Miop Gravior [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Miop Gravior [PDF]

BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN 

Nama

: Nn. K



Jenis kelamin

: Perempuan



Umur

: 24 tahun



Agama

5 0 1 MB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN 



Nama



: Nn. K







Jenis kelamin



: Perempuan







Umur



: 24 tahun







Agama



: Islam







Suku



: Bugis / Indonesia







Pekerjaan



: Mahasiswa







Alamat



: Makassar







No. Register



: 065010







Tanggal pemeriksaan : 22 Agustus 2016







Rumah sakit



: Poli RS Universitas Hasanuddin Makassar



II. ANAMNESIS 



Keluhan Utama



:



Penglihatan kabur pada mata kiri secara tiba-tiba 



Anamnesis Terpimpin



:



Pasien mengeluh penglihatan kabur pada kedua mata dan menurun pada mata kiri secara tiba-tiba sejak satu minggu terakhir. Penglihatan dirasakan tidak jelas sehingga pasien sering memicingkan mata untuk melihat dengan lebih jelas. Pasien juga mengaku mata cepat lelah pada saat melihat dan mengatakan kedua matanya sering berair namun mata gatal dan mata merah disangkal oleh pasien. Sebelumnya pasien menggunakan kacamata sejak 7 tahun yang lalu dengan kacamata berukuran –0,75D dan sejak 3 tahun yang lalu menggunakan kacamatan berukuran -10D. Keluhan sakit kepala turut dirasakan pasien namun keluhan dirasakan hilang timbul dan tidak terlalu mengganggu. Riwayat nyeri (-), riwayat trauma (-), riwayat alergi (-). Riwayat keluarga menggunakan kacamata (+) yaitu ayah pasien.



1



III. PEMERIKSAAN FISIK Satus Generalis Keadaan Umum



:



sakit sedang/gizi cukup/compos mentis



Tanda Vital



:



Tekanan Darah



: 110/70 mmHg



Nadi



: 80x/menit



Pernapasan



: 18x/menit



Suhu



: 36,5oC



Foto Klinis



Oculi Dextra



Oculi Sinistra



IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI A. Inspeksi PEMERIKSAAN



OD



OS



Palpebra Apparatus



Edema (-) Lakrimasi (-)



Edema (-) Lakrimasi (-)



Lakrimalis Silia



Sekret (-)



Sekret (-)



Konjungtiva Bola mata



Hiperemis (-) Normal



2



Hiperemis (-) Normal



Mekanisme



Normal ke segala arah :



Normal ke segala arah :



Jernih Normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC (+) Jernih



Jernih Normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC(+) Jernih



muscular - ODS - OD - OS Kornea Bilik Mata Depan Iris Pupil Lensa Palpasi Pemeriksaan Tensi okuler Nyeri tekan Massa tumor Glandula preaurikuler



OD Tn (-) (-) Tidak ada pembesaran



OS Tn (-) (-) Tidak ada pembesaran



B. Visus VOD  1/60  Pin Hole tidak maju VOS  1/300  Pin Hole tidak maju C. Penyinaran Oblik Pemeriksaan Konjungtiva Kornea BMD Iris Pupil Lensa



OD Hiperemis (-) Jernih Normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC(+) Jernih



3



OS Hiperemis (-) Jernih Normal Coklat, kripte (+) Bulat, sentral, RC(+) Jernih,



Slit Lamp SLOD : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, silia normal, Bilik Mata Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa jernih SLOS



: konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, silia normal, Bilik Mata Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa jernih.



D. Oftalmoskopi



OD: OS:



4



V. RESUME Seorang wanita berusia 22 tahun datang ke poliklinik rumah sakit Universitas Hasanuddin dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata dan menurun secara tiba-tiba pada mata kiri sejak satu minggu terakhir. Penglihatan dirasakan tidak jelas sehingga pasien sering memicingkan mata untuk melihat dengan lebih jelas. Pasien juga mengaku mata cepat lelah pada saat melihat dan mengatakan kedua matanya sering berair namun mata gatal dan mata merah disangkal oleh pasien. Sebelumnya pasien menggunakan kacamata sejak 7 tahun yang lalu dengan kacamata berukuran –0,75D dan sejak 3 tahun yang lalu menggunakan kacamatan berukuran -10D. Keluhan sakit kepala turut dirasakan pasien namun keluhan dirasakan hilang timbul dan tidak terlalu mengganggu. Riwayat nyeri



(-), riwayat trauma (-), riwayat alergi (-). Riwayat



keluarga menggunakan kacamata (+) yaitu ayah pasien. Dari pemeriksaan oftalmologi, didapatkan VOD: 1/60



dan VOS: 1/300 dengan



koreksi pin hole tidak maju. Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan ODS segmen anterior: Konjungtiva hiperemis (-), silia normal, kornea jernih, BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan VI. DIAGNOSIS KERJA ODS MIOPIA GRAVIOR POST LASIK+OS RETINAL DETATCHMENT VII. DIAGNOSIS BANDING VII. PENATALAKSANAAN LASIK ODS (22 AGUSTUS 2016) Flamar 1 gtt/8jam Flamar 50 mg/8 jam/hari Rencana OS Vitrektomi VIII. FOLLOW UP 26 Agustus 2016: Pemeriksaan Visus: OD: 20/200 S-9.00 OS: 1/300 5



IX. PROGNOSIS 



Quo ad Vitam



: Bonam







Quo ad Visam



: Bonam







Quo ad Sanationam



: Bonam







Quo ad cosmeticam



: Bonam



6



BAB II DISKUSI Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Miopia Gravior dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan opthalmologi pada pasien. Dari anamnesis pasien didapatkan penglihatan kabur pada kedua mata dan menurun pada mata kiri secara tiba-tiba sejak satu minggu terakhir. Penglihatan dirasakan tidak jelas sehingga pasien sering memicingkan mata untuk melihat dengan lebih jelas, mata cepat lelah serta riwayat penggunaan kacamata sejak 7 tahun yang lalu.



7



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



I.



PENDAHULUAN Cahaya merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik yang bisa terlihat dengan



mata manusia. Cahaya bisa dibagikan mulai dari ultraviolet sehingga sinar infra merah, mulai dari 400 nm pada sinar violet sehingga 700 nm pada sinar infra merah. Medium dari mata permeable terhadap sinar yang mempunyai panjang gelombang cahaya dari 600 nm sehingga 390 nm dimana kornea mengabsorbsi cahaya dengan panjang gelombang kurang dari 295 nm dan lensa mengabsorbsi cahaya dengan panjang gelombang kurang dari 350 nm. Refleksi dari cahaya adalah satu fenomena dimana berlakunya perubahan jalur cahaya tanpa sebarang perubahan medium. Refraksi pula merupakan satu fenomena dimana berlakunya perubahan jalur cahaya pada saat cahaya berubah dari satu medium ke medium yang berbeda. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning akan tetapi dapat berada di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik yang jelas, keadaan ini disebut ametropia. Terdapat tiga keadaan yang dapat menyebabkan ametropia yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia( disebut juga hiperopia) 3. Astigmat Kelainan refraksi yang pertama disebut miopia sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Kelainan refraksi yang kedua disebut hipermetropia atau dikenal juga sebagai hiperopia atau rabun dekat. Pada keadaan ini pasien mengalami kesukaran untuk melihat dekat akibat berkurangnya daya akomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Kelainan refraksi yang ketiga disebut astigmat atau silinder. Keadaan seperti ini disebabkan oleh sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan pada satu titik retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa.



8



II. ANATOMI MATA



Pada penglihatan, terdapat proses yang cukup rumit oleh jaringan yang dilalui, seperti membelokkan sinar, memfokuskan sinar, dan meneruskan sinar yang membentuk bayangan sehingga dapat dilihat. Yang memegang peranan pembiasan sinar pada mata atau yangdisebut media penglihatan adalah: 1. Kornea - Bentuk kornea melengkung - Sifatnya transparan - Merupakan jendela paling depan - Sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil 2. Iris - Menghalangi sinar masuk ke dalam mata - Iris mengatur jumlah sinar masuk ke dalam mata dengan besarnya pupil 3. Pupil - Mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata 4. Lensa - Lensa bersifat jernih - Peranan lensa yang terbesar adalah pada saat melihat dekat atau berakomodasi - Lensa ini bertambah kaku dengan bertambahnya umur sehingga akan terlihat seperti presbiopia



5. Retina Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang 9



ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera. Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1.



Epitelium pigmen retina Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu



lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal. Daerah basal sel melekat erat membran Bruchdari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina. 2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan ocipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang



(biru,



hijau



merah).



Sel



batang



berfungsi



untuk



penglihatan



malam(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan.Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang. 3. Membrana limitans externa 4.



Lapisan



inti



luar



sel



fotoreseptor, Ini



batang dan kerucut. 10



terdiri



dari inti dari



5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor 6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal 7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan – sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar .3,6 8. Lapisan



sel



ganglion, Ini



terutama mengandung sel



badan sel



ganglion(urutan kedua neuron visual 7 pathway). Ada dua jenis sel ganglion.3,6 9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus.3,6 10. Membrana



limitans



interna. Ini



adalah



lapisan paling



dalam



dan



memisahkan retina dari vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan ekspansiterminal dari serat yang Muller, dan pada dasarnya adalah dasar membran. 6. Nervus Optik - Nervus optik meneruskan rangsangan listrik ke pusat penglihatan di otak atau korteks visual untuk dikenali bayangannya.



B. MEKANISME PENGLIHATAN



11



Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal– sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik.



III. MIOPIA 12



3.1 Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.



Gambar 1: Refraksi pada mata dengan miopia Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti miopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut



annular patch. Dijumpai degenerasi dari



retina berupa kelompok



pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, 7,8



degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer (degenerasi latis).



Degenerasi latis adalah degenerasi vitreoretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik-bintik kuning keputihan. Perkiraan insiden sebesar 7% dari populasi umum. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina. Tanda utama penyakit adalah retina yang tipis yang ditandai oleh batas tegas dengan perlekatan erat vitreoretina di tepinya.



3.2 Klasifikasi Miopia 13



Klasifikasi Miopia: Besarnya derajat refraksi 1. Miopia ringan/levior : Spheris -0,25 Dioptri s/d Spheris -3,00 Dioptri 2. Miopia sedang/moderat : Spheris -3,25 Dioptri s/d -6,00 Dioptri 3. Miopia tinggi/gravior: > Spheris -6,25 Dioptri Klasifikasi Miopia: Laju perubahan besarnya derajat secara klinik 1. Miopia simplek/statsioner/fisiologik Miopia tipe ini biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian akan berhenti. Tetapi dapat juga naik sedikit demi sedikit kemudian berhenti. Miopia tipe ini bisa juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari S-5,00 Dioptri atau S – 6,00 Dioptri. Tetapi miopia tipe ini sekiranya dikoreksi dengan lensa yang tepat dapat mencapai normal yaitu 6/6 atau 20/20. 2. Miopia progresif Miopia tipe ini ditemukan pada setiap peringkat umur. Pada miopia tipe ini terjadinya kelainan fundus yang khas untuk miopia tinggi ( miopia lebih dari Spheris -6,00 Dioptri). 3. Miopia maligna Miopia tipe ini bisa juga disebut dengan miopia patologis atau degeneratif karena disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata yaitu lensa,koroid dan badan siliar. Klasifikasi Miopia: Faktor Penyebab 1. Miopia Axial Miopia axial terjadi akibat dari bertambahnya panjang antero-posterior dari bola mata. Pada orang dewasa panjang axial bola mata normal adalah 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata sebanyak 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 Dioptri. Miopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor hereditas ataupun bisa disebabkan oleh komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak. Selain itu dapat juga disebabkan karena anak yang suka membaca dalam jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari bola mata memanjang. Miopia ini dapat bertambah terus seiring dengan usia anak. 2. Miopia Kurvatura Miopia tipe ini terjadi akibat peningkatan kurvatura dari lensa atau kornea atau keduaduanya. Kurvatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. 14



Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri. 3. Miopia Positional Miopia tipe ini terjadi akibat perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma berhubungan dengan terjadinya miopia. 4. Miopia Indeks Refraksi Miopia tipe ini adalah disebabkan berlakunya peningkatan indeks bias dari lensa diikuti dengan dengan terjadinya nuklear sklerosis. Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Klasifikasi Miopia : Variasi Klinis 1. Miopia Kongenital Miopia kongenital biasanya didapatkan sejak lahir namun baru dapat didiagnosa pada saat pasien anak mencapai usia 2-3 tahun. Biasanya miopia tipe ini terjadi secara unilateral dan mengakibatkan anisometropia. Namun pada kasus yang jarang terdapat kemungkinan miopia tipe ini terjadi bilateral. Anak yang mengalami miopia tipe ini cenderung untuk melakukan konvergen squint untuk melihat objek yang jauh (10-12 cm) dengan lebih jelas. Miopia kongenital ini biasanya disertai dengan kelainan kongenital yang lain seperti katarak, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea dan separasi retina kongenital. 2. Miopia Simplek Miopia simplek atau developmental merupakan tipe miopia yang sering terjadi. Miopia tipe ini biasanya dianggap sebagai perubahan fisiologis dan tidak ada kaitan dengan penyakit mata lainnya. Prevalensi miopia tipe ini meningkat dari 2 % pada umur 5 tahun kepada 14 % pada umur 15 tahun. Disebabkan peningkatan signifikan kasus ini terjadi pada usia sekolah yaitu 8 – 10 tahun, miopia tipe ini juga disebut school myopia. 2.1 Etiologi Miopia tipe ini merupakan suatu variasi biologi normal dari perkembangan mata dimana miopia tipe ini bisa berkait dengan genetik maupun tidak. Beberapa faktor penyebab terjadinya miopia simplek ini adalah:  Miopia simplek tipe axial : Merupakan variasi fisiologis dari perkembangan bola mata atau berhubungan dengan pertumbuhan 



neurologi prekok pada masa anak-anak Miopia simplek tipe kurvatural : Miopia tipe ini disebabkan oleh tidak terjadinya perkembangan dari bola mata. 15







Pengaruh genetik : Genetik berperan dalam menentukan variasi pertumbuhan bola mata dimana anak dengan kedua orang tua yang mempunyai riwayat miopia mempunyai persentase sebanyak 20% mendapat miopia dibanding dengan anak dengan salah satu orang tua yang mempunyai riwayat miopia ( 10%) dan anak dengan orang tua tidak







mempunyai riwayat miopia (5%). Teori bekerja dengan penglihatan sangat dekat: Menurut teori ini, sekiranya dari zaman anak masih kecil mereka sudah terbiasa dengan bekerja dengan penglihatan sangat dekat ini dapat mencetuskan miopia.



Namun, teori ini masih belum terbukti secara medis. 2.2 Gejala Klinis  Symptom - Kabur pada penglihatan jauh - Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan - Orang tua sering mengeluh anak mereka sering menyipitkan mata. Tindakan ini dilakukan anak untuk mendapatkan penglihatan yang 



lebih jelas. Signs - Bola mata tampak lebih besar dan menonjol. - Kamera okuli anterior tanpak lebih dalam dibandingkan dengan mata -



normal Pupil tampak lebih melebar Pada pemeriksaan fundus biasanya hasil yang didapatkan normal Biasanya terjadi pada usia 5 – 10 tahun dan meningkat sampai usia 18



– 20 tahun dengan rata-rata -0,5 ± 0,3 per tahun. 3. Miopia Patologis / Degeneratif Miopia tipe patologis/ degeneratif/ progresif merupakan tipe miopia yang berjalan secara progresif dan didapatkan mulai dari umur 5 – 10 tahun dan berkembang menjadi miopia derajat tinggi pada saat dewasa di mana keadaan ini berefek pada perubahan degenerasi pada mata. 3.1 Etiologi  Pengaruh herediter : Literatur telah membuktikan bahwa miopia tipe ini sangat dipengaruhi faktor herediter dimana miopia tipe ini bersifat familial, lebih sering terjadi pada bangsa arab, cina, jepang dan yahudi dan miopia tipe ini sangat jarang terjadi pada bangsa negro, nubian dan sudan. Hal ini menunjukkan hubungan herediter dalam perkembangan retina namun



koroid



mengalami



mengakibatkan degenerasi retina. 16



degenerasi



akibat



dari



peregangan







Pengaruh pertumbuhan secara umum: Proses pertumbuhan ini merupakan faktor minor pada perkembangan miopia. Perpanjangan dari segmen posterior bola mata terjadi hanya sepanjang masa pertumbuhan aktif dan diperkirakan berhenti saat pertumbuhan aktif berhenti. Pada saat pertumbuhan ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti nutrisi, defisiensi, gangguan hormonal dan penyakit yang terjadi saat



pertumbuhan aktif sehingga mempengaruhi perkembangan miopia. 3.2 Gejala Klinis  Symptom - Kabur pada saat melihat jauh. Penurunan visus pada miopie tipe -



patologis biasanya lebih parah dengan miopia simplek Pasien mengeluh melihat sesuatu bewarna hitam melayang pda



-



lapang pandang nya. Hal ini terjadi akibat dari degenerasi vitreus. Rabun pada malam hari dapat terjadi pada pasien dengan miopia tinggi.







Signs -



Bola mata yang lebih besar dan menonjol Kornea terlihat lebih besar Bilik kamera depan lebih dalam dibanding dengan normal Pupil lebih melebar dibanding dengan normal Gambaran pada pemeriksaan fundus:  Badan kaca: Ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters atau benda-benda mengapung dalam badan kaca. Kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.  Papil saraf optik: Terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama k bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.  Degenerasi pada retina dan koroid: Keadaan ini ditandai dengan plak keputihan pada makula dengan sedikit pigmen yang mengelilinginya. Foster fuchs spot berupa bercak merah sirkuler yang disebab kan oleh neovaskularisasi sub retinal dan perdarahan koroid dapat terlihat di daerah makula. Adanya cukup



memberi 17



degenerasi alasan



latis



semata-mata



tidak



untuk memberikan terapi



profilaksis. Riwayat ablasio retina pada keluarga, ablasio retina di mata yang lain, miopia tinggi dan afakia adalah faktor-faktor risiko terjadinya ablasio retina pada mata dengan degenerasi latis, dan mungkin diindikasikan terapi profilaksis dengan bedah beku atau fotokoagulasi laser.



Gambar 2. Degenerasi Latis1



Gambar 3 : Kresen Miopia



18



Gambar 4: Gambaran fundus pada miopia patologis 3.3 Pemeriksaan Oftalmologi Pemeriksaan oftalmologi dilakukan secara umum seperti pada saat pertama kali pasien datang yaitu:  Pemeriksaan ketajaman penglihatan dari jarak jauh menggunakan kartu Snellen dan dari jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger  Uji pembiasan dilakukan untuk menentukan benarnya resep dokter dalam     



pemakaian kacamata. Uji penglihatan terhadap warna Uji gerekan otot-otot mata Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata Mengukur tekanan cairan di dalam mata Pemeriksaan funduskopi



3.4 Penatalaksanaan Miopia a) Non farmakologis 19







Kaca Mata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi.



Gambar 5: Refraksi pada miopia setelah diperbaiki dengan lensa konkaf 



Lensa Kontak Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri. Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa



kontak



lunak



disusun



oleh hydrogels, HEMA



(hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate). Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit. Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi 20



astigmatisme



kurang



dari



memerlukan fitting yang



lama,



2 serta



dioptri.



Kerugiannya



memberikan



rasa



yang



adalah kurang



nyaman.Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut. b) Farmakologis Obat yang digunakan pada penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk kedalam mata.



c) Tindakan operatif 1. Laser in-situ Keratomileusis ( LASIK)



21



Gambar 6: Laser in-situ Keratomileusis LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme). Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:  Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak  Kelainan refraksi: Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri. Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri. Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri  Usia minimal 18 tahun 22



 Tidak sedang hamil atau menyusui  Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun  Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan  Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia  Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens) Kontraindikasi dari tindakan LASIK adalah:  Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil  Sedang hamil atau menyusui  Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis  Riwayat penyakit glaukoma  Penderita diabetes melitus  Mata kering  Penyakit autoimun  Kelainan retina atau katarak Sebelum menjalani prosedur LASIK, pasien harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, mata pasien akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi



23



(computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK. Persiapan calon pasien LASIK: 



Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi







Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan







Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK







Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi



Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan, namun kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain. 



Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah tindakan.







Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.







Gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan semacam lubrikan tetes mata.







Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.



Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain: 



Anestesi topikal (tetes mata)







Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)







Tanpa rasa nyeri (Painless) 24







Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)







Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)







Komplikasi yang rendah







Prosedur dapat diulang (Enhancement)



3.5 Komplikasi Miopia boleh menimbulkan beberapa komplikasi dari yang ringan sehingga yang berbahaya buat pasien. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan miopia adalah: 



Ablasio Retina o Definisi Ablasio retina (retinal detachment) adalah terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen retina. Namun, sel epitel pigmen retina masih melekat erat dengan membran Bruch. Antara sel kerucut dengan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktur dengan koroid atau pigmen epitel sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina pembuluh darah yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan o Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi: 1. Ablasio Retina Primer (Ablasio Retina Regmatogenosa) Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadinya ablasi retina Trauma merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata berbakat. Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmatogenosa : 1,4,9 a.



Usia dimana kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun.



Namun usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi. b.



Jenis kelamin. Ablasio paling sering terjadi pada laki – laki dengan



perbandingan laki- laki : perempuan adalah 3 : 2 c.



Miopia. Sebagian besar ablasio retina regmatogenosa terjadi pada



pasien dengan miopia tinggi. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid 25



senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal ini dapat terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Terjadinya degenerasi retina pada miopia lebih awal daripada pada emetropia. Pada mata miopia dapat terjadi sineresis dan pencairan badan kaca. Dimana pencariran badan kaca ini dapat menyebabkan ablasio retina. d.



Afakia. Pasien bedah katarak dapat mengalami ablasio akibat vitreus



ke anterior selama atau setelah pembedahan. Ruptur kapsul saat bedah katarak dapat mengakibatkan pergeseran materi lensa atau seluruh lensa jatuh ke dalam vitreus. Setelah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata lebih kuat sehingga bila terjadi robekan retina maka cairan akan masuk ke subretina sehingga neuroepitel terlepas dari epitel pigmen dan koroid. e. Trauma. f. .



Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV).



Retinitis pada pasien AIDS berupa nekrosis retina dapat mengakibatkan cairan dari rongga vitreous mengalir melalui subretina dan melepas retina tanpa ada hadir traksi vitreoretinal terbuka. g. Lattice



Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Snail track degeneration, White-with-pressure and white-without



oroccult pressure, acquired retinoschisis Gejala Ablasio retina yaitu gangguan penglihatan yang kadang – kadang terlihat sebagai tabir yang menutupi (floaters) akibat dari vitreous cepat degenerasi dan terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan akibat sensasi berkedip cahaya karena iritasi retina oleh gerakan vitreous.1,4 Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal berbahaya karena dapat mengangkat



makula.



Penglihatan



akan



turun



secara



akut



bila



lepasnya retina mengenai makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyang. Kadang – kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaukoma pada ablasi yang telah lama.1,3,4 26



Gambar 7. Ablasio retina tipe regmatogenosa (horseshoe tear). Warna merah merupakan warna koroid yang tidak ditutup retina. Lepasnya retina yang berwarna kuning menunjukkan ablasi retina akibat ruptur.



o Penatalaksanaan Vitrektomi atau Pars Plana Vitrectomy Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio retina akibat diabetes dan ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Pelaksanaannya dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen ingá cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan atau mengeluarkan berkas badan kaca (viteuos stands),



semua komponen penarikan epiretinal dan



subretinal, membran, dan perlengketan. Lalu retina dilekatkan



kembali



dengan



cairan perfluorocarbon. Defek pada retina ditutup dengan endolaser atau aplikasi eksokrio. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.3,10 Keuntungan Pars Plana Vitrectomy : a) Dapat menentukan lokasi defek secara tepat b) Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat dikombinasikan dengan ekstraksi katarak c) Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous. K Kerugian Pars Plana Vitrectomy : a) Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal. b) Dapat menyebabkan katarak. c) Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil d) Perlu follow up segera karena dapt terjadi reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler. 27



Gambar 8. vitrektomi



Gambar 9. Gambaran hasil sebelum dan sesudah vitrektomi Penatalaksanaan non pembedahan ablasio retina dilakukan pada ablasio retina eksudasi. Pada jenis ini dilakukan terapi sesuai dengan penyebab ablasio retina tersebut terjadi. Pada penderita dengan ablasi retina non regmatogen, jika penyakit primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablasi retina, dapat dilakukan operasi cerclage yaitu dengan mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan sub retina yang cukup banyak, dapat dilakukan pungsi lewat sklera. 14 3.6 Pencegahan Pencegahan dari miopi meliputi : 



Membaca pada jarak yang benar (30 cm)







Membaca dalam ruangan yang mempunyai pencahayaan yang cukup







Mengistirahatkan mata pada saat mata merasa lelah







Segera konsul ke dokter jika mempunyai keluhan seperti penglihatan buram



28



29