Modal Dasar Menulis - Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODAL DASAR MENULIS MAHASISWA



MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Teguh Trianton, M.Pd.



Disusun Oleh : 1. Shabina Jasmine Qothrunnada



(2017404099)



2. Salsabila Khoirunnisa



(2017404120)



3. Helmiana Mukti



(2017404126)



4. Neta Puspitasari



(2017404130)



JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2021



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan segala kenikmatan, kesehatan, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Modal Dasar dalam Menulis Mahasiswa” yang semoga memberikan banyak kemanfaatan dan kemaslahatan. Shalawat dan salam dihaturkan kepada nabi Muhammad saw sebagai sosok terbaik untuk dijadikan penutan dan idola bagi kita semua. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Teguh Trianton, M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang modal dasar dalam menulis bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Teguh Trianton, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah berkontribusi dalam pengerjaan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, kasih, doa, saran, dan kepercayaan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam isi materi makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan diterima Allah sebagai amal jariyah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Purwokerto, 27 Mei 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1 C.



Tujuan ...................................................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 A.



Modal Dasar Menulis Mahasiswa ............................................................. 3 1. Bahasa .................................................................................................... 3 2. Fenomena ............................................................................................... 6 3. Ilmu Pengetahuan ................................................................................... 8



B.



Pentingnya Modal Dasar Menulis............................................................ 10



C.



Hubungan Membaca dan Menulis ........................................................... 10



D. Teknik dan Cara Meningkatkan Kemampuan Bahasa, Kepekaan Terhadap Fenomena, dan Peguasaan Ilmu Pengetahuan .................................................14 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 16 A.



Kesimpulan ............................................................................................ 16



B.



Saran ...................................................................................................... 17



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Keterampilan



menulis



merupakan



salah



satu



kemampuan



berbahasa yang sangat kompleks. Banyak orang menemui kesulitan dalam menguasai keterampilan menulis. Kondisi ini sejalan dengan kenyataan bahwa keterampilan menulis ini dipengaruhi masalah serius yakni rendahnya kemampuan dalam menulis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi masih memprihatinkan. Rendahnya kemampuan menulis disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor dominan yaitu kurangnya pembinaan dari pengajar untuk bisa terampil menulis. Kondisi lain yang menyebabkan kemampuan menulis masih rendah adalah kurangnya sentuhan dari pengajar dalam hal memberikan strategi menulis yang tepat. Selain itu, kondisi yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis adalah penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat. Selain faktor di atas, menulis sebagai pengungkapan ide, gagasan, dan perasaan mengenai suatu hal dalam wujud bahasa tulis sangat membutuhkan adanya modal dasar untuk mencapainya. Tidaklah berhasil jika modal dasar menulis itu tidak terpenuhi. Modal dasar yang akan memudahkan dalam menulis bisa diidentifikasi menjadi tiga hal; bahasa, fenomena, dan ilmu pengetahuan. Modal dasar inilah yang akan memudahkan dalam proses menulis kreatif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kami membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja modal dasar dalam menulis? 2. Mengapa modal dasar penting dalam menulis? 3. Mengapa membaca erat kaitannya dengan menulis?



1



4. Bagaimana teknik dan cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasa, kepekaan terhadap fenomena, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk : 1. Mengetahui modal dasar menulis; 2. Mengetahui pentingnya modal dasar dalam menulis; 3. Mengetahui hubungan antara membaca dengan menulis; 4. Memahami teknik dan cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasa, kepekaan terhadap fenomena, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Modal Dasar Menulis 1. Bahasa Menulis merupakan kemahiran berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung bersitatap muka. Menulis juga adalah bentuk kegiatan produktif dan ekspresif, yang dihasilkan melalui latihan yang terus-menerus dan teratur. Menulis sebagai proses bermakna bahwa menulis terdiri atas tahapan-tahapan, yang meliputi: 1) prewriting, 2) drafting, 3) revising, 4) editing, dan 5) publishing (Tompkins, 1994; Ellis, 1989, Hamp-Lyons dan Heasley, 1987 melalui Alwasilah, 2005). Bahasa



tulis



adalah



media



yang



akan



digunakan



untuk



mengungkapkan gagasan, maka bahasa menjadi modal dasar bagi mahasiswa yang mau menulis. Penguasaan aspek-aspek kebahasaan tulis, seperti yang sudah dibahas pada bab kebahasaan, menjadi syarat mutlak untuk dikuasai. Alasannya, menulis adalah aktivitas menggunakan sistem kebahasaan mulai dari diksi, ejaan, kalimat, hingga wacana untuk mengungkapkan suatu gagasan.



Dengan menguasai aspek-aspek



kebahasaan, mahasiswa bisa menuliskan gagasan-gagasannya dengan baik, benar, dan sisematis. Sebaliknya, tanpa penguasaan aspek kebahasaan yang baik, mahasiswa dimungkinkan tidak bisa mengungkapkan gagasan dan pikirannya dengan baik, benar, dan sistematis. Kejadian,



misalnya



mahasiswa



yang



merasa susah untuk



mengungkapkan gagasan saat mau menulis dan ketika sudah menulis, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan gagasannya. Hal ini terjadi karena mahasiswa tidak menguasai pengetahuan kebahasaan yang baik. Sebab, melalui bahasalah, pikiran dan gagasan penulis bisa dipahami pembaca. Jika bahasa yang digunakan tidak sistematis, sesuai dengan kaidah aturan kebahasaan, serta banyak kesalahan, baik aspek diksi, ejaan, kalimat, bahkan koherensi wacananya, maka hasil tulisan mahasiswa dijamin tidak



3



sesuai dengan gagasan penulisnya yang bisa jadi itu gagasan yang baik dan luar biasa. Sebelum menulis, mahasiswa harus memiliki bekal kompetensi bahasa yang baik.



Bekal ini bisa dilakukan dengan belajar teori



kebahasaan, seperti yang sudah dibahas, atau lebih aplikatif lagi, mahasiswa bisa belajar aspek-aspek kebahasaan dengan memperbanyak membaca. Saat sedang membaca, selain mahasiswa memahami informasi dan pesan dalam teks, sebenarnya mahasiswa juga sedang belajar bahasa. Oleh karena itu, saat sedang membaca, mahasiswa perlu konsentrasi dan memperhatikan satuan-satuan bahasa dalam teks. Mahasiswa perlu memahami pilihan kata, kalimat, koherensi antarparagraf, dan penggunaan ejaannya. Tidak mengherankan, bila mahasiswa yang intens membaca akan memiliki kecenderungan untuk bisa menulis dengan bahasa yang baik dan benar dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak terbiasa membaca. Untuk itu, membaca sebagai cara untuk menguasai kompetensi kebahasaan untuk menulis wajib dilakukan mahasiswa. Bahkan, membaca menjadi kunci pokok untuk bisa menulis dengan baik, salah satunya dalam menuliskan ide dan gagasan dengan menggunakan bahasa yang sistematis dan bisa dipahami pembaca. Dengan tahu modal pertama, menulis adalah bahasa, maka mahasiswa sudah memiliki. Setiap mahasiswa pasti bisa berbahasa, baik lisan atau tulis. Bahasa inilah yang akan digunakan sebagai media untuk menulis. Dari sinilah, mahasiswa tidak memiliki alasan untuk tidak menulis karena sudah memiliki kemampuan bahasa sebagai modalnya. Tinggal yang perlu dilakukan mahasiswa adalah meningkatkan dan mengembangkan kompetensi bahasanya dengan lebih banyak membaca, dan membaca dalam kesadaran untuk belajar dan meningkatkan kompetensi berbahasa. Yang dimaksudkan membaca untuk meningkatkan kompetensi bahasa adalah membaca secara cermat, dengan tidak hanya mendapatkan informasi dan pesan, tetapi juga memperhatikan dengan



4



seksama



satuan-satuan



bahasa



yang



membangun



peristiwa



atau



menyampaikan informasi. Menulis juga memerlukan pengembangan dalam bahasa tulis. Pengembangan membelajarkan bahasa tulis adalah strategi dalam memberikan ruang kreativitas bagi pengajar dan mahasiswa. Salah satu unsur strategi dalam pembelajaran bahasa adalah pengajar mempunyai kiat, teknik, metode, atau cara mengajar. Ciri metode mengajar yang tepat adalah: 1) mengundang rasa ingin tahu mahasiswa, 2) menantang mahasiswa untuk belajar, 3) mengaktifkan mental, fisik, dan psikis mahasiswa, 4) memudahkan pengajar, 5) mengembangkan kreativitas mahasiswa, dan 6) mengembangkan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dipelajari. Kemahiran bahasa tulis melibatkan aspek membaca dan menulis, sedangkan kemahiran bahasa lisan melibatkan aspek menyimak dan berbicara. Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis, sedangkan menulis adalah kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan. Menulis sebagai aspek dari bahasa tulis merupakan hal penting karena bahasa tulis menunjukkan sejumlah keistimewaan yang cukup jelas. Bahasa tulisan memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari bahasa lisan, yaitu: a. dalam bahasa tulis, pemakai bahasa (penulis dan pembaca) kehilangan sarana komunasi yang disebut suprasegmental dan paraligual; b. dalam bahasa tulis, tidak ada hubungan fisik antara penulis dan pembaca; c. dalam teks tertulis, penulis bisa tidak hadir dalam situasi komunikasi; d. teks tertulis bisa lepas dari referensi aslinya; e. pembaca mempunyai keuntungan karena tulisan bisa dibaca ulang berkali-kali sesuai kebutuhan; f. teks bisa direproduksi dan ditransformasi dalam berbagai bentuk; g. adanya komunikasi jarak: ruang, waktu, dan budaya komunikasi antara penulis dan pembaca.



5



2. Fenomena Fenomena



adalah



hal-hal



yang



dapat



disaksikan



melalui



pancaindera, dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Fenomena itu bisa berupa fenomena alam, sosial, fisika, dan kimia. Dalam makalah ini akan difokuskan dalam fenomena sosial. Fenomena sosial berwujud kejadian-kejadian yang dapat disaksikan di sekitar. Misalnya, kemacetan lalu lintas, kenakalan remaja, kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar siswa, kegiatan di perbankan, dan sebagainya. Semua itu adalah fenomena yang melingkupi hidup manusia. Dari fenomena inilah, seseorang mendapatkan ide untuk menulis. Misalnya, karena melihat para pengemis di sepanjang jalan penulis jadi tergerak ingin menulis tentang masalah pengemis. Hal ini menunjukkan fenomena sebagai modal yang harus dimiliki mahasiswa untuk menulis sudah ada dalam kehidupan mahasiswa. Setiap hari, pasti mahasiswa bisa melihat berbagai peristiwa dan kejadian sosial yang sebenarnya bisa diangkat menjadi pokok persoalan dalam menulis, baik cerita, esai, ataupun ilmiah. Namun, karena kurang memiliki kepekaan sosial, segala problem sosial yang mewujud dalam setiap fenomena melingkupi kehidupan sosial mahasiswa pun luput dan tidak menggerakkan untuk menulis. Setiap kejadian dan peristiwa sosial sebagai fenomena sosial adalah sumber ide yang bisa dikembangkan menjadi ide untuk menulis. Tinggal diasah kepekaan sosial dan intelektualnya, pasti persoalan dalam setiap fenomena akan tampak jelas dan bisa untuk dijadikan bahan tulisan. Contoh yang lain, saat mahasiswa keluar dari rumah untuk berangkat ke kampus, berapa puluh fenomena sosial terpampang dan dapat diamati dengan jelas. Misalnya, mahasiswa bisa melihat pelanggaran lalu lintas di jalan raya, para pengemis di trotoar, orang-orang membuang sampah tidak pada tempatnya. Menggunakan handphone saat mengendarai kendaraan, mahasiswa terlambat datang kuliah, dan sebagainya. Hal itu adalah fenomena sosial yang bisa diangkat menjadi tulisan. Oleh karena



6



itu, jika mahasiswa berkata tidak mempunyai ide, berarti mahasiswa tidak memahami sumber ide dalam menulis atau tidak peka terhadap setiap kejadian sosial yang ada disekelilingnya. Bisa juga, jika mahasiswa mengembangkan ide dari fenomena sosial membuang sampah sembarangan ini dalam bentuk sastra, puisi, cerpen, atau novel. Mahasiswa tinggal mengembangkan idenya menjadi suatu rangkaian-rangkaian kejadian yang bersifat kausalitas sebagai bagian dari cerita. Bisa juga, kejadian itu ditulis menjadi puisi sebagai bentuk kepekaan sosial penulisannya terhadap budaya membuang sampah di sembarang tempat. Inilah peran fenomena sebagai modal dalam menulis. Fenomena merupakan ide dasar bagi mahasiswa dalam mengembangkan tulisan, baik karya ilmiah, maupun populer. Fenomena merupakan kejadian atau peristiwa sosial yang setiap harinya selalu melingkupi kehidupan mahasiswa. Oleh karena itu, menulis berarti memilih sebuah fenomena yang menurut kita menarik dan dikembangkan menjadi tulisan yang baik. Untuk itu tidak ada alasan untuk tidak bisa menemukan ide, gagasan, dan bahan untuk menulis, karena ide atau bahan untuk menulis adalah fenomena. Dengan mengetahui fenomena sebagai modal dasar dalam menulis, dan setiap harinya manusia selalu bisa melihat dan terlibat dalam fenomena sosial, maka menulis adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Mahasiswa tinggal tanggap terhadap setiap fenomena yang menarik



baginya,



kemudian



mengungkapkan,



menganalisis,



mengimajinasikan, dan mengembangkan fenomena itu menjadi hasil tulisan. Dengan penjelasan ini, yakinlah bahwa setiap mahasiswa bisa menulis. Mahasiswa bisa mengembangkan ide atau gagasan dari setiap fenomena yang dijumpainya menjadi tulisan yang menarik. Bagi mahasiswa yang baru memulai belajar menulis, maka menceritakan, mendeskripsikan, dan mengembangkan setiap kejadian yang menarik dari fenomena-fenomena sehari-hari bisa menjadi cara untuk latihan menulis, misalnya ditulis dalam catatan harian atau cerita



7



sederhana. Kegiatan ini bisa dijadikan sebagai cara untuk melatih terbiasa menuliskan fenomena-fenomena yang menarik. Dengan kebiasaan ini, mahasiswa pun akan semakin baik kepekaan memahami fenomena dan kemampuan menulisnya. Untuk itu tugas mahasiswa, setelah memiliki kompetensi yang baik, maka mulai melatih kemampuan kebahasaan dengan menuliskan fenomena-fenomena yang menarik dalam sebuah tulisan. Kemampuan menulis setiap mahasiswa perlu dilatih dan dipelajari secara sunguh-sungguh semenjak pendidikan sekolah sampai bekal pendidikan di perguruan tinggi. Karena menulis merupakan kegiatan yang berkelanjutan dari awal sekolah dasar sampai tingkat selanjutnya. Keterampilan menulis paling rumit bukanlah sekadar menyalin kata dan kalimat, melainkan juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur. Kemampuan gagasan secara sistematis merupakan suatu karangan memiliki kesesuaian penggunaan kata-kata dan kalimat. Oleh karena itu, kegiatan menulis menuntut keterlibatan penulis berpikir mendalam menemukan masalah yang disampaikan. 3. Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu hal, sesuatu objek yang tersusun secara konsisten. Berdasarkan hal tersebut setiap orang berarti telah memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal yang tidak terbatas hanya dalam bidang tertentu saja, melainkan banyak cabang ilmu tergantung bidang apa yang ia tekuni. Ilmu pengetahuan ini dijadikan sebagai sudut pandang dalam memahami fenomena yang akan dituliskan. Misalnya saja seperti masalah sosial: kemacetan, kenakalan remaja, pandemi Covid 19, dan lain-lain. Jika fenomena “pengemis di lampu merah”. Maka ilmu pengetahuan yang akan di tuangkan dalam tulisannya tentang pengemis tersebut berdasarkan bidang ilmu apa, apakah sosial, ekonomi, agama, atau yang lain. Karena pastinya setiap ilmu pengetahuan memiliki sudut pandangnya masingmasing. Jika fenomena “pengemis dilampu merah” dilihat dari sudut pandang ilmu agama, maka dianalisis penyebab munculnya mental pengemis yang sudah membudaya di Indonesia, ini yang akibatnya muncul



8



mental pengemis. Mental pengemis ini sendiri bukan tiba-tiba muncul dari situasi masyarakat yang tanpa nilai. Mental mengemis ini dibentuk oleh budaya, yang disosialisasikan secara terus-menerus dalam struktur masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi yang secara terbuka marak disiarkan adalah anjuran kepada umat beragama untuk memberi sedekah, shodaqoh, infaq, zakat, hibah, dan lain-lain. Anjuran bersedakah mencapai puncaknya ketika ramadhan tiba karena dibulan ini amalan seorang hamba akan dilipat gandakan pahalanya. Diantara nas-nas agama yang menganjurkan bersedekah termaktub dalam surat At-Taubah ayat 103 dan Al-Baqarah ayat 77. Kemudian jika dilihat dari sudut pandang ilmu sosial, faktor lingkungan adalah motivasi lainnya dari yang membentuk masyarakat pengemis. Kelompok pengemis yang berada di sekitar masjid, jalanan, dan fasilitas umum yang telah membentuk semacam kelompok pengemis tersendiri. Kelompok pengemis ini banyak menjadi tujuan akhir bagi para pencari kerja yang gagal untuk mendapatkan kerja, maupun orang-orang yang tadinya kerja kemudian diputus hubungan kerja ditempat kerja mereka yang dulu. Kesusahan untuk mencari lapangan kerja menjadi lebih susah ketika seseorang tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang pada saat ini latar belakang pendidikan memang sudah banyak menjadi syarat untuk mendaftar pekerjaan. Selain latar belakang pendidikan, memiliki keahlian pun pastinya penting untuk mendapatkan pekerjaan. Namun masih banyak orang-orang yang tidak memiliki keahlian sehingga hal itu menjadi salah satu faktor orang-orang ini susah untuk mendapatkan pekerjaan. Kemudian jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, sebenarnya sama saja dengan sudut pandang sosial. Para pengemis yang melakukan kegiatan ini juga pastinya karena keadaan yang sudah mepet, contohnya saja pasti karena kebutuhan yang terbilang cukup banyak tetapi kondisi sedang tidak memiliki sumber penghasilan, dan hal itu menyebabkan dilakukannya lah mengemis. Bisa saja melakukan pinjaman, tetapi mungkin mereka terlalu takut nantinya tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut dengan waktu yang tepat, dan untuk menghindari risiko tersebut akhirnya lebih dipilihlah mengemis. Dari contoh diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa ilmu pengetahuan merupakan aspek yang penting dalam menulis. Bisa dipastikan jika penulis memiliki pengetahuan yang luas maka isi dari tulisannya akan lebih berisi. Sebaliknya jika penulis memiliki pengetahuan yang rendah maka dapat dipastikan hasil tulisannya akan cenderung biasa saja. Maka dari itu untuk memeperkaya isi dari tulisan, sebelum penulis membuat sebuah tulisan sebaiknya banyak-banyaklah untuk menambah bacaan buku. Untuk menjadi penulis yang baik maka harus menjadi pembaca yang baik terlebih dahulu.



9



B. Pentingnya Modal Dasar Menulis 1. Bahasa Pengertian bahasa menurut para ahli : a. Plato. Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan onotama (nama benda) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. b. Ferdinand De Saussure. Bahasa merupakan pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Sedangkan secara bahasa, bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. 2. Fenomena Fenomena



adalah



hal-hal



yang



dapat



disaksikan



melalui



pancaindera, dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. 3. Ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus-menerus sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.



C. Hubungan Membaca dan Menulis Ruang



lingkup



pembelajaran



bahasa



Indonesia



mencakup



empat aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara,



10



membaca,



dan menulis (Astuti & Mustadi,



keterampilan



berbahasa



saling



berkaitan



2014). Empat aspek



satu sama



lain,



untuk



mendapatkan empat aspek tersebut harus melalui proses yang urut, dimulai dari kegiatan menyimak, kemudian berbicara, dilanjutkan belajar membaca dan menuliskannya. Membaca adalah suatu kegiatan menelaah huruf lalu merangkainya menjadi suatu kata kemudian dari kata itu dibentuk menjadi sebuah kalimat sehingga dapat dipahami dan dimaknai (Rahim, 2008). Sejalan dengan definisi itu, dapat diartikan pula bahwa membaca berarti mengaktifkan otak sebab dalam membaca mengharuskan kita memproses ide di dalam otak sehingga dapat dimaknai (Abbas, 2013). Menulis adalah kegiatan



menghimpun



pengetahuan



(informasi)



kemudian



mengekspresikannya sehingga menjadi sajian yang dapat diindera oleh mata (Abbas, 2020). Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia pasti ada alasan dibaliknya. Demikian pula dengan aktivitas membaca dan menulis. Seseorang yang membaca dan menulis pada hakikatnya memiliki tujuan. Menurut Darmono (2001: 183) tujuan seseorang membaca adalah untuk mendapatkan kesenangan, mencari ilmu pengetahuan, atau merupakan tuntutan



sebuah



pekerjaan.



Sedangkan



tujuan



menulis



adalah



menginformasikan tentang suatu perihal, menghibur orang, memberi pengetahuan, atau sebagai wujud ekspresi diri. Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, membaca berarti membawa suatu masyarakat menuju gerbang pengetahuan. Minat adalah suatu aspek psikis yang dimiliki setiap individu. Adanya minat membuat individu memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu. Orang akan memberikan perhatian yang lebih kepada satu objek yang diminatinya. Minat bagi setiap orang menghadirkan rasa kesenangan jika dilakukan. Orang akan cenderung memperhatikan dan menyelam ke arah kegiatan yang diminatinya karena hal ini akan memberikan kesan kesenangan dan kepuasan bagi pelakunya. Slamenta (2010: 180)



11



mengartikan minat sebagai rasa menyukai atau tertarik pada suatu hal atau suatu kegiatan tanpa adanya paksaaan. Minat hadir dalam diri seseorang sebagai wujud motivasi intrinsik bagi seseorang dalam upaya memperoleh sesuatu yang diinginkan. Dari pendefinisian arti kata minat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah rasa keinginan dan kecenderungan yang timbul dalam hati untuk membaca. Minat baca hadir dan berkembang dari individu masing-masing. Seseorang dapat dikatakan memiliki minat baca jika memenuhi tiga unsur berikut, yakni: a. Adanya perhatian, yaitu bentuk kreativitas kecenderungan jiwa yang tinggi dan semata-mata tertuju pada suatu hal yang diinginkan. Jika seseorang memiliki minat baca maka tentu perhatiannya akan tertuju pada keinginan untuk membaca b. Hadirnya kesenangan, yakni suatu kegiatan yang diminati oleh seorang individu akan menghadirkan rasa kesenangan jika dilakukan. Seseorang yang memiliki minat baca tentu akan merasa senang saat ia melakukan kegiatan membaca buku. c. Adanya kemauan, yakni munculnya dorongan yang terarah pada suatu objek yang diminati atau dikehendaki. Munculnya dorongan ini akan melahirkan perhatian yang selanjutnya akan menghadirkan kesenangan oleh individu. Seorang yang memiliki minat baca tentu akan memiliki dorongan atau kemauan untuk membaca yang hadir dalam dirinya. Memiliki keterampilan menulis juga memiliki manfaat yang sangat banyak. Menurut Akhadiah ada beberapa manfaat menulis diantaranya (Sobari, 2012): a. menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai mana pengetahuan yang dimiliki dalam suatu topik; b. menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan;



12



c. dengan menulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang sedang ditulis; d. menulis dapat mengkomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat; e. dengan menulis dapat menilai diri sendiri secara objektif; f. menulis dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang konkret; g. menulis mendorong kita untuk belajar lebih aktif; h. dengan menulis akan membiasakan diri berpikir secara kritis. Keterampilan membaca dan menulis adalah kegiatan yang saling berkaitan, keterampilan membaca berpengaruh terhadap keterampilan menulis, keterampilan menulis membutuhkan pengetahuan dan ide-ide yang akan dituangkan melalui tulisan sedangkan pengetahuan dan ide-ide diperoleh dari kegiatan membaca (Febrina, 2017). Kemampuan menulis yang baik tidak dapat diperoleh tanpa kemampuan membaca yang baik, karena dengan memiliki kemampuan membaca yang baik seseorang akan mendapatkan informasi yang lebih luas, pengalaman yang didapatkan pun lebih banyak sehingga kosakata yang dimiliki oleh pembaca akan lebih beragam. Keterampilan membaca saling berkaitan dengan keterampilan menulis yang dimiliki oleh seseorang. Mahasiswa yang memiliki literasi membaca yang bagus juga akan mampu untuk menuliskan kalimat yang tertata, karena perbendaharaan kata yang dimilikinya lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak memiliki keterampilan membaca, mahasiswa juga akan lebih mampu untuk menuliskan ide kreatif yang dimilikinya. Ada beberapa permasalahan dalam keterampilan menulis sebab dari kurangnya keterampilan membaca, yaitu mahasiswa menjadi kesulitan dalam mengeluarkan ide-idenya, mahasiswa tidak memahami dengan baik tentang tata bahasa Indonesia yang baik dan benar dan juga



13



karena perbendaharaan kata mahasiswa yang sedikit



menjadikan



tulisannya menjadi kurang efektif (Martavia et al., 2016). Rendahnya keterampilan membaca yang dimiliki mahasiswa ini juga berpengaruh terhadap wawasan dan penetahuan siswa, karena pada dasarnya wawasan dan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kegiatan menulis.



D. Teknik dan Cara Meningkatkan Kemampuan Bahasa, Kepekaan Terhadap Fenomena, dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan 1. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Meningkatkan bahasa bisa dengan memperbanyak membaca. Banyak membaca. Mahasiswa yang banyak dan berkonsentrasi dalam membaca memiliki kecenderungan untuk bisa menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Membaca menjadi kunci pokok untuk bisa menuliskan ide dan gagasan dengan menggunakan bahasa yang sistematis dan bisa dipahami pembaca. 2. Meningkatkan Kepekaan Terhadap Fenomena Untuk meningkatkan kepekaan terhadap fenomena, maka kita perlu banyak mengenal lingkungan sekitar tempat tinggal. Cobalah untuk pergi ke tempat-tempat yang kumuh, mejenguk orang sakit, mengunjungi masyarakat miskin, panti asuhan atau panti jompo. Dengan melakukan hal tersebut maka bisa melatih rasa empati. Berikut adalah cara untuk meningkatkan kepekaan dan empati terhadap fenomena : a.



Membuka hati pada keadaan sekitar. Dorongan hati memiliki andil



dalam mencipatakan kepekaan dan rasa empati. b.



Mencoba peduli pada lingkungan sekitar. Seseorang harus



menghilangkan perasaan subjektif terhadap objek kepedulian, dengan begitu rasa kepekaan akan tumbuh.



14



c.



Menjadi pendengar yang baik. Dengan menjadi pendengar yang



baik akan memberi dampak positif, sebab menandakan telah berhasil dalam kehidupan bermasyarakat. d.



Lebih sering membantu sesama.



3. Meningkatkan Penguasaan Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah modal penting dalam menulis. Jika yang menulis adalah mahasiswa yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, maka hasil menulisnya mendalam dan berisi. Karena modal ilmu pengetahuan sebenarnya sudah ada pada diri mahasiswa maka hanya perlu mendalami pelajaran yang menjadi bidang studinya. Tidak melalui kuliah saja, tetapi juga membaca buku-buku ilmu pengetahuan yang sesuai dengan jurusan kuliah mahasiswa. Untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan



ilmu



pengetahuan



maka



mahasiswa



harus



mengkolaborasikan ilmu pengetahuan yang didapat dalam perkuliahan dengan banyak membaca buku-buku yang sesuai dengan bidangnya.



15



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan pada materi yang telah dijelaskan diatas, dapat diketahui bahwa modal dasar menulis untuk mahasiswa meliputi aspek bahasa, fenomena, dan ilmu pengetahuan. Ketiga aspek ini sangat dibutukan untuk keberhasilan menulis mahasiswa. Bahasa



adalah kemampuan



yang



dimiliki



manusia



untuk



berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan melalui pancaindera, dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terusmenerus sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis. Keterampilan membaca dan menulis adalah kegiatan yang saling berkaitan, keterampilan membaca berpengaruh terhadap keterampilan menulis, keterampilan menulis membutuhkan pengetahuan dan ide-ide yang akan dituangkan melalui tulisan sedangkan pengetahuan dan ide-ide diperoleh dari kegiatan membaca. Meningkatkan bahasa bisa dengan memperbanyak membaca. Membaca menjadi kunci pokok untuk bisa menuliskan ide dan gagasan dengan menggunakan bahasa yang sistematis dan bisa dipahami pembaca. Untuk meningkatkan kepekaan terhadap fenomena, maka kita perlu banyak mengenal lingkungan sekitar tempat tinggal. Cobalah untuk pergi ke tempat-tempat yang kumuh, mejenguk orang sakit, mengunjungi masyarakat miskin, panti asuhan atau panti jompo. Dengan melakukan hal tersebut maka bisa melatih rasa empati kita. Sedangkan, untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan maka mahasiswa



16



harus



mengkolaborasikan ilmu pengetahuan yang didapat



dalam



perkuliahan dengan banyak membaca buku-buku yang sesuai dengan bidangnya. B. Saran Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama penulis yang bersedia memberikan sebuah saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun, akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Sekian, kami ucapkan terima kasih.



17



DAFTAR PUSTAKA



Abidin, Y. 2016. Pembelajaran Menulis dalam Gamitan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1. Affandy, S. 2011. “Pengemis, Perspektif Sosiologis”, https://news.detik.com/opini/d-1703778/pengemis-perspektif-sosiologis, diakses pada tanggal 26 Mei 2021 pukul 19.02. Basit, A. 2017. “Belajar Menulis”, https://pps.iainpurwokerto.ac.id/belajarmenulis/, diakses pada tanggal 26 Mei pukul 18.59. Isnendes, R. 2019. Pengembangan Pembelajaran Kemahiran Berbahasa: Menulis Karya Sastra Berdasar Pada Empat Aspek Berbahasa. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia. Mulyana, A. 2016. “Modal Utama Menulis”, https://beritainspirasi94.blogspot.com/2016/06/modal-utama-menulis.html, diakses pada tanggal 26 Mei 2021 pukul 18.54. Raharjo, S. 2015. “Modal Dasar yang Harus Dimiliki Seorang Penulis dan Peneliti”, https://www.konsistensi.com/2013/06/modal-dasar-yang-harusdimiliki-seorang.html, diakses pada tanggal 26 Mei 2021 pukul 19.06. Rahmiati. 2013. Problematika Mahasiswa dalam Menulis Karya Ilmiah. Jurnal Adabiyah, Vol XIII, Nomor 2, 164-171. Rinawati, Agustin. dkk. 2020. Analisis Hubungan Keterampilan Membaca Dengan Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi, Volume 4 Nomor 2, 86-87. Romadhon, A. C. 2020. Pentingnya Membaca Dan Menulis Serta Kaitannya Dengan Kemajuan Peradaban Bangsa. Jurnal Edukasi, Volume,1 Nomor 1, 3-5. Wachid, Abdul. dkk. 2019. Kemahiran Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Cinta Buku.



18