Modul Prak Iuwp [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNTUK KALANGAN SENDIRI



PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH DAN PEMETAAN



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya buku penuntun praktikum ini. Penyusunan buku penuntun Praktikum Ilmu Ukur Wilayah dan Pemetaan ini dimaksudkan untuk membantu dan menuntun mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium dan di lapangan dalam pengukuran data lapangan. Materi yang disajikan dalam penuntun ini merupakan kumpulan serta petikan dari berbagai buku penerbitan lainnya dan analisis Tim Penyusun. Namun, pengguna tetap diharapkan selalu membaca buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan ilmu ukur tanah, survey dan pemetaan. Buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu pada masa-masa berkala akan dilakukan perbaikan-perbaikan dan penambahan-penambahan. Kritik dan saran pembaca masih tetap dibutuhkan demi kesempurnaan buku penuntun praktikum ini. Semoga buku penuntun praktikum ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.



Jambi, Januari 2016



Penyusun



i



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



TATA TERTIB PRAKTIKUM



iii



PENILAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM



iv



I. PENGENALAN ALAT UKUR



1



II. JARAK DAN ARAH



2



III. POLIGON TERBUKA



4



IV. POLIGON TERTUTUP



6



V. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG VI. BEDA TINGGI VII. LERENG VIII. BEDA TINGGI DAERAH LUAS (PEMBUATAN PETA



9 11 14 16



KONTUR) IX. 1NTERPRETASI PETA KONTUR



19



ii



TATA TERTIB PRAKTIKUM



KEWAJIBAN 1. Setiap praktikan wajib mengikuti semua rangkaian praktikum dan segala hal yang berkenaan dengan materi tepat waktu. 2. Penuntun praktikum Ilmu Ukur Wilayah dan Pemetaan wajib dipelajari saat akan praktikum. 3. Setiap praktikan wajib datang sebelum acara praktikum berlangsung dengan toleransi keterlambatan 10 menit. 4. Setiap praktikan wajib menjaga alat yang disediakan di laboratorium. 5. Setiap



praktikan



wajib



mempersiapkan



diri



untuk



menghadapi



tes



pendahuluan (kuis/responsi) di setiap acara praktikum. 6. Setiap praktikan wajib membuat laporan praktikum dengan melengkapi informasi yang kurang berdasarkan hasil diskusi maupun literatur lainnya. 7. Setiap praktikan dilarang menggunakan kaos oblong, sandal, sepatu sandal, topi, merokok, mabuk dan makan selama praktikum berlangsung. 8. Setiap praktikan dilarang meninggalkan lapangan/ruangan praktikum tanpa seizin dosen/asisten. HAK 1. Setiap praktikan berhak konsultasi dengan dosen/asisten di luar jam praktikum. 2. Setiap praktikan berhak menggunakan sarana dan prasarana yang ada di laboratorium yang berkaitan dengan materi praktikum. 3. Setiap praktikan berhak tidak mengikuti praktikum selama disertai dengan surat keterangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. SANKSI 1. Setiap praktikan dinyatakan gugur/gagal apabila tidak mengikuti kegiatan praktikum 3 kali berturut-turut tanpa keterangan yang jelas. NB.: Hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut.



iii



PENILAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM Penilaian akhir praktikum didasarkan atas kehadiran/keaktifan selama praktikum, hasil responsi/tes berkala, tugas laporan praktikum dan ujian akhir praktikum, dengan bobot penilaian sebagai berikut: 1. Kehadiran/keaktifan



= 25%



2. Hasil responsi/tes berkala



= 20%



3. Laporan praktikum



= 25%



4. Ujian akhir praktikum



= 30% 100%



Bagi mahasiswa dengan kontrak baru/ulang yang tidak mengikuti kegiatan praktikum dianggap mengundurkan diri (gagal) dari perkuliahan Ilmu Ukur Wilayah dan Pemetaan dan dipersilahkan mengulang di tahun depan.



iv



I.



PENGENALAN ALAT UKUR



Kegiatan survey lapangan membutuhkan peralatan yang beragam sesuai dengan tujuan dan tingkat kedetilan data yang mau diambil. Pengenalan bermacam alat ukur harus dilakukan agar surveyor memahami dan mengerti dalam mengoperasikan alat survey. Alat ukur terdiri atas alat digital dan manual. Pada praktikum perdana, praktikan wajib mengetahui karakteristik beberapa alat survey yang biasa digunakan di lapangan. Tujuan : - Memahami dan mendeskripsikan bermacam alat ukur beserta fungsinya. Prosedur Kerja : - Bermacam alat ukur di letakkan diatas meja yaitu : Meteran, Kompas, Abney Level, GPS, Levelling, Theodolit dan Drone. - Lakukan pengamatan dan identifikasi pada setiap alat tersebut. - Berdasarkan literatur, jelaskan fungsi dari setiap alat yang diamati. - Buat laporan pengamatan anda dalam bentuk essay. Tabel 1. Formulir Pencatatan Hasil Pengamatan No.



Nama Alat



Kegunaan



Foto



1



II.



JARAK DAN ARAH



Arah sebuah garis merupakan sudut horizontal antara garis acuan (meridian) dengan garis yang akan diukur. Arah suatu garis ditentukan dengan sudut. Sudut arah sebuah garis merupakan sudut horizontal antara meridian acuan dan sebuah garis. Sudut arah antara dua garis ini dapat dikatakan sudut horizontal. Sudut jurusan (azimuth) adalah sudut yang diukur searah jarum jam dan diukur dari arah utara. Adanya jarak dikarenakan beda posisi antara 2 titik, 2 garis atau 2 bidang. Dalam pengukuran dikenal ada 3 macam jarak yaitu jarak datar, jarak miring dan jarak vertikal (beda tinggi). Jarak menyatakan seberapa jauh beda posisi suatu titik. Tujuan : - Menentukan arah antara dua garis - Menentukan jarak antara dua titik - Menentukan koordinat titik pengukuran dari titik acuan. Alat dan Bahan : - Meteran - Kompas -



Tongkat Ukur Kertas milimeter blok Penggaris Busur ATK lainnya



Prosedur Kerja : - Letakkan tongkat ukur pada jarak ± 50m dari posisi pengamat. Masingmasing tongkat berjarak ± 20m. - Bidik menggunakan kompas arah tongkat ukur A, B, C dan D dari posisi pengamat. Membidik objek dilakukan dengan mengarahkan garis fokus yang tersedia pada kompas. Tunggu sesaat samapi jarum kompas stabil. Perhatikan dengan cermat angka derajat yang ditunjukkan oleh jatrum kompas. Catat hasil bacaan anda. - Lakukan pengukuran jarak mendatar dengan menggunakan meteran masingmasing tongkat ukur A, B, C dan D dari posisi pengamat. Catat hasil bacaan anda.



2



- Pada kertas milimeter blok, gambar hasil pengukuran arah dan jarak lengkap. Perhatikan perhitungan skala yang anda buat. - Tentukan koordinat titik A, B, C dan D jika koordinat titik P (pengamat) yaitu (335000, 9821000). - Rumus penentuan titik koordinat : XA = XP + ( dPA . Sin αPA ) YA = YP + ( dPA . Cos αPA )



U



B



C



A



D



P



α PA Gambar 1. Sketsa Pengukuran Arah dan Jarak



3



III. POLIGON TERBUKA



Poligon terbuka tidak mempunyai sudut dalam seperti pada poligon tertutup. Pengukuran poligon terbuka digunakan untuk bermacam kegiatan, seperti pengukuran jalan, penentuan rencana pembuatan jalan, jaringan sungai, irigasi dan sebagainnya. Pada pengukuran poligon terbuka, titik awal tidak bertemu titik akhir atau tidak berhimpit pada titik yang sama. Agar hasil pengukuran detail, setiap bidang garis yang tidak lurus (mulai berbelok) harus menjadi titik baru. Syarat pengukuran poligon terbuka yaitu: 1. Jurusan awal diketahui 2. Koordinat awal diketahui 3. Semua sudut azimuth diukur 4. Semua jarak antara titik diukur. Tujuan : - Mampu menggambar lintasan poligon terbuka berdasarkan skala. - Menentukan koordinat Titik B, C, D dan E Alat dan Bahan : - Theodolit (lengkap) - Meteran -



Kompas Tongkat Ukur Kertas milimeter blok Penggaris Busur



- ATK lainnya Prosedur Kerja : - Pengukuran poligon terbuka dapat menggunakan meteran dan kompas atau menggunakan theodolit, namun konsep pengukuran tetap sama. - Tentukan titik awal dari lintasan yang akan diukur (Titik A). Titik A merupakan titik referensi dengan koordinat awal (350000, 9800000). - Arahkan kompas anda pada titik B yang sudah di tentukan. Catat arah sudut azimuth AB (αAB). - Gunakan meteran untuk menentukan jarak titik A ke B (d AB). Catat hasil pengukuran tersebut.



4



- Lanjutkan pengukuran ke titik C dengan melalui titik B. Lakukan hal yang sama seperti di titik A tadi, yaitu mengukur jarak dan arah. Selesaikan pengukuran hingga titik E. - Pada pengukuran poligon terbuka menggunakan theodolit tetap menggunakan konsep yang sama. - Pada titik A, standarkan alat theodolit dengan sudut vertikal 90o. Arahkan teropong ke titik B. Baca benang atas, benang bawah dan benang tengah untuk menentukan jarak. Selanjutnya, baca juga besar sudut horizontal yang ditunjukkan layer display. - Gambar hasil pengukuran anda lengkap dengan skala. - Hitung koordinat titik B, C, D dan E



α BC



B α AB



d1



α DE



d2



D



A α CD



d3



C



d4



E



Gambar 2. Poligon Terbuka



5



IV.



POLIGON TERTUTUP



Poligon merupakan rangkaian dari titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan. Pada poligon tertutup, titik awal dan titik akhir merupakan titik yang sama. Sebagai kontrol hasil pengukuran, pada poligon tertutup menggunakan sudut dalam dan sudut luar. Kesalahan dapat dikontrol dengan sudut luar yaitu dari jumlah sudut luar dan segi n, yaitu sama dengan (2n + 4) x 90o atau (n + 2) x 180o. Sedangkan kontrol pengukuran menggunakan sudut dalam dimana jumlah sudut dalam yaitu (2n - 4) x 90o atau (n - 2) x 180o. n adalah banyaknya sudut. Penentuan luas menggunakan poligon tertutup dilakukan dengan cara menyusun koordinat titik pengukuran secara berurutan dengan arah jarum jam.



Y



E



α ED dDE



dEA



α AB



α DE D D



A



dCD dAB



α CD α BC B



dBC



C



X



Gambar 3. Bentuk Poligon Tertutup dengan Sudut Azimuth Tiap Pengukuran



6



Nilai koordinat disusun dalam matrik. Contoh perhitungan sebagai berikut : X



Y



A



500



1000



B



1000



400



C



1700



400



D



2200



1100



E



1300



1600



A



500



1000



Kalikan nilai x dengan nilai y titik berikutnya, lalu jumlahkan hasilnya. = (500 . 400) + (1000 . 400) + (1700 . 1100) + ( 2200 . 1600) + (1300 . 1000) = 7.290.000 ….. (1)



X



Y



A



500



1000



B



1000



400



C



1700



400



D



2200



1100



E



1300



1600



A



500



1000



Kalikan nilai y dengan nilai x titik berikutnya, lalu jumlahkan hasilnya = (1000 . 1000) + (400. 1700) + (400 . 2200) + (1100 . 1300) + (1600 . 500) = 4.790.000 .….. (2) Luas poligon tertutup adalah selisih dari 2 (dua) nilai persaman diatas dibagi 2. Luas (m2) = (7.290.000 - 4.790.000)/2 = 1.250.000 m2 Tujuan : - Mengetahui metode penggunaan alat ukur theodolit - Mengetahui metode membuat poligon tertutup untuk perhitungan luasan. - Mengetahui cara perhitungan sudut pada poligon tertutup



7



Alat dan Bahan : - Theodolit (lengkap) - Meteran - Kompas - Tongkat Ukur - Kertas milimeter blok - Penggaris - Busur - ATK lainnya Prosedur Kerja : - Pengukuran poligon tertutup dapat menggunakan meteran dan kompas atau menggunakan theodolit, namun konsep pengukuran tetap sama. - Tentukan titik awal dari lintasan yang akan diukur (Titik A). Titik A merupakan titik referensi dengan koordinat awal (500, 1000). - Arahkan kompas anda pada titik B yang sudah di tentukan. Catat arah sudut azimuth AB (αAB). - Gunakan meteran untuk menentukan jarak titik A ke B (d AB). Catat hasil pengukuran tersebut. - Lanjutkan pengukuran ke titik C dengan melalui titik B. Lakukan hal yang sama seperti di titik A tadi, yaitu mengukur jarak dan arah. Selesaikan pengukuran hingga titik E dan kembali ke titik A membentuk poligon tertutup. - Pengukuran poligon tertutup menggunakan theodolit tetap menggunakan konsep yang sama. - Pada titik A, standarkan alat theodolit dengan sudut vertikal 90 o. Arahkan teropong ke titik B. Baca benang atas, benang bawah dan benang tengah untuk menentukan jarak. Selanjutnya, baca juga besar sudut horizontal yang ditunjukkan layer display. - Gambar hasil pengukuran anda lengkap dengan skala. - Hitung besar sudut dalam. - Hitung luas poligon tertutup yang anda ukur.



8



V.



PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG



Pengukuran tidak langsung dilakukan untuk menghindari hambatan yang ada saat di lintasan / transek. Hambatan yang dimaksud dapat berupa gedung, rawa, atau lainnya yang menghalangi hambatan pemandangan dan jalur pengamatan. Permasalahan ini seringkali terjadi saat survey tanah, dimana titiktitik pengamatan sudah ditetapkan dengan jarak tetap (sistem grid), misalnya 100m tiap pengamatan.



A



Rawa



B



Gambar 4. Sketsa Pengukuran Titik A ke B yang Terhalang Rawa Metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan diatas yaitu dengan metode segitiga sama sisi dan segi empat. Segitiga memiliki keistimewaan, yaitu sudut dalam dari masing-masing pertemuan sisinya yaitu 60o dengan panjang sisi yang sama, sedangkan segi empat 90o dengan panjang sisi yang berhadapan sama. Besaran sudut ini dapat digunakan untuk membelokkan arah menghindari rintangan. Tujuan : - Menghitung besar sudut untuk pengukuran tidak langsung dengan metode segitiga - Menghitung besar sudut untuk pengukuran tidak langsung dengan metode segiempat Alat dan Bahan : - Meteran - Kompas - Tongkat Ukur - Kertas milimeter blok - Penggaris - Busur - ATK lainnya



9



2



120o



A 1 60o 90o



Rawa 3



4



4



B



5



Gambar 5. Sketsa Pengukuran Tidak Langsung dengan Metode Segitiga dan Segiempat Perhitungan besar sudut dapat dilakukan dengan menggunakan konsep sudut mendatar antara dua garis. Prosedur Kerja : - Tentukan arah pengukuran dari titik A menuju titik B (misalnya azimuth 120o) dengan jarak 100m. - Letakkan rintangan pada jarak sekitar 30m dari titik A. - Dengan menggunakan metode segitiga sama sisi, lakukan perhitungan untuk berbelok menghidari rintangan. Hitung besar sudut arah anda yaitu : α 12, α23, dan α3B. - Pada jalur yang sama, dengan menggunakan metode segiempat, lakukan perhitungan untuk berbelok menghidari rintangan. Hitung besar sudut arah anda yaitu : α14, α45, α53 dan α3B. - Gambar hasil pengukuran anda dengan jelas pada kertas milimeter blok



10



VI.



BEDA TINGGI



Beda tinggi antara 2 titik adalah jarak vertikal antara dua titik. Pengukuran beda tinggi berguna dalam pekerjaan kontruksi yaitu merancang jarinagn jalan dan jaringan irigasi. Pengukuran beda tinggi juga menjadi dasar utama dalam pembuatan peta kontur. Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan cara sifat datar, cara



Pengukuran Profil Memanjang (Longitudinal sectioning)



trigonometris dan cara barometris. Dalam praktikum ini, metode yang digunakan yaitu metode sifat datar. Peralatan yang digunakan dapat berupa alat optik yaitu theodolit, levelling (waterpass) dan Total Station. Metode sifat datar dengan



Dilakukan untuk menetukan ketinggian titik-titik sepanjang garis







peralatan hidrostatik menggunakan konsep bejana U dengan alat ukur byaitu tertentu.



selang dan mistarmengukur ukur. Selang selanjutnya air sehingga muncul gelembung  Misalnya profil lapangandiisi sepanjang garis rencana jalan atau rencana saluran pengukuran irigasi pendatar. Untuk transek/jalur yang panjang, pengukuran dilakukan dengan profil pengukuran memanjang. cara ini yang lebih ditekankan adalah bentuk  Pada



permukaan sepanjang garis yang diukur . 4



A



B



1



3



2



b5 b4 b3



b1



b2



A



m4



m3



m1



m5



B 4



m2



3



1 2



Gambar 6. Sketsa Pengukuran Beda Tinggi Profil Memanjang Pada sketsa diatas, pengukuran dilakukan untuk mengetahui beda tinggi antara Titik A dan Titik B. Urutan berturut dari transek pengukuran yaitu : A – 1 – 2 – 3 – 4 – B. Keenam titik tersebut merupakan titik meletakkan rambu ukur. Theodolit diletakkan diantara kedua rambu terdekat untuk mengetahui beda tinggi. Hasil pengukuran beda tinggi akan mendapatkan data ketinggian (elevasi) dari keenam titik tersebut. Sedangkan titik Theodolit (stasiun ukur) tidak memiliki data ketinggian. Perhatikan gambar diatas, rambu ukur dapat menjadi Bacaan Belakang (BB) dan Bacaan Muka (BM), hal ini tergantung arah pengukuran.



11



Tujuan : - Mengukur dan mengetahui beda tinggi antara 2 titik menggunakan theodolit - Mengukur dan mengetahui beda tinggi antara 2 titik menggunakan selang dan mistar ukur. Alat dan Bahan : - Theodolit (lengkap) - Meteran - Selang dan air - Tongkat Ukur - Kertas milimeter blok - Penggaris - Busur - ATK lainnya Prosedur kerja : - Tentukan jalur yang akan diukur. Tetapkan titik awal (Titik A) dan titik akhir (Titik B). - Bagi jalur pengukuran tersebut menjadi beberapa section yang mana nantinya setiap section akan memiliki data beda tinggi (perhatikan sketsa/gambar diatas). - Standarkan alat theodolit dalam tiap section. Baca data Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB) untuk rambu belakang sebagai Bacaan Belakang dan baca rambu depan sebagai Bacaan Muka. - Penentuan beda tinggi menggunakan bacaan Benang Tengah. Beda tinggi merupakan selisih bacaan BT belakang dan BT depan. - Catat hasil pengukuran pada form seperti dibawah ini. - Pengukuran beda tinggi menggunakan selang (konsep Bejana U) tidak jauh berbeda dengan menggunakan theodolit. - Selang yang sudah bersisi air selanjutnya ditempelkan pada tongkat ukur (meteran). Setelah gelembung datar air stabil, baca ketinggian /



level air



pada rambu belakang (BB) dan rambu depan (BM). Ukur jarak antara kedua rambu tersebut (jarak miring dan jarak datar). Catat hasil pengukuran anda pada formulir. Lanjutkan pengukuran tiap section sampai titik akhir pengukuran. - Gambar hasil pengukuran beda tinggi anda pada kertas milimeter blok sehingga tamapk sayatan melintang. Perhatikan penggunaan skala vertikal dan skala horizontal.



12



Tabel 2. Formulir Pencatatan Beda Tinggi Hasil pengukuran



Perhitungan



Pembacaan Rambu /



rambu (benang



Stasion



tengah)



A



Jarak



Beda



Tinggi



tinggi



(mdpl)



Belakan



Muka



Belakan



Muka



∆hi = bi -



g (bi)



(mi)



g (bi)



(mi)



mi



Keterangan



hi 50



S1 1 S2 2 S3 3 S4 4 S5 B Σ



13



VII. LERENG



Lereng merupakan permukaan bumi yang memiliki kemiringan terhadap bidang horizontal. Nilai kemiringan tersebut merupakan kemiringan lereng. Lereng terbentuk secara alami dan buatan. Lahan dikatakan berlereng jika memiliki kemiringaan atau tidak datar. Hasil pengukuran lereng dapat dijadikan dasar beda tinggi antara 2 titik. A Bidang horizontal



Sudut Kemiringan Lereng



∆ HAB x



B Gambar 7. Sketsa Pengukuran Lereng Jumlah sudut dalam segitiga yaitu 180o. Dengan mengetahui salah satu besaran sudut kemiringan, maka dapat dihitung besar sudut lainnya. Besar sudut tersebut dapat digunakan untuk menghitung beda tinggi antara Titik A dan Titik B menggunakan rumus perbandingan dalam trigonometri. a Sin A



=



b Sin B



Tujuan : - Membaca sudut kemiringan lereng menggunakan Abney Level -



Menghitung beda tinggi antara 2 titik.



Alat dan Bahan : - Abney Level - Meteran - Kompas - Tongkat Ukur - Kertas milimeter blok - Penggaris - Busur - ATK lainnya



14



Prosedur Kerja : - Tentukan arah lereng yang akan diukur. Arah lereng merupakan bidang yang memiliki tingkat kemiringan yang paling curam. - Tetapkan titik pengamatan, yaitu titik A berada di puncak lereng dan titik B berada di bawah lereng. - Ukur jarak miring antara titik A dan titik B. - Dengan menggunakan abney level, baca besar kemiringan lereng (bidang horizontal) pengamatan anda. - Gambar dalam kertas milimeter blok hasil pengukuran anda. - Tentukan beda tinggi (jarak vertikal) antara titik A dan titik B. - Tugas : Pilihlah salah satu pohon yang berada didekat anda yang memiliki ketinggian lebih dari 20 m. Dengan menggunakan Abney Level, tentukan tinggi pohon tersebut. Gambar hasil pengukuran anda pada kertas milimeter blok.



15



VIII. BEDA TINGGI DAERAH LUAS (PEMBUATAN PETA KONTUR)



Penentuan beda tinggi daerah yang luas (bukan 1 jalur transek) bertujuan untuk mendapatkan titik ketinggian (elevasi) yang tersebar di wilayah pengukuran. Titik elevasi tersebut digunakan untuk membuat peta kontur. Metode pengukuran beda tinggi yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sifat datar.



Titik referensi



Posisi rambu Posisi alat



Titik referensi



Gambar 8. Sketsa Pengukuran Beda Tinggi Daerah Luas



16



Dalam pengukuran beda tinggi daerah luas diperlukan titik referensi sebagai



titik



acuan.



Nilai



ketinggian



di



titik-titik



lainnya



didapat



dari



pengurangan/penambahan titik referensi (akan terkoreksi). Serupa dengan pengukuran beda tinggi profil memanjang, data ayng digunakan adalah bacaan Benang Atas, Benang Bawah dan Benang Tengah. Namun, untuk memetakan sebaran titik pengamatan agar sesuai kondisi dilapangan diperlukan arah (azimuth) tiap titik yang dibaca dari alat theodolit. Tujuan : - Menentukan beda tinggi daerah yang luas - Menggambar dan menyajikan hasil pengukuran dalam kertas kerja menjadi peta titik kontur Alat dan Bahan : - Theodolit (lengkap) - Meteran - Tongkat / rambu ukur -



Kertas milimeter blok Penggaris Busur ATK lainnya



Prosedur Kerja : - Mula-mula lapangan yang mau dibuat peta konturnya harus dibersih sedemikian rupa dari gulma/anak kayu sehingga memungkinkan pengamatan dengan teropong theodolit - Buatlah patok secara grid, yaitu dengan jarak lebih kurang sama pada seluruh areal, sebagai tanda untuk menempatkan rambu. Ukuran grid tidak baku, artinya jika terdapat rintangan/hambatan di lahan sebaiknya dihindarkan saja. Prinsip terpenting dalam peletakan titik rambu adalah tersebar secara merata di daerah pengukuran - Buat juga patok sebagai rencana tempat posisi alat, dengan kerapatan kirakira 10 sampai 15 posisi rambu untuk satu posisi alat dan tergantung kemiringan lahan. Jika lahan semakin curam maka, posisi alat akan semakin banyak - Pasang alat pada salah satu tempat yang direncanakan. - Ukurlah jarak dan beda tinggi masing masing posisi rambu yang dapat dijangkau dari alat ini. Titik pertama yang diukur usahakan titik paling pinggir (depan) dari areal kaplingan. Titik pertama ini menjadi titik referensi.



17



- Jika telah selesai dan berencana memindahkan alat ke posisi lain, maka letakkan rambu pada posisi yang terdekat dengan rencana posisi alat berikutnya. Titik ini merupakan titik referensi kedua, artinya pekerjaan pengukuran di posisi alat kedua akan mengacu pada titik ini. Ukur jarak dan beda tinggi tiap rambu ukur dari posisi titik ini. - Lakukan pengukuran ke arah posisi rambu yang lain yang dapat dijangkau dari posisi ini. - Demikian seterusnya sampai seluruh posisi-rambu terukur. Tabel 3. Blangko Pencatatan



Stasiun



Tinggi Alat (cm)



Titik Pengamatan



A1 A2



Tinggi awal (m) 50



Bacaan Beda Tinggi Titik tinggi Benang dari Titik (m) = z Tengah Referensi 1.71



50



1.22



?



Jarak dari Stasiun (m) (BA-BB)x100 8



Sudut (arah ) dari stasiu n 140°



?



A3 A



A4 A5 A6 A7 A6= B1



B



B2 B3 B4 C1 = B3



C



C2 c3



18



IX.



INTERPRETASI PETA KONTUR



Dalam peta topografi, kita dapat melihat adanya garis khayal yang menunjukkan ketinggian. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang digambarkan berbelok-belok, tidak teratur, tertutup yang menghubungkan titiktitik dengan ketinggaian yang sama. Berdasarkan model/ motif dari kumpulan garis kontur tersebut, bisa diketahui keadaan sebenarnya di lapangan. Sifat Garis Kontur a. Garis kontur tidak bercabang dan tidak saling berpotongan, namun bisa berhimpit pada lereng 90o. b. Jika jarak 2 garis ketinggian lebar, maka daerah tersebut landai. c. Jika jarak 2 garis ketinggian sempit, maka daerah tersebut terjal. d. Garis ketinggian yang menjorok keluar/menjauhi pusat merupakan tanda dari punggung bukit/gunung. e. Sedangkan garis ketinggian yang menjorok dalam/menuju ke pusat merupakan suatu lembah (bentuk v) Menghitung Kemiringan Lereng (Slope) Kemiringan lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi. Beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan. Banyak faktor yang mempengaruhi kemiringan lereng yang semua terangkum dalam proses endogen dan proses eksogen. Lereng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan. Beda tinggi dapat dilihat berdasarkan nilai elecasi antara 2 garis kontur yang bedekatan Cara menghitung nilai kelerengan dengan menggunakan peta topografi (kontur)



Persentase Lereng (%)



=



(n-1) . ik(cm) Jarak di peta (cm) . skala peta



x



100%



Keterangan : n : jumlah garis kontur ik : interval kontur jarak : jarak sayatan (cm)



19



Tujuan : - Mampu membedakan daerah yang landai dan daerah yang terjal - Mampu menentukan daerah punggung bukit - Mampu menentukan daerah lembah/aliran sungai - Mampu menghitung nilai miringnya lereng melalui garis kontur dan mendeliniasi peta kontur berdasarkan kelas lereng. Alat dan Bahan : - peta kontur - kalkulator - penggaris, pensil berwarna dan atk lainnya Prosedur Kerja : - Siapkan alat dan bahan yang diperlukan - Amati peta kontur anda dengan cermat. Di setiap bagian peta kontur amati perbedaan kontur dan tinggi, serta jarak dari satu garis ke garis lainnya. - Tugas 1 :  Tentukan daerah yang merupakan punggung bukit, beri sayatan pada garis kontur di peta anda. Gunakan pensil berwarna.  Tentukan daerah yang merupakan lembah/aliran sungai, beri sayatan pada garis kontur di peta anda. Gunakan pensil berwarna. - Tugas 2 :  Ukur beda tinggi, jarak antar garis kontur, persentase kemiringan lereng dari kawasan yang diamati dengan cara : - Menentukan jarak antar beberapa garis kontur. Untuk mengetahui jarak beberapa garis kontur dapat dicari dengan menarik garis sayatan yang memotong tiap garis kontur, setelah itu didapat titik-titik perpotongan antara garis kontur dengan garis sayatan. Lakukan pada kumpulan garis dengan menarik sayatan tegak lurus/siku-siku. Dari setiap titik perpotongan dapat dibaca dengan menggunakan penggaris berapa jarak antar garis kontur tersebut. - Menentukan persentase kemiringan lereng. Persentase lereng dapat diperoleh dengan membagi perbedaan ketinggian dengan skala dan mengalikan hasilnya dengan seratus persen (lihat rumus diatas).



20



Gambar 9. Ilustrasi Sayatan pada Peta Kontur Setelah diketahui persentase kemiringan lahan maka dapat ditentukan jenis relief dari kawasan tersebut berdasarkan tabel berikut. Deliniasi peta anda dengan warna tiap satuan relief yang berbeda. Tabel 4. Klasifikasi Lereng (Modifikasi Van Zuidam 1983) Satuan Relief



Lereng



Beda tinggi



Datar atau hampir datar



0–3%



140 %



> 1000 m



Pegunungan / sangat curam



21