Modul Praktikum TPB 2020 (Praktikan) - Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH TIM ASISTEN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH 2020



1



TIM ASISTEN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH 2020 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



Nama Asisten Muhammad Iqbal Syafa’at Annisa Pramesti Anjani Encji Mexica Vonix Pontolumiu Farin Prasetyoningrum Firman Budi Wicaksono Fachri Alfarizky Efi Zulfita Muzakiyah Nita Ernawati Lola Sakinah Siregar Winda M. R. Marpaung Muhammad Rafi Bamratama Muhammad Ario Pambudi Putri Nabila Asih Rahayu



1



NIM 155040207111151 165040201111123 165040201111203 175040200111007 175040200111084 175040201111021 175040201111022 175040201111026 175040207111003 175040207111029 175040207111140 175040207111178 175040207111249



Format Cover Laporan Mingguan



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH “JUDUL MATERI PRAKTIKUM” Format cover sesuai dengan contoh. Margin 4333 Font TNR 12 Spaci 1,5 Ukuran kertas A4 Daftar Pustaka minimal 10 tahun terakhir (2010), tidak boleh anonymous



Oleh: NAMA NIM KELAS/KELOMPOK ASISTEN



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020



1



MODUL 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN A. Dasar Teori Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih



yang



mencangkup



kegiatan-



kegiatan



seperti



pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan penyimpanan, pengujian dan sertifikasi benih (Feistretzer, 1975 dalam Karim, 1976) 1. Definisi Benih Menurut Sadjad, dalam “Dasar-dasar Teknologi Benih” (Biro Penataran IPB-Bogor, 1975), benih dapat diartikan sebagai berikut: Struktural Agronomis. Fungsional Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal



1



Ayat



4,



benih



didefinisikan:



“Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembang biakkan tanaman. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed) dengan biji



1



(grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food steff) dan hewan (feed). 2. Struktur Benih



Gambar 1. Struktur Benih Dikotil



Gambar 2. Struktur Benih Tanaman (a) Kacang; (b) Jarak; dan (c)



Jagung



2



3. Tipe Perkecambahan Terdapat dua tipe perkecambahan, yaitu Epigeal dan Hipogeal. a. Epigeal Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. b. Hipogeal Hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Pratiwi, 2006).



Gambar 3. Tipe Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal



4. Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Faktor perkecambahan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan, diantaranya gen, persediaan makanan dalam biji, hormon, ukuran dan kekerasan biji, serta dormansi. Adapun faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya air, suhu, oksigen, dan medium.



B. Praktikum 1. Alat dan Bahan Alat a. Cutter b. Kaca Pembesar c. Cawan Petri d. Gelas aqua (4 buah)



Bahan a. Jagung (monokotil) b. Kacang Merah (Dikotil) c. Kapas d. Air



3



2. Tahapan Praktikum a. Struktur Benih Menyiapkan Alat dan Bahan



Potong benih secara membujur dan melintang dengan cutter



Letakkan setiap benih (utuh dan yang sudah terpotong) ke cawan petri



Menggambar Benih yang Diamati



Catat Hasil dan Dokumentasi b. Tipe Perkecambahan Menyiapkan alat dan bahan



Basahi kapas dengan air, taruh di gelas aqua



Letakkan benih dalam masing-masing gelas aqua



Amati selama 5 hari



Catat hasil dan dokumentasi



4



3.



Format Laporan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Benih (2 Bahasa Indonesia dan 1 Bahasa Inggris + terjemahan) 2.2 Morfologi Biji Monokotil 2.2 Morfologi biji dikotil 2.3 Perkecambahan epigeal 2.4 Perkecambahan hypogeal 2.5 Faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan + Fungsi 3.2 Cara kerja (diagram alir) 3.3 Analisis perlakuan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengamatan morfologi biji (gambar dokumentasi + gambar tangan) 4.2 Hasil pengamatan tipe perkecambahan No.



Jenis Biji



Tipe Perkecambahan



4.3 Pembahasan umum 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



5



dokumentasi



MODUL 2 EKTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH A. Dasar Teori Dalam “seed processing” terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan agar diperoleh benih yang bersih, murni, dan memiliki kualitas yang baik. Beberapa tahapan dalam “seed processing” antara lain ektraksi dan pengeringan benih. 1. Tipe Buah a. Buah tunggal Buah tunggal dari ovary atau bakal buah tunggal, biji terletak pada buah. Pada saat masak biasanya biji juga telah terbentuk dengan sempurna.  Buah berdaging Pericarpnya menjadi lunak pada saat buah masak, karena terbentuk dari bagian parenchyma hidup yang sukulen. Contoh: apel, jeruk, mentimun  Buah kering Pericarp kering dan agak keras karena terbentuk dari sel-sel sklerenchyma yang mati. Contoh: kacang tanah, jagung, padi b. Buah majemuk Berasal dari banyak bunga dan akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Contoh: stroberi, nanas c. Buah berganda Terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-masing bakal buah akan tumbuh menjadi buah tersendiri, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu buah. Contoh: sirsak, murbei



6



2. Ekstraksi Proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari daging buah atau bagian lain yang tidak dibutuhkan. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu: a. Ekstraksi kering. Dilakukan terhadap buah yang memiliki daging buah yang kering atau berbentuk polong. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin. Contoh: jagung, kedelai, cabe, semangka b. Ekstraksi basah. Dilakukan untuk buah yang memiliki daging buah basah atau buah yang memiliki pulp (lendir). Ekstraksi basah dibagi menjadi 2 yaitu kimia dan fermentasi. Pada temperature lingkungan (30-35oC) selama 1-3 hari, sedangkan pada 21oC fermentasi berlangsung selama 96 jam. Penggunaan bahan kimai seperti HCl sebanyak 7-8 ml per liter larutan berlangsung selama 1-2 jam. Contoh : Tomat, timun, melon Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi: 1. Aliran udara 2. Kondisi benih yang akan dikeringkan 3. temperatur 3. Pengeringan Pengeringan benih bertujuan untuk menurunkan kadar air benih sampai pada tingkat yang sesuai agar memiliki daya simpan yang lebih lama. tingkat kadar air untuk tiap jenis berbeda-beda. Setiap penurunan 1% kadar air benih dapat meningkatkan masa simpan benih 2 kali lipat tanpa berpengaruh nyata terhadap daya kecambah. Tujuan pengeringan benih: 1. Menghindarkan benih dari serangan penyakit penyimpanan.



selama



2. Menghindarkan benih dari kerusakan mekanis (terutama saat kadar air masih tinggi). 3. Mencegah terjadinya penggumpalan selama penyimpanan. Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara 1. Secara alami: dijemur matahari, dikeringanginkan 2. Secara buatan: oven pengering



7



4. Pengelompokkan Benih Benih dapat dikelompokkan dalam benih ortodoks dan benih rekalsitran: a. Benih ortodoks adalah benih yang relatif toleran terhadap pengeringan benih. Dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 - 8%) dengan temperatur rendah (4 - 18° C) dan RH 40 - 50 %. Contoh: jarak, jambu, asam b. Benih



rekalsitran



adalah



benih



yang



peka



terhadap



pengeringan. Tidak dapat disimpan lama (1 - 4 minggu) pada kadar air 20 - 50% dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 - 20° C; RH 50 - 60%). Contoh: kelapa, kemiri, kapuk



B. Praktikum 1. Alat dan Bahan Alat a. Pisau b. Cawan petri c. Timbangan analitik d. Saringan e. Kantong plastik f. Kertas g. Gelas ukur h. Gelas aqua



Bahan a. Buah basah: Tomat b. Buah kering: Cabai c. Air aquades d. HCl / KNO3



2. Tahapan Praktikum a. Ekstraksi Kering



8



b. Ekstraksi Basah



Rumus perhitungan kadar air: atau Keterangan: X : bobot wadah



BB : bobot basah



Y : bobot wadah + bobot basah



BK : bobot kering



Z : bobot wadah + bobot kering Tabel Pengamatan Ekstraksi Basah Ulangan



Pengamatan



Kimia



Fermentasi



Bobot basah 1



Bobot kering Bobot basah



2



Bobot kering



9



Ekstraksi Kering



KA (%)



3. Format Laporan Bab I Pendahuluan 1.1 latar belakang 1.2 tujuan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Ekstraksi benih a. pengertian ekstraksi benih b. macam ekstraksi basah c. faktor yang mempengaruhi ekstraksi 2.2 Pengeringaan benih a. pengertian pengeringan benih b. tujuan c. metode 2.3 benih berdasarkan daya simpan a. benih ortodoks b. benih rekalsitran Bab III Metode 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Langkah kerja Bab VI Hasil dan pembahasan 4.1 Hasil Ekstraksi Basah Ulangan



Pengamatan



Kimia



Fermentasi



Bobot basah 1



Bobot kering Bobot basah



2



Bobot kering



4.2 Pembahasan Bab V Penutup 5.1 kesimpulan 5.2 saran Daftar Pustaka Lampiran



10



Ekstraksi Kering



KA (%)



MODUL 3 VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ A. Dasar Teori Dalam kegiatan produksi benih, diperlukan serangkaian uji untuk memastikan bahwa benih yang didapat layak, hal tersebut dapat dibuktikan dengan serangkaian uji yang akan dijelaskan pada materi tiga ini, rangkaian tersebut adalah Uji Viabilitas, Uji Vigor, dan Uji TZ. 1. Uji Viabilitas a. Definisi Viabilitas Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum (Kondisi optimum merupakan kondisi yang sesuai atau mendukung proses perkecambahan). Sehingga uji viabilitas dapat pula diartikan sebagai uji untuk membuktikan kemampuan atau daya hidup benih pada kondisi optimum. Tujuan praktikum yaitu untuk melihat gejala pertumbuhan pada benih. b. Macam Substrat Uji viabilitas dilakukan pada beberapa substrat (Substrat dalam biologi adalah permukaan dimana organisme hidup) yaitu: a. Kertas merang b. Kertas buram c. Kertas stensil c. Metode Uji Viabilitas Dalam uji viabilitas terdapat beberapa metode yang dapat digunakan disesuaikan dengan jenis benih yang diuji, macam metode pada uji viabilitas adalah sebagai berikut: 1. Uji Kertas Digulung (UKD)  untuk benih besar : tanaman pangan : jagung, padi - Uji Kertas Digulung didirikan ((UKDd) - Uji Ketas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) - Uji Kertas Digulung dimiringkan (UKDm) 2. Uji Antar Kertas (UAK)  untuk benih besar dan kecil: tanaman pangan dan sayuran (tomat dan cabe dalam praktikum)



11



3. Uji Diatas Kertas (UDK)  untuk benih kecil : sayuran: bayam dan wijen d. Kriteria Kecambah pada Uji Viabilitas Dari uji viabilitas, suatu benih dapat disimpulkan menjadi dua kondisi yaitu: a. Normal  tumbuh sempurna, sehat b. Abnormal - Cacat : akar pendek (salah satu bagian kecambah hilang) - Rusak : kotiledon/ perakaran putus - Busuk : akibat serangan hama dan penyakit - Lambat : pertumbuhan kecambah tidak normal pada akhir pengamatan c. Benih Mati  busuk d. Benih Segar Tidak Tumbuh  benih mengembang, tidak tumbuh plumula (mengalami imbibisi) d. Benih Keras  dormansi : tidak mengalami imbibisi karena kulit keras e. Rumus Uji Viabilitas ∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 - % kecambah normal = 100 % - % kecambah abnormal = - % benih mati =



∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘



∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



x 100 %



∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



- % benih segar tidak tumbuh = - % benih keras =



x 100 %



∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ



∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



x 100 %



x 100 %



2. Uji Vigor a. Definisi Vigor Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi sub optimum. (Kondisi Sub optimum merupakan kondisi yang tidak mendukung atau menghambat perkecambahan) maka apat diartikan bahwa uji vigor adalah uji untuk membuktikan kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi sub optimum. Tujuan praktikum yaitu untuk melihat gejala pertumbuhan pada benih. b. Macam Substrat Uji vigor dilakukan pada beberapa substrat (Substrat dalam biologi adalah permukaan dimana organisme hidup) yaitu: a. Pasir b. Kerikil c. Pecahan batu bata d. Tanah



12



e. Kompos c. Kriteria Kecambah pada Uji Vigor Dari uji yang dilakukan dapat disimpulkan keadaan benih menjadi beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Vigor  tumbuh kuat 2. Less vigor  tumbuh kurang kuat 3. Non vigor/ abnormal  tidak dapat tumbuh sempurna 4. Death  mati d. Rumus Uji Vigor ∑ 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ - % Daya Tumbuh = x 100% ∑𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘



3. Uji TZ Uji Tetrazolium adalah uji biokimia dengan mengamati aktivitas enzim dalam proses respirasi benih yaitu enzim dehidrogenase. Dengan kata lain, garam tetrazolium dapat digunakan untuk melihat benih itu viable (memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal) atau non-viable (berkembang secara abnormal, baik pada embrio, maupun pada struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati) dengan pewarnaan yang terjadi. Maka dapat disimpulkan bahwa uji tetrazolium dilakukan untuk melihat apakah benih viable atau non-viable. Dari uji tetrazolium yang dilakukan dapat dilihat dari kenampakan dan didapatkan kesimpulan apabila: - Merah = viable - Tidak berwarna = non-viable



B. Praktikum 1. Alat dan bahan a. Uji Viabilitas Alat 1. Cawan 2. Sprayer 3. Pinset 4. Gunt 5. Germinator 6. Kertas label 7. Kamera 8. Alat tulis



Bahan 1. Benih tanaman 2. Kertas buram 3. Kertas merang 4. Plastik 5. Air



b. Uji Vigor Alat 1. Bak plastik 2. Kamera



Bahan 1. Benih tanaman 2. Air 3. Pasir



13



c. Uji TZ Alat 1. Cawan atau petridish 2. Cutter 3. Kamera



Bahan 1. Benih tanaman 2. Larutan tetrazolium 1%



2. Tahapan praktikum a. Uji Viabilitas: benih melon dan cabai Uji Antar Kertas (UAK) (2 ulangan



Uji Diatas Kertas (UDK) (2 ulangan)



Uji Kertas Digulung dp (UKDdp) (2 ulangan)



Kertas buram



Kertas buram dan kertas merang



Kertas buram



4 lembar



3 lembar alas 3 lembr tutup



Dibuat kotak



Dilembabkan



4 lembar (2 alas, 2 tutup)



Dibuat lingkaran



Letakkan benih pada kertas



Dilembabkan   dibagi dua



Tanam benih



Dokumentasi Dimasukkan di dalam cawan



Tanam benih Digulung Dokumentasi Germinator



Tumpuk Amati 7 HST Amati 7 HST Amati 7 hst Hitung persentase tumbuh Hitung persentase tumbuh



14



Hitung persentase tumbuh



b. Uji Vigor: benih jagung Bak pasir Lembabkan Tanam benih (jagung) 20 benih Kedalaman 2cm, 3cm, 4cm, 5cm  @5 benih Amati selama 5 hari Dokumentasi %Daya Tumbuh Hasil c. Uji TZ: benih kedelai Benih kedelai 2 ulangan (1 ulangan = 10 benih) Direndam Ditiriskan Petridish Benih potong membujur Larutan TZ 1% (2,3,5 tryphenyl tetrazolium chloride) Beri secukupnya Rendam selama 6 jam Pengamatan Amati pewarnaan pada embrio Dokumentasikan Hasil (dokumentasi) 3. Format Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Viabilitas (2 bhs. Inggris, 1 bhs. Indonesia) 2.1.2 Vigor (2 bhs. Inggris, 1 bhs. Indonesia) 2.1.3 Uji Tetrazolium (1 bhs Inggris, 1 bhs. Indonesia) 2.2 Jenis Substrat dalam uji Viabilitas 2.3 Metode Uji Viabilitas 2.4 Kriteria Kecambah pada Uji Viabilitas dan Vigor 2.5 Prinsip Metode TZ 2.6 Kategori Benih Viabel dan Non-Viabel dalam Uji TZ BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.2 Cara Kerja 3.3 Analisa Perlakuan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Viabilitas



15



4.1.1 UAK 4.1.1.1 Benih Baru 4.1.1.2 Benih Expired 4.1.2 UDK 4.1.2.1 Benih Baru 4.1.2.2 Benih Expired 4.1.3 UKDdp 4.1.3.1 Benih Baru 4.1.3.2 Benih Expired TABEL PENGAMATAN UJI VIABILITAS (UAK, UDK, UKDdp) Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 % % Normal (N) Abnormal (Ab) Benih Mati (BM) Benih segar tidak tumbuh (BSTT) Benih keras (BK) 4.1.4 Perhitungan Persentase Perkecambahan 4.2 Uji Vigor TABEL PENGAMATAN UJI VIGOR Parameter 2cm 3cm 4cm 5cm Vigor Less-Vigor Nonvigor/abnormal 4.2.1 Perhitungan Daya Tumbuh (Vigor) 4.3 Uji TZ 4.3.1 Tabel Pengamatan Kategori Ulangan 1 2 Tanaman seluruhnya Kerusakan kecil pada kotiledon Kerusakan kecil pada radikula Kerusakan kecil



16



pada kotiledon dan radikula Jumlah viabel Persentase (%) Non-viabel Sebagian besar kotiledon tidak terwarnai Sebagian besar radikula tidak terwarnai Sebagian besar kotiledon dan radikula tidak terwarnai Tidak terwarnai seluruhnya Busuk Benih hampa Jumlah viabel Persentase (%)



4.4 Dokumentasi Uji Viabilitas, Vigor, dan TZ 4.5 Pembahasan 4.5.1 Uji Viabilitas 4.5.1.1 Benih Baru 4.5.1.2 Benih Expired 4.5.1.3 Perbandingan Perlakuan UDK antara Media Kertas Buram dan Kertas Merang 4.5.2 Uji Vigor 4.5.3 Uji TZ BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DP



17



MODUL 4 DORMANSI BENIH A. Dasar Teori 1. Definisi Dormansi Benih Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup, tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan, bagi suatu perkecambahan (Sutopo L. 2002). Dormansi adalah peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat (Dorman) karena keadaan yang tidak mendukung untuk tumbuh (Harahap, 2003). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio (Elisa, 2009). 2. Penyebab Dormansi Benih Beberapa faktor penyebab terjadinya dormansi adalah: 1. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi 2. Proses respirasi terhambat 3. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan 3. Ciri-ciri Biji Dormansi Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah: a. Jika kulit dikupas, embrio tumbuh. b. Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah. c. Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi. d. Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil. e. Akar keluar pada musim semi, namun epikotil baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin) Biji bersifat light sensitive.



18



4. Macam-macam Dormansi Berdasarkan Hasbianto dan Cici (2013), dormansi benih dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme dan faktor penyebabnya. a. Berdasarkan mekanisme yang terjadi di dalam benih, dormansi benih dapat dibedakan menjadi: 1. Mekanisme fisik, dormansi yang mekanisme penghambatannya oleh organ benih itu sendiri. Dormansi kategori ini terbagi lagi berdasarkan hambatannya, yaitu hambatan secara mekanis, fisik dan kimia. Hambatan mekanis merupakan tidak berkembangnya embrio karena dibatasi secara fisik. Hambatan fisik merupakan kulit benih yang impermeabel menyebabkan terganggunya dalam proses penyarapan air. Hambatan kimia merupakan terdapatnya bagian tertentu pada benih atau buah yang mengandung zat kimia penghambt. 2. Mekanisme fisiologis, dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis. Dormansi kategori ini terbagi lagi menjadi photodormancy, immature embryo dan thermodormancy. Pada photodormancy, proses dormansi dikarenakan proses fisiologis benih terhambat oleh keberadaan cahaya. Pada immature embryo, proses dormansi dikarenakan proses fisiologis dalam benih terhambat oleh kondisi embrio yang belum matang. Pada thermodormancy, proses dormansi terjadi dikarenakan proses fisiologis dalam benih terhambat oleh suhu. b. Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi benih dapat dibedakan menjadi: 1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan 2. Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri 5. Cara Pemecahan Dormansi a. Cara mekanis: Skarifikasi yaitu menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benihbenih yang memiliki sumbat gabus. b. Dengan Perlakuan Kimia: Perlakuan Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: cytokinin, gibberelin dan iuxil (IAA). c. Perlakuan perendaman di dalam air panas: Caranya yaitu



19



dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 6070 °C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. d. Perlakuan dengan suhu: Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahanbahan yang merangsang pertumbuhan. e. Perlakuan dengan Cahaya: Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari



B. Praktikum 1. Alat dan Bahan Alat Bahan a. Bak a. Pasir b. Benih Semangka atau Kedelai c. Asam nitrat d. Air 2. Tahapan Praktikum Menyiapkan Alat dan Bahan



Rendam benih pada larutan Asam Nitrat 1 M



Benih direndam dengan perlakuan 3 level : tidak direndam, direndam selama 6 jam dan 12 jam



Tiriskan benih dan kering anginkan selama 2 minggu



Lakukan pengamatan terhadap pertumbuhan kecambah pada benih



20



3. Format Laporan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dormansi (min 3 sumber) 2.2 Macam-macam Dormansi 2.3 Penyebab Dormansi 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan bahan 3.2 cara kerja (diagram alir) 4. HASIL 4.1 Hasil Pengamatan % biji tumbuh dan waktu muncul kecambah 4.2 Pembahasan 5. KESIMPULAN DP Lampiran



21



MODUL 5 UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH A. Dasar Teori 1. Uji Mutu Fisik Benih Pengujian benih merupakan cara untuk mengetahui benih yang berkualitas dan bermutu tinggi. Uji mutu Fisik benih merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian, uji bobot 1000 butir benih. a. Uji Kemurnian Benih Pengujian kemurniaan benih merupakan kegiatan untuk mengetahui tentang komponen-komponen yang terdapat dalam benih termasuk persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, dan kotoran-kotoran pada masa benih. Kemurnian benih merupakan tingkatan kebersihan



benih



dari



materi-materi



non benih atau



seresah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan (Heddy. G, 2000). Pada dasarnya benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor genetik. Faktor



fisik



memiliki kriteria bebas dari kotoran, bebas dari serangga dan patogen, kadar air biji rendah misalnya pada tanaman serealia yaitu 12 - 14 persen. Pada faktor genetik merupakan varietas varietas yang memiliki genotipe baik, seperti produksi tinggi, tahan terhadap hamadan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Marques et al., 2014).



22



b. Uji Bobot 1000 Butir Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Tujuannya untuk menentukan berat per 1000 butir benih dari suatu contoh kirim. Penetapan bobot 1000 butir merupakan salah satu pengujian khusus yang mempengaruhi mutu fisik benih. Benih yang diuji berasal dari benih murni. Cara pengukuran didasarkan pada: Metoda A: menghitung berdasarkan seluruh contoh kerja Metoda B: menghitung dalam ulangan



2. Kadar Air Benih Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih. Kadar air benih dapat memacu proses respirasi benih sehingga akan meningkatkan perombakan cadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada saat diperlukan atau berkecambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih



23



antara lain tipe benih, ukuran benih, penyimpanan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu: a) Konvensional (Menggunakan Oven) Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven). Perlakuan dalam penentuan metode tersebut menggunakan metode oven pada suhu 130 – 133˚C (1, 2, 3 dan 4 jam) dan suhu 103˚C (16, 18, 20, 22 dan 24 jam) (ISTA, 2006). b) Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui. Rumus Kadar Air Benih:



B. Praktikum 1. Alat dan Bahan Alat a. Kantong plastik



Bahan a. Benih kacang hijau



b. Timbangan digital



b. Air



c. Kalkulator d. Gunting e. Germinator f. Cawan+tutup g. Mortal dan Pistil h. Oven i. Grain Moisture Tester (GMT)



24



2. Tahapan Praktikum a. Uji Mutu Fisik Benih 1. Uji Kemurnian Benih Timbang 500 gram contoh kerja Pisahkan setiap komponen benih yakni benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih Timbang setiap komponen benih Hitung nilai faktor kehilangan, persentase benih murni, benih lain dan kotoran benih Dokumentasi dan catat hasil 2. Uji Bobot 1000 Butir Siapkan sampel benih murni yang akan di uji Ambil 100 butir benih kedelai dan bayam secara acak Timbang berat benih dan catat hasilnya Lakukan sebanyak 4 kali ulangan Hitung berat 1000 butir dengan rumus Z= (U1+U2+U3+U4) x 2,5



Dokumentasi dan Catat hasil b. Kadar Air 1. Sebelum Praktikum Siapkan Benih Rendam benih sesuai perlakuan (A:tanpa tetesan, B:1 tetes, C: 2 tetes, D: 3 tetes dan E: 4 tetes)



Benih siap untuk diamati



25



2. Metode Oven Siapkan alat dan bahan Haluskan benih spesimen kemudian timbang seberat 5 gram Masukkan kedalam cawan kemudian timbang lagi Masukkan kedalam cawan kemudian timbang lagi Masukkan kedalam cawan kemudian timbang lagi Lakukan sebanyak 5 kali ulangan Catat hasil dan dokumentasikan 3. Metode GMT Siapkan alat dan bahan Siapkan benih spesi men yang ingin diuji Masukkan ke dalam GMT Catat hasil dan dokumentasi Lakukan sebanyak 5 kali ulangan



26



3. Format Laporan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kemurnian Benih (1 indo + 2 english) 2.1 Definisi Kadar Air (1 indo + 2 english) 2.3 Kategori benih dalam kemurnian 2.4 Metode penentuan bobot 1000 butir 2.5 Faktor yang mempengaruhi kadar air BAB III METODE BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kemurnian benih 4.1.2 Bobot 1000 butir 4.1.3 Kadar Air 3.2 Pembahasan 4.2.1 Kemurnian Benih 4.2.2 Bobot 1000 butir 4.2.3 Kadar Air BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DP



27