Modul 5 Ulat Sutera [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 5 ULAT SUTERA (Bombyx mori L) 1. PENDAHULUAN Beternak ulat sutera adalah salah satu kegiatan yang menjanjikan keuntungan cukup besar mengingat harga jual kokon ulat sutera sebagai bahan dasar pembuatan kain sutera cukup tinggi. Kain sutera sendiri merupakan kain dengan kualitas terbaik dan elegan yang banyak diminati oleh kaum menengah keatas, sehingga tidak diragukan lagi bahwa bisnis ulat sutera ini akan sangat menjanjikan, terlebih dengan cara pengembang biakan yang mudah. Berikut adalah beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam beternak ulat sutera. Ngengat sutra atau ulat murbei adalah salah satu  serangga dari jenis ulat yang dari sisi ekonomi mempunya nilai yang sangat tinggi. Sebab ulat ini merupakan ulat satusatunya penghasil serat atau benang sutra. Adapun makanan ulat sutra adalah daun murbei. Selain daun murbei ulat sutra tidak akan memakannya. Pakan  ulat  sutera  perlu  diperhatikan  dalam pemeliharaan  ulat  sutera.  Sumber  pakan  ulat  sutera harus selalu tersedia setiap saat ketika larva membutuhkan. Pertumbuhan larva, perkembangan larva  dan  reproduksinya  tergantung  dari kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Ulat sutera yang memakan daun murbei    akan menghasilkan kokon  dengan  karakter  sutera  yang  berkualitas. Dalam perkembangan menjadi ulat, maka telur ulat sutera membutuhkan waktu sekitar 10 hari  untuk menetas. Setelah menetas yang kemudian menjadi ulat maka akan membentuk kepompong mentah., kepompong mentah ini yang nantinya akan dipintal menjadi benang sutra sepanjang 300 meter sampai dengan 900 meter. Serat atau benang sutra yang dipintal memiliki diameter sekitar 10 mikrometer. Hal yang cukup mengejutkan dari ulat sutra adalah dalam hal makanan. Bisa dikatakan bahwa ulat sutra termasuk jenis ulat yang sangat rakus dalam hal makanan. Ulat ini akan makan sepanjang hari baik itu siang maupun malam.,dan ini dilakukannya sematamata untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat. Adapun hal yang perlu diketahui bahwa ulat sutra mengalami empat fase ganti kulit. Apabila warna kulitnya kekuningan dan lebih ketat ini menandakan bahwa ulat sutra akan segera membungkus diri dengan berubah menjadi kepompong



Untuk menghasilkan benang sutra yang bagus dan juga memiliki kualitas yang tinggi maka sebelum ulat sutra menjadi matang (ditandai ulat sutra akan menggigit kepompongnya), kita harus segera merebus ulat sutra tersebut. Kepompong ulat sutra ini direbus bertujuan untuk membunuh ulat sutra  sehingga memudahkan dalam menguraikan serat-seratnya. Namun apabila kita sedikit saja terlambat maka sutra yang dihasilkan tidak lagi dihargai dengan kualitas yang tinggi. Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus sp.). Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih, serta berbulu. Ulat sutera dapat melalukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Tubuh ulat sutera dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala memiliki antenna yang terdiri dari tiga segmen pendek, dan bagian mulut terletak ke bawah dan di depan wajah yang terdiri dari sepasang rahang dengan maksila dengan labrum dan labium. Pada bagian perut terdiri dari tiga segmen dengan sepasang spirakel dan tiga pasang kaki toraks. Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang ulat sutera pada umumnya. Pada modul ini akan dibahas : a.



Klasifikasi ulat sutera



b.



Siklus hidup ulat sutera



c.



sistem pencernaan ulat sutera



d.



Sistem Respirasi Ulat Sutera



e.



Daun Murbei (Morus sp.)



f.



Vitamin B1 (Tiamin)



g.



Pemeliharaan ulat sutera



h.



Prospek pengusahaan ulat sutera.



2. Penyajian 2.1 Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang memiliki keuntungan yang ekonomis bagi manusia karena mampu menghasilkan benang sutera. Menurut Borror et al., (1992), Klasifikasi dari Bombyx mori L. sebagai berikut:



Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Klass : Insecta Sub Klass : Pterygota Ordo : Lepidoptera Family : Bombycidae Genus : Bombyx Spesies : Bombyx mori L Ulat sutera adalah serangga penghasil benang sutera yang siklus hidupnya mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari larva(ulat), pupa sampai dengan kupukupu.Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus sp.). Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih, serta berbulu. Ulat sutera dapat melalukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Tubuh ulat sutera dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala memiliki antenna yang terdiri dari tiga segmen pendek, dan bagian mulut terletak ke bawah dan di depan wajah yang terdiri dari sepasang rahang dengan maksila dengan labrum dan labium. Pada bagian perut terdiri dari tiga segmen dengan sepasang spirakel dan tiga pasang kaki toraks. 2.2. Siklus Hidup Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi dewasa. Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insekta setelah menetas dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran hingga mencapai serangga dewasa. Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Sepanjang hidupnya, ulat sutera mengalami empat fase, yaitu telur, larva, pupa dan imago. Pada fase larva terdiri dari beberapa tahap yaitu instar I sampai V.



a. Telur Telur ulat sutera berbentuk agak gepeng, ukurannya kira-kira 1,3 mm, lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm beratnya hanya ± 0,5 mg. Warna telur hari pertama keluar dari induknya adalah kuning sampai kuning susu. Lama stadia telur akan sangat tergantung pada kondisi iklim atau perlakuan yang diberikan. Apabila suhu tinggi dapat menyebabkan telur menjadi tidak aktif, maka telur dapat menetas setelah 4-10 bulan, bila suhu normal telur akan menetas setelah 9-12 Telur biasanya menetas 10 hari setelah menjalani perlakuan khusus pada suhu 25° C dan pada RH 80-85%. Secara nono alamiah penetasan dapat dengan memberikan larutan HCl. b. Larva Perkembangan ulat sutera terjadi perubahan instar dimana pada setiap perubahan instar ditandai dengan adanya molting. Lamanya dalam tahapan instar adalah instar I berlangsung selama 3-4 hari, instar II lamanya 2-3 hari, instar III lamanya 3-4 hari, instar IV lamanya 5-6 hari dan instar V lamanya 6-8 hari. Peralihan instar ke instar berikutnya ditandai dengan berhentinya makan, tidur dan pergantian kulit. Pada akhir instar V tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya berangsur-angsur transparan seolah-olah tembus cahaya dan larva berhenti makan. Larva sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat koko, instar 1,2 dan 3 disebut ulat kecil dengan umur 12 hari, tahan terhadap suhu 28-30 C dan RH 90-95%, menjelang istirahat nafsu makannya menurun, instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari, membutuhkan suhu 23-25C dgn RH 70-75%. Setelah instar 5 berakhir ulat akan mengokon., c. Pupa Pupa, terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat ulat sutera. Lama masa pupa kurang lebih 12 hari. Pupa jantan ruas ke 9 terdapat tanda titik sedang pupa betina ruas ke 8 terdapat tanda silang. Perubahan dari larva menjadi pupa ditandai dengan berhentinya aktivitas makan. Proses pergantian kulit larva menjadi pupa akan terjadi di dalam kokon. Pembentukan pupa berlangsung 4-5 hari setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera untuk membentuk kokon. Lama masa pupa 9-14 hari, dalam bentuk pupa tidak tampak gejala hidup, pada hal terjadi perubahan besar yang sukar dilukiskan. Tungkai tambahan yang terdapat disepanjang perut ulat menghilang. Pada bagian dada muncul tiga pasang



tungkai baru berbentuk tungkai dewasa. Bentuk tungkai baru ini lebih panjang dan lebih langsing. Selain itu disusun pula sayap, sistem otot baru dan semua bagian tubuh dewasanya. d. Imago Pada tahapan imago berlangsung selama 5-7 hari. Pada tahap imago merupakan tahapan yang reproduktif dimana terjadi perkawinan, dan betina mengeluarkan telurtelurnya. Kupu-kupu ini tidak dapat terbang dan kehilangan . Fungsional dari bagian mulutnya, sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan. Subandy (2008), menyatakan bahwa pertumbuhan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di lokasi pemeliharaan, yaitu suhu, kelembaban nisbi, kualitas udara, aliran udara, cahaya, dan sebagainya. 2.3. Sistem Pencernaan Ulat Sutera Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di alam. Sistem percernaan pada serangga sangat beragam tergantung macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan perbedaan dalam sistem pencernaan. Saluran pencernaan (usus) serangga merupakan struktur dasar sistem pencernaan yang berupa pembuluh memanjang dari mulut sampai anus. Usus dapat dibedakan dalam tiga bagian yaitu usus depan (stomodaeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proktodaeum). Bagian-bagian ini biasanya dipisahkan oleh katup. Katup kardiak dibagian depan dan katup pilorik dibagian belakang. Struktur lain yang berasosiasi dengan usus meliputi sepasang kelenjar saliva dengan pembuluh yang terhubung ke saluran pra oral, hipofarings, dan tubulus Malpighi yang bergabung dengan intestin sebelum katup pilorik. Tubula ini berbentuk organ utama ekskretori 2.4. Sistem Respirasi Ulat Sutera Respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat oksigen dapat berdifusi masuk dan sebaliknya karbon dioksida dapat berdifusi keluar. Corong hawa (trakhea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakhea bermuara pada lubang



kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut



spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat Pada serangga, khususnya pada ulat sutera cara respirasi utamanya adalah melalui difusi oksigen dan karbon dioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh ventilasi mekanis dari trakhea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke sistem trakhea terjadi karena turunnya tekanan oksigen pada ujung trakheolus. Karbon dioksida juga dapat berdifusi keluar melalui sistem trakhea (Hadi et al., 2009). 2.5. Daun Murbei (Morus sp.) Murbei termasuk marga Morus dari keluarga Moraceae, ordo Urticales, kelas Dicotyledonae. Secara umum murbei merupakan pohon, perdu dan semak, serta memiliki getah. Tinggi maksimalnya mencapai 15 m dengan diameter tajuk 60 cm. memiliki daun tunggal dan stipula. Murbei dapat hidup di daerah hangat sampai dingin., murbei dapat tumbuh atau hidup pada berbagai jenis tanah, serta pada ketinggian antara 0-3000 m di atas permukaan laut. Oleh karena itu dibeberapa tempat di Indonesia banyak ditemukan murbei tumbuh dengan liar. Perkembangan murbei biasanya melalui biji dan stek. Biji berkecambah selama 914 hari tergantung pada musim. Perbanyakan vegetatif pada tanaman murbei lebih banyak dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman murbei. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan stek. Stek diambil dari tanaman induk yang unggul dan berumur sekitar 12-20 bulan dengan pertumbuhan yang bagus, bebas hama penyakit, batang tegak, produksi daun tinggi, serta ukuran daun lebar-lebar. Tanam murbei paling ideal ditaman pada ketinggian 400-800 m di atas permukaan laut. Dengan daerah yang mempunyai temperatur rata-rata 21-23°C sangat cocok untuk murbei. Tanah sebaiknya memiliki pH di atas 6, teksturnya gembur, ketebalan lapisan paling tidak 50 cm. Tanah yang subur tentu akan memberikan dukungan pertumbuhan yang baik. Walaupun begitu, tanah yang kurang subur bisa dibantu dengan dosis pemupukan yang tepat ‘ Daun murbei juga mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 18-28 % dan mengandung serat kasar yang rendah sekitar 10,57% (Ekastuti, 1996 dalam Rifai, 2009). Daun murbei mengandung asam askorbat, asam folat, karoten, vitamin B1, pro vitamin D, mineral Si, Fe, Al, Ca, P, K, dan Mg.



Tanaman murbei (Morus sp.) merupakan pakan sutera (Bombyx mori L.) yang produksi serta kualitas daunnya berpengaruh terhadap produksi dan kualitas kokon. Makanan adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan sifat fisiologi seperti pergantian kulit dan masa istirahat ulat Bombyx mori L. Makanan yang kurang baik selama stadia larva kadang-kadang menyebabkan terlambatnya waktu pergantian kulit sehingga stadia larva lebih panjang. Penambahan nutrisi pada makanan ulat sutera adalah penting dalam rangka meningkatkan produksi dan mutu kokon serat yang dihasilkan. Jumlah daun yang dikonsumsi pada ulat sutera akan mempengaruhi efisiensi kecernaan dan konversi makanan yang tertelan dan dicerna, baik secara langsung atau tidak langsung dalam kondisi ulat. Efisiensi berkembang biak sebagai alat untuk mengkonversi daun murbei sebagai pakan ulat sutera dalam berbagai kondisi ekologi, daun murbei dari tingkat konversi ulat sutra adalah karakter fisiologis yang komprehensif dan indeks ekonomi yang penting dalam produksi kepompong. Vitamin B1 (Tiamin) Tiamin adalah zat berupa kristal tersusun dari unsur-unsur karbon hidrogen-oksigen dan belerang, mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Vitamin ini tidak mudah mengalami oksidasi, tetapi dapat rusak karena pemanasan di dalam larutan . Tiamin mudah diserap dalam saluran pencernaan dari sebagian besar, tetapi jumlahnya dalam darah jauh daripada konstan, tergantung dari jumlahnya yang dimakan. vitamin B1 atau tiamin, yang dibentuk aktifnya berupa koenzim tiamin pirofosfat (TPP). TPP diketahui sebagai koenzim reaksi enzimatis transketolase yang terlibat dalam biosintesis polisakarida melalui jalur pentose fosfat dan memegang peranan esensial dalam transfer energi, konduksi membran dan saraf. TPP merupakan kofaktor pada dekarboksilasi oksidatif alfaketoglutarat menjadi suksinil-KoA. Tiamin didapati hampir pada semua tanaman dan jaringan tubuh hewan yang lazim digunakan sebagai makanan, tetapi kandungannya biasanya kecil, yang paling utama pada daun murbei mengandung vitamin A, B1, C, asam folat, fitoestrogen, asam amino, copper, zinc, dan karoten. Sedangkan bagian ranting murbei mengandung tanin dan vitamin A. Buahnya mengandung sakarida, asam linoleat, asam oleat, vitamin B1, B2, C, dan karoten. Kulit batang mengandung triterpenoid dan flavonoid. Kulit akar mengandung derivat flavone mulberri, sedangkan bijinya urease .



PEMELIHARAAN ULAT SUTERA Pemeliharaan ulat sutera sangat tergantung pada keadaan alam dan kemampuan dari para pemeliharanya. Oleh karena itu sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu diketahui terlebih dahulu kecocokan tempat untuk pemeliharaan. Keadaan lingkungan sekitar untuk pemeliharaan ulat sutera perlu dipertimbangkan pada tempat yang mempunyai iklim dan tanah yang cocok untuk pertumbuhan murbei maupun hidup ulat sutera sehingga dapat menghasilkan kokon yang berkualitas baik. Sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut ; a. Persiapan daun murbei. Agar dapat menghasilkan produksi kokon yang berkualitas baik sudah dibuat standar jumlah daun yang harus diberikan sesuai ddengan jumlah ulat yang dipelihara. Untuk keperluan makan 1 boks ulat yang berisi 25.000 butir telur dibutuhkan makanan sebanyak 1,2 ton (daun beserta cabang) atau 800 kg daun dari mulai ulat menetas sampai membuat kokon. b. Persiapan ruangan dan alat-alat pemeliharaan. - persiapan sarana dan prasarana - disinfeksi untuk mencegah infeksi kuman penyakit pada ulat sutera yang dipelihara. - menghindarkan ulat sutera dari hama c. Kesiapan sumber daya manusia Pengetahuan mengenai cara melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu dikuasai terlebih dahulu karena ulat sutera dalam perkembangannya sangat tergantung kepada para pemeliharanya. Untuk itu sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera, para pemelihara hendaknya dilatih atau belajar terlebih dahulu agar keterampilan dalam pemeliharaan ulat sutera dapat dikuasai. Teknis Pemeliharaaan Tknik budidaya ulat sutra dibagi menjadi 5 (lima) tahapan. Tahapan pertama adalah persiapan kandang kemudian disusul dengan bibit, pemberian pakan, siklus hidup dan terakhir adalah proses pemeliharaan.



a.



Persiapan Kandang. Dalam mempersiapkan ternak ulat sutra maka ada 3 poin utama yang menjadi perhatian khusus dalam persiapan kandang yakni tempat atau lokasi pemeliharaan kemudian bibit ulat sutra dan terkahir adalah pakan. Dalam hal lokasi pemeliharaan maka perlu dipersiapkan suatu ruangan yang terdiri dari rak-rak didalamnya. Bedakan antara rak ulat sutra yang muda (kecil) dengan dewasa (besar). Kemudian pastikan bahwa ruangan memiliki ventilasi yang baik. Indikator ventilasi yang baik adalah memiliki jendela. Namun sebelum ulat sutra dimasukkan ke dalam kandang maka pastikan juga ruangan sudah disterilkan dengan menyemprotkan larutan kaporit atau formalin. Masing-masing dengan kadar 0,5% dan 3%.



b.



Pemilihan Bibit. Pilihlah Pemilihan bibit ini dilakukan 10-12 hari sebelum pemeliharaan dimulai. Dan lakukanlah masa inkubasi terhadap telur ulat sutra agar penetasaan beragam. Masukkan telur ulat sutra tersebut ke dalam kotak yang ditutup dengan kertas putih yang tipis. Setelah itu simpanlah kotak tersebut di ruangan pada suhu 25 oC – 28 oC dengan intensitas kelembaban sebesar 75 % – 80 %. Pastikanlah bahwa kotak tersebut terhindar dari sinar matahri secara langsung. Apabila pada telur ulat sutra tersebut terlihat bintik biru maka segeralah ganti penutup kain putih dengan kain hitam selama 2 hari.. di Indonesia ada 2 lokasi Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) yaitu di Candiroto, Temanggung dibawah Perum Perhutani Unit I Jateng dan PPUS Soppeng, sul-Sel. Kedua PPUS ini memproduksi telur/bibit ulat sutera yang didistribusikan secara nasional. Pengadaan daerah setempat dikoordinasikan oleh Dinas Kehutana/PKT setempat.



c.



Makanan. Adapun dalam pembagian makanan bedakan antara jumlah makanan untuk ulat kecil sama ulat besar. Untuk ulat kecil berikan sekitar 400 kg – 500 kg daun murbei yang tanpa cabang. Dan 1000 kg – 1250 kg untuk ulat besar dengan cabang.



d.



Daur Hidup. Daur hidup ulat sutra dimulai dari telur yang kemudian menetas menjadi ulat kecil dan berkembang menjadi ulat besar. Setelah membentuk ulat besar maka ia akan bermetamorfosis lagi menjadi pupa atau kepompong. Kepompong ini yang kemudian nantinya akan menjadi ngengat. Adapaun setiap daur/siklus/fase ulat sutra akan mengalami yang namanya masa istirahat atau masa tidur.



Pemeliharaan Ulat Sutera 1. persyaratan bangunan pemeliharaan terbagi menjadi 3 ruangan yaaitu : ruang peralatan, ruang pemeliharaan dan ruang daun. (ada contoh dilakukan di ruang tamu, agar tidak terganggu hama, banyaknya ulat yang akan dipelihara disesuaikan dnegan luas bangunan, diusahakan jangan terlalu sempit, supaya nggak sumpek ). 2. alat dan bahan rak yang terbuat dari (kayu atau besi) dan sasak kayu/besi dengan ukuran 110x80 cm (8 sasak untuk 1 box), termometer,timbangan daun (nggak ada juga nggak papa, asal bisa mengira-ngira), keranjang daun, gunting , pisau dan ember dan baskom. tempat sekitar bangunan harus bersih, suhu ruangan 26-28C dam RH 75-75% dengan cahaya dan sirkulasi udara cukup. 3. pengambilan telur Stadia telur yaitu dimana pertumbuhan embrio telur agar bisa menetas menjadi ulat. Dalam pertumbuhan ini diperlukan kondidi optimal agar telur bisa menetas, yang sangat



dipengaruhi oleh cara penanganan terhadap telur dan faktor lingkungan termasuk tempaeratur, kelembaban dan pencahayaan. Dalam pengambilan telur banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain : 1. telur baru mulai tumbuh dan dapat mentolerir pengaruh luar pada waktu 7-10 hari sebelum penetasan. Oleh karena itu dianjurkan pengambilan dilakukan pada saat itu. 2. pada waktu membawa telur, jangan sampai tekena sengatan matahari langsung, untuk itu saat dibawa hendaknya dilapisi dengan kain lembab dan selalu menjaga agar kain tersebut tetap lembab selama perjalanan. 3. jangan meletakkan telur di tempat dengan suhu kering dan panas seperti bagasi 4. pada udara AC, sebaiknya tetap dibungkus kain lembab karena udara AC udara kering 5. hindarkan dari sentuhan tangan yang kotor atau terkontaminasi asap rokok 6. telur jangan disimpan ditempat tertutup, karena dalam pertumbuhannya telur butuh udara 7. -usahakan telur jangan sering terkena guncangan dan hindarkan dari bahan kimia (pupuk, pestisida atau bensin) 8. setelah sampai ditujuan, telur harus segera diinkubasi pada kondisi yang sesuai 4. inkubasi telur. Inkubasi yaitu penyimpanan telur dalam maksud menetaskan, dilakukan dalam ruangandimana temperatur, kelembaban dan pencahayaan diatur. Telur yang akan menetas selama masa inkubasinya mengalami pertumbuhan embrio yang dapat diketahui dari perubahan warna telur sebagai berikut : 1. telur yang baru dikeluarkan induknya berwarna kuning muda 2. setelah perlakuan, berangsur menjadi kuning tua, lalu coklat muda, coklat tua, hitam, abu-abu tua, abu-abu muda. Dua hari sebelum penetasan terdapat bintik biru pada bagian ujung telur yang lancip ( blue head) Inkubasi dilakukan dengan menyebar telur secara merata pada kotak penetasan, ditutup dengan kertas tipis dan disimpan dalam ruangan sejuk (suhu sekitar 25C dan RH 75-



80%). Jika temperatur harian lebih rendah biasanya penetasan akan lebih lambat, jika temperatur harian lebih tinggi penetasan lebih cepat, jika kelembaban terlalu tinggi penetasan akan terlambat bahkan akan sulit menetas, jika kelembaban terlalu rendah telur akan kekurangan air menyebabkan kematian telur. Diusahakan tidak terkena matahari langsung, dilakukan pencahayaan dalam ruangan untuk merangsang pertumbuhan telur dengan ketentuan 16 jam terang dan 8 jam gelap.. setelah telur mencapai titik biru dibungkus dengan kain hitam (penggelapan total)selama 36 jam. saat penetasan kain hitam dibuka, jika yang menetas masih sedikit ditutup kembali. Jika yang menetas sudah banyak, tutup dibuka dan dilakukan pencahayaan agar penetasan serempak. 3. Hakitate (pekerjaan pengurusan ulat pertama kali sejak menetas dari telur meliputi persiapan dalam ruangan dan pemberian makanan). hakitate dilakukan sekitar pukul 8-9 pagi. Setengah jam sebelum diberi makan ulat ditaburi campuran kaporit dan kapur dengan konsentrasi campuran 3%. Tujuan penaburan tepung desinfektan adalah untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan jamur Aspergillus yaitu muskardin. Pemeliharaan Ulat kecil 1. pengambilan daun. daun untuk ulat kecil adalah umur pangkasan kurang lebih 1 bulan, pengambilan pagi/sore hari suapaya tidak layu. Cara pengambilan daun yaitu : -instar 1=lembar 3-5 dari pucuk -instar 2=lembar 5-7 dari pucuk -instar 3 lembar 8-12 dari pucuk 2. Desinfeksi tubuh ulat . Desinfeksi untuk tubuh ulat menggunakan campuran 5 gr kaporit dan 95 gr kapur diaduk merata. Ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan ayakan plastik, sebelum hakitate pada instar 2 dan awal instar 3. waktu pukul 8-10. Kotak penetasan diletakkan pada sasak yang telah diberi kertas alas dan kertas parafin (kertas roti), ulat yang melekat pada kerta dipindah ke kotak penetasan. Dilakukan disinfeksi pada tubuh ulat kemudian diberi jaring. Selanjutnya diberi makan dan terakhir ditutup dengan kertas parafin 3. Pemberian pakan



keadaan daun baik, tidak basah, segar bersih dan dilakukan 2 jam setelah hakitate. Ulat dipindahkan ke sasak, dibiarkan terbuka selama 1 jam., kemudian diberi makan dan ditutup kembali. Selanjutnya ulat diberi makan 3xsehari. Selanjutnya setiap jam sebelum pemberian makan kertas penutup dibuka. 4.. pembersihan tempat ulat Dilakukan sebelum pemberian pakan, pembersihan dilakukan apabila sisapakan sudah banyak (selama instar 1 tidak perlu dibersihkan). Pembersihkan dilakukan dengan diawali pemasangan jaring di atas tempat ulat., kemudian daun diletakkan di atas jaring dan tunggu sampai 90% ulat naik ke atas jaring, selanjutnya jaring diangkat dan dipindahkan ke sarang lain. Kotoran dan sisa pakan dibuang, ulat yang sakit dan mati dimasukkan ke dalam tempat tertutup yagn berisi desinfektan. 5. Perlakuan selama ulat tidur kertas penutup dibuka, agar udara masuk, kemudian tempat ulat diperluas dan ulat ditaburi kapur. 6.. Perlakuan setelah ulat bangun tempat ulat dipersempit, jendela ditutup., dilakukan disinfeksi tubuh ulat, jaring dipasang dan kemudian diberi pakan Pemeliharaan ulat besar 1. bangunan. suhu ruangan antara 22C-25C dengan RH 70-75% dan cahaya serta aliran udara baik 2. alat dan bahan. rak bersusun, alas karung plastik dan tali plastik. 3. disinfeksi ruangan. dengan kaporit 5 gr/l air diaduk merata, kemudian disemprotkan secara merata keseluruh ruangan dengan dosis 1 lt/m2. 4. pengambilan daun. umur pangkas 2.5-3 bulan, pengambilan dilakukan pada pagi dan sore hari. 5. pemberian pakan. daun harus baik, tidak basah, bersih dan segar. Daun diberikan 3x sehari.



6. membersihkan tempat ulat. dilakukan sebelum pemberian pakan. Pada instar , dilakukan setelah ulat ganti kulit, pertengahan instar dan menjelang ulat tidur. Istar 5, dilakukan setelah ganti kulit setiap 2 hari atau kotoran sudah terlalu banyak. Terakhir menjelang ulat mengokon. 7. disinfeksi tubuh ulat. diberi kapur dicampur dengan kaporit perbandingan 9:1 kemudian ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan menggunakan ayakan plastik atau kain kasa. Dilakukan sebelum pemberian pakan. 8. pengokonan ulat. ulat mulai mengokon pada hari ke 6 atau hari ke 7 (instar 5) dengan tanda-tanda sebagai berikut : - nafsu makan berkurang sampai berhenti sama sekali - tubuh ulat menjadi kekuni-kuningan - ulat cenderung menepi dari sasak - dari mulutnya keluar serat sutera setelah keluar tanda-tanda di atas maka ulat dikumpulkan ke dalam alat pengokonan dengan menaburkan secara merata. 9. panen kokon panen kokon adalah pengambilan bahan dari alat pengokonan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiantan pengokonan adalah sbb : - pemanenan kokon dilakukan 5-6 hari setelah mengokon. - Pemanenan kokon sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau lambat. Kalau terlalu cepat pupa mudah pecah yang mengakibatkan kokn kotor di bagian dalam, tetapi kalau terlambat pupa akan berubah menjadi kupu-kupu.



PROSPEK PENGUSAHAAN ULAT SUTERA ALAM Usaha tani budidaya ulat sutera pada awalnya memerlukan biaya yang cukup besar untuk pembuatan kebun murbei dan penyediaan sarana pemeliharaan ulat. Usaha ini cocok dilakukan oleh masyarakat di pedesaan karena memerlukan lahan dan tenaga kerja yang cukup banyak. Jika dikelola dengan baik budidaya persuteraan alam dapat memberikan keuntungan secara rutin setiap bulannya. 1. Pengeluaran Biaya yang dikeluarkan untu membangun usahatani persuteraan alam untuk tahun pertama, kedua dan ketiga berbeda. Pada tahun pertama terdapat biaya investasi kebun dan peralatan, selanjutnya untuk tahun kedua dan berikutnya untuk pemeliharaan kebun dan pemeliharaan ulat dalam jumlah yang sesuai dengan produksi daun murbei.



Tabel 1. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera Seluas 1 Hektar pada Tahun Pertama No



Jenis Kegiatan



1



2



Volume 3



I.



Pembuatan kebun murbei



1.



Sewa lahan



1 ha



2.



Pemupukan - pupuk kandang - Urea - TSP - KCl



10 ton 400 kg 200 kg 200 kg



3.



Pengolahan lahan, 200 HOK penanaman dan pemeliharaan tanaman



II.



Pembuatan bangunan rumah 1 unit ulat



III.



Pengadaan pemeliharaan ulat - pengadaan rak - pengadaan rigen - alat pengokon - bagor plastik - alat penyemprot - gunting pangkas - ayakan



1 IV.



Harga Satuan (Rp) 4



Biaya Produksi - bibit ulat kecil - formalin - kaporit - kapur -pemeliharaan ulat besar Jumlah I + II + III + IV



3 8 boks 10 liter 15 kg 60 kg 120 HOK



5



1.500.000,-



1.500.000,-



50.000,1.250,2.250,1.750,-



500.000,500.000,450.000,350.000,-



7.500,-



1.500.000,-



1.000.000,-



1.000.000,-



35.000,5.000,500.000,1.000,150.000,30.000,5.000,-



525.000,300.000,500.000,120.000,150.000,60.000,10.000,-



sarana 15 bh 60 bh 1 set 120 bh 1 bh 2 bh 2 bh



2



Biaya (Rp)



4



5 75.000,13.000,10.000,250,7.500,-



600.000,130.000,150.000,15.000,900.000,9.260.000,-



Tabel 2. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Kedua No



Jenis Kegiatan



Volume



I.



Pembuatan kebun murbei



1.



Sewa lahan



1 ha



2.



Pemupukan - pupuk kandang - Urea - TSP - KCl



10 ton 400 kg 200 kg 200 kg



3.



Pengolahan lahan, 100 HOK penanaman dan pemeliharaan tanaman



II.



Biaya Produksi - bibit ulat kecil - formalin - kaporit - kapur -pemeliharaan ulat besar



24 boks 10 liter 15 kg 60 kg 360 HOK



Harga Satuan (Rp)



Biaya (Rp)



1.500.000,-



1.500.000,-



50.000,1.250,2.250,1.750,-



500.000,500.000,450.000,350.000,-



7.500,-



750.000,-



75.000,13.000,10.000,250,7.500,-



1.800.000,130.000,150.000,15.000,2.700.000,-



Jumlah I + II + III + IV



8.845.000,-



Tabel 3. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Ketiga dan seterusnya. No



Jenis Kegiatan



Volume



I.



Pembuatan kebun murbei



1.



Sewa lahan



1 ha



2.



Pemupukan - pupuk kandang - Urea - TSP - KCl



10 ton 400 kg 200 kg 200 kg



3.



Pengolahan



lahan, 100 HOK



Harga Satuan (Rp)



Biaya (Rp)



1.500.000,-



1.500.000,-



50.000,1.250,2.250,1.750,-



500.000,500.000,450.000,350.000,-



7.500,-



750.000,-



penanaman dan pemeliharaan tanaman II.



Biaya Produksi - bibit ulat kecil - formalin - kaporit - kapur -pemeliharaan ulat besar



30 boks 10 liter 15 kg 60 kg 450 HOK



75.000,13.000,10.000,250,7.500,-



2.250.000,130.000,150.000,15.000,3.375.000,-



Jumlah I + II + III + IV



9.970.000,-



2. Penerimaan Penerimaan diperoleh dari penjulan kokon hasil produksi dari pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan oleh petani. Tabel 4. Penerimaan Dari Hasil Penjualan Produksi Kokon Untuk Luas Tanaman 1 Hektar Selama 5 Tahun No



Uraian



Tahun ke 1



1.



Produksi kokon (kg)



2.



Harga (Rp) /kg



3.



Jumlah penerimaan (Rp)



2



3



4



5



296



888



1.110



1.110



1.110



18.000



18.000



18.000



18.000



18.000



5.328.000



15.984.000



19.980.000



19.980.000



19.980.000



Tabel 5. Perhitungan Pendapatan Usahatani Persuteraan Alam Untuk



Luas Lahan 1 Hektar Selama 5 Tahun No



Uraian



Tahun ke 1



1



Penerimaan hasil penjualan kokon (Rp)



5.328.000



2



3 15.984.000



4 19.980.000



5 19.980.000



19.980.000



2



Pengeluaran biaya produksi (Rp)



9.260.000



8.845.000



9.970.000



9.970.000



9.970.000



3



Pendapatan (Rp)



3.932.000



7.139.000



10.010.000



10.010.000



10.010.000



3. Peluang Pasar Pada saat ini peluang pasar produk kokon dalam negeri mencapai sekitar 3.100 ton /tahun dengan jumlah pasokan produksi yang dapat dipenuhi hanya sekitar 500 ton. Sedangkan pada pasar dunia dari kebutuhan aktual sebesar 600.000 – 750.000 ton, hanya mampu terpenuhi sebesar 80.000 – 110.000 ton, dengan demikian masih terbuka peluang pasar untuk produk kokon. LATIHAN 1 : Jika anda ingin memelihara ulat sutera maka langkah langkah langkah apa yang sudara lakukan. TUGAS Buatlah langkah-langkah kerja yang harus anda lakukan jika anda ingin memelihara ulat suters dari perencanaan hingga panen RANGKUMAN Pemeliharaan ulat sutera merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat menguntungkan tidak saja untuk mendapatkan kokon yang merupakan bahan baku utama benang sutera, yang diperlukan di dunia mode (fashion), tetapi juga untuk mendapatkan bahan antioksidan, antimikrob, dan sebagai pabrik untuk memproduksi enzim atau antibakteri alami. Untuk berbagai keperluan tersebut, penyediaan pakan menjadi penting. Secara alamiah ulat sutera Bombyx mori memakan daun murbei tetapi ulat ini dapat hidup baik dan berkembang biak dengan pakan buatan. Ulat sutera B. mori bahkan dapat hidup dengan baik dengan pakan ayam, asalkan di dalam pakan tersebut ditambahkan tepung murbei atau zat kimia yang ada di daun murbei. Mutu



daun sangat memengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera Dengan pakan buatan, rendahnya mutu daunmurbei. Teknik Pemeliharaan ulat sutera tergantung kepada perkandangan, pemilihan bibit dan makanan.



Soal 1. Jelaskan kalisifikasi ulat sutera 2. Jelaskan daur hidup ulat sutera 3. Jelaskan cara pemanenan ulat sutera UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawabab test formatif yang terdapat pada bagian akhir dari modul i ni dan hitunglah berapa jawaban anda yang benar Rumus : Jumlah jawaban yang benar Tingkat Penguasaan = _________________________________ x 100 % 7 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90- 100 % = baik sekali 80- 89 % = baik 70 - 79 % = sedang -69 % = kurang



Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 89 % keatas, anda dapat melanjutkan dengan kegiatan belajar . Bagus, tetapi kalau tingkat penguasaan anda masih dibawah 80 %, anda harus mempelajari kegiatan belajar 1 terutama bagian yang anda belum kuasai



DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2008. Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon. http://www.bi.go.id/sipuk. ______b. 2008. Sutera Alam Kurang Dana. http://situshijau.com. ______c. 2004. Sutera Alam. http://www.situshijau.com. Guntoro, S. 2006. Budidaya Ulat Sutera. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. Handoro, W. 2007. Budidaya Ulat Sutera. CV. Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta. Master, W. 2008. Sutera Alam. http://wordpress.com. Nawawi, H., 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. UGM Press. Yogyakarta. Singarimbun, M dan Sofian, E. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2001. Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito Bandung. Bandung. Susanti A. dan Metha. 2004. Buletin PDB Sektor Pertanian Volume 3 No.1 Maret 2004. http://www.deptan.go.id.