Modul Fisioterapi Traumatologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODULE PROFESI FISIOTERAPI (PROSES FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL BEDAH)



DAFTAR ISI Hal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.



Fraktur Collum chirurgicum humeri Fraktur Tuberositas majorhumeri Fraktur Corpus humeri proksimal Fraktur Corpus humeri tengah Fraktur Corpus humeri distal/supracondylar Fraktur Condylus humeri Fraktur Olecranon Fraktur Caput radius Fraktur Collum radius Fraktur Montagia fleksi Fraktur Montagia ekstensi Fraktur Corpus ulna Fraktur Corpus radius Fraktur Colles Fraktur Smith Fraktur Metacarpal Fraktur Phalank jari tangan Dislokasi wrist joint Fraktur Clavicula Fraktur Scapula Fraktur Collum femoris Fraktur Corpus femoris Fraktur Condylus femur dan tibia Fraktur Epicondylus femur dan tibia Fraktur Tibia Fraktur Tibi dan fibula Fraktur Patella Fraktur dan dislokasi ankle Fraktur Calcaneus Fraktur Metatarsal Fraktur Vertebra Fraktur Costae Arthroscopy Shoulder Arthroscopy Knee Arthroscopy Ankle Total Knee Replascement Total Hip Replascement Achilles Tendon Lengthening



2



3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 48 51 54 57 60 63 66 68 70 73 75 77 80 82 85 88



1. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR COLLUM CHIRURGICUM HUMERI Pengertian



Patologi dan patokinetik



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum Chirurgicum Humeri yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.2. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.



Tujuan



Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



Prosedur Assessment ICD



Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama 2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur Collum chirurgicum humeri dislokasi shoulder, tumor dan lain-lain) 3. Kadang ditemukan impacted fraktur maupun dispascement 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (kontraktur, araf perpatahan abd/add dari caput humeri) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (lebih banyak akibat terjatuh dengan tangan menebak) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bahu - Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu - Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu 1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal rotasi, siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain



Prosedur Assessment ICF



3



3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur collum chirurgicum humerus. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



4



2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR TUBEROSITAS MAJOR HUMERI Pengertian



Patologi dan patokinetik



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur tuberositas major humeri yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.2. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.



Tujuan



Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



Prosedur Assessment ICD



Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama 2. Penyebab (Pasca immobilisasi frakturtuberositas humeri, dislokasi shoulder, tumor dan akibat lanjutan dari fraktur collum chirurgicum dll) 3. Tipe fraktur: kontusio dan avulsi 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (lebih banyak akibat trauma langsung, dapat pula akibat over kontraksi otot supraspinatus) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bahu - Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu - Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu 1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal rotasi, siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain



Prosedur Assessment ICF



5



3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur tuberositas majorhumeri. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS



3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CORPUS HUMERI PROKSIMAL Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur corpus humeriproksimal yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



6



Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama 2. Penyebab (Pasca immobilisasi frakturcorpus humeri proksimal, dislokasi shoulder, tumor dan lain-lain) 3. Tipe fraktur: simple dan displascement dibagian distal collum chirurgicum humeri. Displascement fragmen proksimal kearah Abd dan lateral rotasi karena tarikanotot supraspinatus, fragmen distal kearah add dan terletak dianterior fragmen proksimal karena tarikan otot coracobrachialis. 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot, deformitas paska immobilisasi) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (lebih banyak akibat trauma langsung) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada corpus humeri - Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd dan rotasi bahuaktif dan pasif - Nyeri meningkat terutama pada Abd, internal dan eksternal rotasi gerak bahu dengan tahanan 1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal rotasi, siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur corpus humeri proksimal. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi



7



Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercise sendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS



4. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CORPUS HUMERI 1/3 TENGAH Pengertian



Patologidan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur corpus humeri1/3 bagian tengahyang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799



Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus.Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada usia lanjut, pria dan wanita sama 2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur corpus humeri 1/3 tengah, tumor dan lainlain) 3. Tipe fraktur: transversal, spiral dan oblique dan displascement 4. Bila lokasi fraktur diatas insertio otot deltoideus, maka displascement fragmen atas teratrikke dalam oleh otot-otot adduktor, bila dibawah insertio otot deltoid, fragmen proksimal tertarik kearah abd oleh otot deltoideus dan fragmen distal tertarikkeatas oleh otot biceps, triceps dan coracobrachialis



8



Prosedur Assessment ICF



5. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi) 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi ( lebih banyak akibat trauma langsung dan tidak langsung) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada corpus humeri - Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd dan rotasi bahuaktif dan pasif - Nyeri meningkat terutama pada Abd bahu dengan tahanan 1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal rotasi, siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain dan FIM 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal



-



Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count.



Diagnosis - Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca fraktur corpus humeri 1/3 baguian tengah. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi



Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya



9







Prosedur Intervensi



Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training Edukasi:



Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi



Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi:



Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS



5. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR SUPRACONDYLER HUMERI Pengertian



Patologidan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur supracondylerhumeriyang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.3. ICF: b.710-b.729, b.730-b.749, b.799 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada anak-anak 2. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktursupracondyler humeri, fraktur olecranon, fraktur dan dislokasi elbow, tumor dan lain-lain) 3. Tipe fraktur: stabil dan displascement 4. Displascement fragment distal tertarikke atas kebagian belakang fragment proksimalkarena tarikan otot biceps dan triceps brachii 5. Timeline, normal – abnormal(perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala (kontraktur, nyeri, oedema, atrofi otot paska immobilisasi) 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi ( lebih banyak akibat trauma langsung dan tidak langsung) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi fraktur ORIF pada bagian distal tulang humerus - Nyeri bila fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi siku,aktif dan pasif - Kadang nyeri pada gerak aktif sendi bahu



10



1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, Abd-Add, rotasi dan 3-dimensi bahu sedikit nyeri - Fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi sikuterbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi wrist(negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve ulnaris lesion - Myositis ossifikans - Cedera arteri brachialis dan Ischemia, kontraktur/stiff elbow



Prosedur Intervensi



3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan FIM (Functional Independent Measure) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas bahu pasca fraktur supracondyler humeri - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch



11



4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu, siku dan wrist joint diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS



6. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CONDYLUS HUMERI Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Condylus Humeri yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S42.4. ICF: .710-b.729, b.730-b.749, b.799 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada anak usia 3-10 tahun. Laki-perempuan: 2:1 2. Fraktur sederhana pada condylus lateral dan medial, kadang ditemukan communited bentuk T dan Y 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur condylus, fraktur sekitar elbow, fraktur ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (siku kontraktur posisi menekuk) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (trauma, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur regio siku atau tulang berdekatan sendi siku - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Kadang timbul nyeri pada aktif sendi bahu 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas - Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular



12



- Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur condylus humeri. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



13



7. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR OLECRANON ULNAE Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Olecranon ulnae yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada orang dewasa. Anak-anak sekitar 5-7% 2. Tipe fraktur: Unstable, displaced, non-displaced 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur olecranon danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (siku kontraktur posisi menekuk) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh penguluran otot triceps) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur olecranon atau fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas - Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion - Kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi



14



-



Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS Pengukuran Oedema dengan antropometri Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur olecranon. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



8. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CAPUT RADII Pengertian



Patologi dan patokinetik



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Caput Radii yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas



15



atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Dapat terjadi pada semua usia dan bersamaan dengan dislokasi elbow 2. Tipe fraktur: Non-displaced, partial, total, fraktur dan dislokasi elbow 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, kontraktur, oedema dan deformitas elbow) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh dan benturan sebabkan caput radii terdorong) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur caput Radii atau fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas - Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion - Kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot



16



siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur caput Radii. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



9. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR COLLUM RADII Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan Prosedur Assessment ICD



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum Radii yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 812.40, 813.00 (proximal Radioulnar capsulitis) s73001, b7101 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada anak-anak dan dewasa perempuan 2. Tipe fraktur: Non-displaced dan angulasi 30o,60o,80o dan diatas 80o 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, kontraktur, oedema dan deformitas elbow) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (trauma langsung, terjatuh dan peregangan siku yang berlebihan)



17



Prosedur Assessment ICF



Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kadang menyebar ke lengan bawah - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur collum Radii atau fraktur dan dislokasi sekitar sendi siku - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Kadang timbul nyeri pada gerak aktif sendi bahu dan wrist join 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas - Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion - Kontraktur dan stiff elbow



3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur collum radii. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu



18



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku danwrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



10. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR MONTAGIA BENTUK FLEKSI Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Montagia bentuk fleksiyaitu fraktur corpus ulna dengan dislokasi caput radii yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD : S52.0 ICF : 93.11-14,93.16-17,93.25-27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture dan dislokasi diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility, atrofi dan kelemahan otot, oedema, kontraktur dann gangguan fungsi sendi siku dan lengan bawah.Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Meliputi 10-15% dari kasus fraktur montagia 2. Tipe fraktur: Dislokasi radius dan displascemen fraktur corpus ulna kearah belakang/posterior 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema dan deformitas elbow/ante brachii) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Terjatuh, tangan terulur kesisi ulna, elbow semi fleksi 120-130o)



19



Prosedur Assessment ICF



Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah fleksi, posisi fiksasi ekstensi 180o - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna dan dislokasi caput radii ke arah posterior - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan dengan tahanan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas - Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion - Kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur montagia bentuk fleksi/posterior. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



20



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



11. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR MONTAGIA BENTUK EKSTENSI Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Montagia bentuk ekstensiyaitu fraktur corpus ulna dengan dislokasi caput radii yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S52.0 ICF:93.11-14,93.16-17,93.25-27,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture dan dislokasi diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility, atrofi dan kelemahan otot, oedema, kontraktur dann gangguan fungsi sendi siku dan lengan bawah.Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Meliputi 85-90% dari kasus fraktur montagia, terjadi pada anak-anak 2. Tipe fraktur: Dislokasi radius dan displascemen fraktur corpus ulna kearah depan/anterior 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur caput radii danfraktur sekitar elbow, ante brachii, tumor dan lain-lain) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema dan deformitas elbow/ante brachii) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Terjatuh, tangan terulur kearah ulna, lengan bawah pronasi, siku lurus Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 45o - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna dan dislokasi caput radii ke arah posterior - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan dengan tahanan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening



21



-



Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku nyeri dan gerak terbatas Sedikit nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan. - Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, osteomyelitis - Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur montagia bentuk ekstensi/anterior. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



22



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



12. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CORPUS ULNA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus ulna yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD : S52.279. ICF : 93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility pada sendi siku, dan/atau kontraktur tendon otot-otot siku dan lengan bawah, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi siku. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Terjadi pada anak-anak, Terjatuh, tangan menyangga, posisi siku ekstensi 2. Tipe fraktur: Greenstick, transvers, jarang displascement 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur corpus ulna, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi, pergelangan tangan semi fleksi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma langsung, kecelakaan lalu lintas dan porosis tulang) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 90o - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi 2. Tes orientasi dan regional screening



23



-



Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur - Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur corpus ulna. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



24



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



13. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CORPUS RADIUS Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus ulna yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD : S52.279. ICF : 93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility pada sendi siku, dan/atau kontraktur tendon otot-otot siku dan lengan bawah, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi siku. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Mekanisme, terjatuh tangan dalam keadaan outstretched, sendi siku posisi ektensi dan lengan bawah dalam posisi supinasi. 2. Tipe fraktur: Simple dan transvers, displascement ke arah pronasi 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur corpus radius, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah mid-posisi, pergelangan tangan ekstensi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma langsung, kecelakaan lalu lintas dan porosis tulang) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi, posisi fiksasi flesi siku 90o - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur corpus ulna - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi



25



2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur - Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome - Peripheral nerve lesion, kontraktur dan stiff elbow 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) dan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area siku/Keterbatasan gerak sendi siku/Penurunan kekuatan otot siku/Odema area siku/disabilitas siku pasca fraktur corpus radius. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



26



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada bahu, siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



14. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR COLLES Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Colles yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD:S52.531A. ICF:93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility pada sendi pergelangan tangan, dan/atau kontraktur tendon otot-otot lengan bawah dan pergelangan tangan, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi pergelangan tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada anak pemain skating dan skate-board. Padaorang tua karena porosis. 2. Tipe fraktur: Displascement fragment kearah dorsal (dinner fork deformity) 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur colles, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma, terjatuh posisi tangan hiper-ekstensi) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi dan pronasi lengan bawah, posisi fiksasi flesi siku 90o dan lengan bawah supinasi. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur colles - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan 1. Inspeksi



27



Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur - Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan. 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome - nerve medianuslesion, kontraktur/stiff elbow, suddect atropi 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas sikudan wrist joint pasca fraktur colles. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



28



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



15. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR SMITH Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD:S52.541D. ICF:93.11-14,93.16-17,93.2527,93.35,93.59,93.64,93.82,93.85,dan 93.14 Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility pada sendi pergelangan tangan, dan/atau kontraktur tendon otot-otot lengan bawah dan pergelangan tangan, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi pergelangan tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada anak, kebalikan dari fraktur colles. 2. Tipe fraktur: Displascement fragment kearah volar 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur smith, posisi fiksasi siku fleksi 90o, lengan bawah supinasi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi elbow dan pergelangan tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma, terjatuh posisi tangan fleksi) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi siku kearah ekstensi dan pronasi lengan bawah, posisi fiksasi flesi siku 90o dan lengan bawah supinasi. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur colles - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan/atau pronasi-supinasi. - Timbul nyeri pada gerak aktif sendi pergelangan tangan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, mitella, draine, posisi siku fleksi dan supinasi



29



2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi, elevasi dan 3-dimensi bahu (negatif) - Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Hipomobiliti karena ligament laxity dan tightness, instabiliti siku - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur - Nyeri dan gerakan terbataspadafleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi pergelangan tangan. 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, osteomyelitis, Compartement syndrome - nerve medianuslesion, kontraktur/stiff elbow, suddect atropi 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm dan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firmdan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan firm end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot/Odema /disabilitas sikudan wrist joint pasca fraktur smith. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



30



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada siku dan wrist joint dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



16. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR METACARPAL Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD:S52.815. ICF:b710-b729(functions of the joint and bones) Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility, dan/atau kontraktur tendon otot, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada pria dewasa dan jarang pada wanita, anak-anak dan orang tua 2. Tipe fraktur: Simple, transvers, komunited dan crush/hancur 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur metacarpal, posisi fiksasi wrist joint ekstensi30o, jari-jari semi fleksi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi pergelangan tangan dan jari-jari tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja/industri) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi pergelangan tangankearah fleksi-ekstensi dan ulnar-radial deviasi. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur metacarpal - Nyeri bila fleksi-ekstensi dan abd jari-jari tangan 1. Inspeksi Odema, elastic bandage, posisi pergelangan tangan ekstensi kurang lebih 30o, jarijari semi fleksi



31



2. Tes orientasi dan regional screening - Keterbatasan gerak ’capsular pattern’, nyeri area siku, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi dan 3 dimensi pergelangan tangan (positif) nyeri dan terbatas dengan springi end feel - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Malalignment, fibrosis interosseus - osteomyelitis, injuery tendo ekstensor chronic stiffness



3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan dpringidan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springidan end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan springi end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas dan gangguan fungsi are pergelangan tangan dan jari-jaripasca fraktur metacarpal. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



32



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada wrist joint dan jari-jari dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



17. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR PHALANGEAL Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Smith yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD:S52.815. ICF:b710-b729(functions of the joint and bones) Akibat fracture, diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan hypomobility, dan/atau kontraktur tendon otot, serta gangguan performance otot dan stabilitas sendi metacarpal dan jari-jari tangan. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja atau ada cedera pada kapsul/ligament.. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada Pria dewasa, namun dapat juga terjadi pada semua umur dan gender 2. Tipe fraktur: Longitudinal, transverse, komunited dan displascement 3. Penyebab (Pasca immobilisasi fraktur/dislokasi atau Pasca operasi fraktur phalangeal, posisi fiksasi; jari-jari semi fleksi) 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (nyeri, oedema, atrofi/kelemahan otot, kontraktur, deformitas dan gangguan fungsi jari-jari tangan) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi (Trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja/industri) Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi metacarpophalangealkearah ekstensi. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur phalangeal - Nyeri dan kaku pada sendi jari-jari tangan 1. Inspeksi Odema, simple volar splint, dorsal splint, hairpin splint, gutter splint dan protektif splint, posisi pergelangan tangan ekstensi kurang lebih 30o, jari-jari semi fleksi 2. Tes orientasi dan regional screening - Keterbatasan gerak wrist joint dengan springi dan hard end feel.



33



Prosedur Intervensi



- Fleksi-ekstensi, Abd-Add metacarpophalangeal nyeri dan terbatas dengan springi end feel - JPM, test fleksi-ekstensi jari tangan, firm dan hard end feel. CRS, fleksor jari tangan kontraktur 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union / non-union fracture, Malalignment - Arthritis degeneratif, Chronic stiffness - Unstable sendi dan deformitas Boutonniere (fleksi medial dan didtal PIP Joint) 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan dpringidan hard end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi. Fleksi-ekstensi jari tangan springi end feel - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os humerus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot/Odema/disabilitas dan gangguan fungsi are pergelangan tangan dan jari-jari pasca fraktur phalangeal. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisepada wrist joint dan jari-jari dengan atau tanpa alat.



34



Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



18. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DISLOKASI WRIST JOINT Pengertian



Patologi dan patokinesis



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca dislokasi wrist joint, sebagai penyebab kontraktur pergelangan tangan dan tangan pasca immobilisasi, merupakanhipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera dan dislokasi. ICD: 833.09, ICF: s73001, b7202, d4301, d4401, d4453 Perpindahan posisi pada ossa carpalia. Lunatum dan scapoideum .Akibat cedera atau dislokasi dan fracture diperlukan immobilisasi dalam waktu tertentu yang menimulkan radiocarpal capsular pattern hypomobility, dan/atau kontraktur tendon fleksor jari tangan. Melaksanakan proses fisioterapi professional secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia: Banyak ditemukan pada pria dewasa muda akibat trauma langsung 2. Penyebab, traumatik- non-traumatik 3. Timeline, normal – abnormal (akut- subakut-kronik) 4. Tanda dan gejala: Nyeri, oedema, kontraktur, malalignment metacarpal 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Terapi operative – conservative 7. Prevalensi: trauma langsung terjatuh dengan wrist hiperekstensi dan siku semi fleksi, kecelakaan lalu lintas Asesment fisioterapi Pengambilan data Anamnesis - Nyeri diam, nyeri gerak dan kaku sendi wrist joint kearah ekstensi fleksi-ekstensi, ulnar-radial deviasi. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah dislokasi wrist joint - Nyeri dan kaku pada sendi metacarpophalangeal dan sendi jari-jari tangan - Keluhan sitem lain seperti: kebersihan jalan nafas, sirkulasi dan jantung tidak ada. - Nyeri meningkat pada seluruh gerak siku fleksi-esktensi, pronasi-supinasi nyeri dan terbatas Inspeksi: - Bengkak/hematoma, deformitas, alat bantu fiksasi eksternal; cock-up splint, elastis bandage, plaster gips bila disertai fraktur komplit - Luka incisi tertutup terpasang bandage Tes orientasi dan regional screening - Gerakan fleksi-ekstensi siku (negatif), pada gerakanpronasi dan supinasi legan bawah terdapat nyeri dan keterbatasan gerak dengan springi end feel - Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dan fleksi-ekstensi tangan - Nyeri dan terbatas pada gerak ulnar-radial deviasi pergelangan tangan dan fleksiekstensi tangan - Nyeri dan terbatas pada gerak fleksi-ekstensi, abd-add sendi jari-jari tangan Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular Red flag



35



ProsedurInterven si



- Fibrosis interfosseus - Injuri di tendon ekstensor - Cronik stiffness pada metacarpophalangeal joint Tes Fungsi berbasis bukti klinis - Palpasi tangan dan pergelangan tangan sering teraba oedeme - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel. Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel. - Contract relax stretched test dijumpai pemendekan tendo fleksor jari tangan.Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS/NRS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan Arm disability index atau outcome measure lain Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas antebrakhii, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count Diagnosis: - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan otot /Bengkak /Disabilitas pasca dislokasi wrist joint - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi - Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Perencanaan intervensi secara bertahap  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi - General exercise (Breathing exercise, aktif exercise, free aktif exercise) 2. Fase proliferasi (hari I – III) - elevasi, isometric exercise, aktif exercise, sitting, standing dan walking exc, 3. Fase produksi (>3 hari) - modalitas IR, pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu) - mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan) - Strengthening dan functional training. Edukasi:Latihan mobilisasi pergelangan dan tangan, latihan fungsional tangan Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan ADL Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



36



19. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CLAVICULA Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Clavicula yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 83309. ICF s73001, b7101 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cidera langsung pada kapsul/ligament, dengan cidera atau adaa penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cidera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada anak (dewasa muda), akibat jatuh dengan posisi bahu tertindih. 2. Jender (pria – wanita) 3. Penyebab, Immobilisasi paska fraktur clavicula ( konservatif/operatif) 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS dan kelemahan otot-otot gelang bahu, lokasi sering pada 1/3 bagian tengah dan lateral dengan fragment menyudut keluar 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) , trauma langsung, benturan dan kecelakaan lalu lintas Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu dan gelang bahu, menyebar ke lengan atas. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur –Eksternal fiksasi paska fraktur clavicula. - Nyeri dan keterbatasan pada mobilitas / ekspansi rongga thoraks. 1. Inspeksi Odema, elastic bandage( figure of eight Methode, Ring verban, hand cherchief), posisi gelang bahu elevasi-retraksi, shoulder joint ekstensi-add. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Elevasi-depressi, retraksi-protraksi gelang bahu nyeri dan terbatas, pada aktif dan pasif movemen. - Fleksi-ekstensi bahu sebatas LGS (negatif), Abduksi-elevasi bahu terbatas dan nyeri - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area bahu dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - kompressi arteria sudclavia 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri



37



-



Prosedur Intervensi



Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang clavicula, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas bahu dan gelang bahu pasca fraktur Clavicula. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exerciseregio cervical/kepala, gelang bahu dan bahu yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



38



20. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR SCAPULA Pengertian



Patologi dan patokinetik Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Scapula yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.42.1. ICF s73001, b7101 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cidera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cidera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Usia lebih banyak pada pria dewasa usia 25-45 tahun akibat trauma tumpul langsung. 2. Jender (pria> wanita) 3. Penyebab, Immobilisasi paska fraktur Scapula ( konservatif/operatif) 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala (Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS dan kelemahan otot-otot gelang bahu, lokasi sering pada collum scapulae dan glenoidalis scapulae 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma langsung dan dislokasi bahu menyebabkan fraktur glenoidalis, cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan terentang Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu dan gelang bahu, menyebar ke lengan atas. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi fraktur –Eksternal fiksasi paska fraktur scapula. - Nyeri dan keterbatasan pada mobilitas / ekspansi rongga thoraks 1. Inspeksi Odema, strapping scapula/area fraktur, netral, shoulder joint ekstensi-add. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Elevasi-depressi, retraksi-protraksi gelang bahu nyeri dan terbatas, pada aktif dan pasif movemen. - Fleksi-ekstensi bahu sebatas LGS (negatif), Abduksi-elevasi bahu terbatas dan nyeri - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri area bahu dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, - Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot ( wing scapulae) 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau



39



Prosedur Intervensi



outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang scapula dan posisi/alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas bahu dan gelang bahu pasca fraktur Scapula. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exerciseregio cervical/kepala, gelang bahu dan bahu yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



21. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR COLLUM FEMORIS Pengertian



Patologi dan patokinetik



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Collum femoris yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.821. ICFD.450, 410, 429, 530, 280, 230,910,930, B.289, 720, 730 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Pada fraktur ini terdapat kerusakan capsul sendi dan kerobekan sinovium ( fraktur intra capsular)



40



Tujuan



Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



Prosedur Assessment ICD



Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak pada lanjut usia 70-80 tahun (wanita post menopuese) akibat fraktur patologis, untuk usia muda akibat trauma keras dan kecelakaan lalu lintas 2. Jender (wanita > pria) 3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur collum femoris( konservatif/operatif) disertai kerusakan capsul dan sinovium sendi. 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot panggul, paha dan gangguan pola berjkalan. Lokasi perpatahan; sub capital, transcervical dan intertrochanterica 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma, benturan, patological dan kecelakaan lalu lintas Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku areapanggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anteriorposterior. - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur collum femoris. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel. - Fleksi lutut nyeri dan terbatas oleh tahanan otot-otot quadriceps, ekstensi lutut (negatif) - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors panggul dan ekstensor lutut 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM denngan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Anvil test; pukulan pada plantar foot, nyeri pada panggul (+) - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas collumfemoris, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis



Prosedur Assessment ICF



41



-



Prosedur Intervensi



Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas panggul/pahapasca fraktur Collum femoris. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip danlutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



22. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CORPUS FEMORIS Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Corpus femoris yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini tidak terdapat kerusakan capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya Catatan: Karakter inplant... Tambahkan 1. Banyak terjadi pada orang dewasa dan usia lanjut. Jender; Pria>Wanita 2. Tipe fraktur: Transvers, spiral, communited dan open fraktur. 3. Arah displascement; Sub trochantor, fragment proksimal ke arah fleksi, abd karena tarikanotot iliopsoas dan gluteus, fragment distal ke arah add dan tertarik keatas. Shaft of femur, fragment proksimal ke arahfleksi oleh tarikan otot iliopsoas dan



42



Prosedur Assessment ICF



internal rotasi ole tarikan otot add magnus, fragmen distal tertarik keatas oleh otot hamstrings dan rectus femoris. Supra condylar, fragment proksimal kearah fleksi oleh tarikan otot iliopsoas, fragment distal kebelakang oleh tarikan otot gastrocnemius. 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur corpus femoris( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot paha dan sendi lutut, pemendekan tungkai, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma, terjatuh, patological dan kecelakaan lalu lintas Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anteriorposterior dan sendi lutut - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur corpus femoris. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel. - Fleksi lutut nyeri dan terbatas oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors panggul dan fleksors-ekstensor lutut 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Auscultation lipman test; suara kripitasi corpus femur pada ketukan patella, gunakan stetoskop (+) - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas os femoris, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas panggul/paha pasca fraktur Corpus femoris.



43



Prosedur Intervensi



- Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



44



23. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CONDYLUS FEMUR DAN TIBIA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Condylus femur dan tibia yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.72.422.A. ICF:D450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya). Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena trauma langsung/keras. Jender; Pria>Wanita 2. Tipe fraktur: Transvers, spiral, communited dan open fraktur. 3. Arah displascement; Lateral dan angulasi, satu condylus atau dua condylus. 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur condylus femur dan tibia ( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma langsung, terjatuh dalam posisi lutut fleksi. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anterior-



45



posterior dan sendi lutut Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur corpus femoris. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel. - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut - Pola jalan: Pincang -



1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Ottawa knee rules (test) - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas condylus tulang femur dan tibia , posisi/alignment, atau fiksasi internal (Ottawa knee rules) - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis -Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lututpasca fraktur Condylus femur dan tibia. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



46



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



47



24. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR EPICONDYLUS FEMUR DAN TIBIA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Epicondylus femur dan tibia yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya). Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena porosis dan dewasa muda karena trauma langsung/keras. Jender; Pria>Wanita 2. Tipe fraktur: Transvers, spiral dan communited. 3. Arah displascement; Lateral dan angulasi. 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur epicondylus femur dan tibia ( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma langsung tekanan tinggi, tekanan varus/valgus dan hiperekstensi lutut. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area panggul dan sendi paha, menyebar ke tungkai atas anteriorposterior dan sendi lutut - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur corpus femoris. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel.



48



-



Prosedur Intervensi



Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut - Deformitas lutut, Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Ottawa knee rules (test) - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas epicondylus tulang femur dan tibia, posisi/alignment, atau fiksasi internal (Ottawa knee rules) - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca fraktur Epicondylus femur dan tibia. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise



49



Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



50



25. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR TIBIA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tibia yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.821.0. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur ( otot, fasia dankulit) Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan tidak langsung 2. Tipe fraktur: Bumper, segonds, gosselin dan toddler’s fracture. 3. Arah displascement; Angulasi dan overlapping. 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur tibia ( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot paha dan sendi lutut, malalignment tungkai dan gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma langsung dan tidak langsung, kecelakaan lalu lintas, Olah raga, osteoporosis dan neoplasma Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi lutut - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur tibia. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel. - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle - Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan



51



keterbatasan ROM dengan firm end feel. Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Ottawa knee rules (test) - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang tibia, posisi/alignment, atau fiksasi internal (Ottawa knee rules) - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca fraktur tibia. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat. -



Prosedur Intervensi



Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



52



26. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR TIBIA-FIBULA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tibia-fibula yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.82.11. ICFb28015, b730, b720, d280-b289, d930, d910, d450, d230. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur, crista interosseadan capsul sendi Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



53



Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan tidak langsung 2. Tipe fraktur: Trimalleolar, bimalleolar, oblique, spiral, communited dan compound. 3. Arah displascement; Angulasi dan lateral. 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur tibia-fibula( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas tungkai bawah, kelemahan otot-otot sendi lutut dan ankle, malalignment tungkai bawah dan gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma langsung dan tidak langsung, tekanan langsung pada tulang tibia berimbas pada fibula, twisting, inversion-eversion injury, jatuh dalam posisi berdiri. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi ankle - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur tibia-fibula. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut kesemua arah - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi ankle kesemua arah - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai bawah area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama rotasi dan abd dengan springi end feel dan firm end feel. - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri panggul dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot-otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle - Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS - Clawing toes, flat foot dan pincang 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang tibia-fibula, posisi/alignment, atau fiksasi internal



54



Prosedur Intervensi



- Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca fraktur tibia-fibula. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking ex 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



55



27. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR PATELLA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Patella yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.82.11. ICFb28015, b730, b720, d280-b289, d930, d910, d450, d230. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini kadang disertai dengan avulsi tendo quadriceps,diikuti kerusakan struktur sendi dan jaringan sekitar sendi lainnya. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada usia dewasa, Jender; Laki >perempuan ( dua kali) 2. Tipe fraktur: Non-deviated, transverse, apex, comminuted, vertical dan osteochondral. Arah displascement; Distraksi. 3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur Patella ( konservatif/operatif). 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas lutut, kelemahan otot-otot sendi lutut dan gangguan pola berjalan. 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma langsung, gerakan puntir mendadak, tarikan otot pada posisi hiperfleksi. Asesmen fisioterapi



56



Assessment ICF



-



Pengambilan data Anamnesis Nyeri dan kaku area lutut, menyebar ke tungkai bawah anterior-posterior dan sendi ankle - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur Patella. - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi lutut dan ankle kesemua arah - Atrofi dan kelemahan otot quadriceps - Pola berjalan trandelenberg sign/......., ankle sedikit drop 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips sendi lutut. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul, negatif(-) - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi lutut, oleh tahanan otot quadriceps. - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, nyeri lutut dengan springy/firm end feel - Kelemahan otot fleksors-ekstensos lutut dan ankle, Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS - Artritis degeneratif - Nekrosis avaskular 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Ottawa knee rules - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Patella, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca fraktur patella. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



57



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



58



28. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR DAN DISLOKASI ANKLE Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur dan dislokasi ankle yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.93.0 ICFD430, D464, D450, D469 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur dan dislokasi ankle ini disertai kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur (otot dan ligamentum) dan fascia plantaris. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung dan patologis, tumor dan lain-lain 2. Tipe fraktur: Transvers, oblique dan displascement ke lateral. 3. Klasifikasi: Avulsi ligamentum tanpa fraktur, avulsi ligamentum dengan fraktur malleolus, fraktur malleolus tanpa avulsi ligamentum dan fraktur ankle dengan dislokasi ke lateral 4. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur dan dislokasi ankle ( konservatif/operatif). 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, deformitas ankle, kelemahan otot-otot ankle, malalignmentankle ke arah inversi dan eversi serta gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Trauma langsung, benturan keras, kecelakaan lalu lintas dan cedera Olahraga. Asesmen fisioterapi Pengambilan data Anamnesis - Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki. - Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur dan dislokasi ankle. - Tonjolan pada pergelangan kaki akibat fraktur



59



-



- Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi) 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips tungkai bawah area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif) Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel. Pola jalan: Pincang 1.Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture - Peripheral nerve lesion - Atrofi/weakness otot - keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang-tulang ankle/pergelangan kaki, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi anklepasca fraktur dan dislokasi ankle. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



60



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



61



29. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR CALCANEUS Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Calcaneus yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.92.0 ICFD450, D455, D8500, D455, D4553, D9201 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur calcaneus tidak ini disertai kerusakan struktur sendi. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



-



Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Dapat terjadi pada semua umur dan jender, akibat trauma langsung. 2. Tipe fraktur: Kompressi dan communited, kadang displascement. 3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur Calcaneus( konservatif / operatif). 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot ankle, malalignment ankle ke arah inversi dan eversi serta gangguan pola berjalan. 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma langsung, jatuh dari ketinggian dengan benturan pada tulang Calcaneus. Asesmen fisioterapi Pengambilan data Anamnesis - Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki. - Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur dan dislokasi ankle. - Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi) 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips /Shoe plaster area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif) Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel. Pola jalan: Pincang 1. Review of system



62



Prosedur Intervensi



- Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Calcaneus, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi ankle pasca fraktur Calcaneus. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut, ankle, foot dan jari-jari kaki yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



63



30. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR METATARSAL Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Metatarsal yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.92.3 ICFB280, B730, B735, D450, D410, D9109, D9209 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur metatarsal kadang disertai kerusakan otot dan ligamentum sekitar area fraktur. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal



Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Sering terjadi pada anak-anak terutama pada metatarsal I dan metatarsal V. Jender Pria dan wanita 2. Tipe fraktur: Stress fraktur dan avulsi. 3. Penyebab; Immobilisasi paska fraktur metatarsal( konservatif / operatif). 4. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kelemahan otot-otot foot dan ankle dan gangguan pola berjalan. 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma langsung, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan over kontraksi otot peroneus brevis. Prosedur Asesmen fisioterapi Assessment ICF Pengambilan data Anamnesis - Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki. - Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle dan foot(inversi-eversi, plantar fleksidorsi fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi-konservatif eksternal fiksasi paska fraktur metatarsal. - Pola berjalan; pincang. Posisi ankle drop foot(dorsi fleksi) 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips /Shoe plaster area fraktur. 2. Tes orientasi dan regional screening Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif) Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle dan foot ( inversi-eversi, plantar fleksidorsi fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel. Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture, Atrofi/weakness otot, keterbatasan LGS - Stiffness sendi-sendi tarsal, tenderness dan weakness Calf muscles 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure Prosedur Assessment ICD



64



Prosedur Intervensi



lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang metatarsal, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi ankle pasca fraktur Metatarsal. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 5-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut, ankle, footdan jari-jari kaki yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



31. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR TULANG VERTEBRA Pengertian



Patologi dan patokinetik



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tulang Vertebra yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.12.0-S12.9 (Cervical), S.22.0-S29.0 (Thoracal), S32.0-S32.9 (Lumbal). ICF: 93.14-17,93.22,93.35,93.53,93.51,93.64,93.85,dan 97.14 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur vertebra ini kadang



65



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



disertai dengan kerusakan struktur sendi seperti ligamentum, discus intervertebralis, medulla spinalis dan radix/peripheral nerve, vaskularisasi termasuk jaringan lunak sekitar fraktur seperti otot dan lain-lain. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak ditemukan pada orang dewasa dan usia lanjut, jarang terjadi pada anakanak. Jender: pria dan wanita sama 2. Penyebab: Pasca immobilisasi frakturVertebra;Cervical, Thoracal dan Lumbal ( konservatif – operatif) 3. Jenis fraktur: Fraktur Corpus dan arcus, dengan/tanpa dislokasi, kompressi dan komunited/pecah 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala: Nyeri, spasme/spastic, oedema, sensasi berkurang-hilang (gangguan sensoris), deformitas, berkurangnya/hilangnya fungsi otot, respon vasomotor hilang, gangguan fungsi seksual, paralise, Inkontinentia (gangguan bladder-bowel) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma; fleksi(force dari atas), ekstensi (whiplash), rotasi (pukulan langsung) kompressi vertikal avulsi otot (processus dan patologis (osteoporosis, tumor dan lain-lain Asesmen fisioterapi Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi-sendi tulang vertebra ( Cervical, Thoracal dan Lumbal) pada gerak aktif - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Nyeri dan kaku sendi panggul/hip joint menyebar ke tungkai atas dan lutut - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah fraktur tulang vertebra (operasi konservatif) - Kesulitan dan tidak dapat berjalan normal (alat bantu berjalan) - Inkontinentia miksi - defekasi 1. Inspeksi Odema, korset ( Thoraco-lumbar, Lumbo-sacral), Neck Collar ( Hard-Soft), draine, atrofi otot ekstremitas atas-bawah, 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi Cervikal, Thoracal, Lumbal, positif nyeri - Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif vertebra ( cervical-thoracal-lumbal) kesemua arah dengan springi-firm-hard end feel - Atrofi dan kelemahan otot-otot vertebra ( fleksi-ekstensi-lateral rotasi-rotasi) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel - Abd-Add, fleksi-ekstensi dan rotasi panggul/hipterbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture,Osteomyelitis - Peripheral / central nerve lesion, Paralisis otot - Infeksi saluran kemih, depressi, osifikasi artikuler - Spinal syok 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan



66



keterbatasan ROM dengan firm end feel. Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang vertebra, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot /Odema /disabilitas Columna vertebralis pasca fraktur Vertebra. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 20-24 minggu -



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, Walking exercise (NWB-PWB) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, walkingf exrcise PWB dan latihan aktivitas fungsional 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu, panggul sendi-sendi vertebra yangditerapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



67



32. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA FRAKTUR TULANG COSTAE Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca fraktur Tulang Vertebra yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.22.41. ICF: b.750, b.760, b.761, b.770, b.789, b.798, b.799. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur Costae bila terjadi displascement akan menyudut keluar sehingga menuebabkan kerusakan jaringan lunak; otot. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak ditemukan pada orang dewasa dan usia lanjut, jarang terjadi pada anakanak. Jender: pria dan wanita sama 2. Penyebab: Pasca immobilisasi /strapping frakturCostae ( konservatif – operatif) 3. Jenis fraktur: Simple fraktur, displascement menyudut keluar 4. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 5. Tanda dan gejala: Nyeri, spasme otot, oedema, kesulitan bernafas (inspirasi) 6. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 7. Prevalensi: Trauma tumpul; kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, Trauma tusuk; luka tusuk, luka tembak. Asesmen fisioterapi Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku area costalis saat mobilitas - Nyeri dan keterbatasan ekspansi rongga thorax saat respirasi dalam - Nyeri dan kaku gerakan gelang bahu kesemua arah, terutama; protraksi-retraksi - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah fraktur Costae (operasi - konservatif)



68



- Kesulitan dan tidak dapat berjalan normal dan aktivitas fungsional 1. Inspeksi Odema, strapping costae, draine, atrofi otot internal-eksternal costalis. 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi Cervikal (negatif) - Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif sendi gelang bahu kesemua arah dengan springi-firm end feel - Nyeri dan keterbatasan gerak ekstensi dan rotasi Vertebra Thoracalis dengan firm end feel - Nyeri dan keterbatasan gerak aktif/pasif gerakan full fleksi kedua lengan sendi bahu dan gelanf bahu - Keterbatasan gerakan ekstensi lumbal dalam posisi crook lying 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Mal union fracture,Peripheralnerve lesion 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - Ekspansi thorax: Deep breething diafragmatic, lateral costal dan apikal dengan resisten terasa nyeri. - Contract relax stretched test pada bahu dan gelang bahu terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI, FIM atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan diskontinuitas tulang Costae, posisi/alignment, atau fiksasi internal - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi/Penurunan kekuatan otot /Odema /disabilitas tulang costalis pasca fraktur. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 2 -3 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



69



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise. 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif dan latihan aktivitas fungsional 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu, gelang bahu dan rongga thorax yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



33. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA ARTHROSCOPY SHOULDER Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscopy Shoulder joint yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 8021. ICF:b28014, b730,d840-d859,d5202, d540 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya disebabkan oleh immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Prosedur arthroscopy shoulder bertujuan untuk: Repair rotator cuff, Removal bone spur, Removal atau repair labrum, Repair ligament, Removal jaringan yang inflamasi dan kartilago yang melonggar, Repair dislokasi shoulder Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekarang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak ditemukan pada usia dewasa, dan jarang terjadi pada anak-anak/remaja. jender: Pria dan Wanita 2. Penyebab (Pasca immobilisasi paska Arthroscopy shoulder joint oleh karena cedera/kerusakan struktur sendi bahu. 3. Timeline, normal – abnormal (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 4. Tanda dan gejala: Nyeri, oedema, muscles weakness, keterbatasan LGS bahu, keterbatasan aktivitas fungsi 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkanoleh Trauma dan inflamasi. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan kaku sendi bahu kadang menyebar ke lengan/siku - Ada riwayat trauma, immobilisasi setelah operasi /arthroscopy pada bahu - Nyeri bila fleksi-ekstensi, Abd-Add dan rotasi bahu - Nyeri meningkat terutama pada internal dan eksternal rotasi gerak bahu 1. Inspeksi Odema, pading, mitella, elastic bandage, draine, posisi bahu Add dan internal



70



rotasi, siku fleksi dan mid posisi 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3-dimensi ekstensi servikal (negatif) - Abd-Add, fleksi-ekstensi, rotasi dan elevasi bahu terbatas dan nyeri dengan springy/firm end feel atau bahkan hard end feel. - Fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi siku (negatif) 1. Review of system - Cardiovascular - Neuromuscular 2. Red flag - Infeksi - Oedema berlebihan 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi dengan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan struktur sendi bahu , posisi dan alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri area bahu/Keterbatasan gerak sendi bahu/Penurunan kekuatan otot bahu/Odema area bahu/disabilitas bahu pasca arthroscopy shoulder joinbt. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif. 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training. Edukasi: Active mobility exercisesendi bahu dan siku diterapkan dengan atau tanpa alat.



71



Evaluasi - Vital sgn, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



34. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA ARTHROSCOPY LUTUT Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscipy lutut yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 80.26, 85.4. ICFD450, D410, D410-D429, D530, D280-B289, B720, B730, D230, D920, D910, D930 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya).Prosedur arthroscopy lutut dilakukan untuk: Membuang atau memperbaiki meniscus yang robek/ruptur, Rekonstruksi ligamentum cruciatum anterius (LCA), Merapikan potongan-potongan cartilago sendi, membuang osteofit dan Membuang jaringan sinovial infeksi/inflamasi. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi dan dewasa muda karena trauma langsung/keras. Jender; Pria danWanita 2. Penyebab; Paska immobilisasi paska Arthroscopy sendi lutut oleh cedera/kerusakan dan infeksi/inflamasi struktur sendi bahu. 3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS lutut, malalignment tungkai dan keterbatasan aktivitas fungsi serta gangguan pola berjalan. 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh trauma dan inflamasi. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul terutama pada gerakan fleksi dengan lutut lurus/ekstensi Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi lutut kesemua arah gerakan - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi/arthroscopy sendi lutut - Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB 1. Inspeksi - Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal dan eksternal dan 3 dimensi sendi panggul nyeri dan keterbatasan gerak, terutama fleksi dan abd springi end feel. - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/firm end feel - Keterbatasan gerak dalam ’capsular pattern’, Gerakan ekstensi > fleksi



72



Prosedur Intervensi



- Kelemahan otot-otot ekstensos lutut - Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Infeksi, akumulasi darah pada sendi lutut - Compartment syndrome 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Ottawa knee rules (test), Mc.murray test, Appley test, dll - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska arthroscopy, alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca Arthroscopy sendi lutut. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat.



73



Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



74



35. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA ARTHROSCOPY ANKLE Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Arthroscipy ankle yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: S.82.0 ICF: D430, D464, D450, D469 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius. Pada fraktur ini disertai kerusakan struktur sendi dan jaringan pengikat sendi lainnya ( capsul sendi, ligamentum dan struktur sendi lainnya). Prosedur arthroscopy ankle dilakukan untuk mendiagnosa dan membantu perbaikan ankle pada kasus:Arthritis, fracture, instability, anterior ankle impingement, arthrofibrosis, osteochondral defect (OCD), posterior ankle impingement, synovitis dan lain-lain Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi dan dewasa muda karena trauma langsung/keras. Jender; Pria danWanita 2. Penyebab; Paska immobilisasi paska Arthroscopy sendi ankle oleh cedera/kerusakan dan infeksi/inflamasi/degenerasi struktur sendi ankle. 3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS ankle, malalignment foot/inversi-eversi, keterbatasan aktivitas fungsi dan gangguan pola berjalan. 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh trauma (atlit), degenerasi dan inflamasi. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan keterbatasan gerak plantar fleksi-dorsi fleksi sendi anklel dan inversieversi kaki Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi jari-jari kaki - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi/arthroscopy sendi ankle - Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB 1. Inspeksi - Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif) - Kelemahan otot-otot ekstensorslutut - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi ankle ( plantar fleksi – dorsi fleksi) dan Foot ( inversi-eversi) dengan springi dan firm end feel - Kelemahan otot-otot sendi ankle dan foot - Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Infeksi, akumulasi darah pada sendi lutut, dan Compartment syndrome 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan firm end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi



75



-



Prosedur Intervensi



Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS Pengukuran Oedema dengan antropometri Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi ankle paska arthroscopy, posisi dan alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi anklepasca Arthroscopy. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 3-4 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWB-PWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut ankle dan jari-jari kaki yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



36. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA TOTAL KNEE REPLASCEMENT Pengertian



Patologi dan



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Total knee replascement (TKR) yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: V.43.65ICFb28016,b710,b730,d6600,d4501,d840d859,d9201 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya akibat immobilisasi saja



76



patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Total Knee Replacement adalah tindakan pembedahan umum yang dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid arthritis. Pada TKR, ujung dari tulang femur diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut karena degenerasi; Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis dan arthritis paska trauma. Jender; Wanita>Pria 2. Penyebab; Paska immobilisasi paska TKR sendi lutut oleh kerusakan cartilago sendi akibat OA, RA dan Arthritis paska trauma. 3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS lutut, malalignment tungkai dan keterbatasan aktivitas fungsi serta gangguan pola berjalan. 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh faktor degenerasi dan infektif. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul terutama pada gerakan fleksi dengan lutut lurus/ekstensi Nyeri dan keterbatasan gerakan sendi lutut kesemua arah gerakan - Ada riwayat trauma dan immobilisasi, setelah operasi TKR sendi lutut - Kesulitan berjalan/belummampu PWB/FWB 1. Inspeksi - Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi, abd-add, rotasi internal-eksternal dan 3 dimensi sendi panggul (negatif) - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/hard end feel - Kelemahan otot-otot ekstensors lutut - Pola jalan: Pincang 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Fraktur komponen prosthesis - Unstable dan dislokasi sendi - Compartment syndrome dan infeksi - Pheriferal nerve lesi - Oedema dan nyeri sendi 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - Nyeri fleksi lutut ( aktif-pasif) dengan springi dan hard end feel. - Keterbatasan LGS fleksi lutut - Weakness otot-otot tungkai bawah - Spasme otot-otot quadriceps dan hamstrins - Nyeri tekan pada areaoperasi/incisi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement), kemampuan dasar



77



Prosedur Intervensi



skala JETTE, KOOS, TUG atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska TKR,, alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi lutut pasca TKR. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



78



37. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA TOTAL HIP REPLASCEMENT Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca Total Hip replascement (THR) yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: Z.96.641. ICF:s7701, s75001 Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya akibat immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.Total Hip Replacement adalah adalah pengganti sendi pinggul yang mengalami degenerasi atau sakit dengan komponen mangkuk polietilen dengan berat molekul sangat ringan (ultralight) dan komponen femur logam (titanium). Pada THR, dilakukan penggantian komponensendi panggul; Tulang femur, caput femur dan acetabulum akibat trauma/fraktur/nekrotik, patologis; osteoporosis, osteomalacia, degeneratif (arthritis)dan CHD Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada usia lanjut diatas 50 tahun karena Trauma, degenerasi, Patologis dan Kongenital. Jender; Wanita>Pria 2. Penyebab; Paska immobilisasi paska THR sendi panggul oleh kerusakan



79



Prosedur Assessment ICF



komponen sendi akibat OA, RA, trauma, patologis dan CHD. 3. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 4. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, muscles weakness, keterbatasan LGS panggul, sulit berjalan/menumpu BB. 5. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 6. Prevalensi: Lebih banyak disebabkan oleh faktor degenerasi, patologis, trauma dan kongenital. Asesmen fisioterapi - Pengambilan data Anamnesis - Nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi panggul kesemua arah - Kesulitan berjalan dan menumpu berat badan Nyeri dan keterbatasan gerakan fleksi-ekstensi sendi lutut - Ada riwayat trauma, patologis, degeneratif dan immobilisasi, setelah operasi THR sendi panggul - Status obesitas dll 1. Inspeksi - Odema, elastis bandage, atrofi otot, hematoma dan bekas jahitan 2. Tes orientasi dan regional screening - Fleksi-ekstensi dan rotasi Vertebta Lumbal (negatif) - Nyeri dan keterbatasan gerak Fleksi-ekstensi lutut, oleh tahanan otot-otot quadriceps, dan otot hamstrings dengan springi/hard end feel - Kelemahan otot-otot ekstensors lutut - Pola jalan: Pincang/Trandelenberg sign 1. Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag - Fraktur komponen prosthesis - Unstable dan dislokasi sendi - Pheriferal nerve lesi, Oedema dan nyeri sendi 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - Nyeri dan keterbatasan gerak (aktif dan pasif) : fleksi, ABD dan Internal rotasi Hip dengan springi dan hard end feel. - Keterbatasan LGS: fleksi dibawah 90o, Internal rotasi tidak melewati netral dan ADD tidak melewati garis tengah - Weakness otot-otot tungkai bawah: hip dan lutut - Spasme otot-otot panggul dan lutut - Nyeri tekan pada areaoperasi/incisi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement), kemampuan dasar skala HOOS atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan posisi struktur sendi lutut paska THR,, alignment. - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi panggulpasca THR. - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 6-8 minggu



80



Prosedur Intervensi



Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio panggul/hip dan lutut yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



81



38. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA ACHILLES TENDON LENGTHENING Pengertian



Patologi dan patokinetik



Tujuan Prosedur Assessment ICD



Prosedur Assessment ICF



Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada pasca operasi Achilles tendon lengthening yang diikuti merupakan hipomobilitas akibat immobilisasi setelah cedera, dislokasi ataupun fraktur. ICD: 727.81. ICF: b.710-b729, b.730-b.749, b.798. Pada kasus ini harus dipilahkan apakah kaku sendi hanya immobilisasi saja tidak ada cedera langsung pada kapsul/ligament, dengan cedera atau ada penguncian permukaan sendi/callus. Bila kapsul sendi cedera dalam penyembuhannya dapat terjadi instabilitas atau mucul cicatrix sehingga kaku sendi lebih serius.ATL bertujuan untuk meregangkan tendon Achilles yang kontraktur untuk memungkinkan seseorang berjalan dengan kaki rata tanpa menekuk lutut, atau untuk meredakan nyeri kronis akibat penyakit tertentu: CP, chronic tendinitis, genetik dan lain-lain. Mengelola permasalahan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal Riwayat sakit sekatang dan riwayat sakit yang relevan sebelumnya 1. Banyak terjadi pada anak-anak dan remaja akibat penyakit tertentu 2. Jender: Pria danwanita 3. Prosedur ATL: Denganmembuat sayatankecil dibelakang tendo Achilles 4. Penyebab; Immobilisasi eksternal paska operasi ATL 5. Timeline, normal – abnormal; (perjalanan sakit akibat immobilisasi) 6. Tanda dan gejala; Oedema, nyeri, kontraktur/keterbatasan LGS, kelemahan otototot ankle, malalignment ankle ke arah inversi dan eversi serta gangguan pola berjalan. 7. Faktor Prognostik, Keluhan yang meningkat atau menurun 8. Prevalensi: Lebih banyak akibat Penyakit bawaan dan penyakit chronis Asesmen fisioterapi Pengambilan data Anamnesis



82



-



- Nyeri, oedema dan kaku area ankle dan foot+jai-jari kaki. - Keterbatasan gerak aktif-pasif pada ankle (inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) fleksi-ekstensi jari-jari kaki - Ada riwayat immobilisasi, setelah operasi dan eksternal fiksasi paska ATL sendi ankle. - Pola berjalan; pincang ( Antalgic gait). 1. Inspeksi Odema, elastis bandage/plaster gips bellow knee. 2. Tes orientasi dan regional screening Fleksi-ekstensi dan 3 dimensi sendi lutut (negatif) Kelemahan dan atrofi otot-otot fleksors-ekstensors lutut Nyeri dan keterbatasan gerak sendi ankle ( inversi-eversi, plantar fleksi-dorsi fleksi) dengan springi end feel dan firm end feel. Atrofi dan weakness otot Gastrocnemius Pola jalan: Pincang/Antalgic gait 1.Review of system - Cardiovascular, Neuromuscular 2. Red flag. - Equinovarus deformities - Plantar foot ulcer - Charcot Collapse - Atrofi/weakness otot - keterbatasan LGS 3. Tes Fungsi berbasis bukti klinis - JPM test: Traksi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel dan Translasi pada pembatasan ROM timbul nyeri dan keterbatasan ROM dengan springi end feel. - Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi - Pengukuran nyeri dengan VAS/VDS - Pengukuran kekuatan otot dengan MMT - Pengukuran LGS dengan Goniometer - Pengukuran Oedema dengan antropometri - Pengukuran fungsi FIM (functional index measurement) atau outcome measure lain 3. Pemeriksaan lain - ’X’: untuk memastikan posisi struktur ankle - Laboratorium: Hb, Leuco, Dif count. Diagnosis - Nyeri /Keterbatasan gerak sendi /Penurunan kekuatan /Odema /disabilitas sendi ankle pasca operasi ATL - Prediksi klinis tentang kemungkinan komplikasi dan disabilitas lanjutan. Prediksi gerak dan fungsi Fungsi normal dicapai dalam 4-6 minggu Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap meliputi:  Prosedur intervensi dengan Metode intervensi dan teknik penerapannya  Dosis prosedur mencakup intensitas, durasi, set untuk tiap sesi dan frekwensi pengulangan  Pengukuran hasil



83



Prosedur Intervensi



Intervensi 1. Fase inflamasi  General exercise (Breathing exercise, aktif exercisee), walking exercise (Non weight bearing) 2. Fase proliferasi (hari I – III)  elevasi, isometric exercise, aktif general exercise, NWB walking exercise. 3. Fase produksi (>3 hari)  modalitas IR , pasif gentle, resisted exercise, Contract relax stretch, NWBPWB walking exercise) 4. Fase remodeling (>3 minggu)  Mobilisasi sendi intensif, PWB walking exercise 5. Fase unifikasi (>3 bulan)  Strengthening dan functional training, FWB walking exercise Edukasi: Active mobility exerciseregio lutut dan ankle yang diterapkan dengan atau tanpa alat. Evaluasi - Vital sign, Nyeri, ROM, MMT, Odema dan indeks disabilitas Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.



www.sralab.org



84