Modul Penemuan Kasus Terduga Tuberkulosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI INTI 4 PENEMUAn KaSUS TERDUGA TUBERCULOsis



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



MATERI INTI 4 PENEMUAN KASUS TERDUGA TUBERCULOSIS



I.



Deskripsi Singkat Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TB tinggi. WHO Global TB Report 2018 memperkirakan jumlah kasus TB sebanyak 842. 000 kasus serta mortalitas TB 107.000 kasus. Masyarakat Indonesia berisiko tertular TB karena TB dapat ditularkan melalui udara. Terutama jika pasien TB berbicara, batuk atau bersin dan berdekatan dengan orang lain. Risiko penularan dapat dikurangi jika semua pasien TB dapat ditemukan dan diobati sampai sembuh. Padahal dari 1.020.000 baru 35 persen pasien TB yang diobati, sisanya masih belum diobati atau sudah diobati tetapi belum dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan sehingga monitoring–evaluasi tentang kemajuan Penanggulangan TB belum dapat dilakukan dengan tepat. Dengan demikian saat ini kita masih berisiko tertular TB. Tuberkulosis yang dapat disembuhkan dengan minum obat sampai tuntas. TBC bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan atau penyakit keturunan dapat menyerang siapa saja. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Dalam upaya penemuan kasus TB dan pendampingan pasien dalam meminum obat diperlukan peran serta aktif masyarakat melalui kader kesehatan terlatih. Aktifnya kader TB dan masyarakat diharapkan akan meningkatkan penemuan dan kesembuhan kasus TB di wilayahnya, menurunkan angka dropout, serta membantu menurunkan stigma dan sikap masyarakat yang menghambat program TB. Pedoman WHO menyatakan bahwa kegiatan investigasi kontak bermanfaat untuk mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



269



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



penyakit yang lebih berat serta mengurangi penularan TBC pada orang lain. Selain itu, investigasi kontak dapat juga menemukan orang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan pengobatan pencegahan. Kegiatan investigasi kontak diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan komunitas yang ada di masyarakat seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya dan sebagainya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, Kader kesehatan TB harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai: Penemuan Kasus Terduga Tuberkulosis. II.



Tujuan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu peserta mampu menemukan kasus terduga tuberculosis. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan informasi dasar Tuberculosis 2. Melakukan teknik penemuan kasus terduga Tuberculosis



III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut: Pokok Bahasan 1. Informasi Dasar Tuberculosis Sub pokok bahasan: a. Pengertian TBC b. Gejala TBC  Pada orang dewasa  Pada anak c. Pencegahan penularan penyakit TBC:  Pencegahan penularan  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)  Etika Batuk d. Kelompok Berisiko TBC:  HIV AIDS Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



270



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



 Diabetes Melitus (DM)  Anak  Lansia  Perokok Pokok bahasan 2. Teknik Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis Sub pokok bahasan : a. Penemuan terduga TBC secara pasif-intensif b. Penemuan aktif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat c. Investigasi Kontak IV. Metode 1. Ceramah tanya jawab 2. Curah pendapat 3. Bermain peran V. Media dan Alat Bantu a. Modul b. Bahan tayang c. Komputer/laptop d. LCD projector e. Whiteboard f. Flipchart g. Spidol (ATK) h. Panduan bermain peran i. Skenario bermain peran j. Masker VI. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator dan peserta selama sesi ini berlangsung 4 jpl (T = 2 jpl; P = 2 jpl; PL = 0 jpl) @45 menit, adalah sebagai berikut :



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



271



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Langkah 1. Pengkondisian (5 menit) Langkah pembelajaran : 1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikansesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan. 2. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima materidengan menyepakati proses pembelajaran. 3. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini dengan menggunakan bahan tayang. Langkah 2. Curah Pendapat (5 menit) Fasilitator menggali tingkat pemahaman peserta tentan materi yang akan disampaikan dengan cara curah pendapat. Peserta diminta menyampaikan pendapat atau pengalamannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis. Langkah 3. Penyampaian Materi (70 menit) Fasilitator menyampaikan pokok bahasan: 1. Informasi Dasar Tuberculosis Materi ini disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab, terdiri dari sub pokok bahasan a. Pengertian TBC b. Gejala TBC  Pada orang dewasa  Pada anak c. Pencegahan penularan penyakit TBC:  Pencegahan penularan  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



272



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



 Etika Batuk d. Kelompok Berisiko TBC:  HIV AIDS  Diabetes Melitus (DM)  Anak  Lansia  Perokok 2. Teknik Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis Materi ini disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab serta bermain peran, terdiri dari sub pokok bahasan: a. Penemuan terduga TBC secara pasif-intensif b. Penemuan aktif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat c. Investigasi Kontak Langkah 4. Bermain Peran (90 menit) Investigasi kontak dilakukan dengan kegiatan bermain peran. Langkahnya: 1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok. (5 menit) 2. Setiap kelompok mendapatkan skenario bermain peran yang berbeda, serta mendiskusikan skenario yang didapat kelompoknya selama 10 menit. 3. Setiap kelompok akan melakukan bermain peran di depan kelas selama 10 menit per kelompok (10 menit x 6 kelompok = 60 menit). 4. Fasilitator mengevaluasi pelaksanaan bermain peran dari seluruh kelompok selama 15 menit. Langkah 5. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit) 1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan lisan untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Merangkum poin-poin penting (membuat kesimpulan akhir) dari materi yang disampaikan 3. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama serta proses Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



273



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



pembelajaran yang telah berlangsung. 4. Fasilitator menutup sesi ini dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.



VII. Uraian Materi POKOK BAHASAN 1. INFORMASI DASAR TUBERKULOSIS A. Pengertian TBC Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat disembuhkan dengan minum obat sampai tuntas. TBC bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan atau penyakit keturunan dapat menyerang siapa saja. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). B. Gejala TBC Pada Orang Dewasa Gejala utama terduga TBC paru dewasa adalah batuk berdahak atau tidak berdahak. Gejala tambahan/lainnya yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah, letih, lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC, bronchitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Setiap orang dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga orang dengan TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



274



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Pada Anak Gejala TBC pada anak agak berbeda dengan gejala TBC pada orang dewasa. Gejala TBC pada anak adalah:  Batuk lama ≥2 minggu  Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya  Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas dan demam umumnya tidak tinggi.  Lesu atau anak kurang aktif bermain Terduga TB pada anak bila ditemukan salah satu gejala diatas, segera dirujuk ke fasilitas kesehatan. C. Pencegahan Penularan Penyakit TBC Cara Penularan TBC Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai berikut: a. Kuman TB ditemukan dalam dahak penderita TB paru atau didalam bagian tubuh yang sakit pada penderita TB diluar Paru b. Kuman TB berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop. c. Tahan terhadap suhu rendah, dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C. d. Kuman TB sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet. Paparan langsung terhadap sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan adalah percikan dahak pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. Pada waktu berbicara, batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab. Saat berbicara dapat menyebarkan sampai 210 kuman, sekali batuk dapat menyebarkan sampai 3500 kuman dalam percikan dahak dan sekali bersin dapat Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



275



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



menyebarkan 4500 – 1 juta kuman. Bila Percikan dahak tersebut dihirup oleh orang lain yang berada diruangan tersebut maka orang tersebut tertular TB dan kuman akan berkembang biak atau tidur dalam paru-paru. Proses menjadi sakit TBC dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu banyaknya kuman, lamamya kontak dengan pasien TBC dan daya tahan tubuh. Semakin banyak kuman yang ditemukan semakin besar daya tular pasien tersebut. Risiko seseorang terpapar kuman TBC ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Pada keadaan daya tahan tubuh yang rendah misalanya orang dengan HIV/AIDS, pasien Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis, orang lanjut usia (lansia) umur diatas 60 tahun, anakanak menyebabkan kuman TBC menjadi aktif atau menjadi sakit TBC. Pengelompokan Pasien TBC Pasien TBC dapat dikelompokkan menurut: 1. Pengelompokan berdasarkan lokasi dari penyakit TBC: a. TBC Paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru. b. TBC Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lain selain paru, misalnya; selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TBC ekstra paru ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala TBC. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena. 2. Pengelompokan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya: a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



276



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Pasien ini selanjutnya kelompokkan lagi berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu: 1) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap. 2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir. 3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan putus berobat. 4) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui. 3. TBC Resistan Obat (TBC kebal obat)  TBC Resistan Obat (TBC kebal obat) adalah keadaan di mana kuman M. tuberculosis sudah kebal terhadap obat anti TBC (OAT).  Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah penatalaksanaan pasien TBC tidak sesuai standar yang dapat ditinjau dari sisi:



a. Program Penanggulangan TB , yaitu karena : - Persediaan OAT yang kurang - Kualitas OAT yang disediakan rendah b. Petugas kesehatan, yaitu karena : - Diagnosis tidak tepat, - Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat, - Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat, - Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat



c. Pasien, yaitu karena: - Tidak mematuhi anjuran dokter/ kesehatan - Tidak teratur menelan paduan OAT, - Menghentikan pengobatan secara sebelum waktunya. - Gangguan penyerapan obat



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



petugas



sepihak



277



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



 Efek samping Pengobatan TBC resistan obat lebih berat  Pengobatannya TBC resiten obat lebih lama sekitar 9 – 24 bulan  Biaya pengobatan mencapai 200 kali lipat Tatalaksana Pasien TBC 1. Pengobatan TBC a. Prinsip pengobatan pada orang dengan TBC: 1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari mnimal 4 macam obat 2) OAT harus dimnum secara teratur dan harus diawasi oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) 3) Pengobatan diberikan dalam 2 tahap: tahap awal dan tahap lanjutan 4) OAT harus diminum secara teratur 5) Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa sepengetahuan petugas kesehatan. b. Pengobatan TBC pada dewasa Pengobatan TBC pada dewasa terdiri dari: 1) OAT kategori 1 yang diperuntukan bagi orang dengan TBC yang baru dan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya. Pengobatan dengan OAT Kategori 1 selama 6 bulan, yang dibagi dalam:  Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 2 bulan (2x28 dosis obati)  Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu selama 4 bulan (4X3x4 dosis obat) 2) OAT kategori 2 yang diperuntukan bagi orang dengan TBC yang sudah pernah mendapat pengobatan TBC sebelumnya. Pengobatan dengan OAT Kategori 2 selama 8 bulan, yang dibagi dalam:



 Tahap awal: OAT diminum tiap hari selama 3 bulan (3x28 dosis obati), ditambah dengan suntikan selama 2 bulan (2x28 dosis suntik)



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



278



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



 Tahap lanjutan: OAT diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan (5X3x4 dosis obat) c. Pengobatan TBC pada Anak



 OAT anak terdiri dari 3 macam obat untuk tahap awal dan 2 macam obat untuk tahap lanjutan  OAT dimnum secara teratur tiap hari selama 6 bulan.  Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah sebaiknya orang tua  Pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa sepengetahuan petugas kesehatan. d. Hasil Akhir Pengobatan Selama menelan OAT oran dengan TBC perlu didampingi agar tetap minm Oat secara teratur dan dapat menyelesaikan pengobatannya. Kepatuhan orang dengan TBC dalam menelan obat sangat mempengaruhi hasil akhir pengobatan. Hasil akhir pengobatan yaitu 1) Sembuh 2) Pengobatan Lengkap 3) Gagal 4) Tidak diketahui (loss to follow up) 2. Pengawas Menelan Obat: Pengawas menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang secara sukarela mendampingi pasien TBC menelan obat. Kriteria Pengawas Menelan Obat antara lain yaitu: a. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis b. Bersedia membantu pasien dengan sukarela c. Tinggal dekat dengan pasien d. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien e. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan f. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



279



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Tugas Pengawas Menelan Obat antara lain: : 1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai sembuh. 2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur. 3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak sesuai jadwal. 4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan merujuk ke Sarana Pelayanan Kesehatan. 5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk (petunjuk terdapat di sudut bawah kartu kontrol). 6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau orang yang tinggal serumah 3. Pemantauan Kemajuan Pengobatan pasien TBC a. TBC dewasa Pemantauan Kemajuan pengobatan pasien TBC selama minum OAT harus dilakukan untuk melihat respon terhadap pengobatan yang diberikan. Pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan dengan melakukan Pemeriksaan dahak mikroskopis  pada akhir bulan ke 2 (untuk pengobatan dengan kategori 1)  pada bulan ke 3 pengobatan (untuk pengobatan kategori 2)  Akhir bulan ke 5 untuk pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis (terbukti ada kuman dalam pemeriksaan dahaknya)



 Akhir Pengobatan untuk pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis (terbukti ada kuman dalam pemeriksaan dahaknya) b. TBC anak Pemantauan pengobatan pada anak dilakukan dengan melihat perkembangan anak (anak ang lemah menjadi kembali ceria) dan peningkatan berat badan, pemantauan dilakukan setiap 2 minggu pada tahap



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



280



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



awal pengobatan (2 bulan pertama) dan setiap bulan pada tahap lanjutan (4 bulan berkutnya) Apabila penegakkan diagnosis TBC Anak dilakukan dengan pemeriksaan dahak, maka pemeriksaan ulang dahak untuk pemantauan respon pengobatan dilakukan pada akhir bulan ke 2; akhir bulan ke 5 dan pada Akhir Pengobatan (akhir bulan ke 6). Pencegahan penularan Pencegahan penularan penyakit TBC antara lain: • Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh • Pasien TBC harus menutup mulut pada waktu bersin dan batuk dengan saputangan atau tissu • Tidak membuang dahak di sembarang tempat, dibuang pada tempat khusus dan tertutup tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya: dengan menggunakan wadah/ kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat • Menjemur alat tidur • Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk. Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman. • Makan makanan bergizi • Tidak merokok dan minum minuman keras • Olahraga secara teratur • TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi orang dengan yang sudah dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan orang dengan TBC. Etika Batuk • Gunakan masker bila anda batuk • Tutup mulut dan hidung dan mulut dengan tisu/sapu tangan Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



281



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



• Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan bagian dalam anda bila tidak ada tissue/saputangan • Buang tisu ke tempat sampah. • Cucilah tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun



Tutuplah hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu/sapu tangan



Tutup hidung dan mulut dengan lengan bagian dalam anda bila tidak ada tisu/sapu tangan dengan tisu/sapu tangan



Pakailah masker bila anda batuk berdahak



Petugas yang merawat pasien TB perlu memakai respirator partikulat dan pasien TB menggunakan masker bedah



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



282



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Buang tisu ke tempat sampah Medis (kantong kuning)



Cuci tangan dengan sabun cair dibawah air mengalir



D. Kelompok Berisiko TBC HIV-AIDS • Orang dengan HIV-AIDS atau ODHA gejala TBC yang muncul tidak selalu dengan batuk. • Umumnya berat badan turun, dan pembesaran kelenjar di leher. • Pasien TBC dengan HIV positif maupun ODHA dengan TBC disebut sebagai pasien dengan ko-infeksi TB-HIV. • Angka kematian ODHA dengan TB lebih tinggi dibandingkan dengan ODHA yang tidak mengalami TBC • Sehingga semua pasien TBC seharusnya diperiksa HIV demikian pun sebaliknya semua ODHA di skrining gejala TBC setiap berkunjung. • Apabila tidak terbukti sakit TB penting diberikan Pengobatan Pencegahan dengan INH (PP INH) merupakan salah satu upaya yang penting untuk pencegahan TB pada ODHA. Diabetes Melitus/DM atau Kencing manis • Penyandang kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) mempunyai risiko sakit TBC tiga kali lebih besar daripada orang tanpa DM. • Sebagian besar penyandang DM tidak menyadari mereka mengidap TBC karena tidak batuk atau didiagnosis terlambat.



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



283



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



• Semua penyandang DM harus di skrining gejala TBC setiap berkunjung ke layanan • Semua pasien TBC harus skrining DM • Deteksi dini dapat membantu meningkatkan penyembuhan dan pengendalian dari kedua penyakit Anak • Anak-anak berusia kurang dari 5 tahun memiliki risiko terserang TBC karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah Lansia • Lansia memiliki risiko terserang TBC karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah Perokok • Merokok dapat mengurangi kemampuan saluran pernafasan dalam menyaring udara, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan infeksi TBC



POKOK BAHASAN 2. TEKNIK PENEMUAN KASUS TERDUGA TUBERCULOSIS Strategi Penemuan Kasus adalah upaya peningkatan penemuan kasus TB yang dilakukan secara pasif intensif di fasyankes dan secara aktif masif di masyarakat, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan, didiagnosis dan diobati sedini mungkin. A. Penemuan TBC Secara Pasif-Intensif Penemuan pasif adalah penemuan pasien TBC yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan pada pasien yang berkunjung dengan gejala TBC. Penemuan Intensif adalah penemuan pasien TBC yang dilakukan pada pasien yang berisiko sakit TBC berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan antara lain kelompok Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



284



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



imunokompromais (ODHA, Diabetes Mellitus, Malnutrisi, Gagal Ginjal, penyakit keganasan, pemakaian imunosupresan jangka panjang, thalasemia dan autoimun) Lansia, anak balita, ibu hamil, orang dengan riwayat pasien TBC, perokok. Penemuan secara pasif dan Intensif dilaksanakan di dalam fasilitas kesehatan dengan memperkuat jejaring layanan TBC melalui kegiatan Public-Private Mix (PPM) di tingkat Kab/ Kota dan memperkuat kolaborasi layanan antara layanan TBC dengan layanan kesehatan lain yang diselenggarakan di fasyankes. Untuk itu perlu dipastikan semua pasien TBC akan mendapatkan layanan diagnosis yang bermutu, sesuai stándar dan memastikan bahwa semua pasien TBC dapat ternotifikasi dimanapun pasien memilih untuk berobat. B. Penemuan Aktif dan Masif Berbasis Keluarga dan Masyarakat Penemuan aktif adalah upaya menemukan pasien TB di luar fasilitas kesehatan karena tidak semua pasien TB datang mengakses layanan TB di fasilitas kesehatan dengan berbagai alasan. Upaya ini dikatakan masif jika dilakukan dalam intensitas atau frekuensi yang besar. Penemuan aktif dan masif dilakukan melalui kegiatan yang dilakukan di luar fasyankes melalui upaya penjangkauan dan upaya mendekatkan pelayanan yang dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan atau potensi kesehatan masyarakat. Upaya penjangkauan bertujuan untuk menemukan dan merujuk terduga TB ke fasyankes untuk penegakan diagnosis. Upaya mendekatkan pelayanan atau upaya jemput bola ke masyarakat dilaksanakan dengan menghadirkan sarana diagnostik yang bersifat mobile ke suatu daerah dalam satu periode tertentu. Kegiatan penemuan pasien TBC secara aktif harus terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Kegiatan ini harus bisa menggerakkan atau melibatkan secara aktif peran serta keluarga dan semua potensi



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



285



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



kesehatan masyarakat yang ada di suatu wilayah antara lain: Kader Kesehatan, Kader dari UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos TBC desa, Poskesdes dan Polindes), kader organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, Babinsa, Babinkamtibdes, kelompok dukungan pasien dan kelompok peduli TBC lainnya. Bentuk kegiatan penemuan aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat yaitu: a. Penemuan aktif pada kondisi khusus b. Penemuan aktif di tempat khusus c. Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga dan masyarakat d. Investigasi Kontak a. Aktif pada kondisi khusus Penemuan aktif pada kondisi khusus di masyarakat dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TBC seperti anak usia < 5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TBC yang mengakses layanan di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini juga bisa diselenggarakan dengan bekerjasama dengan perkumpulan/ perhimpunan maupun kegiatan-kegiatan rutin yang diikuti oleh orang dengan kondisi khusus. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan upaya penapisan gejala pada orang dengan kondisi khusus yang datang ke layanan UKBM, maupun dengan upaya penelusuran terhadap kondisi-kondisi tertentu yang mungkin dipengaruhi oleh terjadinya TB. Hasil temuan positif dari kedua upaya tersebut dirujuk ke fasyankes untuk dilakukan evaluasi untuk penegakan diagnosis. b. Penemuan aktif di tempat khusus Penemuan aktif ditempat khusus merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala dan atau rutin pada anggota masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



286



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



atau tempat yang memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan. Penemuan di tempat khusus mencakup 3 hal antara lain: 1. Penemuan pada lingkungan yang mudah terjadi penularan TB, 2. Daerah yang sulit mengakses layanan kesehatan, dan 3. Daerah yang teridentifikasi sebagai kantung TB. Penemuan aktif di tempat khusus membutuhkan kolaborasi yang erat antara stakeholder yang terkait (pengelola/institusi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan tempat khusus) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terutama dalam hal pengorganisasian dan pembiayaan. c. Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga dan masyarakat Penemuan aktif melalui pendekatan keluarga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan TBC yang dapat meningkatkan penemuan pasien TBC. Kegiatan pemantauan batuk ini bisa diintegrasikan kepada kegiatan kader kesehatan yang sudah rutin berjalan misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan kunjungan rumah kader jumantik, kegiatan rutin kader posyandu, posbindu, dasa wisma dan kader organisasi masyarakat peduli kesehatan lain serta melalui kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang lain. C. Investigasi Kontak Pedoman WHO menyatakan bahwa kegiatan investigasi kontak bermanfaat untuk mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah penyakit yang lebih berat serta mengurangi penularan TBC pada orang lain. Selain itu, investigasi kontak dapat juga menemukan orang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan pengobatan pencegahan. Kegiatan investigasi kontak diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan komunitas yang ada di masyarakat seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya dan sebagainya. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



287



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya kasus lain yang menulari kasus index atau kasus lain yang tertular oleh kasus index, pada kontak serumah atau kontak erat. Investigasi kontak juga dilaksanakan pada semua pasien TBC anak, dengan tujuan mencari kasus lain yang merupakan sumber penularan. Pelaksanaan kegiatan investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik dalam kartu pengobatan pasien TBC yang merupakan kasus index (TBC.01) maupun formulir pemeriksaan kontak (TBC.16K). Pengertian Investigasi kontak adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi TBC. Tujuan 1. Menemukan kasus TBC secara dini dengan melakukan skrining gejala dan faktor risiko TBC terhadap seluruh kontak dari pasien TBC 2. Menemukan TBC laten pada anak di bawah 5 tahun dan memberikan pengobatan pencegahan dengan INH dengan segera 3. Mencegah penularan pada kontak yang sehat dengan cara memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat. Sasaran Sasaran invesigasi kontak adalah seluruh kontak dari semua kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan semua kasus TBC anak, baik kontak serumah maupun kontak erat. Unsur Investigasi Kontak Unsur yang terlibat dalam pelaksanaan investigasi kontak yaitu indeks kasus dan kontak. Indeks kasus adalah pasien Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



288



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



TBC, sedangkan kontak adalah orang yang sering berhubungan/melakukan kontak langsung dengan pasien TBC. Terdapat dua macam kontak, yaitu kontak erat dan kontak serumah. Kontak serumah adalah orang yang tinggal satu rumah, misalnya : suami, istri, anak, nenek, dll. Kontak erat adalah orang yang sering melakukan kontak dengan pasien TBC tetapi tidak serumah, misalnya: tetangga, rekan kerja, teman sekolah, teman dekat, sahabat. Alur Investigasi Kontak Kegiatan investigasi kontak dilakukan oleh kader kesehatan terlatih TBC yang dibekali dengan surat tugas dari Pimpinan Puskesmas. Kegiatan Investigasi Kontak oleh kader dilakukan untuk mendukung upaya penemuan kasus TBC. Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan, kader menerima data kasus indeks dari petugas puskesmas untuk diinvestigasi. Untuk kasus TBC baru, petugas puskesmas dapat menghubungi kader untuk memberikan data kasus indeks. Di bawah ini adalah alur kerja kader dalam pelaksanaan investigasi kontak.



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



289



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Pelaksanaan Investigasi Kontak Langkah-langkah pelaksanaan Investigasi Kontak dibagi menjadi tiga fase: Persiapan pelaksanaan Investigasi Kontak, Pelaksanaan Investigasi Kontak dan Tindak Lanjut di Puskesmas. Persiapan Pelaksanaan Investigasi Kontak 1. Kader kesehatan menemui petugas puskesmas atau petugas puskesmas menghubungi kader untuk mendiskusikan kasus indeks yang akan diinvestigasi 2. Kader bersama petugas puskesmas membuat pemetaan pasien di area kerjanya dan menyusun jadwal Investigasi Kontak dari data Kasus Indeks yang didapat 3. Petugas Puskesmas menyiapkan formulir TBC 16 K yang sudah terisi data Kasus Indeks dan Kontak hasil pendataan petugas saat pertama pasien didiagnosis. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



290



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



4. Petugas Puskesmas menyerahkan formulir TBC 16 K kepada kader 5. Kader bersama PMO menyusun jadwal kunjungan rumah dan informasi terkait kontak serumah dan kontak erat. Pelaksanaan Investigasi Kontak 1. Kader bersama PMO mengunjungi rumah kasus indeks 2. Kader melakukan pendataan kontak, pada rumah kasus indeks serta minimal 4 rumah terdekat dengan minimal 20 kontak yang akan diinvestigasi. Pelaksanaan investigasi kontak, tetap memperhatikan ruang interaksi warga yang ada disekitar rumah kasus indeks dan kepadatan rumah penduduk. 3. Kader melakukan skrining, - Kontak berusia < 5 tahun langsung dirujuk ke fasyankes - Kontak berusia ≥ 5 tahun, kader melakukan investigasi terhadap gejala dan faktor risiko. 4. Kontak yang berusia ≥ 5 tahun akan dirujuk bila memenuhi



5.



6.



7.



8.



salah satu kriteria di bawah ini: - Batuk - Gejala lain dan Faktor resiko Kader mencatat hasil skrining dalam formulir TBC.16K dan menyerahkan 1 rangkap kepada petugas di fasyankes untuk dilampirkan di formulir TBC.01. Jika menemukan terduga TBC, kader mengisi Surat Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk kontak untuk mendapat pemeriksaan di layanan. Apabila diperlukan, maka kader mendampingi terduga TBC untuk datang ke layanan. Investigasi Kontak dapat dilaksanakan selama 1 minggu untuk 1 Kasus Indeks. Jika dalam satu minggu seluruh kontak yang terdaftar belum selesai diinvestigasi, maka kegiatan Investigasi Kontak untuk indeks kasus tersebut bisa dihentikan. Kader mencatat rekapitulasi hasil Investigasi Kontak semua kasus indeks yang menjadi tanggung jawabnya pada formulir TBC.16RK.



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



291



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Tindak Lanjut di Puskesmas 1. Petugas Puskesmas menerima rujukan terduga TBC dari hasil investigasi kontak yang dilakukan oleh kader dan melaksanakan prosedur diagnosis sesuai standar. 2. Petugas Puskesmas memberikan umpan balik hasil pemeriksaan kepada kader. 3. Petugas Puskesmas memulai dan memastikan pengobatan PP INH hingga tuntas pada anak yang memenuhi syarat. Formulir pencatatan dan pelaporan investigasi kontak 1. Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K)  Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K) merupakan formulir bagi kader untuk melakukan pencatatan terkait proses investigasi kontak  Investigasi kontak dilakukan untuk menemukan kasus TBC secara dini dengan melakukan skrining gejala dan faktor risiko TBC terhadap seluruh kontak dari pasien TBC  Bahan laporan investigasi kontak yang dilakukan kader 2. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC  Surat Pengantar merupakan surat yang digunakan kader untuk merujuk terduga TBC agar melakukan pemeriksaan di layanan  Bahan laporan rujukan terduga TBC yang dilakukan kader 3. Rekapitulasi Investigasi Kontak Oleh Kader (TBC. 16RK)  Mengetahui jumlah kontak yang diinvetigasi, terduga TBC, orang yang dirujuk, kasus TBC, dan anak yang menerima PP INH  Melaporkan kepada petugas di fasyankes wilayah kerja kader sebagai bukti hasil kegiatan  Mengetahui kontribusi kader dalam kegiatan investigasi kontak  Pengisian rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 K



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



292



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



Cara mengisi formulir Pencatatan Pelaporan 1. Formulir Investigasi Kontak (TBC.16K)



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



293



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



INDONESIA/2018



FORMULIR INVESTIGASI KONTAK TUBERKULOSIS Nama Kader/Petugas Kesehatan : ………………………………………..…. Nama Indeks : ………………………………………..…. No. Register TBC.03 Indeks : ………………………………………..….



Bulan : …………………………



Identitas Kontak



Hasil Skrining Gejala Lain



No.



1



Nama



2



Umur L/P



3



Alamat



Kontak Serumah



5



6



4



Tanggal Investigasi Batuk



7



8



9



10



11



Hasil Pemeriksaan



Faktor Risiko



Berkeringat Batuk Sesak malam hari berdarah napas tanpa kegiatan



Demam Lansia Ibu meriang DM Perokok >1 >60 th Hamil bulan 12



13



14



15



16



Pernah berobat TBC tapi tidak tuntas 17



Dirujuk



18



Fasyankes Rujukan



19



Keterangan: Apabila Investigasi kontak dilakukan oleh petugas kesehatan semua kolom diisi oleh petugas Apabila dilakukan oleh kader, Pengisian Formulir Kolom nomor 1-19 (diisi oleh Kader):



Keterangan Pengisian Formulir Kolom 20-22 (diisi oleh Petugas Kesehatan):



Kontak dirujuk, bila terdapat minimal salah satu:



1) Tuliskan nomor urut



20) s/d 21) Tuliskan tanggal hasil pemeriksaan TBC



1. Anak < 5 th



2) Tuliskan Nama kontak yang dilakukan investigasi 3) Tuliskan umur kontak yang dilakukan investigasi



22) Tuliskan tanggal pemberian PP-INH untuk pertama kali



2. Semua batuk 3. Satu gejala lain dan satu faktor risiko



4) Tuliskan Jenis kelamin kontak (L : laki-laki, tulis P : perempuan) 5) Alamat rumah: Nama jalan, RT/RW, Nomor Rumah 6) Bila kontak tinggal serumah dengan pasien, berikan tanda (V) 7) Tuliskan tanggal dilakukan investigasi kontak (skrining) pada kontak yang ditemui. Kosongkan bila tidak bertemu kontak 8) Berikan tanda (V) apabila batuk 9-18) berikan tanda (V) apabila jawaban ya 19) Tuliskan nama fasyankes rujukan tempat merujuk terduga



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



294



Sakit TBC



Tidak TBC



Tanggal Pemberian PP INH pada anak 1 bulan)  Faktor risiko | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila tidak pada keterangan faktor risiko (DM, lansia > 60 th, ibu hamil, perokok, pernah berobat tetapi tidak tuntas)  Dirujuk | diisi tanda ceklis (√) bila ya dan strip (-) bila tidak  Puskesmas| diisi nama puskesmas/UPK tempat merujuk terduga TB  Hasil Pemeriksaan | diisi dengan tanggal hasil pemeriksaan TBC  Tanggal Pemberian PP INH pada anak < 5 th | diisi dengan tanggal pemberian PP-INH untuk pertama kali



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



295



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



2. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC



Cara Pengisian Surat Pengantar Pemeriksaan TBC:  Tuliskan dengan lengkap nama UPK yang dituju untuk pemeriksaan TBC  Tuliskan dengan lengkap identitas terduga TBC yaitu : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat  Ceklis (√) keterangan pada hasil skrining oleh kader berdasarkan formulir TBC.16K (Kontak Serumah, Kontak Erat, Batuk, Gejala lain, Faktor Risiko)  Tandatangani surat pengantar dan tuliskan nama kader yang menandatangani  Lembar putih diberikan kepada Terduga TBC untuk diserahkan petugas TB / dokter saat pemeriksaan di UPK  Lembar merah disimpan kader sebagai pengingat dan arsip



Modul Pelatihan Bagi Pelatih Kader Kesehatan – Tahun 2018



296



Materi Inti 4 Penemuan Kasus Terduga Tuberculosis



3. Rekapitulasi Investigasi Kontak oleh Kader (TBC. 16RK) PENANGGULANGAN TBC NASIONAL



TBC.16RK INDONESIA/2018



REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK OLEH KADER Nama Kader Bulan Tahun



: ....................................... : ....................................... : ....................................... Umur



No.



Nama Kasus Indeks



Jumlah Kontak



1



2



3



Jenis Kelamin



Jumlah yang Dirujuk



< 5 th



≥ 5 th



L



P



Jumlah kontak diinvestigasi



Jumlah memenuhi syarat rujukan



< 5 th



≥ 5 th



4



5



6



7



8



9



10



11



Jumlah Keterangan Pengisian Formulir Kolom 1-14: 1) Tuliskan nomor urut 2) Tuliskan nama kasus indeks (merujuk pada nama indeks pada TBC.16K) 3) Tuliskan jumlah kontak yang diidentifikasi (merujuk pada total kolom no.2 pada TBC.16K) 4,5) Tuliskan jumlah kontak pada kelompok umur