Modul Inti 1. Manajemen Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL INTI 1. MANAJEMEN RESPON GIZI PADA MASA TANGGAP DARURAT I.



Deskripsi Singkat



Mata pelatihan ini membahas tentang risiko bencana terkait gizi dan manajemen respon gizi II.



Tujuan Pembelajaran A. Hasil Belajar Setelah mengikuti Mata Pelatihan ini peserta mampu memahami manajemen respon gizi pada masa tanggap darurat B. Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan risiko bencana terkait gizi 2. Menjelaskan manajemen respon gizi



III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok A. Pokok Bahasan 1: Risiko Bencana Terkait Gizi 1. Masalah-masalah gizi akibat bencana 2. Dampak masalah gizi pada situasi bencana 3. Kelompok Rentan B. Pokok Bahasan 2: Manajemen Respon Gizi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. IV.



Kajian Dampak Bencana Perencanaan respon gizi Intervensi& mobilisasi sumberdaya Monitoring & evaluasi Koordinasi Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat Manajemen logistik Kesiapsiagaan



Metode Metode yang digunakan pada materi ini adalah:



1. Ceramah interaktif 2. Curah pendapat 3. Diskusi kelompok(IHB 1&2) V.



Media dan Alat Bantu Media yang digunakan pada materi ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



VI.



LCD Laptop Layar Flip Chart ATK Metaplan Bahan tayang/video Modul pelatihan Panduan diskusi kelompok (IHB 1&2)



Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran A. Langkah 1: Pengkondisian Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator



B. Langkah 2: Membahas Pokok Bahasan Terkait Gizi



1 Risiko Bencana



1. Sub pokok bahasan 1: Masalah-masalah gizi akibat bencana Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 2. Sub Pokok bahasan 2: Dampak masalah gizi pada situasi bencana



Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 3. Sub Pokok bahasan 3: Kelompok Rentan Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator C. Langkah 3: Membahas Pokok Bahasan gizi



2 Manajemen respon



1. Sub pokok bahasan 1 : Kajian dampak bencana Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 2. Sub Pokok bahasan 2 : Perencanaan respon gizi Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 3. Sub Pokok bahasan 3 : Intervensi & Mobilisasi Sumberdaya Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 4. Sub Pokok bahasan 4 : Monitoring & Evaluasi Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 5. Sub Pokok bahasan 5 : Koordinasi



Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 6. Sub Pokok bahasan 6 : Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 7. Sub Pokok bahasan 7 : Manajemen Logistik Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator 8. Sub Pokok bahasan 8 : Kesiapsiagaan Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator D. Langkah 5: Penutup Langkah kegiatan a. Fasilitator b. Fasilitator c. Fasilitator VII. Uraian Materi A. Pokok Bahasan 1: Risiko bencana terkait gizi 1. Masalah-masalah gizi akibat bencana Indonesia merupakan contoh utama dari ‘tiga beban masalah gizi’. Lebih dari 7 juta anak balita terhambat pertumbuhannya. Indonesia merupakan negara dengan peringkat tertinggi kelima di dunia untuk stunting. Lebih dari 2 juta



anak di bawah usia lima tahun menderita gizi kurang (berat badan rendah untuk tinggi badan), sementara 2 juta lainnya kelebihan berat badan atau obesitas. Hampir setengah dari semua ibu hamil menderita anemia karena makanan yang mereka konsumsi kekurangan vitamin dan mineral (mikronutrien) yang dibutuhkan. Malnutrisi atau masalah gizi adalah kekurangan atau defisiensi, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi dan / atau gizi seseorang. Malnutrisi terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu kekurangan, kelebihan, dan kekurangan mikronutrien. Kekurangan gizi terdiri dari (1) kurus atau wasting yang ditandai dengan terlalu kurus dan diukur melalui perbandingan berat badan terhadap panjang/tinggi badan; (2) pendek atau stunting yang ditandai dengan terlalu pendek untuk usianya dan dapat diukur melalui perbandingan tinggi badan terhadap umur; (3) berat badan kurang yang diukur melalui berat badan terhadap umur. Kelebihan gizi atau yang biasa disebut dengan kegemukan atau obesitas diukur dengan indeks masa tubuh dan rasio pinggang dan pinggul. Kelebihan gizi berkaitan dengan penyakit tidak menular seperti stoke, diabetes, dan jantung.     Kekurangan mikronutrien yaitu kekurangan vitamin dan mineral penting atau kelebihan. Kekurangan atau kelebihan mikronutrien dapat ditandai secara kinis atau subklinis seperti buta senja karena kekurangan vitamin A atau dengan melakukan pengujian biokimia seperti anemia karena kekurangan zat besi. Masalah gizi baik itu kekurangan maupun kelebihan akan memberikan dampak tidak hanya bagi individu itu sendiri, tapi juga bagi Negara. Dampak yang timbul tidak hanya dalam jangka waktu dekat tapi juga dalam jangka waktu yang lama. Berikut ini beberapa dampak yang muncul berdasarkan bentukbentuk malnutrisi, yaitu: a.



Kekurangan Gizi 1) Infeksi 2) Kematian 3) Kemampuan kognitif terganggu 4) Mengurangi kinerja sekolah pekerjaan



dan



5)



Biaya ekonomi



b. Kelebihan Gizi 1) Penyakit tidak menular: 2) Penyakit kardiovaskular 3) Diabetes 4) Gangguan muskuloskeletal 5) Kanker c. Kekurangan Mikronutrien 1) Yodium - kerusakan otak pada anak-anak 2) Vitamin A - sistem kekebalan tubuh melemah 3) Besi - anemia, berimplikasi pada kematian ibu 4) Seng - gangguan fungsi kekebalan tubuh 5) Kalsium, vitamin D, dan folat - dapat memengaruhi perkembangan janin



Dalam periode1 Januari 2018 – 2 Oktober 2020, terdapat 8.402 kejadian bencana di wilayah Indonesia yang menyebabkan lebih dari 20 juta terdampak dan mengungsi serta 6.156 orang meninggal, termasuk diantaranya 1.148 orang meninggal akibat COVID-11. Disamping trend kejadian bencana dan potensi kejadian yang meningkat akibat tekanan perubahan iklim, diperkirakan tujuh juta anak di bawah usia lima tahun mengalami pertumbuhan yang terhambat (stunting) dan satu juta anak mengalami gizi kurang (wasting). Gangguan pada layanan dasar dan kondisi kehidupan yang disebabkan oleh kejadian bencana seperti terganggunya akses terhadap makanan, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi, dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian secara signifikan pada balita dengan masalah gizi serta pada kelompok rentan lainnya yang terdampak.



1



Diolah dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)



Gambar 1. Prevalensi dan Estimasi jumlah Balita gizi Kurang & Gizi Buruk Per Provinsi



Sumber: •



Indeks Risiko Bencana Indonesia (Multi Ancaman), BNPB 2020







Prevalensi Wasting Riskesdas 2018







Jumlah balita wasting diperkirakan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tahun 2020, Pusdatin Kemenkes



Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan penularan penyakit meningkat.



2. Kelompok Rentan Salah satu kegiatan penyelenggaraan tanggap darurat bencana dan krisis kesehatan adalah memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terdampak berjalan sesuai standar dengan memperhatikan kepentingan kelompok rentan. Hal ini dilakukan dengan cara supervisi, pendampingan teknis, dan pemberian dukungan yang dibutuhkan.



Kelompok rentan yang harus diperhatikan antara lain bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, disabilitas, pengungsi dengan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan berkesinambungan.



B. Pokok Bahasan 2:Manajemen respon gizi Pada tahun 2018, Kemenkes telah Menyusun Pedoman Penanganan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan respon gizi. Pedoman pelaksanaan disusun sebagai turunan dari Pedoman Penanganan Gizi dalam Penanggulangan Bencana untuk memberikan panduan terkait langkah-langkah operasional penanganan gizi pada masa tanggap darurat bagi para pihak yang terlibat, khususnya para pengampu program gizi di berbagai tingkatan. Respon gizi berperan penting di dalam penanganan bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan status gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada kelompok rentan. Manajemen respon gizi (pada masa tanggap darurat bencana) dilakukan berasarkan alur penanganan gizi pada masa tanggap darurat pada gambar berikut.



Gambar 2. Alur Penanganan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat



1. Kajian Dampak Bencana Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi bertujuan untuk mengidentifikasi dampak bencana terhadap kelompok sasaran gizi dan kelompok rentan. Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasi kelompok rentan, serta dukungan yang diperlukan untuk penyelamatan jiwa guna mempertahankan status gizi mereka. Hasil kajian digunakan sebagai dasar penyusunan rencana respon gizi. Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi pada masa tanggap darurat dilakukan sejak tahap siaga darurat melalui berbagai rangkaian kegiatan kajian (Bagan 3) yang terdiri dari Analisis data pra-krisis dan penilaian kebutuhan awal, Rapid Health Assessment (RHA) Gizi, Penapisan Balita, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Kajian multi sektor, dan Survei Cepat Gizi.



2. Perencanaan respon gizi Rencana respon gizi dikembangkan berdasarkan kajian dampak dan analisa kebutuhan gizi dan dapat diperbaharui secara berkala seiring dengan ketersediaan hasil kajian terbaru. Penyusunan rencana respon terdiri dari analisis situasi, serta penyusunan rencana intervensi untuk setiap komponen penanganan gizi yang diikuti oleh identifikasi sumber daya untuk setiap komponen intervensi.



3. Intervensi& mobilisasi sumberdaya



Terdiri dari intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk, Suplementasi Gizi, dan Dukungan Kelompok Rentan Lainnya. Mobilisasi sumberdaya mencakup mobilisasi sumberdaya mitra sub klaster gizi baik pemerintah dan mitra non pemerintah termasuk LSM nasional dan internasional, Organisasi Profesi, Akademisi, Media, swasta, mitra pembangunan yang tergabung dalam mekanisme sub klaster gizi. 4. Monitoring & evaluasi Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan rencana respon gizi yang telah disusun. Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkatan oleh masing-masing organisasi yang terlibat dalam respon gizi. Koordinator sub Klaster gizi bertugas untuk memastikan agar monitoring dan evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk memberikan rekomendasi dan langkah-langkah penyesuaian yang diperlukan. 5. Koordinasi Mekanisme koordinasi penanganan gizi bertujuan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih kegiatan di antara mitra/instansi yang bergerak di dalam penanganan gizi serta untuk meningkatkan efektivitas respon gizi. Koordinasi penanganan gizi dilakukan melalui mekanisme sub klaster gizi. Mekanisme koordinasi sub klaster gizi bertujuan untuk memastikan agar koordinasi penanganan gizi yang dilakukan oleh pemerintah dan mitra sesuai dengan prioritas pemerintah daerah terdampak. 6. Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat merupakan komponen respon gizi yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi risiko pada situasi bencana bertujuan untuk memberikan informasi tepat bagi masyarakat agar dapat mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam



menghadapi risiko-risiko yang timbul pada situasi bencana. Komunikasi yang efektif tentang risiko bencana yang mungkin timbul, serta cara mendapatkan bantuan, bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam respon bencana. Pelibatan masyarakat merupakan menjadi bagian integral dari setiap respon sejak awal bencana untuk memastikan kualitas, efektivitas dan ketepatan waktu respon gizi melalui keterlibatan dari masyarakat.



7. Manajemen logistik Manajemen logistik gizi dalam situasi bencana bertujuan untuk memastikan ketersediaan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan respon gizi. Manajemen logistik gizi merupakan bagian dari manajemen logistik, obat dan perbekalan kesehatan. Tim logistik sub klaster gizi harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan Tim logistik klaster kesehatan dalam setiap tahapan kegiatan. Fungsi manajemen logistik gizi pada situasi bencana dilakukan oleh staf/tim yang ditunjuk oleh penanggung jawab gizi didukung oleh mitra sub klaster gizi (apabila ada).



8. Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi Krisis Kesehatan dan bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kegiatan kesiapsiagaan respon gizi perlu dilakukan pada masa prabencana untuk meningkatkan kemampuan instansi/daerah/masyarakat dalam melaksanakan kegiatankegiatan kunci manajemen respon gizi yang disebutkan pada poin 1-7 diatas.



VIII. IX.



Rangkuman



Referensi 1. Committed to Nutrition. A Toolkit for Action. Fulfilling UNICEF’s Core Commitments for Children in Humanitarian Action, UNICEF: June 2017 2. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat, Direktorat Gizi, Kementrian Kesehatan RI: 2020 3. Pedoman Penanganan Gizi dalam Penanggulangan Bencana, Direktorat Gizi, Kementrian Kesehatan RI: 2018



X.



Lampiran A. Lembar Kerja B. Informasi lain