Modul Teori Kebidanan Keluarga 2 2223 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL AJAR MATA KULIAH KEBIDANAN KELUARGA II PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEMESTER II TA 2022/2023



TIM PENYUSUN : 1. Melisa Putri Rahmadhena, M.Clin.Mid 2. Rahayu Khairiah, SKM, M.Keb 3. Nur Anita, M.Keb



PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA 2023



LEMBAR PENGESAHAN MODUL AJAR Judul Modul



:



Kebidanan Keluarga 2



Bidang Ilmu



:



Keilmuan dan seni dalam kebidanan 1



Tim Punyusun



:



Nama / NIDN



:



Melisa Putri Rahmadhena/ 0504058805 Rahayu Khairiah, SKM, M.Keb/ Nur Anita, M.Keb/



Semester



:



II (dua)



SKS



:



2 SKS (1T,1P)



Disetujui untuk digandakan dan digunakan sebagai media pembelajaran di lingkungan STIKes Abdi Nusantara.



Ditetapkan di : Jakarta Mengetahui



Pada Tanggal : 24 Februari 2023



Ketua Program Studi,



Penulis Modul Mata Ajar,



Mariyani, M.Keb



Melisa Putri Rahmadhena



NIDN : 0027047509



NIDN : 0504058805



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul teori untuk perkuliahan kebidanan keluarga 2 untuk mahasiswa semester VI Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan STIKes Abdi Nusantara. Modul ini digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa, dosen dan semua pihak untuk kelancaran pelaksanaan pengajaran sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk mencapai kompetensi dalam modul kebidanan keluarga 2. Modul Teori mata kuliah kebidanan keluarga 2 disusun atas bantuan dan kerja sama semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan kerjasama tersebut dengan kebaikan pula. Amin Penyusun menyadari panduan modul teori ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan.



Jakarta, 24 Februari 2023 Koordinator Mata Kuliah



Melisa Putri Rahmadhena NIDN : 0504058805



ii



PETUNJUK BAGI PEMBACA a. Kriteria Pemakai atau Pembaca Modul ajar ini di tujukan khususnya bagi mahasiswa prodi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan STIKes Abdi Nusantara.



b. Prasyarat Pemakai Modul Ajar Telah mengikuti MK pengantar praktik kebidanan, Biologi reproduksi, Fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan BBL, Psikologi kehamilan, persalinan, nifas, Komunikasi Efektif, pemeriksaan ibu dan bayi, evidence based dalam praktik kebidanan, psikologi dalam praktik kebidanan, askeb pada pranikah dan pra konsepsi, asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin, kebidanan keluarga 1.



c. Petunjuk Penggunaan Modul Ajar “Modul Ajar ini tersusun secara sistematis dimana setiap modul untuk satu kali pertemuan tatap muka di kelas dengan waktu 2 x 50 menit. Dan dalam setiap modul dilengkapi dengan Latihan soal, instrusi belajar atau bentuk penugasan dari masing-masing topik. Diharapkan dengan membaca dan memahami modul ini, mahasiswa tergerak untuk memperoleh referensi yang terbaru terkait topik.



d. Kegunaan Modul Ajar “Modul Ajar ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan belajar bagi mahasiswa atau praktisi yang terkait”



iii



DESKRIPSI MATA KULIAH Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah



: Kebidanan keluarga 2



Kode Mata Kuliah / SKS



: Bd.A.6.203



Rata-rata Jumlah Jam / minggu



: 220 menit / minggu



Semester



: II (Dua)



Jumlah Pertemuan



: 14 Minggu



Capaian Pembelajaran Mata Kuliah 1. Mampu memahami konsep kebidanan keluarga selama kehamilan dan persalinan (S8, KUS1, PS1) 2. Mampu mendemonstrasikan pemberian edukasi keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, KKS.12, PS.12) 3. Mampu mendomentrasikan pemberian edukasi keluarga tentang cara beradaptasi dalam fase kehamilan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12) 4. Mampu mendemonstrasikan Edukasi keluarga tentang kebutuhan dan penyajian nutrisi selama kehamilan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS6, PS12) 5. Mampu mendemonstrasikan edukasi tentang kelahiran dan perinatal. (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12) 6. Mampu menganalisis program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan (S8, KUS1, PS1) 7. Mampu menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan. (S8, KUS1, P1) 8. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang proses persalinan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12) 9. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang tanda bahaya dalam persalinan (S6, KUS2, KKS1, KKS.8, PS1, PS12) 10. Mampu mendemonstrasikan edukasi keluarga tentang cara mengatasi ketidaknyamanan iv



pada ibu bersalin secara nonfarmakologis (S6, KUS2, KKS1, KKS8, PS1, PS12) 11. Mampu menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan (S8, KUS1, P1) Evaluasi Capaian Pembelajaran Teori : 60% dengan rincian : - Tugas Presentasi makalah : 30% - UTS (MCQ) : 15% - UAS (MCQ) : 15% Praktikum : Tugas simulasi bermain peran : 20% Produk Inovatif : 20 %



v



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN MODUL AJAR



i



KATA PENGANTAR



ii



PETUNJUK BAGI PEMBACA



iii



DESKRIPSI MATA KULIAH



iv



Capaian Pembelajaran Mata Kuliah



iv



Evaluasi Capaian Pembelajaran



v



DAFTAR ISI



vi



MODUL 1



10



Konsep kebidanan keluarga selama kehamilan



10



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



10



B.



Sub Pokok Bahasan



10



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



12



D.



Lembar Kerja



12



E.



Referensi



12



MODUL 2



14



Pelayanan Kesehatan pada ibu hamil dalam upaya promosi Kesehatan dan pencegahan komplikasi dengan pelibatan keluarga



14



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



14



B.



Sub Pokok Bahasan



14



1.



EDUKASI TENTANG NUTRISI SEBELUM HAMIL



14



2.



EDUKASI KELUARGA TENTANG CARA BERADAPTASI DALAM FASE



KEHAMILAN



44



vi



3.



EDUKASI KELUARGA TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYAJIAN



NUTRISI SELAMA KEHAMILAN



51



4.



PEMBERIAN EDUKASI KELAHIRAN DAN PERINATAL



54



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



56



D.



Lembar Kerja



56



E.



Referensi tiap Modul



56



MODUL 3



1



Asuhan kebidanan secara holistic dengan menggunakan intervensi dan pelibatan aspek klien dengan menggunakan prinsip biopsikososial budaya



1



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



1



B.



Sub Pokok Bahasan



1



D.



Latihan Soal / Lembar Kerja



4



E.



Lembar Kerja



4



F.



Referensi



5



MODUL 4



6



Program pemerintah terkait kebidanan keluarga



6



pada masa kehamilan



6



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



6



B.



Sub Pokok Bahasan



6



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



8



D.



Lembar Kerja



8



E.



Referensi tiap Modul



9



MODUL 5



10



Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan



10 vii



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



10



B.



Sub Pokok Bahasan



10



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



12



D.



Lembar Kerja



13



E.



Referensi



13



MODUL 6



14



Peran keluarga dalam asuhan persalinan



14



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



14



B.



Sub Pokok Bahasan



14



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



16



D.



Lembar Kerja



17



E.



Referensi tiap Modul



17



MODUL 7



19



Pelayanan Kesehatan pada ibu bersalin dengan pendekatan non farmakologi serta pelibatan



19



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



19



B.



Sub Pokok Bahasan



19



1.



Teknik Relaksasi dan teknik pernapasan



19



2.



Metode Counter Pressure



20



3.



Metode Effleurage.



21



4.



Terapi Musik



22



5.



Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation



24



6.



Metode Acupressure



25



7.



Kompres Hangat



30



8.



Terapi Massage



31 viii



9.



Aromaterapi



32



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



33



D.



Lembar Kerja



33



E.



Referensi



33



MODUL 8



34



Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan



34



A.



Capaian Pembelajaran Khusus



34



B.



Sub Pokok Bahasan



34



C.



Latihan Soal / Lembar Kerja



36



D.



Lembar Kerja



37



E.



Referensi



37



ix



MODUL 1 Konsep kebidanan keluarga selama kehamilan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan dan mampu memberikan Edukasi Keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi B. Sub Pokok Bahasan Konsep kebidanan keluarga pada kehamilan a. Pengertian Kehamilan



periode krisis



perubahan drastis fisik dan psikologis



b. Kontrabusi keluarga a) Penentu pelayanan kesehatan b) Pemberi informasi tentang pelayanan kesehatan c) Pencinta sistem perawatan dalam keluarga d) Pencipta lingkungan sehat e) Pemberi dukungan c. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat •



Nuclear family / keluarga inti Kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak







Keluarga batih Orang tua / mertua, bapak, ibu, menantu, dan cucu-cucunya Lingkungan keluarga



pengambilan keputusan (esp tempat yankes dan



rujukan persalinan) Ex : Suku Jawa



patrilinear



ayah sbg kepala keluarga, perantara penentu



nasib dan berperan besar salam sumber-sumber ekonomi Penelitian : Selain suami, Orang tua dan mertua : sbg kelompok yang memberikan anjuran dalam pemilihan tenaga penolong persalinan d. Pendokumentasian Metode SOAP 1) Subjektif : Sudut pandang klien, ekspresi kekhawatiran, keluhan 2) Objektif : Hasil Px Fisik, Px Lab 3) Analisa : intrepretasi data yang telah Dikumpulkan (diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan) 4) Planning : perencanaan dan penatalaksanaan (tindakan antisipatif, tindakan 10



segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan) e. Riwayat Psikososial dan keterlibatan keluarga dalam kehamilan ini a) Respon ibu b) Respon keluarga c) Dukungan keluarga d) Pengambil keputusan dalam keluarga e) Pengaruh keluarga lain dalam perilaku kesehatan f) Pengetahuan keluarga terkait kehamilan ini g) Kondisi rumah h) Kebiasaan merokok, alcohol i) Kekerasan dalam rumah tangga j) Tempat dan nakes persalinan k) Rencana pemberian ASI



Pendokumentasian Asuhan Kehamilan Dalam Keluarga a. Pengertian Kehamilan



periode krisis



perubahan drastis fisik dan psikologis



b. Kontrabusi keluarga 1) Penentu pelayanan kesehatan 2) Pemberi informasi tentang pelayanan kesehatan 3) Pencinta sistem perawatan dalam keluarga 4) Pencipta lingkungan sehat 5) Pemberi dukungan c. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat •



Nuclear family / keluarga inti : Kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak







Keluarga batih Orang tua / mertua, bapak, ibu, menantu, dan cucu-cucunya Lingkungan keluarga



pengambilan keputusan (esp tempat yankes dan



rujukan persalinan) Ex : Suku Jawa



patrilinear



ayah sbg kepala keluarga, perantara penentu



nasib dan berperan besar salam sumber-sumber ekonomi 11



Penelitian : Selain suami, Orang tua dan mertua : sbg kelompok yang memberikan anjuran dalam pemilihan tenaga penolong persalinan d. Pendokumentasian Metode SOAP 1) Subjektif : Sudut pandang klien, ekspresi kekhawatiran, keluhan 2) Objektif : Hasil Px Fisik, Px Lab 3) Analisa : intrepretasi data yang telah Dikumpulkan (diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan) 4) Planning : perencanaan dan penatalaksanaan (tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan) e. Riwayat Psikososial dan keterlibatan keluarga dalam kehamilan ini 1. Respon ibu 2. Respon keluarga 3. Dukungan keluarga 4. Pengambil keputusan dalam keluarga 5. Pengaruh keluarga lain dalam perilaku kesehatan 6. Pengetahuan keluarga terkait kehamilan ini 7. Kondisi rumah 8. Kebiasaan merokok, alcohol 9. Kekerasan dalam rumah tangga 10. Tempat dan nakes persalinan 11. Rencana pemberian ASI C. Latihan Soal / Lembar Kerja 1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan 2. Buatlah kasus dengan pendokumentasian asuhan kebidanan keluarga pada kehamilan



D. Lembar Kerja -



E. Referensi 1. Bahan ajar Dokumentasi Kebidanan PPSDM 2017 (Tinjauan teori SOAP Askeb Kehamila hal 165-171) 2. Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta 3. DepKes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta 12



4. Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2017. Penilaian Status Gizi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Heffner, L. J dan D. J. Schust. 2018. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi Kedua. Erlangga Medical Series. Jakarta



13



MODUL 2 Pelayanan Kesehatan pada ibu hamil dalam upaya promosi Kesehatan dan pencegahan komplikasi dengan pelibatan keluarga



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa Mampu memberikan konseling pra konsepsi



B. Sub Pokok Bahasan 1. EDUKASI TENTANG NUTRISI SEBELUM HAMIL Kasus : Desi, gadis usia 21 tahun yang akan menikah 4 bulan lagi dengan pacar yang ia cintai. Namun Desi ingin memberikan surpise pada pacarnya yang hanya bisa ia temui satu kali dalam 3 bulan yaitu ia ingin menjadi kurus karena ia merasa akan lebih cantik serta akan jadi pasangan paling ideal jika ia kurus. Desi memiliki BMI 29 dan sang pacar 22. Obsesi yang sangat besar sehingga Desi menjalani diet ketat dan olahraga. Tiga bulan berlalu dan sang pacarpun bertemu Desi untuk mempersiapkan pakaian nikah. Saat bertemu, alangkah terkejutnya sang pacar karena ia dapati bahwa Desi sangat kurus, tulang pipi, bibir tipis yang pucat, mata ceking dengan pandangan sayu. Sang pacar pun mengajak Desi ke rumah Bidan untuk memeriksakan diri Desi. Bidan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Haemoglobin. Bidan menyimpulkan bahwa Desi memiliki status gizi kurang dan anemia. Bidan menyarankan agar Desi menghentikan dietnya dan tetap mengkonsumsi makanan bergizi, memperhatikan kebutuhan kalori yang harus dipenuhinya dan istirahat yang cukup. Bidan menjelaskan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien seorang remaja dan pra konsepsi. Menurut bidan, remaja dan prakonsepsi masih dalam masa pertumbuhan, banyak aktivitas dan persiapan berkeluarga. Rumusan masalah: Bagaimana Anda menjelaskan kepada keluarga tentang apa yang terjadi pada Desi? Learning Objective : 1. Menjelaskan peran gizi pada remaja dan prakonsepsi 2. Menjelaskan kebutuhan gizi pada remaja dan prakonsepsi 3. Menjelaskan parameter status gizi pada remaja dan pra konsepsi 14



4. Mengetahui malnutrisi pada remaja dan pra konsepsi 5. Menjelaskan pengaruh malnutrisi pada kesehatan reproduksi remaja dan prakonsepsi 6. Menjelaskan pengaruh perilaku remaja dan prakonsepsi terhadap kecukupan gizi 7. Menjelaskan promosi kesehatan tentang nutrisi pada remaja dan pra konsepsi 8. Menjelaskan asuhan kebidanan pada remaja dan prakonsepsi dengan gangguan nutrisi LEARNING OBJEKTIF 1 PERAN GIZI PADA REMAJA DAN PRAKONSEPSI Peran Gizi dalam Meningkatkan Fertilitas dan Pencegah Kemandulan a. Peran Gizi dalam Meningkatkan Fertilitas Gizi sangat penting peranannya dalam meningkatkan kesehatan reproduksi. Fungsi seks sangat dipengaruhi oleh glandula endokrin yang menghasilkan hormone reproduksi. Untuk menghasilkan hormone tersebut diperlukan gizi. Menurut dr. Ali Khomsan, fungsi seks dan reproduksi akan berjalan baik bila kita dapat memenuhi kecukupan gizi. Apabila asupan gizi tersebut kurang, akan muncul gangguan seperti tidak berkembangnya organ seks, menopause dini dan impotensi (disfungsi ereksi). Organ seks yang tidak berkembang secara sempurna tentu akan berdampak terhadap fertilisasi seseorang. Beberapa perkembangan organ seks dibawah ini menjelaskan pentingnya peranan nutrisi dalam memengaruhi perkembangan organ tersebut. 1) Glandula



adrenal menghasilkan



hormone



seks.



Untuk



aktivasinya



memerlukanvitamin A, B, asam pantotenat, niasin, vitamin C, E dan asam lemak tak jenuh. Gangguan glandula adrenal menyebabkan penurunan libido. 2) Testis menghasilkan testosterone dan sperma. Testosteron berperan penting dalam merangsang nafsu seks. Testosteron bersama vitamin A, C, E dan asam folat menghasilkan sperma. Sperma diketahui mengandung kalsium, Mg, Zink, sulfur, vitamin B12 dan vitamin C. Kekurangan vitamin E menyebabkan degenerasi organ reproduksi. Konsumsi zink yang tidak mencukupi menyebabkan sperma kurang lincah dan infertile (tidak subur). 3) Organ seks perempuan (ovarium) menghasilkan estrogen dan progesterone. Pembentukan hormone ini memerlukan vitamin B, asam folat, niasin, vitamin 15



E dan zink. Gangguan produksi estrogen menyebabkan keterlambatan pendewasaan kelamin dan tidak berkembangnya organ reproduksi, termasuk payudara. 4) Hormon-hormon seks memerlukan kolesterol. Karena itu, konsumsi kolesterol tetap perlu, tetapi tidak boleh berlebihan. Selama kita cukup mengonsumsi vitamin B kompleks, vitamin C, E, magnesium dan zink, kolesterol dapat dimetabolisme oleh tubuh dengan baik. Infertilitas dapat terjadi pada pria maupun perempuan dan hal ini sering disebabkan oleh defisiensi zink. 5) Impotensi berkaitan erat dengan rendahnya konsumsi magnesium, zink dan vitamin B6, di samping factor lainnya seperti diabetes mellitus, narkoba, alcohol dan tekanan emosional. 6) Hati yang nyaman dan tidak stress dapat mengantar pada kehidupan seksual yang



baik.



Mengonsumsi



cokelat



adalah



salah



satu



kiat



untuk



memperbaiki mood yang sedang buruk. Hal ini dikaitkan dengan kandungan fenitilamin atau suatu substansi mirip amfetamin. Komponen ini dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak, yang kemudia menghasilkan dopamine. Dampak dopamine dapat memunculkan perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Fenitilamin juga dianggap mempunyai khasiat afrodisiak yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta.



b. Peran Gizi dalam Pencegahan Kemandulan Infertilitas yang berdampak pada kemandulan dapat dicegah dengan pengaturan pola makan. Pengaturan pola makan ini harus sudah dimulai ketika bayi masih dalam kandungan, sehingga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Karena berdasarkan hasil penelitian bayi lahir dengan berat badan rendah berpengaruh terhadap kesuburannya ketika ia dewasa. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi. Hal ini dapat diketahui apabila seseorang mengalami anoreksia nervosa, akan terlihat perubahan hormonal tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok, hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam serum dan urine menurun, disertai penurunan pola sekresinya. Kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi hipotalamus. Pada wanita anoreksia, kadar hormone steroid mengalami perubahan, yaitu meningkatnya kadar testosterone serum dan penurunan ekskresi 17-keto-steroid 16



dalam urine, di antaranya androsteron dan epiandrosteron, dampaknya terjadi perubahan siklus ovulasi. Jika anoreksia tidak terlalu berat, dapat diberikan hormone GRH (gonadotropin relating hormone) karena hormone tersebut dapat mengembalikan siklus menstruasi kearah normal. Status gizi berlebih atau kegemukan pada seorang wanita sebagai penyebab infertilitas telah dikemukakan 2500 tahun yang lampau oleh Hipocrates. Pada zaman sekarang telah diketahui obesitas dan kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan siklus haid, siklus haid tanpa disertai keluarnya sel telur (anovulasi), infertilitas dan sindrom ovarium polikistik (sel telur tidak terbentuk). Penelitian epidemiologis pada tahun 1994 oleh Goldstein, mendapatkan Wanita obesitas dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 27 kemungkinan akan mengalami infertilitas karena anovulasi. Obesitas mengakibatkan peningkatan hormone insulin karena meningkatnya tahanan terhadap kerja hormone insulin. Peran insulin sangat kompleks. Insulin merangsang pengeluaran hormone androgen. Insulin bersama androgen memengaruhi pola penumpukan lemak tubuh. Selain itu, jaringan lemak juga menghasilkan hormone leptin. Kadar leptin yang tinggi pada wanita dihubungkan dengan menarche dini, sedangkan menurunnya kadar leptin dihubungkan dengan membaiknya fungsi indung telur pada wanita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik. Obesitas juga menyebabkan perubahan sekresi hormone hipotalamus berupa peningkatansekresi lh (luteinizing hormone). Sekresi LH yang berlebihan menyebabkan gangguan pematangan folikel, sehingga terjadi ovulasi infertile atau anovulasi. Status gizi kurang karena supan kurang misalnya karena anoreksia menyebabkan perubahan kadar hormone steroid, ketika terjadi peningkatan kadar testosterone serum yang kemudian dapat menyebabkan perubahan siklus ovulasi. Selain itu konsumsi nutrisi yang tidak seimbang berperan terhadap kejadian amenore. Sedangkan kekurangan zat gizi seperti kekurangan zat besi pada penderita anemia dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan.



17



LEARNING OBJEKTIF 2 KEBUTUHAN GIZI PADA REMAJA DAN PRAKONSEPSI



KEBUTUHAN PROTEIN Energi sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mendukung aktifitas sehari-hari serta dibutuhkan untuk proses matabolisme tubuh. Ada banyak cara yang bisa anda gunakan untuk menghitung kebutuhan gizi remaja, antara lain : Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia sudah memiliki table AKG yang terdiri atas kecukupan beberapa zat gizi bagi orang Indonesia mulai umur bayi sampai lansia. Berdasarkan table AKG, remaja memiliki kebutuhan energy sebesar : ▪



Umur 10-12 tahun : 2050 kkal







Umur 13-15 tahun : 2400 kkal







Umur 16-18 tahun : 2600 kkal



Cara kedua : Menggunakan rumus berdasarkan berat badan Salah satu cara untuk menghitung kecukupan energy remaja ialah dengan menggunakan rumus berikut : Remaja putri ▪



Umur 10-12 tahun : 50-60 kkal/kg berat badan/hari







Umur 13-18 tahun : 40-50 kkal/kg berat badan/hari Remaja putra







Umur 10-12 tahun : 55-60 kkal/kg berat badan/hari







Umur 13-18 tahun : 45-55 kkal/kg berat badan/hari



KEBUTUHAN PROTEIN Protein tidak hanya digunakan untuk proses pertumbuhan pada remaja, akan tetapi juga sebagai cadangan energy jika asupan energy terbatas atau kurang. Kecukupan protein pada remaja bisa diketahui dengan dua cara yaitu sebagai berikut : Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Umur 10-11 tahun : 50 gr Umur 13-15 tahun : 60 gr Umur 16-18 tahun : 65 gr



18



Cara kedua : Menggunakan pedoman berikut Umur 10-12 tahun : 40 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri) Umur 13-15 tahun : 60 gr/hari (putra) | 57 gr/hari (putri) Umur 16-18 tahun : 65 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri)



KEBUTUHAN LEMAK DAN KARBOHIDRAT Kebutuhan lemak bagi remaja sebesar 25-30% dari kebutuhan kalori, sedangkan untuk karbohidrat sekitar 55-70% dari kebututhan kalori. Misalnya seorang remaja putri berusia 12 tahun. Jika ia memiliki kebutuhan energy sebesar 2050 kkal, dan anda mmeilih kebutuhan lemak sebesar 30% dan karbohidrat sebesar 55%, maka kebutuhan lemak dan karbohidrat sebagai berikut : ▪



Kebutuhan lemak : (0.30 x 2050 kkal)/9 = 68.3 gr







Kebutuhan karbohidrat : (0.55 x 2050 kkal)/4 = 281.9 gr



KEBUTUHAN VITAMIN DAN MINERAL Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan. Remaja membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup karena sang at berhubungan dengan proses pertumbuhan remaja serta kondisi pubertas yang di alami saat ini.



KEBUTUHAN FE / ZAT BESI Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi. LEARNING OBJEKTIF 3 PARAMETER STATUS GIZI PADA REMAJA DAN PRA KONSEPSI 19



PENILAIAN STATUS GIZI Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Penilaian yang tepat terhadap status gizi seseorang selain dapat mendeteksi apakah status gizi dalam keadaan normal atau tidak, dapat juga dipergunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan dalam lamanya pemberian tunjangan nutrisi apabila diperlukan. Komponen-komponen dari penilaian status nutrisi pada individu umumnya : 1) Penilaian klinis Penilaian klinis terdiri dari pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda dan gejala suatu penyakit dan riwayat kesehatan. Pada lanjut usia ditambah dengan penilaian terhadap keterbatasan fisik, fungsi kognitif dan psikologi serta kapasitas fungsional. a. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya defisiensi nutrient, malnutrisi, status hidrasi, dan keadaan oral/ mulut. b. Penilaian keterbatasan fisik yang mungkin ditemukan seperti pengecapan, kemampuan makan sendiri, penglihatan, pendengaran. c. Penilaian fungsi kognitif dan psikologis. d. Kapasitas fungsional, kemampuan menyiapkan makan sendiri, aktivitas sehari-hari. 2) Pengukuran antropometri a. Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan pada orang lanjut usia lebih rumit dibandingkan dengan orang dewasa muda. Hal tersebut dikarenakan perubahan pada posur tubuh yang terjadi. Apabila tinggi badan tidak dapat dinilai dapat dipergunakan pengukuran tinggi lutut atau panjang lengan. Tinggi lutut lebih direkomendasikan karena lebih mudah dilakukan. Dengan mengukur tinggi lutut kita dapat memperkirakan bdan dengan rumus sebagai berikut : 20



-



Laki-laki : Tinggi Badan = 59,01 + {2,08 x tinggi lutut (cm)}



-



Perempuan



: Tinggi Badan = 75,00 + {1,91 x tinggi lutut (cm) –



(0,17 x umur (tahun)} b. Indeks Massa Tubuh / IMT Merupakan cara yang sederhana untuk memantau status nutrisi orang dewasa. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat bdan lebih meningkatkan risiko terhadap penyakit degenerative / penyakit kronis. IMT dihitung dengan membagi berat badan (BB) dalam kg, dengan kuadrat tinggi bdan (TB) dalam meter. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT Klasifikasi



IMT



BB Kurang



< 18,5



BB Normal



18,5 – 22,9



BB Lebih



> 23



Pra Obes



23 – 24,9



Obesitas / Kegemukan : Tingkat I



25 – 29,9



Tingkat II



> 30



c. Lingkar Lengan Atas (LILA) Pengukuran lingkar lengan atas menggambarkan lemak subkutan dan otot pada bagian lengan, sehingga perubahan pada LILA merefleksikan bertambah / berkurangnya massa otot, massa lemak, atau keduanya. Pengukuran LILA pada lanjut usia penting disebabkan distribusi lemak tubuh ke sentral, sederhana dan mudah dilakukan. d. Tebal Lipat Kulit (TLK) Pengukuran TLK mempunyai berbagai keterbatasan nila dipergunakan pada lanjut usia dikarenakan adanya perubahan distribusi lemak tubuh dan bekurangnya elastisitas kulit. 3) Pemeriksaan biokimia / laboratorium Pemeriksaan laboratorium dipergunakan untuk mendeteksi status defisiensi yang bersifat sub klinis. Pemeriksaan biokimia yang umum dan sederhana dilakukan adalah pengukuran kadar serum albumin, hemoglobin, hematocrit, serta kolesterol serum. 21



4) Penilaian asupan makanan Terdapat berbagai kendala dalam melakukan penilaian asupan makanan pada lanjut usia dikarenakan : a. Adanya gangguan memori jangka pendek, keterbatasan ini menyebabkan metode Recall 24 Jam sulit untuk dilakukan. b. Bila terdapat gangguan kognitif, akan mengakibatkan data yang diperoleh tidak akurat. c. Membutuhkan waktu yang lama untuk wawancara. Cara yang dianjurkan untuk menilai asupan makanan adalah dengan on going record ataucheck list yang pengisiannya dilakukan segera setelah selesai makan. LEARNING OBJEKTIF 4 MALNUTRISI PADA REMAJA DAN PRA KONSEPSI OBESITAS Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue. Pergeseran pola makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak, karbohidrat, kolesterol serta natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft drink menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan salah satu faktor risiko terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remaja berisiko menjadi obesitas pada saat usia dewasa dan berpotensi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan metabolik. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi fast food dan makan di luar rumah dengan peningkatan berat badan dan ukuran lingkar pinggang (Duffey et al., 2009). Penelitian lain menjelaskan bahwa anak-anak SD di Kota Denpasar yang mengonsumsi fast food ≥ 75% dari total asupan kalori berisiko mengalami obesitas 6.5 kali dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi fast food < 75% dari total 22



asupan kalori (Padmiari dan Hadi, 2004). Peningkatan berat badan terkait konsumsi fast food diperbesar dengan adanya gaya hidup yang tidak aktif (Jacobs, 2006). Hasil systematic review dan meta analisis dari studi yang meneliti hubungan antara konsumsi soft drink terhadap aspek kesehatan menjelaskan adanya hubungan antara konsumsi soft drink dengan peningkatan asupan energi dan peningkatan berat badan (Vartanian et al., 2007). Remaja dan dewasa mengonsumsi soft drink lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al. (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 (63%) orang dewasa mengonsumsi soft drink dan memperoleh sumbangan energi dari minuman tersebut 293 kcal tiap harinya. Data NHANES III menunjukkan kontribusi soft drink lebih besar pada anak dan remaja yang mengalami obesitas (Troinano et al., 2000). KURANG ENERGI KRONIS Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi. ANEMIA Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 -5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena : 23



-



Pada umunya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.



-



Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.



-



Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses.



-



Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.



Beberapa masalah gizi yang banyak menyerang kaum remaja, seperti dikutip dari BBCHealth (2012) : a. Kekurangan zat besi Kondisi ini merupakan hal yang paling umum dijumpai. Pertumbuhan yang cepat ditambah dengan gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk bisa mengakibatkan remaja mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, terutama pada remaja putri ketika ia sudah mengalami menstruasi. Sumber makanan utama yang mengandung zat besi adalah daging merah, sereal, buah kering, roti dan sayuran berdaun hijau. Sumber zat besi yang berasal dari non-daging membutuhkan asupan nutrisi lain untuk meningkatkan penyerapannya seperti makanan kaya vitamin C (jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau), sedangkan zat tanin yang terkandung dalam teh bisa mengurangi penyerapan zat besi. b. Kekurangan kalsium Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih rendah dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan tulangnya di masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang rapuh dan mudah patah. Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi yang diperlukan seperti vitamin D, kalsium dan fosfor. Sumber kaya kalsium yang sebaiknya dikonsumsi adalah susu dan produk susu, misalnya segelas susu, 150 gram yogurt dan sepotong keju ukuran kecil. Jika tidak bisa mengonsumsi produk susu, maka konsumsilah susu kedelai yang sudah difortifikasi, atau jika takut dengan kandungan lemak pilihlah susu yang rendah lemak (low fat). c. Kekurangan gizi akibat salah diet 24



Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang tidak puas dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan ringan dan bergula. Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada usia tersebut tubuh mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi. Jika diet yang dilakukan salah maka tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali. Sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi makanan bergula dan banyak lemak untuk mengurangi kelebihan kalori sambil tetap mempertahankan nutrisi yang masuk. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu yang banyak menyebabkan perkembangan gangguan makan. LEARNING OBJEKTIF 5 PENGARUH MALNUTRISI PADA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN PRAKONSEPSI



OBESITAS DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI Keadaan obesitas pada wanita dan pria dapat menyebabkan gangguan reproduksi. Pada wanita, beberapa studi menunjukkan bahwa wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas akan mengalami peningkatan risiko amenore, masalah fertilitas, komplikasi kehamilan, keguguran, dan defek lahir jika dibandingkan dengan wanita yang berat badannya normal. Berdasarkan data dari Nurses’s Health Study, wanita yang obesitas memiliki risiko infertilitas sebesar 2,7 kali lipat dibandingkan dengan wanita normal (Merrill, 2014). Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita obesitas yang menjalani pengobatan infertilitas memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk hamil melalui metode inseminasi buatan dan jika wanita tersebut hamil maka ia memiliki risiko yang lebih besar untuk keguguran di awal kehamilan (Merrill, 2014). Wanita yang mengalami obesitas memiliki resiko tingi keguguran. Dalam studi yang dilakukan oleh Hamilton-Fairley, risiko keguguran sebelum melahirkan anak pertama sebesar 25% sampai 37% lebih tinggi pada wanita obesitas. Wanita obesitas yang sedang hamil dapat mengalami diabetes gestasional yang dapat berkembang menjadi diabetes tipe II; dan hipertensi yang dapat memperbesar risiko penyakit jantung pada ibu (Merrill, 2014). 25



Ibu yang obesitas cenderung mengalami kehamilan disertai defek tuba neural, spina bifida, anomali kardiovaskuler, anomali septum, bibir sumbing dan celah palatum, atresia anorektal, hidrosefalus, serta cacat ekstremitas (Merrill, 2014). Pada pria, obesitas telah dikaitkan dengan hitung sperma yang berkurang dan disfungsi ereksi. Di Amerika Serikat, hitung sperma mengalami penurunan hingga sekitar 1,5% tiap tahunnya. Perubahan spermatogenesis dan disfungsi ereksi memiliki peran penting terhadap kemampuan pasangan untuk bereproduksi (Merrill, 2014).



ANEMIA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI Anemia (kurang darah: Hb diderita orang Afrika, Mediterania, karibia, Amerika latin, dan indian



Defek tabung saraf / neural tube defect (NTD) Insiden 1 – 2 per 1000 kelahiran hidup Menduduki urutan kedua setelah anomali jantung sebagai malformasi struktural janin yang tersering Beberapa defek neural tube berhubungan dengan mutasi spesifik di gen metilen tetrahidrofolat reduktase, maka secara umum dapat diatasi dengan suplementasi asam folat prakehamilan (Ou dkk, 1996 ; van der put dkk, 1995)



Fenilketonuria / PKU Kelainan herediter metabolisme fenil alanin Pencegahan primer → mengurangi morbiditas janin Asam amino ini mudah melewati plasenta → merusak organ – organ janin yang sedang berkembang dan yang paling rentan adalah jaringan saraf



35



Konseling → kepatuhan pasien terhadap diet terbatas / tanpa fenilalanin sebelum kehamilan, insiden malformasi janin secara drastic berkurang (Guttler dkk, 1990; Koch dkk, 1990)



Penyakit tay sachs Penyakit neurodegeneratif resesif autosomal berat → kematian anak Awal 1970 → 60 kasus terutama kaum yahudi di usa Konseling → pencegahan sekunder dengan identifikasi pembawa sifat genetic melalui uji genetik, lakukan uji prenatal pada pasangan dengan resiko tinggi ; bahkan sampai pemilihan pasangan yang bukan pembawa sebagai pencegahan primer Saat ini sebagian kasus baru tay sachs berasal dari populasi non yahudi



Fibrosis kistik Skrinning sebaiknya dilakukan jika ada riwayat keluarga dengan fibrosis kistik >> diderita kulit putih dan yahudi



Kehamilan yang tidak diinginkan Adam dkk, 1993 → survey populasi terhadap 12.500 wanita di usa dan mendapatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar memiliki indikasi untuk mendapat konseling prakehamilan dibandingkan yang direncanakan. Moos dkk, 1996 → program asuhan prakehamilan untuk wanita usia subur dan didapatkan 50% wanita yang datang yang pernah mendapatkan konseling menyatakan kehamilannya direncanakan Konseling mengenai resiko kehamilan yang potensial dan strategis untuk pencegahan harus diberikan sebelum konsepsi terjadi → supaya efektif Kebanyakan wanita menyadari dirinya hamil 1 – 2minggu setelah terlambat haid dimana korda spinalis telah terbentuk dan jantung sudah berdetak (Moore, 1983) Hellerstedt dkk, 1998 → survey via telepon terhadap 7200 wanita hamil yang memperlihatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar kemungkinannya memiliki prilaku resiko tinggi seperti merokok, dan tidak minum vitamin setiap hari. 36



Salah satu ukuran penting dari efektivitas konseling → pengaruhnya dalam menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan



Penyakit kronik Diabetes Mellitus (DM) Hiperglikemia → patologi ibu dan janin → perlu konseling prakehamilan untuk menghindari penyulit Konseling → pengendalian kadar glukosa darah jangka panjang Pada konseling diberikan penjelasan mengenai resiko dan mencari strategi untuk mengurangi resiko sebelum kehamil



Epilepsi Keturunan wanita dengan epilepsi → 2 – 3 X mengalami anomali struktural → lebih parah pada anak yang terpajan obat – obatan anti konvulsi Konseling → mencakup rekomendasi untuk mengganti obat ke regimen yang paling tidak teratogenik / jika mungkin hentikan obat sebelum kehamilan American academy of nerurology, 1998 → wanita dengan epilepsy usia subur menjalani konseling dan selama kehamilan mengkonsumsi asam folat dan obat antikejang monoterapi yang paling tidak teratogenik Biale dan Lewenthal, 1984 → studi terhadap efek pemberian asam folat prakehamilan pada wanita dengan epilepsi yang minum obat anti konvulsi → hasil : 15% yang tidak mengkonsumsi asam folat anaknya mengalami malformasi congenital, sedangkan selebihnya yang mengkonsumsi asam folat tidak satupun yang mengidap anomaly



Penyakit kronik lainnya Cox dkk, 1992 → membahas hasil akhir pada pasangan yang mendapat konseling prakehamilan. Hasil akhir pada 240 wanita dengan hipertensi, penyakit ginjal, penyakit tiroid, asma dan penyakit jantung secara bermakna membaik apabila mendapat konseling. 80% yang mendapatkan konseling → melahirkan bayi normal pada kehamilan tersebut dibandingkan pada kehamilan sebelumnya yang tidak mendapat konseling.



37



Penilaian-penilaian Penting Untuk Menyelesaikan Masalah Hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya : Riwayat reproduksi Catatan riwayat menstruasi akan memberikan kesempatan untuk menilai tingkat pengetahuan si ibu tentang fisiologi menstruasi dan memberikan konseling tentang bagaimana dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan kehamilan Diagnosa dan penatalaksanaan kelainan-kelainan seperti malformasi uterus, penyakit autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya abortus berulang. Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon orang tua mengungkapkan kekhawatirannya, perhatian dan pertanyaan-pertanyaan seputar kehamilan dan reproduksi.



Riwayat keluarga Skrining karier Konseling riwayat keluarga dapat mengungkap resiko penyakit-penyakit seperti muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit lainnya yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang tes diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada keputusan untuk tidak meneruskan kehamilan atau menggunakan teknologi bantuan reproduksi yang dapat meniadakan resiko Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari pasangan sangat penting dalam konseling sebelum terjadinya kelainan pada kehamilannya. Pengenalan pra konsepsi dari status karier membuat wanita dan pasangannya dapat diberitahukan tentang resiko penyakit resesif autosom diluar konteks emosional dari kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga membuat keduanya dapat mengambil keputusan tentang kehamilan serta merencanakan pemeriksaan yang diperlukan bila terjadinya kehamilan. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada penduduk daerah tertentu, diantaranya : •



Penyakit Taysach : terutama mengenai keluarga Jahudi Ashkenazi dan nenek moyang perancis - Kanada 38







Penyakit Canavan : terutama mengenai Yahudi Ashkenazi







Thalasemia beta : mengenai keluarga di Mediterania, Asia tenggara, India, Pakistan dan negara- negara afrika







Thalasemia alpha : terutama mengenai keluarga di Asia tenggara dan Afrika







Sickle sel anemia : terutama mengenai keluarga Afrika, Mediterania, timur tengah, Karibia, Amerika latin, dan keturunan india. Skrining kista fibrosis harus ditawarkan kepada pasien dengan riwayat keluarga menderita penyakit ini. Rekomendasi terbaru menyarankan agar semua wanita yahudi dan kulit putih dilakukan skrining karier penyakit ini



Penilaian medis Perawatan pra konsepsi untuk wanita dengan problem medis yang berarti harus mencakup penilaian faktor resiko bukan hanya bagi janin tapi juga bagi si ibu. Perawatan yang tepat mungkin memerlukan kerjasama dengan spesialis lain.



Skrining Faktor Resiko resiko Skrining penyakit infeksi Wanita tanpa imunitas terhadap rubella dapat dikenali melalui skrining pra konsepsi, dan sindrom rubella kongenital dapat dicegah dengan vaksinasi. Tidak ada laporan kasus rubella kongenital setelah imunisasi rubella dalam 3 bulan sebelum atau setelah konsepsi. Skrining universal bagi wanita hamil untuk hepatitis B virus (HBV) telah direkomendasikan oleh CDC and Prevention sejak tahun 1988. Wanita dengan resiko sosial atau pekerjaan terpapar dengan hepatitis B virus harus diberi penyuluhan serta diberikan vaksinasi. Pasien yang beresiko terhadap tuberkulosis harus diperiksa bila riwayat vaksinasi BCG-nya tidak sesuai dengan pedoman untuk skrining atau pengobatan pencegahan. Skrining CMV (cytomegalo virus) harus ditawarkan sebelum konsepsi untuk wanita yang bekerja di ICU, fasilitas perawatan anak, atau unit dialisa darah. Ig-G Parvovirus dapat ditawarkan sebelum konsepsi kepada guru-guru dan pekerja pengasuh anak. Toksoplasmosis sering berhubungan dengan pemilik kucing dan mereka yang makan daging mentah. Skrining toksoplasmosis rutin untuk menentukan status antibodi sebelum konsepsi terutama memberikan jaminan kepada mereka yang 39



sudah imun. Pemeriksaan rutin terhadap wanita hamil yang tidak diketahui adanya faktor resiko tidak dianjurkan Skrining untuk antibodi varisela dilakukan untuk mengetahui adanya riwayat menderita varisela. Vaksin virus varisela zoster sekarang dianjurkan untuk semua orang dewasa non imun. Skrining dan pemeriksaan HIV harus ditawarkan secara rahasia dan sukarela kepada semua wanita. Pemeriksaan untuk Neiesseia Gonorea, Chlamidia trachomatis dan Troponema pallidum sering dilakukan secara rutin untuk pasien yang aktif secara seksual. Penilaian pemaparan obat •



Penilaian terhadap pemaparan dengan obat baik yang dibeli bebas maupun yang melalui resep. Penggunaan obat harus dipastikan dan diberikan keterangan tentang pilihan obat yang paling aman.







Isotretinoin (accutane), regimen oral telah disetujui oleh FDA untuk akne sistika berat, harus dihindari sebelum konsepsi. Isotretinoin sangat teratogenik menyebabkan defek kraniofacial (mikrotia, anotia).







Sodium warfarin (coumadin), suatu anti koagulan dan derivatnya telah dikaitkan dengan embriopati. Karena sodium warfarin tidak melintasi plasenta, wanita yang memerlukan antikoagulan harus mengganti terapi antikoagulannya dengan heparin sebelum konsepsi.



Keturunan dari wanita yang mendapat terapi anti kejang untuk epilepsi sangat beresiko terhadap malformasi kongenital. Perbedaan pendapat masih terus terjadi apakah karena proses penyakit, obat-obatan, atau kombinasi keduanya yang menyebabkan malformasi. Ahli saraf merasa adalah tepat untuk mencoba menunda terapi anti konvulsan bagi wanita yang sudah bebas kejang selama 2 tahun. Bagi wanita yang bukan calon pasien yang akan dihentikan terapinya, maka dipilih obat yang paling sedikit efek teratogeniknya. Tidak ada bukti adanya efek teratogenisitas dari kontrasepsi oral atau implant. Spermisida vagina tidak teratogenik bagi wanita yang hamil sementara mereka sedang menggunakan kontrasepsi ini atau hamil sesudah menghentikan pemakaiannya. Penilaian kandungan zat gizi •



Indeks massa tubuh, didefinisikan sebagai [BB(kg)/TB(m2)] adalah indikator yang sering dipakai untuk menilai status gizi. Wanita dengan riwayat anoreksia atau bulimia akan mendapatkan keuntungan dengan konseling nutrisi dan psikologi sebelum konsepsi. 40







Kebiasaan makan seperti pika, suatu gangguan makan, dan pemakaian suplementasi



megavitamin



harus



dibicarakan.



Penggunaan



suplemen



multivitamin yang berlebihan yang mengandung vitamin A harus dihindari karena diperkirakan diet intake vitamin A bagi banyak wanita di Amerika sudah cukup. Vitamin bersifat teratogenik pada manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, menimbulkan malformasi janin seperti yang terlihat dengan pemakain isotretinoin, suatu derivate sintetis vitamin A. •



Konsumsi asam folat peri konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf (NTDs).



Badan



pelayanan



kesehatan



masyarakat



Amerika



serikat



merekomendasikan pemakaian suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi semua wanita yang akan hamil. Kecuali adanya kontra indikasi karena anemia pernisiosa, wanita yang sebelumnya melahirkan anak dengan neural tube defek harus mengkonsumsi 4 mg asam folat per hari



Faktor-faktor Lain Yang Mempegaruhi Penilaian Pra Konsepsi Riwayat Reproduksi Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan Mencakup : usaha – usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil kehamilan abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin berulang Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau adanya kelainan susunan kromosom. Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi untuk menjadi hamil, contohnya penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra cytoplasmic sperm injection / ICSI) berkaitan dengan adanya penyulit tertentu (Bowen dkk, 1998) Demikian pula dengan faktor resiko persalinan prematur rekuren, preeklampsia, dan seksio sesarea berulang. Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu – satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan primer Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian dari empat pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa terganggu mengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi hari Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta 41



masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1999) Riwayat Sosial Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan Kehamilan usia 15 – 19 tahun → resiko anemia dan janin dengan pertumbuhan terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering tidak direncanakan sehingga tidak ada konseling Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih besar daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan insufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan Riwayat pemakaian obat –obatan terlarang Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap manusia. Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak mau menyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang – kadang kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis pada penggunaan jarum bersama Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi, disamping efek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus spontan, IUFD, PROM, kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta. Bersifat teratogenik : mikrosefal, defek batang tubuh, malformasi traktus genitourinari. Resiko abnormalitas neurobehavior dan orientasi. Penggunaan amfetamin berhubungan dengan berkurangnya lingkar kepala janin dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun tidak ada bukti berefek teratogen.



Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga Riwayat kekerasan dalam RT berhubungan dengan pasangan pecandu alkohol / obat, menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang rendah serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)



42



Imunitas Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan hepatitis B Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus, hepatitis B, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan (campak, gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning) Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya diberikan paling sedikit 3 bulan sebelum kehamilan



Riwayat pajanan lingkungan Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU, perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial traktus respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin terpajan parvovirus dan rubella Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat kimia seperti logam berat atau pelarut organic Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan selama kehamilan



Riwayat makanan dan gizi •



Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan kotoran; sering dikaitkan dengan anemia







Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein, tetapi dapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju







Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek teratogenik terhadap manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi janin



Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia, DM gestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur, seksio sesarea dan penyulit operasi (Wolfe, 1998) Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko timbulnya masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan saluran cerna (Becker dkk, 1999)



43



2. EDUKASI KELUARGA TENTANG CARA BERADAPTASI DALAM FASE KEHAMILAN Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakrta wanita bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering merupajakan masa kehawatiran dari penantian. Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, klemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Kejadian gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungannya. Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasarai pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas ➢ Taking On Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu. ➢ Taking In seorang wanita sudah mulai membayangkan peran di lakukan. ➢ Letting Go wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukan.



Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester pertama seorang ibu akan akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya. Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologinya, jika mereka multigravida berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat mengganggu. Mimpinya sering kali tentang 44



bayi nya yang bias diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenagkan.



Bentuk Motivasi Motivasi Suami Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah adalah timbul nya kebanggaan atas kemampuanya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan nya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karna takut akan mencederai bayi nya . adapula pria yang hasrat seksual nya terhadap wanita hamil relative besar. Disamping respon yang diperhatikan nya , seorang ayah dapat memahami keadaan ini dan menerimanya. Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami kepada saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada: Untuk saling berkomunikasi dari sejak awal Menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi orangtua. ➢ Motivasi Keluarga Wanita hamil seringkali merasakan ketergantungan terhadap oranglain. Tapi mungkin bias menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua. ➢ Stress yang terjadi pada kehamilan trimester I Ada dua tipe stress yaitu yang negative dan positif, keduan stress ini dapat mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsic dan ektrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara professional. ➢ Stress ekstrinsik timbul Karen factor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi. Menurut Bumard (1991) stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek utama yaitu : 45



➢ Stress di dalam individu ➢ stress yang disebabkan oleh pihak lain ➢ Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social ➢ Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya. •



Memperkuat Ikatan Kemampuan untuk menyesuaingan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan pada seorang ibu untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih penting dari yang lainya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya merupakan saat-saat yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin baik akhirnya . jadi pada saat hidup masih relative normal. Luangkan waktu untuk berdua, berbicara tentang perasaan pasanganya. Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami istri, kegelisahan yang timbul karena kondisi baru merupakan suatu yang normal.







Kehamilan dan Libido Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita pada trimester pertama ini berbedabeda . walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi. Kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama priode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk uka berkomunikasi secara terbuka dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks, libido sangat dipengaruhi oleh kelelehan, rasa mual, pembesaran payudara. •



Kehamilan dan olahraga Setelah hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang atau melakukan hubungan seks, dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal malformation (janin yang cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat. Kebanyakan dokter melarang program olahraga baru yang dimulai pada saat hamil, kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang khusus wanita hamil. Latihan-latihan yang menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa 46



dalam kehamilan. •



Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester II Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.







Pembagian perubahan psikologis pada trimester II Trimester kedua dapat dibagi menjadi 2 fase; prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :







Fase prequickening Selama khir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negative, maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negative ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih saying (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini meberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberi kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkannya.







Fase postquickening Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan menghadapai peran baru sebagi seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran 47



yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan. Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinmya adlah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebakna perubahan focus pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian utama adalh kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku yang menganut system patrilineal/matrilineal). •



Menjaga agar ikatan tetap kuat Ketika kehamilan telah terlihat, ibu dan pasangannya harus lebih sensitive terhadap pengaruh kondisi ini pada mereka berdua. Ibu hamil sering merasa takut jika pasangannya mendapati dirinya tidak menarik atau gendut, tapi maslah yang muncul lebih rumit lagi. Komunikasi adalah kunci dari permasalah ini. Tetap cara ini dapat digunakan bila ibu dan pasangannya tetap terbuka dan memulainya sedini dan sesering mungkin. Bila salah satu tidak membicarakan latar belakang maslah yang dirasakan, atau setelah berdiskusi justru merasa depresi, saat itulah diperlukan penasehat kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat menolong ibu dan pasangannya.







Menjaga kehamilan yang sehat Ibu hamil mungkin merasa lebih baik pada trimester kedua, tapi bukan berarti bagian luar yang berubah, bagian dalam tubuh pun mengalami perubahan sebagai respon terhadap kehamilanyang terus berkembang. Beberapa perubahan dapat saja terasa mengganggu, namun ada juga perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu hamil. Perubahan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah keadaan yang normal bagi ibu hamil dan ibu harus di berikan pengertian terhadpa kondisi tersebut sehingga ia merasa lebih nyama lagi. Beberapa perubahan yang menyenangkan seperti rasa mual berkurang dibandingkan yang dialami selama trimester pertama, energy bertambah dan peningkatan libido.







Reaksi orang-orang di sekitar ibu hamil Tampaknya sang suami juga mengalami perubahan psikologis seiring perubahan yang dialami istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami juga merasakan perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala hingga kecemasan 48



dan ketakutan dirasakan oleh suami yang istrinya sedang hamil. Saat ini suami lebih aktif ikut menangani dalam kehamilan istrinya dan turut merasakan tanggung jawab akan kelahiran bayinya. Apabila didalam sebuah keluarga terdapat anak sebelumnya, ia akan meras abingung akan perubahan yang dialami ibunya. Anak perlu diberikan pengertian secara sederhana tentang perubahan yang terjadi dan hal yang akan dihadapi sehubungan dengan kehamilan. Ibu dari wanita hamil tampaknya dalah orang yang sering mengambil peran yang cukup besar selama kehamilan. Ibu hamil tampaknya merasa tergantung akan bantuan dari ibunya dalam menghadapai kehamilan dan persiapan penerimaan bayi yang bakan dilahirkan. •



Berhubungan seks Ada satu lagi peubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk mengatasi ketidaknyamanan yaitu suatu peningkatan libido yang pada trimester pertama dihilangkan oleh rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon orang tua khawatir yang paling sering diajukan adlah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibunya, atau ejakulasi. Ibu hamil dan pasangannya pelu dijelaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hubungan seks. Janin tidak akan terpengaruh karena berada dibelakang serviks dan dilindungi cairan amniotic dalm uterus. Namun dalam beberpa kondisi hubungan seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta privia dan ibu dengan riwayat persalinan premature. Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan maka masalah ini dapat diatasi. Walaupun sebaian ibu hamil merasa seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido wanita disebabkan variasi perubahan hormone selam hamil. Karena respon terhadap hormone berbeda, raksi masing-masing ibu hamil pun berbeda.







Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester III Trimester ketiga sering disebut periode mingguan / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua 49



hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang – kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu mengingat kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau – kalau bayi yang akan dilahirkan tidak normal. Kebanyakn ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul waktu akan melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kelhamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami,keluarga dan bidan. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga – duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki-laki atau perempuan ) dan akan mirip siapa. •



Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil trimester I,II,III a. Mempelajari kedaan lingkungan penderita b. Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan,perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk bidan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan ( latar belakang ) sehingga mempermudah dalam melakukan suhan kebidanan. c. Informasi dan pendidikan kesehatan d. Mengurangi pengaruh yang negative e. Kecemasan dan ketakutan sering diperngaruhi oleh cerita-cerita yang menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut perlu diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisologi kehamilan dan persalinan kepada penderita. f. Memperkuat pengaruh yang positif g. Misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan. h. Menganjurkan latian – latian fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot- otot 50



dasar panggul, melatih pernafasan, teknik megedan yang baik dan latihan – latihan relaksasi. i. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin Dilaksanakan dengan mengadakan orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat-alat kebidanan dan tenaga kesehatan.



3. EDUKASI KELUARGA TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYAJIAN NUTRISI SELAMA KEHAMILAN



Kehamilan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak pasangan suami istri. Pastinya setiap keluarga menginginkan bayi yang dikandung sehat selalu dan segala proses lancar sampai hari yang persalinan. berikut beberapa tips untuk para ibu hamil dan menyusui, antara lain : a. Penyiapan Makanan yang Aman : b. Kebersihan yang baik dapat mencegah diare dan penyakit lain. c. Gunakan peralatan yang bersih dan simpan makanan di tempat yang bersih. d. Masak daging, ikan dan telur sampai matang. e. Cuci Sayuran, segera masak sebentar saja dan langsung dimakan untuk mempertahankan gizinya. f. Cuci buah dan sayuran mentah sebelum dimakan. g. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah ke toilet dan membersihkan kotoran bayi.



Tips penting lainnya : a. Banyak istirahat selama 3 bulan pertama kehamilan dan sebulan pertama setelah melahirkan. b. Untuk mencegah gangguan nyamuk dan serangga, baiknya gunakan kelambu waktu tidur. c. Minum obat cacing untuk mengobati cacingan dan mencegah anemia. d. Jangan minum minuman alkohol, memakai narkoba atau merokok.



Hal-hal yang perlu diingat : a. Selama hamil dan menyusui, ibu perlu menambah jumlah makanan yang dikonsumsi. 51



b. Banyak istirahat selama 3 bulan pertama kehamilan dan sebulan pertama setelah melahirkan. c. Ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi yang ada, seperti buah segar dan sayuran, daging, ikan, dan kacang-kacangan, agar ibu menjadi sehat dan bayi tumbuh optimal. d. Kurangi minum the dan kopi selama masa hamil. Teh atau kopi saat makan dapat mempengaruhi penyerapan makanan. Khususnya zat besi dalam tubuh ibu. e. Jangan minum minuman alkohol, memakai narkoba atau merokok. f. Minum tablet besi folat atau tablet multivitamin MMN untuk mencegah anemia selama hamil dan setidaknya selama 3 bulan setelah persalinan. g. Melakukan kunjungan ANC / kehamilan setidaknya 4 kali selama kehamilan. Kunjungan ini sangat penting bagi ibu untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. h. Untuk mencegah gangguan nyamuk dan serangga, gunakan kelambu waktu tidur.



Berdasarkan dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD selama 90 hari hanya 33,3%, sedangkan provinsi dengan asupan zat besi 90 hari terendah merupakan provinsi Lampung sebesar 15,4%. Kondisi ini diperparah dengan perilaku ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung energi, karbohidrat, protein, lemak, dan zat besi masih dibawah rata-rata. Pemenuhan gizi masih merupakan masalah yang serius bagi ibu hamil terutama asupan zat besi dari makanan. Nutrisi ibu hamil merupakan salah satu faktor utama penentu kesehatan ibu dan janin. Kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan dan gaya hidup yang kurang baik, membuat janin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan, seperti berat badan lahir kurang, hambatan tumbuh kembang, hingga cacat bawaan lahir. Nutrisi adalah faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang janin sejak awal kehidupan, karena nutrisi yang tepat dan seimbang mendukung perkembangan otak, sistem daya tahan tubuh dan pertumbuhan janin sejak dalam kandungan agar tetap optimal.



Beberapa Nutrisi yang dibutuhkan oleh Ibu hamil : 1. Protein Protein sangat berperan penting dalam pertumbuhan janin dan juga menjaga 52



kesehatan ibu. Protein yang dibutuhkan oleh ibu hamil sekitar 40 hingga 70 gram protein setiap hari. Sumber protein adalah daging, telur, tahu, susu, makanan laut termasuk ikan atau kerang, dan kacang-kacangan. Kebutuhan akan protein ini dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi tiga hingga empat porsi protein setiap harinya. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan protein harian ibu hamil, cukup dengan dua gelas susu, dan 200 gram daging tanpa lemak 2. Karbohidrat Karbohidratyang disarankan untuk ibu hamil adalah yang mengandung zat tepung, misalnya nasi dan roti. Ibu hamil juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sebanyak 8 hingga 10 porsi setiap harinya. Karbohidrat akan diubah menjadi energi sebagai nutrisi ibu hamil dan pertumbuhan bayi di dalam kandungan. Penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat saat hamil berisiko menyebabkan bayi terlahir cacat. 3. Asam folat Kebutuhan asam folat sejak awal kehamilan hingga usia kehamilan 12 minggu sebanyak 400 mcg per hari. Selain itu, Ibu hamil juga membutuhkan asam folat alami yang disebut folat. Sumber folat adalah sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan bayam, kacang-kacangan, alpukat, dan pepaya. Fungsi asam folat pada ibu hamil adalah mencegah kelahiran premature, membantu produksi DNA dan sel-sel tubuh, mencegah risiko penyakit dan stroke, mengurangi risiko terjadinya Neural Tube Defect. 4. Zat besi Fungsi zat besi adalah membentuk hemoglobin yang berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh ibu dan janin melalui sel darah merah. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat seiring dengan usia kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini terutama pada trimester kedua dan ketiga. Setiap harinya, ibu hamil memerlukan setidaknya 27 mg asupan zat besi. Untuk bisa memenuhi asupan zat besi harian, ibu hamil bisa mengonsumsi daging tanpa lemak, ikan, tahu, sayuran berwarna hijau, telur, dan kacang-kacangan. Dengan memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil, mempunyai beberapa manfaat bagi ibu dan juga janin. Manfaat pemenuhan zat besi pada ibu hamil adalah, menjaga kualitas kesehatan sel darah merah, mencegah ibu mengalami anemia, dan mengurangi risiko melahirkan premature. Sedangkan manfaat bagi janin dalam kandungan adalah membantu perkemangan otak yang baik dan tumbuh kembang yang optimal. 53



5. Serat dan vitamin Serat dan vitamin juga sangat penting bagi ibu hamil, dimana ibu hamil membutuhkan 200-450 gram sayur dan 350 gram buah setiap harinya. Kandungan serat pada sayur dan buah berguna untuk membantu sistem pencernaan selama kehamilan dan mencegah sembelit saat hamil. Selain itu, bahan makanan ini juga mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan saat hamil, seperti vitamin dan mineral. 6. Kalsium Sumber kalsium yang dibutuhkan ibu hamil adalah susu, sayuran dengan warna daun hijau gelap, tofu, kacang almond dan sereal. Kalsium mempunyai manfaat yang baik untuk ibu hamil dan juga janin yang dikandungnya. Untuk ibu hamil, pemenuhan kebutuhan kalsium dapat mengurangi risiko osteoporosis, dan mengurangi risiko terjadinya pre-eklampsia selama kehamilan sedangkan untuk janin dapat membantu pembentukan tulang dan gigi, serta pembentukan jantung, saraf dan otot. 7. Lemak Saat hamil lemak dibutuhkan sebagai nutrisi ibu hamil. Tidak ada batas minimal lemak yang harus dikonsumsi setiap harinya. Meski begitu, tentu saja tidak disarankan untuk mengonsumsi lemak secara berlebihan. Selain itu, pilihlah sumber lemak nabatiyang sehat, seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan alpukat. Nutrisi setiap ibu hamil dapat berbeda-beda takarannya, tergantung kepada usia, berat badan, usia kehamilan, dan aktivitas fisik masing-masing ibu hamil. Selalu tambahkan sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan dalam menu sehari-hari untu meningkatkan asupan serat. Selain menerapkan pola makan seimbang dan bervariasi, konsumsi susu dapat membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin selama masa kehamilan.



4. PEMBERIAN EDUKASI KELAHIRAN DAN PERINATAL



Berbagai strategi edukasi dan promosi kesehatan diupayakan untuk memperbaiki kondisi klinis bayi direkomendasikan, seperti intervensi maternal pada masa prenatal, kunjungan antenatal yang baik, dan pengendalian faktor risiko. [4,9,15,18]



Edukasi pasien 54



Bayi prematur rentan mengalami berbagai komplikasi dan umumnya memerlukan tata laksana yang lebih kompleks. Orang tua perlu diedukasi tentang tingkat keparahan penyakit, pemberian nutrisi, skrining, tata laksana, serta komplikasi dan prognosis yang dapat terjadi.



Bayi-bayi prematur sering kali membutuhkan perawatan di ruang intensif (NICU) dan membutuhkan bantuan hidup, terutama pemasangan alat bantu napas dan inkubator. Ibu bayi dapat dipulangkan lebih dahulu, sedangkan bayi masih membutuhkan perawatan lebih lanjut di ruang rawat intensif.



Kangaroo mother care sangat penting untuk dipromosikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit karena dapat membantu menangani hipotermia dan bermanfaat dalam dukungan emosional antara ibu/ayah dan bayi. KMC dapat dilakukan di rumah sakit ataupun di rumah setelah bayi pulang.



Dampak jangka panjang terhadap tumbuh kembang dan kesehatan bayi juga sering kali dikhawatirkan orang tua. Bayi-bayi prematur tetap dapat lahir dengan sehat. Perlu diingat bahwa tumbuh kembang bayi prematur tidak dapat dibandingkan dengan bayi cukup bulan seusianya dan perlu dilakukan koreksi usia sesuai dengan usia gestasi. [4,9,15,18]



Pencegahan Pencegahan kelahiran bayi prematur sudah dapat dimulai sejak masa prenatal, khususnya pada ibu dengan risiko tinggi mengalami kelahiran prematur. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan Indonesia dan World Health Organization (WHO) antara lain sebagai berikut:



Identifikasi awal wanita yang berisiko mengalami kelahiran prematur melalui pelaksanaan antenatal (ANC) minimal 8 kali dengan komponen 10T lengkap. Mengendalikan faktor risiko pada wanita risiko tinggi melahirkan prematur, seperti smoking cessation, minimalisir penggunaan medikasi maternal, meliputi pemberian kortikosteroid antenatal, antibiotik profilaksis, magnesium sulfat, dan tokolitik sesuai kebutuhan Menggalakkan program puskesmas dengan pelayanan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) dan Rumah Sakit dengan pelayanan PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal 55



Emergensi Komprehensif) dan merujuk ibu ke fasilitas yang dibutuhkan sejak dini bila terdapat kehamilan risiko tinggi Segera melakukan kangaroo mother care pada bayi-bayi prematur Pencegahan yang baik dapat mengurangi angka kematian bayi yang merupakan target Millennium Development Goals (MDG). Pemeriksaan antenatal yang baik dapat mendeteksi risiko kelahiran prematur, sehingga kelahiran prematur dapat dicegah dan orang tua serta proses persalinan dapat dipersiapkan dengan lebih baik. [1,2,9,18]



C. Latihan Soal / Lembar Kerja 1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada kehamilan 2. Bagaimana mengedukasi keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi 3. Bagaimana cara kalian mengedukasi keluarga tentang cara beradaptasi dalam fase kehamilan 4. Bagaimana cara Pemberian Edukasi tentang tentang kebutuhan dan penyajian nutrisi selama kehamilan Penugasan I : Role play : Buat media edukasi kepada keluarga dan berikan edukasi kepada keluarga tentang : A. Edukasi Keluarga tentang nutrisi sebelum konsepsi B. Edukasi Keluarga tentang cara beradaptasi dalam fase kehamilan C. Edukasi Keluarga Tentang kebutuhan dan penyajian nutrisi selama kehamilan D. Edukasi pada keluarga tentang kelahiran dan perinatal



D. Lembar Kerja -



E. Referensi tiap Modul 1. World



Health



Organization.



Preterm



birth.



WHO.



Diakses



dari:



https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth 2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born Too Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J, editors. WHO. Geneva: World Health Organization; 2014. 3.



Department of Health. Clinical Practice Guidelines: Pregnancy Care. Canberra: Australian Government Department of Health; 2019. 56



4. World Health Organization. WHO recommendations on interventions to improve preterm birth outcomes. WHO. France: WHO; 2015. 5. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth. NICE Guidelines. United Kingdom; 2015. 6. World Health Organization, UNICEF. Every newborn: An Action Plan To End Preventable Deaths. WHO. Luxembourg: WHO; 2014. 7. Bahan ajar Dokumentasi Kebidanan PPSDM 2017 (Tinjauan teori SOAP Askeb Kehamila hal 165-171) 8. KMK no 938 tahun 2017 9. Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta 10. DepKes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta 11. Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2017. Penilaian Status Gizi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 12. Heffner, L. J dan D. J. Schust. 2018. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi Kedua. Erlangga Medical Series. Jakarta 13. IDAI.



2013.



Nutrisi



pada



Remaja.



tersedia



pada



URL



http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017 pukul 22.08 WIB 14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Nutrisi Pada Remaja. Diakses Pada 1 Maret 2017.



Tersedia



Pada



URL:http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-



anak/nutrisi-pada-remaja 15. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto 16. World Health Organization. 2015. Nutrition in adolescence – Issues and Challenges for the Health Sector. WHO. Geneva 17. Cunningham GF, Gant FN, Leveno JK dkk, Williams Obstetrics, Twenty-second Edition, 2005 18. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2001 19. Duenhoelter HJ, Greenhill's Office Ginecology, Tenth Edition, Obstetrics and Gynaecology of Washington, EGC 2000 20. Hacker FN, Moore GJ, Essential of Obstetrics and Gynecology. Second Edition, Hipocrates, 2006 21. Llewellyn D, Jones. Fundamental of Obstetrics and Gynaecology, Third Edition, 57



Faber and Faber, London 1982 22. Myles Textbook For Midwives, 2019 23. Midwifery-Community- Based Care During The Childbearing Yaar, 2019 24. Mariyam S, Yuliati & Rahayu T. 2017. Perilaku Konsumsi Tablet Fe Oleh Ibu Hamil di



Wilayah Kecamatan Ngawan Gunung Kidul Paper Presented at the



Penelitian,



Pendidikan dan Penerapan MIPA pada 25 Agustus 2007 di FMIPA-



UNY, Yogyakarta. 25. Girard AW, & Olude O. 2012. Nutritional Education and Councelling Provided During



Pregnancy: Effect on maternal, neonatal and child Health



coutcomes. Pediatric and



Perinatal Epidemiology, 26(1),7.



26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.



27. Zhu, et al. 2016. Effect of Prenatal and Postnatal malnutrition on intellectual functioning



in early school-aged children in rural western China. Medicine.



95(31),pp.e4161.



58



MODUL 3 Asuhan kebidanan secara holistic dengan menggunakan intervensi dan pelibatan aspek klien dengan menggunakan prinsip biopsikososial budaya A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa Mampu



B. Sub Pokok Bahasan Konsep sehat menurut WHO merupakan keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ cacat.1 Sedangkan, sehat menurut Undang-undang kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan salah satunya adalah melalui kegiatan kesehatan reproduksi yang meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan.2 Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan, di manapun berada. 3 Tingginya kasus kematian ibu selalu dikaitkan dengan kondisi fisik, seperti perdarahan, preeklamsi, dan infeksi. Pemberian asuhan oleh Bidan adalah untuk mengatasi keadaan fisik. “Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama”. Dalam implementasinya: “Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi”.



1



Kutipan di atas merupakan pernyataan yang termuat dalam falsafah kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan praktik kebidanan yang termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia. Profesi bidan berperan dalam memberikan asuhan yang aman, bersifat



holistik,



dan



berpusat



pada



individu



di



segala



batasan



usia



dan



berbagai setting kehidupan.



Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling komprehensif dalam pelayanan kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam pendekatan ini, seorang individu merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental, emosional, sosio kultural dan spiritual, dan setiap bagiannya memiliki hubungan dan ketergantungan satu sama lain. Untuk mempertahankan seorang individu sebagai satu kesatuan, pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan disamping pemenuhan terhadap kebutuhan lain.



Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan sebagian besar hanya membahas tentang spiritualitas pada akhir kehidupan, sedangkan aspek spiritualitas sendiri juga melekat pada praktik dan peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan (kebidanan), dan termasuk di dalamnya adalah proses kelahiran. Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam penelitiannya berjudul “Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam pada Masa Kehamilan dan Persalinan” memaparkan tentang pentingnya keseimbangan fisik, psikis dan spiritual dalam asuhan kebidanan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut budaya ketimuran dalam tatanan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Keberagaman agama dan budaya merupakan entitas yang mendasari pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual ibu hamil dengan mempertemukan kedua komponen tersebut.



Spiritualitas Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait definisi spiritualitas. Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan yang menyatukan semua aspek manusia, termasuk komponen agama, memberikan 2



dorongan kepada seseorang untuk menemukan arti, tujuan, dan pemenuhan dalam kehidupan, serta dan menumbuhkan semangat untuk hidup. Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan kebidanan. Price et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Spiritual Experience of High‐Risk Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek spiritualitas membantu dalam mengatasi stres pada kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam publikasinya menyebutkan bahwa asuhan kebidanan yang diberikan selama kehamilan dengan memperhatikann keseimbangan fisik, psikis dan spiritual pada wanita dengan risiko rendah dapat menurunkan intervensi medis dalam proses persalinan. Dalam publikasi yang sama, Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dengan mengutip dari berbagai sumber menyebutkan efek positif dari pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam asuhan kebidanan, baik saat kehamilan, persalinan, maupun nifas yang dikutip dari berbagai sumber. Dalam kehamilan, asuhan kebidanan yang diberikan secara seimbang, baik aspek fisik, psikis, dan spiritual akan meningkatkan derajat kesehatan, serta menghindarkan kecemasan. Kondisi ini jika dijaga, dapat meningkatkan keyakinan ibu hamil serta menghindarkan ibu dari persoalan psikologis saat menghadapi dan menjalani proses persalinan, disebabkan spiritualitas sendiri merupakan bentuk coping dalam menghadapi persalinan. Dalam masa setelah melahirkan, spiritualitas membantu proses penyembuhan dan mengurangi depresi postpartum.



C. Spiritual Care Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa kehamilan berdampak positif pada hasil persalinan. Pengabaian terhadap aspek spiritual dapat menyebabkan klien akan mengalami tekanan secara spiritual. Dalam melakukan asuhan kebidanan yang holistik, pemenuhan kebutuhan spiritual klien dilakukan dengan pemberian spiritual care. Aspek penghormatan, menghargai martabat dan memberikan asuhan dengan penuh kasih sayang merupakan bagian dari asuhan ini. Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa dalam memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan memperhatikan aspek 3



penghormatan pada klien. Bidan juga berperan memfasilitasi klien dalam melakukan kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi, memberikan perhatian, dukungan, menunjukkan empati, serta membantu klien untuk menemukan makna dan tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan kondisi yang sedang mereka hadapi. Spiritual care dapat membantu klien untuk dapat bersyukur dalam kehidupan mereka, mendapatkan ketenangan dalam diri, dan menemukan strategi dalam menghadapi rasa sakit maupun ketidaknyamanan yang dialami, baik dalam masa kehamilan, maupun persalinan. Selain itu, hal ini juga akan membantu klien dalam memperbaiki konsep diri bahwa kondisi sakit ataupun tidak nyaman yang dialami juga bentuk lain dari cinta yang diberikan oleh Tuhan.



Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif dalam kehidupan seorang wanita. Pemberian asuhan kebidanan dengan tidak mengabaikan aspek spiritual merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase tumbuh kembang anak yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan berkontribusi positif bagi masyarakat merupakan harapan bersama. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam kesehatan ibu dan anak diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan pemahaman holistik terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) "merekonstruksi bangunan keseimbangan kesehatan dengan sinergitas fisik, psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui pendidikan dan pelayanan kebidanan". (Mahasiswa S2 IPK FK - KMK UGM)



D. Latihan Soal / Lembar Kerja Instruksi Belajar : 1. Dalam 10 Kelompok SGD, lakukan study pustaka dan telaah artikel (30 menit) 2. 3-5 kelompok (random) presentasi artikel dgn 5W1H, seluruh mhsswa diskusi E. Lembar Kerja -



4



F. Referensi 1. A guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth, 2019 2. Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013). Community Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative Study. BMC Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60



5



MODUL 4 Program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mampu menganalisis program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan B. Sub Pokok Bahasan Program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan a. Pengertian Tingginya AKI Masih kurangnya deteksi komplikasi. Cakupan kunjungan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal (K4) sesuai standar yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu masih dibawah 100%.. Data kemkes 79% Ibu hamil banyak yg kurang gizi, Terkendala budaya, rendahnya pengetahuan ibu tentang mitos2 (pantangan), Tingginya anemia



kematian ibu, Kurangnya pembiayaan pribadi ,



ekonomi rendah, Cakupan kujungan ibu hamil yang belum 100%, Cakupan persalinan di fas kesehatan masih belum 100%, Keyakinan menentangtang imunisasi, Lingkungan kesehatan masih buruk shg berdampak pd ksehatan ibu hamil



timbul infeksi,



penyakit yang diderita ibu hamil



b. Program Pemerintah Ibu Hamil BLT PKH 2022 (program keluarga harapan)



Kemensos



1. Kelas ibu hamil 2. Triple eliminasi 3. Pemberian PMT 4. Px Lab (HBSAG, HIV, TBC, Sifilis, HB, protein urin, gol darah, 5. Pemberian tablet tambah darah 6. Pemantauan bumil resti 7. Pemantapan P4K 8. Penguatan Buku KIA 6



9. Pemberian buku KIA gratis 10. ANC terpadu 11. E kohort 12. ANC K6 13. Kemitraan bidan dan dukun 14. Jampersal



c. Sumber Acuan Pemerintah •



Undang – undang nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan







Permenkes RI nomor 86 tahun 2019 (Juknis Dana Alokasi Khusus Kesehatan)







Rencana Aksi Program 2020 – 2024 Kemkes RI



d. Program Pemerintah PIS – PK



Visi Presiden 2020-2024: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”



9 Misi Presiden 1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia 2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing 3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan 4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan 5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa 6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya 7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga 8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya 7



9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan



Tiga Pilar Pembangunan landasan pembangunan manusia, yakni 2. layanan dasar dan perlindungan social 3. produktivitas, 4. pembangunan karakter



Melalui tiga pilar ini, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM menjadi sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Pilar layanan dasar dan perlindungan sosial mencakup tata kelola kependudukan, perlindungan sosial, kesehatan, pendidikan, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda. b. 5 Strategi untuk mencapai arah kebijakan : 1. peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi; 2. percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan permasalahan gizi ganda; 3. peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit; 4. pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS); dan 5. penguatan sistem kesehatan



C. Latihan Soal / Lembar Kerja Jelaskan program pemerintah terkait kebidanan keluarga pada masa kehamilan Instruksi Belajar : 1. Dalam 10 Kelompok SGD, lakukan study pustaka dan telaah artikel (30 menit) 2. 3-5 kelompok (random) presentasi artikel dgn 5W1H, seluruh mhsswa diskusi



D. Lembar Kerja -



8



E. Referensi tiap Modul 1. A guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth, 2019 2. Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013). Community Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative Study. BMC Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60 3. Rencana Aksi Program 2019-2024



9



MODUL 5 Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa mampu Menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan B. Sub Pokok Bahasan



MENGHASILKAN PRODUK INOVATIF DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK MENGENALI DAN MENCARI PERTOLONGAN TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN



Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu dan bayi, tetapi lebih mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup tetapi AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Banyumas pada tahun 2016 jumlah kematian ibu sebanyak 22 orang dan jumlah kematian bayi sebanyak 186 jiwa (Dinkes Banyumas, 2016). Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015 - 2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan 10



pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Salah satu penyebab masih tingginya AKI dan AKB di Indonesia adalah tidak terdeteksi secara dini ibu hamil risiko tinggi. Kehamilan risiko adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Dengan demikian, untuk menghadapi kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk dapat menyelamatkan ibu dan bayinya. Penyebab dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah (Manuaba, 2007). Penelitian Whitworth M, et al (2011) menyatakan bahwa usia kehamilan ibu mempunyai pengaruh yang tinggi dalam kelahiran prematur. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Giuseppe E. et al (2015) menyatakan bahwa faktor utama risiko ibu dalam kehamilan (konsumsi alkohol, merokok, merokok pasif dan obesitas) dapat menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Kasus kehamilan risiko banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tenaga kesehatan tidak bisa menemukannya satu persatu, karena itu peran serta masyarakat (keluarga dan kader) sangat dibutuhkan dalam mendeteksi ibu hamil risiko tinggi. Keluarga sebagai orang terdekat bagi ibu hamil memiliki tugas untuk mengenal gangguan masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga serta dapat memberikan informasi kesehatan khususnya tentang kehamilan. Begitu juga sebaliknya kader mempunyai tugas menjaga kesehatan ibu hamil melalui promosi kesehatan dan pencegahan risiko, seperti pemberian suplemen nutrisi, zat besi, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian konseling tentang tanda bahaya kehamilan, dan keluarga berencana. Mendeteksi dan melakukan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus (Muslihatun, 2011). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sun et al (2014) di temukan bahwa ibu hamil yang beruis < 20 tahun dan > 35 memiliki risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi prematur, lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan, meningkatnya persalinan dengan sectio cesarea. Selain itu ibu yang pendidikannya kurang dari 7 tahun memiliki presentase yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir 11



rendah (BBLR), melahirkan bayi dengan apgar skor yang lebih rendah pada menit 1 dan 5 serta dapat meningkatkan kematian neonatal. Salah satu upaya untuk meminimalisir faktor penyebab kehamilan risiko tinggi adalah dengan melakukan upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis keluarga yaitu kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil sedini mungkin. Pengenalan adanya faktor risiko pada ibu hamil dilakukan secara proaktif oleh petugas yang terlatih dimasyarakat misalnya kader. Kegiatan deteksi dini dilakukan melalui kunjungan rumah yang merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu (Ismawati, 2010). Sesuai Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 bab 16 pasal 174 tentang kesehatan, bahwa masyarakat diberikan kesempatan untuk ikut berperan serta baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diantaranya dengan partisipasi anggota masyarakat sebagai kader posyandu. Peran kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah untuk menginformasikan segala permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil serta mempu menjadi penggerak bagi kelompok atau organisasi masyarakat. Salah satu fungsi kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah membantu tenaga kesehatan untuk mengenal dan menemukan ibu hamil yang berisiko dengan melakukan kunjungan rumah. Kader merupakan penggerak langsung dimasyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan melalui kerjasama antara tenaga kesehatan, keluarga, dan tokoh masyarakat.



C. Latihan Soal / Lembar Kerja Buatlah produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi kehamilan. Masing-masing kelompok membuat produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap tanda bahaya/ jika terjadi komplikasi pada masa prakonsepsi, kehamilan : Kel 1 : Pengenalan pra konsepsi (Lembar balik dan produk peraga panggul, uterus, vulva) perkembangan embrio) 12



Kel 2 : Pengenalan masa konsepsi (Buku saku dan peraga perkembangan embrio) Kel 3 : Pengenalan tanda bahaya HEG (Lembar Balik dan Peraga Nutrisi Kehamilan dan mengatasi HEG



D. Lembar Kerja -



E. Referensi 1.



Alio, A.P., Lewis C.A., Scarborough, K., Harris, K and Fiscella K. (2013). Community Perspective On The Role Of Fathers During Pregnancy: A Qualitative Study. BMC Pregnancy and Childbirth. doi : 1471-2393/13/60



2.



Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta



3.



Arifin, Zainal. (2021). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.



4.



Remaja Rosdakarya



Bachri, Bachtiar S. (2020). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya



5.



Cahyo Ismawati S.,(2020). Posyandu dan Desa Siaga, Panduan untuk Bidan dan Kader. Bantul : Nuha Medika.



6.



Cholid, Sofyan.(2019). Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar. Bogor: Staff Akademik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI.



7.



Daphna G. Dollberg Tamir Rozenfeld, and Michael Kupfermincz. (2016). Early Parental



Adaptation, Prenatal Distress, and High-Risk Pregnancy. School of



Behavioral



Sciences, Academic College of Tel Aviv-Yaffo and Lis Maternity



Hospital, Tel Aviv 8.



Sourasky Medical Center. Israel. doi: 10.1093/jpepsy/jsw028



Giuseppe E.,Rossella A.,Francesco N.,GabriellaD. (2015). Women’s Knowledge, Attitudes and Behavior about Maternal Risk Factors in Pregnancy. Department of Experimental



Medicine,



Second



University



of



Naples



;



Italy.



doi:10.1371/journal.pone.0145873 9.



Fithriany, (2015). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, Thesis, 13



MODUL 6 Peran keluarga dalam asuhan persalinan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa mampu konsep kebidanan keluarga pada fase ibu bersalin



B. Sub Pokok Bahasan KONSEP KEBIDANAN KELUARGA PADA FASE IBU BERSALIN Persalinan adalah proses membuka dan menivis nya serviks, dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 mgg ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada bayinya. Proses persalinan alami telah menunjukan bahwa pendekatan alami dan lembut serta sabr terhadap proses persalinan gidak mahal, memiliki resiko yang kecil dan berhasil dengan sangat efektif. 3 hal utama yang terjadi pada persalinan 1. Dilatasi serviks atau pembukaan jalan lahir 2. Rotasi bayi melalui panggul 3. Turunnya bayi melalui panggul Asuhan yang diberikan pada saat persalinan adalah mengacu pada asuhan persalinan normal, dimana bidan hanya memberikan asuhan kepada ibu bersalin normal tanpa komplikasi. Asuhan kebidanan keluarga yang dapat diberikan pada saat persalinan adalah sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran proses persalinan.



Birthing ball Awalnya dikembangkan untuk terapi fisik dan telah digunakan bertahun-tahun oleh terapi dalam berbagai cara mengobati gangguan ulang saraf serta latihan. Pada kehamilan dan proses persalinan disarankan untuk membantu meningkatkan relaksasi 14



Birthing ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola. Kata birth ball dapatdiartikan latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pasca melahirkan. Tujuan birthing ball Mengontrol, mengurangi dan menghilangkan nyeri pada persalinan serta dapat mengurangi lamanya persalinan Manfaat penggunaan birthball 1. Meningkatkan aliran darah ke rahim, plasenta dan bayi 2. Mengurangu tekanan pada tulang belakang 3. Memberikan dukungan yang nyaman bagi lutut dan pergelangan 4. Memberikan pijatan yang lembut pada perineum dan paha dalam Ketika duduk diatas bola maka postur tubuh menjadi tegak dan postur tubuh tegak tersebut akan memanfaatkan gaya gravitasi bumi sehingga akan membantu turunnya kepala bayi ke pinggul. Dapat membuat gerakan yang berbeda dengan beristirahat sambil brsandar kedepan, goyang panggul, bergoyang maju mundur, melakukan lingkaran pinggul dan angka delapan dapat memantul lembut untuk membantu turunnya kepala bayi ke panggul Dapat meningkatkan outlet panggul sebanyak 30 % yang juga mendorong turunnya kepala bayi ke panggul Salah satu manfaat paling penting dari menggunkan bola lahir selama kehamilan adalah posisi bayi berada pada posisi yang tepat sebelum kelhairan



PEMBERIAN EDUKASI KELUARGA TENTANG PROSES PERSALINAN, TANDA BAHAYA DALAM PERSALINAN



Edukasi mengenai asuhan persalinan normal penting diberikan kepada wanita usia subur, ibu hamil, dan pasangan suami istri yang berencana memiliki anak. Edukasi asuhan persalinan normal terutama diberikan kepada ibu primigravida. Penjelasan yang perlu diberikan adalah: ▪



Persalinan normal merupakan proses fisiologis







Tanda–tanda pasti persalinan, seperti kontraksi uterus yang semakin kuat dan sering, pecahnya air ketuban, dan adanya lendir darah dari jalan lahir 15







Pemeriksaan-pemeriksaan yang akan dilakukan selama proses persalinan normal, seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam secara berkala







Komplikasi yang mungkin terjadi kepada ibu dan janin selama proses melahirkan[13,11]



Ibu hamil dan keluarga tidak perlu panik jika menghadapi tanda-tanda pasti persalinan. Sebaiknya pasien langsung datang ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan persiapan proses persalinan normal. Perlu diingatkan agar ibu menjaga kebersihan saat akan melahirkan sehingga dapat mengurangi risiko infeksi. Keluarga dan suami perlu diberitahu juga mengenai pentingnya dukungan emosional selama proses persalinan.[1-3] Asuhan persalinan normal yang dilakukan tenaga medis di fasilitas kesehatan akan selalu mengutamakan keselamatan ibu dan janin. Karena itu, saat edukasi sebaiknya dijelaskan manfaat dari persalinan normal dibandingkan persalinan sectio caesarea, kecuali terdapat kontraindikasi. Beberapa keuntungan persalinan normal di antaranya: ▪



Persalinan normal tidak memiliki komplikasi berat daripada sectio caesarea, seperti nyeri pinggang, komplikasi luka operasi, dan komplikasi yang berhubungan dengan anestesi







Persalinan normal memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan sectio caesarea Persalinan normal akan mempererat hubungan ibu dan bayi, hal ini penting untuk kesehatan mental anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.



C. Latihan Soal / Lembar Kerja 1. Jelaskan konsep kebidanan keluarga pada fase ibu bersalin 2. Bagaimana cara Pemberian edukasi keluarga tentang proses persalinan, tanda bahaya dalam persalinan Lembar Kerja Instruksi Belajar 1. Dosen Menjelaskan tentang Pemberian edukasi keluarga tentang proses persalinan, tanda bahaya dalam persalinan dengan ref Buku KIA (20 menit) 2. Mahasiswa di bagi dalam kelompok dengan breakout room dengan jumlah 10 kelompok dan berlatih (20 menit) 16



3. Mahasiswa di berikan tugas untuk bermain peran tentang pemberian edukasi keluarga tentang proses persalinan, tanda bahaya dalam persalinan menggunakan buku KIA (60 menit) *Buku KIA dan daftar tilik KIE



D. Lembar Kerja E. Referensi tiap Modul 1. World



Health



Organization.



Preterm



birth.



WHO.



Diakses



dari:



https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth 2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born Too Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J, editors. WHO. Geneva: World Health Organization; 2017. 3. Department of Health. Clinical Practice Guidelines: Pregnancy Care. Canberra: Australian Government Department of Health; 2019. 4. World Health Organization. WHO recommendations on interventions to improve preterm birth outcomes. WHO. France: WHO; 2015. 5. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth. NICE Guidelines. United Kingdom; 2015. 6. World Health Organization, UNICEF. Every newborn: An Action Plan To End Preventable Deaths. WHO. Luxembourg: WHO; 2014. 7. Fadlun dkk.(2015). Asuhan kebidanan Patologis. Jakarta ; Salemba Medika 8. Hamideh B, Maureen H, Karen A D and Suzanne T. (2017). Open Access Advanced maternal age and risk perception: A qualitative study. Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, University of Calgary, Alberta.doi.org/ 10.1186/1471-2393-12100 9. Heaney, C.A. & Israel, B.A. (2018). Social Network and Social Support. In: Glanz, K., Rimer , B.K. & Viswanath, K.F. Health behavior and health education: Theory, research and practice. 4th ed. San Francisco: Josseybass. (4th ed., pp. 189-210) 10. Thornton, J. M., Browne, B., & Ramphul, M. (2020). Mechanisms and management of normal



labour.



Obstetrics,



Gynaecology



&



Reproductive



Medicine. 17



doi:10.1016/j.ogrm.2019.12.00 11. Kementerian Kesehatan Indonesia. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2015 12. Milton S.H. Normal Labor and Delivery. Medscape. 2019. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/260036-overview#showall 13. Dresang L.T., Nicole Y. N. Management of Spontaneous Vaginal Delivery. 2015 ;92(3):202-208. Available from: https://www.aafp.org/afp/2015/0801/p202.html 14. Zakerihamidi M., Roudsari R.L., and Khoei E.M. Vaginal Delivery vs. Cesarean Section: A Focused Ethnographic Study of Women’s Perceptions in The North of Iran. International Journal Community Based. 2015 Jan; 3(1): 39–50.



18



MODUL 7 Pelayanan Kesehatan pada ibu bersalin dengan pendekatan non farmakologi serta pelibatan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mahasiswa mampu meberikan B. Sub Pokok Bahasan 1. Teknik Relaksasi dan teknik pernapasan a. Memfokuskan dan relaksasi Umpan balik Saat kontraksi mulai timbul wanita memusatkan perhatian pada objek yang dia sukai untuk mengurangi persepsi mereka terhadap nyeri. Teknik ini ditambah dengan relaksasi umpan balik, membantu wanita bekerjasama dengan kontraksinya. Penolong persalinan memantau proses ini, memberitahu calon ibu waktu yang tepat untuk mulai melakukan teknik pernafasan. Mekanisme umpan balik yang umum dilakukan yaitu mengucapkan kata “Rileks” pada awal suatu kontraksi dan terus mengucapkan kata tersebut sepanjang kontraksi, jika diperlukan. Setelah tingkat relaksasi diperiksa, teknik relaksasi pada periode prenatal dapat ditinjau kembali. b. Teknik Pernapasan Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan ini mengurangi friksi (gesekan) dan rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding abdomen. Karena otot-otot di daerah genetalia juga menjadi lebih rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin. Tahap kedua, pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan abdomen dan, dengan demikian membantu mengeluarkan janin. Keadaan ini juga dipakai untuk merelaksasi otot-otot pudendal untuk mencegah pengeluaran dini kepala janin. Ada berbagai pendekatan teknik pernapasan selama kontraksi berlangsung , perawat perlu memastikan informasi apa saja yang pernah diterima pasangan tersebut sebelum memberi instruksi tambahan. Umumnya pernapasan perut yang perlahan, kira-kira separuh kecepatan normal pernapasan seorang wanita, dimulai 19



ketika ibu tidak dapat berjalan atau berbicara selama kontraksi berlangsung. Karena frekuensi dan intensitas kontraksi



meningkat, wanita perlu mengganti teknik



pernapasannya dengan pernapasan dada, pernapasan yang lebih dangkal dengan kecepatan pernapasan normal. Saat yang paling sulit untuk tetap mempertahankan kontrol selama kontraksi ialah saat dilatasi serviks mencapai 8-10cm. Periode ini juga disebut periode transisi. Jenis teknik pernapasan yang dapat digunakan adalah pola perbandingan 4:1, yaitu napas, napas, napas, napas, hembus (seperti ketika meniup lilin) perbandingan ini dapat meningkat menjadi 6:1 atau 8:1. Pola ini dimulai dengan menarik napas rutin untuk membersihkan dan diakhiri dengan membuang napas dalam untuk “meniup kontraksi”. Efek sampingnya adalah hiperventilasi. Perawat harus menginformasikan kepada calon ibu tentang gejala-gejala alkalosis respiratorik: melayang, pusing, kesemutan pada jari, dan baal di daerah sirkumoral. Alkalosis dapat di atasi dengan meminta wanita untuk menghembuskan napas kedalam kantung plastik sehingga napas yang dikeluarkan dapat di hirup kembali untuk mengganti ion bikarbonat. Saat kepala janin mencapai dasar panggul wanita akan merasakan keinginan untuk mendorong dan mulai memberi tekanan kebawah dengan mengontraksi otot-otot abdomennya. Upaya mendorong pembukaan lengkap tercapai akan menekan serviks diantara kepala janin dan tulang panggul. Wanita ini dapat mengontrol keinginan untuk mendorong dengan menarik napas ketika mengekspresikan rasa terkejut bercampur takut. Itu merupakan cara bernafas yang baik digunakan saat kepala janin muncul perlahan. c. Effleurage dan Tekanan sakrum (pijatan) Yaitu 2 metode memberi rasa lega pada banyak wanita selama tahap pertama persalinan. Teori gate-control dapat memberikan alasan mengapa tindakan ini berhasil.



2. Metode Counter Pressure Teknik Counter Pressure, merupakan bagian dari aplikasi teori gate-control. Cara kerja dari counterpressure adalah melakukan teknik pemijatan dengan menghambat sinyal nyeri, meningkatkan aliran darah dan oksigen keseluruh jaringan tubuh 20



sehingga dapat mungurangi nyeri. Untuk mengurangi nyeri tersebut kita dapat memberikan pijatan pada ibu bersalin setiap ada kontraksi selama dua puluh menit, sehingga akan merangsang pelepasan hormone endorphin sebagai pereda rasa sakit dan membuat ibu bersalin menjadi lebih nyaman. Manfaat lainnya yang dapat dirasakan ibu bersalin adalah membuat ibu merasa lebih segar, rileksm dan nyaman dalam menghadapi persalinan. (Juniartati & Widyawati, 2018). Selain itu teknik ini juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada area punggung selama persalinan (Ma’rifah, 2014). Counter pressure merupakan salah satu teknik yang cukup aman dan efektif dalam mengatasi nyeri persalinan kala 1. Tindakan yang dapat kita lakukan adalah memberikan penekanan pada tulang sacrum dengan menggunakan kepalan salah satu telapak tangan saat adanya kontraksi (Juniartati & Widyawati, 2018). Penekanan di lakukan pada daerah lumbal dimana saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10-11-12 sampai lumbal 1. Dengan begitu impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan ransangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan ransangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menutup rangsangan nyeri (Bobak IM, 2012).



3. Metode Effleurage. Metode effleurage merupakan metode untuk mengurangi rasa nyeri melalui Pijatan/massage.



Metose



ini



mempunyai



prinsip



mengurangi



ketegangan,



meningkatkan rasa nyaman pada ibu bersalin, meningkatkan stamina dan tidak menyebabkan depresi pernafasan pada bayi yang dilahirkan. Mekanisme kerjanya adalah melakukan stimulasi melalui kulit sehingga merangsang serat-serat berdiameter besar untuk menutup gerbang bagi serat-serat yang berdiameter kecil yang mengantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi. Teknik pemijatan yang dapat dilakukan dalam mengurangi nyeri persalinan adalah menggunakan telapak tangan dengan tekanan lembut dari arah bawah menuju ke atas (jantung) dengan arah yang memutar beraturan serta dilakukan secara berulang. Tekanan yang lembut bertujuan untuk membuat relaksasi dan menghangatkan punggung serta abdomen 21



pada ibu bersalin. Penerapan massage ini mampu mengurangi rasa nyeri, tidak menimbulkan dampak pada ibu ataupun bayi, hal ini justru mampu memberikan efek relaksasi sehingga rasa nyeri pada ibu dapat menurun (Erlisa, Prafitri, Zuhana; 2019). Timbulnya nyeri persalinan dimulai saat impuls nyeri yang berasal dari serviks dan korpus uteri, di hantarkan oleh serabut aferen melalui pleksus uteri, pleksus pelviks, pleksus hipogastrik inferior, middle, posterior dan masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal melalui lumbal 1, torakal 12, 11, dan 10. Pijatan effleurage dilakukan secara lembut menyusuri segmen torakal 10 sehingga sacrum mengeluarkan impuls pada saraf yang banyak terdapat di kulit untuk memblok jalur korteks serebral (otak). pelaksanaan massage sebaiknya diberikan pada awal rasa nyeri. Pijatan yang dilakukan secara teratur dan dikombinasikan dengan latihan peranafasan selama kontraksi, akan membuat relaksasi otot dan memberikan perasaan nyaman pada ibu (Erlisa, Prafitri, Zuhana; 2019). 4. Terapi Musik Hasil penelitian dari Astuti, Rahayu, & Mulyani (2016) didapatkan adanya penurunan ratarata intensitas nyeri numerikdari 7,13 menjadi 4,88 dan penurunan rata-rata intensitas perilaku nyeri dari 6,72 menjadi 2,66 setelah dilakukan terapi musik instrumentalia. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatmala & Astuti (2017) yang menjelaskan rata-rata intensitas nyeri persalinan sebelum dilakukan intervensi sebesar 6,63 mengalami penurunan menjadi 5,47setelah diberikan terapi musik klasik. Penelitian Surucu, Ozturk, Vurgec, Alan, & Akbas (2018) juga menyebutkanrata-rata intensitas nyeri pada kelompok intervensi dari 4,32menjadi 4,60 mengalami penurunan dan pada kelompok kontrol 3,72 menjadi 7,40 tidak mengalami penurunan setelah pemberian musik Acemasiran selama 30 menit. Sejalan dengan penelitian Dehcheshmeh & Rafiei (2015) dengan memberikan musik piano selama 30 menit menghasilkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan musik pada pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar 4,43; 6,16; 7,31 dan pada kelompok yang tidak diberikan intervensi pada pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48; 8,16; 8,53. Murotal menjadi salah satu jenis musik yang juga diteliti dapat menurunkan intensitas 67 nyeri. Azis, Nooryanto, & Andarini (2015) dalam penelitiannya melaporkan adanya perbedaan yang bermakna pada nilai p intensitas nyeri dari 0,074 sebelum menjadi 22



0,139 sesudah dan kadar βEndrorphin dari 0,596 sebelum menjadi 0,217 sesudah diberikan murotal Al-Qur’an surat ArRahman selama 25 menit. Yana & Utami (2016) juga menemukan perubahan mean intensitas nyeri pada kelompok eksperimen dari 7,47 menjadi 6,40 (p = 0,000) dan pada kelompok kontrol dari 7,07 menjadi 7,40 (p = 0,055) setelah pemberian terapi murotal Al-Qur’an melalui headset selama 15 menit. Pada saat seseorang mendengarkan musik ketika nyeri, maka otak akan menerima dua persepsi. Impuls musikakan dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak daripada impuls nyeri, sehingga musik dapat memberikan distraksi atau pengalihan atau pengurangan konsentrasi terhadap nyeri (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008). Teori gate control merupakan teori yang mendasari mendengarkan musik dapat menurunkan nyeri. Musik mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat pengatur emosi. Sinyal yang diterima oleh korteks limbik melalui pendengaran kemudian dilanjutkan ke hipokampus dan hipotalamus. Di hipotalamus yang merupakan pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin seperti aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ, sehingga melalui persarafan tersebut musik dapat memberikan ketenangan (Tamsuri, 2007; Pedak, 2009; Ranggakayo, 2012). Ritme musik dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh karena tubuh akan bernafas lebih dalam dan lambat mengikuti irama musik, sehingga berpengaruh pada aliran darah, denyut jantung lebih stabil, dan timbul rasa tenang.Mendengarkan musik dengan pilihan irama yang tepat memberikan efek tenang bagi tubuh, sehingga merangsang endorphine dalam mengurangi nyeri (Bassano, 2009).Terapi musik tidak dapat sepenuhnya menghilangkan nyeri, tetapi dapat menurunkan nyeri dan mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan (Yuliatun, 2008). Murotal sebagai bacaan AL-Qur’an yang dilantunkan dengan tempo lambat, lembut, dan penuh penghayatan mengandung aspek spiritualitas yang dapat membantu seseorang mengingat Tuhan, sehingga menimbulkan rasa keimanan, kecintaan, dan kedekatan seseorang dengan Tuhan. Perasaan tersebut dapat membangkitkan semangat dalam mengembangkan koping yang positif dalam 23



menghadapi nyeri (Qadri, 2003). Koping diperlukan sebagai antisipasi dalam menghadapi kecemasan dan stress akibat nyeri. 5. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Teknik ini adalah metode non invasive yg dapat dilakukan di klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS : manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa nyeri. Mudah, minim efek samping, minim interaksi obat.



no overdosis atau



keracunan, Pasien dapat melakukan TENS secara mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka perlukan. TENS merupakan salah satu teknik elektroanalgesia noninvasif yang telah digunakan secara luas diberbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. TENS melibatkan aliran listrik lemah melalui elektroda yang ditempelkan pada permukaan kulit. Elektroda ditempatkan pada beberapa tempat ditubuh, kemudian arus dialirkan melalui kabel dengan frekuensi dan intensitas yang disesuaikan untuk mendapatkan efek optimal selama dan setelah stimulasi. TEKNIK DAN ALAT TENS TENS menggunakan alat elektrik berukuran kecil yang untuk menghantarkan impuls listrik ke kulit. Satu unit TENS terdiri dari pembangkit sinyal listrik, baterai danelektroda. Parameter stimulasi yang biasa dipakai adalah : Amplitudo : Intensitas rendah, comfortable level dan diatas ambang. Luasnya denyut (durasi) : 10 – 1000 mikro detik. Laju denyut (frekuensi) : 80 – 100 impuls perdetik (Hz), 0,5 – 10 Hz jika intensitas disetel tinggi. Pada saat memakainya pasien diminta untuk mencoba berbagai frekuensi dan intensitas untuk mendapatkan kontrol nyeri yang terbaik bagi individu yang bersangkutan. Posisi elektroda dipasang pada daerah yang sakit (dapat juga pada daerah lain seperti titik akupunktur, trigger point, saraf kulit) untuk mendapatkan perbandingan 24



hasil yang lebih baik. Mekanisme kerja TENS. Stimulasi TENS sebagai penghilang nyeri persalinan dilakukan dengan mengirimkan impuls bifasik, panjang impuls 0,25 m/dtk, frekuensi dan amplitudo disesuaikan. Rentang amplitudo yang digunakan adalah 0-200 volt sedangkan rentang frekuensi 10-150 Hz. Elektroda dibuat dari metal dengan area aktif 30 x 80 mm dan diletakkan pada punggung pasien secara simetris sesuai dengan jaras nyeri pada persalinan kala I (T10-L1) dan pada persalinan kala II (S2-S3). Untuk mendapatkan efek analgesia optimal, amplitudo stimulus ditingkatkan sampai level dimana terjadi fasikulasi otot disekeliling elektroda. Stimulasi intensitas tinggi digunakan selama kontraksi uterus pada puncak nyeri selama 1 menit dan stimulasi dengan intensitas rendah digunakan selama persalinan kala I. Kondisi ibu dan janin harus dimonitor selama proses persalinan. 6. Metode Acupressure Akupresure merupakan salah satu Teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan Teknik penekanan, pemijatan dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresure ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu persalinan. Akupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Akupresur berasal dari pengobatan timur, dimana dikenal dengan adanya aliran energi vital di tubuh. Aliran energi ini sangat mempengaruhi Kesehatan. Ketika aliran ini terhambat atau berkurang maka akan timbul sakit, dan ketika aliran ini bebas atau baik maka tubuh akan kembali sehat. Suplai dan aliran energi vital ini berjalan di saluran listrik tubuh yang tidak kelihatan, yang disebut “meridian”. Baik tidaknya meridian ini sangat tergantung dari diet, pola hidup, lingkungan, postur tubuh, cara bernafas, tingkah laku, Gerakan tubuh, olah raga, sikap mental, kepribadian dan sikap yang positif (Hartati, Walin dan Widayanti, 2015) Salah satu tekhnik untuk melancarkan energi vital adalah menekan titik tertentu dengan menggunakan telunjuk maupun ibu jari untuk menstimulasi aliran energi di meridian. Lokasi titik akupresure yang berguna saat persalinan antara lain : 25



a. Titik Cien Cing Titik ini dapat diketahui dengan dengan cara menarik garis khayal antara C7 menuju prosessus acromion, titik cien cing terletak pada pertengahan garis tersebut. Akupresuris dapat menemukan titik ini pada tubuh sendiri dengan mengangkat tangan diagonal melewati dada dan palpasi sendiri dengan menggunakan jari telunjuk sepanjang garis khayal tersebut. Titik ini berguna pada fase pertama dan kedua persalinan untuk menstimulasi kontraksi uterus. Titik ini merupakan titik terbaik digunakan saat menyusui, membuat rileks otot pundak dan meningkatkan suplay ASI. Teknik akupresur: Lakukan penekanan kebawah pada titik cien cing tersebut menggunakan ibu jari, atau siku. Ketika menggunakan ibu jari, berikan tekanan yang berasal dari lengan bukan tekanan yang berasal dari sendi ibu jari. Pada titik ini sebaiknya dilakukan pada kedua bahunya, namun dapat juga dilakukan sendiri pada satu bahu. Tekanan dapat dilakukan pada setiap permulaan kontraksi atau lakukan penekanan lembut secara terus-menerus untuk mengintensifkan kontraksi. b. Titik BL 32 (Pang Kuang Su) Lokasi titik ini kira-kira sepanjang jari telunjuk wanita diatas lipat bokong selebar ibu jari disisi tulang belakang. Saat persalinan mulai, awali teknik akupresur dengan melakukan penekanan pada titik ini dengan menggerakkan jari menuruni tulang belakang (kira-kira selebar ibu jari) sejalan dengan kemajuan persalinan.



Gambar lokasi titik akupresure BL 32 https://www.healthline.com/health/pregnancy/acupressurepoints-inducing-labor#bladderpoint-32 26



Teknik akupresur: Tempatkan jari pada titik akupresur dan lakukan tekanan yang lembut. Tekanan dapat ditingkatkan dengan melakukan penekanan kearah belakang pada awal kontraksi. Titik ini lebih banyak digunakan karena meningbulkan efek ’anestesi’ pada kontraksi yang kuat, terlihat jelas efek ini saat penekanan dihentikan. Penekanan pada titik ini akan menimbulkan rasa hangat, geli,dan agak sakit. Jika terasa sangat sakit, lakukan penekanan pada sekitar tulang. Titik ini sering digunakan pada wanita dengan posisi menunduk atau berlutut pada lantai, meja, tempat tidur dll. Teknik ini dapat juga efektif digunakan dalam air, namun kurang fleksibel pada sebagian orang. Penekanan kuat pada titik BL32 dapat dilakukan pada wanita bersalin yang selalu ingin mengedan sedangkan serviks belum cukup berdilatasi.



c. Titik SP6 (San Yin Ciao) Titik Spleen Point 6 (SP6) dianggap sebagai salah satu poin yang lebih serbaguna dan umum digunakan., termasuk induksi persalinan. Dikenal sebagai Sanyinjiao - atau persimpangan tiga yin. SP6 terletak di atas pergelangan kaki, di bagian belakang tulang kering (betis bawah), titik ini penting untuk membantu dilatasi serviks dan dapat digunakan ketika serviks tidak efektif berdilatasi selama persalinan. Titik ini terletak empat jari diatas mata kaki dalam.



Gambar lokasi titik SP6



Teknik Akupresur: 1) Lakukan tekanan langsung pada titik ini dengan telunjuk atau ibu jari. 2) Gunakan titik ini pada satu kaki kira-kira satu menit (hitung perlahan sampai 60) 3) Kemudian gunakan titik ini pada kaki yang lain 27



setelah 20-30 menit. 4) Setelah dilakukan penekanan pada titik ini, beberapa wanita akan merasakan serviks meregang dan kontraksi semakin kuat. 5) Teknik ini sebaiknya tidak digunakan saat persalinan berjalan normal, persalinan bukan berapa jam dapat melahirkan, namun bagaimana menikmati proses melahirkan. 6) melakukan penekanan pada BL32 dan SP6 pada kondisi persalinan dengan ketuban telah pecah untuk membantu persalinan.



d. Titik Bokong Titik ini berada pada garis horizontal dari puncak lipatan bokong. Jika melakukan tekanan pada sepanjang garis ini, akan terasa lembut kira-kira dua pertiga antara lipat bokong dan tulang pinggul. Teknik akupresur: Tempatkan tangan pada pinggul pasien dan lakukan dorongan kedalam titik ini dengan menggunakan ibu jari dan bantu ibu untuk bergerak saat kontraksi. Dua samapai 3 hari sebelum tanggal persalinan, BL 32 dan titik pantat dapat digunakan bersamaan dengan masage pada sakral, lakukan penekanan kebawah dan mengelilingi pantat. Tujuannya adalah memberikan energi pada serviks agar persalinan berjalan secara optimal.



e. Titik K1 merupakan titik yang terletak pada 1/3 telapak kaki, ketika telapak kaki dalam keadaan fleksi, yaitu dengan cara menarik jari kaki kedepan kearah telapak kaki



Gambar lokasi titik akupresur K1



Teknik akupresur: Lakukan penekanan yang kuat kedalam dan kedepan kearah jempol kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja saat persalinan dan sangat efektif dilakukan selama fase kedua persalinan. 28



Penekanan pada titik ini juga dapat berguna saat pasien panik (misal mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada persalinan sebelumnya). Titik ini berguna untuk membantu perineum relaksasi selama fase kedua persalinan.



f. Titik Co4 (He Kuk) Titik ini terletak antara tulang metacarpal pertama dan kedua (antara ibu jari dan jari telunjuk) pada bagian distal lipat pada kedua tangan. Akupresur pada titik ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan atau alat tumpul yang tidak tembus kulit seperti tongkat tumpul yang terbuat dari bambu, kayu, plastic dan logam (Hamlin & Robertson, 2017). Letakkan jari-jari di telapak tangan dan ibu jari diluar telapak tangan. Ini menjadi tempat yang baik untuk ditekan agar mambantu meredakan rasa sakit dalam persalinan, gunakan ibu jari untuk menekan titik akupresur. Temukanlah area umumnya dan kemudian gerakkan ibu jari melingkar kecil sampai menemukan tempat yang merasa sakit. Ketika sudah menemukan titik presur ini tekanlah kira-kira selama satu menit (Rejeki & Hartiti, 2017)



Lokasi titik akupresur He Kuk



Teknik akupresur: Berikan penekanan pada titik ini dengan menggunakan ibu jari. Penekanan pada titik ini berguna untuk mengintensifkan kontraksi, saat kontraksi ireguler. Titik Co4 dapat digunakan selama fase kedua persalinan. Hal ini bertujuan agar tubuh berusaha menggerakkan bayi turun melewati jalan lahir. Penekanan pada titik ini sangat berguna terutama pada saat ibu kelelahan dan mengedan tidak efektif. Titik akupresur jika persalinan tidak mengalami kemajuan.



g. Titik P6 29



Titik ini terletak 3 jari diatas pergelangan tangan segaris dengan jari tengah



Gambar Lokasi titik akupresur P6



Teknik akupresur : Titik ini dapat digunakan pada mual ringan sampai muntah. Lakukan penekanan pada titik ini pada satu pergelangan tangan atau kedua pergelangan tangan dan pertahankan selama 5 menit.



7. Kompres Hangat Penelitian Wulandari, Kustriyani, & Chasanah (2017) mengatakan intensitas nyeri ibu bersalin setelah pemberian kompres hangat selama 20 menit mengalami penurunan sebanyak 46,7% menjadi nyeri ringan, sehingga disimpulkan bahwa kompres hangat mampu menurunkan intensitas nyeri persalinan pada kala I fase aktif (p value 0,000). Senada dengan Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) dalam penelitiannya melaporkan adanya penurunan rentang skala nyeri dari 6,2% tak tertahankan dan 93,8% berat menjadi 3,1% tak tertahankan, 56,2% berat, dan 40,6% sedang setelah diberikan kompres hangat. Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, & Ghavi (2016) juga melakukan penelitian menggunakan terapi panas (heat therapy) berupa kompres hangat (450 C) selama 30 menit pada area sakral dan perineum ibu bersalin kala I dan menemukan hasil yang sama, yaitu terapi panas dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I kelompok intervensi. Selain itu, penelitan Henrique, Gabrielloni, Rodney, & Barbieri (2018) mengatakan pemberian warm shower hydrotherapy mampu mempengaruhi 69 intensitas nyeri ibu bersalin dari ratarata 7,55 menjadi 8,38. Efektifitas terapi kompres hangat ini berkaitan dengan mekanisme panas yang dapat merangsang pelepasan hormon endorphin, sehingga timbul respon perasaan nyaman dan penurunan rasa nyeri. Selain itu, kompres hangat mampu menurunkan nyeri karena efek fisiologisnya yangdapatmemvasodilatasi 30



pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, sehingga memperlancar sirkulasi oksigenisasi mencegah terjadinya spasme otot, membuat otot rileks, dan menurunkan rasa nyeri (Potter, dkk, 2010; Berman, 2009). Efek hangat yang ditimbulkanjuga dapat merangsang serat saraf yang akan menutup penyebab nyeri, sehingga impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak akan dihambat (Potter & Perry, 2010). Kompres hangat pada ibu bersalin bekerja untuk mempertahankan komponen pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi, sehingga sirkulasi darah ke otot panggul mengalami homeostasis, maka nyeri akan berkurang dan ibu merasa nyaman (Manurung, 2011). Warm shower hydrotherapy pada ibu bersalin mampu mempengaruhi intensitas nyeri karena sifatnya yang panas sehingga mampu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran pembuluh darah terutama ke area nyeri (Smeltzer & Bare, 2013). Selain itu, efeknya dapat meredakan iskemik dengan cara menurunkan kontraksi uterus pada ibu bersalin serta melancarkan pembuluh darah maka ibu hamil merasakan rileks dan meredakan vasokongestipelvis (Bobak,et al, 2012).



8. Terapi Massage Penelitian yang dilakukan oleh Fatmala & Astuti (2017) mendapatkan hasil rata-rata intensitas nyeri persalinan dengan diberikan pijat punggung mengalami penurunan dari 6,13sebelum dilakukan intervensi dan 4,56sesudah diberikan intervensi. Selain pijat punggung, Dehcheshmeh & Rafiei(2015) menggunakan Hokupointice massage selama 20 menit juga dapatmenurunkan nyeri denganhasil rerata skala nyeri pada kelompok perlakuansaat pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar 4,70; 6,23; 7,25 dan pada kelompok kontrol saat pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48; 8,16; 8,53. Hasil serupa ditemukan oleh Halimatussakdiah (2017) dalam penelitiannya yang menemukan adanya perubahan rerata skala nyeri dan tekanan darah menggunakan Efflurage Massage (BEM) dari skala nyeri 9,26 menjadi 0,69, tekanan sistole 131,33 menjadi 124,33, dan tekanan diastole 84,30 menjadi 82,66. Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) juga menemukann adanya perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan counter pressure dengan delta mean skala nyeri sebesar 1,83. Pijat merangsang tubuh untuk melepaskan endorfin, yang merupakan bahan penghilang rasa sakit alami dan merangsang produksi hormon oksitosin, 31



menurunkan hormon stres, dan rangsangan neurologis (Chauhan, Rani, & Bansal, 2016). Terapi pijat mempengaruhi permukaan kulit, jaringan lunak, otot, tendon, ligamen, dan fasia secara manual. Pelepasan endorphin, mengendalikan nerve gate dan menstimulasi saraf simpatis, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang, pengurangan intensitas nyeri, dan relaksasi otot (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008). 9. Aromaterapi Penelitian Yazdkhasti & Pirak (2016) menyebutkan bahwa pemberian aromaterapi 68 lavender selama 30 menit rata-rata intensitas nyeri persalinan pada pembukaan 5-6 cm mengalami penurunan dari 8 menjadi 6, pada pembukaan 7-8 cm menetap dari 8 menjadi8, dan pada pembukaan 9-10cm mengalami penurunan dari 9 menjadi 7. Didukung dengan penelitian Hamdamian, Nazarpour, Simbar, Hajian, Mojab, & Talebi (2018) menghasilkan rata-rata intensitas nyeri setelah diakukan pemberian aromaterapi Rosa damascena mengalami penurunan dengan rata-rata 3,25 pada responden dengan pembukaan 4-5 cm, 5,11 pada pembukaan 6-7, dan 6,69 pada pembukaan 8-10 cm dibandingkan dengan yang diberikan normal saline dengan ratarata intensitas nyeri pada pembukaan 4-5 cm sebesar 6,36, pada pembukaan 6-7 cm sebesar 8,42, dan pada pembukaan 8-10cm sebesar 9,78. Molekul-molekul aromaterapi yang telah dihirup dapat diserap dengan cepat melalui sistem pernapasan yang kemudian masuk ke aliran darah. Aroma yang keluar tersebut merangsang sistim limbik untuk melepaskan neurokimia otak, sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan menimbulkan efek tenang. Aromaterapi lavender memberikan efek tenang, bersifat antiseptik serta analgetik karena kandungan lavender yang utama adalah linalool dan linalyl acetate. Kandungan linalool dan linalyl acetate inilah yang merangsang parasimpatik dan memiliki efek narkotik dan linalool bertindak sebagai obat penenang (Koulivand, Khaleghi, dan Gorji, 2013). Oleh karena efek tersebut, penggunaan dosis dibatasi dan dipantau kestabilan hemodinamika setelah pemberian aromaterapi lavender. Selain menggunakan lavender, aromaterapi menggunakan Rosa damascena juga dapat menurunkan nyeri karena adanya kandungan 2-feniletil alkohol yang dapat menghambat impuls nyeri dan menghalangi reseptor nyeri sehingga dapat menurunkan nyeri persalinan (Boskabady, Shafei, Saberi & Amini, 2011). 32



C. Latihan Soal / Lembar Kerja Bagaimana cara anda mengedukasi keluarga tentang cara mengatasi ketidaknyamanan pada ibu bersalin secara nonfarmakologis. Tugas III Mahasiswa dalam 10 kelompok membuat Video Edukasi Keluarga tentang : Kel 1 : a. Teknik relaksasi dan pernafasan Kel 2 : b. Effleurage or counterpressure Kel 3 : c. Music dan k. aromaterapi Kel 4 : d. Terapi air dan g. rangsang panas dan dingin Kel 5 : h. Sentuhan dan pijatan Kel 6 : i. Hypnosis Kel 7 : m. Rebozo Kel 8 : n. Intranatal Dancing Video dikumpul melalui e learning



D. Lembar Kerja E. Referensi 1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62 2. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2015;1-3 3. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency Currents, 2003;259-82 4. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for



Adjuvant



Pain-Relief



During



Labor



and



Delivery.



International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5 5. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF, et all. Obstetrics Anesthetics. William Obstetrics. 22th ed, Appleton & Lange a Simon and Schuster Company, New York, 2005;477-9 33



MODUL 8 Produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan



A. Capaian Pembelajaran Khusus Mampu Menghasilkan produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan.)



B. Sub Pokok Bahasan MENGHASILKAN PRODUK DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK MENGENALI DAN MENCARI PERTOLONGAN TERHADAP KOMPLIKASI PERSALINAN



1. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN •



To give ability or enable, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kehidupan masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.







To give authority, yakni meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri







Memampukan dan memandirikan masyarakat



2. TUJUAN PEMBERDAYAAN •



Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang . Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangun daya kreasi masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta upaya untuk pengembangkannya.







Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan input (berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana maupun sosial serta pengembangan lembaga pendanaan). 34



Untuk itu perlu programprogram khusus untuk masyarakat yang kurang berdaya. 3. Melindungi, agar yang lemah tidak menjadi bertambah lemah, karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, akieksploitasi oleh kelompok



3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA •



Dapat mengatasi masalah dan sesuai kebutuhannya







Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi







Harus terarah dalam arti ditujukan langsung kepada yang memerlukan (sasarannya jelas)







Perlu adanya pendampingan



4. LANGKAH-LANGKAH



MELAKSANAKAN



PROGRAM



PEMBERDAYAAN



KELUARGA DI MASYARAKAT •



Seleksi lokasi Seleksi lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati pihakpihak terkait dan masyarakat.







Penyusunan program pemberdayaan keluarga Supaya dapat menyusun program pemberdayaan dengan baik maka tahapan yang harus dilakukan adalah : a. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta peluang, dengan cara : 1. Survei, atau pengamatan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. 2. Diskusi dengan tokoh masyarakat 3. Diskusi dengan pemerintah lokal 4. Diskusi dengan petugas lapangan (PPL, PL-KB, kader, bidan, dll) (Laporkan hasilnya). b. Menyusun rencana program dan kegiatan Penyusunan berdasarkan hasil survei, pengamatan dan diskusi. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana program dan kegiatan adalah : 1. Memprioritaskan masalah dengan baik 2. Identifikasi alternatif pemecahan masalah 3. Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah (SDM, dana, fasilitas) 4. Tetapkan sasaran program (Kader, ibu balita, petugas, dll) 5. Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian 35



pelaksanaannya (Waktu, penanggungjawab kegiatan, dll) (Laporkan hasilnya) •



Sosialisasi Pemberdayaan keluarga Sosialisasi membantu untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menetukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat dalam program.







Menerapkan rencana kegiatan Rencana yang telah disusun bersama selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit. Perlu diperhatikan : a. Metode yang digunakan : Penyuluhan, konseling, demonstrasi b. Teknik yang digunakan : Massal, kelompok, individu 5. Monitoring dan Evaluasi Monev dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hasil (output) dan dampak (outcome) yang diharapkan.



5. CONTOH



APLIKASI



PROGRAM



PEMBERDAYAAN



KELUARGA



DI



MASYARAKAT 1. Penerapan nilai-nilai karakter pada keluarga anak balita 2. Pendidikan anak usia dini 3. Sanitasi dan Kesehatan Keluarga 4. Usaha Ekonomi Produktif bagi kaum Perempuan 5. Pendampingan /pembinaan kelompok lanjut usia



C. Latihan Soal / Lembar Kerja Buatlah produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap komplikasi persalinan. Tugas II : Bimbingan kelompok (Pembelajaran selanjutnya dapat dilakukan dengan bimbingan dalam menghasilkan produk inovatif) 1. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok 2. Masing-masing kelompok membuat produk inovatif dalam rangka pemberdayaan keluarga untuk mengenali dan mencari pertolongan terhadap tanda bahaya/ jika terjadi komplikasi pada masa persalinan : Kel 4 : Pengenalan komplikasi kala I (lembar balik dan peraga serviks dilatation) Kel 5 : Pengenalan Komplikasi Kala II Buku saku dan peraga proses persalinan) 36



Kel 6 : Pengenalan Komplikasi Laserasi Jalan Lahir (Lembar balik dan peraga laserasi jalan lahir) Tugas dan administrasi HKI dikirim ke kampus



D. Lembar Kerja -



E. Referensi 1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62 2. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2015;1-3 3. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency Currents, 2003;259-82 4. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for



Adjuvant



Pain-Relief



During



Labor



and



Delivery.



International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5



37