Model Prosedural [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penelitian dan Pengembangan pendidikan memiliki berbagai model, yaitu gambaran mentah tentang pendidikan yang membantu manusia untuk memahami pendidikan yang tidak dapat dilihat dan atau dialami secara langsung (Saryono, LP2UM). Artinnya model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik (Universitas Negeri Malang, 46: 2010). Penelitian dan Pengembangan dalam konteks pendidikan, sampai sekarang berkembang berbagai model penelitian dan pengembangan, dikenal bermacam-macam model Penelitian dan Pengembangan sistem, model, proses, bahan dan ataupun perangkat pendidikan (Saryono, LP2-UM). Suatu model dapat diartikan sebagai representatif baik visual maupun verbal. Model menyajikan sesuatu atau informasi yang komplek atau rumit menjadi sesuatu yang lebih sederhana atau mudah (Setyosari, 2015: 282). Dengan model, seseorang lebih memahami sesuatu daripada melalui penjelasan-penjelasan panjang. Suatu model dalam penelitian pengembangan dihadirkan dalam bagian prosedur pengembangan, yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut oleh peneliti. Model dapat juga memberikan kerangka kerja untuk pengembangan teori dan penelitian. Dengan mengikuti sejumlah model tertentu yang dianut oleh peneliti, maka akan diperoleh sejumlah masukan (input) guna dilakukan penyempurnaan produk yang dihasilkan, apakah berupa bahan ajar, media atau produk-produk lainnya. Model Pengembangan juga merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik (Universitas Negeri Malang, 46: 2010). Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan, sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan. A. Model Konseptual B. Model Prosedural



Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Setyosari, 2015: 284). Model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural biasa dijumpai dalam model rancangan pembelajaran, misalnya Dick & Carey, Model Borg & Gall, dan Model Addie (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) (Setyosari, 2015: 284). Model R&D Dick Carey adalah model pendekatan sistem atau model pendekatan prosedural yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey, dan James O. Carey dalam The Systematic Design of Instruction Edisi ke-7 tahun 2009. Kemudian model ini lebih dikenal dengan nama model pengembangan Dick, Carey, dan Carey atau juga model Dick and Carey. Model prosedural Dick, Carey, dan Carey ini merupakan model penelitian yang menyarankan agar penerapan prinsip desain pengembangan disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan. Model prosedural Dick and Carey ini merupakan model penelitian yang berorientasi pada pemaparan tahapan penelitian secara deskriptif. Secara umum tahapan-tahapan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian yakni tahap pra-pengembangan, pengembangan, dan pascapengembangan. Model pengembangan Dick and Carey ini memiliki sepuluh langkah prosedural. Setiap langkah prosedural dalam komponen penelitian dan pengembangan dengan model Dick and Carey ini saling dependen dengan langkah lainnya. Proses langkah evaluasi akan menetukan bentuk revisi atau perbaikan instruksional pada langkah pengembangan berikutnya. Langkah-langkah model Dick and Carey ini dijabarkan mulai dari awal pengembangan sampai pada produk hasil pengembangan. Model Dick and Carey memiliki ciri khas dari metode R&D pada umumnya, yakni langkah-langkah yang dikelompokkan dalam lima prosedur penelitian pengembangan, yakni analisis, pengembangan, desain, implementasi, dan evaluasi. Kelima langkah prosedur pengembangan tersebut bila diinterpretasikan dalam 10 model pengembangan Dick and Carey yakni : 1) analisis (analyze) yang memuat tiga langkah prosedural pada model pengembangan Dick and Carey di antaranya : menganalisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan (asses needs to identity goals), menganalisis intruksional (conduct instructional analysis), dan menganalisis pembelajar dan konteks



(analysis learners and contexts), 2) pengembangan (develop), 3) desain (design), dan 4) implementasi (implement) merupakan langkah-langkah prosedural setelah melakukan tahapan analisis kebutuhan. Ketiga langkah ini dilakukan secara prosedural berupa siklus yang dilakukan beberapa kali hingga ditemukan model pengembangan yang diharapkan. Selanjutnya pada tahapan kelima model hasil dari langkah-langkah prosedural develop-design-implement dievaluasi pada tahapan ke 5) evaluasi (evaluate), tahapan evaluasi berdasarkan model Dick and Carey ditempuh dengan dua cara, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini bersifat menyeluruh yang akan mempengaruhi model pengembangan berdasarkan hasil prosedural pada tahapan develop-design-implement. Diantara model-model rancangan pengembangan tersebut saat ini salah satu model rancangan sistem yang sering dipakai dalam penelitian dan pengembangan secara luas adalah model pendekatan sistem yang dirancang dan dikembangkan oleh Dick & Carey. Secara umum menurut model Dick and Carrey, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Oleh karena itu rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Setelah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk criterion reference test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk itulah maka dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif.Evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektivitas program dan evaluasi sumatif berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada Model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Model Dick



and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Berikut merupakan bentuk alur prosedural dan pengelompokan tahapan prosedural pengembangan berdasarkan Instructional Design Dick, Carey, dan Carey.



Gambar 1. Model Pengembangan Dick & Carey Secara singkat berikut penjelasan mengenai langkah-langkah Model Penelitian Pengembangan Dick & Carey: 1.



Analisis Kebutuhan dan Tujuan (Identity Instructional Goals) Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera perlu dipenuhi. Dengan mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya (what is). Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi, pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. Tentu saja, rencana yang akan dilakukan itu dilandasi dari segi teori dan kajian empiris yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal tersebut memang patut atau layak dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas lagi. Dengan kata lain, bahwa berdasarkan analisis ini pula, pengembangan mengetengahkan suatu



2.



persoalan atau kesenjangan dan sekaligus menawarkan solusinya. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis) Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya pengembang melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup ketrampilan,



proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Halhal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan 3.



dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. Analisis Pembelajar dan Konteks (Analyze Learners and Contexts) Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalis pembelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, karakteristik awal pembelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut di mana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan



4.



untuk merancang strategi instruksional. Merumuskan Tujuan Performasi (Write Performance Objectives) Merumuskan tujaun performasi atau untuk kerja dilakukan setelah analisisanalisis pembelajar dan konteks. Merumuskan tujuan untuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan oprasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir tes. Pengembang melakukan penerjemahan tujuan umum atau dari standar kompetensi yang telah ada ke dalam



5.



tujuan khusus yang lebih operasional dengan indikator-indikator tertentu. Mengembangkan Instrumen (Develop Assesment Instruments) Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrumen assessment, yang secara



langsung



berkaitan



dengan



tujuan



khusus,



operasional.



Tugas



mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting. Karena instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan dapat berupa kuesioner 6.



atau daftar cek. Mengembangkan Strategi Instruksional (Develop Instructional Strategy) Mengembangkan strategi instruksional, yang secara spesifik untuk membantu pembelajar untuk mencapai tujuan khusus. Strategi instruksional tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh pengembang. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan



produk atau desain yang ingin dikembangkan. Sebagai contoh, apabila pengembang ingin membuat produk media gambar, maka strategi apa yang dipakai untuk membuat mempresentasikan media gambar tersebut. Apabila pengembang ingin mengembangkan suatu desain pembelajaran tertentu, maka strategi apa yang cocok dan dipilih untuk menunjang desain tersebut. Jadi dengan pendek kata, peranan strategi tetap sangat penting dalam kaitannya dengan proses pengembangan yang 7.



ingin dilakukan. Mengembangkan dan Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials) Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengembang. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajaran, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan argumen atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model tersebut. Alasan memilih tipe atau model tersebut biasanya dikemukakan dalam sub



8.



bagian model pengembangan. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction) Merancang dan melakukan



evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang



dilaksanakan oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk dikembangkan. Atau, evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektivitas. Dalam kondisi tertentu, pengembang cukup sampai pada langkah ini Dick & Carey merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri dari tiga langkah: a. Uji coba prototiype bahan secara perorangan (one-to-one trying out). Uji coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah itu dilakukan uji coba perorangan, produk, atau rancangan revisi. b. Uji coba kelompok kecil (small group tryout). Uji coba ini melibatkan subjek yang terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk melakukan revisi produk atau rancangan. c. Uji coba lapangan (field tryout).



Uji coba ini melibatkan subjek dalam kelas yang lebih besar yakni sekitar 15-30 subjek (a whole class of learners). Selama uji coba ini, pengembang melakukan observasi dan wawancara. Dengan demikian, pengembang melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif (hasil tes, skala sikap, rubrik dan sebagainya). Hasil validasi dari langkah 8 inilah yang kemudian dipakai untuk melakukan revisi di langkah selanjutnya. 9.



Melakukan Revisi Instruksional (Revise Instruction) Revisi dilakuakn terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau produk yang dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap tujuh langkah pertama yaitu mulai dari: tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi pembelajaran dan/atau bahan-bahan pembelajaran. Strategi instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi



instruksional untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif. 10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct Summative Evaluation). Hasil-hasil pada tahap revisi instruksional dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat tersebut selanjutnya divalidasi dan diujicobakan atau diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif. Setelah suatu produk, program atau proses pengembangan selesai dikembangkan, langkah berikutnya melakukan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat efektivitas produk, program, atau proses secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain. Untuk keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya menggunakan sampai langkah kesembilan, yakni evaluasi formatif di mana rancangan, proses, atau program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk keperluan uji efektivitas rancangan, proses, dan program secara menyeluruh diperlukan uji atau evaluasi secara eksternal. Dengan demikian, diperoleh tingkat efisiensi, efektiviras dan daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh. Kekurangan dan Kelebihan Penelitian Pengembangan Dick Carey 1.



Kelebihan Model Dick Carey



Dengan melihat langkah-langkah yang telah disebutkan, maka dapat kita lihat bahwa model Dick and Carey ini merupakan tahapan prosedural, dari tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa kelebihan dari model ini diantaranya: a. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini merupakan tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah dan cara berpikir dari b.



kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau program. Teratur, efektif, dan efisien. Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap akan menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu, karena telah terperinci



c.



urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada model ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9. Adanya revisi pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan di dalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen



d.



setelahnya. Model Dick and Carey sangat sesuai untuk design pembelajaran, bahkan Gall menyebutkan bahwa tak hanya cocok digunakan untuk design pembelajaran namun



e.



juga untuk penelitian pendidikan secara umum. Model Dick and Carey diacu sebagai model teoretis mandiri dalam ranah disiplin desain pembelajaran dan menjadi salah satu model pengembangan dalam Research



f.



and Development (R&D). Model Dick and Carey relatif sederhana, namun tahapan dan komponen yang



g.



dikembangkan rinci. Setiap langkah model Dick and Carey adalah suatu prosedur yang sangat sistematis bila dibandingkan dengan model-model instructional lainnya. Mulai dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk yang dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung secara terus-menerus hingga target (standar kualitas) produk yang dikembangkan tercapai, yaitu efektif, efisien dan



2.



berkualitas. Kelemahan Model Dick Carey Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat sistematis, logis,



dan sederhana, akan tetapi kita dapat melihat beberapa kekurangan, diantaranya adalah:



a.



Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati tahapantahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick dan Carey



b.



terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan Desain model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak menyediakan ruang



c.



untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan satu atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama ketika harus



d.



menganalisis karakteristik siswa. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi). Secara teoritis dan atau aplikatif, pada dasarnya tidak ada satu pun model



Penelitian dan Pengembangan pendidikan yang dapat disebut paling baik atau paling tidak baik untuk mengambangkan produk pendidikan (Saryono, LP2-UM). Semua model dapat digunakan dengan kelebihan dan kelemahan masing masing, oleh karena itu dapat dikatakan ketiga model Penelitian dan Pengembangan pendidikan tersebut sama-sama layak dan dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai kreativitas dan inovasi bidang pendidikan.



Daftar Pustaka: Walter Dick, Lou Carey. (2001). The Systemic Design of Instruction. United State: Addison-Wesley Educational Publishers Inc.