Modul Praktikum Apk 2021 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM ANALISA PERANCANGAN KERJA



Dosen Pengampu : Yusuf Mauluddin, S.T. M.T.



Disusun Oleh : Heby Delfiana Maulida Nurwahidah Sely Waladiah Rizal Ahmad Priatna



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT 1 2021



KATA PENGANTAR Segala puji milik Allah SWT, seraya mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekutan dan kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelsaikan Modul Praktikum APK ini. Shalawat dan salam selalu dipanjatkan kepada nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya, tabi’in-tabi’atnya, hingga kepada kita semua selaku umatnya yang insyaallah mengikuti jejak langkahnya. Modul ini bukan semata-mata sebagai pemenuhan kewajiban kami selaku asisten yang harus menyusun modul praktikum ini, tetapi makna lebih dalam dari itu, mulai dari belajar menganalisis hingga mengevaluasi sehingga memperluas wawasan praktikan melalui Praktikum Analisa Perancangan Kerja. Modul APK ini terdiri dari beberapa modul yang saling terintegrasi antara satu modul dengan modul lainya. Diantara modul yang ada pada modul ini diantaranya Peta Kerja, perancangan metode kerja, standarisasi kerja, line balancing, antropometri, biomekanika kerja, fisiologi kerja, serta lingkungan kerja. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua unsur yang terlibat dalam penyusunan modul ini seperti koordinator laboratorium, koordinator asisten serta dosen pengampu mata kuliah APK. Sehingga dengan bantuan berbagai pihat tersebutlah penyusun dapat menyelesaikan penyususnan modul praktikum APK ini. Akhirnya penyusun berharap semoga modul praktikum APK ini bermanfaat secara luas bukan hanya menjadi acuan tugas semata tapi lebih dari itu. Semoga praktikum yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan ada dalam lindungan Allah SWT. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun terhadap perbaikan modul ini demi memperbaiki segala kekurangan.



Garut, Februari 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISA PERANCANGAN KERJA ................ iii



I.



MODUL I PETA KERJA ................................................................................. I-1



II. MODUL II PERANCANGAN METODE KERJA ....................................... II-1 III. MODUL III STANDARISASI KERJA ....................................................... III-1 IV. MODUL IV LINE BALANCING ................................................................. IV-1



V. MODUL V ANTROPOMETRI....................................................................... V-1 VI. MODUL VI BIOMEKANIKA ..................................................................... VI-1 VII. MODUL VII FISIOLOGI KERJA ............................................................. VII-1 VIII. MODUL VIII LINGKUNGAN KERJA .................................................. VIII-1 LEMBAR ASISTENSI ............................................................................................ viii



ii



TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISA PERANCANGAN KERJA A.



ATURAN UMUM Setiap praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum



Perancangan sistem kerja & Ergonomi sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Apabila tidak mengikuti salah satu modul tanpa alasan yang dapat diterima, maka nilai praktikum dari modul yang bersangkutan praktikan tersebut adalah nol (0) dan apabila tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 kali maka praktikan dinyatakan mengundurkan diri dari kegiatan praktikum. B.



PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1.



Peserta praktikum hadir tepat waktu atau 10 menit sebelum kegiatan praktikum dilangsungkan sudah berada di dalam ruang laboratorium. Keterlambatan



melebihi



5



menit



maka



peserta



praktikum



tidak



diperkenankan mengikuti tes lisan yang diberikan tugas tambahan dan apabila terlambat lebih dari 15 menit maka tidak diperkenankan megikuti praktikum pada hari tersebut. 2.



Peserta praktikum dapat mengikuti kegiatan praktikum apabila : -



Menyelesaikan Tugas Pendahuluan praktikum setiap modul yang sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis yang baik atau sesuai dengan dormat penulisan dalam modul praktikum ini.



-



Meyelesaikan Jurnal Mingguan praktikum tiap modul yang sudah di asistensi dan mendapat persetujuan dari asisten laboratorium untuk diserahkan.



3.



Pada saat dilangsungkannya kegiatan praktikum, praktikan harus : -



Pakaian rapih dan sopan serta tidak menggunakan aksesoris yang berlebihan (Pakaian Kemeja/ Kaus berkerah, memakai sepatu, celana panjang sopan, dan bersepatu).



-



Tidak membuat gaduh atau keributan selama kegiatan praktikum berlangsung, apabila melanggar maka yang bersangkutan akan di keluarkan dari laboratorium dan dianggap tidak mengikuti praktikum modul tersebut.



-



Tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan praktikum



iii



berlangsung. -



Dilarang memasuki dan meninggalkan ruangan tanpa izin dari asisten laboratorium.



-



Praktikan harus menjaga keselamatan diri, perlengkapan praktikum , dan kebersihan laboratorium.



-



Selama



kegiatan



praktikum



berlangsung



praktikan



dilarang



menggunakan alat komunikasi tanpa izin asisten. 4.



Kegiatan praktikum telah selesai apabila : -



Praktikan telah merapihkan kembali dan mengembalikan dengan lengkap peralatan praktikum yang digunakan dengan tertib.



-



Menyelesaikan seluruh kegiatan praktikum dengan menulis hasil praktikum pada lembar pengamatan praktikan.



5.



Segala bentuk kerusakan dan kehilangan peralatan praktikum, praktikan harus melaporkannya kepada asisten laboratorium.



6.



Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit harus mengirimkan surat keterangan dokter minimal H-1 sebelum kegiatan praktikum dilangsungkan kepada asisten laboratorium.



7.



Praktikan tidak diperkenankan berganti kelompok.



8.



Melanggar tata tertib ini asisten laboratorium dapat mengeluarkan dan menggagalkan praktikan pada saat praktikum berlangsung. Tata Tertib ini disetujui dan akan dilaksanakan dengan penuh kesadaran serta ketentuan lain yang diperlukan akan ditetapkan kemudian.



C.



SISTEM PENILAIAN PRAKTIKAN 1.



Praktikan dinilai secara individual atas partipasinya dalam mengerjakan tugas baik tes dan atau tugas individu maupun kelompok.



2.



Kesesuaian dengan prosedur yang sudah ditentukan.



3.



Ketepatan pengambilan serta pengolahan data baik secara teoritis dan ilmiah.



4.



Kerapihan dan kebenaran penelitian apabila didalam laporan yang terlihat sama atau serupa seta terdapat plagiarisme maka semua pihak yang bersangkutan akan dikenakan nilai nol (0) .



5.



Keaktifan



praktikan



dalam



melakukan



iv



asistensi



dan



kemampuan



menganalisa serta membuat kesimpulan dari suatu kasus dalam kegiatan praktikum. 6.



Penilaian pada praktikum memiliki persentase sebagai berikut : Komponen Penilaian



Bobot Nilai



Tugas Pendahuluan



D.



10 %



Test Lisan



5%



Tes Tulis



5%



Sikap



10 %



Jurnal Praktikum



20 %



Laporan Akhir



30 %



Presentasi Praktikum



20 %



WAKTU PENGUMPULAN LAPORAN 1.



Tugas Pendahuluan dikumpulkan pada saat praktikum akan dilaksanakan.



2.



Jurnal Praktikum dikumpulkan dalam waktu 7 x 24 Jam setelah praktikum berakhir dan sebelum praktikum selanjutnya dimulai.



3.



Laporan Akhir Praktikum APK & Ergonomi dikumpulkan 7 x 24 Jam setelah seluruh praktikum berakhir dan dibuat dua bundel laporan. Keterlambatan pengumpulan jurnal dan laporan akhir maka akan mendapat pengurangan nilai sebagai berikut :



E.



< 15 Menit



Pengurangan 10 %



16 – 30 Menit



Pengurangan 25 %



31 – 60 Menit



Pengurangan 50 %



>1 Jam



Tidak Mendapatkan Nilai



TATA PENULISAN LAPORAN 1.



Jurnal Praktikum Jurnal merupakan suatu laporan yang berisi mengenai proses pengambilan



data sampai kepada pengolahan kemudian dilanjutkan dengan pembahasan. Adapun struktur penulisan jurnal adalah sebagai berikut : BAB I : Pengumpulan Data BAB II : Pengolahan Data. BAB III : Pembahasan dan Analisa data.



v



2.



Laporan Akhir Laporan akhir merupakan suatu laporan yang menjelaskan secara rinci hasil



dari praktikum, berisi mengenai pengumpulan data hingga pembahasan serta analisa masalah yang didapatkan. Struktur penulisan laporan akhir terdiri dari : KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG PRAKTIKUM



B.



TUJUAN PRAKTIKUM



C.



BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN



BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM BAB IV PENGUMPULAN DAN PEMBAHASAN DATA A.



PENGUMPULAN DATA



B.



PENGUJIAN DATA



C.



PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.



KESIMPULAN



B.



SARAN



DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN F.



PERANGKAT PENULISAN 1.



Ukuran Kertas A4, 80 gram. Apabila dipakai pengolah kata MS-Word, jenis huruf yang dipakai adalah Times New Roman, Normal, ukuran 12, jarak antar baris 1,5 spasi, dicetak dengan tinta hitam, untuk pengolah kata yang lain dapat dilakukan penyesuaian. Batas penulisan teks adalah dari tepi atas 3 cm, tepi kiri 4 cm, tepi kanan 3 cm dan tepi bawah 3 cm.



vi



2.



Daftar Isi, Daftar gambar, Daftar Tabel, dan Daftar Lampiran dicetak dengan spasi tunggal.



3.



Pembagian teks dapat dilakukan dengan cara: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……………. 1.1.1 …………… 1.1.2 …………… 1.2. Perumusan Masalah ……………. 1.3. Dst …………….



4.



Penomoran halaman: a.



Halaman muka diberi nomor halaman romawi kecil, berada di bagian tengah-bawah.



b.



Halaman isi diberi nomor arab I-1, I-2, I-3,… nomor halaman diletakkan di kanan atas, kecuali halaman Judul Bab, nomor halaman diletakkan di bagian tengah-bawah.



c.



Penomoran bab dimulai dari angka romawi besar I, II, III, …dst dan penomoran lampiran dimulai dari huruf besar A, B, C ….dst.



d.



Penomoran gambar dilakukan dengan menyebutkan nomor bab, diikuti nomor urutnya, misal : Gambar 3.2 artinya gambar nomor 2 di bab III. Judul gambar diletakkan di bawah gambar.



e.



Penomoran tabel dilakukan dengan menyebutkan nomor bab, diikuti nomor urutnya, misal : Tabel 2.4 artinya Tabel nomor 4 di bab II. Judul Tabel diletakkan di atas table.



f.



Penggunaan kata asing ditulis dengan huruf miring.



g.



Setiap gambar harus dilengkapi dengan legenda untuk menjelaskan arti simbol yang dipakai.



h.



Daftar Pustaka disusun menurut abjad, tanpa nomor urut. Judul buku tidak boleh disingkat.



j.



Nama belakang/keluarga ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan singkatan nama depan.



vii



k.



Semua nama pengarang harus ditulis sesuai dengan urutannya di dalam artikel/buku.



viii



I. 1.1



MODUL I PETA KERJA



Tujuan Praktikum Tujuan pelaksanaan Praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut :



1.2



a.



Praktikan memahami pembuatan dan penggunaan setiap peta kerja;



b.



Praktikan diharapkan bisa menganalisis setiap peta kerja yang digunakan.



Alat dan Bahan Praktikum 1.2.1 Alat Alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut : a.



Cutter dan gunting;



b.



Lem kertas;



c.



Tang mata itik



d.



Stopwatch;



e.



Kamera;



f.



Alat tulis;



g.



Mistar



h.



Laptop;



i.



Buku Referensi.



1.2.2 Bahan Bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut :



1.3



a.



Kertas Scraft/kertas samson;



b.



Mata itik;



c.



Mika;



d.



Tali;



e.



Duplek 0,5 mm.



Landasan Teori 1.3.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari



I-1



I-2



mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau merupakan bagian dari produk lengkap. (Sutalaksana, 2006). Apabila kita melakukan studi yang saksama terhadap suatu pekerja, maka pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain, kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutanurutan kerja, menentukan mesin yang lebih ekonomis, dan menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaanperbaikan kerja.. (Sutalakasana, 2006). 1.3.2 Lambang-lambang yang digunakan Menurut



catatan sejarah peta-peta kerja



yang ada sekarang



ini



dikembangkan oleh Gilberth, dan pada saat itu Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Namun pada tahun berikutnya lambang tersebut hanya tinggal 4 macam saja. Penyederhanaan ini memudahkan pembuatan suatu peta kerja, disamping setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena setiap lambang mempunyai kandungan arti yang sangat luas. Dalam tahun 1947 American Society of Mechanical Eingineers (ASME) membuat standar lambanglambang yang terdiri dari 5 macam lambang modifikasi dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth. Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan dalam pembahasanpembahasan.



I-3



Tabel 1.1 Lambang yang digunakan dalam Peta Kerja No 1.



Lambang



Keterangan Suatu kegiatan operasi terjadi apabila bends kerja mengalami peubahan sifat, baik sifat fisik maupun kimiawi. Operasi merupakan kegiatan yang banyak terjadi dalam suatu proses. Contoh : Pengukuran papan dan pemotongan papan, dll.



2.



Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan kerja mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Contoh : Pemeriksaan ukuran papan, dll.



3.



Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan kerja mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasu. Contoh : Perpindahan bahan baku dari gudang bahan baku



4.



Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan kerja tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu. Contoh : Papan menunggu sebelum masuk ke departemen pemotongan



karena



departemen



tersebut



sedang



melakukan operasi terhadap barang lain. 5.



Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Bahan baku yang telah menjadi barang jadi disimpan dalam gudang barang jadi



6.



Kegiatan aktivitas gabungan terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.



I-4



1.3.3 Macam-Macam Peta Kerja Pada dasarnya peta kerja dibagi kedalam dua kelompok, berdasarkan jenis kegiatannya dan berikut ini adalah pembagian kelompok peta kerja berdasarkan kegiatannya: a.



Peta Kerja Keseluruhan Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.



Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk untuk membuat produk yang bersangkutan, yang termasuk kelompok kegiaan keseluruhan antara lain: 1)



Peta Proses Operasi Peta proses operasi adalah peta kerja yang mengambarkan urutan yang



terjadi dalam masalah penyelesaiaan suatu pekerjaan dari awal sampai menjadi produk akhir. Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, dapat diperoleh beberapa manfaat diantaranya : a)



Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.



b)



Bisa memperkirakan keburuhan akan bahanbaku ( dengan memperhitungkan efisiensi ditiap operasi /pemeriksaan).



c)



Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.



d)



Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sdang dipakai.



e)



Sebagai alat untuk latihan kerja, dll.



Adapun cara menggambar peta proses operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu di ikuti yaitu sebagai berikut : a)



Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama obyek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta dan nomor gambar.



b)



Material yang akan diproses diletakan diatas garis horizontal, yang menunjukan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.



I-5



c)



Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuaidengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.



d)



Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. Tabel 1.2 Format Peta Proses Operasi PETA PROSES OPERASI



NAMA OBYEK



:



NOMOR PETA



:



DIPETAKAN OLEH : TANGGAL DIPETAKAN : RINGKASAN KEGIATAN



JUMLAH WAKTU (MENIT)



OPERASI PEMERIKSAAN



TOTAL 2)



Peta Aliran Proses Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukan urutanurutan



dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menuggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung. Dan peta aliran proses ini dibagi kedalam beberapa kelompok antara lain yaitu : a)



Peta aliran proses tipe bahan yaitu peta yang mengambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi.



b)



Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Peta aliran proses pekerja yang mengambarkan aliran kerja seorang operator. Peta aliran proses pekerja yang mengambarkan aliran kerja sekelompok manusia.



I-6



Tabel 1.3 Format Peta Aliran Proses



3)



Diagram Alir Diagram alir merupakan satu gambaran menurut skala, dari susun lantai



dan gedung.. Menunjukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Tabel 1.4 Format Diagram Alir



I-7



b.



Peta Kerja Setempat Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat, yaitu



apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas, yang termasuk kelompok kegiatankerja setempat antara lain : 1)



Peta pekerja dan mesin Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang



menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi, waktu menganggur. Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja, sedemikian rupa sehingga efektifitas penggunaan pekerjaan dan atau mesin bisa ditingkatkan, dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki. (Sutalkasana, 2006). Tabel 1.5 Format Pekerja dan Mesin PETA PEKERJA DAN MESIN Pekerjaan



: Nama Mesin



Nama Pekerja



: Dipetakan Oleh :



SEKARANG



: Nama



USULAN



Tanggal Dipetakan : Pekerja



Mesin A Wakt



Wa



Mesin B



Waktu



ktu



u



Wakt u = dalam satuan meni t Pekerja



Mesin A



Mesin B



I-8



Waktu Menganggur Waktu Kerja Waktu Total Persen Penggunaan Keterangan : Bekerja Menganggur



I-9



2)



Peta tangan kanan – tangan kiri Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat



bekerja dan wktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kri dan tangan kanan. Adapun format pembuatan peta tangan kanantangan kiri adalah sebagai berikut : Tabel 1.6 Format Peta Pekerja dan Mesin



1.4



Prosedur Praktikum Langkah-langkah pelaksanaan praktikum Modul 1 yaitu sebagai berikut a.



Setiap kelompok harus membuat produk yang telah ditentukan. Setiap kelompok menentukan komponen yang akan dibuat dari produk yang telah ditentukan.



b.



Setiap



kelompok



harus



membuat



komponen



tersebut,



dengan



mendokumentasikan serta mencatat waktu dari setiap langkah- langkah



I-10



proses pembuatan setiap komponen yang telah ditentukan. c.



Setiap kelompok harus membuat Peta kerja keseluruhan dan Peta Kerja Setempat dari komponen yang telah dibuat.



1.5



Tugas Pendahuluan Membuat goodie bag yang terbuat dari bahan dasar kertas, kemudian buatlah peta



proses operasinya.



II.



MODUL II



PERANCANGAN METODE KERJA 2.1



Tujuan Praktikum a.



Praktikan mampu menganalisis dan memperbaiki cara kerja dengan menggunakan Prinsip Ekonomi Gerakan;



b.



Praktikan mampu merancang dan mengimplementasikan alat bantu sederhana yang dapat meminimalisasi waktu produksi;



c.



Praktikan mampu mengurangi atau meminimalisasi waktu dan kegiatan yang tidak produktif;



d.



Praktikan mampu membuktikan manfaat perbaikan perancangan metode kerja.



2.2



2.3



Alat dan Bahan a.



Alat dan bahan proses pembuatan produk pada modul 1;



b.



Stopwatch.



Landasan Teori 2.3.1 Ekonomi Gerakan Ekonomi gerakan adalah prinsip yang dipertimbangkan berdasarkan analisa gerakan sehingga menghasilkan gerakan yang ekonomis (nyaman dan produktivistas tinggi). Prinsip ekonomi gerakan digunakan untuk merancang sistem kerja dengan gerakan-gerakan kerja yang benar dan ekonomis (menghemat tenaga dan waktu). Secara garis besar, prinsip ini terdiri atas 3 bagian besar, yaitu prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan: A.



Tubuh Manusia dan Gerakannya Prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dengan



gerakannya : 1.



Kedua tangan harus di manfaatkan sepenuhnya



2.



Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama



3.



Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama



II-1



II-2



kecuali pada saat istirahat 4.



Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris / berlawanan arah



5.



Gerakan tangan atau badan sebaiknya di hemat atau yang di perlukan saja



6.



Hindari



posisi



bahu



dan



siku



yang



janggal,



dan



hindari



memperpanjang postur. Contoh : menjangkau di atas kepala, menjangkau di belakang tubuh, ekstrim perpanjangan siku 7.



Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam pekerja. Contoh : Peletakan batu bata pada wadah yang dapat diatur tinggi rendahnya sehingga memudahkan suplai batu bata kepada pekerja



8.



Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada gerakan yang dikendalikan



9.



Gerakan



yang



patah-patah,



banyak



perubahan



arah



akan



memperlambat gerakan 10.



Pekerjaan sebaiknya di rancang semudah-mudahnya



11.



Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.



B.



Pengaturan Tata Letak Tempat Kerja



1.



Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap



2.



Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai



3.



Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil



4.



Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik



5.



Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan



II-3



6.



Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya memiliki postur yang baik dan nyaman



7.



Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan



C.



Perancangan Peralatan



1.



Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan



2.



Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu kegunaan



3.



Peralatan



sebaiknya



dirancang



sedemikian



rupa



sehingga



memudahkan dalam pemegangan (penggunaan) dan penyimpanan 4.



Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari (Keyboard disesuaikan dgn penggunaan dan beban kerja jari)



5.



Roda tangan dan peralatan lain yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum.



2.3.2 Standar Operasional Perusahaan (SOP) Definisi Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan ugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance. Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas,



II-4



responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja instansi pemerintah memiliki SOP, karena itu seharusnyalah setiap satuan unit kerja pelayanan publik instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat dievaluasi dan terukur. Di kutip dari artikel website Universitas Kristen Petra, terdapat beberapa Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu : a.



SOP



adalah



serangkaian



instruksi



yang



menggambarkan



pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada sebuah organisasi. (EPA, 2001) b.



SOP adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan. (FEMA, 1999)



c.



SOP ada lah serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan suatumasalah. (Lingappan, 2000)



d.



SOP adalah suatu panduan yang dikemukakan secara jelas tentang apa yang



diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam



menjalankan kegiatan sehari-hari. (Developing, 2003) Fungsi dari dibuatnya standar operasional prosedur adalah sebagai berikut : 1)



Menjelaskan detail setiap kegiatan dari proses yang dijalankan



2)



Adanya standarisasi kegiatan



3)



Membantu dalam pengambilan keputusan



4)



Memudahkan dalam transparansi dan akuntabilitas sebuah organisasi Mengarahkan suatu pekerjaan kepada konsep yang jelas



2.4



Prosedur Praktikum 1.



Praktikan melakukan perancangan metode kerja dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan dan alat bantu;



2.



Praktikan membuat peta kerja setelah perbaikan;



3.



Praktikan membuat SOP setiap prosedur proses produksi;



4.



Praktikan mempraktekkan metode kerja terbaik yang sudah dipilih.



II-5



2.5



Tugas Pendahuluan Buatlah penyelesaian dari studi kasus beberapa perbaikan yang dilakukan dalam



proses produksi!



III.



MODUL III STANDARISASI KERJA



3.1



Tujuan Praktikum 1.



Mampu membagi pekerjaan perakitan menjadi beberapa stasiun kerja yang perakitan yang seimbang.



2.



Mampu menentukan pengukuran waktu dengan teknik jam henti pada setiap stasiun kerja.



3.



Mampu menentukan Waktu Siklus setiap stasiun kerja.



4.



Mampu mengidentifikasi nilai penyesuaian pada setiap operator setiap stasiun kerja.



3.2



5.



Mampu menghitung waktu normal.



6.



Mampu mengidentifikasi kelonggaran pada sistem kerja.



7.



Mampu menghitung waktu baku.



Alat dan Bahan Praktikum 3.2.1 Alat Praktikum a.



Alat tulis;



b.



Perekam video;



c.



Stopwatch;



d.



Buku referensi;



e.



Laptop.



3.2.2 Bahan Praktikum



3.3



a.



Goodie bag



b.



Buku petunjuknya.



Landasan Teori 3.3.1 Studi Waktu Studi waktu atau time study dilakukan untuk memperoleh suatu sistem kerja yang baku. Untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang baku, informasi yang sangat dibutuhkan adalah mengenai waktu baku. Sistem kerja yang baik ditandai dengan waktu proses pembuatan produk yang singkat (efisien). Untuk mendapatkan informasi mengenai waktu, kita dapat melakukan pengukuran



III-1



III-2



waktu secara langsung maupun tidak langsung. 3.3.2 Pengukuran Waktu Langsung Pengukuran waktu merupakan suatu usaha untuk mengetahui lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang terlatih dan qualified) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan wajar dan dalam rancangan sistem kerja terbaik. Adapun langkah-langkah untuk pengukuran waktu yaitu sebagai berikut : a.



Melakukan pengamatan data;



b.



Membuat tabulasi data ke subgroup;



c.



Menentukan jumlah subgroup data dengan jumlah yang ditentukan;



d.



Menentukan rata-rata masing-masing subgroup;



e.



Menentukan rata-rata dari semua subgroup;



f.



Menghitung rata-rata deviasi;



g.



Menentukan Batas Kendali; 𝐵𝐾𝐴 = 𝑥 + 𝑍𝑐. 𝜎x



h.



Membuat Plot Data;



i.



Cek apakah data masuk dalam batas kendali atau tidak, dengan ketentuan sebagai berikut :



j.



1)



Jika Ya, maka lanjutkan untuk menghitung Uji Kecukupan Data;



2)



Jika Tidak, maka harus dilakukan pengambilan data ulang.



Menghitung Uji Kecukupan Data;



Bandingkan antara N’ dengan N, dengan ketentuan sebagai berikut;



III-3



k.



1)



Jika N’ > N maka harus dilakukan pengambilan data ulang;



2)



Jika N; < N maka lanjutkan untuk menghitung Waktu Siklus.



Menghitung Waktu Siklus; Sebelum menghitung waktu siklus,



maka



ditentukan dahulu



penyesuian dengan beberapa metode (pilih salah satu) yaitu dengan metode : a) Cara Shumard b) Cara Westing House Setelah mendapatkan skor, maka dihitung waktu siklus dengan rumus



∑𝑥



Dimana: X = Waktu Siklus x = Waktu pengamatan n = Jumlah pengamatan yan dilakukan l.



Menghitung Waktu Normal, dengan ketentuan sebagai berikut : Sebelum menghitung waktu normal, maka harus ditentukan mengenai skor faktor penyesuaian. Format bisa dilihat di : Sritomo, 2009. Kemudian bisa ditentukan hasil perhitungan dari waktu normal, dengan ketentuan sbb : P = 1 Jika pekerja bekerja dengan wajar/normal’ P > 1 Jika pekerja dianggap bekerja secara cepat; P < 1 Jika pekerja dianggap bekerja secara lambat. 𝑾𝒏 = 𝑾𝒔 × 𝒑 dimana : P = Faktor penyesuaian Ws = Waktu Siklus Wn = Waktu Normal



m.



Menghitung Waktu Baku; 𝑾𝒃 = 𝑾𝒏 + (𝑨 × 𝑾𝒏 )



III-4



Dimana l adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesakan pekerjaannya disamping waktu normal. Kelonggaran diberikan dalam 3 kondisi yaitu : a)



Kebutuhan pribadi;



Menghilangkan rasa lelah; Dan gangguan yang tak terhindarkan. 3.4



Prosedur Praktikum 1.



Praktikan diberikan contoh produk yang akan dibuat dari goodie bag oleh asisten masing-masing.



2.



Praktikan merncang proses perakitan produk goodie bag.



3.



Mengidentifikasi proses operasi setiap perakitan sehingga bisa membuat assembly chart.



3.5



4.



Membagi proses operasi perakitan menjadi 4 stasiun prakitan.



5.



Melakukan proses standarisasi waktu.



6.



Menentukan kelonggaran sistem kerja.



7.



Menentukan penyesuaian dengan metode Westing House.



8.



Melakukan simulasi perakitan selama 30 menit.



9.



Praktikan menentukan waktu siklus setiap operator setiap stasiun kerja.



10.



Melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data.



11.



Menghitung waktu normal dan waktu baku.



Tugas Pendahuluan 1.



Apa yang dimaksud dengan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku, berikan contohnya!



2.



Buatlah Assembly Chart perakitan sebuah produk!



IV.



MODUL IV



LINE BALANCING 4.1



Tujuan Praktikum Tujuan pelaksanaan Praktikum Modul 4 yaitu sebagai berikut : 1.



Praktikan mampu membuat lintasan produksi berdasarkan elemen kerja.



2.



Praktikan mampu menentukan jumlah stasiun berdasarkan permintaan atau demand.



3.



Praktikan mampu menyelesaikan masalah jika ada stasiun yang melebihi Takt Time.



4.2



4.3



Alat dan Bahan a.



Data Demand pertahun;



b.



Microsoft Visio;



c.



Assembly Chart;



d.



Peta Kerja.



Landasan Teori 4.3.1 Definisi Line Balancing Definisi Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang sehingga tidak ada proses yang idle akibat terlalu lama menunggu keluarnya peroduk dari proses yang sebelumnya. Adapun tujuan utama dalam menyusun Line Balancing adalah untuk membentuk dan menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap stasiun kerja. Jika tidak dilakukan keseimbangan seperti ini maka akan mengakibatkan ketidakefisienan kerja di beberapa stasiun kerja, dimana antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja yang lain memiliki beban kerja yang tidak seimbang. Dengan demikian, masalah keseimbangan lintasan perakitan (Balancing Line) adalah bagaimana agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan beban kerja yang sama pada setiap stasiun kerja, sehingga menghasilkan keluaran produk yang sama persatuan waktu.



IV-1



IV-2



4.3.2 Tujuan Penyeimbangan Lintasan Tujuan dasar daripada penyeimbang lintasan yaitu untuk membantu meningkatkan jumlah produksi yang dikeluarkan dengan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Mengatasi permasalahan bottleneck yang terjadi pada tahapan proses agar proses produksi dapat berjalan efektif dan effisien. Umumnya merencanakan keseimbangan dalam sebuah lintasan meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi pemborosan fasilitas (waktu, tenaga dan material). Tujuan ini tercapai bila: a.



Lintasan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapatkan beban kerja yang sama nilainya diukur dengan waktu.



b.



Jumlah waktu operator menunggu dari proses sebelumnya (idle) minimum di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan proses.



c.



Jumlah stasiun yang ada di lintasan memiliki waktu yang seimbang.



4.3.3 Masukan Keseimbangan Lintasan Masukan yang diperlukan untuk merencanakan keseimbangan lintasan perakitan adalah: a.



Precedence diagram suatu jaringan kerja (terdiri atas rangkaian simpul dan anak panah) yang menggambarkan urutan perakitan serta ketergantungan



pada



operasi



kerja



lainnya



yang



tujuannya



mempermudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. b.



Data waktu baku pekerjaan tiap operasi, yang diturunkan dari perhitungan waktu baku pekerjaan operasi perakitan.



c. 4.4



Kecepatan lintasan yang diinginkan (waktu siklus / CT).



Prosedur Praktikum 1.



Praktikan menentukan Takt time yang dimiliki perusahaan.



2.



Praktikan membuat lintasan produksi berdasarkan elemen kerja.



3.



Praktikan menganalisis lintasan produksi jika terjadi suatu masalah dalam lintasan produksi.



4.



Praktikan menentukan langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah.



IV-3



4.5



Tugas Pendahuluan Buatlah salah satu contoh pembuatan elemen kerja menjadi lintasan produksi!



V.



MODUL V ANTROPOMETRI



5.1



Tujuan Praktikum a.



Praktikan memahami konsep antropometri;



b.



Praktikan mampu merancang desain produk atau desain stasiun kerja berdasarkan data antropometri;



c.



Praktikan mampu memahami cara pengukuran dan pengolahan data antropometri.



5.2



5.3



Alat dan Bahan a.



Lembar pengukuran dimensi tubuh;



b.



Alat ukur dimensi tubuh;



c.



Lembar pengolahan data.



Landasan Teori Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh



dan metros artinya ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot, dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh posisi tubuh yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal tiga cara pengukuran, yaitu: a.



Antropometri Statis (Struktural) Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. Contoh : ukuran tubuh untuk mendesain meja, kursi, dll.



b.



Antropometri Dinamis (Fungsional) Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.



V-1



V-2



c.



Newtonian Anthropometric Data Contoh : data yang digunakan untuk analisis mekanik terhadap pembebanan terhadap tubuh manusia. Data newtonian yang digunakan untuk analisis mekanik terhadap pembebanan pada tulang belakang dengan teknik pembebanan yang berbeda. Data Anthropometri ini sangat berguna bagi para Designer untuk melakukan penataan peralatan-peralatan pada Workspace pekerja untuk mendapatkan hasil yang optimal.



5.4



Prosedur Praktikum a.



Praktikan mengukur dimensi tubuh yang ditentukan oleh asisten laboratorium;



5.5



b.



Praktikan mengumpulkan data hasil pengukuran;



c.



Praktikan menentukan produk yang akan di desain;



d.



Praktikan menentukan dimensi yang akan digunakan;



e.



Praktikan menghitung uji keseragaman data;



f.



Praktikan menghitung uji kecukupan data;



g.



Praktikan menghitung persentil;



h.



Praktikan mendesain produk sesuai dengan ukuran yang sudah di hitung.



Tugas Pendahuluan Praktikan membuat rancangan/desain produk sesuai dengan perhitungan



antropometri.



VI.



MODUL VI BIOMEKANIKA



6.1



Tujuan Praktikum a.



Praktikan mampu memahami konsep biomekanika



b.



Praktikan memahami manfaat studi biomekanika untuk perancangan sistem kerja



c.



Praktikan dapat memahami metode RULA dan REBA yang digunakan dalam perancangan kerja



d.



Praktikan mampu merancang sistem kerja yang ergonomis berdasarkan biomekanika.



6.2



6.3



Alat dan bahan a.



Alat tulis;



b.



Laptop;



c.



Perekam video;



d.



Proses pembuatan produk dari modul sebelumnya;



e.



Software AutoCA;



f.



Lembar pengamatan.



Landasan Teori 6.3.1 Biomekanika Biomekanika merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi dan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. 6.3.2 Studi Biomekanika Studi biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, evaluasi pekerjaan, penyaringan pegawai, tugastugas penanganan manual, pembebanan statis, penentuan sistem waktu.



VI-1



VI-2



6.3.3 Prinsip Biomekanika Prinsip-prinsip dari biomekanika adalah sebagai berikut: a.



Kurangi berat benda yang ditangani



b.



Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat



c.



Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya



d.



Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang



e.



Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu



f.



Kurangi frekuensi pemindahan



g.



Berikan waktu istirahat



h.



Berlakukan



rotasi



kerja



terhadap



pekerjaan



yang



sedikit



membutuhkan tenaga i.



Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh



j.



Benda yang berat dijaga setinggi lutut Tabel 6.1 Prinsip Biomekanika PRINSIP



KETERANGAN MEMILIH INDIVIDU



1.



Jangan memilih yang stereotif



Pemilihan berdasarkan keserupaan merupakan diskriminasi. Variabilitas individu yang besar meskipun dalam suatu populasi. Pengaruh umur



terhadap kapabilitas



tidak sebesar



pengaruh susepbilitas terhadap sakit (injury). Rata-rata



wanita



memindahkan



60%



dibandingkan rata-rata pria.



2.



Pilih orang yang kuat berdasarkan



Orang yang kuat memindahkan lebih banyak



pengujian



dan lebih aman daripada orang yang lemah. Pemilihan berdasarkan kelompok otot yang digunakan untuk pekerjaan Spesifik bukan berdasarkan sinar X



VI-3



TEKNIK MENGAJAR 3.



Gunakan pemindahan dengan



Pemindahan squat membutuhkan energi lebih,



“gaya bebas” (free style)



otot kaki yang lebih kuat dan jarang digunakan, squat baik untuk beban yang berat dan kelompok



4.



Jangan tergelincir



Jaga agar kaki terpisah, kak yang berlawanan di depan jika berputar, gunakan alas kaki antigelincir.



5.



Jangan bertindak bodoh



Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat



6.



Jangan



melintir



(twist) ketika Penunjang yang buruk bagi cakram (disk)



bergerak MERANCANG KERJA



7.



Letakan beban yang kompak



Pemegangan adalah hal yang utama. Kontainer



Container



yang



sulit



ditangani



membuat



aspek



biomekanika menjadi buruk dan menghalangi pandangan.



8.



Jangan meletakkan beban diatas



Biomekanika menjadi buruk saat mengangkat



lantai



maupun



menaruh,



ditambah



ekstra



metabolisme untuk gerakan tubuh. Setinggi lutut terbaik.



9.



Genggamlah dengan baik



Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada bagian yang tajam.



10.



Pertahankan beban dekat dengan



Berguna untuk meniminasi torsi. Jangan



beban



menggunakan baju yang dapat menyangkut pada beban.



11.



Jangan memindahkan barang diatas



Biomekanika yang dikerjakan buruk, jika



bahu



melewati bagian dada berbahaya jika benda kerja jatuh.



6.3.4 Fatigue ( Kelelahan) Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Semakin berat beban yang dikerjakan dan gerakan semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue



VI-4



lebih cepat. Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga pekerjaan yang akan dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot tersebut. Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis tubuh, menurunnya kemampuan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah tenaga yang dikeluarkan, frekuensi dan lamanya bekerja, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis olahraga, jenis kelamin, dan umur. 6.3.5 REBA (Rapid Entire Body Assessment) Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling unggul. Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya. 6.3.6 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey yang dikembangkan untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja dimana ada kaitannya dengan gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan suatu peralatan yang khusus untuk menentukan postur dari leher,



VI-5



punggung, dan anggota gerak bagian atas selama menggunakan fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993) Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan 3 tabel skor untuk menentukan evaluasi dari faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko selama investigasi dideskripsikan sebagai faktor pembebanan eksternal yang terdiri dari :



6.4



a.



Urutan gerakan



b.



Kerja otot statik



c.



Gaya



d.



Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan furnitur



e.



Waktu kerja tanpa istirahat



Prosedur Praktikum



Gambar 1. Operator a.



Siapkan alat dan bahan



b.



Tiap kelompok ada yang menjadi operator dan dokumentasi.



c.



Amati proses operator saat mengukur atau merakit produk.



d.



Hitung sudut - sudut tubuh saat mengukur atau merakit produk dengan software autoCAD.



e. 6.5



Hitung REBA dan RULA.



Jurnal dan Format Jurnal •



BAB I Pengumpulan data



VI-6







• 6.6



-



Posisi tubuh saat mengukur atau merakit produk



-



Berat beban kerja



-



Tabel perhitungan REBA RULA



BAB II Pengolahan Data -



Hitung sudut - sudut tubuh operator



-



Hitung REBA dan RULA



BAB III Pembahasan



Tugas Pendahuluan Buatlah sebuah studi kasus mengenai REBA dan RULA beserta perhitungannya!



VII.



MODUL VII FISIOLOGI KERJA



7.1. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari Praktikum Analisis Perancangan Kerja Modul VII mengenai Fisiologi Kerja adalah sebagai berikut : 1.



Praktikan dapat memahami mengenai tentang konsep dari fisiologi kerja dan hubungannya dengan beban kerja;



2.



Praktikan mampu menghitung dan menilai beban kerja fisik baik dengan metode penelitian langsung maupun dengan metode penelitian tidak langsung;



3.



Praktikan mampu menghitung waktu istirahat yang diperlukan.



7.2. Alat & Bahan Berikut merupakan alat dan bahan yang diperlukan pada Praktikum Analisa Perancangan Kerja Modul VII mengenai Fisiologi Kerja : 1.



Running Cycle;



2.



Stopwatch;



3.



Laptop;



4.



Lembar Pengamatan.



7.3. Landasan Teori Berikut ini merupakan landasan teori dari praktikum analisa perancangan kerja modul VII mengenai Fisiologi Kerja, antara lain adalah sebagai berikut : 7.3.1 Fisiologi Fisiologi (ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel organisme. Menurut Lehman (1995) mendefiniskan kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat didefinisikan menjadi 2 kegiatan yaitu : a.



Kerja Fisik (Otot);



b.



Kerja Mental (Otak).



VII-1



VII-2



Pada kerja fisik, pengeluaran energy relative lebih besar dibandingkan beban kerja mental. Jika tingkat intensitas dari masing-masing kerja terlalu tinggi, maka akan menimbulkan pemakaian energy yang berlebihan, sebaliknya intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas yang optimum untuk tiap individu Tingkat intensitas kerja optimum umumnya tercipta ketika tidak ada tekananan dan ketegangan. Tekanan berkenaan dengan beberapa aspek dari aktifitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu tersebut akibat dari tekanan. 7.3.2 Beban Kerja Fisik Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energy fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya. Dalam kerja fisik, konsumsi energy merupakan factor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui : a.



Konsumsi oksigen



b.



Denyut jantung



c.



Peredaran udara dalam paru-paru



d.



Tempertaure tubuh



e.



Konsentrasi asam laktat dalam darah



f.



Komposisi kimia dalam darah dan air seni



g.



Tingkat penguapan. Adapun kerja fisik yang dikelompokan oleh Davis dan Miller sebagai



berikut : a.



Kerja total seluruh tubuh yang menggunakan sebagian besar otot. Biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga seperempat otot tubuh



b.



Kerja otot yang membutuhkan energy expenditure Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa



kerja mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot. Metode pengukuran kerja fisik dapat dilakukan dengan menggunakan standar :



VII-3



a.



Konsep Horse-Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor



b.



Tingkat konsumsi energy untuk mengukur pengeluaran energy.



c.



Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.



7.4. Prosedur Praktikum Berikut ini merupakan prosedur praktikum analisa perancangan kerja modul VII mengenai fisiologi kerja : 1.



Setiap kelompok terdiri dari operator yang merakit dan pencatat pengamatan denyut nadi;



2.



Praktikan yang menjadi operator bersepeda selama 5 menit dengan kecepatan 20-25 km/jam;



3.



Praktikan yang menjadi operator merakit produk selama 10 menit;



4.



Praktikan yang menjadi operator bersepeda selama 5 menit dengan kecepatan 30-40 km/jam;



5.



Praktikan yang menjadi operator merakit produk selama 10 menit;



6.



Praktikan yang menjadi operator bersepeda selama 5 menit dengan kecepatan 50-60 km/jam;



7.



Praktikan yang menjadi operator merakit produk selama 10 menit;



8.



Praktikan yang menjadi pencatat mencatat denyut jantung sebelum dan sesudah bersepeda;



9.



Praktikan yang menjadi pencatat mencatat berapa banyak produk yang dapat dirakit beserta waktunya.



7.5. Tugas Pendahuluan 1.



Jelaskan sepengetahuan anda mnegenai fisiologi kerja !



2.



Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kelelahan dalam bekerja dan bagaimana cara menanganinya?



3.



Buatlah perhitungan yang berhubungan dengan perhitungan beban kerja fisik.



VIII.



MODUL VIII LINGKUNGAN KERJA



8.1. Tujuan Praktikum Berikut ini merupakan tujuan dari praktikum analisa perancangan kerja modul VIII mengenai lingkungan kerja, antara lain adalah sebagai berikut : 1.



Praktikan mampu memahami apa itu lingkungan kerja;



2.



Praktikan mampu mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap performa kerja manusia.



8.2. Alat & Bahan Berikut ini merupakan beberapa alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum analisa perancangan kerja modul VIII mengenai lingkungan kerja. 1.



Db Meter (Alat pengukur kebisingan);



2.



Thermometer hygrometer (alat pengukur suhu ruangan);



3.



Luxmeter (Alat pengukur intensitas / tingkat pencahayaan).



8.3. Landasan Teori Berikut ini merupakan landasan teori pada praktikum analisa perancangan kerja modul VIII, diantaranya adalah sebagai berikut : 8.3.1 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang dapat mempegaruhi dirinya dalam menjalankan tugas / dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal. misalnya seperti temperatur, kelembapan, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja. Lingkungan



kerja



yang



kondusif



memberikan



rasa



aman



dan



memungkinkan pekerja untuk dapat bekerja optimal. Jika pekerja senang akan lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan. Menurut (Sedarmayanti dalam Wulan, 2011:21) Menyatakan bahwa



VIII-1



VIII-2



secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor yaitu : a.



b.



Faktor Lingkungan Kerja Fisik 1)



Pewarnaan



2)



Penerangan



3)



Udara



4)



Suara bising



5)



Ruang gerak



6)



Keamanan



7)



Kebersihan



Faktor Lingkungan Kerja Non-Fisik 1)



Struktur kerja



2)



Tanggung jawab kerja



3)



Perhatian dan dukungan pemimpin



4)



Kerja sama antar kelompok



5)



Kelancaran komunikasi



8.3.2 Lingkungan Kerja Fisik Faktor fisik ini mencakup peralatan kerja, suhu ditempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang kerja. a.



Temperatur (suhu) Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan



sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian



dalam



perut



yang



disebut



dengan suhu



tubuh (core



temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu. Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi). Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi., radiasi dan



VIII-3



penguapan



jika



terjadi



kekurangan



atau



kelebihan



panas



yang



membebaninya. Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh (Sutalaksana, 1979). b.



Pencahayaan Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan



lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar. Adapun ciri-ciri penerangan yang baik adalah : 1)



Sinar/ cahaya yang cukup



2)



Sinar /cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.



3)



Kontras yang tepat



4)



Kualitas pencahayaan (Brightness) yang tepat



Penerangan atau pencahayaan juga memiliki Nilai Batas Ambang (NAB). Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 menentukan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. c.



Kebisingan Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh



telinga. Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyibunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Kebisingan yang menyebabkan ketulian (Noise Induced Deafness) berada pada rentang frekuensi 2000 – 6000 Hz. Para pekerja yang bekerja pada rentang tersebut harus dites secara berkala pada kemampuan dengarnya dan yang penting lainnya adalah adanya umpan balik untuk mengetahui apakah informasi dapat diterima secara sempurna. Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sumber bunyi (Sound Pressure Level) dapat dihitung dari perbandingan dari tekanan sumber suara



VIII-4



tersebut pada tekanan suara 0,0002 dyne/cm, yaitu tekanan bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal.dibawah ini ada tabel Tingkat Paparan Kebisingan Yang Diijinkan dan tabel Ambang batas kebisingan



yang



diijinkan



untuk



ruangan-ruangan



yang



berbeda



keperluannya. Tabel 8.1 Tingkat Paparan Kebisingan yang diijinkan Lama paparan per



Tingkat kebisingan



hari ( jam )



( dB )



8



90



6



92



4



95



3



97



2



100



1



110



0,5



115



Tabel 8.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Ambang batas



Tipe ruangan



kebisingan ( dB )



Ruang konferensi



35



Kantor



40



Laboratorium,



Ruang



50



inspeksi Kantin



50



Ruang produksi



75



Ruang mesin



90



8.3.3 Visual Display a.



Pengertian Display Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi



informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima



VIII-5



oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia. Produk display dirancang berdasarkan kajian ilmu ergonomi. Display tersebut berfungsi untuk menggambarkan atau memberikan informasi melalui gambar dan secara tidak langsung berfungsi untuk menjelaskan bahwa ergonomi sangat erat kaitannya dengan kenyamanan seseorang. Display yang dirancang sebaiknya menggunakan background warna hijau, karena menurut ilmu ergonomi penggunaan warna hijau dianggap dianggap warna yang paling nyaman untuk dilihat dan gampang menarik perhatian penglihatan seseorang. Produk display yang dibuat ini fungsi utama yang perannya sangat penting sekali karena bersifat memberitahu bagi pembacanya disaat dalam keadaan darurat. Oleh karena itu, produk display ini harus dibuat sedemikian rupa berdasarkan keilmuan ergonomi. Pentingnya ergonomi melalui display tersebut, bermanfaat untuk pembacanya yang melihat objek bentuknya yang kecil sehingga tidak telalu banyak menarik perhatian orang dan orang yang berada jauh dari produk display tersebut tidak dapat melihat dengan jelas gambar dan tulisan pada display. Adapun ciri – ciri dari display antara lain adalah sebagai berikut : 1)



Dapat menyampaikan pesan.



2)



Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.



3)



Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.



4)



Proporsi



gambar



dan



hururuf



memungkinkan



untuk



dapat



dilihat/dibaca. 5)



Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.



6)



Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.



7)



Realistis sesuai dengan permasalahan.



8)



Tidak membosankan.



b.



Warna pada Visul Display Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata



sangat sensitif terhadap warna Biru-Hijau-Kuning, tetapi sangat tergantung



VIII-6



juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. c.



Perhitungan pada visual display Rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran dalam



membuat display antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut ini adalah rumus-rumus yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display.



Tinggi Huruf Besar (H) =



200



Tinggi Huruf Kecil (h)



Jarak antara 2 huruf



Lebar Huruf Besar (H)



Jarak antara 2 angka



Lebar Huruf Kecil (h) Tebal Huruf Besar (H) Tebal Huruf Kecil (h)



Jarak antara huruf & angka Jarak antara 2 kata = Jarak antara baris antar kalimat



8.4. Prosedur Praktikum Berikut ini merupakan prosedur praktikum pada modul VIII mengenai lingkungan kerja, antara lain adalah sebagai berikut : 1.



Setiap kelompok melakukan analisis (temperatur, pencahayaan, kebisingan) terhadap lingkungan kerja pembuatan produk dilakukan, bagaimana pengaruhnya terhadap produktivitas kerja;



2.



Praktikan mengamati visual display apa yang harus ada di lingkungan kerja, dan membuatnya.



VIII-7



8.5. Tugas Pendahuluan 1.



Buatlah contoh (gambarkan pula desain/animasinya) lingkungan kerja fisik yang cocok bagi pekerja yang bekerja di suatu kantor dan bekerja dengan menggunakan laptop !



2.



Buatlah contoh visual display yang baik dan benar !



viii



LEMBAR ASISTENSI Kelompok



:



Modul :



Nama : 1. 2. Tanggal



Keterangan



Paraf