Modul Time and Motion Study [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM TEKNIK INDUSTRI 2 TAHUN AKADEMIK 2018



MODUL 3 TIME AND MOTION STUDY



KERJASAMA LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM TEKNIK INDUSTRI DENGAN LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PRODI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2018



PENDAHULUAN A. Pengantar Permasalahan dalam lini produksi PT. TI PRUTTT bervariasi, salah satu penyebab problem dalam proses produksi adalah waktu pelaksanaan pekerjaan. Waktu produksi menjadi sangat utama, karena jika waktu yang diperlukan semakin lama maka produktifitas juga akan menurun serta akan mengakibatkan pembengkakan biaya. Proses produksi yang kurang optimal dapat disebabkan oleh waktu pengerjaan yang tidak optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan metode kerja untuk menghasilkan waktu yang optimal sehingga akan meningkatkan produktifitas. Salah satu cara untuk memperbaiki metode kerja adalah dengan melakukan pengukuran waktu kerja dan identifikasi gerakan- gerakan kerja. Pengukuran waktu kerja merupakan metode untuk menetapkan kesimbangan antara kegiatan pengerjaan dengan output yang dihasilkan (Sutalaksana, 2006).



B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum Modul 3 Time and Motion Study yaitu: 1. Praktikan mampu melakukan pengukuran waktu langsung menggunakan stopwatch. 2. Praktikan mampu menghitung waktu baku dan output standar. 3. Praktikan mampu mengidentifikasi dan menganalisa elemen kerja yang efektif dan tidak efektif menggunakan peta kerja berdasarkan rekaman video dengan metode micromotion study. 4. Praktikan mampu melakukan perbaikan elemen-elemen kerja yang tidak efektif menggunakan peta kerja.



C. Landasan Teori 1. Time Study Time study merupakan suatu usaha untuk menentukan lama waktu kerja yang dibutuhkkan oleh operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Time study dilakukan untuk melakukan perbaikan dari suatu sistem kerja. Penentuan waktu baku diperlukan untuk keperluan tersebut, waktu baku yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah mempertimbangkan faktor- faktor diluar elemen pekerjaan yang dilakukan (Barnes, 1942).



2.



Stopwatch sebagai Alat Time Study Peralatan yang dibutuhkan untuk time study terdiri dari alat pengukur waktu



dan papan pengamatan. Alat yang digunakan biasanya adalah stopwatch atau pengukur waktu elektronik, kamera, dan alat elektronik serta komputer. Time study menggunakan stopwatch adalah teknik yang paling sering digunakan di area manufaktur (Meyers, 1999). Menurut Barnes (1982), tiga metode pembacaan stopwatch yang paling sering digunakan antara lain continuous timing, repetitive timing, dan accumulative timing. Dua metode pertama lebih sering digunakan dibandingkan metode yang terakhir. a.



Continuous Timing Pada metode continuous timing, pengamat memulai penghitungan waktu pada



awal elemen pertama dan melakukannya secara terus menerus selama pengerjaan seluruh elemen kerja. Pengamat mencatat hasil pengukuran waktu pada akhir masing-masing elemen kerja dan mencatatnya lembar pengamatan. b. Repetitive Timing Penghitungan metode repetitive timing selalu dimulai kembali dari nol pada saat akhir dari masing-maisng elemen kerja tangan bergerak mengukur kembali waktu masing-maisng elemen kerja. Pada akhir elemen kerja pengamat membaca waktu yang terhitung, mengembalikan waktu pengukuran ke nol lalu mencatat hasil pegukuran. Dengan cara serupa, pengamat melakukannya berulang kali pada masing-masing elemen kerja. Metode ini memberikan pengukuran waktu tanpa substraksi dan data yang dicantumkan pada lembar pengamatan adalah seusai dengan yang tercantum pada stopwatch. Keuntungan dari metode ini jika dibandingkan dengan continuous timing adalah waktu masing-masing elemen yang tercantum pada lembar



pengamatan dan pengamat time study dapat melihat variasi yang terjadi dalam nilai waktu yang diperoleh ketika pengamatan dilakukan. c.



Accumulative Timing Metode akumulasi pada perhitungan waktu



ini dilakukan dengan



menggunakan dua atau lebih stopwatch yang bekerja secara bergantian. Stopwatch dipasang berdekatan di papan observasi dan dihubungkan dengan mekanisme yang sedemikian rupa sehingga ketika stopwatch pertama memulai maka stopwatch kedua secara otomatis berhenti, dan ketika stopwatch kedua dimulai, stopwatch pertama dihentikan. Penunjuk stopwatch dapat dikembalikan ke nol segera setelah dibaca, sehingga tidak perlu melakukan pengurangan seperti pada metode continuous timing. Stopwatch dibaca dengan lebih mudah dan akurat karena tangan yang tidak bergerak pada saat stopwatch dibaca. Langkah pertama pada time studymenggunakan stopwatch adalah memilih pekerjaan apa yang akan kita analisa. Ketika pengamat sudah menentukan pekerjaan, pengamat dapat menganalisa berbagai orang yang melakukan pekerjaan yang sama. Terdapat beberapa kriteria pekerja yang sebaiknya dijadikan sebagai objek pengamatan yaitu: 1) Orang yang tercepat dalam melakukan pekerjaan 2) Pekerja dengan kelakuan yang negatif yang dapat mempengaruhi performansi mereka ketika sedang diamati. 3) Orang yang paling lambat dalam melakukan pekerjaan Objek pengamatan harus memiliki waktu pengerjaan yang tepat dan telah terlatih dengan baik (Meyers, 1999). Setelah mengidentifikasi pekerjaan, langkah selanjutnya adalah membagi pekerjaan tersebut menjadi beberapa elemen. Elemen kerja haruslah se-deskriptif mungkin. Elemen kerja juga harus berurutan agar dapat diamati secara praktis. Alasan pengamat perlu memecah pekerjaan menjadi elemen pekerjaan adalah sebagai berikut (Meyers, 1999): 1) Dapat membuat pekerjaan lebih mudah dideskripsikan. 2) Bagian yang berbeda tentunya memiliki tempo yang berbeda. 3) Data standar dapat menjadi lebih akurat hasilnya dan dapat diterima secara lebih mudah jika menggunakan elemen yang lebih kecil. 4) Pekerjaan menjadi beberapa elemen dapat mempermudah perpindahan bagian dari operator satu ke operator lainnya.



3.



Faktor Penyesuaian (Performance Rating) Faktor penyelesaian dapat dikatakan sebagai langkah yang paling penting di



dalam pengukuran kerja. Ini juga merupakan langkah yang paling subjektif karena penentuan berdasarkan pengalaman, pelatihan, dan penilaian dari pengamat. Salah satu metode yang dikembangkan oleh Westinghouse Electric Corporation. Sistem rating Westinghouse menguraikan enam kelas yang merepresentasikan kemahiran yang ada dalam evaluasi (Niebel, 1999): Pw = skill + effort + condition + consistency PR = 1 + Pw Tabel 1. Tabel Westinghouse



a.



Skill Skill merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pekerja dalam mengikuti cara



kerja yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Keterampilan juga dapat mengalami penurunan yang disebabkan berbagai hal diantaranya apabila pekerja terlampau lama tidak menangani suatu pekerjaan atau karena kondisi kesehatan yang sedang terganggu, rasa lelah yang berlebihan, pengaruh lingkungan kerja, dan faktor-faktor lainnya. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan berbagai macam keterampilan dan kriterianya: Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas sebagai berikut:



1.) SUPER SKILL 



Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.







Bekerja secara sempurna.







Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.







Gerakan-gerakan halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.



 Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. 



Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.







Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).







Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.



2) EXCELLENT SKILL 



Percaya pada diri sendiri.







Tampak cocok dengan pekerjaannya.







Terlihat telah terlatih baik.







Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan.







Gerakan-gerakan



kerja



beserta



urutan-urutannya



kesalahan. 



Menggunakan peralatan dengan baik.







Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.







Bekerjanya cepat tetapi halus.







Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.



dijalankan



tanpa



3) GOOD SKILL 



Kualitas hasil baik.







Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan yang umumnya.







Dapat



memberikan



petunjuk-petunjuk



pada



pekerja



lain



yang



keterampilannya lebih rendah. 



Tampak jelas sebagai kerja yang cakap.







Tidak memerlukan banyak pengawasan.







Tiada keragu-raguan.







Bekerjanya stabil.







Gerakannya terkoordinasi dengan baik.







Gerakan-gerakannya cepat



4) AVERAGE SKILL : 



Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.







Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.







Terlihatnya ada pekerjaan-pekerjaan yang perencana.







Tampak sebagai pekerja yang cakap.



 Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak adanya keragu-raguan. 



Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.







Tampak



cukup



terlatih



dan



karenanya



mengetahui



seluk



beluk



pekerjaanya. 



Bekerjanya cukup teliti.







Secara keseluruhan cukup memuaskan.



5) FAIR SKILL 



Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.







Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.



 Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. 



Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.







Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan pekerjaan itu sejak lama.







Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak yakin.







Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.







Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.







Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.



6) POOR SKILL 



Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.







Gerakan-gerakannya kaku.







Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan-urutan gerakan.







Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.







Tidak terlihat adanya kebocoran dengan pekerjaanya.







Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.







Sering melakukan kesalahan-kesalahan.







Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.



b. Usaha (Effort) Merupakan kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut merupakan enam kelas usaha dengan ciricirinya: 1) EXCESSIVE EFFORT : 



Kecepatan sangat berlebihan.



 Usahanya sangat



bersungguh-sungguh tetapi



dapat membahayakan



kesehatannya.  Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. 2) EXCELLENT EFFORT : 



Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.







Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.







Penuh perhatian pada pekerjaannya.







Banyak memberi saran-saran.







Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.







Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu







Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.







Bangga atas kelebihannya.







Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.







Bekerja sistematis.



 Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen ke elemen lainnya tidak terlihat.



3) GOOD EFFORT : 



Bekerja berirama.







Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.







Penuh perhatian pada pekerjaan.







Senang apad pekerjaannya.







Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari







Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.







Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.







Dapat memberikan saran-saran untuk perbaikan kerja.







Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.







Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.







Memelihara dengan baik kondisi peralatan.



4) AVERAGE EFFORT : 



Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.







Bekerja dengan stabil.







Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.







Set up dilakukan dengan baik.







Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.



5) FAIR EFFORT : 



Saran-saran yang baik diterima dengan kesal.







Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.







Kurang sungguh-sungguh.







Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.







Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.







Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.







Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.







Terlampau hati-hati.







Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.







Gerakan-gerakan tidak terencana.



6) POOR EFFORT : 



Banyak membuang-buang waktu.







Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.







Tidak mau menerima saran-saran.







Tampak malas dan lambat bekerja.







Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan.



4.







Tempat kerjanya tidak diatur rapi.







Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.







Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.







Set up kerjanya terlihat tidak baik.



Allowance Allowance diberikan untuk tiga penggolongan yaitu untuk kebutuhan pribadi,



untuk menghilangkan kelelahan, serta untuk hal-hal yang tidak dapat dihindari. Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal nyata yang perlu oleh pekerja yang selama pengukuran tidak dapat diamati, diukur, direkam, atau dihitung. Untuk menentukan allowance dapat dihitung seperti berikut: A = tenaga yang dikeluarkan + sikap kerja + gerakan kerja + kelelahan mata + keadaan temperatur tempat kerja + keadaan atmosfer + keadaan lingkungan yang baik + hambatan tak terhindarkan Keterangan: A : Allowance Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan yaitu kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan. Pemberian faktor kelonggaran dan penyesuaian secara bersama-sama selayaknya dapat dirasakan adil, baik dari sisi operator maupun manajemen (Sutalaksana, 1979).



Gambar 1 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor yang berpengaruh (Sumber: Sutalaksana, 1979)



5.



Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang berada diantara mulainya suatu pekerjaan



sampai selesainya pekerjaan tersebut. Waktu siklus merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stopwatch. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya akan sedikit berbeda dari siklus ke siklus sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform (Sritomo, 2003).



6.



Waktu Normal Waktu normal adalah waktu yang diperlukan pekerja untuk menyelesaikan



suatu aktivitas di bawah kondisi kerja yang normal. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal (Sritomo, 2003): Wn = CT x PR Keterangan: Wn



= Waktu normal



CT



= Cycle time



PR



= Performance Rating



Waktu normal diperoleh setelah penyesuaian terhadap waktu siklus. PR pada rumus waktu normal merupakan faktor penyesuaian untuk mendapatkan nilai PR maka digunakan metode Westinghouse dimana metode ini mengarah pada penilaian empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja yaitu: 1) Keterampilan pekerja Untuk keterampilan didefinisikan sebagai kecakapan dalam mengerjakan metode yang diberikan dan lebih lanjut berhubungan dengan pengalaman yang ditunjukkan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan. 2) Usaha pekerja Usaha (effort) didefinisikan sebagai suatu hal yang menunjukkan kemampuan bekerja yang efektif dari seseorang untuk usaha atau effort. 3) Kondisi kerja Kondisi (condition) didefinisikan sebagai suatu prosedur performance rating yang berakibat pada operator dan bukan kepada operasi. Kondisi ini meliputi kondisi fisik lingkungan kerja seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan. 4) Konsistensi kerja Untuk faktor konsistensi kerja ini perlu diperhatikan karena pada kondisi nyata setiap pengukuran tidak pernah mencatat semua angka yang sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus



yang lainnya.



Konsistensi dikategorikan



penyelesaian adalah tetap pada setiap saat pengamatan.



perfect apabila waktu



7.



Waktu Standar & Output Standart Waktu standar dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja



yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup faktor kelonggaran waktu (Allowance Time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan (Sritomo, 2003):



Keterangan:



8.



Ws



: Waktu standar



Wn



: Waktu normal



OS



: Output standart



Motion study Analisis terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja saat melakukan



pekerjaannya merupakanpengertian dari motion study. Tujuan dari motion study untuk mengurangi bahkan menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif sehingga mampu menghemat waktu, tenaga kerja, dan juga biaya (Sutalaksana,dkk, 2006). Motion study dilakukan biasanya pada jenis pekerjaan manual, yaitu jenis pekerjaan yang sebagian besar dikerjakan dengan menggunakan gerakan tangan. Frank B. Gilbreth dengan istrinya, Lillian mengembangkan gerakan-gerakan dasar. Therblig atau 17 gerakan-gerakan dasar yang telah dikembangkan yaitu:



Tabel 2 Gerakan-gerakan dasar Therblig



Motion study dapat dilakukan dengan cara: a.



Micromotion study Micromotion study adalah teknik yang dianggap paling teliti guna menganalisis gerakan kerja manual secara mendetail (micro). Aktivitas micromotion study dilakukan untuk merekam setiap gerakan kerja yang ada secara detail dan memberi kemungkinan analisa setiap gerakan kerja yang ada secara lebih baik dibandingkan dengan gerakan visual. Langkah-langkah yang dilakukan dalam micromotion study adalah:







Merekam



gerakan-gerakan



kerja



dari



suatu



siklus



kerja



dengan



menaruh jam besar (micro-chronometer) di belakang operator yang diamati. 



Gambar film akan menjadi rekaman permanen yang bisa dianalisis setiap saat dan berulang-ulang sesuai yang dikehendaki;







Menyimpulkandari



analisa



film dan menggambarkannya Motion



Chart)



gerakan dalam



yang



diamati



peta



SIMO



dari



rekaman



(Simultaneous-



yang menunjukkan gerakan-gerakan tangan kiri dan



tangan kanan. b.



Memomotion Study Memomotion study dikembangkan pertama kali oleh Marvin Mundel, pada prinsipnya tidak berbeda dengan micromotion study hanya saja disini kecepatan film yang digunakan



adalah sekitar 60-100 fpm. Keunggulan



utama memomotion study ini adalah dari segi biaya yang lebih murah dan proses analisis yang lebih cepat dan dapat memberikan hasil yang lebih detail.



9. Peta Kerja Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus bisa mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja (Sutalaksana,2006). Manfaat dari peta kerja adalah dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja yang kemudian menggambarkan semua langkah yang dialami dalam proses produksi, seperti tansportasi,



operasi



mesin,



pemeriksaan dan perakitan, sampai menjadi produk jadi, baik berupa produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.



Gambar 2 Macam-macam peta kerja berdasarkan ruang lingkup analisanya yang umum digunakan



10. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien (Sutalaksana, 2006). Adapun kegunaan dari peta tangan kiri dan tangan kanan adalah sebagai berikut: a. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan. b. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga dapat mempersingkat waktu kerja. c. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja. d. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal.



11. Uji Kenormalan Data Menurut Sinaga (2015), dalam melakukan uji kenormalan data dapat menggunakan uji Kolmogrov Smirnov yaitu melakukan dasar teoritis dari alternatif kesesuaian. Adapun langkah-langkah dalam pengujian Kolmogrov Smirnov adalah: a. Hasil pengamatan disusun dari nilai terkecil sampai nilai terbesar. b. Nilai pengamatan tersebut yang disusun membentuk distribusi frekuensi komulatif relative, dan dinotasikan dengan Fa (X). c. Hitung nilai Z dengan rumus :



Dimana: Xi = Data ke-i X- = Nilai rata- rata SD = Standar deviasi d. Hitung distribusi frekuensi komulatif teoritis (berdasarkan kurvanormal) dan dinotasikan dengan Fe (X). e. Ambil selisih antara Fa(X) dengan Fe(X). f. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. D = Max|Fa(X) – Fe(X)|. Kriteria pengambilan keputusan adalah Ho diterima apabila DDα. Uji hipotesis yang digunakan adalah Ho : data tidak berdistribusi normal, H1 : data berdistribusi normal.



12.



Uji Keseragaman Data Menurut Sinaga (2015), untuk mengetahui data yang akan digunakan seragam



atau tidak maka dilakukan uji keseragaman data. Cara melakukan uji keseragaman data yaitu: a. Menghitung rata-rata:



Dimana: ̅ = rata-rata Xi = data ke-i N = jumlah data b. Menghitung standar deviasi, BKA dan BKB yang sebenarnya dari data:



BKA = ̅ + (2 x SD) BKB = ̅ - (2 x SD) 13. Uji Kecukupan Data Menurut Sinaga (2015), uji kecukupan data memiliki tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan tingkat kepercayaan dan juga tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi atau tidak. Langkah pertama yang terlebih dahulu harus ditetapkan



adalah tingkat



kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran rancangan sehingga dapat ditetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N1). Berikut merupakan perhitungan dari uji kecukupan data



Dimana:



N = Jumlah data yang didapat. ƩX = Data yang didapat dari pengamatan. = Jumlah pengamatan yang diperlukan. k = Harga indeks confidence (tingkat kepercayaan) s = Tingkat ketelitian



D. Flowchart Pengolahan Data Berikut merupakan alur pengolahan data time and motion study mulai data waktu dan rekaman sampai kesimpulan dan saran setelah pengolahan data.



Gambar 3 Flowchart pengolahan data



E. Alat dan Bahan Praktikum Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu: 1. Stopwatch 2. Checksheet 3. Kamera 4. Alat tulis F. Prosedur Praktikum Prosedur pelaksanaan praktikum modul Time and Motion Study adalah: a. Mengamati proses pembuatan speaker aktif, mencatat waktu setiap elemen kerja dengan merekam proses pembuatan speaker aktif b. Mengambil data minimal sebanyak 30 data, yaitu data waktu unloading dan loading, data waktu pemesinan dan data waktu inspeksi. c. Melakukan uji kenormalan data waktu pemesinan dan tanpa permesinan. d. Jika normal lanjutkan ke proses selanjutnya dan bila tidak harus mengambil data. e. Melakukan uji keseragaman data, jika ada yang tidak seragam maka data dibuang. f. Melakukan uji kecukupan data, bila tidak cukup maka harus mengambil data sampai cukup. g. Hitung waktu siklus dan penentuan faktor penyesuaian beserta alasan pemilihan penyesuaian. h. Hitung waktu normal dan penentuan kelonggaran beserta alasan pemilihan kelonggaran. i. Hitung waktu baku dan output standar. j. Mengidentifikasi elemen operasi setiap kerja dan waktu siklus dalam video pembuatan speaker aktif. k. Membuat Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (PTKTK). l. Menganalisa PTKTK dan membuat PTKTK usulan perbaikan.



G. REFERENSI



Barnes, R.M. 1942. Motion and Time Study Applications, J. Wiley. Barnes, R.M.1958. Motion and Time Study, Wiley. Barnes, R.M. 1982. Motion and Time Study, Design and Measurement of Work. John Wiley & Sons, Inc : New York. Meyers, F.E. 1999. Motion and Time Study, Prentice-Hall. Niebel, B.W. and Freivalds, A.1999. Methods, Standard and Work Design 9th ed. Mc- Graw Hill: New York. Sinaga, T. 2015. Studi Antropometri Pada Traktor Massey Fergusson 400 Extra. Keteknikan Pertanian, 285. Sritomo, W. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya. Sutalaksana, Iftikar Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H., 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB, Bandung. Sutalaksana, Iftikar Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H., 2006. Perancangan Sistem Kerja. Edisi Kedua. ITB, Bandung. Wignjosoebroto, S., 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit PT. Guna Widya. Wignjosoebroto, S., 1992. Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Guna Widya.



FORMAT PENULISAN LAPORAN



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.2 Flowchart Praktikum 3.3 Prosedur Praktikum BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pengambilan Data (Min. 30 data) 4.1.1 Data Waktu 4.1.1.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.1.1.2 Data Waktu Permesinan 4.2 Pengujian Data 4.2.1 Uji Kenormalan Data (Output SPSS dan Tabel Rekapan) 4.2.1.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.2.1.2 Data dengan Permesinan 4.2.2 Uji Keseragaman Data (Output SPSS dan Tabel Rekapan) 4.2.2.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.2.2.2 Data dengan Permesinan 4.2.3 Uji Kecukupan Data (Output SPSS dan Tabel Rekapan) 4.2.3.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.2.3.2 Data dengan Permesinan 4.3 Waktu Siklus (Perhitungan dan Tabel Rekapan) 4.3.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.3.2 Data dengan Permesinan 4.4 Penentuan Faktor Penyesuaian (Disertai Alasan Pemilihan Penyesuaian) 4.4.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.4.2 Data dengan Permesinan 4.5 Waktu Normal (Perhitungan dan Tabel Rekapan) 4.5.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.5.2 Data dengan Permesinan



4.6 Penentuan Kelonggaran (Disertai Alasan Pemilihan Kelonggaran) 4.6.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.6.2 Data dengan Permesinan 4.7 Waktu Standar (Perhitungan dan Tabel Rekapan) 4.7.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.7.2 Data dengan Permesinan 4.8 Output Standart (Perhitungan dan Tabel Rekapan) 4.8.1 Data Waktu Loading – Unloading 4.8.2 Data dengan Permesinan 4.9 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan 4.9.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Proses Fabrikasi 4.9.2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Proses Assembly 4.10 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan 4.10.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Proses Fabrikasi 4.10.2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Proses Assembly BAB V SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA