Modul NBT I Kelompok BU TARI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL BAHAN AJAR LOW BACK MASSAGE



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2019



1



TIM PENYUSUN



Dosen Penanggung Jawab



: Lestari Puji A. S.SiT.,M.Kes



Mahasiswa Semester VI Kelas Regular A 1. Alfonsa Rildiani Putri Paul



(1904008)



2. Dewi Susanti



(1904012)



3. Eka Ulya Ulfiana Sari



(1904016)



4. Falikhatin Nihaya



(1904020)



5. Helmiati



(1904024)



6. Justitia Hisroh Hi Abubakar



(1904028)



7. Magdalena Valentika Windy



(1904032)



8. Maria Norita



(1904036)



9. Obe Novadin Ruku



(1904040)



10. Restu Alfina Zahroh



(1904044)



11. Siddhi Septiana Wicesa



(1904048)



12. Vio Oktaviyani



(1904052)



2



HALAMAN PERSETUJUAN



Modul Pembelajaran Natural Basic Therapy Massage Effluerage Pada Kehamilan ini telah disetujui sebagai Tugas Natural Basic Therapy II



Pembimbing



Lestari Puji A. S.SiT.,M.Kes NIK :



3



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanallah Ta’ala atas rahmat dan berkah yang telah diberikannnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas modul pembelajaran dengan judul perubahan fisiologi dan psikologi pada persalinan, dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas modul pembelajaran ini dan juga teman-teman yang telah membantu dan mendukung kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini. Harapan kami semoga dengan terselesaikannya tugas modul pembelajaran ini, bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari akan kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dapat disampaikan kepada kami agar dapat menjadi yang lebih baik,dan atas perhatiannya, kami mengucapkan limpah terima kasih.



Semarang,



Penyusun



4



Kegiatan Belajar Natural Basic Therapy Kehamilan



PENDAHULUAN Proses



kehamilan



didefinisikan sebagai



diawali



dari



masa



konsepsi



yang



sering



persatuan antara sebuah telur dan sperma,



yang



menandai awalnya suatu kehamilan, dan peristiwa ini bukan merupakan hal yang terpisah tetapi merupakan peristiwa rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kehamilan adalah fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Ada rasa bangga karena ia merasa telah menjadi wanita yang sempurna dengan memiliki anak nantinya. Ada yang bisa melewatinya denganceria hingga melahirkan, tetapi juga



tak



jarang



banyak



yang



mengalami



keluhan



sepanjang kehamilannya.13 Kehamilan



dibagi



menjadi



tiga



yaitu trimester pertama (0-12



minggu), trimester kedua (12-28 minggu), trimester ketiga (28-40 minggu). Kehamilan trimester III yakni kehamilan dengan umur kehamilan antara 28 sampai40minggu (Mansjoer, 2008).Kehamilan trimester III merupakan waktu untuk



menyiapkan



kelahirandan



kedudu kan



sebagai



orangtuaseperti



terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi, sehingga disebut sebagai periode penantian.8 Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.2 Persalinan suatu proses membuka dan menipisnya serviks serta terjadi kontraksi uterus sehingga menyebabkan nyeri pada proses persalinan. Nyeri merupakan proses alamiah dalam persalinan. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait



5



dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2016, jumlah ibu hamil di Indonesia mencapai 5.354.594 orang. Sedangkan jumlah ibu hamil di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2016 sebesar 35.437 orang. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Pekkabata Kabupaten Polewali Mandar tahun 2017 sebanyak 830 orang ibu hamil dan jumlah persalinan di Puskesmas Pekkabata tahun 2017 sebanyak 716, sedangkan jumlah ibu hamil trimester III yang tercatat di Puskesmas Pekkabata 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Oktober 64 orang, bulan November 78 orang dan bulan Desember 66 orang ibu hamil. Penyebab nyeri pada persalinan meliputi faktor fisiologis dan psikologis, faktor fisiologis merupakan intensitas rasa nyeri yang bertambah dari pembukaan satu sampai sepuluh semakin bertambah tinggi dan semakin sering sebanding dengan kekuatan kontaksi dan tekanan bayi terhadap struktur panggul, diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir. Sedangkan faktor psikologis merupakan rasa takut dan cemas yang berlebihan, rasa cemas yang berlebihan ini akan mempengaruhi rasa nyeri.7 Respon fisiologis yang tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan masalah lain yaitu respon psikologis, dengan meningkatnya kecemasan karena kurangnya pengetahuan dan belum ada pengalaman pada ibu primigravida saat menghadapi persalinan sehingga produksi hormon adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi yang menyebabkan aliran darah ibu ke janin menurun, janin akan mengalami hipoksia sedangkan ibu akan mengalami persalinan lama dan dapat meningkatkan tekanan sistolik dan diastolik.13 Nyeri pada saat persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, nyeri dirasa kuat dan teratur namun berlangsung lama, pembukaan serviks berlangsung selama 8 jam pada fase ini, seiring bertambahnya frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan semakin bertambah kuat dan memuncak pada fase aktif, dimana pada fase ini pembukaan lengkap berlangsung sekitar 4,6 jam bagi primipara dan 2,5 jam bagi multipara.15 Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri saat persalinan baik dengan farmakologi maupun non farmakologi.13



6



Upaya pengurangan nyeri non farmakologi lebih baik dilakukan karena tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal, lebih sederhana dan tanpa efek yang berbahaya. Pengurangan nyeri persalinan dengan metode non farmakologi salah satunya dengan teknik sentuhan atau massage. Dalam buku yang berjudul Introductory Maternity Nursing, sentuhan yang ringan dapat merangsang jalur saraf ke otak dan membuat pengalihan terhadap nyeri, serta dapat menghasilkan sensasi dan meningkatkan sirkulasi. Salah satu metode massage yang bisa digunakan yaitu massage effleurage.10 Massage merupakan metode non farmakologis yang memberikan tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya pada otot, tendon atau ligamen,



tanpa



menurunkan



menyebabkan nyeri,



pergeseran/perubahan



menghasilkan



relaksasi,



posisi dan



sendi



guna



meningkatkan



sirkulasi.8 Beberapa macam metode massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar sehingga mengurangi nyeri antara lain effleurage, deep back, firm counter pressure, dan abdominal lifting.5 Massage effleurage adalah pijat lambat dari perut atau bagian tubuh lain selama kontraksi. Massage effleurage tidak hanya dilakukan untuk manajemen nyeri pada persalinan saja, namun juga bisa digunakan untuk manajemen nyeri lainnya seperti nyeri post operasi, kecemasan, dan low back pain. Massage effleurage dapat menimbulkan efek relaksasi pada ibu inpartu. Ketika ibu inpartu mengalami relaksasi akan merangsang otak untuk menurunkan kadar hormon adrenalin serta meningkatkan produksi oksitosin, dimana oksitosin berperan penting dalam timbulnya kontraksi uterus yang adekuat.16 Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Nur Hiba di Semarang pada tahun 2015, yang menunjukkan bahwa ada pengurangan tingkat nyeri yang signifikan dengan adanya perbedaan pada responden sebelum diberikan massage effleurage rata-rata 3,78 dengan nyeri berat dan yang sudah diberikan massage effleurage 2,96 dengan nyeri sedang. Hasil penelitian Sri dan Endang di Klaten pada tahun 2015, juga menunjukkan bahwa massage effleurage berpengaruh untuk menurunkan nyeri, dengan rata-rata nyeri persalinan responden sebelum dilakukan massage effleurage adalah 5,11 dengan tingkat nyeri sedang dan rata-rata nyeri



7



persalinan sesudah dilakukan massage effleurage sebesar 2 dengan tingkat nyeri ringan. Effleurage massage adalah bentuk massage dengan menggunakan telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang. Massage ini bertujuan untuk untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan relaksasi fisik dan mental.Effleurage merupakan massageyang aman,



mudah



untuk



dilakukan,



tidak



memerlukan



banyak



alat,tidak



memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping, dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain.3 Tindakan utama effleurage massage merupakan aplikasi dari teori Gate Control yang dapat “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan rangsangnyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat, menunjukan bahwa effleurage massage dapat menurunkan nyeri.12



8



TUJUAN MATA KULIAH A. Tujuan Pembelajaran



1. Tujuan Umum Untuk memahami dan menerapkan massage terhadap nyeri persalinan 2. Tujuan Khusus a.



Persalinan 1) Pengertian persalinan 2) Tujuan asuhan persalinan 3) Sebab – sebab mulainya persalinan 4) Tanda – tanda persalinan 5) Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan 6) Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu bersalin 7) Kebutuhan ibu bersalin kala I – IV 8) Penatalaksanaan 9) Menolong persalinan sesuai 60 langkah APN



b.



Nyeri Persalinan 1) Definisi nyeri persalinan 2) Klasifikasi nyeri persalinan 3) Teori nyeri persalinan 4) Fisiologi nyeri persalinan 5) Penyebab nyeri persalinan 6) Dampak nyeri persalinan



c.



Massage 1) Pengertian massage 2) Teknik – teknik massage



9



URAIAN MATERI



KONSEP DAN ASUHAN NATURAL BASIC THERAPY PERSALINAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1.



Kompetensi Dasar Persalinan



Indikator a. Pengertian persalinan b. Tujuan asuhan persalinan c. Sebab – sebab mulainya persalinan d. Tanda – tanda persalinan e. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan f. Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu bersalin. g. Kebutuhan ibu bersalin kala I – IV. h. Penatalaksanaan. i. Menolong



persalinan



sesuai



langkah APN



2.



Nyeri Persalinan



a. Definisi nyeri persalinan b. Klasifikasi nyeri persalinan c. Teori nyeri persalinan d. Fisiologi nyeri persalinan e. Penyebab nyeri persalinan f. Dampak nyeri persalinan



3.



Massage



a. Pengertian massage b. Teknik – teknik massage



10



60



B. MATERI 1.



Konsep Dasar Persalinan a.



Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir2. Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), dimana janin dilahirkan secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin1. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan normal menurut IBI adalah persalinan dengan presentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam batas normal tanpa intervensi (penggunaan narkotik, epidural, oksitosin, percepatan persalinan, memecahkan ketuban dan episiotomi), beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu1. Defenisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat7. Jadi, persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks sehingga janin turun kedalam jalan lahir kemudia berakhir



11



dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap8. b.



Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal4.



c.



Sebab-sebab Mulainya Persalinan Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui secara pasti, kemungkinan adanya banyak faktor yang saling



berkaitan,



multifaktor.



sehingga



Beberapa



teori



pemicu yang



persalinanan kompleks



menjadi



menganggap



berpengaruh terhadap kejadian persalinan yaitu fetus, plasenta, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh tekanan saraf dan nutrisi4. Berbagai penelitian tentang permulaan persalinan berfokus pada keseimbangan kadar hormon yang merangsang kontraksi dan kadar hormon yang cenderung merelaksasikan otot-otot uterus. Perubahan ratio kadar estrogen-progesteron darah maternal meningkat waktu persalinan, sehingga meningkatkan sensifitas uterus untuk berkontraksi. Stimulasi kontraksi uterus dilakukan oleh prostaglandin membran fetus dan oksitosin kelenjar hipofisis posterior ibu11.



12



Estrogen dan progesteron merupakan hormon yang dominan saat hamil, dimana hormon estrogen berpengaruh terhadap peningkatan sensivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanis. Progesteron berfungsi mempengaruhi penurunan sensifitas otot rahim, menghambat penerimaan rangsangan dari luar dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Pada masa kehamilan kadar estrogen dan progesteron dalam kondisi yang seimbang, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun dan kadar estrogen sangat meningkat karena kenaikan sekresi cortico tropin releasing hormone (CTRH) oleh plasenta yang mengstimulasi hipofisis anterior fetus agar mensekresi adreno cortico tropic hormone (ACTH) sehingga kelenjar adrenal fetus mensekresi kortisol dan dehidroepiandrosteron



(DHEA)



kemudian



diubah



menjadi



estrogen13. Penurunan produksi progesteron plasenta dan peningkatan produksi estrogen, kenaikan produksi glokokortikoid dan androgen oleh adrenal fetus menyebabkan terjadinya kontraksi uterus sehingga bagian terendah janin mengalami penurunan hingga masuk PAP. Adanya kontraksi uterus dan perlunakan serviks menyebabkan bagian terendah janin semakin menurun dan pengeluaran lendir serviks akan semakin banyak10. Berdasarkan



uraian



diatas



ada



beberapa



teori



yang



mengemukakan tentang penyebab terjadinya persalinan : 1)



Teori keregangan Otot uterus dapat meregang dalam batas waktu tertentu, sehingga dapat terjadi kontraksi. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang dapat mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, sehingga dapat mengganggu sirkulasi utero



13



plasenta. Hal



ini



dapat



membuat



uterus



mengalami



degenerasi. 2)



Teori penurunan progesterone (teori progesterone-withdrawl) Penimbunan



jaringan



ikat



kematangan plasenta memasuki chorionic



mengalami



terjadi



ketika



usia



minggu ke-28. Villi



perubahan



sehigga



produksi



progesteron menurun. Hal ini menyebabkan otot uterus lebih sensitif terhadap oksitosin sehingga terjadi kontraksi. 3)



Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan



keseimbangan



estrogen



dan



progesteron



mengubah sensifitas otot uterus sehingga terjadi kontraksi braxton hicks. Oksitosin membuat uterus berkontraksi, dan prostaglandin melunakan serviks. Jones dalam Indrayani menulis bahwa penyebab kontraksi uterus tidak efisien adalah faktor psikologi, karena emosi akan memengaruhi akifitas hipotalamus yang berakibat pada pengeluaran oksitosin dari kelenjar pituitari posterior. 4)



Teori prostaglandin Prostagladin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh kelenjar desidua dan jika terjadi peningkatan berlebihan maka dapat menyebabkan kontraksi uterus.



5)



Teori hipotalamus-pituitari-glandula-suprarenalis Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan



persalinan,



karena



hipotalamus



tidak



terbentuk. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara hipotalamus dan pituitari dengan mulainya persalinan, sedangkan glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.



14



6)



Teori berkurangnya nutrisi Jika nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.



7)



Teori plasenta menjadi tua Semakin tuanya plasenta akan menyababkan penurunan kadar estrogen dan progesteron yang berdampak pada kontriksi pembuluh darah sehingga uterus berkontraksi.



8)



Teori iritasi mekanik Dibagian belakang serviks terdapat ganglion servicale. Penurunan bagian terendah janin akan menekan dan menggeser galion sehingga menyebabkan kontraksi15.



d.



Tanda-tanda Persalinan Tanda-tanda persalinan yaitu: 1)



Tanda-tanda persalinan sudah dekat : a)



Laightening Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin dengan kepala kearah bawah. Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil sebagai terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang, dibagian bawah terasa sesak, terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi.



b)



His permulaan Makin tuanya kehamilan, pengeluaran esterogen dan progesterone makin berkurang sehingga produksi oksitosin



meningkat,



menimbulkan



kontraksi



dengan yang



demikian lebih



sering.



akan His



permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his



15



palsu. Sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan, serta durasinya pendek tidak bertambah bila beraktivitas15. 2)



Tanda-tanda timbulnya persalinan a)



Terjadinya his persalinan His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. Pengaruh his sehingga dapat menimbulkan desakan daerah uterus (meningkat), terhadap janin (penurunan), terhadap korpus uteri (dinding menjadi tebal), terhadap istimus uteri (teregang dan menipis), dan terhadap kanalis servikalis (effacement dan pembukaan). His persalinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut : (1)



Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan



(2)



Sifat his teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakin besar



(3)



Terjadi perubahan pada serviks



(4)



Jika pasien menambah aktivitasnya misalnya dengan berjalan, maka kekuatan his akan bertambah13.



b)



Pengeluaran lendir darah (blood show) Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang yang dimaksud dengan blood show. Blood show paling sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.



16



Blood show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasanya dalam 24-48 jam13. c)



Perubahan serviks Pada akhir bulan ke-9, hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa serviks sebelumnya tertutup, panjang, dan kurang lunak menjadi lebih lunak. Hal ini telah terjadi pembukaan dan penipisan serviks. Perubahan ini berbeda pada masing-masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm, namun pada sebagian besar primipara serviks masih dalam keadaan tertutup13.



d)



Pengeluaran cairan ketuban Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung 24 jam13.



e.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : 1)



Passage Passage adalah jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina. Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai2. Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang panggul dan sendi–sendinya) dan bagian lunak (otot–otot atau jaringan, dan ligament), tulang-tulang panggul



17



meliputi dua tulang pangkal paha (os coxae), satu tulang kelangkang (os sacrum), dan satu tulang tungging (os coccygis)2. Ukuran-ukuran panggul terdiri dari : a)



Pintu atas panggul (PAP) Batas-batas PAP adalah promontorium, sayap sacrum, linea innominata, superior osis pubis, dan tepi atas simfisis. Ukuran-ukuran PAP yaitu :



b)



Ukuran



muka



belakang/diameter



posterior/conjugata



vera



(CV)



antero



adalah



dari



promontorium ke pinggir atas simfisis >11 cm. Cara mengukur CV = CD-1½. CD (conjugata diagonalis) adalah jarak antara promontorium ketepi atas simfisis. c)



Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea iniminata diambil tegak lurus pada conjugata vera (12,5- 13,5).



d)



Ukuran



serong



dari



artikulasio



sakroiliaka



ke



tuberkulum pubikum dari belahan panggul yang bertentangan. e)



Bidang luas panggul Bidang luas panggul adalah bidang dengan ukuranukuran yang terbesar terbentang antara pertengahan asetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.



f)



Bidang sempit panggul Bidang sempit panggul adalah bidang dengan ukuranukuran yang terkecil. Terdapat setinggi tepi bawah simfisis, kedua spina iskiadika dan memotong sacrum 1-2 cm diatas ujung sacrum. Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm dan diameter



18



segitalis posterior (dari sacrum ke pertengahan antara spina ischiadica) 5 cm. g)



Pintu bawah panggul (PBP) Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama, yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber iskiadikum kiri dan kanan. Puncak segitiga belakang adalah ujung os sacrum sedangkan segitiga depan adalah arkus pubis. Ukuran-ukuran PBP : (1)



Ukuran muka belakang, yaitu dari pinggir bawah simfisis ke ujung sacrum (11,5 cm)



(2)



Ukuran melintang antara tuber iskiadikum kiri dan kanan sebelah dalam (10,5 cm)



(3)



Diameter sagitalis posterior, dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5 cm)1.



h)



Bidang hodge Bidang hodge antara lain sebagai berikut : (1)



Hodge I : Dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simpisis dan promontorium.



(2)



Hodge II



: Sejajar dengan hodge I setinggi



pinggir bawah simpisis. (3)



Hodge III: Sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.



(4)



Hodge IV : Sejajar hodge I, II, III setinggi os coccygis1.



2)



Passanger Menurut Indrayani dan Moudy (2016),



faktor



passanger terdiri atas empat komponen yaitu :



19



a)



Janin Janin bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor diantaranya ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin1. (1) Kepala janin dan ukuran-ukurannya : (a) Tulang tengkorak. i.



Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak



ii.



Bagian



tengkorak,



meliputi



os



frontalis, os parietalis, os temporalis dan os occipitalis iii.



Sutura,



meliputi



sutura



frontalis,



sutura sagitalis, sutura coronaria dan sutura lambdoidea iv.



Ubun-ubun



(fontanel),



meliputi



fontanel mayor, bregma dan fontanel minor (b) Ukuran-ukuran kepala i.



Diameter Diameter cipito frontalis ±12 cm Diameter mentooccipitalis ±13,5 cm Diameter sub occipito bregmatika ±9,5 cm Diameter biparietalis ±9,25 cm Diameter ditemporalis ±8 cm



ii.



Ukuran keliling Cirkumferensial fronto occipitalis ±34 cm Cirkumferensial mento occipitalis ±35 cm



20



Irkumferensialsub occipito bregmatika ±32 cm (2) Ukuran badan yang lain (a) Bahu



: Jarak (12 cm) dan lingkaran (34



cm) (b) Bokong : Jarak trochanter (9,5-10 cm) (3) Presentase janin dan janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir, seperti presentase kepala (muka, dahi), presentasi bokong (letak lutut atau letak kaki), dan presentase bahu (letak lintang). (4) Sikap janin Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi dan defleksi. b)



Tali pusat (1) Struktur tali pusat Pada saat aterm, panjang tali pusat berkisar 30-90 cm namun rata-rata 55-60 cm dengan diameter



2



cm.



Pembuluh-pembuluh



darah



biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri dan berkelok-kelok hingga menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat yang disebut simpul palsu. Tali pusat mengandung dua arteri umbilikus dan satu vena umbilikus selebihnya mengandung banyak air, maka setelah bayi lahir, tali pusat menjadi kering dan terlepas4. (2) Fungsi tali pusat Dua arteri umbilikus



pada



tali



pusat



berfungsi mengalirkan darah yang mengandung hasil buangan limbah dan karbondioksida dari janin ke plasenta. Satu vena umbilikus berfungsi mengalirkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi



21



dari plasenta ke janin. Jeli Wharton berfungsi untuk



mencegah



kompresi



pembuluh



darah



sehingga pemberian makan yang kontinyu untuk embrio-janin terjamin4. c)



Plasenta Plasenta terbentuk bunda atau oval, ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm dan berat 500-600 gram2.



d)



Air ketuban Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air ketuban berfungsi sebagai “bantalan” untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Dan juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sasaran yang memungkinkan janin bergerak bebas1.



3)



Power (kekuatan) Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar terdiri dari18 : a)



His (kontraksi) His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum rotundum.



b)



Tenaga mengejan Tenaga merupakan power yang mendorong anak keluar. Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : (1) Kontraksi simetris (2) Kontraksi dominan 22



(3) Relaksasi (4) Involunter (terjadi diluar kehendak) (5) Intermitten (terjadi secara berkala) (6) Terasa sakit (7) Terkoordinasi (8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis Pembagian his dan sifat-sifatnya sebagai berikut12 : (1) His pendahuluan His tidak kuat, tidak teratur dan menyebabkan blood show. (2) His pembukaan His yang terjadi sampai pembukaan serviks 10 cm, mulai kuat, teratur, terasa sakit atau nyeri. (3) His pengeluaran Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama, merupakan his untuk mengeluarkan janin. Koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament. (4) His pelepasan uri (kala III) Kontraksi sedang untuk melepas dan melahirkan plasenta.



23



(5) His pengiring Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari. 4)



Psikis Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat mereka merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realita kewanitaan sejati8. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir persalinannya. Membantu wanita menghemat tenaga, mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi proses kecemasan pasien10.



5)



Posisi Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi



persalinan.



Posisi



tegak



memberi



sejumlah



keuntungan. Mengubahnya memberi sedikit rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi



normal



meningkat



selama



persalinan



seiring



kontraksi uterus mengembalikan darah ke pembuluh darah10. Peningkatan curah jantung memperbaiki aliran darah ke unit utero plasenta dan ginjal ibu. Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan dalam posisi jongkok atau setengah duduk, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan dengan otot uterus)13.



24



f.



Perubahan dan Adaptasi Fisiologi dan Psikologis pada Ibu Bersalin 1)



Perubahan fisiologi dan psikologi kala I a)



Perubahan dan adaptasi fisiologis yaitu : (1)



Perubahan uterus Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon



progesterone



yang



menyebabkan



keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan. Kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring2. (2)



Perubahan serviks Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE (Ostium Uteri Eksternum) karena otot yang melingkar disekitar ostium, meregangkan untuk dapat dilewati kepala. Pada primigravida dimulai dari OUI (ostium uteri internum) terbuka lebih dahulu sedangkan ostium eksternal membuka pada saat persalinan terjadi. Pada



multigravida



ostium



uteri



internum-



eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi11.



25



(3)



Perubahan kardiovaskuler Selama kala I kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat rata-rata 15 mmHg4. Saat mengejan kardiak output meningkat 40-50%. Pada persalinan kala I curah jantung meningkat 20% dan lebih besar pada kala II 50%. Peningkatan



aktivitas



jantung



direfleksikan



dengan peningkatan suhu tubuh, denyut jantung, respirasi kardiak output dan kehilangan cairan3. (4)



Perubahan tekanan darah Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara kontraksi-kontraksi uterus. Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia14.



26



(5)



Perubahan nadi Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan. Hal



ini



mencerminkan



kenaikan



dalam



metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupkan hal yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi14. (6)



Perubahan suhu Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi selama persalinan



dan



segera



setelah



persalinan2.



Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1ºC. Suhu badan yang sedikit naik merupakan hal yang wajar, namun keadaan ini berlangsung lama, keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Pemantauan parameter lainnya harus dilakukan yaitu saat selaput ketuban pecah atau belum, karena hal ini merupakan tanda infeksi4. (7)



Perubahan pernafasan Kenaikan



pernafasan



dapat



disebabkan



karena adanya rasa nyeri, kekwatiran serta penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar.



27



Untuk



itu



diperlukan



tindakan



untuk



mengendalikan pernapasan (untuk menghindari hiperventilasi)



yang



ditandai



pusing13.



perasaan



menyebabkan meningkat),



oleh



adanya



Hiperventilasi



dapat



alkalosis hipoksia



respiratorik dan



(pH



hipokapnea



(karbondioksida menurun), pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat16. (8)



Perubahan metabolisme Selama



persalinan



baik



metabolisme



karbohidrat aerob maupun anaerob akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilangan cairan3. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makan makanan ringan selama persalinan. Hal ini dikarenakan makanan



dan



cairan



yang



cukup



selama



28



persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi, dimana dehidrasi bisa memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif8. (9)



Perubahan ginjal Kandung kemih harus dikontrol setiap dua jam yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urine setelah melahirkan12. Hal ini bermakna bahwa kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) untuk mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama yang akan mengakibatkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selam pasca partum awal10.



(10) Perubahan pada gastrointestinal Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Makanan yang diingesti selama periode menjelang persalinan



29



atau fase prodormal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap berada didalam lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan17. Hal ini bermakna bahwa lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, ibu dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi. Pemberian obat oral tidak efektif selama persalinan16. (11) Perubahan hematologi Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal14. b)



Perubahan dan adaptasi psikologis kala I : (1)



Fase laten Pada fase ini, wanita mengalami emosi yang bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia



30



dan bebas karena kehamilan dan penantian yang panjang



akan



mempersiapkan



segera



berakhir,



diri



sekaligus



tetapi



ia



memiliki



kekhawatiran apa yang akan terjadi. Namun wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri terhadap apa yang akan terjadi, fase laten persalinan akan menjadi waktu dimana ibu akan banyak berteriak dalam ketakutan bahkan pada kontraksi yang paling ringan sekalipun dan tampak tidak mampu mengatasinya seiring frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin jelas bahwa ibu akan segera bersalin. Bagi wanita yang telah banyak menderita menjelang akhir kehamilan dan pada persalinan palsu, respon emosionalnya pada fase laten persalinan kadang-kadang dramatis, perasaan lega, relaksasi dan peningkatan kemampuan koping tanpa memperhatikan tempat persalinan8. (2)



Fase aktif Pada



fase



ini



kontraksi



uterus



akan



meningkat secara bertahap dan ketakutan wanita pun meningkat. Pada saat kontraksi semakin kuat, lebih lama, dan terjadi lebih sering, semakin jelas



31



baginya



bahwa



semua



itu



berada



diluar



kendalinya. Dengan kenyataan ini wanita ingin seseorang mendampinginya karena dia takut ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi8. (3)



Fase transisi Pada fase ini biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang mencolok, rasa tidak nyaman yang menyeluruh, bingung, frustasi, emosi akibat keparahan kontraksi, kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis, mudah marah,



takut



dan



menolak



hal-hal



yang



ditawarkan padanya8. Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis seorang wanita yang sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung persiapan dan



bimbingan



antisipasi



yang



diterima,



dukungan yang diterima dari pasangannya, orang dekat lain, keluarga, dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang dikandung merupakan bayi yang diinginkan4.



32



Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali bersalin yaitu : (a)



Perasaan tidak enak dan kecemasan



(b)



Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapi



2)



(c)



Menganggap persalinan sebagai cobaan



(d)



Apakah bayi normal atau tidak



(e)



Apakah ibu sanggup merawat bayinya



Perubahan fisiologis dan psikologis kala II a)



Kontraksi Kontraksi bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoksia dari sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik dan kekuatan kontraksi. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam interval antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam dua menit8.



33



b)



Pergeseran organ dalam panggul Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi secara singkat segmen atas rahim berkontraksi, jadi tebal dan mendorong anak keluar, sedangkan segmen bawah rahim dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga menjadi saluran yang tipis dan teregang sehingga dapat dilalui bayi15. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas, yakni setelah kontraksi otot uterus tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi ini maka rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong kebawah dan tidak naik lagi keatas setelah his hilang. Akibat dari retraksi ini segmen atas rahim semakin tebal dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir. Kosongnya kandung kemih dapat



34



memperluas jalan lahir yakni vagina dapat meregang dengan bebas sehingga diameter vagina sesuai dengan ukuran kepala anak yang akan lewat dengan bantuan tenaga mengedan8. Dengan adanya kepala anak didasar panggul maka dasar panggul bagian belakang akan terdorong kebawah sehingga rektum akan tertekan oleh kepala anak. Dengan adanya tekanan dan tarikan pada rektum ini maka anus akan terbuka, pembukaan sampai diameter 2,5 cm hingga bagian dinding depannya dapat kelihatan dari luar. Dengan tekanan kepala anak dalam dasar panggul, maka perineum menjadi tipis dan mengembang sehingga panjang.



Hal



ini



ukurannya



diperlukan



menjadi



untuk



lebih



menambah



panjangnya saluran jalan lahir bagian belakang. Dengan mengembangnya perineum maka orifisium vagina terbuka dan tertarik keatas sehingga dapat dilalui anak14. c)



Ekspulsi janin Dalam persalinan, presentasi yang sering kita jumpai adalah presentasi belakang kepala, dimana presentasi ini masuk dalam PAP dengan sutura sagitalis melintang. Karena bentuk panggul mempunyai ukuran



35



tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala anak hampir sama besarnya dengan ukuran-ukuran dalam panggul, maka kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari PAP ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak bisa lahir8. 3)



Perubahan fisiologis dan psikologis kala III Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses ini merupakan kelanjutan dari proses persalinan sebelumnya. Selama kala III proses pemisahan dan keluarnya plasenta serta membran terjadi akibat faktor-faktor mekanis dan hemostasis yang saling mempengaruhi. Waktu pada saat plasenta dan selaputnya benar-benar terlepas dari dinding uterus dapat bervariasi. Rata-rata kala III berkisar antara 1530 menit, baik pada primipara maupun multipara4. Tempat perlengketan plasenta menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina. Karakteristik unik otot uterus terletak pada kekuatan retraksinya. Selama kala II persalinan, rongga uterus dapat secara cepat menjadi kosong, memungkinkan proses retraksi mengalami aselerasi. Dengan demikian, diawal kala III persalinan, daerah implantasi plasenta sudah mengecil. Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan sejumlah darah kecil akan merembes diantara sekat tipis lapisan berspons dan permukaan plasenta, dan membuatnya terlepas dari perlekatannya. Pada saat area permukaan plasenta yang melekat semakin berkurang,



36



plasenta yang relatif non elastis mulai terlepas dari dinding uterus4. Perlepasan biasanya dari tengah sehingga terbentuk bekuan retro plasenta. Hal ini selanjutnya membantu pemisahan dengan memberi tekanan pada titik tengah perlekatan plasenta sehingga peningkatan berat yang terjadi membantu melepas tepi lateral yang melekat. Proses pemisahan ini berkaitan dengan pemisahan lengkap plasenta dan membran serta kehilangan darah yang lebih sedikit. Darah yang keluar sehingga pemisahan tidak dibantu oleh pembentukan bekuan darah retro plasenta. Plasenta menurun, tergelincir kesamping, yang didahului oleh permukaan plasenta yang menempel pada ibu. Proses pemisahan ini membutuhkan waktu lebih lama dan berkaitan dengan pengeluaran membran yang tidak sempurna dan kehilangan darah sedikit lebih banyak. Saat terjadi pemisahan, uterus berkontraksi dengan kuat, mendorong plasenta dan membran untuk menurun kedalam uterus bagian dalam, dan akhirnya kedalam vagina2. 4)



Perubahan fisiologis dan psikologis kala IV Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam kemudian. Dalam kala IV pasien belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan karena ibu masih butuh pengawasan yang intensif disebabkan perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai tambahan, tanda-tanda vital manifestasi psikologi lainnya dievaluasi sebagai indikator pemulihan dan stres persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas yang paling pokok adalah perubahan peran, hubungan keluarga akan dibentuk selama jam tersebut, pada saat ini sangat penting



37



bagi proses bounding attachment, dan sekaligus insiasi menyusui dini (IMD)2. a)



Uterus Setelah



kelahiran



plasenta,



uterus



dapat



ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang lebih 2/33/4 antara simfisis pubis dan umbilicus. Jika uterus ditemukan ditengah diatas simpisis, maka hal ini menandakan adanya darah di kafum uteri dan butuh untuk ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilicus dan bergeser paling umum kekanan menandakan adanya kandung kemih penuh, sehingga mengganggu kontraksi uterus dan memungkinkan peningkatan perdarahan. Jika pada saat ini ibu tidak dapat berkemih secara spontan, maka sebaiknya dilakukan kateterisasi untuk mencegah terjadinya perdarahan. Uterus yang berkontraksi normal harus terasa keras ketika disentuh atau diraba4. Jika segmen atas uterus terasa keras saat disentuh, tetapi terjadi perdarahan, maka pengkajian segmen bawah uterus perlu dilakukan. Uterus yang teraba lunak, longgar, tidak berkontraksi dengan baik, hipotonik, dapat menjadi pertanda atonia uteri yang merupakan penyebab utama perdarahan post partum1.



38



b)



Serviks, vagina dan perineum Segera setelah lahiran serviks bersifat patulous, terkulai dan tebal. Tepi anterior selama persalinan atau setiap bagian serviks



yang terperangkap



akibat



penurunan kepala janin selam periode yang panjang, tercermin pada peningkatan oedema dan memar pada area tersebut. Perineum yang menjadi kendur dan tonus vagina



juga



tampil



jaringan,



dipengaruhi



oleh



peregangan yang terjadi selama kala II persalinan. Segera setelah bayi lahir tangan bisa masuk, tetapi setelah dua jam introitus vagina hanya bisa dimasuki dua atau tiga jari14. c)



Tanda vital Tekanan darah, nadi dan pernapasan harus kembali stabil pada level prapersalinan selama jam pertama pasca partum. Pemantauan takanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini merupakan satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan. Sedangkan suhu tubuh ibu meningkat, tetapi biasanya dibawah 38ºC dan dapat kembali normal dalam dua jam pasca partum14.



39



d)



System gastrointestinal Rasa mual dan muntah selama masa persalinan akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar, hal ini disebabkan karena proses persalinan yang mengeluarkan atau memerlukan banyak energy15.



e)



System renal Urine yang tertahan menyebabkan kandung kemih lebih membesar karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada uretra selama persalinan. Mempertahankan kandung kemih wanita agar tetap kosong selama persalinan dapat menurunkan trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih harus tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atonia. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan risiko perdarahan dan keparahan nyeri. Jika



ibu



belum



bisa



berkemih



maka



lakukan



kateterisasi14. g.



Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala I-IV 1) Pendampingan keluarga Salama proses persalinan, ibu membutuhkan teman dari keluarga, misalnya suami, keluarga, orang tua atau kerabat. Libatkan keluarga untuk membantu ibu berganti posisi, teman bicara, memberi makan dan minum, serta memijat bagian pinggang untuk mengurangi nyeri10.



40



2) KIE proses persalinan Penolong memberikan pengertian tentang tahapan dan kemajuan proses persalinan agar ibu tidak cemas menghadapi persalinan4. 3) Dukungan psikologi Dukungan psikologi dapat diberikan dengan bimbingan dan menanyakan apakah ibu perlu pertolongan, serta berikan kenyamanan agar ibu tenang menghadapi persalinan4. 4) Posisi Tidur Tidur miring kiri untuk mempercepat penurunan kepala serta pembukaan serviks, posisi saat meneran tergantung keinginan ibu untuk memilih posisi yang nyaman18. 5) Pemberian nutrisi Ibu perlu diperhatikan untuk pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dan nutrisi untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi14. Setelah persalinan kala III, sebaiknya ibu dan bayi tetap dipantau oleh bidan, sampai dipastikan ibu dan bayi aman karena kebanyakan ibu merasa tidak nyaman dan ingin segera melakukan kebersihan diri. Sebagian besar ibu ingin menyusui bayi atau memeluk bayinya, hal ini berguna untuk merangsang kontraksi. Ibu perlu mengosongkan kandung kemih dan ibu perlu didampingi suami atau keluarga2. h.



Penatalaksanaan 1) Manajemen persalinan kala I a) Perubahan kala I Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau dikenal dengan his yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi sampai 10 cm (pembukaan lengkap)8.



41



Secara klinis dimulainya kala I persalinan ditandai adanya his serta pengeluaran darah bercampur lendir. Lendir berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks membuka dan mendatar, sedangkan darah berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Fase tersebut pada primigravida berlangsung sekitar 13 jam, sedangkan pada multigravida sekitar 7 jam8. Fase kala I terdiri atas : (1) Fase laten : pembukaan 0 sampai 3 cm dengan lamanya sekitar 8 jam (2) Fase aktif, terbagi atas : (a) Fase akselerasi : Pembukaan yang terjadi sekitar 2 jam, dari mulai 3 cm menjadi 4 cm (b) Fase



dilatasi



maksimal



:



Pembukaan



berlangsung 2 jam, terjadi sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm (c) Fase deselerasi : Pembukaan terjadi sekitar 2 jam dari pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap b) Pemantauan kemajuan persalinan kala I (1) Penggunaan partograf Merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi atau riwayat dan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan dan alat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I8. Kegunaan partograf yaitu mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam, menentukan persalinan berjalan normal dan



42



mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama dan jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong untuk 4: (a) Pemantauan



kemajuan



persalinan,



kesejahteraan ibu dan janin. (b) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. (c) Mengidentifikasi secara dini adanya penyulit. (d) Membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. (e) Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala I, tanpa menghiraukan apakah



persalinan



normal



atau



dengan



komplikasi di semua tempat, secara rutin oleh semua penolong persalinan. (2) Pencatatan partograf (a)



Kemajuan persalinan : i. Pembukaan (Ø) serviks Pembukaan serviks dinilai pada saat melakukan pemeriksaan vagina dan ditandai



dengan



huruf



(X).



Garis



waspada adalah sebuah garis yang dimulai pada saat pembukaan serviks 4 cm hingga titik pembukaan penuh yang diperkirakan dengan laju 1 cm/jam. Penilaian pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam8.



43



ii. Penurunan kepala janin Penurunan dinilai melalui palpasi abdominal. Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada tanda-tanda “turunnya



penyulit. kepala”



Kata-kata



dan



garis



tidak



terputus dari 0/5, tertera disisi yang sama dengan



angka



pembukaan



serviks.



Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus8. iii. Kontraksi uterus Periksa



frekuensi



dan



lamanya



kontraksi uterus setiap jam fase laten dan tiap 30 menit selama fase aktif. Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit. Catat lamanya kontraksi dalam hitungan detik dan gunakan lambang yang sesuai yaitu kurang dari 20 detik titik-titik, antara 20 dan 40 detik diarsir, dan lebih dari 40 detik diblok. Catat temuan-temuan



dikotak



yang



bersesuaian dengan waktu penilai8. (b)



Keadaan janin i. Denyut jantung janin (DJJ) Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini



44



menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 1 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160 x/menit8. ii. Warna dan adanya air ketuban Nilai



air



ketuban



setiap



kali



dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selabut ketuban pecah8. Gunakan lambing berikut ini : U



:



Selaput ketuban masih utuh



J



:



Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih



M



:



Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium



D



:



Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah



K



:



Air ketuban pecah tapi sudah



45



kering iii. Molase tulang kepala janin Molase



berguna



untuk



memperkirakan seberapa jauh kepala bisa menyesuaikan dengan bagian keras panggul4. Kode molase yaitu : 0



:



Tulang-tulang



kepala



janin



terpisah, sutura dapat dengan mudah dilepas 1



:



Tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan



2



:



Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan



3



:



Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak bisa dipisahkan.



(c)



Keadaan ibu Yang perlu diobservasi yaitu tekanan darah, nadi dan suhu, urine (volume, protein), obat-obatan atau cairan IV, catat banyaknya oksitosin pervolume cairan IV dalam hitungan tetes/menit bila dipakai dan catat semua obat tambahan yang diberikan15.



46



i. Informasi tentang ibu Terdiri dari nama, umur, GPA, nomor register, tanggal dan waktu mulai dirawat, dan waktu pecahnya selaput ketuban. Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase aktif adalah DJJ tiap 30



menit,



frekuensi



dan



lamanya



kontraksi uterus tiap 30 menit, nadi tiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan setiap 4 jam, tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam, urine aseton protein tiap 2-4 jam yang dicatat setiap kali berkemih14. ii. Memberikan dukungan persalinan Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan ciri pertanda dari kebidanan, artinya kehadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan. Kelima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan yaitu asuhan tubuh atau fisik, kehadiran seorang pendamping, keringanan dan rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, serta informasi dan kepastian tentang hasil yang aman16.



47



iii. Mengurangi rasa sakit Pendekatan-pendekatan



untuk



mengurangi rasa sakit saat persalinan adalah seseorang yang dapat mendukung persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan latihan pernapasan, istirahat dan privasi, penjelasan mengenai proses, kemajuan dan prosedur15. (3) Persiapan persalinan Yang perlu dipersiapkan, yakni ruang bersalin dan asuhan BBL, perlengkapan dan obat esensial, rujukan (bila diperlukan), asuhan sayang ibu dalam kala I, dan upaya pencegahan infeksi yang deperlukan18. 2) Manajemen persalinan kala II Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah masuk ke panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Karena muncul tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB karena dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala dan seluruh tubuh bayi, kala II pada primi berlangsung 1,5 jam dan pada multi 0,5-1 jam18. a)



Pemantauan pada ibu (berlangsung 2 jam bagi primipara dan 1 jam bagi multipara) meliputi : (1)



Kontraksi atau his terjadi secara sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu sekitar 2 menit, lamanya 60-90 detik dan dipantau setiap 30 menit.



48



(2)



Tanda dan gejala kala II yaitu : (a) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya (teknus) (b) Perineum menonjol (perjol) (c) Vulva/vagina dan sfingter ani membuka (vulka) (d) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (e) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat



(3)



Denyut nadi ibu biasanya sama seperti masa hamil 60-160 x/menit diantara kontraksi. Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit, jumlah denyut nadi bisa tinggi saat ada kontraksi. Denyut nadi cepat bila ada infeksi, banyak kehilangan darah, dehidrasi dan adanya rasa takut.



(4)



Tekanan darah, suhu, pernapasan, dilakukan setiap 30 menit.



(5)



Urine (protein urine dan keton).



(6)



Nutrisi (minum dan makan).



(7)



Kemajuan persalinan : Pembukaan serviks (setiap 60 menit jika ada indikasi), penurunan kepala janin (setiap 30 menit melalui pemeriksaan dalam).



b)



Pemantauan pada janin (menurut Nurasiah, dkk, 2014) meliputi : (1)



Sebelum lahir : Denyut jantung janin setelah setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit. DJJ melambat karena tali plasenta pendek atau melilit, bayi tidak sehat, air ketuban tidak cukup, plasenta tidak bekerja dengan baik, plasenta terpisah dari rahim,



49



dan kontraksi terlalu kuat. Hal yang bisa menyebabkan detak jantung berjalan cepat karena ibu mengalami dehidrasi, ibu dan bayi terinfeksi, ibu mengalami perdarahan, pembukaan serviks terlalu lama dan adanya robekan. (2)



Saat lahir : Pernapasan bayi, tangisan, tonus otot dan warna kulit.



c)



Mekanisme persalinan Mekanisme persalinan adalah rangkaian gerakan pasif dari janin terutama yang terkait dengan bagian terendah janin. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa selama proses persalinan janin melakukan gerakan utama yaitu turunnya kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar dan ekspulsi. Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan8.



d)



Posisi meneran Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik. Posisi meneran dalam persalinan, antara lain posisi miring, jongkok, merangkak, semi duduk dan posisi duduk13.



e)



Persiapan penolong persalinan, yaitu sarung tangan, perlengkapan



pelindung



pribadi,



persiapan



tempat



persalinan, peralatan dan bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi, serta persiapan ibu dan keluarga16.



50



3) Manajemen aktif kala III a)



Pemberian oksitosin Dilakukan satu menit pertama setelah bayi lahir setelah dipastikan tidak ada bayi kedua karena oksitosin dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskular pada sepertiga bagian atas paha bagian luar3.



b)



Penegangan tali pusat terkendali (1)



Berdiri disamping ibu, memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva untuk mencegah avulsi.



(2)



Meletakan tangan lain pada abdomen ibu untuk meraba kontraksi uterus dan melakukan dorongan dorso kranial saat terjadi kontraksi.



(3)



Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Pada saat plasenta terlihat pada introitus



vagina,



lahirkan



plasenta



dengan



mengangkat tali pusat keatas dan topang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakan pada wadah penampung. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal, periksa vagina dan serviks dengan hati-hati dengan jari-jari untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban10. c)



Masase uterus Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit satu jam kedua pasca persalinan11.



51



4) Manajemen kala IV Kala IV dimulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam postpartum.. a)



Evaluasi uterus Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus ke bentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan ibu14.



b)



Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya robekan jalan lahir, periksa darah perineum, vagina dan vulva. Setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan segera dilakukan penjahitan bila diperlukan15.



c)



Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV (1)



Vital sign Jika denyut nadi normal maka tekanan darah 380C dapat disebabkan oleh dehidrasi atau infeksi



(3)



Tonus otot dan ukuran tinggi uteri Lakukan masase jika uterus teraba lembek



(4)



Perdarahan Perdarahan



yang



normal



adalah



satu



pembalut selama enam jam pertama.



52



(5)



Kandung kemih Jika



kandung kemih penuh, uterus tidak



berkontraksi dengan baik (6)



Lochea (a)



Lochea Rubra : Darah segar,



sel-sel



desidua dan chorion terjadi selama dua hari pasca persalinan. (b)



Lochea



Sanguilenta



:



Warna



merah



kekuningan, berisi darah lendir, terjadi pada hari ke 3-7. (c)



Lochea Serosa : Warna kuning dan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14.



(d)



Lochea Alba : Cairan putih, terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan.



i.



Menolong persalinan sesuai 60 langkah APN18. 1)



Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II : a)



Ibu sudah merasa adanya dorongan kuat untuk meneran



b)



Ibu sudah merasa adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina



2)



c)



Perineum tampak menonjol



d)



Vulva dan sfingter ani membuka



Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. a)



Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan :



b)



Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat



c)



Tiga handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bau bayi)



d)



Alat penghisap lendir



e)



Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.



53



3)



4)



Untuk ibu a)



Menggelar kain diperut bawah ibu



b)



Menyiapkan oxytocin 10 IU



c)



Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set



Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.



5)



Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue/handuk yang bersih dan kering.



6)



Memakai satu sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.



7)



Memasukkan oxytocin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT/steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).



8)



Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi air DTT. a)



Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang



b)



Membuang



kapas



atau



kassa



pembersih



(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c)



Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%



9)



Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.



54



10)



Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.



11)



Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa



DJJ



dalam



batas



normal



(120-160



x/menit).



Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lain dalam partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pempinan meneran. 12)



Memberitahukan pada ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. a)



Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, kenyamanan



lanjutkan ibu



pemantauan dan



janin



kondisi (ikut



dan



pedoman



penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada b)



Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar



13)



Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengan duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.



14)



Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat



55



a)



Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif



b)



Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai



c)



Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)



d)



Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi



e)



Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan semangat



f)



Berikan cairan peroral (minum)



g)



Menilai DJJ setiap kontraksi uterus berhenti



h)



Segera rujuk bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengkap dan pimpin meneran ≥120 menit (2 jam) pada primigravida, dan ≥60 menit (1 jam) pada multigravida



15)



Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.



16)



Letakkan kain bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.



17)



Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.



18)



Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.



19)



Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.



20)



Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi



56



refleks dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal. 21)



Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal ini terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Perhatikan : a)



Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi



b)



Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut



22)



Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlansung secara spontan.



23)



Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.



24)



Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.



25)



Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).



26)



Lakukan penilaian selintas: a) Apakah bayi cukup bulan? b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?



57



c) Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut kelangkah resusitasi pada BBL dengan asfiksia (lihat penuntun belajar resusitasi bayi asfiksia). Bila semua jawabanya adalah “YA” lanjut kelangkah 26. 27)



Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan bersih. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut bagian bawah ibu.



28)



Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gameli).



29)



Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oxytocin agar uterus berkontraksi baik.



30)



Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan oxytocin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oxytocin).



31)



Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.



32)



Pemotongan dan pengikat tali pusat : a)



Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut



b)



Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya



58



c)



Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan



33)



Letakan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu dengan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel didada ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau aerola mammae ibu. a)



Selimuti ibu dan bayi dengan kain yang kering, bersih dan hangat, pasang topi dikepala bayi



b)



Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam



c)



Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusui dari satu payudara



d)



Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusui



34)



Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.



35)



Letakan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis),



untuk



mendeteksi



kontraksi.



Tangan



lain



memegang klem untuk menegangkan tali pusat. 36)



Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.



37)



Bila pada penekanan bagian bawah dinding didepan uterus kearah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat



59



kearah distal maka lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan. a)



Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya diregangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah sejajar lantai atas)



b)



Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta



c)



Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit meregangkan tali pusat : (1) Ulangi pemberian oxytocin kedua 10 unit IM (2) Lakukan katerisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh (3) Minta keluarga untuk meyiapkan rujukan (4) Ulangi tekanan dorsol kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya (5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual



38)



Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. a)



Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal



39)



Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan



60



lakukkan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). a)



Lakukan



tindakan



yang



diperlukakan



(kompresi



bimanual internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter), jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase 40)



Menilai perdarahan periksa kedua sisi plasenta (maternalfetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.



41)



Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat I dan II yang menimbulkan perdarahan.



42)



Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.



43)



Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan katerisasi.



44)



Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kadalam larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk.



45)



Anjurkan kepada ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.



46)



Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.



47)



Evaluasi dan estiminasi jumlah kehilangan darah.



48)



Pantau keadaaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-6 x/menit).



49)



Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.



50)



Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.



61



51)



Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakain yang bersih dan kering.



52)



Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan yang diinginkannya.



53)



Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin.



54)



Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



55)



Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue/handuk yang bersih dan kering.



56)



Pakai



sarung



tangan



bersih/DTT



untuk



melakukan



pemeriksaan fisik bayi. 57)



Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik, pernapasan normal (40-60 x/menit) dan temperatur tubuh normal (36-,5-37,50C) setiap 15 menit.



58)



Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi dalam didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.



59)



Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



60)



Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue/handuk yang bersih dan kering.



61)



Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV Persalinan.



62



2.



Nyeri Persalinan a.



Definisi Nyeri Persalinan Menurut association for the study of painnyeri di definisikan sebagai



pengalaman



emosional



dan



sensorik



yang



tidak



menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan6. Rasa nyeri pada persalinan di sebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah Rahim (selanjutnya servik) dan iskemia (hipoksia) otot-otot Rahim. Reaksi terhadap nyeri merupakan respon yang sifatnya sangat individual reaksi ini tergantung pada kepribadian, kondisi emosional, tingkat pemahaman pasien , latar belakang kultural, keluarga serta pendidikannya, dan pengalaman selanjutnya6. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif sensasi fisik yang terkait dengan uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafsan, keringat , diameter pupil dan ketegangan otot7. b.



Klasifikasi Nyeri Pada umumnya nyeri dibagi menjadi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis6 : 1)



Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot



2)



Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahanlahan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik.



63



c.



Teori Nyeri Persalinan Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai nyeri dalam persalinan. Beberapa ahli dalam kebidanan telah menggunakan beberapa teori meliput untuk menjelaskan mengenai nyeri dalam persalinan9. Teori nyeri tersebut antara lain adalah : 1)



Specificity teori Teori ini menyatakan bahwa reseptor nyeri tertentu doi stimulasi



oleh



tipe



stimulus



sensori



spesifik



yang



mengirimkan impuls ke otak. Teori ini menguraikan dasar fisiologi adanya nyeri tetapi tidak menjelaskan komponenkomponen foisiologis dari nyeri maupun derajat toleransi nyeri7. 2)



Pattern Teory Teori



ini



memasukan



factor-faktor



yang



tidak



dijelaskan oleh specificity teori . teori ini menyatakan bahwa nyeri berasal dari tanduk dorsal spinal cord. Pola impuls saraf tertentu diproduksi dan menghasilkan stimulasi reseptor kuat yang dikodekan dalam system saraf pusat dan menandakan nyeri. Teori ini juga tidak menjelaskan mengenai factorfaktor fisiologis nyeri7. 3)



Gate Control Teory Teori ini menyatakan bahwa keberadaan dan insensitas pengalaman nyeri tergantung pada transmisi tertentu pada impuls impuls saraf.mekanisme gate / pintu sepanjang system saraf mengontrol transmisi nyeri. Jika pintu atau gate terbuka, impuls menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Dan jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialami. Terdapat 3 tipe utama keterlibatan neurologis yang mempengaruhi apakah gate terbuka atau tertutup6, yaitu:



64



a)



Tipe pertama menyangkut aktifitas dalam serat saraf besar dan kecil yang mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri melalui serat-serat yang berdiameter kecil. Serat-serat yang berdiameter besar menutup gate pada impuls yang melalui serat-serat kecil. Tindakan yang menerapkan ini melalui massage , kompres panas dan dingin, sentuhan, acupressure, dan transcutaneous electric nerve stimulation.



b)



Tipe



kedua



yaitu



impuls-impuls



berasal



dari



brainstream yang mempengaruhi sensasi nyeri. Jika seseorang menerima jumlah stimulasi yang berlebihan, brainstream menstranmisikan impuls yang menutup gate dan menghambat impuls nyeri dari yang ditransmisikan. Jika pada bagian lain, klien mengalami kurangnya



input



sensorik,



brain



steam



tidak



menghambat impuls nyeri, gate terbuka, dan impuls nyeri di transimisikan. Tindakan yang menerapkan bagian ini adalah hubungan beberapa cara pada input sensori seperti teknik distraksi , guide, imagery, dan visualisasi. c)



Tipe ketiga adalah impuls neurologis dalam korteks cerebry atau thalamus. Pikiran,



emosi dan ingatan



seseorang dapat mengaktifkan impuls tertentu dalam korteks cerebry yang menimbulkan impuls nyeri yang ditransmisikan ketingkat kesadaran. Tindakan yang menerapkan teori ini meliputi mengajari berbagai teknik relaksasi. d.



Fisiologi Nyeri Persalinan Fisiologi atau alur terjadinya nyeri dalam persalinan yaitu sebagai berikut6 :



65



1)



Pada kala 1 nyeri sifatnya visceral karena kontraksi uterus dan dilatasi serviks oleh serabut saraf averence simpatis dan ditransmisikan ke medulla spinalis pada segmen throkal 10Lumbal 1 melalui serabut saraf delta dan serabut saraf C yang berasal dari dinding lateral dan fundus uterus. Rangsangan persalinan kala 1 ditransmisikan dari serabut saraf averence melalui fleksus hipogastric superior, inferior dan tengah ke medulla spinalis. Melalui rantai simpatik thorakal bawah dan lumbal, keganglia akar saraf posterior pada throkal 10 sampai lumbal 1. Nyeri dapat disebar dari area pelvis ke umbilicus, pada atas, area midsakral. Rasa nyeri pada kala 1 disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus , peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia Rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen local mengalami deficit) akibat kontraksi arteri miometrioum. Impuls nyeri di transmisikan oleh segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf – saraf asensorik thorokal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. Saraf-saraf ini beerasal dari korpus uterus dan serviks. Ketidaknayaman dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berkontraksi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha. Biasanye nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.



2)



Pada kala II merupakan nyeri somatic yang ditansimisikan melalui nervus udental yang berasal dari S2-S4. Pada kala ini intensitas nyerinya lebih terasa dan terlokalisasi.



e.



Penyebab Nyeri Persalinan Banyak teori dari banyak ahli kebidanan yang menjelakan mengenai penyebab nyeri persalinan17. Berikut ini dijelaskan penyebab nyeri persalinan :



66



1)



Rasa



nyeri



dan



tertahankan



menjelang



persalinan



menandakan bahwa tubuh sedang bekerja keras membuka mulut Rahim agar bayi turun melewati jalan lahir. 2)



Kontraksi Rahim sehingga otot-otot dinding Rahim mengerut dan menjepit pembuluh darah



3)



Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak disekitarnya meregang.



4)



Rasa takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostaglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mengurangi tubuh menahan rasa nyeri.



Dengan kata lain, nyeri persalinan akan melalui 4 tahap atau kala yaitu8 : 1)



Kala I atau pembukaan biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan oleh kontraksi Rahim dan peregangan mulut Rahim.



2)



Kala II atau kelahiran nyeri timbul karena peregangan dasar panggul dan pengguntingan perineum jika diperlukan.



3)



Kala III adalah nyeri yang timbul karena pelepasan plasenta.



4)



Tahap terakhir nyeri yang ditimbulkan karena penjahitan luka perineum.



f.



Dampak Nyeri Persalinan Adapun dampak persalinan yaitu sebagai berikut: 1)



Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri alibat kontraksi uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotriene, tromboksan, histamine, bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan stress yang menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid dengan akibat vasokontriksi



67



pembuluh darah sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormone tersebut yang berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin13. 2)



Nyeri



persalinan



dapat



menimbulkan



stress



yang



menyebabkan pelepasan hormone yang berlebihan seperti katelokamin dan steroid. Hormone ini dapat menyebabkan terjadinya



ketegangan



otot



polos



dan



vasokonstriksi



pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi



uterus,



penurunan



sirkulasi



uteroplasenta,



pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang mebuat impuls nyeri bertambah banyak10. 3)



Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi



sehingga



kebutuhan



oksigen



meningkat,



kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya mortilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri. Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya partus lama4. 3.



Massage a.



Pengertian Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahsn posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi3. Menurut Danuatmaja saat terjadi kontraksi pada persalinan maka terjadi didaerah punggung. Mengurangi rasa nyeri dengan Teknik non-invasif adalah dengan metode masase baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien, maupun pasien itu sendiri,



68



tetapi kadang kala metode masase yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga hasilnya tidak efisien yang tujuan utamanya relaksasi. Masase pada punggung menstimulasi reseptor yang membuat ibu bersalin lebih nyaman karena terjadi relaksasi otot17. b.



Teknik-teknik 1)



Massage effluerage ( Gerakan tangan mengurut ) Effleurage berasal dari Bahasa prancis yang berarti “ skimming the surface “ yang artinya “ mengambil buih di permukaan” , effleurage ( pijat ringan ) adalah salah satu gerakan utama dalam pijat dan bisa dilakukan dibagian tubuh manapun. Effleurage menunjukan awal dan akhir pijatan dan bisa di lakukan sebelum atau sesudah usapan dan memudahkan aliran gerakan satu ke gerakan yang lain. Telapak tangan harus selalu bersentuhan dengan tubuh, yang akan merasakan sebuah Gerakan yang berkelanjutan ketika menerapkan tekanan ritmis dari atas ke bawah menuju



titik



awal



dengan



sentuhan



ringan,



mempertahankan irama tersebut dan menghindari gerakan gerakan kasar3. Effluerage



massage



adalah



teknik



pemijatan



dengan menempatkan kedua telapak tangan pada perut ibu bersalin dengan gerakan melingkar ke arah pusat



dan



simpisis atau dapat juga dengan menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah3.



69



2)



Slow stroke back massage adalah stimulasi kutan dengan bentuk pijatan perlahan di area punggung sebanyak 60 kali dalam satu menit16.



3)



kneading ( Gerakan tangan meremas) Kneading memijat yang menggunakan tekanan yang sedang



dengan



sapuan



yang



Panjang,



meremas



menggunakan jari – jari tangan diatas lapisan superficial jaringan – jaringan otot. Teknik kneading membantu mengntrol rasa sakit local dan meningkatkan sirkulasi16.



4)



Massage counter pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan yang terus-menerus selama kontraksi pada tulang sakrum pasien dengan pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan. Tekanan dalam massage counter pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil8. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung akibat persalinan.Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh17.Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu. Langkah-langkah



melakukan



massage



counter



pressure sebagai berikut: a. Memberitahukan ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya.



70



b. Menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi berbaring miring ke kiri ataupun



duduk.



c. Mencuci tangan. d. Menekan daerah sakrum secara mantap dengan pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan setiap kontraksi selama 20 menit, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama kontraksi. e. Mengevaluasi



teknik



massage



counter



pressure



tersebut.



5)



Endorphin adalah salah satu bahan kimia otak yang dikenal sebagai neurotransmitter yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal-sinyal listrik dalam system saraf endorphin dapat ditemukan dikelenjar hipofisis17. Endorphine merupakan polipeptida-polipeptida yang terdiri atas 30 unit asam amino. Opioid dan hormone penghilang stress seperti kortikotrofin,



kortisol,



dan



katekolamin



(adrenalin-



noradrenalne) yang dihasilkan tubuh berfungsi untuk mengurangi stress dan menghilangkan rasa nyeri9. Stres dan rasa sakit adalah dua faktor yang paling umum yang menyebabkan pelepasan endorfin. Endorfin berinteraksi



dengan



reseptor



opiat



di



otak



untuk



mengurangi persepsi kita tentang rasa sakit dan bertindak sama dengan obat-obatan seperti morfin dan kodein. Berbeda dengan obat opiat, namun, aktivasi reseptor opiat oleh endorfin tubuh tidak menyebabkan kecanduan atau ketergantungan9. 71



Sesuai dengan namanya, terapi sentuhan ringan atau endorphin massage ini dapat memicu keluarnya hormon endorphin. Endorphin massage juga dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin yang mana hormon ini dapat merangsang terjadinya kontraksi. Endorphin massage ini sangat bermanfaat sebab bisa memberikan kenyamanan, rileks dan juga tenang pada wanita yang sedang hamil dan melahirkan17. Selain itu juga, terapi endorphin massage ini juga bisa mengembalikan denyut jantung juga tekanan darah pada keadaan yang normal. Hal ini yang membuat terapi ini bisa membantu serta melancarkan proses pada persalinan3. Endorphine massage bisa dilakukan ini dengan duduk ataupun berbaring, bisa dilakukan oleh petugas kesehatan dan bisa dilakukan oleh suami, tarik nafas secara perlahan kemudian keluarkan dengan sangat lembut sambil pejamkan mata anda. Suami atau petugas kesehatan bisa mulai mengelus permukaan kulit pada lengan pasie dengan lembut menggunakan jari tangan6. Mulailah pada lengan atas kemudian turun hingga pada lengan bawah. Lakukan hal ini dengan perlahan serta lembut, dan ganti pada tangan lainnya setelah beberapa menit, dapat dilakukan pemijatan hal ini pada bagian tubuh yang lainnya sepeti bahu, punggung, leher, dan juga paha16. Massage pada punggung merangsang titik tertentu di sepanjang meridian medulla spinalis yang di transmisikan melalui serabut saraf besar ke formation retikularis, thatalamus dan system limbic tubuh akan melepaskan endorphin.



Endhorpin



adalah



neurotransmitter



atau



neuromodulator yang menghambat pengiriman rangsangan nyeri dengan menempel ke bagian reseptor opiate pada saraf sumsum tulang belakang sehingga dapatv memblok



72



nyeri pada pusat yang lebih tinggi yang dapat menurunkan sensasi nyeri. Mekanisme pemijatan menggunakan teori pengendalian gerbang informasi nyeri yang bergantung pada keseimbangan aktivitas di serap saraf berdiameter besar dan kecil di sepanjang spinal columna yang dapat menghambat hantaran nyeri ke otak17. Manfaat Endorphine massage adalah : a)



Mengendalikan rasa sakit yang persisten/ menetap.



b)



Mengendalikan potensi kecanduan akan cokelat.



c)



Mengendalikan perasaan frustrasi dan stress.



d)



Mengatur produksi dari hormon pertumbuhan dan seks.



e)



Mengurangi gejala-gejala akibat gangguan makan. Karena endorphin adalah hormon



alami



yang



diproduksi oleh tubuh manusia, endorphin termasuk penghilang rasa sakit yang terbaik. Endorphin dapat diproduksi secara alami dengan melakukan aktivitas seperti meditasi, melakukan pernafasan dalam, makan makanan yang pedas, atau melalui akupuntur, chiropractic, dan pemijatan6. Cara melakukannya adalah : a)



Anjurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau berbaring miring anjurkan sang suami untuk duduk dengan nyaman di samping atau di belakang ibu.



b)



Anjurkan



ibu



untuk



bernafas



dalam



sambil



memejamkan maka dengan lembut untuk beberapa saat. Setelah itu biarkan, pasangan atau suami mulai mengelus permukaan luar lengan ibu. Mulai dari tangan sampai lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan di lakukan dengan menggunakan jarijemari atau hanya ujung-ujung jari.



73



c)



Setelah kira-kira lima menit, mintalah pasangan atau suami ibu untuk berpindah ke lengan yang lain, walaupun sentuhan ringan ini dilakukan di kedua lengan, hal ini akan sangat menenangkan sekujur tubuh ibu teknik ini juga bisa di terapkan di bagian tubuh lain. Termasuk telapak tangan. Leher, bahu, dan paha.



d)



Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jikan dilakukan



di



bagian



punggung.



Caranya,



ibu



dianjurkan untuk berbaring miring atau duduk. Dimulai dari leher, suami memijat ringan membentuk huruf V ke arah luar menuju sisi tulang rusuk pijatanpijatan ini terus turun ke bawah,mke belakang ibu dianjurkan untuk rileks dan merasakan sensainya. e)



Suami dapat memperkuat efek menegangkan dengan mengucapkan kata-kata yang menenteramakan saat dia memijat anda dengan lembut. Misalkan, dia bisa mengatakan “ saat aku membelai lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi kamu



merasakan



Lemas dan santai, “atau “ saat setiap



belaian,



bayangkan



endorphin- endorphin yang menghilangkan rasa sakit di lepaskan dan mengalir ke seluruh tubuhmu” bias juga dengan mengungkapkan kata-kata cinta. Setelah melakukan endorphin massage, anjurkan suami untuk memeluk istrinya sehingga tercipta suasana yang menenangkan saat-saat inilah yang kadang mengharu biru, indah sekali. Endorphin massage sebaiknya dilakukan pada ibu hamil yang usia kehamilannya lebih dari 36 minggu. Mengapa? Karena selain hormone endorphin, massage dapat merangsang keluarnya hormone oksitosin16.



74



6)



Teknik chircular thumbs menggunakan jempol bentuk lingkaran keluar pada sisi kanan dan kiri otot spina (secara circular). Pada ibu hamil trimester 3 dan postnatal diteruskan naik ke punggung untuk mengeluarkan hormone oksitosin17.



75



HASIL PENELITIAN JURNAL No. 1.



Nama Mahasiswa Alfonsa R. P. Paul



Hasil Penelitian a.



Ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.



b.



Ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.



c.



Ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.



2.



Dewi Susanti



d.



Terapi



massase



efektif



counterpressure



digunakan



nonfarmakologis



untuk



lebih



sebagai



terapi



meredakan



nyeri



persalinan. e.



Ada



pengaruh



dilakukan



sebelum



pijat



dan



sesudah



punggung



teknik



counterpressure terhadap pengurangan rasa nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di Klinik Bidan Elvina. f.



Berdasarkan hasil penelitian nilai rata rata dari kelompok pijatan saja dan kelompok pijatan + akupresure lebih rendah di banding dengan kelompok kontrol.



3.



Eka Ulya Ulfiana Sari



a.



Massage



effleurage



pengurangan



intensitas



berpengaruh nyeri



dalam



pada



ibu



primipara. b.



Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan massage effleurage pada ibu inpartu kala I fase aktif. Jadi ada pengaruh massage



76



effleurage terhadap tingkat nyeri kala I fase aktif. c.



Massage



effleurage



berpengaruh



dalam



meminimalkan rasa nyeri selama persalinan serta mempersingkat durasi persalinan. 4.



Falikhatin Nihaya



a.



Ada pengaruh kompres hangat dan massage effleurage untuk menurunkan tingkat nyeri ibu bersalin primi.



b.



Ada pengaruh hasil pengukuran intensitas nyeri setelah dilakukan massage effleurage pada abdomen dengan menggunakan skala nyeri 0-10 diperoleh hasil sebagian besar mengalami nyeri sedang. Dengan demikian setelah dilakukan massage effleurage pada abdomen yang dilakukan pada ibu bersalin pada kala I dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara.



c.



Massage



effleurage



dapat



meningkatkan



mengurangi tingkat nyeri ibu bersalin sehingga dapat



diedukasikan



kepada



keluarga



ibu



bersalin dan dapat di implementasikan untuk para ibu bersalin primi yang mengalami tingkat nyeri yang sangat tinggi. 5.



Helmiati



a.



Ada pengaruh massage endorphine terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil.



b.



Ada pengaruh massage effleurage terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin.



77



6.



Justitia



Hisroh



Hi



a.



Abubakar



Ada pengaruh metode massage effleurage terhadap



pengurangan



intensitas



nyeri



persalinan kala I pada primipara. b.



Massage effleurage berpengaruh menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif.



c.



Massage effleurage pada abdomen



yang



dilakukan pada ibu bersalin pada kala I dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara. 7.



Magdalena V. Windi



a.



Dari



hasil



penelitian



yang



dilakukan,



didapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan massage punggung terhadap nyeri persalinan kala I. b.



Massage counterpressure yang dilakukan pada ibu bersalin kala I fase aktif berpengaruh menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan ibu menjadi lebih rendah.



c.



Massage effleurage dapat membuat rileks, mengurangi ketegangan otot, dan menekan produksi hormon stress. Sehingga akan segera dibanjiri



dengan



endorphin



yang



menghilangkan nyeri. 8.



Maria Norita



a.



Massage effleurage berpengaruh pada ibu bersalin pada kala 1 dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada primipara.



78



b.



Massage counterpressure dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan pada kala 1 fase aktif di bandingkan perawatan standar.



9.



Obe Novadin Ruku



a.



Massage



effleurage



berpengaruh



untuk



menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di bangsal Bersalin RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. b.



Stimulasi kutan Slow Stroke Back Massage sangat efektif dalam menurunkan intensitas nyeri bersalin kala I fase aktif.



c.



Kembali pijat lebih efektif daripada posisi yang sering selama tahap pertama persalinan.



10.



Restu Alfina Zahroh



a.



Ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin.



b.



Pijat ditambah dengan latihan pernafasan dan pendampingan dengan mitra akan memiliki efek lebih positif daripada latihan pernafasan sendiri pada kecemasan dan rasa sakit, serta lama persalinan.



c.



Ada pengaruh effleurage massage terhadap intensitas nyeri punggung pada ibu hamil trimester III di RBCI Semarang.



11.



Siddhi Septiana Wicesa



a.



Massage effleurage berpengaruh menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif.



b.



Ada



pengaruh



teknik



counter



pressure



terhadap nyeri persalinan kala I. c.



Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok dalam pemilihan kata



79



untuk menggambarkan rasa nyeri. 12.



Vio Oktaviyani



a.



Pelebaran serviks rata – rata saat itu dari insersi epidural setelah penyesuaian untuk bagian presentasi, pelebaran serviks, dan status membran pada saat masuk ke rumah sakit adalah 5,9 cm (95% CI 5,2 – 6,7) dibandingkan dengan 4,9 pada kelompok kontrol (95% CI 4,2 – 5,8). Skor pada skala nyeri McGill secara konsisten lebih rendah di kelompok terapi pijat (13,3 vs 16,9 pada 3 – 4 cm, 13,3 vs 15,8 pada 5 – 6 cm, dan 19,4 vs 28,3 pada 7 – 8 cm), walaupun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.



b.



Setelah diberikan tindakan deep back massage maupun firm counter pressure selama 20 menit, didapatkan hasil bahwa pada kontraksi ibu mengatakan presepsi nyeri berkurang, tampak ekspresi meringis tapi ibu dapat beradaptasi.



c.



Ada pengaruh endorphin massase terhadap rasa nyaman



selama



proses



persalinan



yang



dibuktikan dengan uji statistik chi square nilai p adalah 0,000 ( p < 0,05).



80



C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LOW BACK EFFLURAGE MASSAGE



Tanggal Terbit ..................



Ditetapkan Oleh Ketua STIKES karyaHusada Semarang



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dr. Fery Mendrofa,SKM,M.Keo,Sp.Kom NIK : Low back efflurage massage adalah tehnik pijatan yang dilakukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan nyeri punggung PENGERTIAN



dengan menggunakan sentuhan tangan pada punggung klien secara perlahan dan lembut untuk menimbulkan efek relaksasi 1. Melancarkan sirkulasi darah



TUJUAN



2. Menurunkan respon nyeri punggung 3. Menurunkan ketegangan otot



MANFAAT



Relaksasi ibu bersalin untuk mengurangi nyeri persalinan 1.



Klien dengan keluhan kekakuan dan ketegangan otot di punggung



INDIKASI



2.



Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri punggung pada ibu hamil inpartu



1.



Nyeri pada daerah yang akan di massase



2.



Luka pada daerah yang akan di massase



3.



Gangguan atau penyakit kulit



KONTRAINDIKASI 4. 5.



Jangan melakukan pijatan langsung pada daerah tumor Jangan melakukan massase pada daerah yang mengalami ekimosis atau lebam



6.



Hindari melakukan massase pada daerah yang mengalami



81



tromboplebitis 7.



Hindari melakkan massase pada daerah yang mengalami inflamasi



8.



Hati- hati saat melakukan massase pada daerah yang mengalami gangguan sensasi seperti penrunan sensasi maupun hiperanestesia



PERSIAPAN PASIEN



PERSIAPAN UNTUK PEMIJAT



1.



Ruangan terang dan nyaman



2.



Ruangan yang aman dan tidak terlalu terang



1.



Tangan harus bersih dan bekerja secara hati – hati



2.



Cepat tanggap jika ibu mengalami rasa nyeri



3.



Aturan posisi ibu yang nyaman ketika akanmelakukan pemijatan



1.



Selimut



2.



Lotion/minyak



PERSIAPAN ALAT 3. 4. 5. KEBIJAKAN PETUGAS



Handuk Bedak bila perlu) Penghangat lotion ( bila perlu )



Ibu dalam kondisi sehat A. SIKAP 1.



Menyapa dan memperkenalkan diri



2.



Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan



B. ISI PROSEDUR PELAKSANAAN



1.



Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan



2.



Menanyakan keluhan utama klien



3.



Jaga privasi klien



4.



Memulai kegiatan dengan cara baik



5.



Letakkan peralatan di samping tempat tidur klien



82



6.



Tinggikan kepala tempat tidur dan rendahkan side rail yang berada di dekat terapis



7.



Dekatkan klien kea rah di mana terapis berada



8.



Minta klien untuk membuka pakaian atas sampai bokong, bantu bila perlu



9.



Atur klien ke posisi prone/ side lyng dengan punggung menghadap kearah terapis



10. Tutup bagian tubuh yang lain dengan memakai selimut 11. Letakkan handuk di bawah punggung klien 12. Tuangkan lotion secukupnya di tangan 13. Tuangkan lotion di punggung klien 14. Mulai massage dengan gerakan stroking/ efflurage, bergerak dari bokong menuju bahu dengan gerakan yang kuat, kemudian dari bahu menuju bokong dengan gerakan yang lebih ringan.



83



15. Ubah gerakan dengan menggunakan gerakan yang sirkuler, khusunya pada daerah sacrum dan pinggang.



16. Ubah gerakan dengan gerakan kneading/ remasan, dimulai dari bokong menuju bahu dan kembali menuju bokong dengan gerakan stroking/ efflurage.



17. Lengkapi dengan gerakan efflurage beberapa kali 18. Katakan pada klien bahwa anda akan mengakhiri massagenya 19. Bersihkan sisa lotion dari punggung dan handuk 20. Bantu klien memakai bajunya kembali dan mencapai posisi yang nyaman 21. Tinggikan side rail dan turunkan kepala tempat tidur



84



C. TEKNIK 1.



Teruji melaksanakan secara sistematis dan berurutan



2.



Teruji sopan dengan penguji



3.



Teruji melaksanakan tindkan dengan percaya diri dantidak ragu – ragu



4. 1.



Teruji mendokumentasikan hasil



Yuliatun, L. 2012. Penanganan nyeri Persalinan



Dengan



MetodeNonfarmakologi. Malang: BayumediaPublishing 2.



Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo



DOKUMEN TERKAIT



3.



Ma’rifah, A.R., 2014. Efektifitas Tehnik. Counter Dan



Pressure



Endorphinassage Terhadap Nyeri Persalinan Kala1



Pada Ibu Bersalin Di RSUD Ajibarang.In Prosiding Seminar Nasional & internasional 4.



Yessi A. 2014. Massage ibu hamil. Elex media : Jakarta



85



D. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)



SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)



Topik



: Teknik Effleurage Massage



Sub Topik



: Pengertian, tujuan dan prosedur



Sasaran



: Ibu bersalin



Tempat



: Puskesmas



Hari/Tanggal



: Sabtu, 9 november 2019



Waktu Pertemuan



: 09.00-09.20



1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang teknik effleurage massage. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan peserta akan mampu : a. Menjelaskan pengertian teknik effleurage massage. b. Menjelaskan tujuan teknik effleurage massage. c. Mempraktikkan teknik effleurage massage. 3. Materi (Terlampir) a. Pengertian teknik effleurage massage. b. Tujuan teknik effleurage massage. c. Prosedur 4. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab 5. Media Dan Alat Pengajaran a. Laptop, powerpoint b. LCD



86



6. Kegiatan Penyuluhan



NO. 1.



KEGIATAN



WAKTU 5 menit



PENYULUH



PESERTA



PEMBUKAAN a. Mengucapkan salam



a. Menjawab



b. Memperkenalkan diri



b. Mendengar



c. Menjelaskan



topik



dan



latar c. Mendengarkan dan



belakang topik



memperhatikan



d. Menjelaskan waktu, tujuan dan d. Mendengarkan dan metode penyuluhan 2.



10 menit



memperhatikan



KEGIATAN INTI a. Mengkaji



pengalaman



klien a. Menjawab



mengenai nyeri dan tindakan yang dilakukan untuk menangani nyeri



b. Mendengarkan



b. Memberikan reinforcement



memperhatikan c. Mendengarkan



c.



Menjelaskan pengertian teknik effleurage massage.



prosedur



teknik



dan



memperhatikan d. Mendengarkan



d. Menjelaskan dan mempraktikkan



dan



dan



memperhatikan



effleurage



massage. e. Memberikan kesempatan peserta



e. Mengajukan pertanyaan



untuk bertanya. f. Memberikan kesempatan peserta f. Mengemukakan lain untuk menjawab. g. Memberikan reinforcement



pendapat g. Mendengarkan memperhatikan



3.



5



menit



PENUTUP a. Bersama peserta menyimpulkan, a. Bersama-sama



87



dan



mempraktikkan



kembali



apa



menyimpulkan dan



yang telah disampaikan b. Mengevaluasi



mempraktikkan



pengetahuan b. Menjawab



peserta tentang materi yang telah



pertanyaan



disampaikan c. Melakukan terminasi



c. Memperhatikan dan mendengarkan



d. Memberi salam untuk menutup d. Menjawab salam pertemuan



7. Evaluasi Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu: a. Menjelaskan pengerian teknik effleurage massage. b. Menjelaskan tujuan teknik effleurage massage. c. Mempraktikkan kembali teknik effleurage massage.



88



MATERI



A. Pengertian Teknik Effleurage Massage Effleurage berasal dari Bahasa prancis yang berarti “ skimming the surface “ yang artinya “ mengambil buih di permukaan” , effleurage ( pijat ringan ) adalah salah satu gerakan utama dalam pijat dan bisa dilakukan dibagian tubuh manapun. Effleurage menunjukan awal dan akhir pijatan dan bisa di lakukan sebelum atau sesudah usapan dan memudahkan aliran gerakan satu ke gerakan yang lain. Telapak tangan harus selalu bersentuhan dengan tubuh, yang akan merasakan sebuah Gerakan yang berkelanjutan ketika menerapkan tekanan ritmis dari atas ke bawah menuju titik awal dengan sentuhan ringan, mempertahankan irama tersebut dan menghindari gerakan gerakan kasar. Effluerage



massage



adalah



teknik



pemijatan



dengan



menempatkan kedua telapak tangan pada perut ibu bersalin dengan gerakan melingkar ke arah pusat dan simpisis atau dapat juga dengan menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah (Perestroika, 2014). B. Tujuan Teknik Effleurage Massage Teknik ini bertujuan untuk untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Ekowati, dkk. 2011). Tindakan utama effleurage massage merupakan aplikasi dari teori Gate Control yang dapat “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat.



89



C. Prosedur Langkah-langkah melakukan teknik ini adalah : 1. Mempersiapkan alat yang digunakan yaitu : minyak biji – bijian, tisu, bantal, dan air hangat. 2. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin (miring kiri) 3. Anjurkan ibu untuk menarik nafas



dalam dari hidung dan



mengeluarkan dari mulut secara perlahan sampai terasa rileks 4. Menuangkan minyak pada telapak tangan kemudian gosokkan kedua tangan hingga hangat 5. Letakkan kedua tangan pada punggung pasien, mulai dengan gerakan mengusap dan bergerak menekan kedua sisi punggung dari daerah lumbal 5 kesisi kanan kiri menuju ke atas punggung, setelah sampai punggung bagian atas kembali lagi dari arah kepala ke lumbal 5. 6. Melakukan gerakan naik turun dan berirama 7. Melakukan gerakan berulang – ulang 8. Setelah selesai bersihkan bekas minyak dengan handuk dan air hangat.



90



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN G1P0A0 KALA 1 FASE LATEN DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA NY.S DI PUSKESMAS GEDUNG MUNDU



I.



PENGKAJIAN DATA Hari / Tanggal



: Senin / 25 November 2019



Jam



: 19.00 WIB



A. Identitas Nama



: Ny. S



Nama



: Tn. K



Umur



: 22 Tahun



Umur



: 30 Tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku/Bangsa



: Jawa/Indonesia



Suku/Bangsa



: Jawa/Indonesia



Pendidikan



: SMP



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Tahunan 4/1



Alamat



: Tahunan 4/1



B. Data Subyektif 1.



Alasan datang : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya



2.



Keluhan Utama : Ibu mengatakan hamil 8 bulan dengan sering merasakan nyeri di punggung dan sering kencing



3.



Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 21 tahun, dengan suami sekarang sudah 1 tahun 2 bulan



4.



Riwayat Haid a. Menarche umur



: 13 tahun



b. Siklus



: 28 hari



c. Teratur / tidak



: Teratur



d. Lamanya



: 7 hari



e. Banyaknya



: 2-3X ganti pembalut / hari



f. Dismenorhoe



: Tidak ada



g. HPHT



: 20-2-2019



91



h. HPL 5.



: 29-11-2019



Riwayat Obstetri



Persalinan



Nifas



Hamil ini



Jenis Tanggal



UK Persalian



Penolong



an I



Komplik asi



JK



BB



Laktasi



Hamil ini 6.



Riwayat Keluarga Berencana Ibu belum pernah menggunakan jenis KB apapun



7.



Riwayat Kesehatan keluarga a. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti DM, asma, jantung, dan penyakit keturunan lainnya. b. - Ibu mengatakan keluarga juga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti DM, asma, jantung, dan penyakit menular lainnya, seperti TBC, dll.



8.



Riwayat Kehamilan Sekarang G1P0A0



dengan ketidaknyamanan ibu hamil dengan keluhan



nyeri punggung dan sering kencing a. ANC Trimester I 1) Frekuensi



: 2x



2) Tempat



: BPM dan Puskesmas



3) Imunisasi TT



: 2x



4) Pergerakan anak



: Belum terasa



5) Keluhan



: Mual muntah



6) Nasehat



: Makanan



bergizi



dan



istirahat cukup 7) Pengobatan



: Vitamin



b. ANC Trimester II 1) Frekuensi



: 3X



2) Tempat



: BPM dan Puskesmas



92



Komplikasi



3) Umur kehamilan



: 5bulan



4) Pergerakan anak



: (+)



5) Keluhan



: Pusing



6) Nasehat



: Istirahat teratur



c. ANC Trimester III 1) Frekuensi



: 2x



2) Tempat



: BPM



3) Umur kehamilan



: 8 bulan



4) Pergerakan anak



: (+)



5) Keluhan



: Nyeri punggung dan sering



kencing 9.



Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi Jenis



: Nasi, lauk, sayur, dan susu



Frekuensi



: 3X/hari



Porsi



: 1 piring



Pantangan



: Tidak ada



b. Eliminasi BAB Frekuensi



: 1X/hari



Konsistensi



: Lembek



Warna



: Kuning



Masalah



: Tidak ada



BAK Frekuensi



: 2 – 4X/hari



Warna



: Kuning jernih



Bau



: Pesing



Masalah



: Tidak ada



c. Personal Hygiene Frekuensi mandi



: 2-3X/hari



Frekuensi gosok gigi



: 2-3X/hari



93



Frekuensi ganti pakaian/jenis d. Aktifitas



: 2-3X/hari



: Ibu melakukan aktifitas sebagai ibu rumah



tangga e. Tidur dan Istirahat Siang hari



: 2 jam/hari



Malam hari



: 8 jam/hari



Masalah



: Tidak ada



f. Pola Seksual



: 1x seminggu



Masalah



: Tidak ada



10. Data psikososial dan spiritual a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya



: Baik



b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya



: Ibu



merasa



senang dengan kehamilannya c. Ketaatan ibu dalam beribadah



:Ibu



melakukan sholat 5 waktu d. Pemecah masalah dari ibu



: Suami



e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya



: Bidan



f. Lingkungan yangberpengaruh Ibu tinggal bersama



: orang tua



Hewan peliharaan



: Tidak ada



g. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga : Sangat baik h. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami i. Jumlah penghasilan Keluarga



:Tidak



menentu j. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : Suami



94



C. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum



: Baik



b. Kesadaran umum



: Composmentis



c. Berat badan Sebelum hamil



: 50 kg



Sekarang



: 57 kg



d. Tinggi badan



: 153 cm



e. LiLa



: 25 cm



f. Tanda-tanda vital



:



TD



: 120/80 mmHg



R



: 24x/m



N



: 85x/m



S



: 36,5 0 C



2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi Kepala



:



Tampak



bersih



tak



berketombe,



pertumbuhan rambut tampak sehat dan rambut tidak rontok. Muka



: Tampak tidak pucat, terlihat cloasma



gravidarum. Mata



: Bentuk simetris, tidak tampak ikterik pada



sklera, konjungtiva tampak tidak pucat, dan tidak ada pembengkakan di palpebra. Telinga



: Bentuk simetris, kondisi telinga baik dan



tidak ada serumen. Hidung



: Bentuk simetris, tidak nampak pernafasan



cuping hidung, tidak ada polip dan sekret. Mulut



: Bibir tidak tampak pucat, lidah tampak



bersih gigi tidak ada caries, berlubang dan gusi tidak berdarah. Leher



: Tidak tampak ada pembengkakan vena



jugularis dan kelenjar tiroid.



95



Dada



: Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding



dada. Mamae



: Bentuk



pigmentasi pada areola,



simetris, tampak ada hiper puting



susu menonjol keluar.



Abdomen: Tampak membesar sesuai umur kehamilan, tidak ada luka bekas operasi, tidak tampak adanya striae gravidarum. Tungkai



: Tidak nampak



varises



dan tidak



ada



odem pada kaki kanan dan kiri Genetalia



: Bersih, tak ada varises.



Anus



: tidak ada hemoroid



b. Palpasi Leher



: Tidak teraba pembengkakan



vena



jugularis dan kelenjar tiroid. Mamae



: Tidak teraba benjolan abnormal, colostrum



sudah keluar sedikit. Abdomen Leopold I



: Tinggi fundus uteri pertengahan pusat



dengan PX, bagian



fundus teraba bagian lunak yaitu



bokong, TFU 27 cm. Leopold II



: Pada perut ibu sebelah kiri teraba keras dan



memanjang seperti papan, sedangkan pada perut ibu sebelah kanan teraba bagian kecil - kecil (ekstremitas). Leopold III



: Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,



keras dan melenting (presentasi kepala). Leopold IV TBJ



: Kepala sudah masuk PAP (divergen)



: (29-12)x155 = 2.635 gr



c. Auskultasi DJJ (+), Frekuensi DJJ 148x/menit



96



d. Pemeriksaan Dalam Pembukaan 3cm, porsio teraba tebal lunak, penurunan kepala hodge III e. Perkusi Refleks Patella : Kiri/kanan (+)/(+) Cek ginjal



: Kiri/kanan (-)/(-)



f. Pemeriksaan Panggul Luar Tidak dilakukan pemeriksaan g. Pemeriksaan Penunjang



II.



HB



: 12 gr%



Albumin



: (-)



Reduksi



: (-)



INTERPRETASI DATA A. Diagnosa Kebidanan Ny.” S “ umur 22 tahun G1 P0 A0 umur kehamilan 39minggu 3hari janin tunggal hidup intra uteri,letak memanjang, puki, presentasi kepala dengan keluhan nyeri punggung dan sering kencing. Data Subyektif : Ibu mengatakan hamil pertama Ibu mengatakan perkiraan lahir tanggal 29 november 2019, Ibu mengatakan punggung ibu terasa nyeri dan sering kencing Data obyektif : KU/Kesadaran



: baik/composmentis



TD



: 120/80 mmHg



R



: 24x/m



N



: 85x/m



S



: 36,5 0 C



DJJ



: 148x/menit



TBJ



: 2.635 gr



Palpasi : Leopold I



: Teraba Bokong



97



Leopold II



: Puki



Leopold III



: Teraba Kepala



Leopold IV



: Kepala belum masuk PAP



TFU



: 27 cm



B. Masalah Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu karena nyeri dipunggung dan sering kencing. Dasar Data subyektif : Ibu mengatakan nyeri dipunggung dan sering kencing Data Obyektif : Dari hasil pemeriksaan semua dalam keadaan normal C. Kebutuhan 1. Konseling tentang ketidaknyamanan yang dirasakan ibu 2. Mengajari ibu endoprin massage untuk mengatasi masalah yang dirasakan ibu III.



IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL Tidak Ada



IV.



TINDAKAN SEGERA Tidak Ada



V.



PERENCANAAN 1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan ibu dan janin 2. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu adalah normal 3. Berikan support mental kepada ibu dan keluarga untuk menghadapi kehamilannya dengan tenang 4. Ajari ibu teknik massage effleurage untuk mengatasi masalah yang dirasakan ibu 5. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang 2 minggu lagi



98



VI.



PELAKSANAAN Tanggal/jam : 25 November 2019 / 19.30 WIB 1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini kondisi ibu dan janin dalam kondisi baik 2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu saat ini adalah normal. Nyeri punggung yang sering ibu rasakan dikarenakan penekanan perut ibu yang semakin lama semakin



membesar



dan



menekan



punggung.



Hal



ini



yang



mengakibatkan punggung ibu sering terasa nyeri. Keluhan sering kencing yang dirasakan oleh ibu dikarenakan penekanan perut ibu yang semakin membesar pada kandung kemih mengakibatkan ibu sering merasa ingin kencing. Keluhan yang ibu rasakan tersebut adalah keluhan normal yang sering dirasakan ibu hamil. 3. Memberikan support mental kepada ibu dan keluarga untuk tetap tenang akan kondisi yang dialaminya. Tanggal/jam : 7 Mei 2018 / 19.45 WIB 1. Mengajari ibu massage effleurage untuk mengatasi masalah yang dirasakan ibu a. Massage effleurage adalah Teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi, melancarkan sirkulasi darah, menurunkan respon nyeri dan menurunkan ketegangan otot b. Mempersiapkan alat yang digunakan yaitu : minyak biji – bijian, tisu, bantal, dan air hangat. c. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin (miring kiri) d. Anjurkan ibu untuk menarik nafas



dalam dari hidung dan



mengeluarkan dari mulut secara perlahan sampai terasa rileks e. Menuangkan minyak pada telapak tangan kemudian gosokkan kedua tangan hingga hangat



99



f. Letakkan kedua tangan pada punggung pasien, mulai dengan gerakan mengusap dan bergerak menekan kedua sisi punggung dari daerah lumbal 5 kesisi kanan kiri menuju ke atas punggung, setelah sampai punggung bagian atas kembali lagi dari arah kepala ke lumbal 5. g. Melakukan gerakan naik turun dan berirama h. Melakukan gerakan berulang – ulang i. Setelah selesai bersihkan bekas minyak dengan handuk dan air hangat j. Memberitahu suami untuk melakukan gerakan tersebut dirumah 2. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang 2 minggu lagi VII.



EVALUASI Tanggal/jam : 7 Mei 2018 / 20.00 WIB 1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan dan tenang karena hasil pemeriksaan baik 2. Ibu dan keluarga tampak paham dengan penjelasan yang diberikan 3. Ibu dan keluarga merasa lebih tenang 4. Ibu dan suami sudah tahu gerakan massage effleurage yang diajarkan oleh bidan dan akan mempraktekkannya dirumah. 5. Ibu dan keluarga bersedia melakukan kontrol ulang 2 minggu lagi



100



SKILL LABORATORIUM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG



No



: ................................



Institusi : ................................



Nama



: .............................



Tanggal : ................................



Stase



: .............................



Observer: ...............................



MASSAGE EFFLUERAGE



NO



ASPEK YANG DINILAI



A



FASE ORIENTASI (10%)



B



FASE KERJA (70%)



C



FASE TERMINASI (10%)



D



PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN (10%)



Nomor Punggung



NILAI YA



TIDAK



Total (100%)



101



NO



NOMOR PUNGGUNG



NILAI



1



0



ASPEK YANG DI NILAI 2



3



4



5



1



A. FASE ORIENTASI 1.



Menyambut dan memberi salam.



2.



Memperkenalkan diri.



3.



Menanyakan



tijuan



kedatangan



pasien. 4.



Menanyakan tujuan pemantauan.



B. FASE KERJA 1.



Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan.



2.



Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.



3.



Jaga privasi klien.



4.



Persiapan



Alat:



Selimut,



Lotion/minyak, Handuk, Bedak bila perlu), Penghangat lotion(bila perlu) 5.



Memulai kegiatan dengan cara baik.



6.



Letakkan



peralatan



di



samping



tempat tidur klien. 7.



Tinggikan kepala tempat tidur dan rendahkan side rail yang berada di dekat terapis.



8.



Dekatkan klien kea rah di mana terapis berada.



102



9.



Minta klien untuk membuka pakaian atas sampai bokong, bantu bila perlu.



10. Atur klien ke posisi prone/ side lyng dengan punggung menghadap kearah terapis. 11. Tutup bagian tubuh yang lain dengan memakai selimut. 12. Tutup bagian tubuh yang lain dengan memakai selimut. 13. Tuangkan



lotion



secukupnya



di



tangan. 14. Tuangkan lotion di punggung klien. 15. Mulai



massage



dengan



gerakan



stroking/ efflurage, bergerak dari bokong menuju bahu dengan gerakan yang kuat, kemudian dari bahu menuju bokong dengan gerakan yang lebih ringan.



16. Ubah gerakan dengan menggunakan gerakan yang sirkuler, khusunya pada daerah sacrum dan pinggang.



103



17. Ubah



gerakan



dengan



gerakan



kneading/ remasan, dimulai dari bokong menuju bahu dan kembali menuju bokong dengan gerakan stroking/ efflurage.



18. Lengkapi dengan gerakan efflurage beberapa kali. 19. Katakana pada klien bahwa anda akan mengakhiri massagenya. 20. Bersihkan sisa lotion dari punggung dan handuk. 21. Bantu



klien



memakai



bajunya



kembali dan mencapai posisi yang nyaman. 22. Tinggikan side rail dan turunkan kepala tempat tidur.



104



C. FASE TERMINASI 1.



Dokumentasi



D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN 1.



Melakukan secara sistematis.



2.



Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.



3.



Melakukan



komunikasi



selama



tindakan. 4.



Tenang dan percaya diri.



5.



Menggunakan alat dengan efektif dan efisien.



105



TES FORMATIF 1. Ny. K Umur 22 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu dating ke Klinik Bidan Anis dengan keluhan keluar lender darah dari jalan lahir. Kemudian bidan anis melakukan pemeriksaan, dengan hasil dalam batas normal dan pembukaan 4cm. Dan Ny.K mengeluh merasa nyeri yang sangat berlebih selama masa persalinan, apa yang dilakukan bidan anis untuk mengurangi rasa nyeri Ny.K? a.



Low back massage



b.



Menyuruh ibu makan dan minum



c.



Menyuruh ibu jalan-jalan



d.



Melakukan akupuntur



2. Pada soal kasus nomor 1, kenapa bidan anis memberikan terapi low back massage pada Ny.K. dibawah ini manfaat dari low back massage, kecuali : a.



Melancarkan sirkulasi darah



b.



Menurunkan respon nyeri punggung



c.



Menurunkan ketegangan otot



d. Mempercepaat persalinan 3. Ny. Mita G2P0A0 datang ke klinik bersalin pada pukul 08.30 WIB dengan keluhan nyeri diatas sympisis sampai menjalar ke pinggang. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam ternyata sudah ada pembukaan 5 cm. bidan memberikan stimulasi pada bagian punggung untuk mengalihkan rasa nyeri serta ketegangan otot dengan cara melakukan gosokan lembut dengan kedua tangan pada bagian punggung dari bokong menuju bahu lalu sebaliknya. Tindakan apakah yang dilakukan bidan tersebut? a.



Massage Effleurage



b.



Sirkuler massage



c.



Kneeding



d.



Counterpressure 106



4. pada soal kasus nomor 3, setelahnya bidan melakukan tindakan memutar khususnya pada daerah sacrum dan pinggang. Tindakan apakah yang dilakukan bidan tersebut? a.



Massage Effleurage



b. Sirkuler massage c.



Kneeding



d.



Counterpressure



5. Pada soal kasus nomor 3, setelahnya bidan melakukan tindakan remasan, dimulai dari bokong menuju bahu dan kembali menuju bokong dengan gerakan stroking/ efflurage. Tindakan apakah yang dilakukan bidan tersebut? a.



Massage Effleurage



b.



Sirkuler massage



c.



Kneeding



d.



Counterpressure



6. Pada soal kasus nomor 3, setelahnya bidan melakukan tindakan pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Tindakan apakah yang dilakukan bidan tersebut? a.



Massage Effleurage



b.



Sirkuler massage



c.



Kneeding



d. counterpressure 7. Seorang perempuan umur 25 G2P1A0 Hamil 40 minggu dating ke BPM dan perut kenceng-kenceng disertai nyeri perut. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sudah ada pembukaan 4 cm. bidan memberikan terapi low back massage. Fungsi dari terapi tersebut adalah.. a.



Menstimulasi reseptor yang membuat ibu bersalin lebih nyaman karena terjadi relaksasi otot.



b.



Mengencangkan otot-otot panggul



107



c.



Mempercepat proses involusi uteri



d.



Agar ibu lekas kontraksi/induksi alami



8. Ny. S umur 24 tahun G1P0A0 datang ke PKM kedung mundu dengan keluha kencang-kencang, kemudian bidan melakukan pemeriksaan hasilnya TD : 110/60, N:80x/m, S:37ºC, RR : 20x/m, VT : 6cm, Hodge II, DJJ (+), PUKI, presentasi Kepala, ibu terus merengek nyeri, bidan memberikan prasat low back massage. Daerah yang tepat dilakukan prasat tersebut? a.



Tangan diantara 2 tendon



b.



Pergelangan kaki



c.



Daerah abdominal



d. Daerah punggung belakang dari sacrum hingga bahu 9. Posisi yang tepat saat dilakukan prasat tersebut ialah ? a.



Setengah duduk



b.



Kneechest



c.



Berbaring telentang



d. Miring kiri/duduk 10. Prasat yang digunakan saat melakukan terapi low back massage ialah ? a.



Oil, Kasur, Handuk, Selimut



b.



Oil, bedak, air, kompres



c.



Birthing ball, matras



d.



Music,meja litotomi, headset



108



DAFTAR PUSTAKA



1. Amazine, Penyebab & Penanganan Back Pain Pada Awal Masa Kehamilan (2017). 2. Bobak, I. M. Buku Ajar Keperawatan Martenitas. Jakarta: Egc. (2012). 3. Ekowati, R. W. Efek Teknik Massage Effleurage Pada Abdomen Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Disminore Primer Mahasiswi Psik Fkub Malang. Malang: Poltekes Malang. (2012) 4. Frases, D. M. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: Egc, (2009). 5. Gadysa, G. Persepsi Ibu Tentang Metode Massage. Jakarta. (2009) 6. Garcia, E. A. Effectiveness Of Back School Versus Mc. Kenzie Exercises In Patient With Chronic Nonspesific Low Back Pain. A Randomized Controlled Trial. (2013) 7. Hartanti. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien. Jurnal Kesehatan. (2005) 8. Henderson, C. &. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. (2006) 9. Katonis, P. E. Pragnancy-Related Low Bck Pain Hippokratia. Medical Journal, 205-210. (2011) 10. Klossner, J. Intoductory Maternity Nursing. Philadelpia: Lippincot & Wilkins. (2006) 11. Kusmiyati. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. (2009) 12. Kusuma, H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association). Yogyakarta: Media Hardy. (2012) 13. Manuaba, I. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. (2010) 14. Meliawan, S. Diagnosis Dan Tatalaksana HNP Lumbal Dalam . Jakarta: Sagun Seto. (2009) 15. Reeder, M. G. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, Dan Keluarga Volume 2 Edisi 18. Jakarta: Egc. (2011)



109



16. Wahyuni, S. &. Pengaruh Massage Effluerage terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015. 1-11. (2015) 17. Wahyuni, S. W. Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin Di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015. E-Journal.com. (2015) 18. Yohana. Kehamilan Dan Persalinan. Jakarta: Garda Media. (2011)



110