9 0 5 MB
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
KELAS
: B1 UMUM 2020
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui Asisten Praktikum
Annisa Anugrah Putri
Putri Rinjani
Tri Wulan Novi
NIM. 1813015135
NIM. 1713015147
NIM. 1713015120
Disetujui Oleh : Dosen Pengampu Praktikum
Fahriani Istiqamah J., M.Farm., Apt
Dr.Supriatno Salam, M.Si
NIP.
NIP.
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Pratikum
Nur Masyithah Z., M.Farm., Apt NIDN. 0028059103
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN 1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA BUDAYA K3 DI LABORATORIUM
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK : 3 PRODI
: S1 FARMASI UMUM
ASISTEN
: ANNISA ANUGRAH PUTRI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN 1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA BUDAYA K3 DI LABORATORIUM
A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menggunakan alat-alat laboratorium sesuai dengan teknik penggunaannya. 2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat kimia dan fisika dari bahan kimia. 3. Mahasiswa dapat mengetahui keselamatan kerja di laboratorium.
B. Alat -
Glass 1. Batang Pengaduk 2. Botol Coklat 3. Bunsen 4. Buret 5. Corong Kaca 6. Corong Pisah 7. Desikator 8. Gelas Kimia 9. Gelas ukur 10. Kaca Arloji 11. Labu Erlemenyer 12. Labu Takar 13. Pipet Gondok 14. Pipet Tetes 15. Pipet Ukur 16. Tabung Reaksi tertutup dan terbuka
-
Non glass 1. Botol semprot 2. Cawan kruss 3. Cawan porselen 4. Kaki Tiga 5. Lemari Asam 6. Mikrometer skrup 7. Mikropipet 8. Mortar dan Stamper 9. Propipet/Pipet Filler 10. Rak Tabung 11. Sendok Tanduk 12. Sikat Tabung Reaksi 13. Spatel Logam 14. Statif
C. Bahan 1. Aquades 2. CH3COOH glasial 3. CuSO4.5H2O 4. H2C2O4.2H2O 5. H2SO4 pekat 6. HCl 7. K2Cr2O7 8. KMnO4 9. Na2S2O3.5H2O 10. NaOH
D. Teori Laboratorium adalah tempat untuk melakukan kegiatan praktikum, penelitian, dan penemuan teknologi baru yang menunjang proses belajar dan mengajar yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia, fisika, dan biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium dapat berupa ruangan tertutup tetapi dapat juga berupa kebun, lapangan dan lain-lain (Afifah dan Astuti, 2013). Peralatan laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alatalat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas. Peralatan laboratorium digunakan untuk melakukan
suatu
kegiatan
seperti
pendidikan,
penelitian,
pelayanan
masyarakat atau studi tertentu (Raharjo, 2017). Bahan laboratorium adalah segala sesuatu yang diolah atau digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas. Dalam laboratorium kimia tempat penyimpanan bahan kimianya harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan (Raharjo, 2017). Seacara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan, baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja, keselamatan orang lain, peralatan, tempat kerja, bahan produksi, kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
E. Prosedur Kerja Mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum mengenai bentuk dan fungsi alat-alat laboratorium, serta mecoba menggunakan peralatan tersebut.
Mendengarkan penjelasan asisten mengenai sifat fisik dan kimia bahan kimia serta mencatatnya.
Mendengarkan penjelasan asisten mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
Mengisi tabel berikut sesuai dengan penjelasan asisten praktikum.
F. Hasil Pengamatan 1. Tabel 1 -
Glass No 1.
Gambar Alat
Spesifikasi Nama
:
Fungsi
Gelas Melarutkan
Kimia Bahan
suatu :
padatan,
Kaca untuk
Borosilikat
mencampurkan
Jenis Peralatan : cairan, Glass
dan
untuk
Ukuran : 5
ml, memanaskan
10 ml, 25 ml, larutan. 50 ml, 100 ml, 150 ml, 250 ml, 400 ml, 500 ml, 600
ml,
ml,
2000
3000
ml,
1000 ml, 5000
ml.
2.
Nama
:
Labu Untuk
Erlenmeyer Bahan
:
atau
titrasi analisis
Kaca kuantitatif
Borosilikat
secara
Jenis Peralatan : volumetri. Glass Ukuran : 25ml, 50 ml,
100
ml,
200ml, 250 ml, 300ml, 500 ml,
1000
ml,
2000
ml.
3.
Nama : Corong Digunakan Kaca Bahan
untuk :
Kaca memindahkan
Borosilikat
larutan
dari
Jenis Peralatan : wadah yang sat Glass
uke wadah yang
Ukuran : 25 mm, lain
terutama
50 mm, 75 mm, yang
bermulut
100 mm, dan 150 kecil. mm. 4.
Nama
:
Kaca Sebagai
Arloji Bahan
penutup :
dan
Kaca mebimbang
Bening
bahan
kimia
Jenis Peralatan : yang berwujud Glass
padat
atau
Ukuran : 80 mm kristal. & 150 mm.
5.
Nama
:
Labu Untuk membuat
Takar
larutan dengan
Bahan : Kaca
konsentrasi
Jenis Peralatan : tertentu Glass
dan
mengencerkan
Ukuran : Ukuran: larutan dengan 5 ml, 10 ml, 25 akurasi
yang
ml, 50 ml, 100 tertera
dalam
ml, 200 ml, 250 badan
labu
ml, 500 ml, 1000 takar. ml, dan 2000 ml. 6.
Nama
:
Pipet Untuk
Tetes
membantu
Bahan : Kaca
memindahkan
Jenis Peralatan : cairan Glass
dari
wadah
yang
Ukuran : Ukuran: satu ke wadah 9 cm, 10 cm, 12 yang lain dalam cm, 15 cm.
jumlah
yang
sangat kecil dari tetes demi tetes. 7.
Nama
:
Pipet Untuk
Gondok/Pipet
mengambil dan
Volume
memindahkan
Bahan
:
Kaca cairan
Borosilikat
dengan
volume tertentu
Jenis Peralatan : sebagaimana Glass
yang
tertera
Ukuran : 1 ml, 2 pada
batang
ml,
5
ml,
10 pipet volume.
ml, 20 ml, 25 ml, 50 ml, dan 100 ml. 8.
Nama
:
Ukur Bahan
Pipet Untuk mengukur
:
Borosilikat
dan
Kaca menambahkan cairan
dengan
Jenis Peralatan : volume tertentu Glass
yang
dapat
Ukuran : 5
ml, dilihat
dari
10 ml, dan 25 sklaa pada saat ml.
penambahan cairan.
9.
Nama : Corong Untuk Pisah Bahan
memisahkan :
Kaca dua
Borosilikat
pelarut
Jenis Peralatan : tidak Glass
macam yang saling
bercamput
Ukuran : 125 ml, sebagaimana 250 ml, 500 ml, dalam dan 1000 ml
proses
ekstraksi
cair-
cair. 10.
Nama : Tabung Untuk Reaksi dan
tempat
Tertutup mereaksikan Tabung larutan
Reaksi Terbuka
atau
caairan.
Bahan : Kaca Jenis Peralatan : Glass Ukuran : 50 – 200 mm
11.
Nama : Buret
Untuk
Bahan : Kaca
meneteskan
Jenis Peralatan : sejumlah reagen Glass
cair
dalam
Ukuran : 10 ml, eksperimen 25 ml, 50 ml.
yang memerlukan ketetapan.
12.
Nama
:
Botol Tempat
Coklat
menyimpan
Bahan : Kaca
hasil atau sisa
Jenis Peralatan : bahan Glass
setelah
percobaan
Ukuran : 25 ml, sehingga 50 ml, 100 ml, terhindar 150 ml, 300 ml.
13.
dari
sinar matahari.
Nama : Batang Untuk Pengaduk
mengaduk
Bahan : Kaca
larutan
yang
Jenis Peralatan : biasanya Glass
terdapat
pada
Ukuran : 20 cm, gelas kimia. 25 cm, 30 cm. 14.
Nama : Desikator
Untuk
Bahan : Kaca
mengeringkan
Jenis Peralatan : bahan setelah di Glass
oven
sebelum
Ukuran : 250ml, ditimbang 500ml, 2000ml.
dan
1000ml, untuk menyimpan bahan agar tetap kering.
15.
Nama
:
Gelas Untuk
Ukur
mengukur
Bahan : Kaca
volume larutan
Jenis Peralatan : yag Glass
memerlukan
Ukuran : 5 ml, 10 ketelitian ml, 25 ml, 50 ml, sedang. 100 ml, 200 ml, 250 ml, 500 ml, dan 1000 ml 16
Nama : Bunsen
Memanaskan
Bahan : Kaca
larutan
dan
Jenis Peralatan : dapat
pula
Glass
digunakan
Ukuran : 80 ml.
untuk sterilisasi alat melalui
yang proses
pemanasan.
-
Non glass 1.
Nama
: Untuk
Mikropipet
mentransfer
Bahan : Plastik
larutan
Jenis Peralatan : tepat Non-glass Ukuran
secara dalam
skala µL yang :
P2 pada ujungnya
untuk
terdapat
ukuran 0,2-2 µL, untuk P10 untuk 1-10 larutan. µL, P20 untuk 2-
tip tempat
20
µL,
P200
untuk 20-200 µL, dan P1000 untuk ukuran 200-1000 µL. 2.
Nama
: Untuk
Mikrometer skrup
mengukur
Bahan : Stainless Panjang steel
atau
ketebalan
Jenis Peralatan : benda, Non-glass
kedalaman
Ukuran
: celah
lubang,
Ketelitiannya
dan
sampai 0,01 mm.
mengukur
untuk
diameter suatu lobang. 3.
Nama : Sendok Untuk Tanduk
mengambil
Bahan : Porselen, bahan plastik
kimia
yang berbentuk
Jenis Peralatan : padatan Non-glass
atau
semi padat.
Ukuran : 4 – 5 cm 4.
Nama
:
Spatel Untuk
Logam
mengambil
Bahan : Logam
bahan-bahan
Jenis Peralatan : kimia
dalam
Non-glass
padat
berupa
Ukuran : 10 cm, atau bubuk. 12 cm, 15 cm, 18
cm, 20 cm, 22 cm
5.
Nama
:
Rak Untuk
Tabung Reaksi
meletakkan
Bahan : Kayu
tabug
reaksi
Jenis Peralatan : pada Non-glass
saat
meraksikan
Ukuran : 20 x 10 bahan kimia. cm
6.
Nama : Statif Bahan
:
Untuk penjepit
Besi, buret
Baja, Aluminium
dalam
proses
titrasi
Jenis Peralatan : sekaligus untuk Non-glass
menjepit
Ukuran : 25ml, kondensor pada 50ml,
100ml, proses destilasi.
250ml,
500ml,
1000ml, 2000ml, 3000ml, 4000ml, 5000ml. 7.
Nama
:
Botol Untuk
tempat
Semprot
penyimpanan
Bahan : Plastik
aquades
dan
Jenis Peralatan : digunakan Non-glass
untuk membilas
Ukuran : 250 ml, perlatan
yang
500 ml.
larut
tidak dengan air.
8.
Nama : Cawan Menaruh bahan
15.
Nama : Spontaneously Combustible Substances Arti : Material yang dapat secara spontan mudah terbakar. Contoh : Carbon, Charcoalnonactivated, Carbon black
G. Soal 1. Tuliskan setiap alat yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 1) Jawab : -
Glass 1. Batang Pengaduk 2. Botol Coklat 3. Bunsen 4. Buret 5. Corong Kaca 6. Corong Pisah 7. Desikator 8. Gelas Kimia 9. Gelas ukur 10. Kaca Arloji 11. Labu Erlemenyer 12. Labu Takar 13. Pipet Gondok 14. Pipet Tetes 15. Pipet Ukur 16. Tabung Reaksi tertutup dan terbuka
-
Non glass 1. Botol semprot 2. Cawan kruss 3. Cawan porselen 4. Kaki Tiga 5. Lemari Asam 6. Mikrometer skrup 7. Mikropipet 8. Mortar dan Stamper 9. Propipet/Pipet Filler
10. Rak Tabung 11. Sendok Tanduk 12. Sikat Tabung Reaksi 13. Spatel Logam 14. Statif
2. Tuliskan setiap bahan yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 2) Jawab : 1. Aquades 2. CH3COOH glasial 3. CuSO4.5H2O 4. H2C2O4.2H2O 5. H2SO4 pekat 6. HCl 7. K2Cr2O7 8. KMnO4 9. Na2S2O3.5H2O 10. NaOH
3. Uraikan secara singkat cara menggunakan alat-alat pada percobaan sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan. Jawab : 1. Gelas Kimia Cara menggunakan gelas kimia adalah memasukkan atau menuangkan zat berupa padatan atau aciran ke dalam gelas kimia (Juvitasari, 2018). 2. Labu Erlemenyer Erlenmeyer mempunyai kapasitas ukuran volume dari 25-2000 ml, biasanya digunakan untuk analisis kuantitatif secara volumetri (titrasi). Cara menggunakan erlenmeyer ketika proses titrasi yaitu erlenmeyer diletakkan dibawah buret sebagai wadah analit (zat yang ingin diketahui konsentrasinnya) (Susanti, 2017).
3. Corong Kaca Cara menggunaan corong yaitu meletakkan corong pada wadah yang memiliki mulut sempit dan diganjal atau diangkat sedikit sehingga ada jarak antar dinding corong dan wadah (Juvitasari, 2018). 4. Kaca Arloji Cara menggunakan kaca arloji adalah dengan mengambil bahan-bahan higroskopis dengan sendok tanduk lalu diletakan pada kaca arloji lalu timbang dalam neraca analitik. Kaca arloji berfungsi untuk menimbang bahan kimia yang berwujud padat dan kristal (Susanti, 2017). 5. Labu Takar Cara menggunakan labu takar yaitu dengan cara memasukkan larutan dan diencerkan hingga tanda batas yang terdapat di labu ukur (Juvitasari, 2018). 6. Pipet Tetes Cara menggunakan pipet tetes yaitu dengan cara memegang karet penghisap pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian karet telunjuk hisap ditekan dengan kedua jari, kemudian dicelupkan ujung pipet tetes kedalam larutan atau cairan, maka tekanan karet penghisap dikurangi sedikit demi sedikit supaya larutan masuk kedalam pipet tetes. Setelah larutan masuk kedalam pipet tetes tersebut, bawalah pipet kearah tempat larutan yang baru. Untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet, berilah tekanan dengan kedua jari pada karet pipet sampai larutan yang berada didalam pipet menetes keluar (Susanti, 2017). 7. Pipet Gondok Cara menggunakan pipet volume yaitu dengan menghubungkan ujung atas pipet volume dengan pipet filler, kemudian larutan disedot sampai tanda batas yang melingkar di pipa atas badan pipet volume. Selanjutnya pendahkan pipet volume ke wadah yang baru (Susanti, 2017).
8. Pipet Ukur Cara menggunakan pipet ukur yaitu dihubungkan dengan pipet filler kemudian bahan kimia diambil sesuai menincus dan skala yang tertera (Susanti, 2017). 9. Corong Pemisah Cara menggunakan corong pisah yaitu sebagai berikut : -
Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katub corong pisah dipastikan dalam keadaan tertutup.
-
Bagian atas corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horizontal. Kocok agar ekstraksi berlansung dengan baik.
-
Tutup bagian atas dibuka, keluarkan larutan bagian bawah melalui katub secara pelan. Tutup kembali katub jika larutan lapisan bawah sudah keluar. (Susanti, 2017).
10. Tabung Reaksi Digunakan untuk mereaksikan larutan atau cairan. Cara menggunakan tabung reaksi adalah memasukkan beberapa bahan yang ingin direaksikan lalu gojok sampai terihat indikasi sesuai reaksi yang diinginkan. Lalu letakkan pada rak tabung reaksi. (Susanti, 2017). 11. Buret Cara menggunakan buret yaitu sebagai berikut : a. Kran dipastikan dalam keadaan tertutup, yaitu posisi kran katup horizontal. b. Buret ditempatkan pada statis secara vertikal. c. Larutan standar dimasukkan ke dalam buret sampai batas maksimal volume buret. d. Larutan sampel disiapkan dan ditempatkan dalam labu Erlenmeyer. e. Tambahkan indikator satu atau dua tetes. f. Larutan standar diteteskan pada larutan sampel yang terdapat dalam labu
Erlenmeyer dengan mengatur kecepatan tetes
menggunakan kran katup sambil dilakukan penggojogan.
g. Titrasi dihentikan bila larutan sampel telah sampai pada titik ekivalen. h. Volume larutan standar yang terpakai kemudian catat volume dengan melihat skala buret dengan memperhatikan meniskus. (Susanti, 2017). 12. Gelas Coklat Cara menggunakannya adalah masukkan sisa atau hasil percobaan secara hati-hati ke botol coklat, jika perlu gunakan corong (Susanti, 2017). 13. Batang Pengaduk Cara menggunakan batang pengaduk yaitu dengan cara di aduk di suatu laturan atau bahan kimia (Juvitasari, 2018). 14. Desikator Cara menggunakan desikator yaitu senyawa padat atau kristal yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator menggunakan wadah yang sesuai, misalnya gelas arloji atau krus porselin. Kemudian di dalam dasar desikator diberikan senyawa higroskopis (senyawa yang dapat menyerap uap air). Contoh senyawa yang bersifat higroskopis yang paling sering digunakan adalah silika gel, kemudian desikator ditutup rapat. Proses pengeringan dengan desikator dapat memerlukan waktu hingga 2-3 hari (Susanti, 2017). 15. Gelas ukur Gelas ukur digunakan dengan cara menuangkan larutan yang akan diukur. Cara membaca alat ukur yaitu dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah mendatar, arah penglihatan dan mata harus benar-benar horizontal tidak boleh dari arah atas maupun dari arah bawah (Juvitasari, 2018).
16. Bunsen Cara menggunakan Bunsen yaitu saat ingin menyalakan bunsen, buka tutup lampu spritus kemudian nyalakan dengan korek api. Lampu spritus dapat dipadamkan dengan cara menutup api yang sedang menyala dengan penutup lampu bunsen (Susanti, 2017). 17. Mikropipet Cara menggunakan mikropipet yaitu dengan cara memasukkan ujung pipet ke dalam tip (jangan terlalu kencang), kemudian pipet diputar untuk memperkuat posisi tip pada pipet. Khusus untuk pipet multichannel, cukup dengan digoyang sambil ditekan ke kiri dan kanan. (Wulandari, dkk, 2016). 18. Mikrometer skrup Cara menggunakannya. Letakkan bahan pada jangka lalu putar tuas sampai melewati bahan dan lihat angka yang tertera pada mikrometer (Murdoko, dkk. 2017). 19. Sendok Tanduk Cara menggunakan sendok tanduk yaitu dengan cara bersihkan terlebih dahulu, kemudian ambil bahan yang diperlukan (Susanti, 2017). 20. Spatel Logam Cara menggunakan sendok tanduk yaitu bersihkan spatel terlebih dahulu dan kemudian ambil bahan yang diperlukan dengan spatel logam. (Susanti, 2017). 21. Rak Tabung Cara menggunakannya dengan meletakkan tabung reaksi di lubang yang ada di rak tabung (Susanti, 2017). 22. Statif Cara menggunakan statif, adalah pasang klem terlebih dahulu, lalu atur baut pengencang pada klem sesuai keperluan (Lukas dan Jusnita 2016)
23. Botol semprot Cara menggunakan botol semprot yaitu dengan cara menekan badan botol untuk mengeluarkan air (aquades) dan diarahkan ke tempat yang akan dialiri air (Juvitasari, 2018). 24. Cawan porselen Cara menggunakannya cawan porselen yaitu dengan cara letakkan diatas penangas air lalu biarkan bahan yang ingin dikeringkan tersebut sampai sesuai hasil yang diinginkan (Lukas dan Jusnita, 2016). 25. Cawan kruss Cara menggunakan cawan kruss yaitu dengan cara pada saat krus masih dalam keadaan panas, jangan langsung diberi air. Perubahan suhu mendadak menyebabkan krus pecah (Lukas dan Jusnita, 2016). 26. Mortir dan Stamper Cara menggunakan mortir dan stamper yaitu dengan cara memasukkan bahan yang akan dihaluskan kedalam mortal kemudian gerus secara perlahan. Dalam proses penumbukan sebaiknnya menggunakan kedua tangan karena akan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (Susanti, 2017). 27. Propipet/ Pipet Filler Cara menggunakan pipet filler yaitu dengan cara menyambungkan pipet filler dengan alat ukur semisal pipet volume atau pipet ukur. Kemudian kosongkan udara pada pipet filler dengan cara meremas pipet filler sambil menekan katup A (aspirate), setelah dipastikan telah kosong kemudian tekan katup S (suction) untuk mengambil cairan. Pastikan meniscus larutan sesuai dengan batas ukur skala yang diperlukan. Setelah itu tekan E (exhaust) untuk mengeluarkan cairan tersebut hingga habis (Susanti, 2017). 28. Sikat Tabung Reaksi Cara menggunakan sikat tabung reaksi yaitu saat tabung reaksi sudah selesai digunakan, cuci tabung menggunakan sikat tabung reaksi agar kembali bersih dan tidak ada larutan yang tersisa.
29. Kaki Tiga Cara menggunakan kaki tiga yaitu dengan cara letakkan kawat kasa atau kawat segitiga di atas kaki tiga, kemudian letakkan gelas kimia atau labu erlenmeyer yang berisi larutan yang akan dipanaskan di atas kawat tersebut (Susanti, 2017). 30. Lemari asam Tempat menyimpan dan jika bekerja dengan zat kimia yang menghasilkan uap beracun. Kerja ketika di dekat lemari asam adalah hanya tangan saja yang dimasukkan dengan pelindung lengkap (sarung tangan latex) dan ambil dengan hati-hati bahan yang ingin digunakan (Gandjar dan Rohman, 2013).
4. Uraikan secara singkat sifat (Fisik dan kimia) bahan-bahan pada percobaan sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan. Jawab : a. NaOH (Natrium Hidroksida) -
Sifat fisik : Berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% . Bersifat lembab cair dan secara spontan. Titik leleh 318 °C. Titik didih 1390 °C . Padatan berwarna putih.
-
Sifat kimia : Menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Larut dalam etanol dan methanol. Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non- polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan Kertas. Sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
b. H2SO4 Pekat (Asam Sulfat Pekat) -
Sifat fisik :titik didih 3370 oC(610 K),titik lebur 100 oC(283 K) dan massa molar 98,08 g/mol. Asam sulfat juga memiliki tekanan uap 50000C dan 3980 °C , massa molar 294,19 g/mol dan densitas 2,69 g/cm3.
-
Sifat kimia : suatu unsur yang dalam padatan berwarna jingga, larut dalam air, tidak mudah terbakar dan tidak menimbulkan bau (tak berbau).
e. H2C2O4.2H2O (Asam Oksalat Dihidrat) -
Sifat fisik : Titik leleh 101,5 °c, Densitas 1,653 g/cm3, Panas pembentukan standart (ilHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol, pH (0,1 M larutan) : 1,3, Berat molekul : 126,07, Cp pada suhu 50 °C adalah 0,385, Cp pada suhu 100 °C adalah 0,416.
-
Sifat kimia : Asarn oksalat dengan glycerol akan membentuk alkyl alkohol. Asarn oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150 °C tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida
dan asarn formiat. Jika asarn oksalat dipanaskan dengan penarnba~an asarn sulfat akan menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. f. CH3COOH glasial (Asam Asetat Glasial) -
Sifat fisik : Kadar: 99,5 %, Bentuk cairan tidak bewarna, berat molekul 60kg/kmol, titik didih 117,87 °C titik lebur 16,6 °C, densitas (25 °C) 1,049kg/Lb.
-
Sifat kimia : asetat bila direaksikan dengan caustic soda menghasilkan Natrium asetat. Asam asetat bila direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester.
g. Na2S2O3.5H2O (Natrium Tiosulfat Pentahidrat) -
Sifat fisik : Natrium tiosulfat pentahidrat memiliki kristal padat putih dan tidak berbau, dengan titik lebur 45 °C dan titik didih 100 °C.
-
Sifat kimia : Larut dalam air, minyak turpentine, dan amonia tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti alkohol. Bersifat higroskopis, tidak beracun, dan tidak mudah menguap.
h. CuSO4.5H2O (Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) -
Sifat fisik : Wujud dari tembaga sulfat pentahydrate adalah padatan biru pentahydrate, dengan berat molekul 143,09 g/mol. Memiliki titik leleh 110 °C dan titik didih 1800 °C.
-
Sifat kimia : Kelarutan dalam air : pentahydrate, tidak bercampur dengan etanol. Warna Tembaga Sulfat Pentahydrate yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga (II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu. Tembaga Sulfat Pentahydrate bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan tembaga (II) yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau
karena pembentukan
tetraklorokuprat(II).Tembaga Sulfat Pentahydrate juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif dari tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.).
i. HCl (Asam Klorida) -
Sifat fisik : Bentuk cairan, tidak berwarna, titik didih: - 85°C, spesifik grafity: 1,268, dan komposisi: 99%
-
Sifat Kimia: Mudah larut dalam pelarut air (mengeluarkan panas) dan Reaksi hidroklorinasi Etil Alkohol.
j. KMnO4 (Kalium Permanganat) -
Sifat Fisik : Tidak berbau, berasa manis, astringent, memiliki molekul
berat 158,03 g / mol, berwarna ungu, densitas 2.703
g/cm3. -
Sifat Kimia : Mudah larut dalam metanol, aseton. Sebagian larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam Asam Sulfat.
5. Uraikan secara singkat tentang kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium. Jawab : Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan, baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja, keselamatan orang lain, peralatan, tempat kerja, bahan produksi, kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, K., & Astuti, A. P. (2013). “Pengaruh Kondisi Laboratorium Terhadap Ketrampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 11 Semarang”. Seminar Nasional Pendidikan, Sains Dan Teknologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang, 499–505. Chusni, M. M. (2019). Handout Perkuliahan Pengenalan Alat Ukur. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati. Dwianto, D. (2018). Kajian Sifat Fisik, Kimia dan Tingkat Kesukaan Nata de Whey. Yogyakarta : Universitas Mercu Buana. Gandjar, I.G., Rohman A. 2013. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogjakarta. Hasanah, F. (2016). “Desain Sensor Kapasitif Untuk Penentuan Level Aquades”. Digital Repository Universitas Jember. 5 – 8. Islamiaty, R. R., Halimah, E., Farmasi, F., Padjadjaran, U., Gamma, S., & Beta, S. (2018). “Studi Pustaka Peralatan Yang Digunakan Untuk Kultur Sel”. Farmaka, 16(2), 222–230. Ismara, K. I., Slamet, Hargiyarto, P., Solikhin, M., et al. (2014). Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Yogyakarta : Tim K3 FT UNY. Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). “Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Man 1 Pontianak”. J. Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), 1–13. Lukas, S., Jusnita, N. 2016. Buku Pedoman Praktikum Laboratorium Farmasi (Good Laboratory Practice). Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Murdoko, E., Akhlis, I., & Linuwih, S. 2017. “Pengembangan Media Pembelajaran Alat Ukur Panjang Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong untuk Siswa SMA dengan Perangkat Lunak Construct 2”. UPEJ Unnes Physics Education Journal, 6(3). National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound Summary. Retrieved April 13, 2021. Nurul (2016). Variasi Waktu dan Suhu dalam Produksi Asam Oksalat (H2C2O4) dari Limbah Kertas dengan Metode Peleburan Alkali. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin. Oktari, K. (2014). Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivator HCl, NaOH Dan NaCl (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya). Raharjo. (2017). “Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia”. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 20(2), 99–104. Rahayu, D. K. (2019). Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. Jawa Timur : PT. Kuantum Buku Sejahtera. Rejeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Kemenkes RI. Susastra, H. (2020). Pra Rencana Pabrik Tembaga Sulfat Pentahydrate dari Tembaga Oksida dan Asam Sulfat Kapasitas 50.000 Ton/Tahun Perancangan Alat Utama Evaporator. Malang : Institut Teknologi Nasional Malang. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta : Kemenkes RI. Wulandari, M. I., & Hadisaputri, Y. E. (2016). “Studi Pustaka Peralatan yang Digunakan Untuk Kultur Sel”. Farmaka, 14(2).
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum
Praktikan
Annisa Anugrah Putri
Muhammad Rizky
NIM 1813015135
NIM. 2013016093
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I PERCOBAAN II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
PRODI
: S1 FARMASI UMUM
ASISTEN
: PUTRI RINJANI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
A. Tujuan 1. Mengetahui macam – macam konsentrasi dalam larutan. 2. Mengetahui dan menghitung konsentrasi larutan. 3. Mengetahui dan menjelaskan teknik pembuatan larutan
B. Alat a. Batang pengaduk b. Botol timbang c. Botol, dan d. Corong e. Etiket atau label undangan f. Gelas kimia g. Kaca arloji h. Labu ukur 25 mL, 50 mL dan 100 mL i. Pipet volume j. Timbangan
C. Bahan a. Aquades b. CH3COOH glasial c. CuSO4.5H2O d. H2C2O4.2H2O e. H2SO4 pekat f. K2Cr2O7 g. Na2S2O3.5H2O h. NaOH
D. Teori Larutan adalah suatu kombinasi homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Komponen pembentuk larutan ada 2 yaitu zat pelarut dan zat terlarut, untuk mengetahui mana yang termasuk zat perlarut dan zat terlarut, bisa dilihat dari zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut sedangkan zat yang jumlahnya banyak disebut pelarut (Hikmayanti & Utami, 2019). Dalam sebuah larutan, kombinasi menyatu begitu erat sehingga zat yang satu dengan zat yang lain tidak dapat dibedakan dengan penglihatan, bahkan dengan mikroskop. Misalnya campuran garam dan merica serta campuran lain yang terdiri dari garam dan air. Pada campuran pertama, kita dapat dengan mudah melihat butiran garam dan fleknya merica. Campuran garam dan merica bukanlah larutan. Namun, di campuran kedua, tidak peduli seberapa hati-hati kita melihatnya, kita tidak dapat melihat dua zat yang berbeda, yaitu garam yang dilarutkan dalam air. Pembentukan larutan merupakan suatu metode untuk mempelajari tentang cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Bila pereaksi yang digunakan dalam bentuk padatan maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Begitu pula bila pereaksi yang digunakan dalam bentuk cair, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat (Nurdiani, 2019). Pengenceran adalah prosedur pembentukan larutan yang tingkat viskositasnya lebih rendah dari larutan yang pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu. Ketika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, adakalanya sejumlah energi kalor dilepaskan (Hikamayanti & Utami, 2019). Adapun rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2 Diketahui : M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan E. Prosedur Kerja 1. Pembuatan 100 mL NaOH 0,01 M dari padatan NaOH
Hitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M
Timbang padatan NaOH hasil perhitungan.
Larutkan dengan sedikit aquades di dalam gelas kimia, aduk sampai semua padatan larut
Dinginkan larutan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan aqudes sampai tanda batas
Homogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih dan kering
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
2. Pembuatan 50 mL H2C2O4 0,005 M dari padatan asam oksalat
Hitung berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M.
Timbang padatan H2C2O4 hasil perhitungan.
Masukkan padatan H2C2O4 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,tanggal pembuatan dan sifat larutan..
3. Pembuatan 25 mL H2SO4 2 M dari H2SO4 pekat
Tentukan konsentrasi larutan H2SO4 pekat.
Hitung volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M.
Masukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 25 mL.
Pipet H2SO4 pekat sejumlah hasil perhitungan (b).
Masukkan H2SO4 pekat yang telah dipipet ke dalam labu ukur 25 mL (c), tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
4. Pembuatan 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M dari padatan K2Cr2O7
Hitung berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M.
Timbang padatan K2Cr2O7 sejumlah hasil perhitungan
Masukkan padatan K2Cr2O7 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 25 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
5. Pembuatan 50 mL CH3COOH 1% dari CH3COOH glasial
Hitung volume CH3COOH glasial yang dibutuhkan untuk membuat 50 mL CH3COOH 1%.
Pipet CH3COOH 100% sesuai hasil perhitungan, masukkan ke dalam labu takar 50 mL dan tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
6. Pembuatan 50 mL Na2S2O3 0,01 M dari Na2S2O3.5H2O
Hitung berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M.
Timbangan Na2S2O3.5H2O sejumlah hasil perhitungan
Masukkan Na2S2O3.5H2O yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
7. Pembuatan 25 mL larutan Cu2+ 100 ppm dari padatan CuSO4.5H2O
Hitung berat padatan CuSO4.5H2Oyang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm
Timbang CuSO4.5H2O sejumlah hasil perhitungan
Masukkan CuSO4.5H2O yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.
Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 25 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.
Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.
Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
F. Hasil Pengamatan 1. Perhitungan a. Pembuatan 100 mL NaOH 0,01 M dari padatan NaOH Jawab: M=
× ×
gr = =
×
,
×
×
= 0,04 gram Berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M adalah 0,04 gram.
b. Pembuatan 50 mL H2C2O4 0,005 M dari padatan asam oksalat. Jawab: M=
× ×
gr = =
,
× ×
×
= 0,0225 gram Berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL H2C2O4 0,005 M adalah 0,0225 gram.
c. Pembuatan 25 mL H2SO4 2 M dari H2SO4 pekat Diketahui : M H2SO4 setelah diencerkan (M2) = 2 M V H2SO4 setelah diencerkan (V2) = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98 % = 0,98 Massa jenis H2SO4 = 1,84 g/cm3 Berat Molekul (BM) H2SO4 = 98,08 g/mol Ditanya : Jawab :
Volume H2SO4 pekat (V1) = ….. mL?
M H2SO4 pekat =
%
=
,
× ,
× ,
= 18,38 M M1 × V1
= M 2 × V2
18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL ×
V1
=
V1
= 2,720 mL
,
Konsentrasi larutan H2SO4 pekat adalah 18,38 M dan volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL H2SO4 0,005 M adalah 2,720 mL.
d. Pembuatan 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M dari padatan K2Cr2O7 Diketahui : M K2Cr2O7 = 0,00167 M V K2Cr2O7 = 25 mL : m K2Cr2O7 = ….. gram? :
Ditanya Jawab M=
× ×
gr = =
,
× ×
×
= 0,0122745 gram Berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M adalah 0,0122745 gram.
e. Pembuatan 50 mL CH3COOH 1% dari CH3COOH glasial Diketahui : M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL Ditanya
: V1 = …mL?
Jawab : M1 × V1
= M 2 × V2
100% × V1
= 1% × 50 mL ,
×
V1
=
V1
= 0,5 mL
Volume CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL CH3COOH 1% (sebelum diencerkan) adalah 0,5 mL.
f. Pembuatan 50 mL Na2S2O3 0,01 M dari Na2S2O3.5H2O Diketahui : Konsentrasi Na2S2O3 (M) = 0,01 M Volume Na2S2O3 (V) = 50 mL Mr Na2S2O3.5H2O = 248 Ditanya
: Massa Na2S2O3.5H2O = …gram?
Jawab
:
M=
× ×
gr = =
,
× ×
×
= 0,124 gram Massa Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M adalah 0,124 gram. g. Pembuatan 25 mL larutan Cu2+ 100 ppm dari padatan CuSO4.5H2O Diketahui : V = 25 mL = 0,025 L Ppm = 100 mg/L Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol Ar Cu = 63,5 g/mol Ditanya
: Massa CuSO4.5H2O?
Jawab
:
Massa =
×
×
Massa =
× ,
×
,
,
Massa = 9,822 mg Massa = 0,0098222 gram Maka, berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm adalah 0,0098222 gram.
G. Soal-soal 1. Tuliskan setiap alat yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 1) a. Batang pengaduk b. Botol timbang c. Botol, dan d. Corong e. Etiket atau label undangan f. Gelas kimia g. Kaca arloji h. Labu ukur 25 mL, 50 mL dan 100 mL i. Pipet volume j. Timbangan
2. Tuliskan setiap bahan yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 2) a. Aquades b. CH3COOH glasial c. CuSO4.5H2O d. H2C2O4.2H2O e. H2SO4 pekat f. K2Cr2O7 g. Na2S2O3.5H2O h. NaOH
3. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap alat pada soal nomor 1 a. Timbangan berfungsi untuk menimbang padatan kimia atau massa suatu zat (Wardiyah, 2016). b. Labu ukur berfungsi untuk membuat dan mengencerkan larutan pada volume tertentu c. Pipet volume berfungsi untuk mengukur volume tepat berdasarkan volume yang dikeluarkan (Wardiyah, 2016). d. Batang pengaduk berfungsi untuk mengaduk suatu campuran dan membantu menuangkan larutan dalam proses penyaringan. e. Gelas kimia berfungsi untuk menampung zat kimia dan sebagai media pemanasan. f. Botol timbang berfungsi untuk menentukan kadar air suatu zat. Selain itu digunakan untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama bahan cair yang bersifat higroskopis. g. Kaca arloji berfungsi sebagai penutup gelas kimia dan menimbang bahan kimia yang berwujud padat atau Kristal. h. Corong berfungsi untuk memudahkan memasukkan cairan ke dalam wadah dengan mulut sempit i. Botol berfungsi untuk menampung bahan kimia (Nurdiani, 2019). j. Etiket atau label undangan berfungsi untuk memudahkan mencari letak bahan dan untuk mengetahui identitas dari bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium.
4. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan pada soal nomor 2 a. NaOH umumnya digunakan sebagai larutan padat atau semipadat. NaOH digunakan untuk membuat sabun, rayon, kertas, bahan peledak, zat warna, dan produk minyak bumi. b. H2SO4 pekat umumnya digunakan untuk membuat pupuk dan bahaya kimia lainnya, dalam penyulingan minyak bumi, produksi besi dan baja, baterai, pewarna, kertas, lem, dan lain-lain.
c. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 2008). d. K2Cr2O7 digunakan untuk dalam pengawet kayu, dalam pembuatan pigmen dan proses fotomekanis, tetapi sebagian besar digantikan oleh natrium dikromat. e. H2C2O4.2H2O atau asam oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna, krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis laboratorium. Pada bidang obat-obatan, asam oksalat dapat dipakai sebagai haemostatik dan anti septik luar (Dylla, 2008). f. CH3COOH glasial, selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. g. Na2S2O3.5H2O
banyak
digunakan
sebagai
pemutih;
untuk
mengekstraksi perak dari bijihnya; sebagai mordan (senyawa yang digunakan untuk mengikat zat warna ke dalam serat) dalam pencelupan dan pencetakan tekstil; sebagai peredam dalam pencelupan krom; digunakan pada pembuatan kulit; sebagai reagen untuk keperluan analisis dan kimia organik di laboratorium; sebagai antidotum pada keracunan sianida; digunakan dalam pembuatan obat antituberkulosis; sebagai antioksidan; sebagai bahan pengkelat. h. CuSO4.5H2O atau tembaga sulfat pentahydrate adalah suatu bahan yang penggunaannya sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave. Selain itu dalam bidang pertambangan tembaga sulfat digunakan sebagai activator flotasi biji timah, seng dan kobalt. Bahkan di waktu terdahulu Tembaga Sulfat Pentahydrate di aplikasikan sebagai mordan untuk pewarnaan dan pelapisan listrik
5.
Apa yang dimaksud dengan pengenceran Jawab: Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu.
6. Hitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M. Diketahui
: V = 100 mL M = 0,01 M Mr NaOH = 40 g/mol
Ditanya
: Massa?
Dijawab
:
M
=
×
0,01
=
×
Massa =
,
×
×
Massa = 0,04 gram Maka, berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M adalah 0,04 gram
7. Hitung berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M Diketahui
: V = 50 mL M = 0,005 M Mr H2C2O4 = 90 g/mol
Ditanya
: Massa?
Dijawab
:
M
=
×
0,0005 =
× ,
Massa =
×
×
Massa = 0,0225 gram Maka, berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M adalah 0,0225 gram
8. Hitung volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M. Keterangan
: M1 = Molaritas H2SO4 pekat M2 = Molaritas H2SO4 yang telah diencerkan V1 = Volume H2SO4 pekat V2 = Volume H2SO4 yang telah diencerkan
Diketahui
: M2 = 2 M V2 = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98% = 0,98 H2SO4 = 1,84 g/cm3 BM H2SO4 = 98,08 g/mol
Ditanya
: V1 ?
Dijawab
:
M1 = M1 =
% ,
× ,
× ,
M1 = 18,38 M
M1 × V1
= M 2 × V2
18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL V1 =
× ,
V1 = 2,720 mL Maka, volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M adalah 2,720 mL
9. Hitung berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M . Diketahui
: V = 25 mL M = 0,00167 M Mr K2Cr2O7 = 294 g/mol
Ditanya
: Massa?
Dijawab
:
M
=
×
0,00167 =
× ,
×
×
Massa
=
Massa
= 0,0122745 gr
Maka, berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M adalah 0,0122745 gram
10. Hitung volume CH3COOH glasial yang dibutuhkan untuk membuat 50 mL CH3COOH 1%. Keterangan
: M1 = Konsentrasi CH3COOH glasial M2 = Konsentrasi CH3COOH 1% V1 = Volume CH3COOH glasial V2 = Volume CH3COOH 1%
Diketahui
: M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL
Ditanya
: V1?
Dijawab
:
M1 × V1 = M2 × V2 1 M × V1 = 0,01 M × 50 mL V1 =
,
×
V1 = 0,5 mL
Volume CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL CH3COOH 1% (sebelum diencerkan) adalah 0,5 mL.
11. Hitung berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M. Diketahui
: M Na2S2O3 = 0,01 M V Na2S2O3 = 50 mL Mr Na2S2O3.5H2O = 248 g/mol
Ditanya
: Massa Na2S2O3.5H2O ?
Dijawab
:
M
=
0,01
=
Massa =
× × ,
×
×
Massa = 0,124 gram Maka, berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M adalah 0,124 gram
12. Hitung berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm. Diketahui
: V = 25 mL = 0,025 L Ppm = 100 mg/L Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol Ar Cu = 63,5 g/mol
Ditanya Dijawab Massa = Massa =
: Massa CuSO4.5H2O? : ×
×
× ,
×
,
,
Massa = 9,822 mg Massa = 0,0098222 gram
Maka, berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm adalah 0,0098222 gram
13. Hitung jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan NaOH 10 % sebanyak 25 mL dari padatan NaOH. Diketahui
: V = 25 mL NaOH 10% Massa jenis NaOH = 2,13 g/cm3 Mr NaOH = 40 g/mol
Ditanya
: Massa NaOH?
Dijawab
:
M= M=
% %× ,
×
M = 5,325
M=
× ×
5,325 = Massa =
,
×
×
Massa NaOH = 5,325 gram Maka, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan NaOH 10 % sebanyak 25 mL dari padatan NaOH adalah 5,325 gram.
14. Berapa konsentrasi NaOH pada soal nomor 6 dalam satuan molar dan ppm. Diketahui
: Massa NaOH = 0,04 gr V = 100 mL Mr = 40 g/mol
Ditanya
: M dan ppm?
Dijawab
:
M= M=
× ,
!
Ppm =
×
Ppm =
M = 0,01 M
! ,
"
× 106
× 106
Ppm = 400
Maka, konsentrasi NaOH pada soal nomor 6 dalam satuan molar dan ppm adalah 0,01 M dan 400 ppm
15. Hitung jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan CuSO4.5H2O 0,02 M sebanyak 100 mL. Diketahui
: V = 100 mL M = 0,02 M Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
Ditanya
: Massa?
Dijawab
:
M
=
0,02
=
Massa =
×
, ,
×
× , ×
Massa = 0,499 gram Maka, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan CuSO4.5H2O 0,02 M sebanyak 100 mL adalah 0,499 gram.
16. Berapa konsentrasi H2SO4 pada soal nomor 8 dalam satuan % dan ppm. Diketahui
: M2 = 2 M V2 = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98% = 0,98 H2SO4 = 1,84 g/cm3 BM H2SO4 = 98,08 g/mol M1
=
%
,
× ,
×
M1
=
M1
= 18,38 M
,
M1 × V1
= M 2 × V2
18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL ×
V1
=
V1
= 2,72 mL
,
Ditanya
: % massa dan ppm ?
Dijawab
: !
% massa = % massa =
# ,
"
× 100%
× 100%
% massa = 0,1088 × 100% % massa = 10,88% M
=
×
18,4
=
×
Massa =
× ,
,
× ,
Massa = 4,904704 gram !
Ppm = Ppm =
! ,
"
× 106
× 106
Ppm = 196.188.160 ppm Maka, konsentrasi H2SO4 pada soal nomor 8 dalam satuan % dan ppm adalah 10,88% dan 196.188.160 ppm.
17. Bagaimana cara membuat larutan Na2S2O3 0,002 M dari larutan Na2S2O3 0,01 M. Jawab: Cara Pembuatan larutan Na2S2O3 0,002 M dari larutan Na2S2O3 0,01 M, sebagai berikut: a. Hitung berat Na2S2O3 0,01 M yang dibutuhkan dalam membuat N Na2S2O3 0,002 M. b. Timbangan Na2S2O3 sejumlah hasil perhitungan. c. Masukkan Na2S2O3 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut. d. Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur, tambahkan aquades sampai tanda batas. e. Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering. f. Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.
18. Berapa konsentrasi CH3COOH pada soal nomor 10 dalam satuan % dan ppm. Diketahui
: M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL
M1 × V1
= M 2 × V2
1 M × V1
= 0,01 M × 50 mL
,
×
V1
=
V1
= 0,5 mL
Ditanya
: % massa dan ppm
Dijawab
:
!
% massa = % massa =
# ,
"
× 100%
× 100%
% massa = 0,01 × 100% % massa = 1%
M
=
×
1
=
×
Massa =
,
× ,
Massa = 0,03 gram !
Ppm =
$%! ,
Ppm =
× 106
× 106
Ppm = 600 ppm Maka, konsentrasi CH3COOH pada soal nomor 10 dalam satuan % dan ppm adalah 1% dan 600 ppm.
19. Simpulkan hasil percobaan yang sesuai dengan tujuan percobaan. Jawab: Berdasarkan dengan percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam larutan terdapat konsentrasi yang di mana merupakan sebuah perbandingan antara zat terlarut dengan zat pelarut, dan juga merupakan salah satu bagian yang perlu diperhatikan dalam membuat larutan. Tentunya konsentrasi larutan terbagi menjadi beberapa bagian, yang umum diketahui adalah molaritas, molalitas, % massa/volume, ppm, dll. Untuk mengetahui konsentrasi di setiap larutan, diperlukan sebuah rumus mutlak yang digunakan untuk menghitung konsentrasi, massa, volume, dan sebagainya. Dengan memahami konsep dari konsentrasi, maka nantinya proses pembuatan larutan pun akan lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Arita, S., Sari, R, P., & Liony, I. (2015). Purifikasi Limbah Spent Acid dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Zeonit dan Bentonit. Teknik Kimia, 151(4): 1017. Dwianto, D. (2018). Kajian Sifat Fisik, Kimia dan Tingkat Kesukaan Nata de Whey. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana. Fitrony, Fauzi R., Qadariyah L., & Mahfud. (2013). Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik Pomits, 2(1). Hasanah, F. (2016). “Desain Sensor Kapasitif Untuk Penentuan Level Aquades”. Digital Repository Universitas Jember. 5-8. Hikmayanti, M., & Utami, L. (2019). “Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa Kelas XI MAN 1 Pekanbaru pada Materi Titrasi Asam Basa”. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1), 52–57. HM, I. P., Ambarita, Y. P., & Maulina, S. (2016). Pembuatan Asam Oksalat dari Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) dengan Kalsium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1), 40-44. Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). “Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Man 1 Pontianak”. J. Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), 1–13. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 20 National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound Summary. Retrieved April 13, 2021
Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nurul (2016). Variasi Waktu dan Suhu dalam Produksi Asam Oksalat (H2C2O4) dari Limbah Kertas dengan Metode Peleburan Alkali. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin. Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2015). “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2), 147–153. Sari, M., & Zainul, R. (2018). Spektroskopi dan Transpor K2CrO7. Padang: Universitas Negeri Padang. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum
Putri Rinjani NIM. 1713015147
Praktikan
Muhammad Rizky NIM. 2013016093
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN III SENYAWA HIDROKARBON
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
PRODI
: S-1 FARMASI UMUM
ASISTEN
: TRI WULAN NOVI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN III SENYAWA HIDROKARBON
A. Waktu Praktikum Selasa, 20 April 2021. Pukul 07.30 s.d 10.30 WITA
B. Judul Praktikum Judul dari praktikum yang dilakukan adalah Senyawa Hidrokarbon.
C. Tujuan Praktikum Dapat mengetahui sifat-sifat dari hidrokarbon dan reaktivitas kimia berdasarkan jenis senyawa hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan aromatis).
D. Dasar Teori Para ahli kimia di awal abad ke-19 mengetahui bahwa makhluk hidup menghasilkan berbagai macam senyawa karbon. Kimiawan menyebut senyawa itu sebagai senyawa organik karena diproduksi oleh organisme hidup. Senyawa adalah zat yang mengandung dua atau lebih unsur, dengan atom dari unsurunsur tersebut selalu bergabung dalam rasio bilangan bulat yang sama (Bishop, 2011). Senyawa organik yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yang hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen. Ada banyak ribuan hidrokarbon yang telah diidentifikasi. Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat,yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun berselang-seling. Contohnya adalah benzena, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik digolongkan ke dalam
hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik (Michael, 2006). Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal atau alkana (CC), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. J
ika terdapat
satu saja ikatan rangkap dua, yaitu alkena (C ═C) atau ikatan rangkap tiga, yaitu alkuna (C ≡C), ia disebut hidrokarbon tak jenuh.
E. Alat dan Bahan 1. Alat No 1.
Nama Alat Gelas kimia
Gambar
Fungsi Melarutkan suatu padatan, untuk mencampurkan cairan, dan untuk memanaskan larutan.
2.
Pipet tetes
Untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil yaitu tetes demi tetes.
3.
Pipet ukur
Untuk mengukur dan menambahkan cairan dengan volume tertentu yang dapat dilihat dari skala pada saat penambahan cairan.
4.
Rak tabung
Untuk meletakkan tabung reaksi pada saat mereaksikan bahan kimia.
5.
Tabung reaksi
Sebagai wadah untuk mereaksikan larutan atau cairan.
2. Bahan No 1.
Nama
Sifat Fisik
Bahan Aquades
a. Aquades bersifat tidak berwarna, b. tidak berasa dan tidak
Sifat Kimia a. Senyawa yang segera larut di dalam aquades mencakup
berbau pada kondisi
berbagai senyawa
standar yaitu pada
organik netral yang
tekanan 100 kPa (1 bar)
mempunyai gugus
dan
fungsional polar
c. temperatur 273,15 K (0 C),
seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton.
d. Kapasitas kalor lebih
Kelarutannya
tinggi dibandingkan
disebabkan oleh
dengan cairan lain
kecenderungan
kecuali ammonia,
molekul aquades
e. konstanta dielektrik
untuk membentuk
paling tinggi di antara
ikatan hidrogen
cairan murni lainnya
dengan gugus
(Ahmad, 2004), serta
hidroksil gula dan
f. memiliki kapasitas
alkohol atau gugus
kalor yang cukup tinggi
karbonil aldehida
yaitu 1 kal g-1 C-1
dan keton
sehingga menyebabkan
(Lehninger, 1982).
kalor yang diperlukan untuk merubah suhu dari sejumlah massa cukup tinggi. 2.
Asam oleat
a. Berat molekul 282,4614 g/mol,
(C18H34O b. Berwujud cairan 2)
a. Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, dan
berwarna kuning pucat
beberapa pelarut
atau kuning kecoklatan.
organik.
c. Titik lebur 13-14oC d. Titik didih 360 oC pada 760 mmHg.
b. Tidak bersifat karsinogenik, batas eksplosivitas LEL :
e. Densitas 0,895 g/Ml
3,3% dan UEL :
f. viskositas mPa.s (oC)=
19%.
27,64 (25), 4,85 (90) (Ketaren, 2008).
c. Stabil, reaktif terhadap kelembaban, logam alkali, ammonia, agen pengoksidasi,
dan peroksida. Produk samping yang berbahaya yaitu karbon dioksida dan karbon monoksida. Tidak akan muncul polimerisasi yang berbahaya (Ketaren, 2008). 3.
Diklorom a. Berupa cairan bening etana
a. Bersifat stabil, larut
berbau manis,
dalam alkohol,
(CH2Cl2) b. Memiliki titik didih 40 o
C dan
b. Mudah terbakar c. Reaktif terhadap
c. Densitas 2,9 g/cm3
bahan yang oksidatif dan logam.
4.
H2SO4 (Asam Sulfat)
a. Titik didih 3370 oC(610 a. Asam sulfat adalah K),
zat pendehidrasi
b. Titik lebur 100 oC(283 K) c. Massa
digunakan untuk molar
98,08
g/mol. d. Asam
yang baik,
mengeringkan buahbuahan.
sulfat
juga b. Asam sulfat bereaksi
memiliki tekanan uap 7 termasuk ke senyawa basa. Maka jika nilai pH mendekati nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat, sedangkan jika nilai pH suatu zat mendekati angka 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah (berkurang) (Lestari, 2016). Percobaan pertama yaitu, tes keasaman. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu, asam trikloroasetat, fenol, etanol, asam asetat, asam salisilat, asam benzoat, dan aquades. Pada percobaan ini ketujuh sampel diberi kertas pH indikator untuk mengetahui keasaman larutan dengan melihat perubahan warna pada pH indikator. Setelah di amati, hasil pH trikloroasetat dan asam salisilat menunjukkan angka 1, pH fenol menunjukkan angka 4, pH etanol menunjukkan angka 6, pH asam asetat menunjukkan angka 0, pH asam benzoat menunjukkan angka 2, dan aquades menunjukkan angka 7. Jika diurutkan berdasarkan tingkat keasamannya dari yang paling tinggi ke rendah maka asam asetat yang paling asam, lalu asam trikloroasetat dan asam salisilat, lalu asam benzoat, lalu fenol, dan yang paling rendah adalah etanol. Sedangkan aquades merupakan senyawa netral dikarenakan memiliki nilai pH 7, yang dimana nilai pH 7 bukan asam maupun basa. Percobaan kedua yaitu, tes kelarutan. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu, asam benzoat, asam salisilat, dan fenol. Pada percobaan ini ketiga sampel ditetesi larutan NaOH dan HCl secara bertahap. Tujuan dari penambahan larutan NaOH yaitu, supaya ketiga senyawa tersebut dapat mudah
larut dalam air serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar dari asam karboksilat. Lalu, tujuan penambahan HCl yaitu, jika garam karboksilat direaksikan lagi dengan HCl agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa (Wardiyah, 2016). Uji kelarutan pertama yaitu, uji asam benzoat. Asam benzoat merupakan suatu senyawa yang sukar larut di dalam air, dan jika suatu senyawa dikatakan larut dalam air atau memiliki kelarutan yang besar maka ditandai dengan terbentuknya garam. Maka agar asam benzoat dapat larut di dalam air ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium benzoat dan tidak mengalami perubahan warna. Lalu setelah membentuk garam, natrium benzoat ditambahkan HCl, maka HCl akan larut dan tidak mengalami perubahan warna. Tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut. Uji kelarutan kedua adalah uji asam salisilat. Asam salisilat merupakan suatu senyawa yang sukar larut dalam air, dan jika suatu senyawa dikatakan larut dalam air atau memiliki kelarutan yang besar maka ditandai dengan terbentuknya garam. Maka agar asam salisilat dapat larut di dalam air, ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium salisilat dan tidak mengalami perubahan warna. Lalu setelah membentuk garam, natrium salisilat ditambahkan HCl, maka HCl akan larut dan mengalami perubahan warna menjadi warna kuning bening. Sama dengan asam benzoat tadi, tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut. Untuk uji kelarutan yang terakhir adalah uji fenol. Fenol merupakan kelarutan yang sukar dalam air dan memiliki kelarutan yang terbatas di dalam air yaitu 8,3 g/100 ml. Maka agar fenol dapat larut di dalam air, ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium fenolat dan mengalami perubahan warna menjadi warna ungu. Lalu setelah membentuk garam, natrium fenolat ditambahkan HCL, maka HCl akan
larut dan menghasilkan perubahan warna menjadi warna cokelat bening. Sama dengan asam benzoat dan asam salisilat, tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut.
I. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Jika pH larutannya menunjukkan angka kurang dari 7 maka termasuk senyawa asam, 2. Jika nilai pH nya menunjukkan angka sama dengan 7 maka termasuk senyawa yang netral atau garam, 3. Jika nilai pH nya menunjukkan angka lebih dari 7 maka termasuk senyawa basa. 4. Jika nilai pH mendekati nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat. 5. Jika nilai pH suatu senyawa mendekati 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah. 6. Tujuan penambahan larutan NaOH supaya asam benzoat, asam salisilat, dan fenol mudah larut dalam air serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar dari asam karboksilat. Lalu, 7. Tujuan penggunaan HCl yaitu, garam karboksilat direaksikan lagi dengan HCl agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Bandung: Penerbit Erlangga Dewi, T. K., Dandy, & Akbar, W. (2010). Pengaruh Konsentrasi NaOH, Temperatur Pemasakan, dan Lama Pemasakan pada Pembuatan Pulp dari Batang Rami dengan Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia, 17(2): 68–74. Halimah, N. (2014). Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam
Salisilat Kapasitas 9.500 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasanah, F. (2016). Desain Sensor Kapasitif untuk Penentuan Level Aquades. Bachelor thesis. Jember: Universitas Jember. Huda, A., Purnama, I. H., & Ar, I. H. (2017). Prarancangan Pabrik Asam Benzoat
dengan Proses Oksidasi Toluena dan Katalis Kobalt Asetat Kapasitas 40.000 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2017). Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 1(2), 35. Kurniawati, D. S. (2012). Pra Rancangan Pabrik: Pabrik Acetic Acid dari Butana
Cair dengan Proses Oksidasi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1). Matiin, N., Hatta, A. M., & Sekartedjo. (2012). Pengaruh Variasi Bending Sensor pH Berbasis Serat Optik Plastik Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel terhadap Sensitivitas. Jurnal Teknik Pomits, 1(1), 1. PSMK, Direktorat. (2013). Kimia Organik untuk SMK kelas X Semester 2. Jakarta : Kemendikbud RI. Setyawan, Y. (2017). Prarancangan Pabrik Benzil Alkohol dari Benzil Klorida, Air,
dan Natrium Karbonat dengan Proses Hidrolisis Kapasitas 25.000 Ton/Tahun. Doctoral dissertation.
Wardiyah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Kimia Organik. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia. Wasito, H., Karyati, E., Vikarosa, C. D., et al. (2017). Test Strip Pengukur pH dari Bahan Alam yang Diimmobilisasi dalam Kertas Selulosa. Indonesian Journal
of Chemical Science, 6(3). Yuliyanto, E., & Hidayah, F. F. (2018). Kimia Organik: Asam Karboksilat Berbasis
Software Marvin Plus Refleksi. Semarang: Unimus Press.
J. Jawaban Soal No. 1.
Soal
Apa yang dimaksud asam karboksilat ? Berikan 10 contoh struktur dari senyawa yang memiliki gugus fungsi asam karboksilat beserta namanya!
Jawaban
Asam karboksilat adalah turunan hidrokarbon yang mengandung gugus karbonil. Contoh struktur senyawa yang memiliki gugus fungsi asam karboksilat : a. Asam Asetat
b. Asam Pentanoat CH3-CH2-CH2-CH2-COOH c. Asam Oksalat HOOC-COOH d. Asam Malonat HOOC-CH2-COOH e. Asam Suksinat HOOC-CH2-CH2-COOH f. Asam Gluarat HOOC-CH2-CH2-CH2-COOH g. Asam Adipat HOOC-CH2-CH2-CH2-CH2-COOH h. Asam Pimalat HOOC-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-COOH i. Asam Metanoat
j. Asam Etanoat
Referensi
Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD
Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2.
Soal
Jelaskan sifat fisik dan kimia dari senyawa asam karboksilat berantai pendek (C1-C5)!
Jawaban
a. Asam metanoat (Asam format) Sifat fisik : Rumus molekul : CH2O2 atau HCOOH Berat molekul : 46 Titik leleh : 8,4 oC Titik didih : 100,8 oC Suhu kritis : 307 oC Berat jenis : 1,226 g/ml Sifat kimia :
•
Mereduksi hidroksimetil amin menjadi senyawa amina
•
Bereaksi dengan olefin dengan adanya hydrogen peroksida membentuk glikol format
b. Asam etanoat (Asam asetat) Sifat fisik : Cairan jernih tidak berwana, bau khas menusuk, rasa asam yang tajam. Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan gliserol Sifat kimia : Mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Dan mudah teroksidasi c. Asam propanoat Sifat fisik :
Berbentuk cair dan agak berminyak, berbau tengik agak tajam (FDA, 1984) dalam bentuk garam, propionat berbentuk bubuk berwarna putih, larut dalam air dan alcohol. Titik didihnya 4.6 °C pada tekanan 1mmHg, 85.8 °C pada tekanan 100mmHg, 122.0 °C pada tekanan 400 mmHg, dan 141.1 °C pada tekanan 760 mmHg Sifat kimia : Kemurnian asam propionat lebih dari 99.5%. Asam propionat
sangat
mudah
menguap
(volatile),
sehingga mudah hilang ketika produk makanan melalui proses pengeringan. d. Asam butanoat Sifat fisik : Berupa zat cair berbau tengik Sifat kimia : bila berikatan dengan etanol menjadi senyawa ester. sebagai etil butirat yang memberikan bau sedap. e. Asam pentanoat Sifat fisik : Senyawa yang memiliki bau yang tidak sedap berasal dari akar tanaman Garden heliotrope Sifat kimia : Sintesis ester-ester yang sering dimanfaatkan dan bersifat irritant Referensi
Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD
Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Saputra, A. L., AR, I. H., & Rois Fatoni, S. T. 2017. Prarancangan Pabrik Asam Format Dengan Proses Hidrolisis Metil Format Kapasitas
20.000
Ton/Tahun.
Doctoral
dissertation.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 3.
Soal
Jelaskan pengertian asam dan basa menurut : a. Arrhenius b. Bronsted Lowry c. Lewis
Jawaban
a. Arhennius Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang apabila direaksikan dengan air menghasilkan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+). basa merupakan suatu zat yang apabila direaksikan dalam air akan menghasilakan ion hidroksida (OH-). b. Bronsted Lowry Menurut Bronsted Lowry, asam adalah zat yang memberikan proton (ion hidrogen, H+) pada zat lain. Basa merupakan zat yang menerima proton dari asam. Hal ini juga dapat dinyatakan bahwa asam adalah donor proton dan basa adalah akseptor proton. c. Lewis Definisi asam-basa Lewis, Asam adalah zat yang dapat
menerima
sepasang
elektron
untuk
membentuk ikatan kovalen. basa adalah zat yang dapat
memberikan
sepasang
elektron
pada
pembentukan ikatan kovalen. Salah satu konsep asam dan basa menurut Lewis adalah reaksi BF3 dan NH3
Referensi
Rahmawati,
Tika dan Partana,
Crys Fajar.
2019.
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Ditinjau dari Hasil Belajar Kognitif dan Efikasi Diri Peserta Didik. thesis. Universitas Negeri Yogyakarta 4.
Soal
Tuliskan struktur dan nilai pka dari senyawa : a. Asam trikloroasetat b. Asam salisilat c. Asam benzoat d. Asam asetat e. Fenol f. Etanol
Jawaban
a. Asam trikloroasetat
pKa = 0,77 b. Asam salisilat
pKa = 3,0 c. Asam benzoat
pKa = 4,2 d. Asam asetat
pKa = 4,7 e. Fenol
pKa = 9,98 f. Etanol
pKa = 15,9 Referensi
Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
5.
Soal
Bagaimana nilai pKa dan Ka dapat menjelaskan keasaman suatu senyawa!
Jawaban
Jika semakin kecil nilai pKa (sebagai pKa = -log10 Ka, maka semakin besar nilai Ka). Jadi, pKa adalah ukuran dari kekuatan asam atau kemampuan asam untuk menyumbangkan proton dan kuat asam, maka semakin kecil nilainya dari pKa. Maka dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari nilai Ka, semakin besar nilai Ka maka semakin besar tingkat keasaman suatu senyawa dan begitu juga sebaliknya. Dan jika dilihat dari nilai pKa, semakin kecil nilai pKa maka semakin besar tingkat keasaman suatu senyawa begitu juga sebaliknya.
Referensi
Purba, L. S. L. (2020). Kimia Fisika 1. Jakarta : UKI Press.
6.
Soal
Apa yang dimaksud dengan resonansi? Berikan contohnya!
Jawaban
Resonansi adalah suatu peristiwa di dalam suatu molekul (khusus senyawa organik) dimana terdapat perubahan molekul yang disebabkan oleh perpindahan atau distribusi elektron antara atom-atom yang membentuk
molekul
tersebut. Konsep
resonansi
seringkali dinyatakan dengan menggambar struktur lewis (Muchtaridi, et al, 2018). Berikut contoh penentuan resonansi dan bentuk molekul dari ion tiosianat, SCN.
Struktur resonansi yang paling stabil adalah yang memiliki muatan formal terkecil, yaitu A atau B. Karena atom nitrogen memiliki elektronegativitas yang lebih
besar dibandingkan sulfur, maka struktur A yang lebih stabil (Basuki, 2017). Referensi
Basuki, R. (2017). Studi kasus: konsep penentuan bilangan oksidasi pada buku paket kimia SMA/MA di Indonesia. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5(2),71-79. Muchtaridi. et al. (2018): Kimia Medisinal Dasardasar Dalam Perancangan Obat. Jakarta : Prenadamedia Group.
7.
Soal
Jelaskan bentuk resonansi dari ion asetat dan ion fenoksida!
Jawaban
a. Struktur resonansi ion asetat
Bentuk resonansi pada ion asetat hanya berbeda pada posisi ikatan π dan pasangan elektron bebas. Dalam struktur resonansi tidak terjadi perubahan posisi atom. Resonansi ion asetat bersifat stabil karena kedua struktur dari ion asetat adalah ekivalen dimana muatan negatif dipakai bersama oleh kedua atom oksigen. Delokalisasi muatan negatif inilah yang menjelaskan mengapa asam karboksilat lebih bersifat asam daripada fenol (Hadanu, 2019). b. Struktur resonansi ion fenoksida
Muatan negatif pada ion alkoksida terkonsentrasi pada atom oksigen, tetapi muatan negatif pada ion fenoksida dapat di delokalisasi pada posisi cincin orto dan para melalui resonansi. Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol karena ion
fenoksidanya
distabilkan
oleh
resonansi.
Walaupun ion fenoksida merupakan resonansi stabil, kontribusi utama struktur resonansinya mempunyai muatan negatif yang berada pada satu atom sehingga sifat keasamannya masih dibawah asam karboksilat (Suja, 2016). Referensi
Hadanu, R. (2019): Kimia Organik Jilid 1. Kolaka: Penerbit Leisyah. Suja, I. W. (2016): Perancangan dan Validasi Tes Diagnostik Model Mental Kimia Organik. Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha.
8.
Soal
Menurut teori, asam asetat lebih asam daripada fenol dan etanol namun tidak lebih asam daripada asam trikloroasetat, mengapa demikian? Jelaskan!
Jawaban
Karena asam trikloroasetat mempunyai tiga atom Klor sehingga memiliki asam yang lebih kuat dari asam asetat.
Referensi
Sari,
U.
(2018):
Trigalaktomanan
Sintesis Melalui
Karboksimetil Reaksi
antara
Trikloroasetat dengan Galaktomanan yang Diisolasi dari Tanaman Lidah Buaya. Skripsi. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 9.
Soal
Apa tujuan penambahan NaOH dan HCl pada uji kelarutan dalam percobaan ini?
Jawaban
Tujuan dari penambahan NaOH dan HCl pada uji kelarutan
dalam
dikarenakan
percobaan
ini
yaitu,
asam karboksilat sukar larut dalam
pelarut organik, basa kuat seperti natrium hidroksida terlarut dengan asam karboksilat serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar
dari asam karboksilat.
kemudian,
garam
karboksilat direaksikan lagi dengan asam kuat seperti asam klorida agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa. Referensi
Masfria, Muchlisyam, Pardede, T. R., et al. (2019). Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif. Medan : Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
10.
Soal
Berdasarkan
hasil
pengamatan
praktikum
dan
penjelasan teori, urutkan tingkat keasaman dari asam salisilat, asam benzoat, asam asetat, asam trikloroasetat, fenol dan etanol! Jawaban
Berikut urutan tingkat keasaman semua sampel pada praktikum dimulai dari pH terendah (paling asam). a. Asam asetat (pH = 0) b. Asam trikloroasetat (pH = 1) c. Asam asetilsalisilat (pH = 1) d. Asam benzoat (pH = 2) e. Fenol (pH = 4) f. etanol (pH = 6) Berdasarkan teori urutan tingkat keasaman pada sampel percobaan dimulai dari paling asam. a. Asam trikloroasetat (pKa = 0,77)
b. Asam salisilat (pKa = 3,0) c. Asam benzoat (pKa = 4,2) d. Asam asetat (pKa = 4,7) e. Fenol (pKa = 9,89) f. Etanol (pKa = 15,9) Referensi
Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 8 Juni 2021 Asisten Praktikum
Praktikan
Tri Wulan Novi
Muhammad Rizky
NIM. 1713015120
NIM. 2013016093
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN VII IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
PRODI
: S-1 FARMASI UMUM 2020
ASISTEN
: ANNISA ANUGRAH PUTRI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN VII IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal
: Selasa, 4 Mei 2021
Waktu
: 07.30-10.30
B. Judul Praktikum Identifikasi Karbohidrat.
C. Tujuan Praktikum Dapat mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.
D. Dasar Teori Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Istilah karbohidrat diambil dari kata carbon dan hydrat (air). Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Rumus umum dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau
CnH2nOn. Pada senyawa yang termasuk karbohidat terdapat gugus fungsi yaitu gugus OH, gugus aldehid, atau gugus keton. Karbohi drat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Fitri & Fitriana, 2020). Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah tepung atau amilum atau pati yang ada di dalam gandum, jagung, beras, kentang, dan padi-padian lainnya. Karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti seluloasa, pektin, serta lignin (Edahwati, 2010).
Klasifikasi karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Fessenden, 1982). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, yang dimana molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbo lainnya (McGilvery, 1996). Monosakarida tidak berwarna, bentuk kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakrida digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehid (aldosa) dan keton (ketosa). Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa. Sedangkan monosakarida seperti glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa adalah aldosa (Fessenden, 1982). Struktur monosakarida yaitu seperti gambar di bawah ini.
Disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Sama dengan monosakarida, senyawa ini larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan praktis, tetapi tidak larut dalam eter dan pelarut organik nonpolar. Contoh dari disakarida adalah maltosa, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005). Polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam monoksakarida disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida (Fessenden, 1982). Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang saling berhubungan
melalui ikatan glikosida. Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Polisakarida dapat larut dalam air dan akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Fitri & Fitriana, 2020).
E. Alat dan Bahan 1. Alat No
Nama Alat
1.
Gelas Kimia
Gambar
Fungsi Melarutkan suatu
padatan,
untuk mencampurkan cairan,
dan
untuk memanaskan larutan (Nurdiani, 2019). 2.
Penangas air
Untuk
(Waterbath)
menciptakan suhu
konstan,
biasanya pemanasan dijaga pada suhu rendah
antara
300C-600C. Dan digunakan untuk menguapkan zat atau
larutan
dengan
suhu
rendah
dan
untuk menginkubasi kultur mikrobiologi (Rahayu, 2019). 3.
Penjepit
Digunakan
tabung
untuk menjepit tabung
reaksi
pada
saat
pemanasan larutan
dengan
menggunakan tabung
reaksi
(Rahayu, 2019). 4.
Pipet tetes
Untuk membantu memindahkan cairan
dari
wadah yang satu ke wadah yang lain
dalam
jumlah
yang
sangat kecil dari tetes demi tetes (Nurdiani, 2019). 5.
Plat tetes
Untuk
tempat
mereaksikan zat-
zat dalam jumlah kecil
(Rahayu,
2019).
6.
Rak tabung
Untuk meletakkan tabung
reaksi
pada
saat
mereaksikan bahan
kimia
(Sudarmo, 2016). 7.
Tabung
Untuk
reaksi
tempat
mereaksikan larutan
atau
cairan (Nurdiani, 2019).
2. Bahan No 1.
Nama Bahan ɑ-naftol (C10H8O)
Sifat Fisik
Sifat Kimia
a. Berat molekul : a. Sangat sedikit larut 144,17 g/mol
dalam air
b. Titik didih : 288 0C b. Mudah larut dalam c. Titik lebur : 94-94 0
C
d. Titik nyala: 144 0C
alkohol
c. α-naftol digunakan dalam zat
pembuatan warna
dan
e. Kerapatan : 1,181 g/cm3 f. Berbentuk padatan kristalin putih g. Bau seperti etanol
2.
Fruktosa (C12H22O11)
a. Berat molekul : 180,16 g/mol b. Spesific gravity : 1,669 c. Melting point : 950
105 C d. Bentuk : Kristal monoklin e. Titik lebur : 180 0C
sintesis
senyawa
organik
(salah
satunya
ialah
Naphtol yellow S) (Hartina, 2020).
a. Fruktosa dapat difermentasi secara oleh
anaerobik ragi
atau
bakteri. b. mengalami
reaksi
Maillard, pencoklatan enzimatik,
nondengan
asam amino. c. Fruktosa mudah
dengan mengalami
dehidrasi menghasilkan hydroxymethylfurfu ral (HMF) (Nuritasari, 2016). 3.
Glukosa (C6H12O6)
a. Berat molekul : a. Lebih mudah larut 180,16 g/mol b. Titik leleh : 146 C
dalam air daripada sukrosa
c. Densitas : 1,544 g b. Larut dalam etanol cm-3
dan eter (Fitria, 2014).
4.
H2SO4 pekat
a. Berat molekul : a. Dengan basa dapat 98,08 g/gmol
membentuk
b. Titik leleh : 10,31
°C
garam
dan air. H2SO4 + 2NaOH →
c. Titik didih : 336,85
°C
Na2SO4 + H2O b. Dengan
d. Densitas : 1,8 g/cc (45 °C)
dapat
alkohol membentuk
eter dan air.
e. Warna
:
tidak
2C2H5OH + H2SO4
→ C2H5OC2H5 +
berwarna
H2O + H2SO4
f. Bentuk : cair
(Lutfiati, 2008). 5.
Iodium
a. Bentuk : zat padat a. Mudah menyublim. yang mengkristal b. berkilat logam
b. Sangat
seperti Warna
reaktif
terhadap oksigen.
: c. Zat pengoksidasi
hitam kelabu
(Cholik, 2017).
c. Memiliki bau khas yang Berat
menyengat. atom
:
126,93 d. Titik didih : 183 oC e. Titik lebur : 144 oC 6.
Laktosa (C12H22O11)
a. Serbuk
tak a. Dapat
berwarna. b. Massa
pereaksi
molar
342,30 g/mol c. Berupa putih.
:
mereduksi fehling,
benedict,
dan
pereaksi tollens.
padatan b. Sedikit larut dalam air (Herlinawati, 2014).
d. Densitas : 1,525 g/cm3 e. Titik lebur : 202,8 C f. Titik didih : 668,9 C 7.
Maltosa
a. Berbentuk kristal.
a. Dalam
keadaan
b. Berwarna putih.
panas, maltosa dapat
c. Rasa
mereduksi pereaksi
manis
maltosa
kurang
lebih adalah 1/2 (setengah)
benedict
pereaksi fehling.
dari b. Oksidasi
rasa manis glukosa
dengan
dan
1/6
bromata
(seperenam)
dari
akan
manis
asam
rasa
atau
fruktosa.
maltosa aqua (KOBr)
membentuk
monokarboksilat
d. Titik Lebur : 102103 C.
atau yang disebut asam maltobionat. c. Larut dalam air (Sumardjo, 2012).
8.
Pati
a. Formula
: a. Karbohidrat
(C6H10O5) b. Berat
molekul
kompleks yang tidak :
162,14 g/mol c. Specific gravity : 1,50 (Nuritasari, 2016).
larut
dalam
berwujud putih,
tawar
air, bubuk dan
tidak berbau. b. Merupakan karbohidrat berbentuk
yang
polikasarida berupa polimer
anhidro
monosakarida. c. Merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa
dan
amilopektin dengan perbandingan
1:3
(besarnya perbandingan amilosa
dan
amilopektin
ini
berbeda-beda tergantung
jenis
patinya) (Putra, 2015). 9.
Pereaksi Barfoed
a. Reagen memiliki
barfoed a. Pereaksi bentuk
larutan
yang
bersifat asam lemah.
dan b. Pereaksi
berwarna biru. b. Mengandung
barfoed
dalam suasana asam akan direduksi lebih
senyawa tembaga
cepat
asetat.
pereduksi
c. Akan endapan
terbentuk merah
oleh
gula
monosakarida darpada disakarida
bata jika sampel
dan
tergolong
Cu2O
monosakarida dan
merah bata
jika
(Nurjannah, et al,
mengandung monosakarida
tidak
2017).
menghasilkan berwarna
maka
warna
larutan
tidak
berubah. 10.
Pereaksi Benedict
Berwarna biru gelap Pada karena
suasana
basa,
mengandung reduksi ion Cu
kupri sulfat, natrium gula
pereduksi
karbonat, dan natrium membentuk sitrat.
2+
oleh akan
endapan
merah bata (Nurjannah,
et al, 2017). 11.
Pereaksi Fehling
a. Pada
fehling
(larutan
A a. Mereduksi
CuSO4)
warna biru muda. b. Pada
fehling
monosakarida disakarida.
B b. Dengan larutan 1%
(campuran larutan
pereaksi
NaOH)
menghasilkan
tidak
berwarna. c. Pereaksi dibuat
dan
fehling
endapan merah bata. fehling
(Fitri, 2020).
dengan
mencampurkan kedua fehling
larutan A
dan
fehling B sehingga dihasilkan larutan berwarna biru. 12.
Pereaksi Seliwanoff
a. Tidak
berwarna, a. Dapat menyebabkan
jernih.
iritasi pada mata,
b. Dapat larut dalam air.
apabila terkena mata harus
dibasuh
dengan air mengalir.
b. Dapat
menguji
karbohidrat
yang
mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. c. Apabila dipanaskan menghasilkan warna merah
pada
larutannya (Nurjannah, et al, 2017). 13.
Sukrosa (C12H22O11)
a. Berat molekul : a. Sukrosa 342,3 g/mol
dioksidasi
dapat dengan
b. Berbentuk : Kristal
KMnO4, HNO3, dan
c. Rasa : Manis
peroksida.
d. Kelarutan : 179 b. Sukrosa g/100mL (0C)
e. Titik leleh : 170 0C
dihidrolisis enzimatis
dapat secara yang
menghasilkan glukosa dan fruktosa (Fitria, 2014).
F. Bagan Prosedur Kerja 1. Uji Molisch Dicampurkan 2 tetes α-naftol ke dalam 2 mL larutan sampel, lalu dialirkan secara perlahan melalui dinding tabung 2 mL H2SO4 pekat hingga membentuk lapisan dibawah campuran.
Adanya cincin ungu pada bidang batas menunjukkan adanya karbohidrat.
2. Uji Seliwanoff Dimasukkan 1 mL larutan sampel ke dalam 5 mL pereaksi, lalu ditempatkan ke dalam air mendidih selama 10 menit atau didihkan langsung.
Adanya warna merah menunjukkan adanya ketosa.
3. Uji fehling Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 3 tetes larutan fehling, lalu dicampurkan ke dalam 1 mL larutan sampel.
Dipanaskan dalam penangas air dan akan terbentuk endapan Cu2O yang berwarna.
4. Uji Benedict Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 5 mL pereaksi benedict, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam tabung reaksi.
Dipanaskan selama 5 menit atau dimasukkan ke dalam penangas air.
Reaksi positif bila terjadi endapan Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata.
5. Uji Barfeod Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 5 mL pereaksi barfeod, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam tabung reaksi.
Dipanaskan selama 5 menit atau dimasukkan ke dalam penangas air.
Reaksi positif bila terjadi endapan Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata.
6. Uji Iodium Ditiap tabung ditambahkan 1 tetes pereaksi iodium, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam plat tetes.
Adanya warna spesifik menunjukkan adanya karbohidrat.
Adanya warna biru kehitaman menunjukkan adanya amilosa, adanya warna merah lembayang menunjukkan adanya amilopektin. Deskran dan juga glikogen akan menghasilkan warna merah cokelat dengan pereaksi ini.
G. Pengamatan 1. Hasil Pengamatan a. Uji Molisch No
Sampel
Pereaksi
1.
Glukosa
Molisch
Hasil Pengamatan Glukosa
setelah
pereaksi
Molisch
ditambahkan (2
tetes
ɑ-
naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui
dinding
tabung)
tidak
terbentuk cincin ungu. 2.
Fruktosa
Molisch
Fruktosa
setelah
pereaksi
Molisch
ditambahkan (2
tetes
ɑ-
naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui
dinding
tabung)
tidak
terbentuk cincin ungu. 3.
Sukrosa
Molisch
Sukrosa
setelah
pereaksi
Molisch
ditambahkan (2
tetes
ɑ-
naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui
dinding
tabung)
tidak
terbentuk cincin ungu. 4.
Maltosa
Molisch
Maltosa
setelah
pereaksi
Molisch
ditambahkan (2
tetes
ɑ-
naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui
dinding
tabung)
tidak
terbentuk cincin ungu. 5.
Laktosa
Molisch
Laktosa setelah ditambahkan pereaksi Molisch (2 tetes ɑ-naftol
diikuti
dengan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung) tidak terbentuk cincin ungu. 6.
Pati
Molisch
Pati setelah ditambahkan pereaksi Molisch (2 tetes ɑ-naftol
diikuti
dengan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung) tidak terbentuk cincin ungu.
b. Uji Seliwanoff No
Sampel
Pereaksi
1.
Glukosa
Seliwanoff
Hasil Pengamatan Glukosa Seliwanoff
ditambahkan tidak
pereaksi mengalami
perubahan warna. 2.
Fruktosa
Seliwanoff
Fruktosa
ditambahkan
pereaksi
Seliwanoff maka akan mengalami perubahan warna menjadi merah
orange. 3.
Sukrosa
Seliwanoff
Sukrosa
ditambahkan
pereaksi
Seliwanoff maka akan mengalami perubahan warna menjadi merah
orange.
f. Pati + pereaksi Iodium
H. Pembahasan Percobaan pertama yaitu, uji Molisch. Uji Molisch bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat. Prinsip percobaan Uji Molish adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama
karbohidrat
terhidrolisis
oleh
H2SO4
pekat
menjadi
monosakarida kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu bagian paling bawah berwarna bening dimana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung karbohidrat (Wilujeng, 2016). Pada uji Molisch menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi ɑnaftol sebanyak 2 tetes, lalu ditambahkan H2SO4 sebanyak 2 mL dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, keenam sampel tersebut menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya cincin ungu pada bidang batas tabung. Menurut teori, seharusnya keenam sampel tersebut terbentuk cincin berwarna ungu pada bidang batas tabung dikarenakan keenam
sampel tersebut termasuk golongan karbohidrat. Hal ini terjadi akibat kesalahan pada pengujian. Kesalahan pada pengujian ini akibat adanya human error. Human error dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya, penambahan reagen yang kurang atau kelebihan, waktu pengamatan yang tidak akurat, pemanasan sampel yang terlalu lama atau terlalu cepat, peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga meninggalkan bekas pereaksi sebelumnya sehingga ikut bereaksi dengan sampel yang sedang diuji, dan komposisi campuran larutan pengujian yang tidak sesuai arahan prosedur. Percobaan kedua yaitu, uji Seliwanoff. Uji Seliwanoff bertujuan untuk membedakan adanya ketosa dan aldosa. Jika suatu gula mempunyai gugus keton, maka disebut ketosa, sedangkan jika ia mengandung gugus aldehida ia disebut aldosa. Reagent Seliwanoff adalah pereaksi yang terdiri dari resorsinol dan HCl pekat. Prinsip dari uji Seliwanoff adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil furfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk kompleks berwarna merah orange (Kusbandari, 2015). Reaksi positif uji seliwanoff yaitu adanya warna merah orange menunjukkan adanya ketosa. Reaksi positif ini akan muncul setelah larutan dipanaskan. Uji Seliwanoff menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Seliwanoff sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, terdapat dua sampel yang berubah menjadi warna merah orange yaitu, fruktosa dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut memberikan reaksi positif setelah dipanaskan. Sedangkan, glukosa, maltosa, laktosa, dan pati tidak mengalami perubahan warna. Menurut teori yang telah dijelaskan bahwa hasil positif dari uji Seliwanoff yaitu terjadinya perubahan warna menjadi warna merah orange. Hal ini berarti fruktosa dan sukrosa termasuk golongan ketosa Sedangkan sampel- sampel yang tidak mengalami perubahan warna termasuk golongan aldosa.
Percobaan ketiga yaitu, uji fehling. Uji Fehling bertujuan untuk menguji kandungan adanya kandungan gula pereduksi yaitu monosakarida atau disakarida. Pereaksi Fehling adalah pereaksi yang terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam KNa- tartrat dan NaOH dalam air (Fitri, 2020). Pada uji Fehling menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Fehling sebanyak 3 tetes, lalu dipanaskan diatas penangas air, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa termasuk monosakarida lalu sukrosa, maltosa, dan laktosa termasuk disakarida. Sedangkan pada sampel pati mengalami perubahan warna menjadi warna biru bening. Hal ini disebabkan karena pati termasuk polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan pereaksi Fehling. Pati tidak mengandung gula pereduksi sehingga tidak terjadi pembentukan endapan merah kecoklatan. Percobaan keempat yaitu, uji benedict. Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel yang diujikan. Prinsip dari uji Benedict ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula pereduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini hasil positif nya yaitu, menghasilkan endapan berwarna merah yang menandakan adanya gula pereduksi pada larutan (Kusbandari, 2015). Pada uji Benedict menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Benedict sebanyal 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, keenam sampel tersebut menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak adanya endapan berwarna merah pada sampel. Maka dari dapat diketahui bahwa pengujian ini
melenceng dari teori yang telah dijelaskan diatas. Kesalahan pada pengujian ini akibat adanya human error. Human error dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya, penambahan reagen yang kurang atau kelebihan, waktu pengamatan yang tidak akurat, pemanasan sampel yang terlalu lama atau terlalu cepat, peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga meninggalkan bekas pereaksi sebelumnya sehingga ikut bereaksi dengan sampel yang sedang diuji, dan komposisi campuran larutan pengujian yang tidak sesuai arahan prosedur. Seharusnya, glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa menunjukkan reaksi positif dikarenakan keempat sampel ini terdapat gugus aldehid dan keton bebas pada gula pereduksi yang dimilikinya. Percobaan kelima yaitu, uji Barfoed. Uji Barfoed bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pereaksi Barfoed mengandung kupri asetat Cu(CH3COO)2 yang dilarutkan dalam aquades dan ditambahkan dengan asam asetat (CH3COOH) (Laita, et al., 2017). Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida,dan akan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Endapan berwarna merah bata menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel karena terbentuk hasil Cu2O (Kusbandari, 2015). Pada uji Barfoed menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Barfoed sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, glukosa, fruktosa, dan sukrosa membentuk endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut terdapat monosakarida dilarutannya. Sedangkan, maltosa, laktosa, dan pati tidak menghasilkan endapan berwarna merah bata. Hal ini terjadi dikarenakan di ketiga sampel tersebut tidak terdapat gula monosakarida pereduksi. Percobaan keenam yaitu, uji Iodium. Uji Iodium bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan polisakarida atau gula kompleks. Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium
dan memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Uji pati-iodium berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu polisakarida, menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik (Mustakin & Tahir, 2019 ; Fitri, 2020). Pada uji Iodium sampel-sampel yang digunakan yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Iodium sebanyak 1 tetes pada plat tetes yang telah diberi sampel dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, yang menunjukkan reaksi positif dan mengalami perubahan warna menjadi warna biru kehitaman hanya sampel pati. Hal ini dikarenakan didalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks, karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Fessenden (1986) berpendapat bahwa bentuk rantai heliks menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodin yang dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Sedangkan pada sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa mengalami perubahan menjadi berwarna kuning bening. Maka dapat diketahui bahwa glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa bukan polisakarida. Sedangkan pati termasuk pada polisakarida.
I. Kesimpulan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Uji Molisch. Semua golongan karbohidrat bereaksi positif dengan Pereaksi Molisch, yaitu dengan membentuk cincin ungu pada bidang batas tabung, akan tetapi dapat tidak bereaksi apabila terjadi human eror, salah satu faktornya yaitu LA (Laboratory Accident). 2. Uji Seliwanoff bertujuan untuk melihat adanya gugus aldehid dan keton pada golongan karbohidrat. Perbedaan kedua gugus tersebut dapat dilihat dari perubahan warna sampel, apabila tidak terjadi perubahan menandakan golongan karbohidrat tersebut termasuk gugus aldehid, sebaliknya bila terjadi perubahan warna menjadi orange menandakan golongan karbohidrat tersebut mengandung gugus keton. Terjadinya perubahan warna menjadi
orange ini juga disebabkan prinsip dari uji seliwanoff yaitu terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol. 3. Uji Fehling bertujuan untuk melihat sifat pereduksi pada gula, hal ini dapat dilihat dengan terbentuknya reaksi positif pada sampel. Gula pereduksi sendiri merupakan senyawa-senyawa penerima elektron, selanjutnya dari percobaan ini ditemukan bahwa hampir semua gula dapat tereduksi dengan uji fehling, kecuali amilum atau pati karena pati sendiri bukan merupakan gula pereduksi, karena pati tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum dengan larutan Fehling. 4. Uji Benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi pada sampel yang diuji. Reaksi positif dari uji benedict tersebut yaitu, adanya endapan merah bata, hijau atau kuning. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa pada semua sampel menunjukkan hasil negatif yang berarti tidak adanya endapan pada sampel. Hal ini menyimpang dari teori yang ada dikarenakan adanya kesalahan saat dilakukannya percobaan. Hasil yang sebenarnya yaitu pada laktosa, maltosa, fruktosa dan glukosa harusnya menunjukkan hasil yang positif karena mengandung gugus aldehid dan keton bebas pada gula pereduksi.
5. Uji Barfoed bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Reaksi positif dari percobaan ini yaitu, adanya endapan berwarna merah bata pada sampel. Pada percobaan ini yang menunjukkan reaksi negatif yaitu, tidak adanya endapan pada sampel. Dari keenam sampel tersebut yang menghasilkan reaksi positif yaitu, sampel glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut terdapat gula monosakarida dilarutannya. Dan sampel yang menghasilkan reaksi negatif yaitu, maltosa, laktosa, dan pati. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak terdapat gula monosakarida pereduksi. 6. Uji Iodium bertujuan untuk mendeteksi gula yang kompleks atau polisakarida. Reaksi positif dari percobaan ini yaitu, menunjukkan adanya perubahan larutan menjadi biru kehitaman. Dari keenam sampel yang ada hanya amilum (pati) yang menunjukkan hasil positif.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik, I. N. (2017). Perbedaan Kadar KIO3 Telur Asin Berdasarkan Metode dan
Lama Pemanasan. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
SAINTEKS, 17(1), 4552. Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
SAINTEKS, 17(1), 4552. Fitria, N. (2014). Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses
Fermentasi
Kapasitas
8.000
Ton/Tahun.
Surakarta :
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Hartina, O., & Amna, U. (2020). Identifikasi Bahan Pewarna Napthol Yellow S (C10H6N2NaO8S+) dalam Sediaan Perona Mata Secara Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Jurnal Kimia Sains dan Terapan, 2(1): 58. Herlinawati, L., & Erna, H. (2014). Pengaruh Konsentrasi Laktosa terhadap Karakteristik Susu Asam Kedelai (Soyghurt). Majalah Ilmiah UNIKOM, 13(2): 227234. Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3839. Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3542. Lapu, P., & Telussa, I. (2013). Analisis Kandungan Pati Resisten dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku dengan Variasi Suhu Pemanasan. Jurnal
Ind.J.Chem.Res, 1(1): 9.
Lutfiati, A. (2008). Prarancangan Pabrik Asam Sulfat dari Sulfur dan Udara
dengan Proses Kontak Kapasitas 225.000 Ton Per Tahun. Bachelor thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Madyaningratri, A. P., Pebriliani, I. A., Marleni, T., et al. (2015). Laporan Biokimia
Praktikum Karbohidrat. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Ngamput, H. M. A. (2018). Pengaruh Waktu Hidrolisis Asam terhadap Kadar
Etanol yang Dihasilkan dalam Fermentasi Ulva lactuca. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Nuritasari, Y. I., Eni Budiyati, S. T., Eng, M., & Rois Fathoni, S. T. M. (2016).
Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup (HFS) dari Tepung Tapioka Kapasitas
Produksi
100.000
Ton/Tahun.
Surakarta
:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Nurjannah, L., Suryani, S., Achmadi, S. S., et al. (2017). Produksi Asam Laktat oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dengan Sumber Karbon Tetes Tebu. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia, 9(1): 19. Putra, H. P. (2015). Pengaruh Waktu Fermentasi dan Jenis Ragi (Saccharomyces
cerevisiae dan Debaryomyces hanseii) terhadap Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet (Manihot glaziovii MA). Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya. Rahayu, D. K. (2019). Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia SMK/MAK
Kelas X. Malang : PT. Kuantum Buku Sejahtera. Setiawan, I. P. P. (2015). Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sudarmo, U. (2016). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang
Disempurnakan Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. Sudirga, S, T. (2013). Modul kuliah biokimia Karbohidrat. Bali: Universitas Udayana. Sumardjo, D. (2012). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC. Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta : Kemenkes RI. Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji Molish. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
J. Jawaban Soal 1.
Soal
Tuliskan judul percobaan yang telah Anda lakukan!
Jawaban
Identifikasi Karbohidrat
Referensi 2
Soal
Tuliskan tujuan percobaan yang telah Anda lakukan!
Jawaban
Tujuan percobaan yang telah dilakukan adalah agar dapat mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.
Referensi 3
Soal
Jelaskan prinsip kerja dari masing-masing identifikasi karbohidrat!
Jawaban
a. Uji Molisch Prinsip dari percobaan uji Molisch adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4, sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks yang berwarna ungu. b. Uji Seliwanoff Prinsip kerja percobaan uji Seliwanoff didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa
merupakan
dua
jenis
gula
yang
memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia merupakan disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. c. Uji Fehling Prinsip kerja percobaan uji Fehling yaitu di mana terjadi reaksi antara gula pereduksi dengan Fehling B membentuk enediol, kemudian enediol bereaksi dengan Fehling A membentuk ion Cu2+ dan campuran asam-asam. Selanjutnya ion Cu2+ yang
berupa Cu(OH)2 akan
direduksi oleh gula
pereduksi menjadi Cu2+ sebagai CuOH, kemudian Cu2O yang tidak larut berwarna kuning atau merah bata. d. Uji Benedict Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. e. Uji Barfoed Uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida akan membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. f. Uji Iodium Uji Iodium bertujuan untuk membedakan antara polisakarida,
disakarida,
dan
monosakarida.
Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium dan memberikan
warna
biru
kehitaman
yang
menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Referensi Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3839. Ngamput, H. M. A. (2018). Pengaruh Waktu Hidrolisis
Asam terhadap Kadar Etanol yang Dihasilkan
dalam Fermentasi Ulva lactuca. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji
Molish.
Yogyakarta :
Universitas
Negeri
Yogyakarta. 4.
Soal
Gambarkan struktur dari semua jenis karbohidrat pada sampel yang anda gunakan!
Jawaban
a. Glukosa
b. Fruktosa
c. Sukrosa
d. Maltosa
e. Laktosa
f. Pati
Referensi Sudirga, S, T. (2013). Modul kuliah biokimia Karbohidrat. Bali: Universitas Udayana. 5.
Soal
Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang Anda gunakan pada setiap percobaan, kaitkan dengan hasil pengamatan!
Jawaban
a. Glukosa sebagai karbohidrat pereduksi. b. Fruktosa sebagai karbohidrat pereduksi. c. Sukrosa
sebagai
karbohidrat
pereduksi
dan
merupakan penyusun golongan gula disakarida yang menghasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. d. Laktosa
sebagai
penyusun
golongan
gula
disakarida yang menghasilkan satu moleku glukosa dan satu molekul galaktosa.
e. Maltosa menghasilkan dua molekul glukosa. Maltosa digunakan dalam makanan dayi dan susus bubuk beragi (malted milk). f. Pati sebagai penyusun golongan polisakarida dan dapat menghasilkan glukosa. g. Pereaksi Molisch secara kulaitatif menentukan adanya karbohidrat dalam sampel. h. Pereaksi
Seliwanof
mengidentifikasi
dan
membedakan aldosa dan ketosa. i. Pereaksi Benedict untuk menguji gula pereduksi seperti golongan monosakarida dan disakarida. j. Pereaksi
Barfoed
untuk
mengidentifikasi
monosakaridan dan disakarida. k. Pereaksi Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat
khusus
karbohidrat
dengan
adanya
karbohidrat pereduksi. Hasil uji menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa merupakan gula yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. l. Pereaksi Iodium untuk mengidentifikasi adanya polisakarida (pati) dalam sampel. Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikkan reaksi dengan larutan iodium dan memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. m. ɑ-naftol
digunakan pada uji Molisch untuk
mengetahui adanya karbohidrat pada sampel yang digunakan. Adanya karbohidrat ditandai dengan adanya cincin ungu pada sampel.
Referensi Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. SAINTEKS, 17(1), 4552. Lapu, P., & Telussa, I. (2013). Analisis Kandungan Pati Resisten dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku dengan Variasi Suhu Pemanasan. Jurnal Ind.J.Chem.Res, 1(1): 9. Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta : Kemenkes RI. 6.
Soal
Uraikan apakah semua pengujian dapat digunakan untuk semua jenis karbohidrat?
Jawaban
Uji molisch, seliwanoff, fehling, benedict, barfoed dan iodium
dapat
digunakan
untuk
semua
jenis
karbohidrat. Namun, tiap pereaksi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dan akan menghasilkan hasil positif jika direaksikan
dengan
pereaksi
yang
diinginkan. Referensi Madyaningratri, A. P., Pebriliani, I. A., Marleni, T., et al.
(2015).
Karbohidrat.
Laporan Surabaya :
Biokimia
Praktikum
Universitas
Negeri
Surabaya. 7.
Soal
Tuliskan mekanisme reaksi identifikasi karbohidrat menggunakan pereaksi Molisch dan Iodium!
Jawaban
a. Uji Molisch Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama karbohidrat terhidrolisis oleh H2SO4 pekat, lalu menjadi monosakarida. Kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk furfural yang kemudian
bereaksi dengan α-naftol sehingga membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama-kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu, bagian paling bawah berwarna bening di mana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengandung karbohidrat. b. Uji Iodium Penambahan Iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan Iodium menghasilkan warna biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan Iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi Iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan waktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam amilum terdiri dari dua macam amilum yaitu, amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu, molekulmolekul yang bergerombol dan tidak kasat mata, karena hanya pada tingkat molekuler.
Referensi Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji Molish.
Yogyakarta:
Universitas
Negeri
Yogyakarta. Setiawan, I. P. P. (2015). Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
, et al
Pentahydrate
Pentahydrate
Pentahydrate
Spesific
gravity
nitrating agent
Specific
gravity
,
et
al
,
et
al
Human error Human error
Prarencana Pabrik Sodium Methylate dengan Kapasitas 83.000 Ton/Tahun.
Jurnal Temik (Teknik Elektromedik)
Laporan Tahun 2011 Sentra Informasi Keracunan Nasional
Jurnal Teknik Kimia
Sainteks
Digital Repository Universitas Jember
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory
Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) dalam Analisis Fenilpiruvat Pada Urin Menggunakan Plat Silika Terimmobilisasi Ferri Amonium Sulfat
PubChem Compound Summary Praktikum Kimia Farmasi Buku Manajemen Ternak Perah. Malang Pembuatan Sensor Kimia Sederhana Untuk Mendeteksi Aspartam Pada Minuman Kemasan Dengan Reagen Ninhidrin
). Gambaran Status Kesehatan Gigi, Mulut, dan Karakteristik Saliva Pada Residen di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar
Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
Teknik Kimia Kandungan Isoleusin, Fenilalanin, dan Prolin Pada Tepung Belalang Kayu (valanga nigricornis) dengan Metode Pengeringan Matahari dan Pengeringan Oven Panduan Praktikum Kimia
). Kimia Organik Pra Rencana Pabrik Asam Nitrat Dari Amonia dan Oksigen dengan Proses Ostwald Asam Kuat Kapasitas 50.000 Ton/Tahun Perancangan Alat Utama Kolom absorber Industri Bioproses Fenilalanin
Biokimia 1 Kimia Analisis
Modul Asam Amino, Peptida dan Protein
Asam Amino, Peptida, dan Protein
Biokimia 1. Malang
Biokimia
Hubungan Kadar Timbal (Pb) dengan Profil Protein pada Kerang Hijau (perna viridis) Berbasis SDS-PAGE
Laporan Praktikum : Uji Protein
Biokimia 1
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN X ASAM NUKLEAT
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
PRODI
: S-1 FARMASI UMUM 2020
ASISTEN
: ANNISA ANUGRAH PUTRI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN X ASAM NUKLEAT
A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal
: Selasa, 18 Mei 2021
Waktu
: 07:30 – 10:30 WITA
B. Judul Praktikum Asam Nukleat
C. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman.
D. Dasar Teori Asam nukleat adalah biopolimer yang berbobot molekul tinggi dengan unit monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetik, kemudian menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masingmasing sel. Asam nukleat, jika unit-unit pembangunnya deoksiribonukleotida , disebut asam deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiriatas unit-unit ribonukleaotida disebut asam ribonukleaotida (RNA) (Setiawan, 2013). Asam Nukleat juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Nukleotida mengandung ribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah RNA (Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis protein. Nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah DNA (Deoxyribonucleic acid = asam deoksiribonukleat) yang merupakan bahan utama pembentukan inti sel. Dalam asam nukleat terdapat 4 basa nitrogen yang berbeda yaitu 2 purin dan 2 primidin. Baik dalam RNA maupun DNA purin selalu adenin dan guanin. Dalam RNA pirimidin selalu sitosin dan urasil, dan dalam DNA pirimidin selalu sitosin dan timin (Setiawan, 2013).
A. Struktur Asam Deoksiribonukleat (DNA) Asam deoksiribonukleat adalah polimer yang terdiri atas molekulmolekul deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain sehingga membentuk rantai polinukleotida yang panjang.
Molekul DNA ini
terbentuk oleh ikatan antara atom C nomor 3, dengan atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa dengan perantaraan gugus fosfat (Setiawan, 2013).
Secara kimia DNA mengandung sifat sebagai berikut: 1.
Memiliki gugus gula deoksiribosa.
2.
Basa nitrogennya guanin (G), sitosin (C), timin (T) dan adenin (A).
3.
Memiliki rantai heliks ganda anti paralel
4.
Kandungan basa nitrogen antara kedua rantai sama banyak dan berpasangan spesifik satu dengan lain. Guanin selalu berpasangan dengan sitosin (G –C), dan adenin berpasangan dengan timin (A - T), sehingga jumlah guanin selalu sama dengan jumlah sitosin. Demikian pula adenin dan timin.
B. Struktur Asam Ribonukleat (RNA) Asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekulmolekul ribonukleotida. Asam ribonukleat terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C nomor 3, dengan atom C nomor 5 pada molekul ribosa dengan perantaraan gugus fosfat. RNA terdapat tiga jenis yaitu, tRNA (transfer RNA), mRNA ( messenger RNA ) dan rRNA (ribosomal RNA) (Setiawan, 2013).
Secara kimia RNA mengandung sifat sebagai berikut: 1. Gula pentosanya adalah ribosa 2. RNA memiliki ribonukleotida guanin(G), sitosin (C), adenin (A) dan Urasil (U) pengganti Timin pada DNA. 3. Untai fosfodiesternya adalah untai tunggal yang bisa melipat membentuk jepit rambut seperti untai ganda.Beda dengan DNA bentuk molekulnya heliks ganda. 4. persentasi kandungan basa tidak harus sama, pasangan adenin tidak harus sama dengan urasil, dan sitosin tidak harus sama dengan guanin. Terdapat perbedaan DNA dan RNA yaitu : (Trisasmita & Yuliastini, 2018) a. RNA umumya tersusun dari pita nukleotida tunggal sedangkan DNA merupakan pita nukleotida ganda. b. RNA mengandung tipe molekul gula yang berbeda yaitu ribosa sebagai pengganti molekul gula deoksiribosa pada DNA. c. Seperti pada DNA, RNA juga mengandung 4 basa nitrogen, tetapi basa Timin (T) diganti dengan basa Urasil (U).
d. Molekul DNA berbentuk rantai rangkap (double helix), sedangkan RNA berbentuk rantai tunggal. Ukuran molekul DNA lebih besar daripada RNA. e. Fungsi DNA berkaitan dengan penurunan sifat dan sintesis protein, sedangkan RNA berkaitan dengan sintesis protein. f. Kadar DNA tidak dipengaruhi oleh aktivitas sintesis protein sedangkan RNA dipengaruhi oleh aktifitas sintesis protein. g. DNA terdapat pada inti sel, sedangkan RNA terdapat pada inti sel dan sitoplasma. h. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah deoksiribosa. (Rahmadina, 2019).
E. Alat dan Bahan 1. Alat No
Nama Alat
1.
Batang Pengaduk
Gambar
Fungsi Untuk mengaduk larutan (Wardiyah, 2016).
2.
Corong
Digunakan untuk memindahkan larutan
dari
wadah yang satu ke wadah yang lain
terutama
yang
bermulut
kecil
(Rahayu,
2019).
3.
Gelas Kimia
Melarutkan suatu
padatan,
untuk mencampurkan cairan, dan untuk memanaskan larutan (Nurdiani, 2019). 4.
Gelas Ukur
Mengukur volume
cairan
atau larutan di mana
jumlah
volume berdasarkan pada volume di dalamnya (Wardiyah, 2016). 5.
Kertas
Memisahkan zat
Saring
padat
dari
cairannya
di
mana
hasil
penyaringan disebut
filtrat
dan
sisa
yang
tertinggal
pada
kertas
saring
disebut
residu
(ampas)
(Agusdin
&
Setiorini, 2020).
6.
Labu Erlenmeyer
Untuk titrasi atau analisis kuantitatif secara volumetri. Memiliki yang
leher sempit,
untuk mengurangi penguapan
zat
cair
dalam
pemanasan
dan
menghindari tumpah
ketika
dalam
proses
pengadukan (Wardiyah, 2016). 7.
Mortar dan Pestle
Menghaluskan atau menggerus suatu bahan/zat yang
masih
bersifat
padat
atau kristal juga dapat menghaluskan bahan-bahan
praktek
seperi
daun,
DNA,
RNA, dan lainlain
(Yunita,
2016). 8.
Pipet Tetes
Untuk membantu memindahkan cairan
dari
wadah yang satu ke wadah yang lain
dalam
jumlah
yang
sangat kecil dari tetes demi tetes (Nurdiani, 2019). 9.
Rak Tabung
Untuk meletakkan tabung
reaksi
pada
saat
mereaksikan bahan
kimia
(Rahayu, 2019). 10.
Tabung reaksi
Untuk
tempat
mereaksikan larutan
atau
cairan (Nurdiani, 2019).
2. Bahan No
Nama Bahan
1.
Alkohol 96%
Sifat Fisik
Sifat Kimia
molekul: a. Dapat
a. Berat
46,069 g/mol
membentuk
senyawa eter.
a. Titik beku: -114,1 b. Dapat °C
membentuk
senyawa ester.
b. Titik didih: 78 °C
c. Dapat teroksidasi.
0,789 d. Jika bereaksi dengan fosfor iodida g/mL (20 °C)
c. Densitas:
menghasilkan
d. Viskositas:
etil
iodida.
0,53443 cP
e. Temperatur kritis: e. Dapat terdehidrasi. (Sungkar, 2011). 243,1 °C f. Tekanan kritis: 63 atm g. Panas penguapan: 38770 kJ/mol (Sungkar, 2011). 2.
Brokoli
a. Memiliki
kepala a. Memiliki
senyawa
bunga besar dan
fitokimia
yang
bunganya tersusun
berperan
untuk
dari kuntum bunga
mengurangi
resiko
yang
kanker
jumlahnya
lebih dari 5.000
glukosinolat
kuntum.
lutein.
b. Warna:
yaitu dan
hijau b. Senyawa
muda, hijau tua,
antioksidan ini dapat
hijau
bekerta
kebiruan,
secara
kuning, atau putih.
efektif jika brokoli
c. Massa: 600–800 g
tidak terlalu matang
d. Diameter:
18–25
cm
karena
pemanasan
yang parah.
e. Tiap
bunga
(Hanifa, 2019).
memiliki 4 helai daun kelopak, 4 helai
daun
mahkota,
dan
6
helai benang sari. (Hanifa, 2019). 3.
Detergen
a. Bahan
utamanya a. Deterjen
anionik
garam
memiliki
daya
natrium/sodium
pembersih
kuat
lauryl
karena berasal dari
sulfate
(SLS) dan alkyl
surfaktan
anionik
hydrogen sulfate.
yang berasal dari
(Wibisono, 2018).
hasil reaksi alkohol
b. pH: 9,5–11
rantai
c. Kadar air: 5–6%
dengan asam sulfat
d. Bobot jenis: 0,35–
sehingga
0,55 g/mL e. Jumlah
panjang
memiliki
sifat bahan
tidak larut dalam
aktif
permukaan. (Wibisono, 2018).
air tidak lebih dari b. Semakin
kuat
1%
lapisan
(Ningseh, 2017).
antarmukanya maka
f. Ujung non polar: R – O (hidrofob) g. Ujung
polar:
SO3Na (hidrofil)
semakin stabil juga emulsinya. (Ningseh, 2017). c. Dapat lemak.
melarutkan
(Wulansari
& d. Tidak
Ardiansyah,
dipengaruhi
kesadahan air.
2013).
e. Pembuatan deterjen: ROH + H2SO4 → ROSO3H + H2O ROSO3H + NaOH → ROSO3Na + H2O (Wulansari
&
Ardiansyah, 2013). 4.
Garam (NaCl) a. Massa
molekul: a. Dapat diperoleh dari
58,44 g/mol b. Bentuk
reaksi NaOH dan kristal:
kubik
HCl
sehingga
memiliki pH netral.
c. Warna:
tidak b. Ikatan ioniknya kuat
berwarna/putih d. Refraksi
indeks:
1,5442
(Na+)
+
dengan
selisih
elektronegatif lebih
e. Densitas:
2,165
g/mL
dari 2. c. Larutannya
f. Titik leleh: 801 °C
merupakan
g. Titik didih: 1413
elektrolit
°C
karena
h. Kapasitas
panas:
0,853 J/g.°C i. Panas
peleburan:
517,1 J/g j. Kelembaban kritik: 75,3% pada 20 °C
(Cl-)
kuat terionisasi
sempurna dalam air. (Rahmawati, 2010).
(Martina, et al., 2016).
F. Bagan Prosedur Kerja Ditimbang brokoli sebanyak 5 gram.
Ditumbuk sampai halus dengan mortar dan pestle.
Ditambahkan aquades sebanyak 50 mL.
Ditambahkan garam : detergen sesuai perbandingan (½ : 1, 1 : 1, 1 : ½).
Ditunggu selama 15 menit.
Disaring, diambil 2,5 mL, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 mL alkohol 96%.
Diamati perubahan yang terjadi.
G. Pengamatan 1. Hasil Pengamatan No 1.
Perbandingan 1
/2 : 1
Gambar
Hasil Pengamatan Pada
perbandingan
ini,
telah
ditambahkan garam dan deterjen dengan perbandingan ½ : 1, yang berarti jumlah garam lebih sedikit dibandingkan deterjen.
Hasil
pengamatannya adalah
terbentuk
larutan
berwarna
kuning pucat hampir bening dan terdapat gelembunggelembung
pada
bagian atas larutan. 2.
1:1
Pada
perbandingan
ini,
telah
ditambahkan garam dan deterjen dengan perbandingan 1 : 1, yang berarti jumlah garam banyaknya
sama dengan
penambahan deterjen.
Hasil
pengamatannya adalah
larutan
berwarna
kuning
pucat
tetapi
lebih
pekat dibandingkan dengan dua larutan diantaranya
yang
merupakan perbandingan 1: ½ ataupun ½ : 1. Sama seperti perbandingan ½
:
1,
terdapat
gelembunggelembung
pada
bagian atas sampel. 3.
1:1/2
Sama
seperti
perbandingan ½ : 1, larutan
berwarna
kuning pucat hampir bening tetapi tidak sepekat
sampel
dengan perbandingan dan
1:1,
terdapat
gelembunggelembung
pada
bagian atas larutan.
H. Pembahasan Asam nukleat adalah makromolekul kompleks yang tersusun atas rantai nukleotida yang menyimpan informasi genetik dari suatu makhluk hidup (Usmar et al., 2017). Pada praktikum pengujian kali ini yaitu uji asam nukleat. Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman. Pratikum asam nukleat ini menggunakan satu sampel dan beberapa pereaksi. Sampel yang digunakan yaitu brokoli dan pereaksi yang digunakan yaitu NaCl (garam dapur), detergen, dan alkohol 96%. Praktikum pengujian Asam Nukleat ini, yang dilakukan adalah mengisolasi DNA yang berasal dari sayuran yaitu dalam hal ini sampelnya brokoli. Uji kali ini menggunakan brokoli dikarenakan kadar air brokoli yang sedikit, memiliki kromatin yang banyak, memiliki DNA yang banyak dan dinding sel dari brokoli yang kokoh (Tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras) daripada beberapa sayur lainnya. Pengujian asam nukleat ini dilakukan untuk mengisolasi DNA yang berasal dari sayuran. Proses isolasi DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA terdiri dari tiga tahap, yaitu perusakan dinding sel (lisis), pemisahan DNA dari komponen lainnya serta pemurnian DNA (Hutami, et al., 2018). Percobaan kali ini menggunakan perlakuan fisik yaitu penggerusan dengan mortar dan pestle. Tujuan dari penggerusan adalah untuk memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan, selain itu juga untuk memisahkan dinding sel dan membran sel pada sampel yang digunakan. Proses penggerusan dilakukan dengan hati-hati, agar tidak menyebabkan kerusakan pada membran sel, membran plasma, membran inti dan dinding sel. Maka dari uji asam nukleat menggunakan sampel brokoli ini tidak dapat menggunakan blender dikarenakan dapat merusak bagian- bagian tersebut dan dapat merusak DNA didalamnya. Selain itu, diberi perlakuan secara kimiawi yaitu pemberian deterjen pada sampel. pemberian deterjen bertujuan untuk menghilangkan molekul lipid agar merusak membran dan dinding sel sehingga DNA bisa keluar dari inti sel. Deterjen juga dapat melisiskan sel dikarenakan ia dapat melarutkan lemak
dalam membran sel. Hal ini disebabkan karena sifat deterjen sama dengan sifat dinding sel, yaitu hidrofobik sehingga terjadi ikatan antara keduanya yang mengakibatkan dinding sel tersebut rusak. Setelah brokoli di gerus, dimasukkan sampel kedalam gelas kimia dan ditambahkan aquades sebanyak 50 mL. Penambahan aquades berfungsi untuk menghomogenkan larutan yang dipakai. Lalu ditambahkan NaCl dan deterjen. Penambahan dua pereaksi ini harus sesuai dengan takaran atau ukuran yang telah ditentukan. Percobaan ini menggunakan takaran sebanyak ½ : 1, 1 : 1, dan 1 : ½. Isolasi menggunakan NaCl bertujuan untuk menjaga struktur molekul DNA dan memekatkan DNA. Hal ini terjadi dikarenakan ion Na+ yang terdapat dalam NaCl mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA. Ketika ion Na+ NaCl berikatan dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan berkumpul (Maulidina, 2016). Sedangkan penambahan detergen untuk menghilangkan molekul lipid untuk bisa merusak membran dan dinding sel agar DNA bisa keluar dari inti sel. Langkah selanjutnya yaitu didiamkan selama 15 menit. Tujuannya untuk mempermudah pengendapan dan memaksimalkan hasil garam dan deterjen bereaksi. Jika sudah 15 menit, sampel tadi di saring menggunakan kertas saring dan corong kaca. Tujuan penyaringan ini yaitu untuk memisahkan serat-serat yang ada dan untuk mendapatkan larutan yang encer tidak terlalu kental. Selanjutnya, sampel dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan alkohol 96% kedalam tabung reaksi tersebut. Penambahan alkohol ini bertujuan untuk membuat DNA naik kepermukaan. Alkohol tidak melarutkan DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan dari air membuat DNA akan tampak nyata sebagai strands (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Busa atau gelembung-gelembung putih tersebut merupakan DNA yang terikat oleh alkohol. DNA berhasil keluar dari inti sel yang dirusak oleh deterjen dan DNA-DNA yang tersebar pada potonganpotongan brokoli dipekatkan dan dikumpulkan oleh garam. Maka pada gelembung-gelembung putih itulah kumpulan-kumpulan DNA yang berasal dari sel-sel brokoli.
Percobaan ini hasilnya positif yaitu terbentuknya gelembung dan terdapat DNA. Pada bagian atas ketiga larutan menghasilkan gelembung, gelembung tersebut merupakan DNA yang terikat dengan alkohol. DNA tersebut berhasil keluar dari inti sel yang dirusak oleh deterjen. DNA yang tersebar pada potongan-potongan brokoli dipekatkan oleh garam. Maka dapat diketahui bahwa gelembung- gelembung tersebut merupakan kumpulan DNA yang berasal dari sel-sel brokoli. Ketiga tabung reaksi tersebut menghasilkan sampel berwarna kuning pucat. Perbedaan dari ketiga sampel tersebut terdapat pada sampel dengan perbandingan 1 : 1 dikarenakan warna kuningnya lebih pekat daripada kedua larutan lainnya ( ½ : 1 & 1 : ½ ). Hal ini dikarenakan konsentrasi yang diberikan sama banyaknya antara garam dan deterjen. Sedangkan dua larutan lainnya, salah satu bahannya diberikan konsentrasi yang lebih sedikit. Maka dari itu hal itu yang menyebabkan kedua larutan memiliki warna yang tidak pekat (hampir bening).
I. Kesimpulan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Asam Nukleat juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Nukleotida mengandung ribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah RNA (Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis protein. Nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang
terjadi
adalah
DNA
(Deoxyribonucleic
acid
=
asam
deoksiribonukleat) yang merupakan bahan utama pembentukan inti sel. 2. Tujuan penambahan garam yaitu untuk memekatkan DNA yang dihasilkan dari perusakan inti sel oleh deterjen. Sedangkan penambahan alkohol bertujuan untuk membuat DNA naik atau melayang-layang ke permukaan larutan (Azis, 2016). Alkohol tidak melarutkan DNA dikarenakan berat alkohol lebih ringan dibandingkan air. 3. Terbentuknya gelembung pada bagian atas larutan tersebut merupakan penampakan asam nukleat DNA yang berasal dari sel tanaman brokoli.
DAFTAR PUSTAKA
Agusdin, & Setiorini, I. A. (2020). Analisa Kemampuan Penyerapan Bubur Kertas (Pulp) dari Kertas Bekas sebagai Adsorbent Zat Warna Reaktif dan Logam Berat (Cu dan Fe) dari Limbah Cair Tekstil dengan Adsorber Vertikal. Jurnal Teknik Patra Akademika, 11(1): 6. Azis, M. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Aceh : Universitas Syiah Kuala. Hanifa, N. H. (2019). Pengaruh Variasi Jumlah Brokoli (Brassica olaracea L. var. italica) dengan Penambahan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) pada Jus sebagai Minuman Fungsional terhadap Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, Aktivitas Antioksidan, dan Kadar Serat Pangan. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Hutami, R., Bisyri H., Sukarno, et al. (2018). Ekstraksi DNA dari Daging Segar untuk Analisis dengan Metode Loop-Mediated Isothermal Amplification (LAMP). Jurnal Agroindustri Halal, 4(2): 210. Martina, A., Witono, J. R., & Pamungkas, G. K., et al. (2016). Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Rasio Umpan terhadap Pelarut pada Proses Pemurnian Garam dengan Metode Hidroekstraksi Batch. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1): 2. Maulidina, V., Annisa, N., Ratna, M., et al. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmawati, A. (2010). Prarancangan Pabrik Sodium Klorat dari Sodium Klorida dengan Proses Huron Kapasitas 7.150 Ton Per Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Setiawan, T. (2013). Anabolisme Asam Nukleat Hewan dan Tumbuhan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Sungkar, F. M. (2011). Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas 35.000 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Usmar, U., Arfiansyah, R., & Nainu, F. (2017). Sensor Asam Nukleat Sebagai Aktivator Imunitas Intrinsik Terhadap Patogen Intraseluler. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 3(2), 174–190. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Wulansari, F. D. & Ardiansyah. (2013). Pengaruh Detergen terhadap Mortalitas Benih Ikan Patin sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan. Edusains, 1(2). Yunita, W., Cahyono, E., & Wijayati, N. (2016). Pengembangan Kit Stoikiometri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa melalui Pembelajaran Scientific Approach. Journal of Innovative Science Education, 5(1): 66. Nur’aini, S., Mukaromah, A. S., & Muhlisoh, S. (2019). Pengenalan Deoxyribonucleic Acid (DNA) dengan Marker-Based Augmented Reality. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2): 91.
J. Jawaban Soal 1.
Soal
Sebutkan judul dari percobaan yang telah anda lakukan !
Jawaban
Asam Nukleat
Referensi 2
Soal
Jelaskan prinsip kerja dari ekstraksi asam nukleat !
Jawaban
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen
dari
suatu
campuran
homogen
menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Ekstraksi asam nukleat terbagi menjadi dua, yaitu ekstraksi SNA dan ekstraksi RNA. Ekstraksi DNA
merupakan proses
pemisahan DNA dari
komponen sel lainnya seperti protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain. Ekstraksi DNA terdiri dari tiga tahap utama yakni perusakan dinding sel (lisis), pemisahan
DNA
dari komponen
lainnya
serta
pemurnian DNA (Corkill dan Rapley dalam Hutami dkk, 2018). Sedangkan metode untuk ekstraksi RNA mirip dengan metode ekstraksi DNA. Namun, molekul RNA relatif lebih pendek dan lebih sulit rusak dengan shearing sehingga disrupsi sel dapat dilakukan dengan lebih agresif. untuk ekstraksi RNA harus menggunakan sarung tangan dan medium yang digunakan untuk isolasi harus mengandung detergen kuat untuk segera mendenaturasi RNase yang ada. Referensi Hutami, R., Bisyri H., Sukarno, et al. (2018). Ekstraksi DNA dari Daging Segar untuk Analisis dengan Metode
Loop-Mediated
Isothermal
Amplification (LAMP). Jurnal Agroindustri Halal, 4(2): 210.
Nurhayati, B. & Darmawati, S. (2017). Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta: Kemenkes RI. 3
Soal
Gambarkan struktur dasar DNA !
Jawaban
Deoxyribonucleic
acid
(DNA)
merupakan
polinukleotida untai ganda yang memiliki karakteristik komponen penyusun antara lain gula deoksiribosa, gugus fosfat dan basa nitrogen (adenin, guanin, timin dan sitosin). Berikut gambar struktur dasar DNA. Basa Nitrogen Gugus Fosfat
Deoksiribosa
Referensi Minchin, S. & Lodge, J. (2019). Understanding Biochemistry: Structure and Function of Nucleic Acids. Essays in Biochemistry. 63, 433–456. Nur’aini, S., Mukaromah, A. S., & Muhlisoh, S. (2019).
Pengenalan
(DNA)
dengan
Deoxyribonucleic
Marker-Based
Acid
Augmented
Reality. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2): 91. 4.
Soal
Jelaskan cara-cara ekstraksi asam nukleat !
Jawaban
Ekstraksi DNA secara umum memiliki tahapantahapan yang meliputi: a. Isolasi dari jaringan. b. Pelisisan dinding dan membran sel. c. Ekstraksi dalam larutan. d. Purifikasi serta presipitasi atau pemadatan. Dalam prosesnya terdapat tiga larutan penting, yaitu larutan buffer untuk lisis, larutan buffer untuk digesti, dan protein kinase. 1. Proses penghancuran sel (lisis) secara kimia dilakukan dengan memanfaatkan senyawa kimia seperti EDTA (Etil Ediamin Tetra Asetat) dan SDS (Sodium Dodesil Sulfat). EDTA merusak atau menghancurkan sel dengan cara mengikat ion magnesium. Ion magnesium berfungsi dalam mempertahankan integritas sel dan meningkatkan aktivitas enzim nuklease yang merusak asam nukleat. SDS yang merupakan sejenis deterjen digunakan untuk merusak membran sel. 2. Pembersihan digesti/lisis kelasi ion polivalen ekstraksi dengan pelarut Pengikatan partikel DNA konsentrasi/desalting. Kotoran (debris sel) yang ditimbulkan akibat proses penghancuran sel dapat dibersihkan dengan cara sentrifuge sehingga yang tertinggal di
dasar tabung hanya molekul
nukleotida (DNA, RNA, serta protein). 3. Protein dapat dihilangkan dengan bantuan enzim proteinase, sedangkan RNA juga dibersihkan dari larutan dengan RNAse sehingga DNA dapat diisolasi seutuhnya.
Referensi Puspita, P. J., Popi, A. K., Suryani. (2020). Teknologi Asam Nukleat dan Protein. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yosephi, V. (2016). Perbedaan Kuantitas DNA yang Diekstrak dari Akar Rambut Berbagai Fase Pertumbuhan. Bachelor thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. 5.
Soal
Uraikan fungsi penambahan garam, deterjen, dan alkohol pada ekstraksi asam nukleat !
Jawaban
a. Fungsi NaCl bertujuan untuk menjaga struktur molekul DNA dan memekatkan DNA. Hal ini terjadi dikarenakan ion Na+ yang terdapat dalam NaCl mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA. Ketika ion Na+ NaCl berikatan dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan berkumpul. b. Fungsi penambahan detergen adalah merusak membran dan dinding sel melalui ikatan yang dibentuk pada sisi hidrofobik (non polar) detergen dengan protein dan lipid pada membran sel (hidrofobik dan hidrofilik) senyawa
yang membentuk
lipid-protein-detergen
kompleks
(Hapsari, 2015). c. Fungsi alkohol adalah untuk membuat DNA naik atau
melayang-layang
kepermukaan
larutan.
Alkohol tidak melarutkan DNA dikarenakan berat alkohol lebih ringan dibandingkan air. DNA akan tampak nyata sebagai strans (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya.
Referensi Azis, M. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Aceh : Universitas Syiah Kuala. Hapsari, A.I. (2015). Isolasi DNA Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dan Ikan Lele (Clarias sp.) sebagai
Kajian
Dala,
Biologi
Molekuler.
Didaktika, 13(2): 23-30. Maulidina, V., Annisa, N., Ratna, M., et al. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wulandari, R. P., Evriyanti, T., Kamalia, S., et al. (2017). Isolasi DNA Metode Kitchen Preparation. Tanjungpinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji. 6.
Soal
Uraikan hasil pengamatan yang anda dapatkan selama praktikum ekstraski asam nukleat !
Jawaban
Setelah dilakukan praktikum ekstraksi asam nukleat, didapatkan hasil dan dapat diamati bahwa pada ketiga sampel menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Perbedaan dari ketiga sampel tersebut terdapat pada sampel dengan perbandingan 1 : 1 dikarenakan warna kuningnya lebih pekat daripada kedua larutan lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang diberikan sama banyaknya antara garam dan deterjen. Sedangkan dua larutan lainnya,
salah satu bahannya diberikan
konsentrasi yang lebih sedikit. maka dari itu hal itu yang menyebabkan kedua larutan memiliki warna yang tidak pekat (hampir bening). Dan pada bagian atas larutan ketiga larutan menghasilkan gelembung, gelembung tersebut merupakan DNA yang terikat dengan alkohol. Fungsi penambahan alkohol pada
percobaan ini adalah untuk memekatkan DNA yang telah dikumpulkan oleh ikatan antara ion Na+
dan
ikatan fosfat DNA. Sedangkan pada sampel, terlihat jelas bahwa sampel berwarna kuning pucat karena hasil dari ekstrak brokoli yang telah dihaluskan, pelarut aquades, dan campuran dari penambahan deterjen dan garam. Fungsi penambahan garam pada sampel adalah garam yang mengandung ion Na+ mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif pada ikatan fosfat DNA sehingga membentuk gelembung-gelembung putih pada bagian atas larutan dan garam juga membantu memekatkan DNA. Sedangkan penambahan deterjen berfungsi untuk menghilangkan molekul lipid untuk bisa merusak membran dan dinding sel agar DNA bisa keluar dari inti sel. Dengan demikian, bahwa pada praktikum ini kita dapat mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman khususnya dari tanaman brokoli. Referensi -
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum
Praktikan
Annisa Anugrah Putri
Muhammad Rizky
NIM. 1813015135
NIM. 2013016093
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN XI PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN I DAN II
NAMA
: MUHAMMAD RIZKY
NIM
: 2013016093
KELOMPOK
:3
PRODI
: S-1 FARMASI UMUM 2020
ASISTEN
: PUTRI RINJANI
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021
PERCOBAAN XI PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN I DAN II
A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal
: Kamis, 20 Mei 2021
Waktu
: 11.00 14.00 WITA
B. Judul Praktikum Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan I dan II
C. Tujuan Praktikum Untuk mengidentifikasi dan membedakan reaksi Pb2+, Ag+, Hg2+, Cu2+, dan Sn2+.
D. Dasar Teori Kation adalah ion yang bermuatan positif dan anion adalah ion yang bermuatan negatif (Chang, 2004). Ion satu dengan yang lainnya dapat dibedakan karena setiap ion mempunyai reaksi kimia spesifik. Kation dan anion merupakan penyusun suatu senyawa, sehingga jika menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara sederhana dapat dilakukan dengan menganalisi jenis kation dan anion yang dikandungnya (Amanda, et al., 2020). Reagensia yang paling umum digunakan untuk klasifikasi kation adalah asam klorida, natrium karbonat, ammonium hidroksida dan asam oksalat. Klasifikasi ini untuk memelihat kemampuan suatu kation untuk bereaksi dengan reagnesia-reagnesia dengan membentuk suatu endapan atau tidak (Amanda, et al., 2020). Untuk mengetahui akan hal itu maka terjadilah percampuran-percampuran kation, yang dimana campuran ini memerlukan pemisahan secara sistematik dalam golongan , kemudian diikuti pemisahan golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan atas perbedaan sifat kimianya dengan cara
menambahkan pereaksi yang dapat mengendapkan ion tertentu dan memisahkannya dari ion-ion kainnya. a. Golongan I Ion-ion golongan ini antara lain; Ag (Perak), Hg (Mekurium(I) atau Raksa), dan Pb (Timbal). Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer. Pada suatu ion timbal yang tersisa diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama kation golongan II nitrat. b. Golongan II Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Sub-golongan tembaga terdiri dari Hg (merkurium II), timbal (II), Bi (bismut II), Cu (tembaga II), dan Cd (cadmium II). Sedangkan sub golongan arsenik terdiri dari As (arsenik III dan arsenik V), stibium (II) dan stibium (V), timah (II) dan timah (V) (Fauziah, 2013 ; Yusuf, 2019).