Modul Pakan Babi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



MODUL 5 MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PRODUKSI BABI Oleh Prof. Ir. U. Ginting M., MP, PhD. PENDAHULUAN Makanan yang layak perlu diberikan kepada babi untuk memaksimalkan produktivitas dan keuntungan. Masih ada peluang untuk meningkatkan atau memperbaiki produktivitas babi yang keefisienan reproduksi tinggi dengan peningkatan kualitas pakan. Produktivitas yang lebih tinggi dapat diperlihatkan oleh babi superior melalui perbaikan dalam kualitas genetis dan lingkungan seperti makanan. Perbedaan manajemen makanan berperan besar dalam keragaman keefisienan produktivitas. Produktivitas maksimal tidak akan pernah diperoleh apabila tidak disertai pemberian makanan dan manajemen yang baik. Sasaran dari setiap peternakan babi haruslah mengembangkan suatu program pemberian pakan bagi ternak babi yang akan menghasilkan produktivitas yang setinggi-tingginya per tahun dengan biaya ransum serendah mungkin. Manajemen pakan pada ternak babi agak berbeda dengan ternak ruminansia karena saluran pencernaan yang berbeda dan kemampuan saluran pencernaan dalam mencerna serta jenis pakan yang berbeda. Sehingga manajemennya agak berbeda dengan ternak potong ruminansia. Dengan mempelajari modul ini mahasiswa akan mempunyai pengetahuan yang komprehensif tentang pengelolaan ternak babi. Kompetensi yang diharapkan dari materi ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemberian makanan babi yang baik sesuai dengan umur dan status fisiologisnya, mampu membuat ransum atau pakan babi sesuai program produksi, mampu mengevaluasi pemberian pakan yang ekonomis. Manfaat dari modul ini adalah memahami manajemen pemberian makanan babi dan mengetahui cara pembuatan ransum. Dalam mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa dituntut untuk memperdalam wawasannya dengan menelusuri pustaka yang berkaitan dengan tugas yang diberikan dalam bentuk reviue. Apabila mahasiswa mengerjakan latihan mendapat nilai minimal 70 dan mengerjakan tugas dengan baik maka mahasiswa akan lulus dengan nilai skor minimal B.



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



Urut-urutan materi dalam modul ini adalah: Prinsip Dasar Pakan Babi, Makanan Untuk Babi,



Zat-zat



Makanan babi bibit, Makanan babi selama bunting, Pemberian



Makanan Saat sebelum Melahirkan dan Selama Laktasi, Pemberian Makanan Saat Penyapihan Sampai Kawin,



Pemberian Makanan Anak Babi Menyusu, Pemberian Makanan Babi



Bertumbuh – Pengakhiran, Pakan dan Nutrisi, Penyusunan dan Pemberian Ransum. PENYAJIAN MATERI 1. Prinsip Dasar Pakan Babi Pakan yang Ekonomis Pakan adalah makanan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang sangat dibutuhkan ternak, untuk hidup pokok (maintenance), pertumbuhan , produksi dan reproduksi dan tidak mengganggu fisiologis ternak. Pakan merupakan faktor penentu utama dalam usaha peternakan babi, terutama pada peternakan komersial, sehingga sistem pemberian makanan sejak dari pengadaan, pengolahan, formulasi dan penyuguhannya harus benar-benar diperhatikan. Semua ternak termasuk ternak babi, memerlukan nutrisi/zat makanan dalam jumlah, macam dan waktu tertentu untuk mencapai penampilan produksi dan reproduksi yang optimal. Kelebihan, kelemahan dan ketidak seimbangan nutrisi dalam ransum akan menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan proses biokimia dalam tubuh dan akan ditampilkan oleh potensi produktivitasnya melalui kesehatan, pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Karena itu tidak ada pakan yang dapat menjamin kebutuhan ternak babi dalam jangka lama, maka dibutuhkan formulasi ransum. Ransum disusun dengan memadukan beberapa bahan pakan, sehingga komposisi nutrisinya memenuhi standard kebutuhan gizi sebagaimana disarankan oleh NRC (National Research Council). Dalam memformulasi ransum tersebut sering dikaitkan dengan ketersediaan nutrisi, harga dan batas toleransi ternak yang mengkonsumsinya. Perkembangan dan pertumbuhan babi sangat cepat dibandingkan ternak lain (kecuali ayam potong). Karena itu wajar bahwa untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan pakan yang lebih banyak setiap harinya dibandingkan ternak lain umumnya. Walaupun demikian konversi pakan ternak babi cukup baik dan



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



menguntungkan, sehingga cocok untuk diternakkan sebagai ternak potong yang sanggup menyediakan daging dalam waktu singkat. Agar diperoleh hasil yang lebih menguntungkan dalam imbangan biaya dan hasil produksi, pakan/makanan ternak babi perlu diperhatikan kondisinya yaitu nilai ekonomisnya. Biaya pakan/makanan mencakup 60% (dari induk melahirkan hingga anak menjadi babi pengakhiran) hingga 80% (hanya babi pengakhiran saja) dari total biaya produksi ternak babi.



Oleh sebab itu pengetahuan dan aplikasi prinsip-prinsip nutrisi yang baik untuk



manajemen pemberian makanan, sangat diperlukan bagi semua produser ternak babi. Karena makanan menelan proporsi biaya yang terbanyak, maka pemilihan bahan pakan dan perbaikan cara pemberiannya sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diraih oleh peternak. Sehingga yang dimaksud dengan pakan yang ekonomis adalah pakan yang apabila diberikan pada ternak babi memberikan keuntungan bagi peternak.



Semakin banyak perolehan



keuntungan tersebut maka, pakan yang diberikan semakin ekonomis. Ternak babi membutuhkan pakan/makanan ataupun ransum yang imbangan nutrisinya baik, atau sempurna, agar diperoleh reproduksi dan produksi daging yang optimal. Ternak babi membutuhkan energi, protein, mineral-mineral, vitamin-vitamin dan air.



Setiap zat



makanan mempunyai fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh ternak. Kekurangan salah satu atau ketidakseimbangan zat-zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan berefek lanjut terhadap produktivitas daging. Ternak babi sangat sensitif akan kualitas ransum, disebabkan karena : 1) babi bertumbuh dengan cepat; 2) babi terbatas memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dan bersifat kamba seperti hijauan ataupun dedak kasar, karena babi memiliki lambung tunggal dan tidak memiliki enzim pencerna serat kasar; 3) babi biasanya dipelihara dalam kandang (terkurung), sehingga perlu disiapkan makanan yang mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang. 2. Zat-zat Makanan Untuk Babi Energi dan sumber energi Definisi energi Energi adalah kapasitas melakukan kerja. Dalam penggunaan makanan, energi diukur dengan produksi panas yang timbul dari oksidasi biokemis di dalam tubuh ternak, atau energi



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



yang hilang melalui ekskresi tubuh. Energi merupakan zat makanan yang termahal, dan merupakan bahan bakar proses metabolisme. Fungsi energi Energi dibutuhkan untuk : a) memelihara jaringan tubuh; b) pembentukan jaringan tubuh yang baru (pertumbuhan, kebuntingan dan laktasi); c) sebagian kecil energi disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot; d) kebanyakan energi disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak. Cara menyatakan energi makanan Energi dapat diukur dengan kalori.



Satu kalori adalah banyaknya panas yang



diperlukan untuk menaikkan temperatur satu gram air sebesar satu derajat Celsius (1 0 C), tepatnya dari 14,50C menjadi 15,50C. Satuan atau unit energi adalah kilokalori (Kkal) atau megakalori (Mkal). 1 Mkal = 1000 Kkal. Patokan International yang baru adalah “joul’ (J). Satu kalori = 4,184 joul. Energi Bruto (Gross Energy, GE) Pengukuran paling sederhana yang dapat dilakukan untuk mengukur energi suatu bahan makanan atau ransum adalah analisis laboratoris terhadap energi bruto (gross energy), yaitu banyaknya panas yang dikeluarkan bila bahan makanan dioksidasi komplit. Energi bruto ransum ternak babi biasanya sekitar 4,4 Kkal/gram atau 4400 Kkal/kg bahan kering. Sedangkan energi bruto bahan makanan berbeda sesuai sumber suatu zat makanan. Seperti Glukosa mengandung energi bruto berkisar 3,8 Kkal/g Pati mengandung energi bruto berkisar 4,2 Kkal/g Protein mengandung energi bruto berkisar 5,7 Kkal/g Lemak mengandung energi bruto berkisar 9,4 Kkal/g. Energi Dapat dicerna (Digestible Energi, DE) Tidak semua energi bruto dalam makanan dapat digunakan oleh ternak babi. Ukuran energi yang lebih berguna setelah energi bruto adalah energi dapat dicerna (ED; digestibility energy). Energi dapat dicerna tidak dapat diukur di laboratorium, dan hanya dapat ditentukan Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



dengan cara memberi babi makan dan diukur total energi yang dimakan dan energi yang terdapat dalam feses. Energi yang dikonsumsi dikurangi energi dalam feses itulah yang dinamakan energi tercerna. Namun daya cerna ini disebut daya cerna agakan (apparent digestibility). Karena energi dalam feses tidak saja terdapat energi yang tidak dapat dicerna saja tetapi juga di dalamnya terdapat bahan-bahan yang disekresikan oleh tubuh ke dalam saluran pencernaan seperti enzim-enzim, dan juga sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan tersebut. Energi dapat dimetabolisme (Metabolizable Energy, ME) Energi yang dapat dimetabolisme diperoleh dari mengurangi energi dapat dicerna dengan energi yang dikeluarkan melalui urin dan gas-gas. Namun pada babi energi gas sangat kecil, hanya sekitar 0,1% dari energi ransum (gross energy), sehingga sering diabaikan. Energi neto (Net Energy, NE) Energi yang diserap, dan kemudian dimetabolisme dalam tubuh untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi. Tidak semua energi yang dimetabolisme digunakan untuk kebutuhan tersebut, karena semua proses yang terjadi di dalam tubuh membutuhkan energi seperti proses pembentukan protein tubuh, pembentukan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh. Energi yang dipakai untuk kebutuhan yang dimaksud dikenal dekenal dengan sebutan panas bahang (heat increment).



Jadi yang dimaksud dengan energi neto adalah energi yang dimetabolisme



dikurangi dengan panas bahang. Panas bahang (heat increment) ini, nilainya dapat berbedabeda tergantung komposisi ransum dan proses-proses produksi untuk apa energi itu digunakan. Sumber Energi Sumber energi utama bagi ternak babi adalah serealia atau butir-butiran. Serealia mengandung karbohidrat, lemak dan protein sebagai sumber energi bagi babi. Karbohidrat dari serealia dan tanaman pada umumnya terdiri dari yang mudah dicerna oleh babi seperti gula dan pati. Gula dan pati terdapat dalam isi sel tanaman. Sedangkan dinding sel tanaman mengandung karbohidrat berupa serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang sulit dicerna oleh babi. Oleh sebab itu babi terbatas dalam memanfaatkan serat kasar. Babi muda yang cepat bertumbuh seharusnya mendapat ransum serat kasar rendah agar pertumbuhannya



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



tidak tertekan. Contoh bahan pakan sumber energi berupa karbohidrat yang berserat kasar tinggi adalah dedak. Lemak mengandung energi sangat tinggi. Lemak terdapat pada tanaman dan hewan. Lemak yang sering digunakan sebagai sumber energi ransum babi, dari tanaman adalah minyak kelapa yang mengandung energi 7000 kkal/kg. Sedangkan lemak dari hewani yang sering dipakai atau ditambahkan



adalah lemak tallow (lemak sapi), lard (lemak babi).



Bahan-bahan sumber lemak ini, selain menyumbangkan energi yang tinggi juga merupakan sumber asam-asam lemak esensial (asam linoleat, 18:2) yang dibutuhkan oleh ternak babi. Protein adalah sumber energi yang mahal.



Fungsi protein yang utama adalah



menyediakan asam-asam amino untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh yang telah usang. Bahan makanan yang berprotein tinggi hanya digunakan sebagai sumber energi bila terdapat berlimpah dan murah. Apabila protein digunakan sebagai sumber energi adalah dengan mengambil nitrogen dari asam amino, yang dikenal dengan proses deaminasi. Proses ini membutuhkan pengeleminasian nitrogen keluar dari tubuh dalam bentuk urea. Pengeleminasian ini membutuhkan energi, oleh karena itu metode ini kurang efisien. Faktor-kator yang mempengaruhi energi ransum adalah: 1) kandungan karbohidrat yang dapat larut; kecernaan karbohidrat yang dapat larut seperti gula dan pati sebesar 95%. Apabila ransum mengandung gula dan pati tinggi maka energi ransum tinggi; 2) kandungan lemak, kecernaan lemak hewani sekitar 86%.



Apabila kandungan lemak banyak dalam



ransum, maka energi ransum tinggi pula; 3) level serat kasar; hemiselulosa, selulosa dan lignin.



serat kasar terdiri dari



Meskipun selulosa dan hemiselulosa sebagian dapat



dicerna, namun lignin sama sekali tidak dapat dicerna. Oleh sebab itu level serat kasar dalam ransum berpengaruh besar terhadap energi ransum. Makin tinggi serat kasar ransum, makin tinggi energi yang tidak dapat dicerna, sehingga energi ransum semakin rendah. Demikian juga secara fisik, serat kasar dapat menghalangi pencernaan pati, gula dan lemak sehingga menurunkan kecernaan energi.



Level serat kasar yang tinggi juga akan mengakibatkan



meningkatnya konsumsi makanan disertai keefisienan konversi makanan rendah atau jelek. Babi yang dewasa dapat mencerna serat kasar lebih baik dari babi muda, seperti yang direkomendasikan Sihombing (1997) pada Tabel 1. Tabel 1. Level serat kasar yang direkomendasikan dalam ransum babi. Ransum Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Serat kasar (%)



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Pemula (starter) Bertumbuh (grower) Pengakhiran (finisher) Stok bibit



Modul 5 3,5-4,0 4,0-5,0 5,0-7,0 6,0-8,0



4) besar partikel makanan; partikel makanan berpengaruh terhadap kecernaan. Dari hasil penelitian terbukti jelai yang telah digiling dapat meningkatkan keefisienan penggunaan makanan 9% daripada jelai utuh.



Dengan demikian memperkecil partikel butiran dapat



meningkatkan nilai energi ransum. Protein dan Asam-asam Amino Protein esensial untuk pertumbuhan dan hidup pokok organ-organ dan jaringan tubuh. Semua protein dibentuk dari paduan asam-asam amino sebanyak 22 buah. Protein adalah suatu rantai dengan asam-asam amino sebagai mata rantainya.



Bila protein dihidrolisis



(dipecah) akan menghasilkan sekitar 20 atau lebih asam amino yang berlainan. Protein dalam makanan akan dipecah dalam alat pencernaan menjadi komponen asam-asam amino yang dikandungnya oleh aksi enzim proteolitis. Kemudian asam-asam amino ini lalu diserap dari usus halus ke dalam aliran darah, di bawa ke hati dan ginjal, dan selanjutnya ditransfer ke pelbagai bagian-bagian tubuh. Beberapa asam amino dapat disintesis atau dibentuk di dalam hati dan ginjal, namun tidak mungkin



mensintesis 10 asam amino yang mutlak dibutuhkan



ternak babi. Asam-asam amino ini disebut asam amino esensial bagi babi, terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Asam-asam amino Essensial Untuk Babi Metionin (Methionine) Arginin (Arginine) Treonin (Threonine) Triptofan (Tryptophan)



Histidin (Histidine) Isoleusin (Isoliocine) Lisin (Lysine) Leusin (Leucine)



Valin (Valine) Fenilalanin (Phenylalanine)



Bahan-bahan makanan seperti tepung ikan dan bungkil kedele mengandung tinggi asam-asam amino esensial sehingga bahan tersebut baik sebagai sumber protein ransum babi. Butiran serealia saja, tidak mengandung cukup asam-asam amino esensial yang 10 tersebut untuk memenuh kebutuhan babi. Asam-asam amino esensial yang sering kekurangan dalam ransum babi adalah lisin, metionin dan triptofan.



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



3. Makanan Babi Bibit Produktivitas dan keuntungan yang maksimal dapat dicapai dengan pemberian makanan yang layak dibutuhkan babi bibit. Keefisienan reproduksi tidak akan tercapai apabila tidak disertai pemberian makanan dan manajemen yang baik. Pemberian makanan yang berkualitas untuk babi bibit bertujuan untuk : 1) pertumbuhan uterus dan selaput uterus; 2) pertumbuhan fetus; 3) perkembangan kelenjar susu; 4) perkembangan tubuh; 5) produksi susu; 6) persediaan tubuh yang terkuras selama laktasi sebelumnya. Ransum yang hanya mengandung cukup zat-zat makanan belum tentu menjamin performans reproduksi yang baik. Namun zat makanan harus tersedia dalam proporsi yang tepat.



Memberi makanan yang tidak cukup mengandung salah satu zat makanan dapat



mengakibatkan : 1) laju konsepsi menurun; 2) littersize menurun; 3) bobot badan dan kesehatan anak yang lahir menurun; 4) produksi susu rendah; 5) interval waktu antara penyapihan anak ke perkawinan berikutnya makin lama dan



6) usia reproduktif induk



diperpendek. Kebutuhan zat-zat makanan untuk babi bibit dapat diperoleh dari publikasi NRC (National Research Council). Sumber lain penyatakan induk babi kering kandang umumnya sekitar 2,7-3,6 kg per ekor per hari. Makanan tersebut harus mengandung energi metabolisme 3100 kkal, protein sekitar 14-16 % (Aritonang, 1993). Untuk meningkatkan littersize maka induk sebelum dikawinkan diberikan makanan dalam jumlah yang lebih banyak yaitu ditambahkan 0,5 sampai 1 kg ransum per ekor per harinya. Makanan tambahan untuk induk sebelum dikawinkan ini disebut dengan istilah flushing. Tujuan pemberian flushing adalah : 1) lebih banyak telur yang terlontar pada saat estrus; 2) keadaan estrus pada induk lebih jelas kelihatannya (strong estrus) dan 3) tingkat konsepsi menjadi lebih tinggi. Flashing dapat dilakukan sekitar 7-14 hari sebelum ternak babi dikawinkan, dan satu minggu setelah dikawinkan. Tetapi pada hari-hari berikutnya segera diatasi, karena konsumsi yang banyak pada saat bunting



dapat membatasi ruangan tempat berkembangnya embrio yang



mengakibatkan meningkatnya jumlah kematian embrio selama kebuntingan sehingga anak babi yang lahir sedikit. 4. Makanan Induk Selama Bunting



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



Babi induk selama bunting dalam kondisi lingkungan yang bebas dari parasit, cukup diberi makanan 1,8-2,3 kg per hari per ekor. Pemberian makanan yang banyak pada induk yang sedang bunting, akan meningkatkan bobot badan induk, tetapi sangat kecil pengaruhnya terhadap bobot anak babi yang baru lahir. Oleh sebab itu pemberian ransum pada induk selama bunting haruslah dibatasi. Keuntungan-keuntungan lain dari pembatasan pemberian ransum pada induk selama bunting adalah : 1) embrio yang hidup meningkat; 2) kesukarankesukaran induk saat melahirkan anak kurang; 3) lebih jarang anak yang mati tertindih induknya; 4) kehilangan bobot induk selama laktasi kecil; 5) biaya ransum berkurang; 6) kejadian mastitis kurang; 7) jangka waktu reproduktif diperpanjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan makanan bagi induk bunting adalah: a) bobot badan, makin tinggi bobot badan induk membutuhkan makanan per hari makin banyak pada temperatur sama; a) temperatur; temperatur kritis terendah bagi babi induk adalah 21 0C, bila babi dipelihara di bawah suhu itu maka memerlukan makanan lebih banyak, babi yang lebih kurus memerlukan makanan lebih banyak dibanding bobot yang lebih besar; c) indukinduk dalam kelompok, akan bersaing mendapatkan makanan, untuk menjaga ada induk yang kurang mendapat makanan maka perlu diberi tambahan makanan sekitar 15% lebih banyak daripada bila individu; d) kesehatan induk. Untuk mengevaluasi program pemberian makanan induk bunting yang terbaik adalah menimbang bobot induk selama bunting.



Untuk induk dara pertama sampai lima kali



melahirkan perlu kenaikan bobot badan sebanyak 10 kg, untuk perkembangan jaringan tubuhnya dan fetus. Untuk induk setelah melahirkan kelimakalinya pertambahan bobot badan sebesar 25 kg. Ada tiga sistem manajemen untuk menjaga energi selama bunting agar tidak berlebihan : 1) memberikan ransum berenergi tinggi tetapi jumlah terbatas; 2) memberi ransum dilewati sehari; 3) memberi kebebasan makan, tetapi ransum yang berserat kasar tinggi. 5. Pemberian Makanan Saat sebelum Melahirkan dan Selama Laktasi Pemberian makanan terbaik sesaat sebelum melahirkan adalah mempertahankan jumlah ransum yang sama banyaknya selama bunting. Pemberian makanan yang banyak pada saat ini mengakibatkan usus penuh yang menyebabkan kelahiran lambat / seret dan diduga juga menyebabkan mastitis. Sebaliknya bila makanan terlalu dibatasi mengakibatkan induk Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



terlalu aktif/gelisah sehingga anak yang lahir nantinya akan diinjak-injak, dapat meningkatkan kematian.



Pemberian makanan yang cukup perlu segera setelah melahirkan, sehingga



mendapatkan anak-anak yang segar. Pemberian antibiotik pada saat melahirkan dan awal laktasi sangat diperlukan untuk mengurangi stress baik pada anak dan induk babi, mengurangi penyakit agalaksia dan infeksi uterus. Kebutuhan zat-zat makanan babi laktasi lebih banyak dibandingkan dengan babi bunting. Hal ini disebabkan induk babi dalam saat laktasi menghasilkan sekitar 7,0 kg air susu sehari. Jumlah ini sama dengan bahan kering yang dihasilkan babi bunting dalam dua hari. Kebutuhan ransum babi laktasi tergantung jumlah anak yang disusuinya. Sebagai pengalaman babi laktasi diberi makanan 2,0 kg per hari dan tambahan 0,5 kg bagi setiap anak. Babi laktasi harus mempunyai nafsu makan yang baik sehingga zat-zat makanan yang dibutuhkan cukup, karena semasa laktasi terkuras untuk produksi susu. Jika tidak, maka akan timbul masalah dalam perkawinan selanjutnya. Cara lain untuk meningkatkan konsumsi ransum untuk induk berlaktasi adalah memperendah temperatur kandang tempat menyusukan anaknya, setelah selesai menyusu baru kemudian anaknya ditempatkan pada ruangan yang lebih hangat. Frekuensi makan beberapa kali lebih disukai dibandingkan hanya satu kali dalam sehari. 6. Pemberian Makanan Saat Penyapihan Sampai Kawin Pemberian makanan bagi induk yang akan disapih anaknya, menurut beberapa penelitian yang terbaik adalah menghentikan produksi air susu dengan membiarkan air susu menumpuk dalam ambing, tekanan kelenjar susu meningkat akan cepat sekali menghentikan sekresi air susu dan merangsang birahi cepat kembali. Pemberian makanan saat dikawinkan, tergantung kondisi induk. Induk yang kurus dari jangka waktu menyapih sampai kawin harus diberi makanan yang lebih baik dari pada induk yang tidak kurus. Karena makanan ini dibutuhkan untuk perkembangan ovum, sehingga pelepasan ovum menjadi banyak dan pertunasan dan implantasinya berhasil, laju konsepsi, banyak anak dan waktu untuk kawin kembali diperbaiki. Namun setelah kawin, makanannya segera dikurangi dan cukup untuk memelihara tubuhnya saja. Pemberian antibiotik konsisten menguntungkan dari penyapihan sampai kawin kembali, terbukti 9% memperbaiki laju kelahiran dengan pertambahan 0,2 anak per kelahiran selanjutnya.



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



7. Pemberian Makanan Anak Babi Menyusu Susu mengandung zat-zat makanan yang jauh lebih lengkap dan kecernaannya yang tinggi dibandingkan makanan apapun. Semua zat-zat makanan bagi anak baru lahir dapat diperoleh dari air susu induk kecuali zat besi (Fe). Umumnya produksi air susu maksimum dicapai pada minggu ketiga setelah lahir, setelah itu produksi air susu menurun lambat secara teratur. Oleh sebab itu induk tidak sanggup lagi menyediakan semua zat makanan yang dibutuhkan oleh anak yang kebutuhannya terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan zatzat makanan bagi anak babi, maka harus dipenuhi melalui makanan tambahan . Dari lahir sampai dua atau tiga minggu pertama anak babi hanya sanggup mencerna protein susu (casein), gula susu (laktosa), glukosa dan lemak.



Tambahan makanan bagi anak babi yang



masih menyusu disebut makanan krip (creep feeding).



Manfaat yang diharapkan dari



pemberian makanan krip adalah : 1) anak lebih berbobot saat disapih; 2) kondisi badan induk lebih baik saat anak disapih; 3) menurunkan tingkat kematian sebelum sapih; dan 4) memperkecil hambatan pertumbuhan anak lepas sapih. Tujuan pemberian makanan krip yang utama adalah memenuhi kebutuhan energi yang sering kekurangan bagi anak babi. Kekurangan energi ini selain disebabkan produksi susu induk menurun setelah dua atau tiga minggu menyusui, juga karena littersize babi unggul yang ada tinggi, sehingga sering menyebabkan anak babi berebutan mendapatkan air susu induknya.



Keadaan ini



menimbulkan anak-anak babi kurang energi yang menyebabkan kematian mencapai 20 – 25% sebelum sapih (Cunha, 1977). Pemberian makanan secara ad libitum bagi induk tidak cukup untuk anak-anak babi mencapai pertumbuhan yang maksimal. Di perusahaan-perusahaan besar, makanan krip harganya mahal karena tersusun dari skim milk dan bahan-bahan yang umumnya sulit didapat terutama di daerah-daerah. Makanan krip seharusnya berasal dari karbohidrat yang mudah dicerna dan disukai anak babi seperti : sukrosa, molasses, glukosa atau gula sederhana lainnya sebagai sumber energi bagi anak babi pra sapih. Pemakaian gula sebagai makanan krip bervariasi pada tingkat penggunaan dan hasil yang diperoleh. Potensi lokal yang telah dicobakan sebagai penyusun makanan krip adalah gula lontar dan lemak babi (lard) (Suryani, dkk. 2007). Gula lontar mengandung energi tinggi dan karbohidrat sederhana seperti sukrosa yang mudah dicerna dan mempunyai rasa yang manis.



Lemak babi juga merupakan sumber energi yang mudah dicerna



(kecernaannya 60-90%) dan sangat disukai anak babi (NRC, 1988 dan Sihombing, 1997). Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



Penggunaan kedua bahan ini sebagai komponen makanan krip dapat meningkatkan bobot badan anak babi lepas sapih dan lebih menguntungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan krip adalah: 1) cara pemberian; 2) citarasa makanan; 3) lingkungan; 4) produksi dan komposisi susu induk; 5) kesehatan, ketegaran dan laju pertumbuhan anak babi, dan 6) ketersediaan air minum. 8. Pemberian Makanan Babi Bertumbuh – Pengakhiran Banyak faktor yang mempengaruhi ekonomi pemeliharaan babi pada fase bertumbuh – pengakhiran, yakni: 1) harga pembelian anak babi, 2) harga penjualan babi potong, 3) harga makanan, 4) keefisienan penggunaan makanan, 5) laju pertumbuhan, 6) angka kematian, dan 7) kualitas karkas. Dari faktor-faktor ini, keefisienan penggunaan makanan atau kemampuan babi mengubah makanan menjadi daging adalah faktor yang paling mempengaruhi keuntungan dalam usaha penggemukan babi. Ransum yang bermutu tinggi adalah faktor terpenting yang mempengaruhi performans babi bertumbuh-pengakhiran. Hasil yang terbaik akan diperoleh bila ransum yang diberikan terdiri dari campuran bahan-bahan pakan sumber energi yang cukup, protein dan tambahan vitamin-vitamin dan mineral-mineral sehingga zat-zat makanan berimbang dan lengkap. Tingkat kebutuhan berbagai zat-zat makanan bagi babi bertumbuh-pengakhiran dapat diperoleh dari tabel-tabel yang diterbitkan oleh NRC (National Research Council). Ransum dapat disusun dari bahan pakan yang harganya relatif murah, tetapi zat-zat makanannya memadai. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan ransum babi bertumbuhpengakhiran, yakni : 1) komposisi zat-zat makanan; 2) hindari bahan pakan yang tidak disukai babi; 3) hindari bahan makanan dengan serat kasar yang terlalu tinggi; 4) perlu diberi suplemen protein; 5) penggunaan antibiotik. 9. Pakan dan Nutrisi Pakan adalah segala bahan yang dipersiapkan untuk diberikan dan dapat dimakan oleh ternak serta berguna bagi tubuhnya. Bahan tersebut mengandung zat makanan atau nutrisi seperti air, protein, karbohidrat, mineral, lemak dan vitamin. Tiap jenis pakan mengandung zat makanan dengan komposisi spesifik sehingga bahan tersebut sering digolongkan menjadi bahan sumber nutrisi dominannya seperti sumber-sumber energi, sumber protein, sumber Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



mineral dan sumber vitamin menurut intensitas penggunaannya dikelompokkan atas pakan konvensional, pakan yang lasim digunakan di suatu daerah, dan pakan nonkonvensional, jarang atau dalam penjajakan penggunaannya. Tingkat kebutuhan nutrisi setiap ternak dipengaruhi oleh harga (breed), galur (strain), dan stadium pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi untuk berbagai stadium pertumbuhan babi telah banyak diteliti di daerah subtropis, tetapi di Indonesia atau di daerah tropis lainnya belum banyak diketahui. Beberapa peneliti melihat kemungkinan kebutuhan nutrisi lebih tinggi akibat tingginya suhu yang menekan konsumsi ransum sehingga di daerah tropis disarankan ketetapan nutrisinya lebih tinggi. Sampai sekarang patokan baku kebutuhan nutrisi untuk ternak babi masih berpegang pada rekomendasi NRC dan selalu disempurnakan tiap periode tertentu. 10. Penyusunan dan Pemberian Ransum Penyusunan ransum, harus memperhatikan berbagai hal agar susunan yang didapat memberikan pengaruh paling baik bagi penampilan ternak. Teknik penyusunan ransum pada dasarnya adalah usaha menentukan jumlah tiap bahan yang pantas digabung sehingga dengan gabungan tersebut terpenuhi kebutuhan nutrisi yang diharapkan. Jumlah atau proporsi bahan tersebut ditelusuri dengan menghitung kesertaannya untuk memenuhi target nutrisi kebutuhan. Teknik-tekniknya antara lain trial and error, chisquare, linear programing serta list cost diet formulation Biaya untuk pakan merupakan pengeluaran terbesar diantara seluruh komponen biaya produksi ternak babi, pembatasan makanan dapat membuat babi manjadi kurus dengan karkas sedikit lemak dan kalau diberi makan bebas akan terjadi kegemukan dengan karkas dominan lemak. Makanan yang diberikan harus tepat untuk mencapai pertumbuhan secepat mungkin tanpa mengurangi nilai karkas.



Susunlah ransum babi yang ekonomis sesuai dengan status fisiologinya. Batas terendah konsumsi pakan adalah jumlah pakan untuk kebutuhan hidup pokok (maintenance). Selanjutnya pakan ditemukan untuk pertumbuhan (growth) dan kemudian untuk produksi daging, susu dan kebuntingan. Batas tertinggi jumlah pakan yang dikonsumsi babi dipengaruhi berbagai sifat, seperti keragaan babi, tipe, musim, suhu kandang, tekstur makanan, platabilitas, dan cara pemberiannya. Selanjutnya nafsu makan tersebut dikendalikan oleh kapasitas saluran pencernaan atau kecukupan energi yang masuk untuk membentuk mekanisme pembatas dalam tubuh. Pengolahan Pakan Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



Hampir semua pakan penyusun ransum babi harus melalui satu atau lebih cara pengolahan dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesukaan, nilai gizi, dan kemudian penanganan. Ada beberapa tipe pengolahan yang dikenal, yakni pengolahan secara dingin, (seperti menggiling, menumbuk menjadi tepung, memecah mencampur, mengumpulkan, menambah suplemen, menyimpan, mencetak palet, granula, crumble, butiran, dan sebagainya); secara panas (seperti memasak, mengukus, sangrai, auto claving, dan ekstraksi dengan pres atau solving); dan fermentasi.Sebelum menyusun ransum, perlu ditetapkan jenis ransum yang akan dibuat hendaknya susunan kandungan zat-zat makanan sesuai dengan kebutuhan babi yang akan diberi ransum tersebut. Kemudian memilih bahan-bahan makanan yang nilai ekonomisnya baik.



Setelah ransum tersusun perlu dilakukan pengujian



laboratorium untuk memastikan apakah kandungan zat-zat makanan sesuai dengan yang disusun menurut perhitungan. Pengujian Ransum Kebanyakan hasil dari analisis ransum di laboratorium makanan ternak, tidak sesuai dengan perhitungan kandungan zat-zat makanan ransum, dan lebih sering kurang dari kebutuhan ternak. Oleh sebab itu babi-babi yang diberi ransum yang dicampur sendiri oleh peternak sering kali defisiensi satu atau beberapa zat makanan. Kandungan zat-zat makanan butiran serealia ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: a) varietas; b) umur panen; c) iklim; d) pemupukan, dan e) tempat tumbuh. Menyiapkan Ransum Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan ransum adalah : 1) variasi kandungan zat-zat makanan; 2) meminimalkan biaya ransum dan memaksimalkan penggunaan sumber ransum; 3) menimbang dengan cermat; 4) mencampur dengan merata, bila dengan alat pencampur hendaknya dikaliberasi dengan teratur, dan lama mencampur. Metode mencampur ransum agar mendapatkan campuran yang homogen adalah: 1) masukkan separuh butiran serealia; 2) tambahkan suplemen protein; 3) masukkan premix mineral-mineral; 4) tambahkan sisa butiran. Setelah semua bahan makanan dimasukkan dalam alat pencampur, tambahan waktu mencampur 8-10 menit sudah cukup menjamin campuran ransum yang homogen.



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



Cara Pemberian Ransum Selain keserasian nutrisi yang disusun dalam formula ransum telah memenuhi kebutuhan menurut stadium pertumbuhan babi, cara pemberiannya juga perlu diperhatikan. Ransum dapat diberikan secara terbatas (restricted feeding, hand feeding) dan tak terbatas atau bebas (fullfeeding, self feeding atau ad libitum). Bentuk makanan yang disajikan dapat basah, pasta dan kering berupa tepung (mesh), pelet, butiran, crumble atau bentuk lain. Ransum tersebut diharapkan dapat dimakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, tidak terbuang, jika berlebihan, kelebihannya dapat digunakan lagi. Dengan demikian, cara pemberian makanan ini dikaitkan dengan tempat dan fasilitas makan, intensitas dan waktu pemberiannya, serta besar kelompok penerimanya. Tugas Buatlah review hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada induk bunting; sebelum melahirkan, sedang laktasi, penyapihan – dikawinkan kembali; babi menyusu dan fase pertumbuhanpengakhiran.



RINGKASAN Produktivitas dan keuntungan yang maksimal dapat dicapai dengan pemberian makanan yang layak dibutuhkan babi bibit. Keefisienan reproduksi tidak akan tercapai apabila tidak disertai pemberian makanan dan manajemen yang baik. Pemberian makanan yang berkualitas untuk babi bibit bertujuan untuk :1) pertumbuhan uterus dan selaput uterus; 2) pertumbuhan fetus; 3) perkembangan kelenjar susu; 4) perkembangan tubuh; 5) produksi susu; 6) persediaan tubuh yang terkuras selama laktasi sebelumnya. Ransum yang hanya mengandung cukup zat-zat makanan belum tentu menjamin performans reproduksi yang baik. Namun zat makanan harus tersedia dalam proporsi yang tepat.



Memberi makanan yang tidak cukup mengandung salah satu zat makanan dapat



mengakibatkan : 1) laju konsepsi menurun; 2) littersize menurun; 3) bobot badan dan kesehatan anak yang lahir menurun; 4) produksi susu rendah; 5) interval waktu antara penyapihan anak ke perkawinan berikutnya makin lama dan



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



6) usia reproduktif induk



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



diperpendek. Kebutuhan zat-zat makanan untuk babi bibit dapat diperoleh dari publikasi NRC (National Research Council). Sumber lain penyatakan induk babi kering kandang umumnya sekitar 2,73,6 kg per ekor per hari. Makanan tersebut harus mengandung energi metabolisme 3100 kkal, protein sekitar 14-16 % (Aritonang, 1993).



Untuk meningkatkan littersize maka induk



sebelum dikawinkan diberikan makanan dalam jumlah yang lebih banyak yaitu ditambahkan 0,5 sampai 1 kg ransum per ekor per harinya. Makanan tambahan untuk induk sebelum dikawinkan ini disebut dengan istilah flushing. Tujuan pemberian flushing adalah : 1) lebih banyak telur yang terlontar pada saat estrus; 2) keadaan estrus pada induk lebih jelas kelihatannya (strong estrus) dan 3) tingkat konsepsi menjadi lebih tinggi. Flashing dapat dilakukan sekitar 7-14 hari sebelum ternak babi dikawinkan, dan satu minggu setelah dikawinkan. Babi induk selama bunting dalam kondisi lingkungan yang bebas dari parasit, cukup diberi makanan 1,8-2,3 kg per hari per ekor. Pemberian makanan yang banyak pada induk yang sedang bunting, akan meningkatkan bobot badan induk, tetapi sangat kecil pengaruhnya terhadap bobot anak babi yang baru lahir. Oleh sebab itu pemberian ransum pada induk selama bunting haruslah dibatasi. Keuntungan-keuntungan lain dari pembatasan pemberian ransum pada induk selama bunting adalah : 1) embrio yang hidup meningkat; 2) kesukarankesukaran induk saat melahirkan anak kurang; 3) lebih jarang anak yang mati tertindih induknya; 4) kehilangan bobot induk selama laktasi kecil; 5) biaya ransum berkurang; 6) kejadian mastitis kurang; 7) jangka waktu reproduktif diperpanjang. Untuk mengevaluasi program pemberian makanan induk bunting yang terbaik adalah menimbang bobot induk selama bunting.



Untuk induk dara pertama sampai lima kali



melahirkan perlu kenaikan bobot badan sebanyak 10 kg, untuk perkembangan jaringan tubuhnya dan fetus. Untuk induk setelah melahirkan kelimakalinya pertambahan bobot badan sebesar 25 kg. Ada tiga sistem manajemen untuk menjaga energi selama bunting agar tidak berlebihan : 1) memberikan ransum berenergi tinggi tetapi jumlah terbatas; 2) memberi ransum dilewati sehari; 3) memberi kebebasan makan, tetapi ransum yang berserat kasar tinggi. Di perusahaan-perusahaan besar, makanan krip harganya mahal karena tersusun dari skim milk dan bahan-bahan yang umumnya sulit didapat terutama di daerah-daerah. Makanan Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



krip seharusnya berasal dari karbohidrat yang mudah dicerna dan disukai anak babi seperti : sukrosa, molasses, glukosa atau gula sederhana lainnya sebagai sumber energi bagi anak babi pra sapih. Pemakaian gula sebagai makanan krip bervariasi pada tingkat penggunaan dan hasil yang diperoleh. Potensi lokal yang telah dicobakan sebagai penyusun makanan krip adalah gula lontar dan lemak babi (lard) (Suryani, dkk. 2007). Gula lontar mengandung energi tinggi dan karbohidrat sederhana seperti sukrosa yang mudah dicerna dan mempunyai rasa yang manis. Lemak babi juga merupakan sumber energi yang mudah dicerna (kecernaannya 60-90%) dan sangat disukai anak babi (NRC, 1988 dan Sihombing, 1997). Penggunaan kedua bahan ini sebagai komponen makanan krip dapat meningkatkan bobot badan anak babi lepas sapih dan lebih menguntungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan krip adalah: 1) cara pemberian; 2) citarasa makanan; 3) lingkungan; 4) produksi dan komposisi susu induk; 5) kesehatan, ketegaran dan laju pertumbuhan anak babi, dan 6) ketersediaan air minum. Banyak faktor yang mempengaruhi ekonomi pemeliharaan babi pada fase bertumbuh – pengakhiran, yakni: 1) harga pembelian anak babi, 2) harga penjualan babi potong, 3) harga makanan, 4) keefisienan penggunaan makanan, 5) laju pertumbuhan, 6) angka kematian, dan 7) kualitas karkas. Dari faktor-faktor ini, keefisienan penggunaan makanan atau kemampuan babi mengubah makanan menjadi daging adalah faktor yang paling mempengaruhi keuntungan dalam usaha penggemukan babi. Keserasian nutrisi yang disusun dalam formula ransum telah memenuhi kebutuhan menurut stadium pertumbuhan babi, cara pemberiannya juga perlu diperhatikan. Ransum dapat diberikan secara terbatas (restricted feeding, hand feeding) dan tak terbatas atau bebas (fullfeeding, self feeding atau ad libitum). Bentuk makanan yang disajikan dapat basah, pasta dan kering berupa tepung (mesh), pelet, butiran, crumble atau bentuk lain. Ransum tersebut diharapkan dapat dimakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, tidak terbuang, jika berlebihan, kelebihannya dapat digunakan lagi. Dengan demikian, cara pemberian makanan ini dikaitkan dengan tempat dan fasilitas makan, intensitas dan waktu pemberiannya, serta besar kelompok penerimanya. PENUTUP Test Mandiri (total skor nilai 100) 1. Sebutkan dan jelaskan tujuan pemberian pakan yang berkualitas baik untuk babi bibit. Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



2. Kegagalan apa yang dihadapi bila makanan babi kekurangan salah satu zat makanan. 4. Sebutkan dan jelaskan cara pemberian ransum pada babi. Jawaban test mandiri 1. Tujuan pemberian pakan berkualitas baik adalah agar babi bibit menghasilkan anak babi sebanyak-banyaknya per induk per tahun dengan biaya ransum serendah mungkin. Memberikan makanan yang berkualitas baik sangat penting agar tersedia cukup zat-zat makanan untuk : a. pertumbuhan fetus, b. pertumbuhan uterus dan selaput uterus, c. perkembangan kelenjar susu, d. perkembangan tubuh, e. produksi susu, f. penambahan persediaan tubuh yang terkuras selama laktasi sebelumnya. 2. a. laju konsepsi menurun b. banyak anak per kelahiran menurun c. bobot lahir dan ketahanan tubuh anak yang lahir menurun d. produksi air susu induk menurun e. interval penyapihan anak ke perkawinan berikutnya makin lama f. usia reproduktif induk diperpendek 3. Selain keserasian nutrisi yang disusun dalam formula ransum telah memenuhi kebutuhan menurut stadium pertumbuhan babi, cara pemberiannya juga perlu diperhatikan. Ransum dapat diberikan secara terbatas (restricted feeding, hand feeding) dan tak terbatas atau bebas (fullfeeding, self feeding atau ad libitum). Bentuk makanan yang disajikan dapat basah, pasta dan kering berupa tepung (mesh), pelet, butiran, crumble atau bentuk lain. Umpan Balik Cocokkan jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif yang terdapat pada bagian akhir bahan ajar ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar untuk setiap point pada butir soal. Kemudian gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi modul. Rumus: Tingkat Penguasaan : Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 80 - 100% = Baik Sekali



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang



Manajemen Pemberian Pakan Pada Produksi Babi



Modul 5



70 - 79% = Baik 60 - 69% = Cukup < 60% = Kurang Tindak Lanjut Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 60% atau lebih, Anda dapat meneruskan materi selanjutnya. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 60% Anda harus mengulangi materi ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai. DAFTAR BACAAN Aritonang, D. 1993. Babi. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penerbit Swadaya. Cunha, T. J. 1977. Swine Feeding and Nutrition. Academic Press. New York San Fransisco. London. Devendra, C. and M.F. Fuller. 1979. Pig Production in the Tropics. Oxford University Press. Oxpord London. Eusebio, J.A. 1980. Pig Production in the Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. Hongkong. Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik, Penerbit Angkasa. Bandung. Sihombing, 1992. Ilmu Makanan Ternak Babi. In Press Bogor. Tillman, A., Hari Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press Fakultas Peternakan UGM. Wiranda, G.P. dan Soewondo Djojosoebagio Al Haj. 1991. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Hayati. Institut Pertanian Bogor.



Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang