Modul 4 Tarkib Idhafi Dan Washfi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDALAMAN MATERI (Lembar Kerja Resume Modul)



A. Judul Modul



: Bahasa Arab



B. Kegiatan Belajar : mengidentifikasi tarkib idhafah dan tarkib washfi dengan



tepat berdasarkan ciri-cirinya.



(KB 4)



C. Refleksi NO



1



2



BUTIR REFLEKSI



Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi



Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul



RESPON/JAWABAN Tarkib/Struktur Idhafi (Mudhaf + Mudhaf Ilaih) Pengertian Idhofah Idhofah atau kata majemuk ialah penyandaran suatu kata isim kepada yang lain untuk menunjukkan pengertian yang lebih khusus. Dalam susunannya, dikenal istilah mudhaf (kata yang disandarkan) dan mudhaf ilaih (kata yang disandari). Contoh Idhafah : ‫ْد َيز َمال غ‬



Syarat-Syarat Idhofah a. Dalam susunan mudhof tidak boleh didahului alif lam ( ‫)ال‬. Contoh: Mudhof= ‫ ْلو سَّرال‬mudhof ilaih= ‫هللا‬. Maka dalam Susunan idhofahnya menjadi : ِ‫هللا ْلو َسر‬ b. Idhofah tidak boleh tanwin. Contoh: Mudhof= ٌ‫ ِةب ِْي َقح‬mudhof ilaihi= ٌ‫ َّد َم مح‬. Dalam Susunan idhofahnya menjadi, ْ‫َّد َم مح ةَب‬ ‫ِي َقح‬ c. Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah. Contoh: mudhof= ِ‫ ن َبااَ ِتك‬mudhof ilaihi=



ٌ‫ َّد َم مح‬Susunan idhofahnya : ‫َّد َم مح َبااَتِك‬ Macam-macam idhofah 1. Idhofah ma’nawiyyah, disebut juga idhofah mahdhoh. Yaitu idhofah yang mudhofnya bukan berupa isim sifat dan mudhof ilaihnya bukan ma’mulnya. Contoh: َ‫ال غ‬ ‫ ْد َيز م‬, ‫ِضا ْقال ِب َتاك‬ َ ‫ى‬ 2. Idhofah lafdhiyyah disebut juga idhafah ghairu mahdhoh. Yaitu mudhofnya berupa isim sifat (isim fail, isim maf’ul,), sedangkan mudhof ilaihnya merupakan ma’mulnya. Contoh : ِ‫هْ ج‬ َ ‫ْوال ن‬ َ ‫َسح‬ Contoh-contoh idhofah (Susunan Mudhof Mudhof Ilaih) : ِ= ‫ َةعِ َمااْل د ِجْ َسم‬Masjid kampus Idhofah terkadang juga menyimpan arti ْ‫( ِنم‬dari), ْ ِ‫( في‬di dalam), ِ‫(ل‬untuk/milik). Contoh: ِ‫ْءو ض‬ ‫ = ْوال َنا َكم‬Tempat (untuk) wudhu. ِ‫َب ْت َك ْمال َّفظ‬ َ ‫ = و م‬Pegawai(nya) kantor. ‫ = َة َسر ْدَم ْذ ِيمْ لِت‬Siswa (di) sekolah. ‫ = َب َهذ َت َماخ‬Cincin (dari) emas. ‫ةَراَّ َيس‬ ِ‫ = َةمِطاَف‬Mobil (milik) Fatimah. Menurut para ahli nahwu, idhafah ialah: ‫اصيصتَ ﻭﺃ افيرعت ديفي هجﻭ ىلع رخلِبا اهُدحﺃ ينسما طبﺭ‬. “Mengaitkan antara dua isim (kata benda) satu dengan lainnya untuk memberikan makna ta’rif (ma’rifat) atau pengkhususan”. ● 2 rukun struktur idhafah adalah Mudhof dan Mudhof



ilaihi. Mudhof ialah setiap isim yang disandarkan kepada isim lainnya, dengan ketentuan isim pertama akan men-jar-kan isim kedua. Contoh: ٌ‫ ٌبا َ ِتك‬: ‫َّد َم مح‬ ← ‫باَتِك‬ ‫َّد َم مح‬ . (Kitab milik Muhammad) Yang men-jar-kan disebut Mudhof sedangkan yang di-jarkan disebut Mudhof ilaihi. Ketentuan-Ketentuan Na’at: 1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan)nya. Contohnya: ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َج ٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ْمال ِبالَّطال ََع َجر‬ ‫ِرها‬ (Seorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali) 2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah)nya. Contohnya: ٌ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َجر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ِ‫نا‬ َ ‫( ِرهاَم ِنا َ ِبالَط ََع َجر‬Dua orang mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ْنو‬ ‫( ِرهاَم ٌبَّال ط َ َع َجر‬Para mahasiswa yang pandai telah kembali) 3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis)nya. Contohnya: ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َج ٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ٌ‫ة‬ َ



‫ِرهاَم‬ ٌ‫ة َِبالَط َ َع َجر‬ (Seorang mahasiswi yang pandai telah kembali) Ketentuan-Ketentuan Na’at: 1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan)nya. Contohnya: ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َج ٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ْمال ِبالَّطال ََع َجر‬ ‫ِرها‬ (Seorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali) 2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah)nya. Contohnya: ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َج ٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ِ‫نا‬ َ ‫( ِرهاَم ِنا َ ِبالَط ََع َجر‬Dua orang mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ْنو‬ ‫( ِرهاَم ٌبَّال ط َ َع َجر‬Para mahasiswa yang pandai telah kembali) 3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis)nya. Contohnya: ٌ‫( ِرهاَم ٌِبالَط َ َع َجر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ٌ‫ة‬ َ ‫ِرهاَم‬ ٌ‫ة َِبالَط َ َع َجر‬ (Seorang mahasiswi yang pandai telah kembali)



D. Perbedaan Tarkib Idhafi dan Tarkib Washfi Mudhof-mudhof ilaih, tidak masalah dengan perbedaan jenis antara mudhof



dan mudhof ilaihnya; yaitu dalam hal mudzakkar dan muannats. Misalnya : ‫( دِماَح ةَراَّ َيس‬mobilnya Hamid) ‫ ةَراَّ َيس‬: Kata benda muannats karena ber ta’ mabuthoh ‫ دِماَح‬: Nama laki-laki termasuk isim mudzakkar Adapun Na-at – man’ut harus sesuai dalam hal mudzakkar dan muannatsnya. Na’at harus mengikuti jenis dari man’utnya. Misalnya, ٌ‫( ْد ِيدَ ج ٌبا َ ِتك‬kitab yang baru) atau ٌ‫( ة َْد ِيدَ ج ٌةَعاَس‬jam tangan yang baru) 2. Dalam susunan idhofah, mudhof harus nakiroh dan mudhof ilaihnya harus ma’rifat. misalnya : ‫دِماَح‬ ‫ةَراَّ َيس‬ (Mobilnya Hamid) ‫ةَراَّ َيس‬adalah isim nakiroh yang kemudian tanwinnya dihilangkan karena dia diidhofahkan.



‫دِماَح‬adalah isim ma’rifat berupa nama orang ِ‫رْ ِيد‬ ‫( لما ْت َي ب‬Rumahnya kepala sekolah) ‫ْت َي ب‬ adalah isim nakiroh yang tanwinnya dihilangkan; ِ‫رْ ِيد‬ ‫ لما‬adalah isim ma’rifat dengan AL Adapun Na’at-man’ut, maka ia harus bersesuaian dalam hal nakiroh dan ma’rifatnya. Misalnya : ٌ‫ٌس‬ ِ ‫ْد ِيدَ ج‬ ‫(رد م ٌدِماَح‬Haamid adalah murid baru). Na’atnya yaitu َ ٌ‫ ْد ِيدَ ج‬harus nakiroh karena man’utnya ‫م‬ ٌ‫س‬ ِ ‫ َرد‬berupa isim nakiroh. Begitu juga sebaliknya. ‫؟ ْد ِيدَ اْل‬



‫س‬ ِ ‫َرد‬ ‫( لما َ ْن َيأ‬dimana guru yang baru?) Na’atnya yaitu ‫ ْد ِيدَ اْل‬harus ma’rifat karena man’utnya yaitu ‫س‬ ِ ‫َرد‬ ‫ لما‬berupa isim ma’rifat. . Kedudukan mudhof ilaih HARUS majrur sedangkan mudhof tergantung kedudukannya dalam kalimat. Misal ِ‫( ب ِْيبَّطال ةَراَّ َيس‬mobilnya dokter) ‫ ةَراَّ َيس‬karena tidak diawali huruf jar, maka dia kembali seperti hukum asal isim mu’rob di awal kalimat yaitu dalam keadaan marfu‘ dengan tanda dhommah. Adapun ِ‫ب ِْيبَّطال‬ maka ia HARUS MAJRUR karena mudhof ilaih WAJIB MAJRUR; disini tanda majrurnya adalah kasroh. Contoh lainnya yaitu: ِ‫ْ هللا ِبا َ ِتك‬ ِ‫( في‬didalam kitabnya Allah) ‫ باَتِك‬didalam penggalan kalimat diatas dalam keadaan majrur karena di awali oleh huruf jar ْ ِ‫في‬. Adapun lafadz ِ‫ هللا‬yang mulia maka dia dalam keadaan majrur sebagai mudhof ilaih. Sedangkan pada susunan na’at man’ut, maka kedudukan na’at mengikuti kedudukan man’utnya. Misal : ِ‫( ينصال نم ة َْد ِيدَ اْل ة َِبالَّطال‬Seorang pelajar baru itu dari China) ‫ ة َْد ِيدَ اْل‬adalah na’at untuk man’utnya yaitu ‫ ة َِبالَّطال‬dan kedudukan na’atnya mengikuti man’utnya; dalam hal ini marfu dengan tanda rafa‘nya dhammah. ‫َةرَّ َ ِو‬ ‫ن‬ ‫لما ِةَنْ ِيد‬ َ ‫( لما َإَل ٌدِماَح َ َب َهذ‬Hamid pergi ke madinah yang bercahaya)



ِ‫َةرَّ َو‬ ‫ن‬ ‫ لما‬adalah na’at dalam keadaan majrur karena mengikuti man’utnya ِ‫ةَنْ ِيد‬ َ ‫ لما‬majrur oleh huruf jar yaitu َ ‫إَل‬. . Pada susunan idhofah, jumlah/bilangan mudhof ilaih tidak mesti sama dengan mudhofnya. Misalnya : ِ ْ‫( ي َن ْن َرقال ْو ذ‬pemilik dua tanduk) ْ‫ و ذ‬adalah mudhof dan hanya berarti satu/mufrod tapi mudhof ilaihnya yaitu ِ ْ‫ ي َن ْن َرقال‬adalah isim mutsanna yaitu isim yang berarti jumlahnya ada dua. Contoh lain yaitu pada kata ِ‫ْني‬ َ ‫ر‬ ‫( نال ْو ذ‬pemilik dua cahaya). Ada yang tahu siapa pemilik gelar ini? Adalah Sahabat Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu karena beliau memiliki dua orang istri yang merupakan anak dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan pada susunan na’at-man’ut, maka jumlah bilangan HARUS sama. kecuali jika man’utnya berupa jamak taksir maka na’atnya boleh mufrod muannats. ٌ‫( ة َْد ِيدَ ج ٌةَعاَس‬jam tangan baru) pada contoh diatas, na’atnya mufrod/tunggal karena man’utnya mufrod. contoh lainnya ada di hadits berikut : ََِّّ َ‫ْحرال َإَِل ِنا َت‬ƒََّّْ ‫لاّل َناَحْ ب س ِ َْن‬ ‫ ِنا‬، ‫زي ْمال ِفِ ِناَت َِلي َقث‬ ِ َ ‫ ِنا‬، ‫ِبي َبح‬ َ ‫س لال َىلَع َ نا ت في ف َخ نا ت م ل ك‬ ِ ِ‫ ِه ِْد َم‬، ‫ِ َِّلاّل َناَحْ ب س‬ƒَّ ‫مي َظعْ ال‬ ِ ِ‫ َِِبو‬ƒَ “Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung).



ِ‫ نا َ َت ِملَك‬adalah man’ut yang berupa isim mutsanna (yang bermakna jumlahnya ada 2) maka na’atnya yaitu ِ‫ نا َ َت ِفي َفخ‬juga harus dalam bentuk mutsanna. Kesimpulannya : 1. Mudhof ilaih tidak harus mengikuti jenis mudhofnya; yaitu dalam hal mudzakkar dan mu-annats. Sedangkan Na’at harus mengikuti man’utnya dalam hal mudzakkar dan muannatsnya. 2. Mudhof HARUS nakiroh dan mudhof ilaihnya HARUS ma’rifat. Sedangkan na’at harus mengikuti man’ut dalam hal nakiroh dan ma’rifatnya. 3. Harakat mudhof tergantung kedudukannya dalam kalimat. Adapun mudhof ilaih HARUS majrur. Sedangkan na’at HARUS mengikuti kedudukan dan harakat man’utnya. 4. Pada susunan idhofah, jumlah/bilangan mudhof ilaih tidak mesti sama dengan mudhofnya. Sedangkan na’at HARUS bersesuaian jumlahnya dengan-man’utnya (kecuali jika man’utnya berupa jamak taksir maka na’atnya boleh mufrod muannats) Tugas Carilah perbedaan antara: (1) tarkib idhafah, (2) tarkib washfi Tes Formatif 4



3



Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran



. Tarkib/Struktur Washfi (Na’at+ Man’ut) Tarkib Washfi atau struktur na’at dan man’ut (sifat + maushuf) adalah struktur kata isim (nomina) yang diikuti oleh na’at atau shifat. Isim yang diikuti disebut man’ut atau maushuf. Na'at dan man'ut Na'at adalah lafadz/kata yang menunjukkan sifat pada isim sebelumnya, maka isim yang disifati tersebut dinamakan Man'ut Na'at akan mengikuti man'ut ketika posisi rafa', nasab, dan



jarr. Na'at dalam bahasa indonesia biasa disebut keterangan sifat, sedangkan man'ut adalah kata yang disifati, kondisi i'rab na'at akan mengikuti man'ut, jika man'ut dalam posisi rafa' (berharokat dhammah) maka na'at juga berharokat fathah, begitu pula nasab dan jarr. na'at juga akan mengikuti man'ut dalam hal mufrad (tunggal), tasniah (dua) dan jamak. juga dalam hal mudzakkar dan muannats, lalu dalam hal ma'rifat dan nakirah. contoh: ‫( َيرك ديز ءاج‬zaid yg mulia datang) /zaid/ adalah man'ut dari /mulia/ karena posisi zaid adalah fail (pelaku) maka zaid berstatus rafa' maka na'atnya (mulia) juga rafa' contoh lain: ‫( الماع اديز تيأر‬saya melihat zaid berilmu) Pada contoh ini, karena posisi /zaid/ sebagai maf'ul bih, maka kata tersebut menjadi mansub (berharokat fathah) lalu na'at (berilmu) mengikuti menjadi mansub juga. Na’at) Na’at adalah tabi’ yang menyifati isim sebelumnya. Na’at bisa disebut sifat. Contoh: ٌ‫( لِداَع ٌماَمِإ َءاَج‬Seorang imam yang adil telah datang) َ‫ص ٌ َةم ِْلس م ي ِلَص ت‬ ِ‫لحا‬ ٌ‫َة‬ (Seorang muslimah yang shalihah sedang shalat)