MKLH Piutang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir Setiap jenis barang saat ini dapat dibeli secara kredit. Rumah,Mobil,alat-alat elektronik, nahkan biaya kuliahpun dapat diperoleh secara kredit. Dengan menjual secara kredit, peruusahaan akan memiliki piutang. Mengapa banyak perusahaan yang menjual barang hasil produksi atau barang dagangan mereka secara kredit? Alasannya tidak lainadalah karena penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan penjualan. Dengan penjualan yang semakin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Sayangnya memiliki piutang juga menimbulkan berbagai biaya bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis Ekonomi tentang piutang, yang bertujuan untuk menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar ataukah lebih kecil dari biayanya. Apabila diperkirakan bahwa manfaatnya lebih besar, maka secara ekonomi pemilikan piutang tersebut dibenarkan. Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinya. Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan, bagi perusahaan Industri, persediaan Bahan Baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar. Persediaan yang tinggi memungkinkan prusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Bagi manajemn Keuangan kita perlu memahami dampak penggunaan suatau kebijakan persediaan terhadap aspek Keuangan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Manajemen Piutang dan Manajemen Persediaan ? 2. Bagaimana Cara mencari Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan ? 3. Bagaimana Analisis Ekonomi terhadap Piutang dan Persediaan ? 1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Piutang dan Manajemen Persediaan 2. Untuk mengetahui cara mencari perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan 3. Untuk mengetahui cara mengetahui Analisi Ekonomi terhadap Piutang dan Persediaan 1.4 Manfaat 1. Mengetahui cara menganalisis perhitungan ekonomi terhadap piutang dan persediaan 2. Mengetahui perputaran piutang dan perputaran persediaan 3. Mengetahui kebijakan dan persyaratn dalam piutang 4. Mengetahui jenis- jenis Persediaan.



1



BAB II MANAJEMEN PIUTANG 2.1. Pengertian Piutang dan Persediaan A. Pengertian Piutang Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan. Piutang, salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang. Suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran. B. Pengertian Persediaan Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami resiko, yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi. Menurut Sofyan Assauri, merumuskan definisi persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien. Termasuk didalamnya pengaturan dan pengawasan atas pengadaan bahan-bahan kebutuhan yang sesuai dengan jumlah dan waktu yang di perlukan dengan biaya minimum. Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, penjadwalan pemesanan (scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain. Semua kegiatan tersebut menjaga tersedianya persediaan yang optimum di dalam suatu perusahaan. 2.2. Kebijakan Pengumpulan Piutang dan Kredit Secara umum kredit perdagangan menurut Kasmir diartikan sebagai: Penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Dari pengertian ini terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara kredit adanya suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi. Di dalam kesepakatan tersebut tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan



2



dagang perlu menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan akan memberikan keuntungan seperti yang diinginkan. Penundaan atau keterlambatan pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan pemberi, apalagi debitur yang tidak mampu untuk mengembalikannya. Oleh karena itu, dalam memberikan atau menjual barang secara angsuran ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Kebijakan kredit ini meliputi: A. Persyaratan Kredit Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang diberikan. Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan kredit dan merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya. Di samping itu, jangka waktu kredit yang diberikan juga memberikan ruang gerak pelanggan untuk membayar kredit yang diterimanya. Sebagai contoh, perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 30 yang artinya pelanggan akan diberikan potongan pembayaran 2% dari total penjualan apabila perusahaan membayar dalam waktu 10 hari. Sedangkan jangka waktu kredit adalah 30 hari yang artinya kredit harus dibayarkan dalam jangka waktu 30 hari. Bila perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 60 yang artinya pelanggan akan diberikan potongan pembayaran 2% dari penjualan apabila perusahaan membayar dalam waktu 10 hari.. B. Kebijakan Pengumpulan Piutang Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet. Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut: ο‚· Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini dapat bersifat mengingatkan. ο‚· Kedua, apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi, maka perusahaan dapat menyerahkannya ke badan penagih (collection agency). 2.3. Analisis Ekonomi terhadap Piutang Setiap analisis ekonomi menyangkut perbandingan antara manfaat dan pengorbana, sejauh manfaat diharapkan lebih besar dari pengorbanan, suatu keputusan dibenarkan secara ekonomi. Karena itu dalam merencanakan kebijakan keuangan yang mempengaruhi piutang, perlu diintefikasi manfaat dan pengorbanan karena keputusan tersebut. 1. Perputaran piutang (receivable turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Rumusan untuk mencari receivable turnover adalah sebagai berikut: π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ = atau,



3



π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”



π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ =



π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”



2. Hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected. π·π‘Žπ‘¦π‘  π‘œπ‘“ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =



π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”



Atau, π·π‘Žπ‘¦π‘  π‘œπ‘“ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =



π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š 1 π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”



Penjualan perhari : π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š π‘π‘’π‘Ÿβ„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– =



π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› 360



π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿβ„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– Contoh Perputaran piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang Misalnya, PT. ABC memiliki nilai penjualan per tahun Rp 180 juta, seluruhnya dijual secara kredit dengan ketentuan 2/10, net/30. Dari jumlah tersebut, 60% dibayar dalam masa potongan, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Berapakah perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang PT. ABC? Jawab : β€’ Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding) atau Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) = 0,60(10 hari) + 0,40(30 hari) = 18 hari 360 β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– β€’ Perputaran Piutang = = 20x 18 β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– Berdasarkan informasi tersebut, dapat dihitung: β€’ Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding) atau Rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection Period) = 0,60(10 hari) + 0,40(30 hari) = 18 hari β€’ Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales), dengan asumsi satu tahun 𝑅𝑝.180 π‘—π‘’π‘‘π‘Ž 360 hari = = Rp 500.000 360 β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– β€’ Rata-rata piutang PT. ABC sepanjang tahun setiap periode sebesar = (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 500.0000) = Rp 9.000.000,00 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘—π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘€π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘”π‘–β„Žπ‘Žπ‘› =



4



β€’



Perputaran Piutang =



π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘



π‘…π‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =



β€’



𝑅𝑝.180 𝑗𝑑



= 20 kali 𝑅𝑝.9 𝑗𝑑 Rata-rata pengumpulan piutang = (360 hari/20x) = 18 hari



3. Penjualan Kredit tanpa Diskon dengan Penjualan Tunai Membandingkan manfaat yang diperoleh dari kenaikan keuntungan, dan pengorbanan dari biaya dana karena adanya piutang. Misal: Semula suatu perusahaan dagang melakukan penjualan tunai dengan rata-rata penjualan setiap tahun Rp800 juta. Kemudian perusahaan menawarkan syarat penjualan n/60 (penjualan dilakukan dengan kredit & pembayaran dapat dilakukan dalam jangka waktu 60 hari). Dengan syarat penjualan tersebut, penjualan dapat meningkat menjadi Rp1.050 juta. Profit margin 15%. Apabila biaya dana 16%, apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit? Manfat (Benefit): Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan = 15 % x (Rp 1.050.000.000 – Rp 800.000.000) = Pengorbanan (Cost) : Perputaran piutang = 360 : 60 hari = 6 kali/tahun Rata-rata piutang = Rp 1.050.000.000 : 6 = Rp 175.000.000 ο‚— Dana yang diperlukan untuk membiayai investasi dalam Piutang = 85 % x Rp 175.000.000 = Rp 148.750.000,00 ο‚— Biaya modal yang harus ditanggung karena memiliki piutang = 16% x Rp 148.750.000,00 = Manfaat bersih (Net Benefit) =



Rp 37.500.000



(Rp 23.800.000) Rp 13.700.000



4. Penjualan kredit dengan Diskon Perusahaan memberikan diskon dengan maksud agar para pembeli mempercepat pembayaran mereka, sehingga keperluan dana akan tambahan piutang bisa ditekan. Manfaat diperoleh dari penurunan biaya dana, sedangkan pengorbanan diperoleh dari diskon yang diberikan. Misal: Dengan penjualan Rp1.050 juta setahun, perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 net 60 (penjualan kredit dengan jangka waktu 60 hari, apabila membayar dalam jangka waktu 20 hari akan memperoleh diskon 2%). Diperkirakan 50% akan memanfaatkan diskon dan sisanya membayar pada hari ke-60. PM 15% dan biaya dana 16%. Apakah perusahaan sebaiknya memberikan diskon atau menjual kredit tanpa diskon? ο‚·



Manfaat: Penurunan Biaya Dana Jangka waktu terikatnya piutang = (50% x 20) + (50% x 60) = 40 hari Perputaran piutang = 360/40 = 9 kali Rata-rata piutang = Rp. 1.050.000.000 / 9 = 116.67 jt



5



ο‚·



Dana untuk membiayai piutang (dengan diskon) = 85% x 116,67 juta = 99,17 juta ο‚· Dana untuk membiayai piutang (tanpa diskon) = 148,75 juta * (contoh pertama) ο‚· Penurunan Biaya Dana = 16% x (148,75 – 99,17) juta = 7,93 juta ο‚· Pengorbanan: Diskon yang Diberikan Diskon = 2% x 50% x 1050 juta = 10,5 juta ο‚· Manfaat Bersih = ( Rp. 7,93 jt – Rp. 10,50 jt) = Rp. 2,57 jt 5. Penjualan Kredit Tanpa Diskon dibandingkan Penjualan Tunai Membandingkan manfaat yang diperoleh dari kenaikan keuntungan, dengan pengorbanan dari biaya dana dan kerugian karena piutang tidak terbayar. Misal: Semula penjualan tunai Rp800 juta setahun. Kemudian perusahaan menawarkan syarat penjualan n/60 sehingga penjualan meningkat menjadi Rp1.050 juta, tetapi diperkirakan 1% tidak membayar. PM 15% dan biaya dana 16%. Apakah perusahaan sebaiknya menjual secara kredit atau tetap tunai? Manfat (Benefit): Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan = 15 % x (Rp 1.050.000.000 – Rp 800.000.000) = Pengorbanan (Cost) : Perputaran piutang = 360 : 60 hari = 6 kali/tahun Rata-rata piutang = Rp 1.050.000.000 : 6 = Rp 175.000.000 ο‚— Dana yang diperlukan untuk membiayai Piutang tersebut = Rp 148.750.000 ο‚— Biaya dana yang hars ditanggung karena memiliki tambahan piutang = Rp 148.750.000 x 16% = Rp. 23.800.000 Kerugian karena penjualan tidak terbayar, = 1% x Rp. 1.050.000.000 = Rp. 10.500.000 Total tambahan Biaya Tambahan Manfaat bersih (Net Benefit) =



Rp 37.500.000



(Rp 34.300.000) Rp. 3.200.000



2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang. 1. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar β€œprofitability”-nya. 2. Syarat Pembayaran



6



Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. 3. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. 4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasif. 5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut. Apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10/net 30, para langganan dihadapkan pada dua alternatif, yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke-10 atau pada hari ke-30 sesudah barang diterima. 2.5. Kebijakan dalam Manajemen Piutang Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar. Kondisi ekonomi, penetapan harga produk, kualitas produk, dan kebijakan kredit persahaan adalah berbagai pengaruh utama dalam tingkat piutang usaha perusahaan. Kebijakan dalam manajemen piutang didasarkan pada: 1. Character yaitu karakter para manajemen 2. Capacity yaitu kemampuan atau kesanggupan membayar 3. Capital yaitu kondisi posisi keuangan 4. Collateral yaitu besarnya harta pelanggan 5. Condition yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis. Pengumpulan piutang digunakan untuk tingkat efisiensi pengumpulan piutang. Dikatakan efisien apabila waktu rata-rata pengumpulan piutang lebih kecil daripada waktu piutang yang telah ditetapkan. Banyaknya piutang yang tak tertagih akan membuat biaya penagihan meningkat. Akan tetapi, usaha pengumpulan piutang juga tidak dianjurkan terlalu agresif, karena dapat mengurangi penjualan dan keuntungan perusahaan di masa mendatang karena pelanggan akan beralih ke perusahaan lain.



7



BAB III MANAJEMEN PERSEDIAAN 3.1. Jenis dan Pentingnya Persediaan Jenis persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan sangat tergantung pada bidang usaha dari masing-masing perusahaan. Pada perusahaan manufaktur jenis persediaan yang dimiliki dapat dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan suku cadang sedangkan perusahaan dagang persediaannya berupa berbagai macam barang dagang. Persediaan memungkinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengatur kegiatan pengadaan, produksi, dan penjualan agar lebih fleksibel, memperkecil kemungkinan perusahaan gagal memenuhi permintaan pelanggan, atau terhentinya proses produksi karena tidak ada persediaan bahan baku. Dengan mengadakan persediaan perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh potongan kuantitas dari pemasok. Pengadaan persediaan juga dimaksudkan menghindari terjadinya fluktuasi harga yang meningkat, serta sebagai persediaan pengamanan untuk menghadapi kondisi yang tidak pasti. Bagi perusahaan dagang dengan adanya persediaan akan memperlancar setiap pesanan yang sudah disepakati. Artinya, pesanan dari pelanggan akan dapat disediakan tepat waktu. Lebih dari itu ketidakmampuan menyediakan barang yang sudah dipesan sesuai waktunya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan pelanggan. Dan bukan tidak mungkin akibatnya pelanggan akan beralih ke perusahaan lainnya. Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan terdiri dari beberapa jenis, dan tergantung dari jenis perusahaannya. Artinya, jenis persediaan untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang atau perusahaan jasa. Khusus untuk perusahaan dagang biasanya jenis persediaan tidak terlalu banyak yaitu hanya satu jenis barang saja, namun item barangnya yang relatif banyak untuk disediakan. Begitu pula dengan usaha jasa, jenis persediaan yang dimiliki juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Dikarenakan perusahaan manufaktur kegiatannya adalah membuat suatu produk, maka harus melalui proses tertentu. Artinya proses yang dilalui mulai dari penyediaan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Menurut Kasmir dalam praktiknya paling tidak terdapat tiga jenis persediaan, khususnya untuk perusahaan manufaktur, yaitu: a) Bahan baku. Bahan baku (materials inventory) atau sering disebut dengan bahan mentah merupakan bahan yang akan dimasukkan dalam proses produksi pertama kali. Hasil dari proses ini dapat berbentuk barang setengah jadi atau barang jadi. b) Barang dalam proses (barang Β½ jadi).



8



Barang dalam proses (goods/work in process inventory) merupakan bahan baku yang sudah diproses, sehingga menjadi barang dalam proses atau dikenal juga dengan nama barang setengah jadi. c) Barang jadi. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) merupakan barang yang sudah melalui tahap barang setengah jadi dan siap untuk dijual ke pasar atau ke konsumen. Ketersediaan barang jadi ditentukan bagian produksi dan penjualan. Artinya perlu koordinasi antara tingkat produksi dengan tingkat penjualan. 3.2. Perputaran Persediaan Masing-masing jenis persediaan di atas dapat dihitung turnover-nya dengan rumus sebagai berikut: 1. Perputaran Bahan Baku (Raw Material Turnover) π‘…π‘Žπ‘€ π‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ=



πΆπ‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘Ÿπ‘Žπ‘€ π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ 𝑒𝑠𝑒𝑑 π΄π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Ÿπ‘Žπ‘€ π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘–π‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘¦



Cost of material used (biaya bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi/digunakan) dapat diketahui dengan cara sebagai berikut: Persediaan bahan baku permulaan tahun ditambah dengan jumlah bahan baku yang dibeli selama setahun dikurangi dengan β€œreturn & allowance”, kemudian dikurangi dengan persediaan bahan baku akhir tahun. 2. Perputaran Barang Setengah Jadi (Goods/Work In Process Turnover) πΊπ‘œπ‘œπ‘‘π‘ /π‘€π‘œπ‘Ÿπ‘˜π‘  𝑖𝑛 π‘π‘Ÿπ‘œπ‘π‘’π‘ π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ=



πΆπ‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘”π‘œπ‘œπ‘‘π‘  π‘šπ‘Žπ‘›π‘’π‘“π‘Žπ‘π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π΄π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Šπ‘œπ‘Ÿπ‘˜ 𝑖𝑛 π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘π‘’π‘ π‘  πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘¦



Cost of goods manufactured dapat diketahui dengan cara. Persediaan work in process (W.I.P.) pada permulaan tahun ditambah dengan β€œcost of raw materials used”, β€œdirect labor”, dan β€œmanufactured overhead”, kemudian dikurangi dengan perediaan W.I.P. akhir tahun. 3. Perputaran Barang Jadi (Finished Goods Turnover) πΉπ‘–π‘›π‘–π‘ β„Žπ‘’π‘‘ π‘”π‘œπ‘œπ‘‘π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ=



πΆπ‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘”π‘œπ‘œπ‘‘π‘  π‘ π‘œπ‘™π‘‘ π΄π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΉπ‘–π‘›π‘–π‘ β„Žπ‘’π‘‘ π‘”π‘œπ‘œπ‘‘π‘  πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘¦



Cost of goo ds sold (dalam manufacturing companies) dapat diketahui dengan cara, Persediaan finished goods pada pemulaan tahun ditambah dengan cost of goods manufactured, kemudian dikurangi dengan persediaan finished goods pada akhir tahun. Contoh : Raw Materials Inventory



9



Rp. 30.000,00



Cost of raw materials used



Rp. 100.000,00



(ke W.I.P.) ........................



Rp. 120.000,00



Persediaan 31/12 ..............



Rp. 10.000,00



Persediaan 1/1 .................. Pembelian selama setahun



Rp. 130.000,00



π‘…π‘Žπ‘€ π‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ=



𝑹𝒑.𝟏𝟐.𝟎𝟎𝟎 = 6 kali (𝑹𝒑.πŸ‘πŸŽ.𝟎𝟎𝟎+𝑹𝒑.𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎):𝟐



Persediaan 1/1 .................. Raw material used ............ Direct labor ...................... Manufacturing overhead ..



Work in Process Inventory Rp. 50.000,00 Cost of raw materials used Rp. 120.000,00 (ke W.I.P.) ........................ Rp. 100.000,00 Persediaan 31/12 .............. Rp. 80.000,00 Rp. 350.000,00



Rp. 200.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 350.000,00



𝑹𝒑.𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎 = 2 kali (𝑹𝒑.πŸ“πŸŽ.𝟎𝟎𝟎+𝑹𝒑.πŸπŸ“πŸŽ.𝟎𝟎𝟎):𝟐



Work in Process Turnover=



Persediaan 1/1 .................. W.I.P. ...............................



Finished Goods Turnover=



Rp. 130.000,00



Finished Goods Inventory Rp. 200.000,00 C.G.S. ............................... Rp. 200.000,00 Persediaan 31/12 .............. Rp. 400.000,00



Rp. 300.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 400.000,00



𝑹𝒑.πŸ‘πŸŽπŸŽ.𝟎𝟎 = 2 kali (𝑹𝒑.𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎+𝑹𝒑.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎):𝟐



Tinggi rendahnya inventory turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnover-nya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam inventory, sehingga untuk memenuhi volume sales atau cost of goods sold tertentu dengan naiknya turnover-nya dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil. Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai inventory tersebut modal asing, maka kenaikan inventory turnover akan memperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri, maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainnya yang lebih efisien.



3.2. Jenis Biaya Persediaan Setiap bagian aset di perusahaan pasti mempunyai biaya (cost) begitu juga dengan persediaan. Secara aris besarnya biaya yang terjadi pada persediaan adalah: 1. Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost), yaitu biaya-biaya yang timbul karena perusahaan menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan sangat bergantung pada kuantitas barang yang disimpan. Biaya yang termasuk dalam biaya penyimpanan, antara lain:



10



a. Biaya yang berhubungan dengan tempat penyimpanan (listrik, pendingin udara, dll). b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu kesempatan mendapatkan pendapatan dari jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan. c. Biaya kerusakan persediaan. d. Biaya asuransi persediaan. e. Biaya perhitungan fisik (stock opname). f. Biaya pajak. 2. Biaya pemesanan/pembelian (ordering cost/procurement cost), merupakan biaya-biaya yang timbul karena perusahaan membutuhkan persediaan. Biaya-biayanya meliputi: g. Proses pesanan (surat menyurat). h. Sarana komunikasi (telepon, fax, internet,dll). i. Pengiriman barang. 3. Biaya yang timbul akibat perusahaan kehabisan persediaan (stock-out cost/shortage cost), biaya-biaya yang timbul adalah: j. Kehilangan penjualan. k. Hilangnya pelanggan. l. Biaya pemesanan dan ekspedisi khusus. m. Biaya-biaya tenaga kerja/upah. n. Terganggunya operasional perusahaan. o. Target pekerjaan terhambat. 3.3. Analisa Persediaan Sering kali dalam praktiknya ketersediaan persediaan sesuai dengan kebutuhan, pada saat tertentu tidak dapat dipenuhi apakah karena kehabisan stok atau karena permintaan yang meningkat terus. Kemudian juga sering kali kualitas persediaan tidak sesuai dengan harapan, misalnya terjadi kerusakan terhadap persediaan, sehingga pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri. Agar hal ini tidak terjadi, maka persediaan perlu dikelola secara baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pengendaliannya. Dalam melakukan pengendalian persediaan, harus dilakukan analisa terhadap persediaan. Analisa persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Economic Order Quantity (EOQ) Economic order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal Riyanto. Artinya setiap kali memesan bahan baku, perusahaan dapat menghemat biaya yang akan dikeluarkan. Tujuan Economic Order Quantity, adalah agar kuantitas persediaan yang dipesan baik dan total biaya persediaan dapat diminimumkan sepanjang periode perencanaan produksi. ο‚·



Rumus EOQ Tetap 𝑸 𝟐 𝑸 𝟐



π‘ͺπ‘ͺ = π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘›π‘¦π‘–π‘šπ‘π‘Žπ‘›π‘Žπ‘›/π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 𝑢π‘ͺ = Biaya Pemesanan/tahun



Di mana: D = Demand Q = Quantity (EOQ) D/Q = Jumlah pemesanan selama setahun



11



Q/2 CC



= Rata-rata persediaan = Biaya penyimpanan (Carrying Cost) 𝑸



𝑸



Dengan demikian, total biaya/tahun adalah: 𝑇𝐢 = 𝟐 π‘ͺπ‘ͺ + 𝟐 𝑢π‘ͺ jadi : 2 π‘₯ 𝐷 π‘₯ 𝑂𝐢



𝑄=√



𝐢𝐢



Contoh: PT. Jebus menginginkan barang 6.000 unit/tahun dengan biaya pemesanan Rp. 5,00/unit (OC), sedangkan biaya penyimpanan Rp. 6,00/unit (CC). Pertanyaan: Anda diminta untuk menghitung pesanan paling ekonomis dengan EOQ. Jawaban: D/Th = 6.000 unit CC = Rp. 6,00/unit/tahun OC = Rp. 5,00/pesan 2 π‘₯ 𝐷 π‘₯ 𝑂𝐢



𝑄=√



𝐢𝐢



2 π‘₯ 6.000 π‘₯ 5



=√



6



= √10.000 = 100 unit



Jadi, pesanan yang paling ekonomis (EOQ) adalah 100 unit. 𝑸



𝑸



𝑇𝐢 = 𝟐 π‘ͺπ‘ͺ + 𝟐 𝑢π‘ͺ 𝑇𝐢 =



𝟏𝟎𝟎 𝟐



πŸ”+



πŸ”.𝟎𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎



πŸ“ = Rp. 600.000



Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pesanan 100 unit adalah Rp. 600,00. Jika D diukur dengan rupiah, maka CC dan Q juga diukur dengan rupiah, dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh hasilnya sebagai berikut: Harga per unit Rp. 15,00 D/Tahun = 15 x 6.000 = Rp. 90.000,00 𝐢𝐢=



𝑹𝒑.πŸ”,𝟎𝟎 𝑹𝒑.πŸπŸ“,𝟎𝟎



= 𝑅𝑝.40,00/π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 2 π‘₯ 90.000 π‘₯ 5



(π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š 𝑅𝑝) = √



40



= Rp. 1.500



Jadi, optimal order adalah Rp. 1.500 2. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Dalam memproduksi atau menghasilkan suatu barang sudah barang tentu diperlukan waktu, terutama untuk memesan barang atau bahan baku. Barang atau bahan baku ini harus tersedia pada saat dibutuhkan, oleh karena itu waktu atau masa pemesanan ini harus benarbenar diperhitungkan secara matang agar tidak mengganggu proses produksi atau penjualan suatu barang yang diinginkan konsumen. Waktu pemesanan ini kita kenal dengan titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP). Pengertian dari titik pemesanan kembali adalah waktu bagi perusahaan akan memesan kembali persediaan yang dibutuhkan, atau batas waktu pemesanan kembali dengan melihat jumlah minimal persediaan yang ada. Hal ini penting dilakukan agar supaya jangan sampai terjadi kekurangan bahan pada saat dibutuhkan.



12



Jumlah pemesanan kembali dapat dihitung dengan berbagai cara, misalnya dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock dan dihitung selama tenggang waktu (lead time). Lead time maksudnya adalah tenggang waktu antara saat perusahaan memesan dan saat barang yang dipesan datang. Terdapat banyak modal reorder point yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Dalam bagian ini hanya akan dibahas modal jumlah permintaan (constant demand rate) maupun masa tenggang waktu konstan (constant lead time).



13



3. Stock Safety Dalam praktiknya permintaan barang atau penjualan tidak menentu tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Terkadang permintaan suatu barang menurun atau bahkan meningkat dari yang dianggarkan, sehingga perusahaan harus mampu untuk memenuhi meningkatnya permintaan tersebut. Untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan yang tak terduga sebelumnya, perusahaan perlu menyediakan persediaan pengaman atau dikenal dengan Safety Stock (SS) secepatnya. Secara sederhana, safety stock diartikan sebagai persediaan pengaman atau persediaan tambahan yang dilakukan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan bahan. Safety stock sangat diperlukan guna mengantisipasi membludaknya permintaan akibat dari permintaan yang tak terduga. Besarnya safety stock dapat dihitung dengan memperhitungkan beberapa faktor penentu, seperti: a. b. c.



Penggunaan bahan baku rata-rata, artinya harus diketahui dahulu berapa rata-rata penggunaan bahan baku perusahaan. Faktor waktu, yang digunakan untuk menyediakan persediaan pengaman tersebut. Biaya yang digunakan, artinya besarnya biaya yang dibebankan untuk melakukan persediaan pengaman.



Di samping faktor penentu di atas dalam menentukan safety stock diperlukan standar kuantitas yang harus dipenuhi, yaitu: a. b. c. d. e.



Persediaan minimum, yang diperlukan oleh perusahaan dan tidak boleh kurang dari yang sudah ditetapkan. Besarnya pesanan standar, merupakan biaya pesanan yang dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku. Persediaan maksimum, jumlah persediaan maksimal. Tingkat pemesanan kembali, rupakan jumlah pemesanan kembali pada saat dibutuhkan. Administrasi persediaan.



Cara menetapkan β€œReorder Point”: Reorder point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain dengan: (1) Perusahaan setiap hari membutuhkan 150 unit bahan mentah. Kebutuhan ini akan diantar atau dikirim oleh pengantar 10 hari setelah perusahaan memesan atau menelpon (lead time). Reorder point = 150 x 10 = 1.500 unit (1) Menetapkan jumlah penggunaan selama β€œlead time” dan ditambah dengan persentase tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama



120



β€œlead time”, dan ditetapkan bahwa β€œlead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 40 unit. Reorder point = (5x40) + 50% (5x40) = 200 + 100 = 300 unit (2) Dengan menetapkan penggunaan selama β€œlead time” dan ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu. Reorder point = (5x40) x (4x40) = 200 + 160 = 360 unit Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan β€œreorder point”-nya adalah pada jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 360 unit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal 300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa sudah mengambil material dari safety stock sebesar 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan datang persediaan dalam gudang tinggal 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar. Apabila pesanan dilakukan pada waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang dipesan datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360200), persis sama besarnya dengan besarnya safety stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar. Hubungan antara β€œreorder point”, β€œsafety stock”, dan β€œeconomic order point” dari contoh tersebut di atas dapatlah digambarkan sebagai berikut:



121



3.5. Sistem Pengendalian Persediaan Analisa economic order quantity dan safety stock memang dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang tepat sepanjang asumsi yang mendasari terpenuhi. Namun demikian masih diperlukan adanya sistem pengendalian persediaan. Sistem pengendalian persediaan dapat diterapkan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Beberapa sistem pengendalian persediaan menurut Sartono (2014: 453-456) tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini. A. Model Just In Time (JIT) Metode just in time sebenarnya telah dikembangkan oleh Jepang dan menjadi begitu populer di seluruh dunia. Pada prinsipnya, metode ini hanya mensinkronkan kecepatan bagian produksi dengan bagian pengiriman. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh perusahaan mobil Toyota. Toyota mencoba untuk menekan persediaan yang harus dipertahankan dengan cara menyesuaikan kecepatan proses perakitan atau assembling dengan pengiriman bahan dari supliernya. Sparepart diterima hanya beberapa jam atau bahkan beberapa menit sebelum sparepart tersebut diperlukan dalam perakitan. Dengan cara ini tentunya Toyota tidak perlu harus mempertahankan persediaan yang besar, tetapi ini diperlukan adanya koordinasi yang baik antara bagian perakitan dengan suplier baik menyangkut kuantitas, kualitas, dan ketepatan spesifikasi lainnya. Just in time method ini tidak hanya dapat diterapkan di perusahaan besar tetapi dapat juga diterapkan oleh perusahaan kecil. Bahkan perusahaan kecil akan lebih mudah menerapkan just in time method karena relatif lebih mudah dalam redefine job function dibandingkan dengan perusahaan besar. Bagaimana prospek metode just in time ini di Indonesia, tampaknya penerapan metode ini masih menghadapi beberapa kendala. Khususnya yang menyangkut masalah transportasi. Jika input yang diperlukan dipenuhi dari luar perusahaan maka masalah ketepatan pengiriman rupanya masih menjadi kendala terbesar. Ini disebabkan karena prasarana angkutan yang masih belum memadai, selain itu jaminan ketepatan baik kuantitas maupun kualitas input masing sangat memprihatinkan. Penerapan metode ini sangat diperlukan adanya komitmen bersama antara suplier dan perusahaan pemakai. B. Model Outsourcing Alternatif lain dalam pengendalian persediaan ini adalah dengan cara membeli dari pihak luar. Dengan cara ini maka perusahaan tidak perlu harus memproduksi sendiri input yang diperlukan dalam proses produksi. Alternatif membeli dari luar dan dikombinasikan dengan just in time method akan mampu menekan persediaan pada tingkat yang sangat rendah dan dengan demikian akan meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan. Meskipun demikian ada alasan lain pembelian input dari luar yakni semata-mata karena mungkin alternatif ini lebih murah dibandingkan dengan memproduksi sendiri input yang diperlukan.



122



C. Sistem Pengendalian ABC Metode economical order quantity hanya menentukan jumlah pemesanan yang optimal. Tetapi metode ini mengasumsikan bahwa pemakaian persediaan relatif konstan. Dalam kenyataannya tidak jarang tingkat pemakaian dan frekuensi pemakaian berubah setiap waktu. Untuk itu diperlukan satu metode dalam pengendalian persediaan yang memperhatikan masalah tersebut. Metode ABC pada prinsipnya memperhatikan faktor harga atau nilai persediaan, frekuensi pemakaian, risiko kehilangan barang, dan lead time. Barang-barang yang nilai, frekuensi pemaiakan dan risiko kebisan tinggi dikelompokkan ke dalam kelompok A. Kelompok ini berarti mencakup kelompok barang yang sangat penting untuk diawasi dengan seksama. Berikutnya adalah kelompok B yang mencakup kelompok barang-barang yang relatif kurang penting sedangkan di luar kedua kelompok tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok C. Kelompok C ini mungkin saja secara kuantitas besar tetapi dari segi nilai relatif kecil dibandingkan dengan kelompok A. Dengan metode ini manajemen menitikberatkan pada kelompok A yang bernilai strategis bagi perusahaan. Karena ketidaktepatan dalam manajemen kelompok A akan berakibat sangat besar bagi kelangsungan perusahaan. D. Material Requirement Planning (MRP) Metode ABC di atas dimunculkan untuk mengatasi kompleksitas pada proses produksi dengan pemakaian persediaan material yang tidak konstan. Namun pada kasus di mana persediaan dan produksi atas suatu material ditentukan oleh produksi material yang lain (dependent demand), maka perusahaan dapat menggunakan material requirement planning (MRP). MRP pada hakikatnya merupakan sistem informasi yang berbasis komputer untuk penjadwalan produksi dan pembelian item produksi yang bersifat dependent demand. Informasi mengenai permintaan produk jadi, struktur dan komponen produk, waktu tunggu (lead time), serta posisi persediaan saat ini digunakan untuk meningkatkan efektivitas biaya produksi dan pembelian. Asumsi yang melatarbelakangi MRP adalah bahwa produk akhir merupakan hirarki yang terdiri dari assembly, sub-assembly, komponen, dan bahan baku. Produk akhir dibuat berdasar prakiraan permintaan atau pemesanan aktual akan produk tersebut. Dengan menggunakan permintaan produk akhir, struktur produk, serta lead time, sistem ini akan menentukan secara akurat berapa dan kapan suatu assembly, sub-assembly, atau komponen harus dibuat dan dipesan agar tersedia saat dibutuhkan untuk tahap produksi berikutnya tanpa membuat tingkat persediaan berlebihan. Dalam perkembangannya kini telah muncul MRP II merupakan pengembangan MRP yang menggabungkan pemrosesan pesanan, tagihan, persediaan pada retailer serta aktivitas penggunaan karyawan dan mesin menjadi suatu sistem dalam perusahaan. Sehingga MRP II sifatnya lebih luas dibanding MRP karena melibatkan sistem pemesanan dan penjualan dalam



123



membuat



124



skedul



produksi



untuk



produk



akhir



di



masa



depan.



BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ο‚· Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan penjualan. Dengan penjualan yang semakin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Perusahaan perlu melakukan analisis Ekonomi tentang piutang, yang bertujuan untuk menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar ataukah lebih kecil dari biayanya. Apabila diperkirakan bahwa manfaatnya lebih besar, maka secara ekonomi pemilikan piutang tersebut dibenarkan. ο‚· Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan dagang perlu menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan akan memberikan keuntungan seperti yang diinginkan. Kebijakan kredit ini meliputi, 1. persyaratan kredit, 2. kebijakan pengumpulan piutang, 3. rasio yang berhubungan dengan piutang. ο‚· Dalam piutang perlu dilakukannya analisis ekonomi karena, Setiap analisis ekonomi menyangkut perbandingan antara manfaat dan pengorbana, sejauh manfaat diharapkan lebih besar dari pengorbanan, suatu keputusan dibenarkan secara ekonomi. Karena itu dalam merencanakan kebijakan keuangan yang mempengaruhi piutang, perlu diintefikasi manfaat dan pengorbanan karena keputusan tersebut. ο‚· Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami resiko, yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi. Persediaan yang tinggi memungkinkan prusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Bagi manajemn Keuangan kita perlu memahami dampak penggunaan suatau kebijakan persediaan terhadap aspek Keuangan. ο‚· Jenis persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan sangat tergantung pada bidang usaha dari masing-masing perusahaan. Pada perusahaan manufaktur jenis persediaan yang dimiliki dapat dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan suku cadang sedangkan perusahaan dagang persediaannya berupa berbagai macam barang dagang. ο‚· Persediaan memungkinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengatur kegiatan pengadaan, produksi, dan penjualan agar lebih fleksibel, memperkecil kemungkinan perusahaan gagal memenuhi permintaan pelanggan, atau terhentinya proses produksi karena tidak ada persediaan bahan baku. Dengan mengadakan persediaan perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh potongan kuantitas dari pemasok. Pengadaan persediaan juga dimaksudkan menghindari terjadinya fluktuasi harga yang meningkat, serta sebagai persediaan pengamanan untuk menghadapi kondisi yang tidak pasti. ο‚· Dalam persediaan kita perlu menganalisis persediaan karena , Sering kali dalam praktiknya ketersediaan persediaan sesuai dengan kebutuhan, pada saat tertentu tidak dapat



125



dipenuhi apakah karena kehabisan stok atau karena permintaan yang meningkat terus. Kemudian juga sering kali kualitas persediaan tidak sesuai dengan harapan, misalnya terjadi kerusakan terhadap persediaan, sehingga pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri. Agar hal ini tidak terjadi, maka persediaan perlu dikelola secara baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pengendaliannya. Dalam melakukan pengendalian persediaan, harus dilakukan analisa terhadap persediaan. Analisa persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Economiq Order Quntity (EOQ), 2. Reorder Point, 3. Stock safety.



DAFTAR PUSTAKA



126



Dasar Manajemen Keuangan | 97/ Universitas Gunadarma | PTA 2015/2016 Dosen/Ardiprawiro, S.E., MMSI. Dasar Manajemen Keuangan | 110 /Universitas Gunadarma | PTA 2015/2016 Dosen/Ardiprawiro, S.E., MMSI. http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-piutang.html#sthash.KXORhW9U.dpuf http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/?like=1&_wpnonce=5ce63ba138 http://www.downloadprovider.me/search/contoh%20kasus%20manajemen%20piutang.html?aff.id=1087&a ff.subid=1



127