosial a. Alat ukur : Kuesioner b. Kategori : ada (jika skor > median) dan tidak ada (skor ≤ median) (Saifuddin, 2008) c. Skala : Ordinal 3.7 Metode Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari masing-masing variable yaitu sikap, dukungan sosial dan perilaku buang air besar sembarangan. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variable yaitu variable bebas dan terikat, apakah variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan atau tidak. Dalm analisis ini digunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (Sudigdo, 2014).



11



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Puskesmas Rawat Inap Maja Puskesmas Maja merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya terdii atas 14 desa yaitu Desa Maja, Maja Baru, Sangiang, Tanjung Sari, Cilangkap, Pasir Kecapi, Curugbadak, Pasir kembang, Padasuka, Gubugan Cibeureum, Mekarsari, Buyut Mekar, Binong, dan Sindang Mulya. Luas wilayah kerja Puskemas Maja adalah 72,56 km2 yang berbatasan dengan Kecamatan Kopo Kabupaten Serang di daerah utara, Kecamatan Solear kabupaten Tangerang di daerah timur, Kecamatan Jasinga kabupaten Bogor di daerah selatan, dan Kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak di daerah Barat. Jumlah penduduk kecamtan Maja menurut estimasi tahun 2021 berjumlah 57.991 jiwa dimana 30.195 jiwa laki-laki dan 27.796 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan 111 jiwa/km2. Jumlah KK sebanyak 18.165. Penduduk kecamatan Maja mayoritas beragama Islam. Perilaku masyarakatnya sangat dipengaruhi adat istiadat setempat. Mata pencaharian umunya adalah petani kebun dan pedagang. Sebagian kecil sebagai pegawai swasta, PNS, TNI, dan POLRI. Sarana transportasi yang tersedia adalah kereta api, kendaaraan roda empat, dan ojek. Tingkat Pendidikan masyarakat di kecamatan Maja umumnya masih rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas Kesehatan dalam menyampaikan informasi ataupun inovasi-inovasi Kesehatan. Rincian tingkat Pendidikan masyarakat Maja antara lain, 11.97% tidak memiliki ijazah SD, 20.71% lulusan SD, 13.81% lulusan SMP, 14.83% lulusan SMA, 3.45% lulusan SMK, dan 4.28% lulusan perguruan tinggi. Sarana Pendidikan yang tersedia di kecamatan Maja antara lain TK (Taman Kanak-Kanak) berjumlah 20, SD atau sekolah dasar berjumlah 30, SMP (Sekolah Menengah Pertama sejumlah 9, dan 5 SMA atau Sekolah Menengah Atas. Visi Misi Puskesmas Rawat Inap Maja antara lain: Visi Mewujudkan masyarakat Maja yang sehat dan mandiri



12



Misi 



Mendorong pembangunan berwwasan Kesehatan







Mendrong kemandirian masyarakat Maja untuk hidup sehat







Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu, efektif, efisien, adil dan merata serta terjangkau bagi masyarakat Maja dan sekitarnya



10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Maja adalah ISPA, Gastritis, Hipertensi, Febris, Myalgia, Diare, Dermatitis, Faringitis, dan Diabetes Melitus. Desa di kecamatan Maja yang seluruh masyarakatnya memiliki akses jamban adalah desa Maja, Cilangkap, dan Mekarsari. Sedangkan desa yang sudah stop BABS adalah desa Maja, Curugbadak dan Gubugan Cibeureum. 4.1.2



Profil Desa Sangiang Desa Sangiang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Maja. Desa Sangiang terdiri dari beberapa kampung yaitu kampung Sempureun, Cibedil, Citameng, Pasir Puyuh, Bendungan, Numpi, Cikuya, dan Cirompang. Luas wilayah Desa Sangiang sendiri sekitar 400 hektar dengan jumlah penduduk 4289 jiwa, jumlah rumah tangga 1245 dengan rata-rata tiga jiwa per rumah tangga. Kepadatan penduduknya 107 per km2. Berdasarkan data tahun 2021, terdapat 337 sarana jamban di Desa Sangiang dengan jumlah pengguna 2361 jiwa sehingga total penduduk dengan akses sanitasi yang layak sebesar 58.1%. jumlah perkiraan kasus diare yang terjadi di Desa Sangiang adalah 109 kasus di tahun 2021. Sedangkan jumlah kasus diare yang ditangani adalah sebanyak 37 kasus.



4.2 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi dari masingmasing variabel yaitu variabel perilaku buang air besar, sikap dan dukungan sosial.



13



4.2.1 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada masyarakat, maka didapatkan distribusi perilaku buang air besar masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang adalah sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Perilaku Buang Air Besar Masyarakat Kp. Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Tahun 2022 Perilaku Buang Air Besar Jumlah % Di jamban saniter



25



71.42%



Sembarangan



10



28.57%



Total



35



100%



Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa, dari total responden yang berjumlah 35, 10 responden masih melakukan perilaku BABS atau dengan persentase 28.75%. Sedangkan sisanya yaitu 25 responden atau 71.42% dari total responden tidak melakukan perilaku BABS atau selalu BAB pada jamban. 4.1.3



Gambaran Sikap terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner, berikut adalah gambaran distribusi sikap masyarakat terhadap perilaku buang air besar di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kabupaten Lebak: Tabel 2 Distribusi Masyarakat Berdasarkan Sikap terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa Sangiang Kabupaten Lebak Tahun 2022 Sikap Jawaban Setiap keluarga atau



Tidak Setuju



%



Setuju



%



0



0%



35



100%



19



54.28%



16



45.72%



rumah wajib memiliki jamban Menegur orang yang



14



BABS Jamban



dibersihkan



minimal



2-3



22



62.85%



13



37.15



11



31.42%



24



68.58%



14



40%



21



60%



0



0%



35



100%



28



80%



7



20%



25



71.42%



10



28.58%



25



71.42%



10



28.58%



21



60%



14



40%



kali



seminggu Mengajak setiap orang untuk



berpartisipasi



menggunakan jamban Tidak



memiliki



rencana



jangka



Panjang



untuk



memperbaiki/memiliki jamban Berdiskusi



dengan



keluarga



untuk



memiliki jamban Memiliki bukan



jamban merupakan



prioritas Saat



beraktifitas



di



luar rumah buang air besar



di



laut/sungai/kebun, bukan di jamban Saat musim kemarau buang air besar di sungai Kebersihan



jamban



umum yang sudah ada bukan tanggung



merupaan jawab



15



Bersama Melaporkan siapa saja



34



97.14%



1



2.86%



yang buang air besar sembarangan



kepada



petugas Kesehatan Berdasarkan tabel 2 distribusi masyarakat berdasarkan sikap di Kp Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja menunjukkan seluruh responden setuju setiap keluarga wajib memiliki jamban di rumah namun terdapat 10 responden (28.58%) yang masih melakukan BABS. Dari jawaban masyarakat di atas diperoleh kategori sikap masyarakat sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi Kategori Sikap Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022 Sikap Jumlah % Baik 22 62.85% Tidak Baik 13 37.15% Total 35 100% Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Sebagian besar masyarakat memiliki sikap yang baik (62.85%) tentang perilaku buang air besar. 4.1.4



Gambaran Dukungan Sosial terhadap Buang Air Besar Sembarangan Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner, berikut adalah gambaran distribusi dukungan sosial kepada masyarakat terhadap perilaku buang air besar di Kp. Sempureun, Desa Sangiang, Kabupaten Lebak: Tabel 4 Distribusi Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022 Dukungan Sosial Jawaban Aparat desa dan tokoh masyarakat berkoordinasi



Ada



%



Tidak



%



31



88.57%



4



11.43



dengan KK untuk memanfaatkan jamban Aparat desa dan tokoh masyarakat memiliki



% 25



71.42%



10



28.58 16



program pemberdayaan masyarakat stop BABS Aparat



desa



dan



tokoh



masyarakat



pernah



% 16



45.71%



19



54.28



31



88.57%



4



11.43



mengadakan penyuluhan stop BABS atau jamban sehat Aparat desa dan tokoh masyarakat memberikan bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan



%



jamban Aparat desa dan tokoh masyarakat menegur



7



20%



28



80%



masyarakat yang BABS



Dapat dilihat dari tabel 4, dari kelima parameter pengukuran dukungan sosial, 88.57% reponden memberikan respon terdapat ‘aparat desa dan tokoh masyarakat berkoordinasi dengan KK untuk memanfaatkan jamban’ dan ‘aparat desa dan tokoh masyarakat memberikan bantuan untuk menggunakan atau memanfaatkan jamban’ pada lingkungan responden. Sedangkan aparat atau tokoh masyarakat yang menegur masyarakat yang BABS masih sedikit yaitu sekitar 20%. Tabel 5 Distribusi Kategori Dukungan Sosial kepada Masyarakat terhadap perilaku BABS di Kp. Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022 Dukungan Sosial Jumlah % Ya 25 71.42% Tidak 10 28.58% Total 35 100% Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 71.42% atau sebanyak 25 responden mendapat dukungan sosial dalam perilaku BAB, sedangkan 10 responden atau 28.58% tidak mendapatkan dukungan sosial. 4.3 Analisis Bivariat 4.3.1 Hubungan Sikap dan Perilaku BAB Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang chi-square antara sikap masyarakat dengan perilaku BABS dapat dilihat pada table di bawah ini: 17



Tabel 6 Hubungan Sikap dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kp. Sempureun Desa Sangiang Kecamatan Maja Tahun 2022 Sikap Buang Air Besar Jumlah P Tidak Saniter



Saniter



n



%



n



%



N



%



Baik



0



0%



22



100%



22



62.85%



Buruk



10



76.92%



3



23.08%



13



37.15%