Modul Ilmu Resep Kelas Xi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PILULAE TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu: 1. memahami pengertian pil 2. mengetahui karakteristik sediaan pil 3. mengetahui komponen pembentuk pil 4. mengetahui tentang cara pembuatan pil



5. mengetahui pengujian sediaan pil 6. mengetahui perhitungan pembuatan pil I.



PENGERTIAN PIL Pillulae berasal dari kata  ‘pila’ artinya bola kecil.Obat berbentuk bundar seperti bola ini bermacam-macam bobotnya dan masing-masing diberi nama sendiri. Menurut FI ed III Pilulae ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat. Boli ialah pil yang beratnya diatas 300 mg, pembuatannya sama dengan pil. Granula ialah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30 mg, mengandung 1 mg bahan obat. Macam-macam sedian pil, yaitu: a.



II.



Bolus



: beratnya lebih dari 300 mg



b. Pil



: beratnya sekitar 60 – 300 mg



c.



Granul



: beratnya 1/3 – 1 grain (1 grain = 64,8 mg)



d. Parvul



: beratnya 20 mg atau kurang dari 1/3 grain



KARAKTERSITIK SEDIAAN PIL 1



a. Homogen (ukuran, bentuk, warna, dosis) b. Mempunyai kekenyalan, daya rekat dan kekerasan tertentu c. Mempunyai waktu hancur tertentu Dalam FI I I I disyaratkan waktu hancur pil:     Tidak boleh > 15 menit untuk pil tidak bersalut  Tidak boleh > 60 menit untuk pil bersalut gula atau selaput  Untuk pil salut enterik: Setelah dilakukan pengujian dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, pada pengujian selanjutnya (larutan dapar pH 6,8) waktu hancur pil tidak boleh > 60 menit Keuntungan dan kerugian sediaan pil, antara lain: o Keuntungan a. Mudah digunakan atau ditelan. b. Menutup rasa obat yang tidak enak. c. Relatif lebih stabil dibanding bentuk sedian serbuk dan solutio. d. Sangat baik utk sedian yang penyerapannya dikehendaki lambat. o Kerugian a. Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat. b. Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung. c. Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair dalam jumlah besar. d. Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur. e. Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan pengawet).



III.



KOMPONEN PEMBENTUK PIL 2



1. Zat Utama yaitu berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope 2. Zat Tambahan Pada zat tambahan ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu : a. Zat Pengisi Fungsi bahan pengisi adalah untuk memperbesar masa sediaan pil. Adapun jenis– jenis dari bahan pengisi, yaitu :  radix liquiritiae : untuk pil berwarna  saccharum album : pil putih  bolus alba : pil yg BOnya oksidator Jumlah pemakaian untuk bahan obat adalah :  Jumlahnya terlalu kecil, radix yg digunakan 2x succus.  Jumlahnya sangat besar : pulvis pro pilulae (radix dan succus sama banyak).  Golongan oksidator atau senyawa garam timbal (Pb) : bolus alba 100 mg/pil. b. Zat Pengikat Zat pengikat fungsinya untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi massa pil agar massa pil saling melekat menjadi massa yang kompak. Bahan pengikat terdiri dari :  Succus liquiritiae ( 2g / 60 pil).  PGS (500 mg / 60 pil), utk yg voluminous : 1-1,5 g/60 pil .  Succus dan saccharum album aa (75 g/1000 pil), berfungsi sebagai pengisi dan pengikat.  Gliserin cum tragacanth.  Adeps lanae atau vaselin album untuk bahan obat yang bersifat : o saling bereaksi dg adanya air. o terurai dengan air. o Oksidator. 3



o garam-garam timbal. c. Zat Pembasah Zat pembasah :fungsinya untuk memperkecil sudut kontak ( < 90) antar molekul sehingga massa menjadi basah dan lembek serta mudah di bentuk. Bahan Pembasah pada sediaan pil berasal dari :  Air  Aqua gliserinata  Sirupus simplex  Madu  Adeps lanae/ vaselin album d. Zat Penabur Zat penabur fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun tidak sejenis,sehingga massa pil tidak lengket satu sama lain,atau pil lenket satu pil dengan pil lainnya. Jenis – jenis bahan penabur diantaranya, Talk untuk :  BO oksidator/ garam PB  pil putih  akan disalut amilum orizae  MgCO3  radix liquiritiae pulv e. Zat Pemecah Adanya bahan pengikat membuat pil sukar larut/pecah di lambung sehingga butuh bahan pemecah. Contoh zat pemecah yang sering digunakan, yaitu: Natrium bikarbonat. f. Zat Penyalut Fungsi bahan penyalut adalah :  Menjaga stabilitas Bahan Obat  Menutup rasa dan bau Bahan Obat  Memperbaiki penampilan pil 4



 Mencegah pecahnya pil dalam lambung Beberapa jenis bahan yang digunakan pada penyalut, ialah :  Penyalut gula : saccharum album  Penyalut selaput/film : CMC-Na, Balsamum tolutanum, PEG, Carbowax 6000, perak  Penyalut enterik : salol, schellak, cellulose acetat phtalat IV.



CARA PEMBUATAN PIL A. PEMBUATAN MASSA PIL o Tentukan bobot Bahan Obat untuk 1 pil o Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah dan sifat Bahan Obat o Campur bahan obat + pengisi + bahan pengikat + bahan pemecah sesuai aturan o Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit ke dalam camp digilas kuat hingga terbentuk massa pil yg baik (elastis, tidak lengket di mortir, dan tidak pecah digulung) B. PEMOTONGAN PIL Massa pil  dibentuk silinder yg panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat, sebelumnya pemotong diberi alat penabur dulu C. PEMBULATAN PIL  o Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yg sudah diberi bahan penabur, selanjutnya dibulatkan o Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung jumlahnya D. PENYALUTAN PIL  Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan: Tujuan penyalutan: 5



-



Melindungi



bahan obat



dari



pengaruh



lingkungan



(salut selaput) contoh: garam-garam ferro disalut tolubalsem -



Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula) contoh: kloramfenikol, strychnin



-



Memperbaiki penampilan pil (salut selaput) Contoh alat pemotong dalam sediaan pil.



CARA PEMBUATAN PIL DENGAN BAHAN KHUSUS 1. Pil dengan senyawa mengoxid (KMnO4, KNO3, FeCl3, AgNO3) atau garamgaram Pb, pengisi menggunakan 100 mg bolus alba, pengikat adeps/vaselin secukupnya. Selain itu menggunakan pillen plank ebonit. 2. Pil dengan extractum gentian ( bereaksi asam) bila diberikan bersama-sama dengan zat lain yang dengan asam-asam melepaskan gas misal : ferrum reductum, ferrum pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas, maka untuk menetralkan asamnya perlu ditambah MgO sebanyak 100 mg untuk setiap 3 gram extract gentian. 3. Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan tolubalsem untuk mencegah oksidasi oleh udara. 4. Pil dengan digitalis folium. Digitalis akan rusak atau glukosidanya akan terurai bila ada lembab atau air. Untuk pil dikerjakan dengan adeps lanae dan radix 6



liquiritiae. 5. Pil dengan mengandung zat-zat yang higroskopis, seperti Kalii Bromidum, Kalii Iodidum dan Natrii Salicilas, supaya digerus halus didalam mortir panas. Penambahan Succus Liquiritiae dan Pulvis Liquiritiae Radix diperlukan ± 1,5 gram masing-masing untuk 7 gram bahan obat tersebut. 6. Pil dengan sari-sari cair. Dalam jumlah kecil, tetap digunakan succus dan radix sari cair digunakan sebagai aqua gliserinata. Dalam jumlah besar, diuapkan kemudian tambahkan radix secukupnya atau diganti dengan sisa keringnya. PENENTUAN JUMLAH BAHAN PADA PEMBUATAN PIL 1. Bobot pil ideal adalah antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg,namun karena suatu hal sering tidak terpenuhi. 2. Sebagai bahan pengisi jika mungkin dipilih radix liq. Kecuali jika muncul reaksi kadang dipakai bolus alba. 3. Sebagai bahan pengikat, jika mungkin gunakn succus liq. 2gram/60 pil jika ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau Vaseline. 4. Pada pembuatan masa pil ke dalam campuran obat radiks dan succus harus ditambahkan cairan (bahan pembasah) supaya pada penggempalan diperoleh massa yang homogen. 5. Setelah massa pil dibuat, massa pil kemudian digulung dan dipotong menurut jumlah pil yang diminta dan akhirnya pil dibulatkan.



V.



SYARAT SEDIAAN PIL a. Bobot pil ideal antara 100 - 150 mg, rata-rata 120 mg Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi b. Pil dimasukkan ke dalam HCl 0,04 N pada 37o dan dikocok-kocok keras-keras sampai hancur. c. Pada waktu penyimpanan, bentuk pil tidak berubah. Tidak begitu 7



keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan. d. Memenuhi uji keragaman bobot, dengan cara timbang 20 pil satu persatu, syarat: Penyimpangan terbesar 18 pil 2 pil 10 % 20%



Untuk bobot rata-rata pil 100 mg sampai 250 mg



250 mg sampai 500 mg 7,5 % 15 % e. Memenuhi waktu hancur yaitu dalam air 36 o  –  38o selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut VI.



PERHITUNGAN RESEP PADA SEDIAAN PIL Contoh Resep : R/ Luminal Laktosa Succus Liq Aqua Gliserinata m.f Pil no. XXX s.b dd Pil 1 Pro : Tn.Jajang Penyelesaian: Penimbangan Bahan o Luminal o Succus Liq o Laktosa o Aqua gli



= 50 mg = 30 x 2 / 60 = 1 gram = 2 x 1 gram = 2 gram = 5 tetes



LATIHAN 1 dr. Fajri Jl. Kemang SIP No. 089/K/2012



0,05 qs qs qs



Kelengkapan Resep



8



R/ Pilulae Sulf. Chinin. Fusc. S3d.d. pl pc



Pro: Neni (10 tahun) Formulasi Obat



Fungsi Bahan/Zat



Khasiat/Indikasi Obat



Masalah Dan Pemecahan



Penimbangan Bahan



Perhitungan Dosis



9



Pemerian



Cara Kerja



10



Pengujian Sediaan



LATIHAN 2 dr. Fajri Jl. Kemang SIP No. 089/K/2012



Kelengkapan Resep



11



R/ SG 0,5 Papaverin 0,02 S. Lactis qs Mf. pil dtd no XX Stdd pl Pro: Ny. Tresya Alamat: Jalan Mawar No. 021 Formulasi Obat



Fungsi Bahan/Zat



Khasiat/Indikasi Obat



Masalah Dan Pemecahan



Penimbangan Bahan



Perhitungan Dosis



12



Pemerian



Cara Kerja



13



Pengujian Sediaan



SUPPOSITORIA



TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu: 14



1. memahami pengertian suppositoria 2. mengetahui macam – macam sediaan suppositoria 3. mengetahui tujuan penggunaan sediaan suppositoria 4. mengetahui bahan dasar sediaan suppositoria 5. mengetahui syarat sediaan suppositoria 6. mengetahui tentang cara pembuatan suppositoria I.



PENGERTIAN Suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan



bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria



dapat bertindak sebagai



pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. II. MACAM – MACAM SUPPOSITORIA Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya : 1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat rektal atau anus, beratnya kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. 2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. 3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang panjang antara 7 cm - 14 cm. III. TUJUAN PENGGUNAAN SEDIAAN SUPPOSITORIA 1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya. 15



2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum, 3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah muntah, tidak sadar. 4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah, 5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar . Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu 1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung. 2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung. 3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral. 4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. Kelemahan suppositoria: 1. Tidak nyaman digunakan 2. Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal ialah : 1. Faktor fisiologis : Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid



(berlemak), maka diutamakan



permeable terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak). 2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis : a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air. b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin cepat. 16



c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal. d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air. IV. BAHAN DASAR SUPPOSITORIA Bahan dasar : ol. cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam lemak PEG. Bahan dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan nonionik misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut : 1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan tubuh. 2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi 3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat 4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan obat. 5. Kadar air cukup 6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus jelas. Penggolongan bahan dasar Suppositoria. 1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat) 2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin, polietilenglikol (PEG)



17



3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya campuran Tween 61 85 % dengan gliserin laurat 15 % IV. I. Suppositoria dengan bahan dasar Lemak coklat ( Ol. Cacao ) Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan bersifat polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Agar mendapatkan Suppositoria yang stabil, maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil. Bentuk-bentuk kristal Ol.Cacao adalah : 



bentuk  (alfa) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi didinginkan dengan segera pada 0o dan bentuk ini titik leburnya 24o (literatur lain 22 o).







bentuk  ( beta ) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 18 o







-23 o dan bentuk ini mempunyai titik lebur 28 o - 31o



bentuk  stabil (beta stabil) : terjadi dari perubahan perlahan-lahan bentuk disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34



o



-35



o



( literatur lain 34,5 o) 



bentuk  (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan Ol.Cacao yang sudah dingin (20o) dan bentuk ini mempunyai titik lebur 18 o Menghindari bentuk- bentuk kristal yang tidak stabil di atas dengan cara :  Ol.Cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 saja yang dilelehkan.  Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan Ol.Cacao, untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil  Pembekuan lelehan selama beberapa jam / hari



Catatan: -



Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau Cetasium ( Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6 %. 18



- Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri. - Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. - Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk rektal karena disolusinya lambat. - Harus disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu dibawah 300 C. Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya dihindari karena : 



Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria.







Mempercepat tengiknya Ol.Cacao







Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat keluar dari Suppositoria.



Kekurangan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria. 



Meleleh pada udara yang panas







Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama







Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan tertentu







Adanya sifat Polimorfisme







Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian







Tidak dapat bercampur dengan sekresi.



Karena ada beberapa keburukan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu : 1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur. 2. Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83 19



3. Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol IV. II. Suppositoria dengan bahan dasar PEG (Polietilenglikol) - mempunyai titik lebur 350 - 630 - tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh - Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat. Formula yang dipakai : 



bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75 %)







bahan dasar berair : PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat 20 %



Keuntungan : 



tidak mengiritasi / merangsang







dapat disimpan diluar lemari es







tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.







tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh



Kerugian : 



menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ".







dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.



IV. III. Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin - Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria. - Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh - Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. 20



- Penyimpanan harus ditempat yang dingin - Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria dengan formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20 Kebaikan : 



dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.



Keburukan : 



cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk melindunginya



dari



udara



lembab



supaya



terjaga



bentuknya



dan



konsistensinya.



IV. IV. Bahan dasar lainnya : - Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air, beberapa diantaranya membentuk emulsi tipe A//M Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 % Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g



V. SYARAT SEDIAAN SUPPOSITORIA a.               Melebur pada temperature rectal b.               Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi c.                Dapat dicampur dengan berbagai obat d.               Tidak terbentuk metastabil e.               Mudah dilepas dari cetakan f.                 Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi g.               Bilangan airnya tinggi h.               Stabil baik secara fisika ataupun kimia 21



i.                 Tidak mempengaruhi efektivitas obat j.                 Memberi bentuk yang sesuai untuk memudahkan pemakaiannya k.                Mempengaruhi pelepasan bahan aktif . Pelepasan yang cepat dibutuhkan apabila bahan aktif untuk tujuan secara sistemik, dan pelepasan yang lebih lambat apabila bahan aktif untuk tujuan local. VI. CARA PEMBUATAN SEDIAAN SUPPOSITORIA Metode pembuatan suppositoria: 1. Dengan tangan : 2. Dengan mencetak hasil leburan : 3. Dengan kompresi. Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum. 2. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan. 3. Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. 4. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan. 5. Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan Suppositoria. 6. Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas. 7. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih (  10 % ) dan cetakannya sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau minyak lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung garam 22



logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat mengkerut. VII.



PENGUJIAN SEDIAAN SUPPOSITORIA



Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : 1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya. 2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao 3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan 4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit 5. Test homogenitas.



23