MTK - Saung Ranggon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HASIL OBSERVASI SAUNG RANGGON (Sebagai salah satu tugas dari Matematika Bab Geo Transformasi)



Disusun oleh : 1. Aqila Wafa Anjani 2. Azahra Yusliarisma 3. Dzakira Athaya Muadzah 4. Elga Najla Nabila 5. Fatma Sally Taorisa 6. Mutiara Sabana Pratamadita 7. Sekar Kurnia Aprilia



SMA NEGERI 1 SETU Jalan Pala Raya, Perumahan Graha Mustika Media, 021-29090355 Kec.Setu, Kab.Bekasi 17320 website : sman1setu.sch.id E-mail : [email protected] TAHUN AJARAN 2019/2020



0



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan Syukur tak lupa kita panjatkan kepada Allah Subhanahuata'alla dan juga kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam yang senantiasa memberikan nikmat sehat, dan juga ilmu-Nya yang berlimpah kepada kita, sehingga kita bisa menyelesaikan tugas observasi ini. Dimana kami harus melakukan observasi ke Saung Ranggon dan mencari unsur pembangunan apa yang berhubungan dengan matematika khususnya Geo Transformasi. Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih pula atas bantuan rekan-rekan kami yang lainnya, dan kepada ibu Sri Mulyati selaku narasumber yang kami wawancarai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi kita yang buta sekali akan budaya di tanah sendiri. Semoga bisa menambah wawasan kita tentang pembangunanpembangunan yang mengandung unsur Matematika yaitu Geo Transformasi.



Bekasi, 12 November 2019



Tim Penulis



DAFTAR ISI 1



Kata Pengantar...................................................................................................................1 Daftar Isi............................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3 1.1. Latar Belakang.......................................................................................................3 1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................4 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................................4 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................................4



BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5 2.1. Sejarah Berdirinya Saung Ranggon......................................................................5 2.2. Unsur Kebudayaan yang Terkandung di Dalam Saung Ranggon........................5 2.3. Unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang Terkandung di Bangunan Saung Ranggon...............................................................................................................6 BAB III PENUTUP....................................................................................................9 3.1 Kesimpulan...........................................................................................................9



REFERENSI.................................................................................................................10



BAB I 2



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Saung Ranggon merupakan bangunan sejarah tertua di Desa Cikedokan, kecamatan Cikarang Barat, yang kabarnya sudah berumur hampir 500 tahun sejak abad ke-16. Meski telah berkembang menjadi kawasan industri yang sangat berkembang pesat, warisan kejayaan ini masih terpelihara dengan baik. Saung dalam bahasa Sunda berarti rumah yang berada ditengah sawah, dibuat diatas lahan seluas 500 meter persegi dengan panjang 7,6 meter dan lebar 7,2 meter. Tinggi bangunan tradisional ini mencapai 2 meter berbentuk rumah panggung. Dulu, bangunan ini berfungsi sebagai tempat menunggu tanaman produksi maka dibangun lebih tinggi dari permukaan tanah untuk mempermudah pengawasan lahan dan terjaga dari binatang buas seperti babi hutan, harimau, ular dan lainnya. Berdasarkan Sejarahnya, dahulu Saung Ranggon ini dibangun oleh Pangeran Rangga, yaitu putra dari Pangeran Jayakarta. Pangeran Jayakarta adalah tokoh sejarah Betawi di Jakarta-Bekasi yang ikut andil dalam perlawanan melawan kolonialisme pemerintahan Hindia Belanda. Perjuangannya menurun pada Pangeran Rangga, yang datang dan kemudian menetap di daerah ini hingga membangun saung ranggon yang merupkan bagian dari basis perlawanan masyarakat Bekasi terhadap penjajah Belanda. Desa tempat Saung Ranggon ini bernama Cikedokan yang dalam bahasa Sunda berarti Ci : bening/sungai, Kedok : samaran. Jadi sejarahnya sesepuh-sesepuh cikal bakal desa ini adalah orang-orang yang sedang menyamar, karena dikejar-kejar Belanda. Saung Ranggon yang menjadi bangunan khas Bekasi ini dibangun dengan prinsip ramah lingkungan. Material untuk membuat bangunan tradisional ini terdiri dari papan kayu dan bambu. Uniknya, setiap bagian bangunan tidak dikaitkan dengan paku namun menggunakan pasak bambu maupun tali yang terbuat dari ijuk atau sabuk kelapa. Atap bangunan ini merupakan gabungan dua bidang miring yang disebut 'julang ngapak'. Bagian dalamnya merupakan ruangan luas tanpa sekat dan bagian bawah saung ini terdapat kolong menyerupai sumur untuk menyimpan benda pusaka. Sekarang, halaman saung dijadikan tempat penyelenggaraan Hajat Budaya setiap tahunnya untuk memperingati Bulan Maulid dan ajang cuci pusaka. Dalam kegiatan itu Wayang Kulit Khas Bekasi (dengan budaya Betawi) dan Tari Jaipong (Khas Sunda Bekasi) juga dipentaskan. 3



Sehubungan dengan bangunan Saung Ranggon, di dalamnya mengandung unsur Geo Transformasi ( etnomatika ). Untuk itu, penting dilakukan penelitian terhadap unsur etnomatika yang terkandung di dalam bangunan Saung Ranggon. Rencana kegiatan ini dituangkan dalam makalah penelitian ini.



1.2. Rumusan Masalah Penelitian terhadap Saung Ranggon ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif tentang unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang terkandung dalam bangunan bersejarah Saung Ranggon. Penelitian yang dilakukan terhadap Saung Ranggon ini meliputi unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang terkandung dan unsur kebudayaan dalam rangka penelitian matematika etnis. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dijadikan fokus pnelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimanakah sejarah berdirinya Saung Ranggon? b. Bagaimana unsur kebudayaan yang terkandung di dalam Saung Ranggon? c. Bagaimana unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang terdapat di bangunan Saung Ranggon?



1.3. Tujuan Penelitian Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. a. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Saung Ranggon. b. Untuk mengetahui unsur kebudayaan yang terkandung di Saung Ranggon. c. Untuk mengetahui unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang terdapat di bangunan Saung Ranggon.



1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan yang berhubungan dengan matematika etnis khususnya di materi Geo Transformasi ( etnomatika ) ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi guru matematika kami dalam penyelesaian tugas matematika etnis.



BAB II PEMBAHASAN 4



2.1. Sejarah Berdirinya Saung Ranggon Saung ini dibangun kira-kira pada abad ke-16, oleh Pangeran Rangga, Putra Pangeran Jayakarta yang datang kemudian menetap di daerah ini dalam rangka pelarian yang tertulis dalam situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. Saung ini dibangun menggunakan kayu ulin dengan menggunakan pasak. Dalam bahasa Sunda saung berarti saung/rumah yang berada ditengah ladang atau huma berfungsi sebagai tempat menunggu padai atau tanaman palawija yang sebentar lagi akan dipanen. Biasanya saung dibuat dengan ketinggian 3 atau 4 meter dari permukaan tanah. Hal ini diperlukan untuk menjaga keselamatan bagi sepenunggu dari gangguan hewan buas. 2.2. Unsur Kebudayaan yang Terkandung di Dalam Saung Ranggon Saung ini terkenal dengan sebutan Saung Ranggon, ditemukan oleh Raden Abbas tahun 1821. Dalam bahasa Sunda saung berarti saung/rumah yang berada di tengah ladang atau huma berfungsi sebagai tempat menunggu padi atau tanaman palawija lainnya yang sebentar lagi akan dipanen. Biasanya saung dibuat dengan ketinggian di atas ketinggian 3 atau 4 meter di atas permukaan tanah. Hal ini diperlukan untuk menjaga keselamatan bagi si penunggu dari gangguan hewan buas, seperti babi hutan, harimau dan binatang buas lainnya. Pangeran Jayakarta merupakan tokoh dalam sejarah Betawi, khususnya Jakarta dan Bekasi pada masa kedatangan Belanda yang mencoba menanamkan kekuasaan atas daerah Jakarta dan Bekasi dan sekitarnya. Saung ini merupakan bagian dari basis perlawanan masyarakat Bekasi terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Bangunan ini diakui oleh masyarakat Bekasi, merupakan bangunan tertua di sekitar Cikarang Barat pada khususnya dan mungkin sekali di seluruh Bekasi. Saung Ranggon yang tampak sekarang, merupakan hasil renovasi-renovasi sebelumnya, namun menurut pengakuan kuncen (Juru Pelihara) tetap memperhatikan dalam penggantian bahan dan tetap memelihara pelestarian bangunan kuno ini. Masyarakat Cikedokan beranggapan bahwa yang membangun Saung Ranggon adalah cikal bakal mereka, sehingga keberadaanya Saung Ranggon sangat dihormati dan dipelihara dengan baik. Tujuan dari pembuatan Saung Ranggon pertama-tama adalah tempat menyepi dan bersembunyi dari kejaran pihak Belanda. Tapi di kemudian hari fungsi Saung Ranggon itu menjadi tempat menyimpan berbagai benda pusaka, dan yang lebh unik lagi bahwa Saung Ranggon kini menjadi tempat ziarah orang-oarng yang memerlukan ”bantuan” dalam menghadapi kenyataan hidup. Tujuan orang berziarah tersebut bermacam-macam, mulai dari keinginan untuk keselamatan, naik pangkat atau untuk meminta berkah karena akan melakukan hajatan di rumahnya. Orang-orang yang datang ke Saung Ranggon bukan saja masyarakat setempat tetapi ada yang dari luar Bekasi. Pantangan yang ada apabila 5



memasuki Saung Ranggon ini adalah tidak boleh mengucapkan kata-kata yang kasar atau ”sompral”. Saung Ranggon tidak ditempati secara khusus oleh kuncen tetapi dipergunakan sebagai tempat menyepi bagi orang yang datang (tamu) untuk minta berkah atau karomah. Ramainya Saung Ranggon oleh pengunjung pada waktu-waktu tertentu terutama malam Jumat Kliwon, Sabtu Suro, Maulid Nabi, Rajaban. Ritual yang dilakukan untuk karuhun dipimpin oleh kuncen Bapak Tholib dengan memakai sarana untuk sesajen yaitu bungabunga dan buah-buahan yang terdiri 7 macam yang dipersembahkan untuk para karuhun dengan memanjatkan doa.



2.3. Unsur Geo Transformasi ( etnomatika ) yang Terkandung di Bangunan Saung Ranggon NO



FOTO



NAMA



ETNOMATIKA



1



Atap Samping Kiri Saung Ranggon



Refleksi



2



Atap Samping Kanan Saung Ranggon



Refleksi



3



Tiang Penyangga di Kiri Saung Ranggon



Refleksi



4



Tiang Penyangga di Kanan Saung Ranggon



Refleksi



6



5



Tangga Saung Ranggon



Refleksi



6



Bawah Atap Saung Ranggon



Refleksi



7



Bentuk Atap Saung Ranggon Tampak dari Depan



Refleksi



8



Bentuk Atap Saung Ranggon Tampak dari Belakang



Refleksi



9



Bentuk Kap Lampu dari Saung Ranggon



Rotasi



10



Motif Jendela Saung Ranggon



Translasi



7



BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Saung Ranggon merupakan salah satu situs budaya yang terdapat di Desa Cikedokan, kecamatan Cikarang Barat. Saung Ranggon didirikan oleh Pangeran Rangga dalam rangka pelarian dan akhirnya mendirikan Saung Ranggon sebagai basis perlawanan terhadap Belanda yang terdapat di Bekasi. Di dalam bangunan Saung Ranggon ini terdapat aspek Geo Transformasi ( Etnomatika ), yaitu: a. Translasi ( Pergeseran) b. Rotasi ( Perputaran) c. Refleksi ( Pencerminan ) 8



REFERENSI https://ecek2biker.wordpress.com/2017/09/24/menyusuri-jejak-sejarah-bekasi-di-saung-ranggon/ http://diendra-dalamberita.blogspot.com/2018/10/saung-ranggon-cikedokan-bekasi.html DITAMBAH DENGAN DATA DARI NARASUMBER, YAITU IBU SRI MULYATI



9