Modul Pertemuan K 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PERKULIAHAN



(e)Digital Ekonomi



Konsep Revolusi Industri Ke 4



Fakultas Ekonomi Bisnis



Program Studi dan Manajemen S1



Tatap Muka 3



Kode MK



Disusun Oleh



02410003



Team Teacing Digital Ekonomi



Matakuliah



Abstract



Kompetensi



Materi pada pertemuan ketiga ini membahas mengenai pengertian serta konsep dari revolusi industri 4.0



Mahasiswa mampu memahami konsep industri 4.0 serta tantangan berada dalam industri 4.0 tersebut.



Pengertian Industri 4.0



Revolusi industri diawali dari industri 1.0, 2.0, 3.0, sampai dengan industri 4.0. Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2016; Irianto, 2017). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur.



Lee et al (2013) berpendapat bahwa industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri.



Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0. Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin. Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut Hermann et al (2016) dapat digambarkan sebagai berikut.



2022



2



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.1 Prinsip Industri 4.0 Industri 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal yang fleksibel (Kagermann etal, 2013). Mesin akan beroperasi secara independen atau berkoordinasi dengan manusia (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler dan Weisz,2016). Selanjutnya, Zesulka et al (2016) menambahkan, industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling terkait yaitu; 1) digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan ekonomi dengan teknik kompleks; 2) digitalisasi produk dan layanan; dan 3) model pasar baru. Baur dan Wee (2015) memetakan industri 4.0 dengan istilah “kompas digital” sebagai berikut.



2022



3



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.2 Level industri 4.0 Gambar 3.2 merupakan instrumen bagi perusahaan dalam mengimplementasikan industri 4.0 agar sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada gambar 3.2 komponen tenaga kerja (labor), harus memenuhi; 1) kolaborasi manusia dengan robot; 2) kontrol dan kendali jarak jauh; 3) manajemen kinerja digital; dan 4) otomasi pengetahuan kerja. Demikian pula pada komponen lainnya digunakan sebagai instrumen implementasi industri 4.0.



Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (Tjandrawinata, 2016). Salah satubentuk pengaplikasian tersebut adalah penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.



Tetapi yang paling berpengaruhi pada era industri 4.0 yaitu sejak istilah Internet of Things (IoT) diperkenalkan oleh Kevin Ashton tahun 2002. Perkembangan teknologi intenet mulai diterapkan pada proses-proses produksi di dunia industri pada negara-negara maju, terutama Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Keberadaan IoT dimulai membakukan komputer agar dapat memahani dunia nyata dilingkungannya secara mandiri. Pada awal perkembangannya, konsep IoT diaplikasikan kedalam penggunaan komputer diberbagai bidang kebutuhan manusia, yang intinya yaitu penggunaan komputer dimana dan untuk apa 2022



4



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



saja (uniquitous computing). Tapi sejak tahun 2009 dibentuklah Komisi Negara-Negara Eropa yang khusus dibentuk untuk merumuskan kembali definisi IoT, yang lebih lanjut didefinikan sebagai sebuah tahap evolusi berikutnya dari internet, dengan hal yang paling mendasar yaitu perubahan dari sekedar jaringan dari serangkaian komputer yang saling terhubung menjadi jaringan dari serangkaian obyek atau benda yang saling terhubung (Commison of the European Communities, Internet of Things-an Action Plan for Europe, 2009).



Pada intinya industri 4.0 didorong oleh 4 (empat) kelompok teknologi yang juga sedang berkembang saat ini. Kelompok pertama terdiri dari data, daya komputasi, dan konektivitas; kelompok kedua yaitu kelompok teknologi analisis data dan intelijen; kelompok ketiga adalah interaksi manusia-mesin (teknologi antarmuka dan augmented reality); dan yang kelompok keempat yaitu konversi dari digital ke fisik. Sistem robotika yang canggih serta teknologi 3D printing (additive manufacturing) yaitu contoh dari teknologi yang ada pada kelompok keempat tersebut. Jika keempat kelompok teknologi enable ini diintegrasikan, maka terbentuklah sebuah era baru dalam teknologi proses manufaktur. Era baru terbut dengan munculnya pabrikpabrik cerdas (smart factories), yang memungkinkan suatu pabrik tetap dapat memenuhi permintaan khusus dari pelanggan dengan tetap menjaga tingkat keuntungannya. Dalam industri 4.0, proses bisnis dan teknik bergerak sangat dinamis sehingga memungkinkan terjadinya perubahan proses sangat cepat, bahkan saat-saat akhir sebuah proses produksi. Sistem ini juga memiliki kemampuan untuk merespon terjadinya gangguan dan kegagalan secara fleksibel, misalnya gangguan akibat terlambatnya pasokan dari supplier. Transparansi proses dari awal hingg akhir tersedia selama proses manufaktur, sehingga dapat memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara optimal. Industri 4.0 akan menghasilkan metode-metode baru untuk menciptakan nilai dan model bisnis baru. Secara khusus keadaan ini akan menciptakan banyak usaha start-up dan usaha kecil dengan kesempatan untuk mengembangkan dan menyediakan layanan di sisi hilir produksi (Kagermann et al, 2013).



Tantangan dan Peluang Industri 4.0



Kemajuan teknologi memungkinkan terjanya penerapan otomatisasi diseluruh bidang. Teknologi dan peralatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah tatanan, pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016).Industri 4.0 sebagai fase perubahan revolusi teknologi yang mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah 2022



5



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, militer, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.



Beberapa pakar dan industriawan mengidentifikasikan tantangan industri 4.0 sebagai berikut: 1) masalah keamanan teknologi informasi; 2) keandalan dan stabilitas peralatan, utilitas, dan mesin produksi; 3) kurangnya keterampilan yang memadai; 4) keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan 5) hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017).Untuk lebih jelas dan lebih spesifik, Hecklau et al (2016) menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut.



Tabel 3.1 Tantangan Industri 4.0



2022



6



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



2022



7



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Irianto (2017) menyederhanakan tantangan industri 4.0 yaitu; (1) kesiapan industri; (2) tenaga kerja terpercaya; (3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem; (2) basis industri yang kompetitif; (3) investasi pada teknologi; dan (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.Pemetaan tantangan dan peluang industri 4.0 untuk mencegah berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah permasalahan pengangguran. Work Employment and Social Outlook Trend 2017 memprediksi jumlah orang yang menganggur secara global pada 2018 diperkirakan akan mencapai angka 204 juta jiwa dengan kenaikan tambahan 2,7 juta. Hampir sama dengan kondisi yang dialami negara barat, Indonesia juga diprediksi mengalami hal yang sama. Pengangguran juga masih menjadi tantangan bahkan cenderung menjadi ancaman. Tingkat pengangguran terbuka Indonesia pada Februari 2017 sebesar 5,33% atau 7,01 juta jiwa dari total 131,55 juta orang angkatan kerja (BPS, 2017). Data BPS 2017 juga menunjukkan, jumlah pengangguran sumber daya manusia dari lulusan pendidikan yang diterapkan di Indonesia yaitu Vokasi tingkat menengah menduduki peringkat teratas yaitu sebesar 9,27%. Selanjutnya adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,03%, Vokasi tingkat Diploma III (D3) sebesar 6,35%, dan universitas 4,98%. Diidentifikasi, penyebab tingginya kontribusi pendidikan vokasi terhadap jumlah pengangguran di Indonesia salah satunya disebabkan oleh rendahnya keahlian khusus dan soft skill yang dimiliki. 2022



8



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Permasalahan pengangguran dan daya saing sumber daya manusia menjadi tantangan yang nyata bagi Indonesia. Tantangan yang dihadapi Indonesia juga ditambah oleh tuntutan perusahaan dan industri. Bank Dunia (2017) melansir bahwa pasar kerja membutuhkan multiskills lulusan yang ditempa oleh satuan dan sistem pendidikan, baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Indonesia juga diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030-2040, yaitu penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk non produktif. Jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 64% dari total penduduk Indonesia yang



diperkirakan mencapai 297 juta jiwa. Oleh sebab itu,



banyaknya penduduk dengan usia produktif harus diikuti oleh peningkatan kualitas, baik dari sisi pendidikan, keterampilan, dan kemampuan bersaing di pasar tenaga kerja.



Tantangan dan peluang industri 4.0 mendorong inovasi dan kreasi dibidang industri. Pemerintah perlu meninjau relevansi antara inovasi dan kreasi industri dan pekerjaan untuk merespon perubahan, tantangan, dan peluang era industri 4.0 dengan tetap memperhatikan aspek kemanusiaan (humanities). Untuk menghadapi permasalahan yang ditimbulkan dengan penerapan industri 4.0 adalah mencetak sumber daya manusia yang handal dan siap menghadapi tantangan di era industri 4.0. Dengan itu pemangku kepentingan harus meningkatkan kualitas pendidikan yang lulusannya harus siap kerja diberbagai bidang untuk menghadapi tantangan era industri 4.0.



Salah satunya yaitu menggenjot pendidikan vokasi yang kualitas lulusannya memahami, paham, dan mahir apabila teknologi pendukung industri 4.0 diterapkan dalam pekerjaannya. Agar pendidikan vokasi dapat menjawab tantangan industri 4.0, maka agar lebih terarah, pendidikan



vokasi



harus



melibatkan



institusi



atau



pemangku



kepentingan



yang



menyelegarakan pendidikan vokasi, sebagai contoh Sekolah Sandi Negara yang merupakan pendidikan kedinasan yang dikhususkan lulusannya sebagai ahli sandi dan siber untuk kepentingan negara lulusannya harus menghadapi tantangan industri 4.0 untuk cyber physical systems (CPS) yang diperuntukan untuk operasional institusi negara akan menerapkan industri 4.0.



Menjawab tantangan industri 4.0 tersebut, Bukit (2014) menjelaskan bahwa pendidikan vokasi sebagai pendidikan yang berbeda dari jenis pendidikan lainnya harus memiliki karakteristik sebagai berikut; 1) berorientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; 5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan 7) adanya dukungan masyarakat. 2022



9



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Brown, Kirpal, dan Rauner (2007) menambahkan bahwa pelatihan vokasi dan akuisisi keterampilan sangat mempengaruhi pengembangan identitas seseorang terkait dengan pekerjaan. Selanjutnya, Lomovtseva (2014), Edmond dan Oluiyi (2014) menjelaskan pendidikan vokasi merupakan tempat menempa kematangan dan keterampilan seseorang sehingga tidak bisa hanya dibebankan kepada suatu kelompok melainkan menjadi tanggung jawab bersama.



Pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi memiliki tujuan yang sama yaitu pengembangan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan pembentukan kompetensi seseorang. Hal ini telah dijelaskan oleh “Bapak Pendidikan vokasi Dunia” Prosser dan Quigley (1952), menyatakan bahwa pendidikan vokasi menjadi bagian dari total pengalaman individu untuk belajar dengan sukses agar dapat melakukan pekerjaan yang menguntungkan. Pendidikan vokasi juga diarahkan untuk meningkatkan kemandirian individu dalam berwirausaha sesuai dengan kompetensi yang dimiliki (Kennedy, 2011). Penyiapan beberapa kompetensi harus dilakukan karena pendidikan vokasi merupakan pendidikan menengah atau pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Sudira, 2012) dan menyiapkan lulusannya yang mampu dan mau bekerja sesuai dengan bidang keahliannya (Usman, 2016; Yahya, 2015).



Pendidikan vokasi diselenggarakan pada suatu lembaga berupa institusi bidang pendidikan baik sekunder, pos sekunder perguruan tinggi teknik yang dikendalikan pemerintah atau masyarakat industri (Kuswana, 2013). Pendidikan vokasi difokuskan pada penyediaan tenaga kerja terampil pada berbagai sektor seperti perindustiran, pertanian dan teknologi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi (Afwan, 2013).



Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada, pendidikan vokasi merupakan jenis pendidikan yang unik karena bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, sikap dan kebiasaan kerja yang berguna bagi individu sehingga dapat memenuhi kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi sesuai dengan ciri yang dimiliki. Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan pendekatan pendidikan yang menekankan pada kebutuhan industri sehingga peningkatan dan pengembangan individu dapat dilakukan di industri (Zaib dan Harun, 2014). Berdasar teori yang ada, pendidikan vokasi berpeluang untuk menjawab tantangan industri 4.0. Tantangan tersebut harus dijawab dengan cepat dan tepat agar tidak berkontribusi terhadap peningkatan pengangguran.



Pemerintah



berupaya



merespon



tantangan



industri



4.0, ancaman



pengangguran, dan bonus demografi dengan fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi di tahun 2018. Pemerintah melalui kebijakan lintas 2022



10



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



kementerian dan lembaga mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakan pemerintah adalah revitalisasi pendidikan vokasi Indonesia. Dukungan dari pemerintah harus mencakup, 1) sistem pembelajaran, 2) satuan pendidikan, 3) peserta didik, dan 4) pendidik dan tenaga kependidikan juga dibutuhkan.



Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2) bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4) penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6) manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa dan 2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi, 1) penyediaan, 2) distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan kesejahteraan, dan 7) penghargaan dan perlindungan. Penguatan empat elemen yang ada dalam sistem pendidikan membutuhkan gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0. Salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama.



Gerakan literasi baru yang dimaksudkan terfokus pada tiga literasi utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia (Aoun, 2017). Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan atau di era industri 4.0. Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data), literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain (Aoun, 2017). Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan matematika. Adaptasi gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era industri 4.0. Respon pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk Vokasi adalah pembelajaran abad 21.



2022



11



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.3 Pembelajaran Abad 21



Trillling dan Fadel (2009), berpendapat pembelajaran abad 21 berorientasi pada gaya hidup digital, alat berpikir, penelitian pembelajaran dan cara kerja pengetahuan (lihat Gambar 3.3). Tiga dari empat orientasi pembelajaran abad 21 sangat dekat dengan pendidikan vokasi yaitu cara kerja pengetahuan, penguatan alat berpikir, dan gaya hidup digital. Cara kerja pengetahuan merupakan kemampuan berkolaborasi dalam tim dengan lokasi yang berbeda dan dengan alat yang berbeda, penguatan alat berpikir merupakan kemampuan menggunakan teknologi, alat digital, dan layanan, dan gaya hidup digital merupakan kemampuan untuk menggunakan dan menyesuaikan dengan era digital (Trilling dan Fadel, 2009).Forum ekonomi dunia melansir, struktur keterampilan abad 21 akanmengalami perubahan. Pada tahun 2015, struktur keterampilan sebagai berikut: 1) pemecahan masalah yang kompleks; 2) kerjasama dengan orang lain; 3) manajemen orang; 4) berpikir kritis; 5) negosiasi; 6) kontrol kualitas; 7) orientasi layanan; 8) penilaian dan pengambilan keputusan;



2022



12



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



9) mendengarkan secara aktif; dan 10); kreativitas.



Pada tahun 2020 struktur kerja berubah menjadi: 1) pemecahan masalah yang kompleks; 2) berpikir kritis; 3) kreativitas; 4) manajemen orang; 5) kerjasama dengan orang lain 6) kecerdasan emosional; 7) penilaian dan pengambilan keputusan; 8) orientasi layanan; 9) negosiasi; dan 10) fleksibilitas kognitif (Irianto, 2017).



Seluruh bentuk kecakapan dan keterampilan di abad 21 dan era industri 4.0 yang dibutuhkan harus diintegrasikan ke dalam elemen pendidikan vokasi. Mulai dari sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, hingga ke pendidik dan tenaga kependidikan.



Konsep Utama dan Komponen Industri 4.0



Baru beberapa tahun terakhir Industri 4.0 menarik perhatian besar dari beberapa perusahaan manufakturing dan sistem pelayanan serta beberapa perusahaan lainnya ini tidak terlalu penting, yang paling penting yaitu pengertian dari Industri 4.0. Industri 4.0 terdiri atas integrasi dari fasilitas produksi, rantai pasok, dan sistem pelayanan untuk meningkat jaringan penambahan nilai. Ini memunculkan beberapa teknologi seperti big data analytics, autonomous (adaptive) robots, cyber physical infrastructure, simulation, horizontal and vertical Integration, Industrial Internet, cloud systems, additive manufacturing, dan augmented reality sangat diperlukan untuk perubahan. Titik terpenting adalah tersebarnya penggunaan dari Industrial Internet dan hubungan alternatif dalam jaringan kerja yang tersebar. Konsekuensi dari pengembangan dalam Industrial Internet, dalam kata lainnya yaitu Industrial Internet of Things (IIoT), sistem pendistribusian, seperti wireless sensor networks, cloud systems, embedded systems, autonomous robots dan additive manufacturing harus saling terhubung satu sama lainnya. Selain itu, additive robots dan cyber physical systems untuk melengkapi integrasi, lingkungan berbasis komputer akan didukung oleh simulasi dan 3D visualisasi dan pencetakan. Semuanya, sistem keseluruhan melibatkan analisis data dan beberapa macam



2022



13



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



peralatan yang terkoordinasi pada pembuat keputusan real time dan otonomi pada manufakturing dan proses pelayanan(Ustundag, 2017).



Sementara itu membangun kerangka kerja, sensor jaringan, peralatan pemprosesan real time, dasar aturan, dan kelengkapan autonomous adalah antar penetrasi serta yang lainya untuk pengumpulan real time dari manufakturing dan data sistem pelayanan. Dalam pemesan pada usulan kerangka kerja yang mana alamat di dalam studi ini, bagian ini memberikan informasi yang lengkap tentang teknologi pendukung dan prinsip perancangan perlu digaris bawahi untukimplementasi industri 4.0 dengan kasus real time dan contohnya. Setelah itu kerangka kerja yang diusulkan diperkenalkan pada prinsip perancangan dan teknologi pendukung pada kontek sistem operasional termasuk smart product (produk pintar) dan smart processes (prose pintar) (Ustundag, 2017).



Gambar 3.4 Komponen Smart Industry



2022



14



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Teknologi Pendukung Industri 4.0



Untuk keberhasilan suatu sistem beradaptasi pada Industri 4.0, tiga fitur akan dimasukan didalamnya yaitu: (1) integrasi horizontal via rantai nilai, (2) integrasi vertikal dan nettworking dari manufakturing atau sistem pelayanan, dan (3) antar rekayasa dari rantai nilai secara keseluruhan (Wang et al, 2016). Integrasi vertikal membutuhkan kecerdasan silang yang terkait dan digitalisasi unit bisnis dalam tingkatan hirarki organisasi yang berbeda. Oleh karena itu, integrasi vertikal membolehkan transformasi pada pabrik pintar memproduksi produknya secara fleksibel (berubah-rubah) untuk melayani banyak pelanggan dengan ukuran lot kecil dengan tingkat keuntungan yang tinggi.



Industri 4.0 merupakan perpaduan atau integrasi dari beberapa teknologi yang sedang berkembang saat ini. Terdapat 9 (sembilan) teknologi utama yang menjadi pilar penopang dari kerangka konsep Industri 4.0 ( Rubmann et al, 2015 ) yaitu: 1) Internet of Things; 2) Cyber Security (Keamanan Dunia Maya); 3) Cloud; 4) Additive Manufacturing; 5) Augmented realty; 6) Big Data and Analytics; 7) Autonomous Robots; 8) Simulation; dan 9) Integrasi Sistem, baik secara horizotal maupun vertikal; Beberapa nama teknologi mungkin sudah akrab ditelinga, namun ada juga yang belum. Karena itu akan diterangkan masing-masing teknologi tersebut diatas.



1. Internet of Things (IoT) Saat ini, belum banyak sektor produsen yang memproduksi mesin dan sensor untuk industri yang menghasilkan sensor serta mesin yang mampu terkoneksi dengan jaringan dan menggunakan komponen embedded computing. Namun dengan IoT, akan semakin banyak sensor dan mesin yang dilengkapi kemampuan untuk terhubung ke jaringan internet. Selain produk sensor dan mesin, bahan setengah jadi yang sedang dalam proses produksi dapat ditempel atau ditanam dengan kemampuan komputasi. Menanamkan teknologi RadioFrequency Idebtification (RFID) pada sebuah mesin, sensor maupun produk dapat membuat komponen-konponen tersebut “saling berkomunikasi”, dan juga dengan kendali proses produksi didekatnya.



2022



15



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.5 Teknologi Pendukung Utama Industri 4.0



Contoh aplikasi teknologi ini dapat dilihat pada fasilitas produksi perusahaan Bosch Rexroth, Jerman yang melengkapi proses produksinya dengan teknologi RadioFrequency Identification (RFID). Dengan teknologi ini, apabila sebuah komponen datang ke sebuah mesin, maka mesin tersebut akan mengetahui proses apa saja yang harus dilakukan terhadap komponen tersebut. Penerapan Industrial Internet of Things (IIoT) dalam proses manufaktur merupakan langkah awal dalam mewujudkan sebuah pabrik pintar (smart factory), seperti yang disyaratkan dalam kerangka industri 4.0.



Gambar 3.6 Integrated supply chain with RFID di Savi Technologies, a division of Lockheed



2022



16



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.7 Proses Scanning RFID Pada Sebuah Produk



2. Cyber Security Dengan digunakannya internet sebagai sarana komunikasi antara produk dengan proses, dan juga komunikasi antara satu sistem dengan sistem lainnya, maka faktor-faktor keamanan terhadap data juga harus diperkuat. Dengan meningkatnya konektivitas dan penggunaan protokol komunikasi standar yang akan berlaku pada kerangka kerja Industri 4.0, maka kebutuhan untuk perlindungan atas sistem industri dan proses manufaktur yang kritis juga akan semakin meningkat. Untuk masa depan, kebutuhan akan sebuah sistem komunikasi antar proses dan produk yang aman dan handal akan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi sebuah industri.



Untuk antisipasi dalam ranah teknologi cyber security ini, beberapa perusahaan IT dan manufaktur telah mengadakan kerjasama pengembangan. Cisco Systems sebagai salah produsen hardware dan software jaringan IT, mengadakan kerjasama dengan Rockwell Automation dan beberapa pihak lain untuk mengembangkan beberapa standar komunikasi data untuk industri serta beberapa hardware pendukungnya ( Cisco System, 2018).



2022



17



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.8 Contoh Kerangka Kerja Cyber Security Services



3. Cloud Teknologi Cloud (Awan) merupakan salah satu teknologi informasi berbasis internet yang menyediakan sumber daya pemrosesan komputer dan data bersama untuk kepentingan informasi atau komputer serta perangkat lain sesuai permintaan. Ini adalah model untuk memungkinkan sebuah proses komputasi dapat dilakukan dimana saja dan sesuai permintaan (sebagai contoh: jaringan komputer, server, penyimpanan data, aplikasi dan layanan). Dengan menggunakan teknologi cloud perusahaan yang tidak memiliki kemampuan mengelola data dengan baik, tetap dapat memaksimalkan penggunaan data atau informasi yang dimilikinya untuk mengoptimalkan tujuan bisnisnya, namun dengan upaya menajemen data yang minimal. Teknologi cloud memberikan layanan bagi perusahaan dan atau pribadi untuk menyimpan serta mengolah data mereka, baik milik pribadi, perusahaan ataupun data pihak ketiga, yang secara fisik terpisah sangat jauh lokasinya.



2022



18



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.9 Teknologi Cloud Dengan kemampuan penyimpanan yang tak terbatas, para pengguna cloud akan dapat mengolah semakin banyak informasi. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan bagi perusahaan untuk membuat informasi tersebut dapat diakses dan ditindaklanjuti. Industri 4.0 memerlukan lalulintas data dan informasi besar, aman dan handal. Karena itu, perusahaan yang akan mengaplikasikan konsep Industri 4.0 tidak mungkin dapat menangani kebutuhan pengolahan datanya sendiri. Untuk perusahaan yang tidak mempunyai basis teknologi informasi yang kuat, teknologi cloud merupakan salah satu solusi yang masuk akal. Kolaborasi merupakan langkah terbaik anatar entitas usaha yang akan muncul dimasa mendatang, dalam penyediaan data dan sumber daya komputasi bersama.



Untuk penyedia layanan teknologi cloud , ada beberapa perusahaan yang aktif dalam bisnis tersebut diantaranya Oracle Corporation, dan General Electric (GE). Salah perusahaan pengguna platform cloud Oracle, mengatakan teknologi cloud merupakan cara aman bagi



2022



19



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



perusahaan untuk menyimpan, mengolah dan menganalisis data dari perangkat industri mereka. Dengan menggunakan platform cloud mereka mampu ‘mengoptimalkan proses bisnisnya, memungkinkan rantai pasokan yang lebih efisien, dan menyediakan sistem pemeliharaan yang preditif, bahkan preventif’ (Paige, 2017).



Penelitian yang dilakukan Oracle menemukan fakta bahwa 60% dari perusahaan bisnis di Amarika Serikat memiliki infrastruktur IT yang kaku, yang justru menahan mereka untuk melakukan inovasi lebih lanjut. Data yang sama juga menyatakan bahwa proses inovasi terhambat karena pendekatan yang salah pada sistem cloud perusahaan tersebut. Kesimpulanya walaupun perusahaan atau seseorang sudah memiliki kemampuan dibidang IT (Teknologi Cloud) namun mereka belum tentu memiliki pengalaman dan wawasan dalam memandang permasalahan yang terjadi di perusahaannya secara terpadu.



Kesalahan yang sering terjadi yaitu: pengembangan sistem IT hanya bersifat lokal dan temporer (bersifat ad hoc) dan ada indikasi bahwa entitas bisnis menolak bekerja sama untuk menerapkan standar yang diberlakukan di seluruh perusahaan ke lingkungan cloud, padahal standar ini sangat diperlukan pada penyusunan infrastruktur, platform dan aplikasi perangkat lunak (Oracle Corporation, 2016).Berdasarkan pengamatan, keadaan ini juga banyak terjadi pada sebagian besar perusahaan di Indonesia. Ketidakmauan untuk membuka standar perusahaan kepada konsultan ataupun IT solution provider menjadi kendala utama kenapa banyak sistem IT di perusahaan tersebut gagal ataupun tidak optimal dalam penngunaannya. Selain masih banyak yang belum percaya akan kemampuan teknologi IT dalam membantu meningkatkan efisien, produktivitas, serta kinerja perusahaan.Sekarang ini, beberapa perusahaan sudah menggunakan teknologi cloud pada proses bisnisnya. Namun dengan adanya Industri 4.0, kebutuhan untuk berbagi data akan semakin meningkat serta bersifat lintas lokasi dan lintas perusahaan. Pada saat yang sama, kinerja dari teknologi cloud juga semakin meningkatkan kecepatan, keamanan, serta kehandalannya. Akibatnya akan adanya peningkatan penggunaan cloud untuk menyimpan dan mengolah data dari proses produksi (dari mesin, sensor, komponen, serta produk).



4. Additive Manufacturing Teknologi additive manufacturing merupakan proses yang digunakan untuk memebangun sebuah obyek berdimensi tiga secara berlapis, dimana proses pembentukannya dimulai dari lapisan terbawah dan berturut-turut lapisan demi lapisan diatasnya. Bentuk benda yang dapat dibuat menggunakan teknologi ini mencakup hampir semua model geometri, sejauh model datanya dapat dibentuk menggunakan perangkat lunak desain 3D. Untuk segi bentuk, teknologi ini mampu memproduksi sebuah benda yang sangat rumit bentuknya, bahkan 2022



20



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



mustahil dikerjakan dengan teknologi konvensional saat ini. Teknologi ini memungkinkan sebuah benda diproduksi dari tempat yang jauh. Seorang pengguna dapat mengunduh file desain 3 dimensi dari cloud dan kemudian mencetaknya menggunakan printer 3D. Teknologi ini ditambah dengan internet, memungkinkan proses produksi dapat dilakukan dimana saja, sejauh tersedia koneksi internet dan printer 3D. Dimasa depan, bengkel-bengkel tidak perlu memiliki mesin-mesin produksi berbagai macam. Cukup mempunyai sebuah printer 3D dan persediaan material yang sesuai serta koneksi internet. Sebuah pertanya muncul yaitu apakah keahlian atau keterampilan tangan manusia dalam memproduksi sebuah produk akan hilang?. Kemungkinan besar tidak akan langsung menghilang, namun sedikit demi sedikit berkurang hingga disatu titik muncul keahlian baru yang menggabungkan keahlian tangan dengan kemampuan mesin dalam mencetak produk. Sekali lagi, dalam teknologi digital ini, ukuran dimensi produk bukan lagi menjadi masalah.



Gambar 3.10 Bentuk Obyek 3D Yang Mampu Dibentuk Menggunakan Teknologi Additive Manufacturing dan Contoh Printer 3D



Kemudahan yang diberikan teknologi additive manufacturing dalam proses produksi inilah yang akan mendorong proses implementasi Industri 4.0 semakin terlaksana.



5. Augemented Reality Ada beberapa definisi mengenai augmented reality atau realitas tertambah, atau kadang dikenal dengan singkatan bahasa Inggrisnya AR. AR merupakan teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata (real time) (commoncraft.com, 2008). Selain itu berdasarkan Oxford Dictionaries,



2022



21



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Teknologi augmented reality (AR) merupakan sebuah teknologi yang menggabungkan citra bentukan komputer dengan dunia nyata disekitarnya; biasanya dilakukan menggunakan sebuah alat pandang yang dipasang dimata (virtual google).



Gambar 3.11 Augmented Reality di Manufaktur Saat ini teknologi augmented reality masih dalam tahap permulaan, namun dimasa depan, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai pengganti buku manual yang mungkin sangat rumit dipahami oleh seorang pekerja. Dengan menggunakan teknologi AR ini, pekerja akan dapat diberikan informasi secara real time tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan, sehingga akan meningkatkan proses pengambilan keputusan dan prosedur kerja. Dengan teknologi ini, proses belajar akan semakin menarik dan cepat dipahami.



Gambar 3.12 Augmented Reality di Animasi Selain untuk membantu pekerjaan di tempat proses produksi, teknologi AR ini juga banyak dikembangkan untuk dunia pendidikan. Pemahaman tentang terjadinya proses erupsi gunung berapi misalnya, dapat mudah dipahami oleh siswa tingkat SD dengan hanya menggunakan 2022



22



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



AR google dan model 3D gunung berapi didepannya. Ilustrasi tentang naiknya lava ke puncak gunung dan keluarnya lava tersaji di layar google dengan latar belakang model gunung apa saja yang ada. Aplikasi lainnya adalah game. Tentu kita masih ingat akan dengan permainan “Pokemon Go” yang sempat booming lima tahun lalu. Aplikasi game tersebut merupakan salah satu aplikasi yang menggabungkan teknologi telekomunikasi bergerak, internet, augmented reality serta big data. Semua teknologi tersebut secara apik tersaji dalam sebuah aplikasi untuk sebuah gadget. Teknologi AR diprediksi akan merevolusi cara manusia belajar dan berlatih. Dengan tersediannya koneksi internet dan cloud, maka data dapat diakses darimana saja dan disajikan di google AR atau sistem AR lain yang dimiliki. Beberapa nama besar di dunia digital seperti Google, Microsoft dan Apple sudah mengeluarkan beberapa produknya saat ini, namun aplikasinya masih terbatas. Beberapa perusahaan otomotif juga mengembangkan teknologi ini untuk proses reparasi produk-produknya.



Gambar 3.13 Google Glass dari Google



6. Big Data dan Analitik Teknologi big data and Analytic ini mrupakan teknologi yang berkaitan dengan proses analisis terhadap sejumlah data yang sangat besar. Sebenarnya teknologi ini muncul sudah lama di dunia komputasi data, namun baru muncul belakangan ini di dunia manufaktur. Kebutuhan analisis data yang sangat banyak mulai muncul ketika proses produksi membutuhkan informasi yang sangat banyak dari proses mesin dan produk yang sedang dibuat. Singkat kata, konsep smart factory tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kemampuan mengolah data dalam jumlah sangat banyak. Kemampuan mengolah big data akan mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat energi dan meningkatkan layanan peralatan. Dalam konteks Industri 4.0, proses pengumpulan dan evaluasi komprehensif terhadap data dari berbagai peralatan, material dan sistem produksi, bahkan sistem hubungan perusahaan-konsumen akan menjadi standar dalam mendukung proses pengambilan keputusan yang real-time.



2022



23



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Gambar 3.14 Pusat Data Facebook di Swedia



Sebagai contoh, perusahaan manufaktur infineon, berhasil menurunkan rasio kegagalan produk dengan cara menghubungkan data yang diperoleh pada saat tahap uji produk ditahap akhir produksi dengan data yang dikumpulkan selama proses produksi sebelumnya. Dengan cara ini, infineon dapat mengidentifikasi pola-pola yang membatu melepaskan chip rusak pada awal proses produksi dan meningkatkan kualitas produksi. Dimasa depan, para matematikawan, fisikawan, dan insinyur IT akan makin bekerja sama untuk mengatasi masalah-masalah yang sekarang belum terlihat. Karena semakin banyak data, maka waktu pengolahan juga semakin meningkat, kemungkinan terjadi kesalahan pun juga meningkat. Masih banyak celah yang terbuka untuk mengembangkan berbagai teori dan aplikasi dibidang big data ini.



7. Autonomous Robot Robot telah digunakan di banyak industri terutama untuk mengatasi tugas kompleks. Namun teknologi robotik terus berkembang untuk makin meningkatkan utilitasnya. Sistem robot menjadi lebih otonom, fleksibel, dan mampu bekerjasama. Robot mampu berinteraksi dengan sesamanya dan bekerja-sama dengan manusia dengan aman dan memiliki kemampuan belajar dari manusia. Seiring dengan waktu, biaya implementasi sistem robotik akan makin



2022



24



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



murah dengan kemampuan yang makin meningkat dibandingkan dengan kemampuannya sekarang. Beberapa perusahaan pembuat robot sudah mengeluarkan robot yang mampu bekerja-sama. Contohnya KUKA produsen robot dari Eropa, menawarkan robot otonom yang mampu berinteraksi satu sama lainnya. Robot ini saling berhubungan sehingga mereka dapat bekerja-sama dan secara otomatis menyesuaikan tindakan mereka agar sesuai dengan produk yang belum selesai di lini produksi. Sistem sensor mutahir dan unit kendali memungkinkan kerjasama yang aman dengan manusia. Tidak mau kalah dengan KUKA rekannya di Jerman, pemasok robot-industri ABB meluncurkan robot YuMI. Robot ini merupakan robot dengan dua lengan yang dirancang khusus untuk merakit produk (seperti elektronik) bersama manusia. Material kedua lengan robot yang lunak serta adanya sistem komputer visi memungkinkan robot ini aman berinteraksi dengan manusia.



Gambar 3.15 Interaksi antara robot YuMi dengan Manusia



8. Simulation Simulasi dalam bidang teknik produksi dapat diartikan sebagai sebuah teknologi yang mampu menampilkan dan meniru berbagai sifat dari sebuah produk atau proses kedalam layar komputer. Pada tahapan perancangan sebuah produk, simulasi 3D dari produk, material dan proses yang akan dilakukan sudah disimulasikan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh pada saat implementasi lebih optimal. Namun dimasa depan, simulasi juga akan diimplementasikan secara global di tahapan proses produksi. Simulasi pada tahap ini akan



2022



25



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



menggunakan data real-time dari lantai produksi dan kemudian ditampilkan secara virtual kepada pengguna. Data yang mapu ditampilakan tidak hanya bentuk dan posisi material saja, namun juga status dan posisi mesin dan manusia. Simulasi ini akan membantu seorang operator untuk menguji dan mengoptimalkan pengaturan mesin dilingkungan virtual sebelum diimplementasikan kedalam sistem nyatanya. Hal ini tentu akan mengurangi waktu setup mesin dan meningkatkan kualitas produk.



Gambar 3.16 Simulasi Interaksi dari Hand Guide KUKA LBR iiwa 14r820 dengan 6D Virtuose (KUKA) Di Jerman, KUKA, Siemens dan beberapa perusahaan permesinan lainya, mengembangkan sebuah mesin vitual yang mampu mensimulasikan proses permesinan dari sebuah produk dengan menggunakan data real-time dari mesin fisiknya. Proses simulasi ini ternyata berhasil menurunkan waktu setup untuk proses permesinan yang sebenarnya sebesar 80%.



9. Integrasi Sistem Yang dimaksud dengan integrasi sistem disini yaitu integrasi sistem IT disebuah perusahaan manufaktur. Saat ini, sebagian besar sistem IT tidak terintegrasi sepenuhnya. Perusahaan, pemasok, dan pelanggan jarang terhubung erat. Bahkan banyak ditemui di sebuah perusahaan, sistem IT antara departemen seperti departemen pemasaran dan pejualan, engineering, produksi dan perencanaan produksi (PPIC) tidak terhubung satu sama lain sistem



2022



IT-nya.



26



Masing-masing



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



fungsi



berjalan



sendiri-sendiri



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



dan



tidak



mampu



mengoptimalkan kemampuan sistem IT yang ada. Jika fungsi-fungsi horizontal antar departemen saja tidak dapat tercapai, maka fungsi dari perusahaan ketingkat lantai produksi dapat dipastikan juga tidak akan terintegrasi sepenuhnya. Selain itu jangankan fungsi antar departemen, bahkan di departemen produksipun sering tidak mampu mengintegrasikan proses-proses di dalamnya, dari produk ke proses produksi ke proses otomasi. Namun dengan adanya konsep Industri 4.0. Integrasi sistem IT di dalam perusahaan, termasuk tiaptiap departemen, fungsi dan kemampuannya akan jauh lebih menyatu. Jika Integrasi data antar-perusahaan, akan berkembang sebuah jaringan data universal yang memungkinkan terciptanya rantai nilai yang benar-benar otomatis.



Gambar 3.17 Konsep Integrasi Sistem Logistik (DHL)



Contoh terciptanya integrasi sistem IT yaitu diluncurkanya platform kolaborasi desain untuk industri dirgantara/penerbangan dan pertahanan Eropa yang disebut AirDesign. AirDesign merupakan hasil kolaborasi dari Dassault Systemes dan BoostAeroSpace, yang berfungsi sebagai ruang kerja bersama untuk melakukan desain dan kolaborasi manufaktur dan tersedia layanan pada sistem cloud pribadi. Platform AirDesign ini mampu bertugas mengatur pertukaran data produk dan produksi yang sangat kompleks di antara para mitra yang memanfaatkan AirDesign ini.



2022



27



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



Di masa depan, cikal bakal integrasi sistem IT seperti AirDesign ini akan semakin banyak dilakukan. Hal ini akan mengarah pada pembentukan sebuah standar yang akan berlaku secara universal dan global.



Gambar 3.21 Konsep Integrasi AirDesign (Dassault Systemes)



Referensi 1. Bartodziej Christoph Jan, 2017. The Concept Industry 4.0, An Empirical Analysis of Technologies and Applications in Production Logistics. Springer Gabler, Germany 2. Baur, C. and Wee, D., 2015. Manufacturing's Next Act?. McKinsey & Company. 3. Commiddion of europen Communities ,2009. Internet of Things-an Action Plan for Europe: Communication from the Commssion to the Eroupe Parliement, the Council, the Eroupean Economic and Social Commitee and the Committee of the Regions. Offece for Official Publications of the European Communities 4. DHL, 2013. Big data In Logsitics, A DHL Perspective on How to Move Beyond The Hype. DHL Customer Solution & Innovation. 5. Dilchrist, Alasdair, 2016. Industry 4.0L The Industrial Internet of Things. Apress 6. Hermann, M., Pentek, T., and Otto, B., 2016. Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on Systems Science. 7. Irianto, D., 2017. Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada Seminar Nasional Teknik Industri, Batu-Malang. 8. Jones Erick C., and Chung Christopher A., 2011. RFID and Auto ID in Planning and Logistics A Practical Guide for Military UID Applications. CRC Press is an imprint of Taylor & Francis Group, an Informa business.



2022



28



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id



9. Kagermann, H., Wahlster, W., and Helbig, J., 2013. Recommendations for Implementing the Strategic Initiative Industrie 4.0. Industrie 4.0 Working Group, Germany. 10. Kohler, D, and Weisz, J.D., 2016. Industry 4.0: the challenges of the transforming manufacturing. Germany: BPIFrance. 11. Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., 2013. Recent Advances and Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1), 38–41. 12. Liffler, M., and Tschiesner, A., 2013. The Internet of Things and the Future of Manufacturing. McKinsey & Company. 13. Oracle, 2016. Cloud: Opening Up The Road to Industry 4.0. Project Report. 14. Oxford Dictionaries, Augmented Reality 15. Paige, 2017. Why Cloud Computing is Crucial for Industry 4.0. Edgy Labs. 16. Pascual, Diego Galar, Daponte, Pasquale, and Kumar, Uday, 2020. Handbook of Industry 4.0 and Smart Systems. CRC Press, Taylor & Francis Group. 17. Plinta Dariusz, 2026. Advanced Industrial Engineering. i Bielsko-Biała.elsko-Bia 18. Sadiyoko, Ali, 2017. Industry 4.0, Ancaman, Tantangan, atau Kesempatan? Sebuah Introspeksi Menyambut Kemajuan Teknologi saat ini. Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan. 19. Smart2Zero, 2016. Augmented Reality Visualises Complex Production Processes, [Online]. Available: http://www. smart2zero. com/news/augmented –reality – visualises – complex – production - processes 20. Sung, T.K., 2017. Industri 4.0: a Korea perspective. Technological Forecasting and Social Change Journal, 1-6. 21. Swedberg C., 2014. RFID Improves Efficiency and Transparency at Rehau’s Bumper Factory. RFID Journal. 22. Symantec, 2018. Smarter Security for Manufacturing In The Industry 4.0 Era. Whitepaper 23. Tjandrawina, R.R., 2016. Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal Medicinus, Vol 29, Nomor 1, Edisi April. 24. Ustundag Alp, and Cevikcan Emre, 2018. Industry 4.0: Managing The Digital Transformation. ©Springer International Publishing Switzerland. 25. Wang S., Wan J., Zhang D., Li D., Zhang C., 2016. Towards smart factory for Industry 4.0: a self organized multi-agent system with big data based feedback and coordination. Comput Netw 000:1.



2022



29



Digital Ekonomi Tim Dosen DE



Biro Akademik dan Pembelajaran http://www.widyatama.ac.id