Mini Review Stase 7 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fifi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MINI REVIEW ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN MENOMETRORAGI Fifi Safiroh Program Studi Profesi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya e-mail: [email protected] ABSTRAK IUD merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif, reversible, segera setelah pemasangan, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat, membantu mencegah kehamilan ektopik, bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. Meskipun memiliki banyak keunggulan, metode kontrasepsi IUD juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Terdapat efek samping seperti perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting (perdarahan) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari pasca pemasangan, perforasi dinding uterus, perdarahan, nyeri, ekspulsi (pengeluaran sendiri), keputihan,dan menometroragia, dimana efek samping yang biasa dirasakan oleh akseptor terjadi sekitar 1-3 bulan pada awal pemakaian. Salah satu gangguan menstruasi adalah menometroragia. Tujuan mini review ini untuk menganalisa bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan menometroragi. Metode yang digunakan yaitu literature review dari 10 artikel yang terdapat pada jurnal dan artikel ilmiah kebidanan dari tahun 2016 – 2020. Hasil review ini menunjukan bahwa apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antiinflamasi, suplemen zat besi, dan antifibrinolitik. Kata kunci: IUD; Menometroragi ABSTRACT The IUD is a very effective, reversible, long-term contraceptive, immediately after insertion, does not affect sexual intercourse, increases sexual comfort because it is not afraid to become pregnant, does not have hormonal side effects, does not affect the quality and volume of breast milk, Can be inserted immediately after delivery / post abortion, can be used until menopause, no interaction with drugs, helps prevent ectopic pregnancy, works primarily to prevent sperm and ovum from meeting, allows to prevent implantation of eggs in the uterus. Although it has many advantages, the IUD contraceptive method also has side effects that need attention. There are side effects such as changes in the menstrual cycle (longer and more), spotting (bleeding) between menstruation, when menstruation is more painful, feeling pain or cramps for 3-5 days after insertion, perforation of the uterine wall, bleeding, pain, expulsion (discharge). itself), vaginal discharge, and menometroragia, where side effects usually felt by acceptors occurred around 1-3 months at the start of use. One of the menstrual disorders is menometroragia. The purpose of this mini review is to analyze how midwifery care for IUD family planning acceptors by menometroragi. The method used is a literature review of 10 articles in midwifery journals and scientific articles from 2016 - 2020. The



results of this review show that if there are no pathological abnormalities, continuous bleeding and heavy bleeding, conduct counseling and monitoring. Treatment can be done by administering anti-inflammatory, iron supplements, and antifibrinolytics. Key words: IUD; Menometroragi



LATAR BELAKANG Di dalam rangka upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, khususnya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Untuk menjamin pelaksanaan asuhan kebidanan yang berkualitas diperlukan adanya standar asuhan kebidanan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang bidan.1 Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki posisi strategis bidan harus mempunyai kompetensi dalam memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan reproduksi yang berkesinambungan (continuinum of care) dan berfokus pada aspek promosi dan prevensi berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan senantiasa siap memberikan asuhan kepada siapa saja utamanya wanita dalam seluruh siklus kehidupannya.1 Berdasarkan Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik dalam pasal 12 menyebutkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan dasar tentang tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan menstruasi.9 Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak



dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.10 Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUSPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 267 juta jiwa. Terdapat peningkatan presentase pemakaian alat kontrasepsi (semua cara) pada Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 64% pada SDKI 2017.1Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi IUD/AKDR, 30% terdapat di Cina, 13%di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% dinegara–negara 3 berkembang lainnya. Data peserta KB aktif menurut Profil kesehatan RI (2016), menunjukkan metode kontrasepsi yang terbanyak penggunaannya adalah suntikan, yakni sebanyak 47,69%, sedangkan IUD berada diurutan ke empat sebanyak 10,61%.4 Cara kerja masing-masing metode yang ada juga mempunyai keistimewaan tersendiri. Tidak semua metode tersebut dapat digunakan oleh setiap wanita ataupun oleh setiap calon akseptor. Ada Indikasi dan Kontraindikasi yang perlu diketahui dan dipahami untuk setiap metode kontrasepsi yang ada.1 IUD merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif, reversible segera setelah pemasangan, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat, membantu mencegah kehamilan ektopik.bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. Dengan cara kerja menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,



mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.1 Meskipun memiliki banyak keunggulan, metode kontrasepsi IUD juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Terdapat efek samping seperti perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting (perdarahan) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari pasca pemasangan, perforasi dinding uterus, perdarahan, nyeri, ekspulsi (pengeluaran sendiri), keputihan,dan menometroragia, dimana efek samping yang biasa dirasakan oleh akseptor terjadi sekitar 1-3 bulan pada awal pemakaian.7,8 Salah satu gangguan menstruasi adalah menometroragia merupakan kasus yang jarang terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti menometroragia tidak berpengaruh terhadap meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas karena menometroragia berhubungan dengan salah satu faktor penyebab gangguan dalam organ reproduksi wanita.7 Menometrorargia banyak dialami oleh para wanita. WHO memperkirakan bahwa hampir 60% wanita mengalami menometrorargia. Walaupun tidak terlalu signifikan mempengaruhi kehidupan wanita namun menometrorargia tersebut cukup mengganggu wanita dalam kehidupan sehari-hari. Angka kejadian menometrorargia juga cukup besar di negara berkembang terutama di negaranegara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Angka kejadian menometrorargia di Asia Tenggara hampir dialami oleh 55 % wanita. Menometrorargia yang terjadi di Asia Tenggara lebih banyak dialami oleh wanita usia lebih dari 40 tahun. Angka kejadian menometrorargia di Indonesia sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% pada wanita usia 45 tahun dan 9,36 % terjadi pada wanita usia 55 tahun. Sedangkan



angka kejadian di Jawa Barat adalah sebesar 53 %. 7 Hal ini karena penderita menometroragia mengalami pengeluaran darah melebihi normal dan lebih lama. Penanganan pada menotroragia antara lain dengan memberikan estrogen dalam dosis tinggi atau progesteron jika terjadi pada masa pra pubertas. Sebagai tindakan pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus ialah histerektomi.10 KAJIAN LITERATUR Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan lat, fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan.1 IUD adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastic atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melaluikanalis servikalis. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.1 Keuntungannya seangat efektif, efetif segera seteah pemasangan, jangka panjang, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat, membantu mencegah kehamilan ektopik.1 Namun juga memiliki kekuranagn seperti perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting (perdarahan) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari pasca pemasangan, perforasi dinding uterus, tidak mencegah IMS termasuk



HIV/AID’s, terjadi penyakit radang panggul yang dapat memicu infertilitas bila sebelumnya memang sudah terpapar IMS. Prosedur medis perlu pemeriksaan pelvik dan kebanyakan perempuan takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan perdarahan setelah pemasangan, klien tidak bisa melepas AKDR sendiri, bisa terjadi ekspulsi AKDR, tidak mencegah kehamilan ektopik, harus rutin memeriksa posisi benang.1 Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) – alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim dan dapat bersifat sebagai benda asing sehingga memicu terjadinya perdarahan per vaginam yang tidak normal. Kerja ionion tembaga dalam IUD yang mempengaruhi enzim-enzim dalam endometrium yang bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin) atau faktor mekanik yaitu perlukaan endometrium karena ketidakserasian besarnya IUD dan rongga rahim. 10 Insersi IUD dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan mekanispada endometrium, hal ini menyebabkan perlukaan sehingga mengakibatkan perdarahan di antara menstruasi. Adanya ion-ion dalam IUD yang mengandung tembaga menyebabkan meningginya konsentrasi aktivator plasminogen yaitu enzim yang memecah protein dan mengaktifkan dissolusi dari bekuan-bekuan darah dalam endometrium. Pemeriksaan darah ada penderita menometroragia karena pemakaian IUD juga memperlihatkan aktivator plasminogen dalam darah inter-menstruasi dan endometrium meningkat. Enzim-enzim ini menyebabkan bertambahnya aktifitas fibrinolitik serta menghalangi pembekuan darah.11 Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antiinflamasi asam mefenamat 500 mg 3x sehari selama perdarahan atau ibuprofen 800mg 3x1 selama satu minggu, dan suplemen zat besi apabila timbul anemia. Apabila terjadi perdarahan berat dapat diberikan antifibrinolitik yaitu asam traneksamik 1000-1500 mg per oral tiap 6



jam selama 3-4 hari. Obat ini menghambat secara kompetitif perubahan plasminogen menjadi plasmin, dan menstabilkan sumbatan fibrin. Apabila klien tidak dapat menahan keluhan, pertimbangkan 11 pengangkatan IUD. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini literature review mengkaji 10 artikel terkait asuhan kebidanan pada ibu nifas pada tahun 2016-2020 dari portal garuda, jurnal, SSH, dan google scholar. Literature review adalah analisa berupa kritik (membangun maupun menjatuhkan) dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. PEMBAHASAN IUD memiliki berbagai efek samping, salah satunya adalah menometroragia. Menometroragia adalah perdarahan rahim yang berlebihan dalam jumlah dan lamanya. Perdarahan dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun diantara periode menstruasi, yang disebabkan oleh kelinan organic pada alat genitalia atau oleh kelainan fungsional. Dijelaskan dalam tinjauan pustaka bahwa salah satu jenis kontrasepsi ialah kontrasepsi IUD. IUD adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastic atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melaluikanalis servikalis. Penyebab menometroragia diantaranya karena pemakaian alat kontrasepsi IUD. Hal ini disebabkan kerja ion-ion tembaga dalam IUD yang mempengaruhi enzim-enzim dalam endometrium yang bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin) atau faktor mekanik yaitu perlukaan endometrium karena ketidakserasian besarnya IUD dan rongga rahim. Insersi IUD dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan mekanispada endometrium, hal ini menyebabkan perlukaan sehingga mengakibatkan perdarahan di antara menstruasi. Adanya



ion-ion dalam IUD yang mengandung tembaga menyebabkan meningginya konsentrasiaktivator plasminogen yaitu enzim yang memecah protein dan mengaktifkan dissolusi dari bekuanbekuan darah dalam endometrium. Pemeriksaan darah ada penderita menometroragiakarena pemakaian IUD juga memperlihatkan aktivator plasminogen dalam darah intermenstruasi dan endometrium meningkat. Enzim-enzim ini menyebabkan bertambahnya aktifitas fibrinolitik serta menghalangi pembekuan darah. Salah satu efek samping dari penggunaan KB IUD yang apabila tidak segera ditanganidapat menimbulkan anemia karena kehilangan darah secara berlebihan. Menurut tinjauan pustaka, tindakan segera yang dapat dilakukan ialah Peneliti Judul Sampel Atika Manajemen 1 sampel Daen, Asuhan Een Kebidananpada Kurnaesih, Ny.E Akseptor Suryanti S IUD dengan Menometroragia



Hamimah



Penatalaksanaan 2 sampel menometroragi Pada Wanita Usia Subur (WUS di Poli KIA Puskesmas Bangkalan



apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antiinflamasi asam mefenamat 500 mg 3x sehari selama perdarahan atau ibuprofen 800mg 3x1 selama satu minggu, dan suplemen zat besi apabila timbul anemia. Apabila terjadi perdarahan berat dapat diberikan antifibrinolitik yaitu asam traneksamik 1000-1500 mg per oral tiap 6 jam selama34 hari. Obat ini menghambat secara kompetitif perubahan plasminogen menjadi plasmin, dan menstabilkan sumbatan fibrin. Apabila klien tidak dapat menahan keluhan,pertimbangkan pengangkatan IUD.



Metode Analisa data kualitatif studi kasus yang dilakukan dengan mengorganisa sikan data



Analisa data kualitatif studi kasus yang dilakukan dengan mengorganisa sikan data



Output Pengumpulan data dasar pada kasus Ny. Eakseptor KB IUD dengan menometroragia yaitu pengeluaran darah di luartanggal menstruasi disertai gumpalan dari jalan lahir dan perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal dengan frekuensi mengganti pembaluttiap jam dalam beberapa waktu tertentu, dengan masalah ibu merasa tidak nyaman dan cemas terhadap kondisinya. Pada kasus ini tidak terdapatdata yang menunjang untuk terjadinya masalah potensial. Hasil penelitian didapatkan pada partisipan 1 Ny “y” usia 39 tahun dengan menometroragia dan pada partisipan 2 Ny “r” usia 40 tahun dengan menometroragia. Pengkajian pada kedua partisipan didapatkan bahwa



Desi Indriati, Neli Sunarni, Nur Hidayat



Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Dengan Menometroragia dan Anemia Sedang di Ruang Delima RSUD Ciamis



1 sampel



Analisa data kualitatif studi kasus yang dilakukan dengan mengorganisa sikan data



Florencia Cabral, Juvenalda



Gambaran Gangguan Menstruasi pada Mahasiswi Universitas Ngudi Waluyo



96 siswa dengan mengguna kan metode proportion



Deskripstif dengan pendekatan cross sectional



mengalami menstruasi selama 1 bulan dengan darah lebih banyak dari biasanya dan menggumpal. Terapi yang diberikan pada kedua partisipan adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yaitu ibu profen dan tablet Fe. Proses penyembuhan pada partisipan 1 teratasi setelah dilakukan evaluasi selama 2 minggu sedangkan pada partisipan 2 setelah dilakukan evaluasi pemberian terapi pada ibu selama 1 minggu tidak ada perubahan dan tidak teratasi sehingga perlu dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk mengetahui penyebab perdarahan lebih lanjut. Gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada remaja putri dengan menometroragia dan anemia sedang. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja putri dengan menometroragia dan anemia sedang di Ruang Delima RSUD Ciamis dilaksankan dengan baik. Evaluasi asuhan kebidanan pada Nn. N dengan menometroragia dan anemia sedang keadaan umum baik, pada genetalia darah keluar sedikit dan tidak ada gumpalan, sudah dilakukan transfusi darah dengan hasil Hb : 10,6 g%. Mahasiswi Universitas Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang semuanya mengalami gangguan menstruasi yaitu sebanyak 96 orang (100,0%) dengan jenis gangguan yaitu



Kabupaten Semarang



ate random sampling



Mardiana Zakir, Rosmade wi Rosmade wi



Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Metroragia



Pasien yang menderita penyakit metroragia sebanyak 65 orang



Firdausy Putri Kusumaw ardhani



Asuhan Kebidanan Akseptor Kb Iud Pada Ny. M Dengan Menometroragia Di Rsud Karanganyar



1 sampel



nyeri menstruasi sebanyak 45 orang (46,9%). Gangguan siklus menstruasi sebagian besar tidak teratur (89,6%). Gangguan jumlah darah menstruasi sebagian besar polimenorea (64,6%). Gangguan lama menstruasi sebagian besar hipomenorea (70,8%). Gangguan nyeri menstruasi sebagian besar pre menstruasi syndrome (59,4). Penelitian analitik dengan pendekatan kasus control



Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian metroragia yaitu endometriosis (pv=0,005;OR 3,005), polip serviks (pv=0,001;OR 4,461), servisitis (pv=0,001; OR 4,390), dan kontrasepsi hormonal (pv=0,034;OR 2,280). Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan antara endometriosis, polip serviks, servisitis dan kontrasepsi hormonal dengan kejadian metroragia. Observasional Dilakukan penatalaksanaan deskriptif dan pengawasan selama 7 dengan hari. Setelah pemberian terapi pendekatan antiinflamasi non-steroid studi kasus (AINS) dan koagulansia, perdarahan klien berhenti, tidak terjadi komplikasi berupa anemia, dan klien tetap menggunakan KB IUD. Terdapat kesenjangan yaitu tidak dilakukan pemeriksaan ginekologi serta pemeriksaan penunjang berupa USG transvaginal dan laboratorium. Kesimpulan: Ny. M P2A0 akseptor KB IUD dengan menometroragia mendapat terapi antiperdarahan dan



Risma Kurniasih



Karakteristik Peserta Kontrasepsi IUD Yang Mengalami Kejadian Menometroragia Di Puskesmas Kenten Palembang



109 peserta kontraseps i



KESIMPULAN IUD adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastic atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melaluikanalis servikalis. IUD memiliki berbagai efek samping, salah satunya adalah menometroragia. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antiinflamasi asam mefenamat 500 mg 3x sehari selama perdarahan atau ibuprofen 800mg 3x1 selama satu minggu, dan suplemen zat besi apabila timbul anemia. Apabila terjadi perdarahan berat dapat diberikan antifibrinolitik yaitu asam traneksamik 1000-1500 mg per oral tiap 6 jam selama34 hari. DAFTAR PUSTAKA 1. Kurniasih, dkk. Manajemen Asuhan Kebidananpada Ny.E Akseptor IUD dengan Menometroragia. Window of Midwifery Journal. Vol. 01. No. 02. 2020: 66-75 2. Hamimah. Penatalaksanaan menometroragi Pada Wanita Usia Subur (WUS di Poli KIA Puskesmas



pengawasan selama 7 hari. Perdarahan berhenti, ibu tidak mengalami anemia, dan tetap menggunakan IUD. Deskriptif Pada penelitian ini diperoleh dengan 109 kasus rancangan menometroragia. Kejadian cross menometroragia terbanyak sectional. pada usia > 30 tahun (51,4%), berprofesi sebagai ibu rumah tangga (44,0%), riwayat paritas P2-P4 (70.6%), menggunakan IUD tembaga (98,2%), dan lama penggunaan IUD 0-3 bulan (56,9%). Bangkalan. STIKes Ngudia Husada Madura. 2020 3. Indrianti dkk. Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Dengan Menometroragia dan Anemia Sedang di Ruang Delima RSUD Ciamis. Stikes Muhammadiyah Ciamis. 2017 4. Juvenalda dkk. Gambaran Gangguan Menstruasi pada Mahasiswi Universitas Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang. Universitas Ngudi Waluyo.2019 5. Rosmadewi, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Metroragia. Jurnal Keperawatan. Vol. 9. No. 2. 2018 6. Kusumawardhani. Asuhan Kebidanan Akseptor Kb Iud Pada Ny. M Dengan Menometroragia Di Rsud Karanganyar. UNS-F. Kedokteran Prog. D III Kebidanan. 2017 7. Risma, K. Karakteristik Peserta Kontrasepsi IUD Yang Mengalami Kejadian Menometroragia Di Puskesmas Kenten Palembang . Universitas Muhammadiyah Palembang.2015 8. Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI. 2016 9. BPS. Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa. Dkatadata.co.id. Published online 2019:1.



10. WHO. update Maret. Published 2015. Accessed July 6, 2020. https://www.who.int/ 11. Pelayanan F. Kategori Data : Profil Kesehatan Indonesia Profil Kesehatan Indonesia 2019 . Published online. 2019. 12. Sri H. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama; 2010. 13. Sulistiyawati A. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika; 2011. 14. Artadiredja. Wanita dan Menometrorargia. Tersedia dalam http://www.salingberbagiinformasidan ilmu.blogspot.com [diakses 10 April 2017]. 15. Manuaba. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta. EGC. 2010. 16. Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. 17. Depkes. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Intergratif



di Tingkat Pelayanan Dasar. Direktoral Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI. 2018 18. I Gede Ngurah , dkk. Buku Panduan Belajar Koas Obstetrik dan Gynekologi. Fakultas Kedokteran Udayana Denpasar Bali. dayana University Press. 2017.