Minipro Stunting 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mini project



Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi Ibu Hamil Demi Mencegah Anak Stunting Usia 0-24 Bulan di Nagari Muaro Busuak Wilayah Kerja Puskesmas Selayo



OLEH: dr. Raihandi Putra Pembimbing: dr. Septina Sari



PUSKESMAS SELAYO KABUPATEN SOLOK 2020



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Timbulnya masalah gizi disebabkan oleh multifaktor.1 Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan yang salah satunya disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.2 Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi akibat malnutrisi dan menggambarkan kekurangan gizi yang terjadi secara kumulatif dalam waktu lama atau dikenal dengan istilah kekurangan gizi kronis (hidden hunger). Menurut World Health Organization (WHO) terdapat kurang lebih 162 juta balita yang stunting, besarnya masalah stunting dan dampak yang ditimbulkan membuat WHO melalui World Health Assembly (WHA) menargetkan prevalensi stunting pada tahun 2025 menurun sebanyak 40 % disemua negara yang mempunyai masalah stunting termasuk Indonesia.2 Prevalensi stunting di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara dan masuk 5 besar negara di dunia dengan prevalensi stunting tertinggi. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myammar, Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Indonesia menduduki peringkat ke-lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting, lebih dari sepertiga anak Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi stunting secara nasional tahun 2007 adalah sebesar 36,8 %, tahun 2010 yaitu 35,6 %, dan mengalami peningkatan di tahun 2013 yaitu sebesar 37,2%. Sementara itu, Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ke 17 dari 20 kategori provinsi dengan prevalensi diatas nasional. Hasil pemantauan status gizi tahun 2015 balita 0-23 bulan yang mengalami stunting secara nasional 23,1 %, sedangkan Sumatera Barat sebanyak 18,5% sementara itu pada kelompok usia 24-59 bulan prevalensi stunting secara nasional 35,3%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Sumatera Barat 36,2 %. Sedangkan



angka stunting pada balita di Kota Padang sebesar 22,6%.3 Berdasarkan penimbangan massal yang dilakukan pertama kali oleh Puskesmas Selayo pada Januari 2019 didapatkan 87 dari 1.146 (15,5%) balita di Kecamatan Selayo mengalami stunting. Walaupun terdapat perbedaan yang signifikan dengan angka nasional, namun stunting harus menjadi perhatian pemerintah mengingat penurunan prevalensi stunting merupakan salah satu prioritas program pembangunan nasional yang tercantum dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019.4,5 Dampak stunting berisiko tinggi menurunkan tingkat kecerdasan, produktivitas serta kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan. Selain itu dampak stunting pada usia dewasa sangat luas termasuk perkembangan motorik dan penyakit degeneratif.2 Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) faktor yang berperan terhadap kejadian stunting adalah faktor lingkungan, penyakit infeksi berulang, morbiditas meningkat, pengasuhan anak yang tidak memadai, sanitasi yang buruk, akses terhadap pelayanan kesehatan yang kurang, pendapatan yang rendah, pendidikan dan pengetahuan gizi, serta kesehatan ibu yang minim. Berdasarkan kajian International Children’s Emergency Fund (UNICEF) Indonesia terdapat berbagai hambatan yang menyebabkan tingginya angka stunting di Indonesia diantaranya pengetahuan dan praktek pengasuhan yang tidak memadai.6 Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyadarkan masyarakat dibidang gizi cukup banyak, seperti yang tertuang dalam rencana aksi Kementrian Kesehatan RI, yaitu meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan kampanye gizi. Disamping pendidikan kegiatan yang terkait antara lain promosi gizi, penyuluhan gizi, advokasi, pelatihan, dan konsultasi gizi.7 Edukasi gizi merupakan bagian dari kegiatan pendidikan kesehatan, merupakan sebagai upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Dengan demikian kegiatan yang harus dilakukan untuk memperbaiki pengetahuan, 2



sikap, dan perilaku gizi adalah edukasi gizi.8 Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi stunting pada anak usia baduta adalah faktor asupan, antara lain kurangnya gizi saat ibu hamil. Permasalahan gizi harus diperhatikan sejak masih dalam kandungan.9 Riwayat status gizi ibu hamil menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.10 Jika terjadi kekurangan status gizi awal kehidupan maka akan berdampak terhadap kehidupan selanjutnya seperti Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kecil, pendek kurus, daya tahan tubuh rendah dan resiko meninggal dunia. 10,11 Anak yang lahir BBLR berpotensi besar mengalami status gizi kurang bahkan lebih buruk yang mempengaruhi kehidupanya termasuk resiko gangguan pertumbuhan. 12,13 Akibatnya anak mengalami gagal tumbuh, postur tubuh kecil pendek yang ditandai dengan kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal. 14



1.2 Pernyataan Masalah Bagaimanakah praktik pemberian gizi pada ibu hamil demi mencegah anak stunting usia 6-24 bulan di Nagari Koto Hilalang 1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Bagaimanakah praktik pemberian gizi pada ibu hamil demi mencegah anak stunting usia 6-24 bulan di Nagari Koto Hilalang? b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengetahuan gizi akan ibu hamil kepada ibu hamil di Nagari Koto Hilalang demi mencegah stunting usia 6-24 2. Menilai asupan energi, karbohidrat, lemak, protein, zat besi, asam folat serta iodium pada makanan yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah stunting usia 6-24 di Nagari Koto Hilalang 1.4 Manfaat 3



1.



Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pembuat kebijakan dalam upaya perbaikan gizi dengan fokus terhadap gerakan pemberian gizi akan ibu hamil sesuai standar.



2.



Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang hamil maupun akan hamil nantinya agar dapat menerapkan pemberian gizi ibu hamil sesuai standar yang direkomendasikan sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya stunting pada anak.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4



2.1 Stunting 2.1.1 Definisi Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.11 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006, nilai z-scorenya kurang dari 2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD. 11 1.1.2 Faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia 6-24 bulan Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, namun secara umum dikategorikan menjadi tiga faktor yaitu faktor dasar (basic factors), faktor yang mendasari (underlying factors), dan faktor dekat (immediate factors).24 Faktor ekonomi, sosial, politik, termasuk dalam basic factors; faktor keluarga, pelayanan kesehatan termasuk dalam underlying factors sedangkan faktor diet dan kesehatan termasuk dalam immediate factors. Faktor keluarga seperti tingkat pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi, dan jumlah anak dalam keluarga merupakan faktor risiko terjadinya stunting. Kondisi lingkungan di dalam maupun di sekitar rumah juga dapat mempengaruhi terjadinya stunting. Lingkungan yang kotor dan banyak polusi menyebabkan anak mudah sakit sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.24 Berikut ini merupakan faktor risiko stunting pada balita : 1. Asupan Makanan Asupan makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terdapat di dalam makanan yang dikonsumsi. Asupan makan merupakan salah satu faktor risiko stunting secara langsung. Asupan makan yang dikonsumsi oleh anak usia 6-12 5



bulan terdiri dari ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI).11 a. ASI Eksklusif ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. ASI merupakan makana yang ideal diberikan kepada bayi sehingga pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan selama masih mencukupi kebutuhan bayi. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga pemberian ASI secara eksklusif dapat berhasil adalah dengan inisiasi menyusui dini (IMD). 32 Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah pemberian ASI (air susu ibu) pada 1 jam pertama atau