Modul KMB Ii Osteoporosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



MODUL BAHAN AJAR OSTEOPOROSIS



Tim Penyusun : Vigi Mega (P1337420317068) Sukma Ilmi Larasati (P1337420317069) Ilham Rohmanul H. (P1337420317070) Irma Islamiyati (P1337420317071) Devi Rahmawati H. (P1337420317072) M. Hasnan Habib (P1337420317073) KELOMPOK 3 2 REGULER B



1



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



DAFTAR ISI K a t a P e n g a n t a r . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . D a f t a r I s i . .. . . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . . P e n d a h u l u a n .. . ... . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . . K B I : Ko n s e p Ke b u t u h a n Da s a r M a n u s i a .. . .. . .. . .. . .. .. . . P e n d a h u l u a n .. . ... . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . . Tu ju a n / K D . . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . Sub pokok Bahasan: Indikator Uraian Materi a . P e n g e r t i a n K e b u tu h a n D a s a r M a n u s i a b . T i n g k a t Ke b u t u ha n Da s r M a n u s i a c . F a k t o r - F a k t o r Ya n g M e mp e n g a r u h i K e b u t u h a n Da s r M a n u s i a La t i h a n . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . R a n g k u ma n . . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. T e s F o ma t i f .. . ... . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . . K u n c i J a w a b a n Te s F o r ma t i f .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . . S e n a r a i . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . D a f t a r P u s t a k a . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. .



2



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



PENDAHULUAN Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar



DESKRIPSI SINGKAT Modul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami tentang osteoporosis.



RELEVANSI



M



Ateri dalam modul Keperawatan Dasar ini di berikan pada semester 4 berkaitan dengan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.



TUJUAN PEMBELAJARAN



T



Ujuan pembelajaran : Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu memahami tentang osteoporosis.



3



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II







M



PETUJUK BELAJAR odul keperawatan dasar ini berisi materi beserta latihan, rangkuman , tes formatif, dan glosarium. Untuk bisa mengerjakan latihan dan menjawab tes



formatif, pelajarilah setiap pokok bahasan dengan seksama.



4



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



OSTEOPOROSIS  150 Menit



A



PENDAHULUAN pakah Anda sudah mengetahui apa itu osteporosis? Kalau Anda belum mengetahuinya maka bacalah modul ini. Modul ini berisikan materi tentang konsep penyakit dan konsep asuhan



keperawatan osteoporosis.



TUJUAN (KD) Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu memahami konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan osteoporosis.



5



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



SUB POKOK BAHASAN 1. 2. 3.



Pengertian kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow Tingkat kebutuhan dasar manusia Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia



INDIKATOR PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow 2. Mahasiswa mampu mengklasifikasi tingkat kebutuhan dasar manusia 3. Mahasiswa



mampu



mengidentifikasi



faktor-faktor



yang



mempengaruhi kebutuhan dasar manusia



6



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



URAIAN MATERI 1. KONSEP PENYAKIT A. DEFINISI Osteoporosis



berasal



dari



kata osteo dan porous, osteo artinya



tulang,



dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009). Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006). Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007). Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai



penyakit



tulang



sistemik



yang



ditandai



oleh compromised



bone strength sehingga tulang mudah patah (Sudoyo, 2009).



7



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



B. JENIS-JENIS OSTEOPOROSIS a. Osteoporosis Primer Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang terjadi akibat penuaan. Jenis ini ada dua tipe, yaitu osteoporosis post menopause dan osteoporosis senilis. 1) Tipe I (Osteoporosis Post Menopausal) Pada masa menopause, fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Estrogen berperan dalam proses mineralisasi tulang. Ketika kadar hormon estrogen dalam darah menurun, proses pengeroposan tulang dan pembentukan tulang mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang menjadi dominan. 2) Tipe II (Osteoporosis Senilis pada Pria) Seperti halnya osteoporosis tipe I, pada tipe II juga disebabkan oleh berkurangnya hormon endokrin, dalam hal ini hormon testosteron. Testosteron dilaporkan mempunyai peranan untuk meningkatkan densitas masa tulang. b. Osteoporosis Sekunder Osteoporosis sekunder terjadi karena adanya penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Contohnya yaitu kanker, penyakit saluran pencernaan yang menyebabkan absorbsi zat gizi (kalsium, fosfor, vitamin D, dan lain-lain) menjadi terganggu, gaya hidup yang tidak sehat (merokok, minum minuman beralkohol, kurang olah raga, dan lain-lain) c. Osteoporosis Kausal juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya : 1) Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium 8



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam. 2) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan. a) Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat – obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini. b) Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas.



9



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



C. PATOFISIOLOGI Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massatulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknyamassa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkanpercepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pascamenopause. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin Dpenting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Dietmengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium danvitamin D yang tidak mencukupi selama



bertahun-tahun



mengakibatkanpengurangan



massa



tulang



dan



pertumbuhan osteoporosis. Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis. Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis, pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula. 10



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%.



11



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



C. PATHWAY



12



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



D. ETIOLOGI Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu: 1) Osteoporosis pascamenopause, terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 5175 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause. 2) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause. 3) Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).



E. MANIFESTASI KLINIK



13



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi adalah: 1. Nyeri timbul mendadak 2. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang 3. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur 4. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh 5. karena melakukan aktivitas 6. Deformitas vertebra thorakalis _ Penurunan tinggi badan



F. KLASIFIKASI 1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30- 35 tahun. 2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia). 3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan. 4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).



G. FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS 14



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah a) Faktor mekanis atau usia lanjut Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia. b) Jenis Kelamin Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil. c) Faktor Genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang osteoporosis. d) Riwayat Keluarga Atau Keturunan Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama. e) Bentuk Tubuh



15



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal. 2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah a) Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause. b) Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan



massa



tulang.



Makanan



yang



kaya



protein



akan



mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari 16



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif. c) Estrogen Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal. d) Rokok Dan Kopi Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. e) Alkohol Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol. f) Gaya hidup Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.



I. PENATALAKSANAAN



17



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1) Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan) 2) Riwayat Penyakit Keluhan utama : klien mengatakan nyeri tulang, mengalami penyakit yang sama tulang belakang bungkuk klien menggunakan penyangga tulang belakang. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama Riwayat hubungan social : hubungan klien dengan keluarga baik. 3) Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B (Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang. a) B1 (breathing ) Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru 18



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki. b) B2 (blood) Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat. c) B3 (brain) Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. d) B4 (Bladder) Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan. e) B5 (bowel) Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses. f) B6 (Bone) Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis



B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata 19



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



2. Intoleransi b/d disfungsi sekunder 3. Resiko cedera b/d dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh 4. Kurang perawatan diri b/d keletihan atau gangguan gerak 5. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis 6. Gangguan eliminasi b/d kompresi syaraf pencernaan ileus paralitik 7. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpajarnya informasi. C. Rencana Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata Tujuan



: setelah diberikan tidakan keperawatan diharapkan nyeri



berkurang dengan kriteria hasil : 



Klien tampak rileks







Klien dapat tenang dan bisaberistirahat (tidur)







Klien dapat mandiri dan perawatan secara mandiri serta sederhana.



Intervensi keperawatan : 1) Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatian lokasi dan karakteristik termasuk intensitas skala (1 – 10), perhatikan petunjuk nyeri. R/ mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi yang diberikan. 2) Ajarkan tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyeri R/ alternative lain untuk mengurangi rasa nyeri misalnya : kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang belakang. 20



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



3) Dorong menggunakan teknik manajemen stress, relaksasi progresif, latihan napas dalam. R/ menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control yang dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama. 4) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi R/ diberikan untuk menurunkan rasa nyeri. 2. Intoleransi aktivitas b/d disfungsi sekunder Tujuan



: setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien



mampu melakukan mobilitas fisik dengankriteria hasil : 



Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik berpartisipasi dalam aktivitas yang ingin / di perlukan.







Klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari – hari secara mandiri.



Intervensi keperawatan : 1) Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada. R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuan. 2) Ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari – hari yang dapat dikerjakan. R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah. 3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan ini secara bertahap, jika dapat ditoleransi berikan bantuan sesuai kebutuhan.



21



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas. 4) Kolaborasi pemberian fisiotherapy R/ dengan fisiotherapy dapat mempercepat proses penyembuhan pada klien. 3. Resiko cedera b/d disfungsi skunder, perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh Tujuan



: agar cedera tidak terjadi



Kriteria hasil : klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur. Intervensi keperawatan : 1) Anjurkan klien untuk beraktivitas secara perlahan, tidak naik tangga dan tidak mengangkut beban berat. R/ pergerakan yang cepatakan memudahkan terjadinya fraktur komprensi vertebrata pada kl\ien osteoporosis. 2) Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebig rendah, berikan penerangan lingkungan yang cukup dan pada ruangan yang mudah diobservasi. R/ jauhkan klien dari lingkungan yang berbahaya yang dapat mencederai klien. 3) Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada disamping klien. R/ membantu klien dalam melakukan aktivitasnya.



4. Kurang perawatan diri b/d keletihan dan gangguan gerak Tujuan



: setelah diberikan tindakan keperawatan, perawatan diri klien



dapat terpenuhi. 22



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Kriteria hasil : klien mampu menggungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang keberhasilan diri secara optimal. Intervensi keperawatan : 1) Kaji kemampuan untuk beraktivitas dalam setiap aktivitas perawatan diri R/ untuk melihat sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara maksimal. 2) Berikan perlengkapan diri secara adaptif jika dibutuhkan, misalnya : kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki, keset yang tidak licin. R/ peralatan adaptif untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya. 3) Rencana individu untuk belajar dan mendemonstrasikan suati bagian aktivitas sebelum beralih ketingkat yang lebih lanjut. R/ bagi klien lansia satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri. 4) Anjurkan kepada keluarga klien untuk selalu membantu klien dalam perawatan diri. R/ dapat membantu klien dalam perawatan diri secara optimal. 5) Anjurkan klien tentang teknik – teknik perawatan diri secara mandiri R/ membantu klien dalam melakukan perawatan diri agar tidak terjadi kecelakaan fisik. 5. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik secara psikologis 23



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Tujuan



: setelah diberikan tindakan keperawatan klien diharapkan



dapat menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaannya pada situasi diri. Kriteria hasil : klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan pesan positif. Intervensi keperawatan : 1) Dorongan klien mengekspresikan nilai khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinya. R/ ekspresi emosi mambantu klien menerima kenyataan dirinya. 2) Hindari kritik negatif. R/ kritik negative akan membuat klien merasa rendah diri. 3) Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien R/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman yang akan membantu proses adaptasi dari klien itu sendiri. 4) Anjurkan klien untuk selalu bergabung atau selalu berinteraksi dengan orang – orang sekitarnya. R/ meningkatkan interaksi dengan orang – orang disekitarnya sehingga klien tidak merasa canggung dengan keadaannya. 6. Gangguan eliminasi b/dkompresi syaraf pencernaan ileus paralitik Tujuan



: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan



eliminasi klien tidak terganggu. Kriteria hasil : klien mampu menyebutkan teknik eliminasi feses lunak dan berbentuk, setiap hari atau tiga hari. Intervensi keperawatan : 1) Auskultasi bising usus 24



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



R/ hilangnya bising usus merendahkan adanya paraletik usus. 2) Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang R/ hilangnya peristaltic (karena gangguan syaraf) melumpuhkan usus, membuat distensi usus. 3) Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah fase R/ mengidentifikasikan derajat gangguan atau disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan. 4) Lakukan latihan defekasi secara teratur R/ program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin. 5) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang berkonsentrat lunak, pemasukan cairan yang lebih banyak. R/ pemasukan cairan yang lebih banyak dan teratur misalnya jus atau sari buah. 7. Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi. Tujuan



: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien



memahami tentang penyakit OSTEOPOROSIS dan program terapi. Kriteria hasil : klien mampu mengetahui tentang penyakitnya ; mampu menyebutkan program terapi yang diberikan agar klien tampak tenang. Intervensi keperawatan : 1) Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang R/ memberikan pengetahuan dasar, dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan makanan. 2) Ajarkan pada klien tentang faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Osteoporosis.



25



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



R/ informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya. 3) Berikan pendidikan pada klien mengenai efek samping penggunaan obat. R/ supaya klien dapat mengerti dan memahami agar tidak menggunakan obat – obat yang dapast menyebabkan osteoporosis.



D. Implementasi Sesuai dengan intervensi keperawatan.



E. Evaluasi Sesuai criteria hasil dan tujuan.



RANGKUMAN



26



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



TES FORMATIF 1. Nn. M berumur 18 tahun, mahasiswi keperawatan, sangat sering mengkonsumsi kafein dan minuman bersoda berlebih, mengeluh nyeri punggung, klien datang nampak kifosis dan sering memegang punggungnya yang sakit. Dari kasus di atas perawat dapat menyimpulkan bahwa Nn. M menderita osteoporosis jenis … a. primer b. Involutional c. Idiopatik d. Juvenile(jwb) e. sekunder 2. Gambaran klinis yang bisa kita temukan pada pasien yang mengalami osteoporosis pada Ny. M yaitu …. 1. Nyeri tulang 2. Nyeri sendi 3. Deformitas tulang 4. Deformitas sendi a. 1 dan 3 (jwb) b. 3 dan 4 c. Benar semua d. 2 dan 4 e. 1 dan 2 3. Pasien wanita usia 50 tahun mengeluh nyeri tulang punggung. Pasien menopause sejak 3 tahun yang lalu dan minum obat golongan steroid sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan gibbus (+). Hasil X-ray Fraktur kompresi CV L III-IV. Diagnosisnya 27



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



adalah? a. Osteoporosis senilis b. Osteoporosis primer c. Osteoporosis sekunder(jwb) d. Osteoporosis tersier e. Osteoporosis idiopatik 4. wanita 80 tahun dengan keluhan sakit panggul kiri setelah jatuh dari tempat tidur tidak bisa berjalan karena sakit pada pangkal kiri. Radiologis menunjukkan fraktur pada femoris kiri dan fraktur kompressi pada vertebra torakal 10. Kelainan yang paling mungkin… a. Defisiensi vit. D b.Osteomyelitis akut c. Osteogenesis imperfecta. d. Osteoporsis ( jwb) e. Myostosis fibrous dysplas Klasifikasi Ada 2 jenis Osteoporosis: Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lainlain. Beberapa faktor penyebab osteoporosis, diantaranya : Osteoporosis Postmenopausal



28



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Terjadi disebabkan karena kekurangan hormon estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wwanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.Osteoporosis Senilis Proses terjadinya akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan makin bertambahnya usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan regenerasi sel tulang yang baru. Kata Senilis sendiri memiliki makna yakni keadaan yang hanya terjadi pada usia lanjut. Sesuai dengan istilahnya, osteoporosis jenis ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.Osteoporosis Sekunder Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis sekunder ini sendiri disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Bisa juga disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.Osteoporosis juvenil idiopatik Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.



SKENARIO 1VignetteSeorang wanita 70 tahun berobat ke puskesmas dengan kel uhan nyeri hebat pada daerah punggung bagian bawah yang dirasakan secara tib atiba. Pemeriksaan fisik ditemukan kifosis berat dan foto rontgen menunjukkan a



29



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



danya fraktur kompresi vertebrae pada daerah lumbalserta penipisan tulang. Kad ar kalsium, fosforus, dan alkali fosfatase dalam batas normal. 1.Diagnosis yang paling memungkinkan dari vignette diatas adalah ..... a.Osteoartritis b.Osteoporosis( jwb) c.Spondilitis d.Artritis gout e.Paget’s disease 2.Faktor yang paling penting dalam patogenesis kelainan tulang pada wanita ter sebutadalah ..... a.Level kalsitonin tinggi b.Level prolaktin tinggi c.Level kortisol rendah d.Level estrogen rendah (jwb) e. Level hormon tiroid rendah



DAFTAR PUSTAKA



Nandar.



2014.



Askep



Laporan



Pendahuluan



Osteoporosis.



Tersedia



di



http://nandarnurse.blogspot.com/2014/03/askep-laporan-pendahuluanosteoporosis.html?m=1 diakses pada 26 Februari 2019 pukul 09.00 WIB



30



Mata Kuliah:Keperawatan Medikal Bedah II



Suprayanto.



2013.



Sekilas



tentang



Osteoporosis.



Tersedia



di



http://dr-



suparyanto.blogspot.com/2013/01/sekilas-tentang-osteoporosis.html?m=1 diakses pada 26 Februari 2019 pukul 09.10 WIB



Utami



Senja.



2015.



Bab



I



Pendahuluan.



Tersedia



di



http://senjaputriutami.blogspot.com/2015/10/babipendahuluana.html?m=1 diakses pada 26 Februari 2019 pukul 09.40 WIB Tersedia



di



http://www.academia.edu/23469265/MAKALAH_OSTEOPOROSIS diakses pada 26 Februari 2019 pukul 09.20 WIB



Tersedia



di



http://www.academia.edu/15059790/BIOLOGI_-_OSTEOPOROSIS diakses pada 26 Februari 2019 pukul 09.25 WIB



31