Modul 1 - LSK Di Perguruan Tinggi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL Pendidikan Sosial Budaya



Kegiatan Belajar 1 PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA DI PERGURUAN TINGGI



Universitas Negeri Yogyakarta



2018



MODUL MATA KULIAH LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN KEGIATAN BELAJAR 1 LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN DI PERGURUAN TINGGI TIM PENULIS Siti Irene Astuti Dwiningrum Poerwanti Hadi Pratiwi Aris Martiana Nur Endah Januarti Grendi Hendrastomo



i



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, akhirnya tim penulis dapat menyelesaikan MODUL MATA KULIAH LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN. Modul ini disusun untuk mempermudah proses pembelajaran dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya bagi mahasiswa yang berasal dari fakultas-fakultas exacta, seperti Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Fakultas Ilmu Keolahragaan. Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Modul Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) dirancang dengan pendekatan “Problem Solving” dan “Analisis Kasus” dengan tujuan agar dalam proses pembelajaran mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan personal, kemampuan akademik dan kemampuan profesional secara seimbang. Di sisi lain, dengan belajar Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) mahasiswa dapat mengembangkan dinamika kelompok dan meningkatkan kepekaan sosial, berpikir kritis, dan kreatif sehingga setiap lulusan memiliki kemampuan-kemampuan baik hard skills maupun soft skills yang cendekia, mandiri, dan berhati nurani. Paparan materi Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) terdiri dari: Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) di Perguruan Tinggi; konsep dasar literasi sosial dan kemanusiaan; tujuan pendidikan; manusia dan kebudayaan; manusia dan peradaban; manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial; manusia, nilai, moral dan hukum; manusia, keragaman dan kesederajatan; manusia, sains, teknologi, dan seni; serta manusia dan lingkungan hidup. Semoga Modul ini dapat membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan dan menambah referensi dalam Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK). Yogyakarta, Agustus 2020 Tim Penulis Modul



ii



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………….



i



KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..



ii



DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….



iii



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……………………………………………..



iv



KEGIATAN BELAJAR 1 LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN DI PERGURUAN TINGGI ………



1



A. Pendahuluan ………………………………………………………………………



1



B. Capaian Pembelajaran …………………………………………………………….



2



C. Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………………………..



2



D. Uraian Materi ……………………………………………………………………..



2



I.



Latar Belakang Penyelenggaraan Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) …………….………………………....



2



II. Kemampuan dan Keterampilan Mahasiswa ……………………………………



5



III. Visi, Misi, dan Tujuan Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) ………………



8



IV. Strategi Pembelajaran Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) ...……………..



9



V. Pendekatan Pembelajaran Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) …………..



11



VI. Pendekatan “Problem-Solving” ………………………………………………..



12



E. Rangkuman ……………………………………………………………………….



15



F. Tes Formatif ………………………………………………………………………



15



DAFTAR PUSTAKA



iii



A. Modul ini ditujukan untuk membantu mahasiswa memahami lebih lanjut materi-materi dalam Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK). B. Kegiatan belajar dalam modul ini terdiri dari: uraian materi, tugas individu, tugas kelompok, rubrik ‘mari bereksplorasi,’ dan tes formatif, mahasiswa diharapkan dapat mempelajarinya secara klasikal, individu (mandiri), ataupun berkelompok. C. Modul ini akan lebih bermakna jika mahasiswa melakukan pengayaan materi dari berbagai sumber belajar. D. Modul ini disusun untuk kegiatan perkuliahan selama 1 (satu) semester, yang terdiri atas 9 (sembilan) modul kegiatan belajar (KB) untuk 14 x pertemuan, dengan rincian sebagai berikut. Sumber Belajar



Keterangan



Modul Kegiatan Belajar 1 Modul Kegiatan Belajar 2 Modul Kegiatan Belajar 3 Modul Kegiatan Belajar 4 Modul Kegiatan Belajar 5 Modul Kegiatan Belajar 6 Modul Kegiatan Belajar 7 Modul Kegiatan Belajar 8 Modul Kegiatan Belajar 9



1 x Pertemuan 2 x Pertemuan 1 x Pertemuan 1 x Pertemuan 1 x Pertemuan 2 x Pertemuan 2 x Pertemuan 2 x Pertemuan 2 x Pertemuan



iv



Modul ini membahas tentang Literasi Sosial dan Kemanusiaan di Perguruan Tinggi. Dalam modul ini akan dipaparkan latar belakang masalah, tujuan dan strategi dalam mata kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan di Perguruan Tinggi. Untuk memudahkan Kalian dalam mempelajari materi tentang Literasi Sosial dan Kemanusiaan di Perguruan Tinggi dalam mata kuliah ini, maka Kegiatan Belajar 1 (KB-1) ini disusun dalam beberapa sub materi, yaitu: 1) Latar Belakang Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) 2) Kemampuan dan Keterampilan Mahasiswa 3) Visi dan Misi Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) 4) Strategi Pembelajaran Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) 5) Pendekatan Pembelajaran Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK) 6) Pendekatan Problem Solving Pada akhir kegiatan belajar disediakan Tes Formatif (dalam bentuk pilihan ganda dan essay) dan rubrik tugas yang harus Kalian kerjakan. Kalian dapat menilai atau mengukur kemajuan belajar secara mandiri. Pelajari Kegiatan Belajar 1 ini secara bertahap, sehingga seluruh kegiatan belajar dapat Kalian kuasai dengan tuntas. Apabila Kalian masih belum paham, pelajari kembali materi yang ada dengan lebih cermat, atau diskusikan dengan teman dan Dosen. Selamat belajar, semoga sukses !



Mahasiswa memiliki kemampuan dalam memahami dan menjelaskan tujuan mempelajari literasi sosial dan kemanusiaan di perguruan tinggi.



Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 (KB-1) ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan latar belakang penyelenggaraan literasi sosial dan kemanusiaan 2. Menjelaskan kemampuan dan keterampilan mahasiswa 3. Menjelaskan visi dan misi literasi sosial dan kemanusiaan 4. Menganalisis strategi pembelajaran literasi sosial dan kemanusiaan 5. Menjelaskan pendekatan pembelajaran literasi sosial dan kemanusiaan 6. Menggunakan pendekatan problem solving dalam mengatasi masalah



I. LATAR



BELAKANG



PENYELENGGARAAN



LITERASI



SOSIAL



DAN



KEMANUSIAAN (LSK) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional rnenetapkan pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadi1an serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa; dan pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Perguruan Tinggi dipandang perlu membantu penyelenggaraan pendidikan secara demokratis tersebut melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah



ditetapkan bahwa kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) sebagai salah satu kelompok matakuliah dalam kurikulum inti yang minimal harus dicapai peserta didik dalam penyelesaian suatu program studi yang berlaku secara nasional. Pertimbangan-pertimbangan sebagaimana diuraikan pada paragraf di atas menjadi landasan bagi Perguruan Tinggi memutuskan untuk menyelenggarakan pembelajaran mata kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan bagi mahasiswa UNY. Pada tahun 2013 muncullah mata kuliah Pendidikan Sosial dan Budaya (PSB) sebagai MKU Pilihan Universitas. Sejak tahun 2019 mata kuliah Pendidikan Sosial dan Budaya (PSB) digantikan dengan mata kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan (LSK), yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang berasal dari fakultas-fakultas eksakta seperti Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Fakultas Ilmu Keolahragaan. Salah satu alasannya adalah bahwa pokok-pokok bahasan dalam mata kuliah LSK adalah materi pembelajaran yang bermuatan pendidikan, nilai sosial, seni dan humaniora sehingga bila dikaitkan dengan fungsi otak manusia yang terdiri dari sebelah kiri berkaitan dengan fungsi-fungsi matematis, logik dan rasional, sementara otak sebelah kanan lebih beriorientasi pada hal-hal yang berkaitan dengan rasa seni, keindahan, estetika dan humaniora lain. Gambatan tentang fungsi otak kanan-kiri dapat digambarkan sebagai berikut:



LSK bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Oleh karena itu, LSK memberi dimensi humaniora agar keseimbangan terjadi dalam diri setiap mahasiswa dari fakultas-fakultas eksakta. Sementara itu mata kuliah Literasi Sains dan Teknologi diperuntukkan bagi mahasiswa-mahasiswa dari fakultas ilmu sosial dan humaniora agar memperoleh keseimbangan pengelolaan fungsi otak kiri yang berkaitan dengan matematis, logika dan rasional. Adapun deskripsi matakuliah PSB yang diganti dengan LSK secara umum adalah sama, hanya dalam LSK materi ditambahkan dengan bab khusus yang membahas tentang konsep dasar literasi sosial dan kemanusiaan. Paparan materi diawali dengan pendahuluan mengenai penjelasan umum LSK; visi, misi dan tujuan Mata kuliah LSK; konsep dasar literasi sosial dan kemanusiaan; konsep dasar dan tujuan pendidikan; hakikat manusia; konsep dasar manusia; manusia dan peradaban; manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial; manusia keragaman dan kesederajatan; manusia moralitas dan hukum; manusia sains dan teknologi; serta manusia dan lingkungan. LSK menjadi salah satu Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) yang merupakan sumber nilai dan pedoman bagi penye1enggaraan program studi guna mengantarkan rnahasiswa rnemantapkan kepribadian. kepekaan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. LSK termasuk kategori General Education (Pendidikan Umum) yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi “Manusia yang sesungguhnya” yang mampu mengenal diri sendiri dan manusia lain di sekitarnya tahu hak dan kewajiban, sadar akan statusnya (sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, warga negara, makhluk ciptaan Tuhan). Misi kelompok MBB di perguruan tinggi adalah membantu menumbuh-kembangkan: daya kritis, daya kreatif, apresiasi dan kepekaan rnahasiswa terhadap nilai-nilai sosial dan budaya demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial, agar dapat: a. bersikap demokratis, berkeadaban, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat, serta peduli terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. b. memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi, seni.



c. ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah sosial budaya dan lingkungan hidup secara arif Dengan demikian, proses pembelajaran diharapkan berorientasi pada partisipasi mahasiswa, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Hal itu hanya dapat terjadi apabila setiap dosen mampu menerapkan pandangan tersebut ke dalam pembelajarannya, dan dengan mengintegrasikan kebudayaan ke dalam proses pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dapat tercapai apabila menerapkan empat pilar pendidikan, seperti yang dideklarasikan oleh UNESCO pada tahun



1988, yakni (1)



learning to know, belajar untuk tahu; (2) learning to do, belajar untuk berbuat; (3) learning to be, belajar untuk menjadi diri sendiri; serta (4) learning to live together, belajar hidup berdampingan secara harmoni. Menurut teori pembelajaran humanistik, pendidikan menjadi bermakna apabila dalam proses kegiatan belajar (interaksi antara pendidik dan peserta didik) terjadi secara multi arah, terpadu dan berorientasi pada kepentingan peserta didik atau student centered learning bukannya teacher centered learning (Hatimah, 2008). Pembelajaran yang memanusiakan manusia sebagaimana empat pilar (khususnya pilar yang ke empat), menjadi misi ilmu-ilmu sosial dan humaniora dan PSB menjadi salah satu mata kuliah yang memuat pilar ke 4 tersebut. Pembelajaran humanistik yang diterapkan pada bidang studi menjadi bermakna dan bermanfaat apabila bidang-bidang ilmu tersebut secara kontekstual menjadi alat untuk mengkaji fenomena dan problem sosial serta budaya yang terjadi sehingga seseorang mampu memecahkan masalah sosial budaya tersebut. Pada akhirnya, penyelenggaraan pendidikan humanistik diharapkan mampu mencetak lulusan yang unggul dengan habitus baru dan bukan saja secara intelektual namun juga sebagai penyandang nilai-nilai baru, seperti yang dituntut dalam era reformasi dewasa ini (Tilaar, 1999). II.



KEMAMPUAN DAN KETRAMPILAN MAHASISWA Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran mata kuliah LSK ini diharapkan dapat membantu lulusan memiliki tiga jenis kemampuan, yakni kemampuan personal, kemampuan akademik, dan kemampuan profesional. a. Kemampuan Personal (P) adalah kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa dengan menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian



Indonesia,



memahami



dan



mengenal



nilai-nilai



keagamaan,



kemasyarakatan dan kenegaraan, seta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. b. Kemampuan Akademis (A) adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan, menguasai kemampuan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatif pemecahan masalah c. Kemampuan Profesional (PF) adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya. Kaitan antar ketiga kemampuan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.



Gambar 1. Kaitan antar ketiga kemampuan yang harus dikuasai mahasiswa Mata kuliah LSK berusaha membekali mahasiswa dengan kemampuan dasar tentang pemahaman, pemaknaan, dan pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai pribadi, sebagai warga Negara Indonesia, anggota keluarga, warga masyarakat dan sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan. Tujuannya adalah memberikan landasan berfikir, bersikap dan bertindak agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, terampil, mandiri, memiliki jati diri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan. Dengan belajar LSK, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif serta kepekaan sosial. Saat ini, pendidikan diharapkan



memberikan pengetahuan yang memungkinkan mahasiswa dapat mengatasi masalahmasalah kehidupan dalam tugas-tugas profesional dan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi kehidupan yang berubah cepat seperti sekarang ini, diperlukan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif, ketrampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Untuk itulah, melalui matakuliah LSK dengan tema-tema yang sudah dirancang, mahasiswa diharapkan memiliki kepekaan terhadap masalah yang muncul dalam masyarkat dan kejelian untuk mengidentifikasikan serta merumuskannya solusinya dengan tepat. Ketrampilan berpikir kritis merupakan suatu keharusan bagi setiap lulusan perguruan tinggi, tidak terkecuali perguruan tinggi yang mendidik calon guru. Sebagaimana menurut Stice (dalam Zuchdi, 2010) berpikir kritis pada intinya adalah “The what is important, but we should pay attention to the hows and whys”. Untuk dapat menjawab



pertanyaan



apa,



bagaimana,



dan



mengapa mengenai setiap hal yang dipeljari, diperlukan latihan. Mula-mula perlu latihan mengemukakan konsep-konsep tersebut dengan berpikir secara mendalam, sehingga dapat menguasainya dengan baik. Dengan kata lain, perlu latihan berpikir analitis, “bagaimana sesuatu terjadi dan mengapa hal itu terjadi.” Dengan membiasakan diri berpikir analitis, mahasiswa akan memiliki ide-ide cemerlang, mau bekerja keras, bergairah untuk maju, sekaligus dapat mengingat dengan baik (Zuchdi, 2010). Ketrampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif yang baik berdasarkan konsep-konsep yang rasional persepsi dan intuisi individu. Berpikir kreatif melibatkan rasio dan intuisi dalam hal ini Rubinstein dan Firstenberg berpendapat bahwa dengan cara berpikir rasional dan imajinatif kita dapat mengembangkan kapasitas untuk mengenal pola-pola baru dan prinsip-prinsip baru, menyatukan fenomena yang berbedabeda, dan menyederhanakan situasi yang kompleks. Inilah hakikat berpikir kreatif dan produktif yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah (Zuchdi, 2010). Kepekaan terhadap masalah-masalah sosial adalah kemampuan untuk menyadari bahwa ada sesuatu masalah yang muncul atau kemampuan untuk menilai



sesuatu masalah yang besar yang kompleks menjadi masalah-masalah yang lebih sederhana serta memisahkan fakta-fakta yang tidak benar sehingga dapat mengenal masalah sebenarnya. Ada kecenderungan untuk menghasilkan solusi masalah dengan cepat, tanpa memahami masalah yang sebenarnya. Hal ini perlu dihindari agar memperoleh solusi yang tepat (Zuchdi, 2010). Pengembangan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif serta kepekaan sosial memerlukan pengetahuan yang luas, dengan aktif memahami penemuan- penemuna baru dalam bidang ilmu yang diperdalamnya. Dalam hal ini, mahasiswa perlu dimotivasi untuk senang membaca dan berdiskusi.



III. VISI, MISI DAN TUJUAN LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN Matakuliah yang dirancang pasti memiliki visi dan misi. Demikian halnya dengan matakuliah LSK, sebagai bagian dari matakuliah umum memiliki visi dan misi, sebagai berikut: Visi Mata Kuliah LSK Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Misi Mata Kuliah LSK a. Memberikan landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya. b. Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya sebagai landasan untuk menghormati dan menghargai antara sesama manusia sehingga akan terwujud masyarakat yang tertib, teratur dan sejahtera. c. Memberikan dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan budaya serta mampu bersikap kritis, analitis dan responsif untuk memecahkan masalah tersebut secara arif di masyarakat.



Tujuan Mata Kuliah LSK a. Mengembangkan



kesadaran



mahasiswa



menguasai



pengetahuan



tentang



keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. b. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahkluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya secara arif. Fungsi Mata Kuliah LSK Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar. Pokok Bahasan Mata Kuliah LSK Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan meliputi beberapa pokok bahasan yang dibahas secara konseptual, praktis dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Visi, misi dan tujuan mata kuliah LSK 2. Pengertian literasi sosial dan kemanusiaan 3. Ruang lingkup LSK, meliputi: a. Konsep dasar dan tujuan Pendidikan b. Manusia sebagai makhluk budaya c. Manusia dan peradaban d. Manusia sebagai individu dan mahluk sosial e. Manusia, keragaman dan kesederajatan f. Manusia, nilai, moralitas dan hukum g. Manusia, sains dan teknologi h. Manusia dan lingkungan



IV. STRATEGI PEMBELAJARAN LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN Perkuliahan ini didesain dengan berbagai metode pembelajaran sehingga suasana belajar lebih menyenangkan dan bersemangat. Di samping itu, mahasiswa selesai mengikuti perkuliahan ini dapat mengembangkan kesadaran tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral serta memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan selaku mahluk sosial yang beradab dalam mempraktekkan pengetahuan akademik dan keahliannya. Berdasarkan pemikiran di atas, strategi pembelajaran LSK adalah: a. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, dengan menempatkan Mahasiswa sebagai subyek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai anggota keluarga, masyarakat dan warga negara serta warga dunia. b.



Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis, induktif, deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran substansi dasar kajian, berkarya nyata, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat.



c. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas membaca seminar kecil, dan kegiatan ko-kurikuler. LSK sebagai kajian sosial budaya sesuai bahan yang dijelaskan di atas memungkinkan mahasiswa untuk mempelajari bahan-bahan dasar LSK dengan mengembangkannya melalui eksplorasi fenomena sosial budaya sesuai dengan pokokpokok kajian yang telah dirancangkan sebelumnya. Proses pembelajaran dapat dilakukan menggunakan media-media tertentu, mahasiswa diajak untuk mendiskusikan, mendialogkan isu-isu atau fenomena sosial budaya sesuai interest mahasiswa dalam kaitannya dengan pokok-pokok kajian yang ada. Saat proses belajar, setiap mahasiswa dapat belajar secara mandiri atau kelompok dengan mengungkapkan ketertarikannya untuk mendiskusikan sebagai salah satu bentuk belajar kelompok. Bidang-bidang ekonomi, politik, gender, masalah sosial, perilaku deviasi atau ketidaktaatan pada norma keluarga, pendidikan, moral, hukum, agama dan lain-lain.



Melalui eksplorasi fenomena atau masalah sosial budaya yang dimunculkan, mahasiswa diharapkan: a. Dapat mempelajari masalah budaya, sosial, kriminalitas dan deviasi yang perlu dipecahkan b. Dapat membantu mahasiswa belajar menghargai nilai-nilai disiplin, kerjasama, kejujuran sebagai salah satu bentuk implementasi nilai dari, oleh, dan untuk mahasiswa c. Dapat membantu mahasiswa menemukan permasalahan sosial budaya melalui belajar bersama dalam kelompok d. Dapat membantu mahasiswa berlatih menerima dan menghargai perbedaan pendapat e. Dapat membantu mahasiswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral masyarakat ilmiah khususnya. V. PENDEKATAN PEMBELAJARAN LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN Interdisipliner merupakan salah satu pendekatan yang efektif, bermakna dan bermanfaat bagi pembentukan kepribadian mahasiswa dalam rangka berkehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pendekatan interdisipliner (menggunakan perspektif sosiologis, antropologis, sains, pendidikan dan ilmu estetika, etika serta humaniora lainnya) mendorong mahasiswa untuk melihat permasalahan dalam masyarakat secara lebih holistik, komprehensif sehingga kelak ketika mahasiswa harus berbaur hidup di tengah-tengah lingkungan dapat menyesuaikan diri atau bahkan mampu mempengaruhi atau berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah sosial budaya yang dihadapi. Pendekatan ini relatif sesuai dengan apa yang tertuang pada pasal 5 ayat 1 Keputusan Dirjen DIKTI bahwa pembelajaran yang interaktif partisipatif tidak akan tercapai bila belajar LSK dengan menggunakan pendekatan monodisiplin secara parsial atau sendiri-sendiri. Artinya belajar LSK akan lebih dinamis dengan menggunakan secara integratif menggunakan pendekatan yang multidisiplin untuk memecahkan masalah sosial budaya, karena hakikat masalahnya kompleks sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu. Dalam mengkaji masalah sosial atau budaya, dalam belajar LSK ini dapat menggunakan pendekatan secara interdisipliner dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu secara terpadu dalam mengkaji masalah; crossdisipliner, yakni penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yang berbeda atau transdisipliner, yakni menggunakan berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda untuk mengkaji, mendeskripsikan atau menganalisis masalah sosial budaya.



Pendekatan pemecahan masalah bagi mahasiswa dalam belajar LSK menjadi orientasi belajar yang relatif baik oleh karena belajar LSK secara kontekstual, penjelasan materi dengan menggunakan fenomena sosial budaya sebagaimana yang dihadapi mahasiswa dalam kehidupannya sehari-hari dimana mereka tinggal, bersosialisai dan berinteraksi secara multi arah dengan anggota masyarakat yang lain. Secara lebih bermanfaat, artinya pendalaman atas penjelasan konsep dasar materi atau pokok bahasan dengan menggunakan ilustrasi, konfigurasi atau gambaran nyata kehidupan sehari-hari mahasiswa agar bermanfaat bagi pengalaman kehidupannya. Strategi pembelajaran yang bermakna, bermanfaat bagi mahasiswa dalam berkehidupan dan bermasyarakat dengan orang lain yang berbeda dilengkapi dengan metode ceramah, diskusi, problem solving (dengan memunculkan masalah-masalah sosial) dan sekaligus memunculkan analisis pemecahannya. Secara keseluruhan, proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan dalam hal pengembangan kognitif, memperluas wawasan secara interdisipliner; menambah pengalaman belajar bekerjasama, saling menghargai pendapat meskipun pendapat itu berbeda bahkan bertentangan sama sekali, namun proses pembelajaran juga menekankan pentingnya belajar untuk memiliki sikap-sikap sosial, empati, kritis, peduli dan peka terhadap masalah sosial yang muncul dalam diskusi kelas. Proses pembelajaran juga memperhatikan terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh, tanggap dan taqwa terhadap unsur kemanusiaan yang berkembang dalam setiap proses pembelajarannya. Oleh karena kompleksnya target keberhasilan yang hendak dicapai, maka penilaian terhadap kinerja mahasiswa terutama bukan sekedar berpartisipasi dalam kehadiran selama proses pembelajaran berlangsung saja, namun keterlibatan dalam diskusi, atau dalam melaksanakan tugas-tugasnya sejak awal hingga akhir perkuliahan berlangsung.



VI. PENDEKATAN “PROBLEM-SOLVING” Dalam proses pembelajaran LSK, untuk mengembangkan kemampuan analisis kritis terhadap berbagai permasalahan kehidupan, maka mahasiswa diharapkan mampu menerapkan diagram “mengapa-mengapa” dalam mencari sebab-pokok suatu masalah, dan untuk memikirkan cara pemecahannya dipikirkan melalui diagram “bagaimanabagaimana” untuk menerapkan kemampuan analisis pada masalah yang dijadikan bahan diskusi.



Diagram “MENGAPA-MENGAPA” Tujuan a. Memberikan kepada anggota metode alternatif untuk mengenali sebab pokok dari masalah b. Mempraktekkan teknik pemikiran yang divergen c. Aturan d. Sumbang saran sebab-sebab Langkah-langkah kegiatan:  Mengambil masalah yang terpilih dan menggunakan diagram mengapa-mengapa untuk menggali sebab-sebab masalah  Tiap-tiap langkah divergen dalam analisis mengapa-mengapa didapat dengan menanyakan ‘mengapa?’  Jawaban terhadap pertanyaan ‘mengapa?’ merupakan sebab-sebab dari masalah  Karena tiap-tiap langkah adalah proses yang divergen, proses yang konvergen (serupa dengan pemilihan masalah diperlukan untuk menentukan sebab mana yang penting) Contoh memecahkan masalah dengan diagram “mengapa-mengapa”



Dalam mencari solusi terhadap masalah, mahasiswa bisa diajak berpikir dengan diagram “bagaimana-bagaimana”, dengan langkah-langkah sebagai berikut: DIAGRAM ‘BAGAIMANA-BAGAIMANA”: Tujuan: a. Mendorong para anggota untuk secara kreatif menggali dan mempertimbangkan banyak alternatif pemecahan dan tidak melompat ke “pemecahan yang tampak jelas” b. Membantu para anggota menentukan langkah-langkah spesifik yang harus diambil untuk menerapkan pemecahan dan membantu merumuskan rencana tindakan yang spesifik c. Membantu para anggota mempraktekkan teknik divergen d. Pernyataan pemecahan dan menggali cara-cara yang mungkin untuk menyelesaikan tindakan pada setiap tahap dengan mengajukan pertanyan”bagaimana” Langkah-langkah kegiatan:  Mulai dengan pertanyaan “BAGAIMANA?”  Pada setiap langkah dalam rangkaian, proses konvergen dapat digunakan untuk menyempitkan daftar alternatif sebelum langkah divergen berikutnya diambil  Kelebihan dan kekurangan, peluang, dan biaya relatif dari masing-masing alternatif dituliskan untuk memudahkan proses pemilihan yang lebih objektif Contoh menerapkan diagram “bagaimana-bagaimana”



Di samping pendekatan di atas, dalam pembelajaran LSK dapat dikembangkan beberapa strategi pembelajaran lebih variatif sesuai dengan kondisi dan konteks masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran tidak hanya dengan pendekatan “problem solving”, proses pembelajaran di kelas tetapi dapat menggunakan bentukbentuk lainnya, agar lebih membangun dinamika proses belajar. Beberapa pilihan model pembelajaran yang dapat diterapkan : Small group disscusion, Simulasi/Demonstrasi, Discovery Learning (DL), Self-Directed Learning (SDL), Cooperative Learning (CL), Collaborative Learning (CbL), Contextual Instruction (CI), Project-Based Learning (PjBL), Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I).



LSK merupakan matakuliah yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa lulusan perguruan tinggi agar memiliki kemampuan untuk dapat hidup lebih bermasyarakat. LSK memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan personal, kemampuan akademik dan kemampuan profesional secara seimbang sehingga mahasiswa lebih mampu menghadapi perubahan dan tantangan kehidupan yang terus berubah. Dengan materi yang dirancang melalui berbagai tema-tema pilihan tentang manusia dengan kehidupannya, maka mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran tentang bagaimana pengetahuan tentang hidup bermasyarakat di Indonesia. Strategi pembelajaran dirancang dengan variatif agar mahasiswa dapat berpikir kritis, kreatif dan memiliki kepekaan sosial, sehingga mampu mengatasi berbagai persoalan kehidupan.



A. SOAL PILIHAN GANDA Petunjuk : Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Literasi sosial dan kemanusiaan dibutuhkan untuk mahasiswa karena ... . a. mahasiswa adalah generasi bangsa. b. mahasiswa mempunyai peran sosial di masyarakat. c. mahasiswa membutuhkan konsep dasar sosial dan budaya untuk memahami masalah. d. mahasiswa tidak diajari konsep sosial dalam bidang ilmu lainnya.



2.



Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa; dan pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang herlangsung sepanjang hayat. Pernyataan tersebut sesuai terdapat dalam … . a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 c. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2008



3. Literasi sosial dan kemanusiaan bertujuan agar mahasiswa ... . a. ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah sosial budaya dan lingkungan hidup secara arif b. bergerak dalam akvitas sosial dan politik c. mengutaman keunggulan akademik agar berhasil dalam dunia kerja d. mampu berpikir monodisipliner untuk menyelesaikan permasalahan yang ada 4. Literasi sosial dan kemanusiaan dapat meningkatkan kemampuan personal, yakni ... . a. kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatif pemecahan. b. kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya. c. kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa dengan menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, seta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat. d. Kemampuan untuk mempertahankan diri dari berbagai masalah yang disebabkan oleh perbedaan ekonomi dan latar belakang pendidikan. 5. Kajian dalam Literasi Sosial dan Kemanusiaan menggunakan pendekatan yang bersifat ... . a. multidisipliner dan multidimensional b. multidimensional dan multikasus c. monodispliner dan multikasus d. interdisipliner dan crossdisipliner 6. Literasi Sosial dan Kemanusiaan memiliki strategi pembelajaran yang menarik, karena ... . a. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas. dan kemandirian.



b. Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses kurang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kurang kritis, analitis. induktif, deduktif, dan reflektif. c. Proses pembelajaran kurang ada dialog kreatif partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran substansi dasar kajian, berkarya nyata, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat. d. Proses pembelajaran cenderung didominasi pengajar dan kurang menggerakan mahasiswa untuk bersikap aktif dan proaktif. 7. Pernyataan berikut ini yang tidak termasuk tujuan mempelajari Mata Kuliah Literasi Sosial dan Kemanusiaan adalah ... . a. Dapat mempelajari masalah budaya, sosial, kriminalitas dan deviasi yang perlu dipecahkan b. Dapat membantu mahasiswa belajar menghargai nilai-nilai disiplin, kerjasama, kejujuran sebagai salah satu bentuk implementasi nilai dari oleh dan untuk mahasiswa c. Dapat membantu mahasiswa menemukan permasalahan sosial budaya melalui belajar bersama dalam kelompok. d. Dapat memotivasi siswa untuk belajar berkarier dan berwirausaha dalam kehidupan sosial dan di kampus 8. Pendekatan problem solving akan membentuk siswa mampu berpikir kritis, kecuali … . a. Mendorong mahasiswa untuk mengembangkan metode alternatif dalam mencari sebab pok masalah b. Mempraktekkan teknik pemikiran yang divergen c. Mempersulit aturan yang ada d. Memberikan gagasan dan ide pemecahan masalah 9. Mata Kuliah iterasi Sosial dan Kemanusiaan dapat mengembangkan aspek kepribadian mahasiswa, kecuali … . a. Membentuk sikap empatik dan peduli lingkungan b. Membentuk pribadi yang tanggap dan tangguh terhadap unsur kemanusiaan c. Menghambat potensi siswa secara personal dan parsial d. Mengembangkan sikap kritis dan peka terhadap masalah sosial 10. Beberapa topik di bawah ini terkait dengan kajian ruang lingkup LSK, kecuali … . a. Media massa dan kenakalan remaja b. Pergeseran tradisi Jawa dalam era disrupsi c. Politik pendidikan dalam pemilihan kepala desa d. Konflik sosial dalam kehidupan masyarakat multikultur



B. SOAL ESSAY Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat! 1. Jelaskan mengapa iterasi Sosial dan Kemanusiaan sangat penting bagi lulusan perguruan tinggi! 2. Jelaskan faktor pendukung dalam pembentukan kepribadian mahasiswa! 3. Identifikasikan masalah sosial budaya yang menghambat proses pembangunan pendidikan di Indonesia! Berikan solusi yang efektif dengan pendekatan problem solving! 4. Jelaskan manfaat mempelajari iterasi Sosial dan Kemanusiaan? 5. Buatlah desain yang aplikatif untuk mengatasi krisis karakter bangsa?



DAFTAR PUSTAKA Hatimah, I. dkk. 2006. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan. Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zuchdi, Darmiyati. 2008. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.