Muhammad Rizky - Laporan Akhir Kimia 1-Combination [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



KELAS



: B1 UMUM 2020



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2021



HALAMAN PENGESAHAN



Mengetahui Asisten Praktikum



Annisa Anugrah Putri



Putri Rinjani



Tri Wulan Novi



NIM. 1813015135



NIM. 1713015147



NIM. 1713015120



Disetujui Oleh : Dosen Pengampu Praktikum



Fahriani Istiqamah J., M.Farm., Apt



Dr.Supriatno Salam, M.Si



NIP.



NIP.



Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Pratikum



Nur Masyithah Z., M.Farm., Apt NIDN. 0028059103



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN 1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA BUDAYA K3 DI LABORATORIUM



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK : 3 PRODI



: S1 FARMASI UMUM



ASISTEN



: ANNISA ANUGRAH PUTRI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN 1 PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA SERTA BUDAYA K3 DI LABORATORIUM



A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menggunakan alat-alat laboratorium sesuai dengan teknik penggunaannya. 2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat kimia dan fisika dari bahan kimia. 3. Mahasiswa dapat mengetahui keselamatan kerja di laboratorium.



B. Alat -



Glass 1. Batang Pengaduk 2. Botol Coklat 3. Bunsen 4. Buret 5. Corong Kaca 6. Corong Pisah 7. Desikator 8. Gelas Kimia 9. Gelas ukur 10. Kaca Arloji 11. Labu Erlemenyer 12. Labu Takar 13. Pipet Gondok 14. Pipet Tetes 15. Pipet Ukur 16. Tabung Reaksi tertutup dan terbuka



-



Non glass 1. Botol semprot 2. Cawan kruss 3. Cawan porselen 4. Kaki Tiga 5. Lemari Asam 6. Mikrometer skrup 7. Mikropipet 8. Mortar dan Stamper 9. Propipet/Pipet Filler 10. Rak Tabung 11. Sendok Tanduk 12. Sikat Tabung Reaksi 13. Spatel Logam 14. Statif



C. Bahan 1. Aquades 2. CH3COOH glasial 3. CuSO4.5H2O 4. H2C2O4.2H2O 5. H2SO4 pekat 6. HCl 7. K2Cr2O7 8. KMnO4 9. Na2S2O3.5H2O 10. NaOH



D. Teori Laboratorium adalah tempat untuk melakukan kegiatan praktikum, penelitian, dan penemuan teknologi baru yang menunjang proses belajar dan mengajar yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia, fisika, dan biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium dapat berupa ruangan tertutup tetapi dapat juga berupa kebun, lapangan dan lain-lain (Afifah dan Astuti, 2013). Peralatan laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alatalat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas. Peralatan laboratorium digunakan untuk melakukan



suatu



kegiatan



seperti



pendidikan,



penelitian,



pelayanan



masyarakat atau studi tertentu (Raharjo, 2017). Bahan laboratorium adalah segala sesuatu yang diolah atau digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas. Dalam laboratorium kimia tempat penyimpanan bahan kimianya harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan (Raharjo, 2017). Seacara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan, baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja, keselamatan orang lain, peralatan, tempat kerja, bahan produksi, kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.



E. Prosedur Kerja Mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum mengenai bentuk dan fungsi alat-alat laboratorium, serta mecoba menggunakan peralatan tersebut.



Mendengarkan penjelasan asisten mengenai sifat fisik dan kimia bahan kimia serta mencatatnya.



Mendengarkan penjelasan asisten mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.



Mengisi tabel berikut sesuai dengan penjelasan asisten praktikum.



F. Hasil Pengamatan 1. Tabel 1 -



Glass No 1.



Gambar Alat



Spesifikasi Nama



:



Fungsi



Gelas Melarutkan



Kimia Bahan



suatu :



padatan,



Kaca untuk



Borosilikat



mencampurkan



Jenis Peralatan : cairan, Glass



dan



untuk



Ukuran : 5



ml, memanaskan



10 ml, 25 ml, larutan. 50 ml, 100 ml, 150 ml, 250 ml, 400 ml, 500 ml, 600



ml,



ml,



2000



3000



ml,



1000 ml, 5000



ml.



2.



Nama



:



Labu Untuk



Erlenmeyer Bahan



:



atau



titrasi analisis



Kaca kuantitatif



Borosilikat



secara



Jenis Peralatan : volumetri. Glass Ukuran : 25ml, 50 ml,



100



ml,



200ml, 250 ml, 300ml, 500 ml,



1000



ml,



2000



ml.



3.



Nama : Corong Digunakan Kaca Bahan



untuk :



Kaca memindahkan



Borosilikat



larutan



dari



Jenis Peralatan : wadah yang sat Glass



uke wadah yang



Ukuran : 25 mm, lain



terutama



50 mm, 75 mm, yang



bermulut



100 mm, dan 150 kecil. mm. 4.



Nama



:



Kaca Sebagai



Arloji Bahan



penutup :



dan



Kaca mebimbang



Bening



bahan



kimia



Jenis Peralatan : yang berwujud Glass



padat



atau



Ukuran : 80 mm kristal. & 150 mm.



5.



Nama



:



Labu Untuk membuat



Takar



larutan dengan



Bahan : Kaca



konsentrasi



Jenis Peralatan : tertentu Glass



dan



mengencerkan



Ukuran : Ukuran: larutan dengan 5 ml, 10 ml, 25 akurasi



yang



ml, 50 ml, 100 tertera



dalam



ml, 200 ml, 250 badan



labu



ml, 500 ml, 1000 takar. ml, dan 2000 ml. 6.



Nama



:



Pipet Untuk



Tetes



membantu



Bahan : Kaca



memindahkan



Jenis Peralatan : cairan Glass



dari



wadah



yang



Ukuran : Ukuran: satu ke wadah 9 cm, 10 cm, 12 yang lain dalam cm, 15 cm.



jumlah



yang



sangat kecil dari tetes demi tetes. 7.



Nama



:



Pipet Untuk



Gondok/Pipet



mengambil dan



Volume



memindahkan



Bahan



:



Kaca cairan



Borosilikat



dengan



volume tertentu



Jenis Peralatan : sebagaimana Glass



yang



tertera



Ukuran : 1 ml, 2 pada



batang



ml,



5



ml,



10 pipet volume.



ml, 20 ml, 25 ml, 50 ml, dan 100 ml. 8.



Nama



:



Ukur Bahan



Pipet Untuk mengukur



:



Borosilikat



dan



Kaca menambahkan cairan



dengan



Jenis Peralatan : volume tertentu Glass



yang



dapat



Ukuran : 5



ml, dilihat



dari



10 ml, dan 25 sklaa pada saat ml.



penambahan cairan.



9.



Nama : Corong Untuk Pisah Bahan



memisahkan :



Kaca dua



Borosilikat



pelarut



Jenis Peralatan : tidak Glass



macam yang saling



bercamput



Ukuran : 125 ml, sebagaimana 250 ml, 500 ml, dalam dan 1000 ml



proses



ekstraksi



cair-



cair. 10.



Nama : Tabung Untuk Reaksi dan



tempat



Tertutup mereaksikan Tabung larutan



Reaksi Terbuka



atau



caairan.



Bahan : Kaca Jenis Peralatan : Glass Ukuran : 50 – 200 mm



11.



Nama : Buret



Untuk



Bahan : Kaca



meneteskan



Jenis Peralatan : sejumlah reagen Glass



cair



dalam



Ukuran : 10 ml, eksperimen 25 ml, 50 ml.



yang memerlukan ketetapan.



12.



Nama



:



Botol Tempat



Coklat



menyimpan



Bahan : Kaca



hasil atau sisa



Jenis Peralatan : bahan Glass



setelah



percobaan



Ukuran : 25 ml, sehingga 50 ml, 100 ml, terhindar 150 ml, 300 ml.



13.



dari



sinar matahari.



Nama : Batang Untuk Pengaduk



mengaduk



Bahan : Kaca



larutan



yang



Jenis Peralatan : biasanya Glass



terdapat



pada



Ukuran : 20 cm, gelas kimia. 25 cm, 30 cm. 14.



Nama : Desikator



Untuk



Bahan : Kaca



mengeringkan



Jenis Peralatan : bahan setelah di Glass



oven



sebelum



Ukuran : 250ml, ditimbang 500ml, 2000ml.



dan



1000ml, untuk menyimpan bahan agar tetap kering.



15.



Nama



:



Gelas Untuk



Ukur



mengukur



Bahan : Kaca



volume larutan



Jenis Peralatan : yag Glass



memerlukan



Ukuran : 5 ml, 10 ketelitian ml, 25 ml, 50 ml, sedang. 100 ml, 200 ml, 250 ml, 500 ml, dan 1000 ml 16



Nama : Bunsen



Memanaskan



Bahan : Kaca



larutan



dan



Jenis Peralatan : dapat



pula



Glass



digunakan



Ukuran : 80 ml.



untuk sterilisasi alat melalui



yang proses



pemanasan.



-



Non glass 1.



Nama



: Untuk



Mikropipet



mentransfer



Bahan : Plastik



larutan



Jenis Peralatan : tepat Non-glass Ukuran



secara dalam



skala µL yang :



P2 pada ujungnya



untuk



terdapat



ukuran 0,2-2 µL, untuk P10 untuk 1-10 larutan. µL, P20 untuk 2-



tip tempat



20



µL,



P200



untuk 20-200 µL, dan P1000 untuk ukuran 200-1000 µL. 2.



Nama



: Untuk



Mikrometer skrup



mengukur



Bahan : Stainless Panjang steel



atau



ketebalan



Jenis Peralatan : benda, Non-glass



kedalaman



Ukuran



: celah



lubang,



Ketelitiannya



dan



sampai 0,01 mm.



mengukur



untuk



diameter suatu lobang. 3.



Nama : Sendok Untuk Tanduk



mengambil



Bahan : Porselen, bahan plastik



kimia



yang berbentuk



Jenis Peralatan : padatan Non-glass



atau



semi padat.



Ukuran : 4 – 5 cm 4.



Nama



:



Spatel Untuk



Logam



mengambil



Bahan : Logam



bahan-bahan



Jenis Peralatan : kimia



dalam



Non-glass



padat



berupa



Ukuran : 10 cm, atau bubuk. 12 cm, 15 cm, 18



cm, 20 cm, 22 cm



5.



Nama



:



Rak Untuk



Tabung Reaksi



meletakkan



Bahan : Kayu



tabug



reaksi



Jenis Peralatan : pada Non-glass



saat



meraksikan



Ukuran : 20 x 10 bahan kimia. cm



6.



Nama : Statif Bahan



:



Untuk penjepit



Besi, buret



Baja, Aluminium



dalam



proses



titrasi



Jenis Peralatan : sekaligus untuk Non-glass



menjepit



Ukuran : 25ml, kondensor pada 50ml,



100ml, proses destilasi.



250ml,



500ml,



1000ml, 2000ml, 3000ml, 4000ml, 5000ml. 7.



Nama



:



Botol Untuk



tempat



Semprot



penyimpanan



Bahan : Plastik



aquades



dan



Jenis Peralatan : digunakan Non-glass



untuk membilas



Ukuran : 250 ml, perlatan



yang



500 ml.



larut



tidak dengan air.



8.



Nama : Cawan Menaruh bahan



15.



Nama : Spontaneously Combustible Substances Arti : Material yang dapat secara spontan mudah terbakar. Contoh : Carbon, Charcoalnonactivated, Carbon black



G. Soal 1. Tuliskan setiap alat yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 1) Jawab : -



Glass 1. Batang Pengaduk 2. Botol Coklat 3. Bunsen 4. Buret 5. Corong Kaca 6. Corong Pisah 7. Desikator 8. Gelas Kimia 9. Gelas ukur 10. Kaca Arloji 11. Labu Erlemenyer 12. Labu Takar 13. Pipet Gondok 14. Pipet Tetes 15. Pipet Ukur 16. Tabung Reaksi tertutup dan terbuka



-



Non glass 1. Botol semprot 2. Cawan kruss 3. Cawan porselen 4. Kaki Tiga 5. Lemari Asam 6. Mikrometer skrup 7. Mikropipet 8. Mortar dan Stamper 9. Propipet/Pipet Filler



10. Rak Tabung 11. Sendok Tanduk 12. Sikat Tabung Reaksi 13. Spatel Logam 14. Statif



2. Tuliskan setiap bahan yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 2) Jawab : 1. Aquades 2. CH3COOH glasial 3. CuSO4.5H2O 4. H2C2O4.2H2O 5. H2SO4 pekat 6. HCl 7. K2Cr2O7 8. KMnO4 9. Na2S2O3.5H2O 10. NaOH



3. Uraikan secara singkat cara menggunakan alat-alat pada percobaan sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan. Jawab : 1. Gelas Kimia Cara menggunakan gelas kimia adalah memasukkan atau menuangkan zat berupa padatan atau aciran ke dalam gelas kimia (Juvitasari, 2018). 2. Labu Erlemenyer Erlenmeyer mempunyai kapasitas ukuran volume dari 25-2000 ml, biasanya digunakan untuk analisis kuantitatif secara volumetri (titrasi). Cara menggunakan erlenmeyer ketika proses titrasi yaitu erlenmeyer diletakkan dibawah buret sebagai wadah analit (zat yang ingin diketahui konsentrasinnya) (Susanti, 2017).



3. Corong Kaca Cara menggunaan corong yaitu meletakkan corong pada wadah yang memiliki mulut sempit dan diganjal atau diangkat sedikit sehingga ada jarak antar dinding corong dan wadah (Juvitasari, 2018). 4. Kaca Arloji Cara menggunakan kaca arloji adalah dengan mengambil bahan-bahan higroskopis dengan sendok tanduk lalu diletakan pada kaca arloji lalu timbang dalam neraca analitik. Kaca arloji berfungsi untuk menimbang bahan kimia yang berwujud padat dan kristal (Susanti, 2017). 5. Labu Takar Cara menggunakan labu takar yaitu dengan cara memasukkan larutan dan diencerkan hingga tanda batas yang terdapat di labu ukur (Juvitasari, 2018). 6. Pipet Tetes Cara menggunakan pipet tetes yaitu dengan cara memegang karet penghisap pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian karet telunjuk hisap ditekan dengan kedua jari, kemudian dicelupkan ujung pipet tetes kedalam larutan atau cairan, maka tekanan karet penghisap dikurangi sedikit demi sedikit supaya larutan masuk kedalam pipet tetes. Setelah larutan masuk kedalam pipet tetes tersebut, bawalah pipet kearah tempat larutan yang baru. Untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet, berilah tekanan dengan kedua jari pada karet pipet sampai larutan yang berada didalam pipet menetes keluar (Susanti, 2017). 7. Pipet Gondok Cara menggunakan pipet volume yaitu dengan menghubungkan ujung atas pipet volume dengan pipet filler, kemudian larutan disedot sampai tanda batas yang melingkar di pipa atas badan pipet volume. Selanjutnya pendahkan pipet volume ke wadah yang baru (Susanti, 2017).



8. Pipet Ukur Cara menggunakan pipet ukur yaitu dihubungkan dengan pipet filler kemudian bahan kimia diambil sesuai menincus dan skala yang tertera (Susanti, 2017). 9. Corong Pemisah Cara menggunakan corong pisah yaitu sebagai berikut : -



Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katub corong pisah dipastikan dalam keadaan tertutup.



-



Bagian atas corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horizontal. Kocok agar ekstraksi berlansung dengan baik.



-



Tutup bagian atas dibuka, keluarkan larutan bagian bawah melalui katub secara pelan. Tutup kembali katub jika larutan lapisan bawah sudah keluar. (Susanti, 2017).



10. Tabung Reaksi Digunakan untuk mereaksikan larutan atau cairan. Cara menggunakan tabung reaksi adalah memasukkan beberapa bahan yang ingin direaksikan lalu gojok sampai terihat indikasi sesuai reaksi yang diinginkan. Lalu letakkan pada rak tabung reaksi. (Susanti, 2017). 11. Buret Cara menggunakan buret yaitu sebagai berikut : a. Kran dipastikan dalam keadaan tertutup, yaitu posisi kran katup horizontal. b. Buret ditempatkan pada statis secara vertikal. c. Larutan standar dimasukkan ke dalam buret sampai batas maksimal volume buret. d. Larutan sampel disiapkan dan ditempatkan dalam labu Erlenmeyer. e. Tambahkan indikator satu atau dua tetes. f. Larutan standar diteteskan pada larutan sampel yang terdapat dalam labu



Erlenmeyer dengan mengatur kecepatan tetes



menggunakan kran katup sambil dilakukan penggojogan.



g. Titrasi dihentikan bila larutan sampel telah sampai pada titik ekivalen. h. Volume larutan standar yang terpakai kemudian catat volume dengan melihat skala buret dengan memperhatikan meniskus. (Susanti, 2017). 12. Gelas Coklat Cara menggunakannya adalah masukkan sisa atau hasil percobaan secara hati-hati ke botol coklat, jika perlu gunakan corong (Susanti, 2017). 13. Batang Pengaduk Cara menggunakan batang pengaduk yaitu dengan cara di aduk di suatu laturan atau bahan kimia (Juvitasari, 2018). 14. Desikator Cara menggunakan desikator yaitu senyawa padat atau kristal yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator menggunakan wadah yang sesuai, misalnya gelas arloji atau krus porselin. Kemudian di dalam dasar desikator diberikan senyawa higroskopis (senyawa yang dapat menyerap uap air). Contoh senyawa yang bersifat higroskopis yang paling sering digunakan adalah silika gel, kemudian desikator ditutup rapat. Proses pengeringan dengan desikator dapat memerlukan waktu hingga 2-3 hari (Susanti, 2017). 15. Gelas ukur Gelas ukur digunakan dengan cara menuangkan larutan yang akan diukur. Cara membaca alat ukur yaitu dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah mendatar, arah penglihatan dan mata harus benar-benar horizontal tidak boleh dari arah atas maupun dari arah bawah (Juvitasari, 2018).



16. Bunsen Cara menggunakan Bunsen yaitu saat ingin menyalakan bunsen, buka tutup lampu spritus kemudian nyalakan dengan korek api. Lampu spritus dapat dipadamkan dengan cara menutup api yang sedang menyala dengan penutup lampu bunsen (Susanti, 2017). 17. Mikropipet Cara menggunakan mikropipet yaitu dengan cara memasukkan ujung pipet ke dalam tip (jangan terlalu kencang), kemudian pipet diputar untuk memperkuat posisi tip pada pipet. Khusus untuk pipet multichannel, cukup dengan digoyang sambil ditekan ke kiri dan kanan. (Wulandari, dkk, 2016). 18. Mikrometer skrup Cara menggunakannya. Letakkan bahan pada jangka lalu putar tuas sampai melewati bahan dan lihat angka yang tertera pada mikrometer (Murdoko, dkk. 2017). 19. Sendok Tanduk Cara menggunakan sendok tanduk yaitu dengan cara bersihkan terlebih dahulu, kemudian ambil bahan yang diperlukan (Susanti, 2017). 20. Spatel Logam Cara menggunakan sendok tanduk yaitu bersihkan spatel terlebih dahulu dan kemudian ambil bahan yang diperlukan dengan spatel logam. (Susanti, 2017). 21. Rak Tabung Cara menggunakannya dengan meletakkan tabung reaksi di lubang yang ada di rak tabung (Susanti, 2017). 22. Statif Cara menggunakan statif, adalah pasang klem terlebih dahulu, lalu atur baut pengencang pada klem sesuai keperluan (Lukas dan Jusnita 2016)



23. Botol semprot Cara menggunakan botol semprot yaitu dengan cara menekan badan botol untuk mengeluarkan air (aquades) dan diarahkan ke tempat yang akan dialiri air (Juvitasari, 2018). 24. Cawan porselen Cara menggunakannya cawan porselen yaitu dengan cara letakkan diatas penangas air lalu biarkan bahan yang ingin dikeringkan tersebut sampai sesuai hasil yang diinginkan (Lukas dan Jusnita, 2016). 25. Cawan kruss Cara menggunakan cawan kruss yaitu dengan cara pada saat krus masih dalam keadaan panas, jangan langsung diberi air. Perubahan suhu mendadak menyebabkan krus pecah (Lukas dan Jusnita, 2016). 26. Mortir dan Stamper Cara menggunakan mortir dan stamper yaitu dengan cara memasukkan bahan yang akan dihaluskan kedalam mortal kemudian gerus secara perlahan. Dalam proses penumbukan sebaiknnya menggunakan kedua tangan karena akan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (Susanti, 2017). 27. Propipet/ Pipet Filler Cara menggunakan pipet filler yaitu dengan cara menyambungkan pipet filler dengan alat ukur semisal pipet volume atau pipet ukur. Kemudian kosongkan udara pada pipet filler dengan cara meremas pipet filler sambil menekan katup A (aspirate), setelah dipastikan telah kosong kemudian tekan katup S (suction) untuk mengambil cairan. Pastikan meniscus larutan sesuai dengan batas ukur skala yang diperlukan. Setelah itu tekan E (exhaust) untuk mengeluarkan cairan tersebut hingga habis (Susanti, 2017). 28. Sikat Tabung Reaksi Cara menggunakan sikat tabung reaksi yaitu saat tabung reaksi sudah selesai digunakan, cuci tabung menggunakan sikat tabung reaksi agar kembali bersih dan tidak ada larutan yang tersisa.



29. Kaki Tiga Cara menggunakan kaki tiga yaitu dengan cara letakkan kawat kasa atau kawat segitiga di atas kaki tiga, kemudian letakkan gelas kimia atau labu erlenmeyer yang berisi larutan yang akan dipanaskan di atas kawat tersebut (Susanti, 2017). 30. Lemari asam Tempat menyimpan dan jika bekerja dengan zat kimia yang menghasilkan uap beracun. Kerja ketika di dekat lemari asam adalah hanya tangan saja yang dimasukkan dengan pelindung lengkap (sarung tangan latex) dan ambil dengan hati-hati bahan yang ingin digunakan (Gandjar dan Rohman, 2013).



4. Uraikan secara singkat sifat (Fisik dan kimia) bahan-bahan pada percobaan sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan. Jawab : a. NaOH (Natrium Hidroksida) -



Sifat fisik : Berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% . Bersifat lembab cair dan secara spontan. Titik leleh 318 °C. Titik didih 1390 °C . Padatan berwarna putih.



-



Sifat kimia : Menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Larut dalam etanol dan methanol. Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non- polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan Kertas. Sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.



b. H2SO4 Pekat (Asam Sulfat Pekat) -



Sifat fisik :titik didih 3370 oC(610 K),titik lebur 100 oC(283 K) dan massa molar 98,08 g/mol. Asam sulfat juga memiliki tekanan uap 50000C dan 3980 °C , massa molar 294,19 g/mol dan densitas 2,69 g/cm3.



-



Sifat kimia : suatu unsur yang dalam padatan berwarna jingga, larut dalam air, tidak mudah terbakar dan tidak menimbulkan bau (tak berbau).



e. H2C2O4.2H2O (Asam Oksalat Dihidrat) -



Sifat fisik : Titik leleh 101,5 °c, Densitas 1,653 g/cm3, Panas pembentukan standart (ilHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol, pH (0,1 M larutan) : 1,3, Berat molekul : 126,07, Cp pada suhu 50 °C adalah 0,385, Cp pada suhu 100 °C adalah 0,416.



-



Sifat kimia : Asarn oksalat dengan glycerol akan membentuk alkyl alkohol. Asarn oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150 °C tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida



dan asarn formiat. Jika asarn oksalat dipanaskan dengan penarnba~an asarn sulfat akan menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. f. CH3COOH glasial (Asam Asetat Glasial) -



Sifat fisik : Kadar: 99,5 %, Bentuk cairan tidak bewarna, berat molekul 60kg/kmol, titik didih 117,87 °C titik lebur 16,6 °C, densitas (25 °C) 1,049kg/Lb.



-



Sifat kimia : asetat bila direaksikan dengan caustic soda menghasilkan Natrium asetat. Asam asetat bila direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester.



g. Na2S2O3.5H2O (Natrium Tiosulfat Pentahidrat) -



Sifat fisik : Natrium tiosulfat pentahidrat memiliki kristal padat putih dan tidak berbau, dengan titik lebur 45 °C dan titik didih 100 °C.



-



Sifat kimia : Larut dalam air, minyak turpentine, dan amonia tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti alkohol. Bersifat higroskopis, tidak beracun, dan tidak mudah menguap.



h. CuSO4.5H2O (Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) -



Sifat fisik : Wujud dari tembaga sulfat pentahydrate adalah padatan biru pentahydrate, dengan berat molekul 143,09 g/mol. Memiliki titik leleh 110 °C dan titik didih 1800 °C.



-



Sifat kimia : Kelarutan dalam air : pentahydrate, tidak bercampur dengan etanol. Warna Tembaga Sulfat Pentahydrate yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga (II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu. Tembaga Sulfat Pentahydrate bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan tembaga (II) yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau



karena pembentukan



tetraklorokuprat(II).Tembaga Sulfat Pentahydrate juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif dari tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.).



i. HCl (Asam Klorida) -



Sifat fisik : Bentuk cairan, tidak berwarna, titik didih: - 85°C, spesifik grafity: 1,268, dan komposisi: 99%



-



Sifat Kimia: Mudah larut dalam pelarut air (mengeluarkan panas) dan Reaksi hidroklorinasi Etil Alkohol.



j. KMnO4 (Kalium Permanganat) -



Sifat Fisik : Tidak berbau, berasa manis, astringent, memiliki molekul



berat 158,03 g / mol, berwarna ungu, densitas 2.703



g/cm3. -



Sifat Kimia : Mudah larut dalam metanol, aseton. Sebagian larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam Asam Sulfat.



5. Uraikan secara singkat tentang kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium. Jawab : Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan, baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja, keselamatan orang lain, peralatan, tempat kerja, bahan produksi, kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya



DAFTAR PUSTAKA



Afifah, K., & Astuti, A. P. (2013). “Pengaruh Kondisi Laboratorium Terhadap Ketrampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 11 Semarang”. Seminar Nasional Pendidikan, Sains Dan Teknologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang, 499–505. Chusni, M. M. (2019). Handout Perkuliahan Pengenalan Alat Ukur. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati. Dwianto, D. (2018). Kajian Sifat Fisik, Kimia dan Tingkat Kesukaan Nata de Whey. Yogyakarta : Universitas Mercu Buana. Gandjar, I.G., Rohman A. 2013. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogjakarta. Hasanah, F. (2016). “Desain Sensor Kapasitif Untuk Penentuan Level Aquades”. Digital Repository Universitas Jember. 5 – 8. Islamiaty, R. R., Halimah, E., Farmasi, F., Padjadjaran, U., Gamma, S., & Beta, S. (2018). “Studi Pustaka Peralatan Yang Digunakan Untuk Kultur Sel”. Farmaka, 16(2), 222–230. Ismara, K. I., Slamet, Hargiyarto, P., Solikhin, M., et al. (2014). Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Yogyakarta : Tim K3 FT UNY. Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). “Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Man 1 Pontianak”. J. Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), 1–13. Lukas, S., Jusnita, N. 2016. Buku Pedoman Praktikum Laboratorium Farmasi (Good Laboratory Practice). Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.



Murdoko, E., Akhlis, I., & Linuwih, S. 2017. “Pengembangan Media Pembelajaran Alat Ukur Panjang Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong untuk Siswa SMA dengan Perangkat Lunak Construct 2”. UPEJ Unnes Physics Education Journal, 6(3). National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound Summary. Retrieved April 13, 2021. Nurul (2016). Variasi Waktu dan Suhu dalam Produksi Asam Oksalat (H2C2O4) dari Limbah Kertas dengan Metode Peleburan Alkali. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin. Oktari, K. (2014). Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivator HCl, NaOH Dan NaCl (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya). Raharjo. (2017). “Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia”. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 20(2), 99–104. Rahayu, D. K. (2019). Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. Jawa Timur : PT. Kuantum Buku Sejahtera. Rejeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Kemenkes RI. Susastra, H. (2020). Pra Rencana Pabrik Tembaga Sulfat Pentahydrate dari Tembaga Oksida dan Asam Sulfat Kapasitas 50.000 Ton/Tahun Perancangan Alat Utama Evaporator. Malang : Institut Teknologi Nasional Malang. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta : Kemenkes RI. Wulandari, M. I., & Hadisaputri, Y. E. (2016). “Studi Pustaka Peralatan yang Digunakan Untuk Kultur Sel”. Farmaka, 14(2).



LEMBAR PENGESAHAN



Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum



Praktikan



Annisa Anugrah Putri



Muhammad Rizky



NIM 1813015135



NIM. 2013016093



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I PERCOBAAN II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



PRODI



: S1 FARMASI UMUM



ASISTEN



: PUTRI RINJANI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN



A. Tujuan 1. Mengetahui macam – macam konsentrasi dalam larutan. 2. Mengetahui dan menghitung konsentrasi larutan. 3. Mengetahui dan menjelaskan teknik pembuatan larutan



B. Alat a. Batang pengaduk b. Botol timbang c. Botol, dan d. Corong e. Etiket atau label undangan f. Gelas kimia g. Kaca arloji h. Labu ukur 25 mL, 50 mL dan 100 mL i. Pipet volume j. Timbangan



C. Bahan a. Aquades b. CH3COOH glasial c. CuSO4.5H2O d. H2C2O4.2H2O e. H2SO4 pekat f. K2Cr2O7 g. Na2S2O3.5H2O h. NaOH



D. Teori Larutan adalah suatu kombinasi homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Komponen pembentuk larutan ada 2 yaitu zat pelarut dan zat terlarut, untuk mengetahui mana yang termasuk zat perlarut dan zat terlarut, bisa dilihat dari zat yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut sedangkan zat yang jumlahnya banyak disebut pelarut (Hikmayanti & Utami, 2019). Dalam sebuah larutan, kombinasi menyatu begitu erat sehingga zat yang satu dengan zat yang lain tidak dapat dibedakan dengan penglihatan, bahkan dengan mikroskop. Misalnya campuran garam dan merica serta campuran lain yang terdiri dari garam dan air. Pada campuran pertama, kita dapat dengan mudah melihat butiran garam dan fleknya merica. Campuran garam dan merica bukanlah larutan. Namun, di campuran kedua, tidak peduli seberapa hati-hati kita melihatnya, kita tidak dapat melihat dua zat yang berbeda, yaitu garam yang dilarutkan dalam air. Pembentukan larutan merupakan suatu metode untuk mempelajari tentang cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Bila pereaksi yang digunakan dalam bentuk padatan maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Begitu pula bila pereaksi yang digunakan dalam bentuk cair, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat (Nurdiani, 2019). Pengenceran adalah prosedur pembentukan larutan yang tingkat viskositasnya lebih rendah dari larutan yang pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu. Ketika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, adakalanya sejumlah energi kalor dilepaskan (Hikamayanti & Utami, 2019). Adapun rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), sebagai berikut :



M1 x V1 = M2 x V2 Diketahui : M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan E. Prosedur Kerja 1. Pembuatan 100 mL NaOH 0,01 M dari padatan NaOH



Hitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M



Timbang padatan NaOH hasil perhitungan.



Larutkan dengan sedikit aquades di dalam gelas kimia, aduk sampai semua padatan larut



Dinginkan larutan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan aqudes sampai tanda batas



Homogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih dan kering



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



2. Pembuatan 50 mL H2C2O4 0,005 M dari padatan asam oksalat



Hitung berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M.



Timbang padatan H2C2O4 hasil perhitungan.



Masukkan padatan H2C2O4 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.



Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,tanggal pembuatan dan sifat larutan..



3. Pembuatan 25 mL H2SO4 2 M dari H2SO4 pekat



Tentukan konsentrasi larutan H2SO4 pekat.



Hitung volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M.



Masukkan sedikit aquades ke dalam labu ukur 25 mL.



Pipet H2SO4 pekat sejumlah hasil perhitungan (b).



Masukkan H2SO4 pekat yang telah dipipet ke dalam labu ukur 25 mL (c), tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



4. Pembuatan 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M dari padatan K2Cr2O7



Hitung berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M.



Timbang padatan K2Cr2O7 sejumlah hasil perhitungan



Masukkan padatan K2Cr2O7 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.



Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 25 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



5. Pembuatan 50 mL CH3COOH 1% dari CH3COOH glasial



Hitung volume CH3COOH glasial yang dibutuhkan untuk membuat 50 mL CH3COOH 1%.



Pipet CH3COOH 100% sesuai hasil perhitungan, masukkan ke dalam labu takar 50 mL dan tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan masukkan ke dalam botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



6. Pembuatan 50 mL Na2S2O3 0,01 M dari Na2S2O3.5H2O



Hitung berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M.



Timbangan Na2S2O3.5H2O sejumlah hasil perhitungan



Masukkan Na2S2O3.5H2O yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.



Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



7. Pembuatan 25 mL larutan Cu2+ 100 ppm dari padatan CuSO4.5H2O



Hitung berat padatan CuSO4.5H2Oyang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm



Timbang CuSO4.5H2O sejumlah hasil perhitungan



Masukkan CuSO4.5H2O yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut.



Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur 25 mL, tambahkan aquades sampai tanda batas.



Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering.



Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



F. Hasil Pengamatan 1. Perhitungan a. Pembuatan 100 mL NaOH 0,01 M dari padatan NaOH Jawab: M=



× ×



gr = =



×



,



×



×



= 0,04 gram  Berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M adalah 0,04 gram.



b. Pembuatan 50 mL H2C2O4 0,005 M dari padatan asam oksalat. Jawab: M=



× ×



gr = =



,



× ×



×



= 0,0225 gram  Berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL H2C2O4 0,005 M adalah 0,0225 gram.



c. Pembuatan 25 mL H2SO4 2 M dari H2SO4 pekat Diketahui : M H2SO4 setelah diencerkan (M2) = 2 M V H2SO4 setelah diencerkan (V2) = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98 % = 0,98 Massa jenis H2SO4 = 1,84 g/cm3 Berat Molekul (BM) H2SO4 = 98,08 g/mol Ditanya : Jawab :



Volume H2SO4 pekat (V1) = ….. mL?



M H2SO4 pekat =



%



=



,



× ,



× ,



= 18,38 M M1 × V1



= M 2 × V2



18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL ×



V1



=



V1



= 2,720 mL



,



 Konsentrasi larutan H2SO4 pekat adalah 18,38 M dan volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL H2SO4 0,005 M adalah 2,720 mL.



d. Pembuatan 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M dari padatan K2Cr2O7 Diketahui : M K2Cr2O7 = 0,00167 M V K2Cr2O7 = 25 mL : m K2Cr2O7 = ….. gram? :



Ditanya Jawab M=



× ×



gr = =



,



× ×



×



= 0,0122745 gram  Berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M adalah 0,0122745 gram.



e. Pembuatan 50 mL CH3COOH 1% dari CH3COOH glasial Diketahui : M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL Ditanya



: V1 = …mL?



Jawab : M1 × V1



= M 2 × V2



100% × V1



= 1% × 50 mL ,



×



V1



=



V1



= 0,5 mL



 Volume CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL CH3COOH 1% (sebelum diencerkan) adalah 0,5 mL.



f. Pembuatan 50 mL Na2S2O3 0,01 M dari Na2S2O3.5H2O Diketahui : Konsentrasi Na2S2O3 (M) = 0,01 M Volume Na2S2O3 (V) = 50 mL Mr Na2S2O3.5H2O = 248 Ditanya



: Massa Na2S2O3.5H2O = …gram?



Jawab



:



M=



× ×



gr = =



,



× ×



×



= 0,124 gram  Massa Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M adalah 0,124 gram. g. Pembuatan 25 mL larutan Cu2+ 100 ppm dari padatan CuSO4.5H2O Diketahui : V = 25 mL = 0,025 L Ppm = 100 mg/L Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol Ar Cu = 63,5 g/mol Ditanya



: Massa CuSO4.5H2O?



Jawab



:



Massa =



×



×



Massa =



× ,



×



,



,



Massa = 9,822 mg Massa = 0,0098222 gram  Maka, berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm adalah 0,0098222 gram.



G. Soal-soal 1. Tuliskan setiap alat yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 1) a. Batang pengaduk b. Botol timbang c. Botol, dan d. Corong e. Etiket atau label undangan f. Gelas kimia g. Kaca arloji h. Labu ukur 25 mL, 50 mL dan 100 mL i. Pipet volume j. Timbangan



2. Tuliskan setiap bahan yang telah digunakan pada saat praktikum (tabel 2) a. Aquades b. CH3COOH glasial c. CuSO4.5H2O d. H2C2O4.2H2O e. H2SO4 pekat f. K2Cr2O7 g. Na2S2O3.5H2O h. NaOH



3. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap alat pada soal nomor 1 a. Timbangan berfungsi untuk menimbang padatan kimia atau massa suatu zat (Wardiyah, 2016). b. Labu ukur berfungsi untuk membuat dan mengencerkan larutan pada volume tertentu c. Pipet volume berfungsi untuk mengukur volume tepat berdasarkan volume yang dikeluarkan (Wardiyah, 2016). d. Batang pengaduk berfungsi untuk mengaduk suatu campuran dan membantu menuangkan larutan dalam proses penyaringan. e. Gelas kimia berfungsi untuk menampung zat kimia dan sebagai media pemanasan. f. Botol timbang berfungsi untuk menentukan kadar air suatu zat. Selain itu digunakan untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama bahan cair yang bersifat higroskopis. g. Kaca arloji berfungsi sebagai penutup gelas kimia dan menimbang bahan kimia yang berwujud padat atau Kristal. h. Corong berfungsi untuk memudahkan memasukkan cairan ke dalam wadah dengan mulut sempit i. Botol berfungsi untuk menampung bahan kimia (Nurdiani, 2019). j. Etiket atau label undangan berfungsi untuk memudahkan mencari letak bahan dan untuk mengetahui identitas dari bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium.



4. Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan pada soal nomor 2 a. NaOH umumnya digunakan sebagai larutan padat atau semipadat. NaOH digunakan untuk membuat sabun, rayon, kertas, bahan peledak, zat warna, dan produk minyak bumi. b. H2SO4 pekat umumnya digunakan untuk membuat pupuk dan bahaya kimia lainnya, dalam penyulingan minyak bumi, produksi besi dan baja, baterai, pewarna, kertas, lem, dan lain-lain.



c. Aquades biasa digunakan untuk membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 2008). d. K2Cr2O7 digunakan untuk dalam pengawet kayu, dalam pembuatan pigmen dan proses fotomekanis, tetapi sebagian besar digantikan oleh natrium dikromat. e. H2C2O4.2H2O atau asam oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna, krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis laboratorium. Pada bidang obat-obatan, asam oksalat dapat dipakai sebagai haemostatik dan anti septik luar (Dylla, 2008). f. CH3COOH glasial, selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. g. Na2S2O3.5H2O



banyak



digunakan



sebagai



pemutih;



untuk



mengekstraksi perak dari bijihnya; sebagai mordan (senyawa yang digunakan untuk mengikat zat warna ke dalam serat) dalam pencelupan dan pencetakan tekstil; sebagai peredam dalam pencelupan krom; digunakan pada pembuatan kulit; sebagai reagen untuk keperluan analisis dan kimia organik di laboratorium; sebagai antidotum pada keracunan sianida; digunakan dalam pembuatan obat antituberkulosis; sebagai antioksidan; sebagai bahan pengkelat. h. CuSO4.5H2O atau tembaga sulfat pentahydrate adalah suatu bahan yang penggunaannya sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven microwave. Selain itu dalam bidang pertambangan tembaga sulfat digunakan sebagai activator flotasi biji timah, seng dan kobalt. Bahkan di waktu terdahulu Tembaga Sulfat Pentahydrate di aplikasikan sebagai mordan untuk pewarnaan dan pelapisan listrik



5.



Apa yang dimaksud dengan pengenceran Jawab: Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu.



6. Hitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M. Diketahui



: V = 100 mL M = 0,01 M Mr NaOH = 40 g/mol



Ditanya



: Massa?



Dijawab



:



M



=



×



0,01



=



×



Massa =



,



×



×



Massa = 0,04 gram  Maka, berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100 mL NaOH 0,01 M adalah 0,04 gram



7. Hitung berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M Diketahui



: V = 50 mL M = 0,005 M Mr H2C2O4 = 90 g/mol



Ditanya



: Massa?



Dijawab



:



M



=



×



0,0005 =



× ,



Massa =



×



×



Massa = 0,0225 gram  Maka, berat padatan H2C2O4 yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL H2C2O4 0,005 M adalah 0,0225 gram



8. Hitung volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M. Keterangan



: M1 = Molaritas H2SO4 pekat M2 = Molaritas H2SO4 yang telah diencerkan V1 = Volume H2SO4 pekat V2 = Volume H2SO4 yang telah diencerkan



Diketahui



: M2 = 2 M V2 = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98% = 0,98 H2SO4 = 1,84 g/cm3 BM H2SO4 = 98,08 g/mol



Ditanya



: V1 ?



Dijawab



:



M1 = M1 =



% ,



× ,



× ,



M1 = 18,38 M



M1 × V1



= M 2 × V2



18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL V1 =



× ,



V1 = 2,720 mL  Maka, volume H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL H2SO4 2 M adalah 2,720 mL



9. Hitung berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M . Diketahui



: V = 25 mL M = 0,00167 M Mr K2Cr2O7 = 294 g/mol



Ditanya



: Massa?



Dijawab



:



M



=



×



0,00167 =



× ,



×



×



Massa



=



Massa



= 0,0122745 gr



 Maka, berat padatan K2Cr2O7 yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL K2Cr2O7 0,00167 M adalah 0,0122745 gram



10. Hitung volume CH3COOH glasial yang dibutuhkan untuk membuat 50 mL CH3COOH 1%. Keterangan



: M1 = Konsentrasi CH3COOH glasial M2 = Konsentrasi CH3COOH 1% V1 = Volume CH3COOH glasial V2 = Volume CH3COOH 1%



Diketahui



: M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL



Ditanya



: V1?



Dijawab



:



M1 × V1 = M2 × V2 1 M × V1 = 0,01 M × 50 mL V1 =



,



×



V1 = 0,5 mL



 Volume CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL CH3COOH 1% (sebelum diencerkan) adalah 0,5 mL.



11. Hitung berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M. Diketahui



: M Na2S2O3 = 0,01 M V Na2S2O3 = 50 mL Mr Na2S2O3.5H2O = 248 g/mol



Ditanya



: Massa Na2S2O3.5H2O ?



Dijawab



:



M



=



0,01



=



Massa =



× × ,



×



×



Massa = 0,124 gram  Maka, berat Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 50 mL Na2S2O3 0,01 M adalah 0,124 gram



12. Hitung berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm. Diketahui



: V = 25 mL = 0,025 L Ppm = 100 mg/L Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol Ar Cu = 63,5 g/mol



Ditanya Dijawab Massa = Massa =



: Massa CuSO4.5H2O? : ×



×



× ,



×



,



,



Massa = 9,822 mg Massa = 0,0098222 gram



 Maka, berat padatan CuSO4.5H2O yang dibutuhkan dalam membuat 25 mL Cu2+ 100 ppm adalah 0,0098222 gram



13. Hitung jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan NaOH 10 % sebanyak 25 mL dari padatan NaOH. Diketahui



: V = 25 mL NaOH 10% Massa jenis NaOH = 2,13 g/cm3 Mr NaOH = 40 g/mol



Ditanya



: Massa NaOH?



Dijawab



:



M= M=



% %× ,



×



M = 5,325



M=



× ×



5,325 = Massa =



,



×



×



Massa NaOH = 5,325 gram  Maka, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan NaOH 10 % sebanyak 25 mL dari padatan NaOH adalah 5,325 gram.



14. Berapa konsentrasi NaOH pada soal nomor 6 dalam satuan molar dan ppm. Diketahui



: Massa NaOH = 0,04 gr V = 100 mL Mr = 40 g/mol



Ditanya



: M dan ppm?



Dijawab



:



M= M=



× ,



!



Ppm =



×



Ppm =



M = 0,01 M



! ,



"



× 106



× 106



Ppm = 400



 Maka, konsentrasi NaOH pada soal nomor 6 dalam satuan molar dan ppm adalah 0,01 M dan 400 ppm



15. Hitung jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan CuSO4.5H2O 0,02 M sebanyak 100 mL. Diketahui



: V = 100 mL M = 0,02 M Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol



Ditanya



: Massa?



Dijawab



:



M



=



0,02



=



Massa =



×



, ,



×



× , ×



Massa = 0,499 gram  Maka, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan CuSO4.5H2O 0,02 M sebanyak 100 mL adalah 0,499 gram.



16. Berapa konsentrasi H2SO4 pada soal nomor 8 dalam satuan % dan ppm. Diketahui



: M2 = 2 M V2 = 25 mL Persentase H2SO4 pekat = 98% = 0,98 H2SO4 = 1,84 g/cm3 BM H2SO4 = 98,08 g/mol M1



=



%



,



× ,



×



M1



=



M1



= 18,38 M



,



M1 × V1



= M 2 × V2



18,38 M × V1 = 2 M × 25 mL ×



V1



=



V1



= 2,72 mL



,



Ditanya



: % massa dan ppm ?



Dijawab



: !



% massa = % massa =



# ,



"



× 100%



× 100%



% massa = 0,1088 × 100% % massa = 10,88% M



=



×



18,4



=



×



Massa =



× ,



,



× ,



Massa = 4,904704 gram !



Ppm = Ppm =



! ,



"



× 106



× 106



Ppm = 196.188.160 ppm  Maka, konsentrasi H2SO4 pada soal nomor 8 dalam satuan % dan ppm adalah 10,88% dan 196.188.160 ppm.



17. Bagaimana cara membuat larutan Na2S2O3 0,002 M dari larutan Na2S2O3 0,01 M. Jawab: Cara Pembuatan larutan Na2S2O3 0,002 M dari larutan Na2S2O3 0,01 M, sebagai berikut: a. Hitung berat Na2S2O3 0,01 M yang dibutuhkan dalam membuat N Na2S2O3 0,002 M. b. Timbangan Na2S2O3 sejumlah hasil perhitungan. c. Masukkan Na2S2O3 yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia, tambahkan aquades dan aduk sampai larut. d. Pindahkan larutan yang ada dalam gelas kimia kedalam labu ukur, tambahkan aquades sampai tanda batas. e. Homogenkan dan pindahkan larutan ke botol yang telah dicuci bersih dan kering. f. Beri label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi, tanggal pembuatan dan sifat larutan.



18. Berapa konsentrasi CH3COOH pada soal nomor 10 dalam satuan % dan ppm. Diketahui



: M1 = 100% = 1 M M2 = 0,01 M V2 = 50 mL



M1 × V1



= M 2 × V2



1 M × V1



= 0,01 M × 50 mL



,



×



V1



=



V1



= 0,5 mL



Ditanya



: % massa dan ppm



Dijawab



:



!



% massa = % massa =



# ,



"



× 100%



× 100%



% massa = 0,01 × 100% % massa = 1%



M



=



×



1



=



×



Massa =



,



× ,



Massa = 0,03 gram !



Ppm =



$%! ,



Ppm =



× 106



× 106



Ppm = 600 ppm  Maka, konsentrasi CH3COOH pada soal nomor 10 dalam satuan % dan ppm adalah 1% dan 600 ppm.



19. Simpulkan hasil percobaan yang sesuai dengan tujuan percobaan. Jawab: Berdasarkan dengan percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam larutan terdapat konsentrasi yang di mana merupakan sebuah perbandingan antara zat terlarut dengan zat pelarut, dan juga merupakan salah satu bagian yang perlu diperhatikan dalam membuat larutan. Tentunya konsentrasi larutan terbagi menjadi beberapa bagian, yang umum diketahui adalah molaritas, molalitas, % massa/volume, ppm, dll. Untuk mengetahui konsentrasi di setiap larutan, diperlukan sebuah rumus mutlak yang digunakan untuk menghitung konsentrasi, massa, volume, dan sebagainya. Dengan memahami konsep dari konsentrasi, maka nantinya proses pembuatan larutan pun akan lebih mudah.



DAFTAR PUSTAKA



Arita, S., Sari, R, P., & Liony, I. (2015). Purifikasi Limbah Spent Acid dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Zeonit dan Bentonit. Teknik Kimia, 151(4): 1017. Dwianto, D. (2018). Kajian Sifat Fisik, Kimia dan Tingkat Kesukaan Nata de Whey. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana. Fitrony, Fauzi R., Qadariyah L., & Mahfud. (2013). Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik Pomits, 2(1). Hasanah, F. (2016). “Desain Sensor Kapasitif Untuk Penentuan Level Aquades”. Digital Repository Universitas Jember. 5-8. Hikmayanti, M., & Utami, L. (2019). “Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa Kelas XI MAN 1 Pekanbaru pada Materi Titrasi Asam Basa”. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1), 52–57. HM, I. P., Ambarita, Y. P., & Maulina, S. (2016). Pembuatan Asam Oksalat dari Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) dengan Kalsium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1), 40-44. Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). “Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum Kimia dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Man 1 Pontianak”. J. Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), 1–13. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 20 National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound Summary. Retrieved April 13, 2021



Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nurul (2016). Variasi Waktu dan Suhu dalam Produksi Asam Oksalat (H2C2O4) dari Limbah Kertas dengan Metode Peleburan Alkali. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin. Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2015). “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2), 147–153. Sari, M., & Zainul, R. (2018). Spektroskopi dan Transpor K2CrO7. Padang: Universitas Negeri Padang. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.



LEMBAR PENGESAHAN



Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum



Putri Rinjani NIM. 1713015147



Praktikan



Muhammad Rizky NIM. 2013016093



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN III SENYAWA HIDROKARBON



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



PRODI



: S-1 FARMASI UMUM



ASISTEN



: TRI WULAN NOVI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN III SENYAWA HIDROKARBON



A. Waktu Praktikum Selasa, 20 April 2021. Pukul 07.30 s.d 10.30 WITA



B. Judul Praktikum Judul dari praktikum yang dilakukan adalah Senyawa Hidrokarbon.



C. Tujuan Praktikum Dapat mengetahui sifat-sifat dari hidrokarbon dan reaktivitas kimia berdasarkan jenis senyawa hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan aromatis).



D. Dasar Teori Para ahli kimia di awal abad ke-19 mengetahui bahwa makhluk hidup menghasilkan berbagai macam senyawa karbon. Kimiawan menyebut senyawa itu sebagai senyawa organik karena diproduksi oleh organisme hidup. Senyawa adalah zat yang mengandung dua atau lebih unsur, dengan atom dari unsurunsur tersebut selalu bergabung dalam rasio bilangan bulat yang sama (Bishop, 2011). Senyawa organik yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yang hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen. Ada banyak ribuan hidrokarbon yang telah diidentifikasi. Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat,yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun berselang-seling. Contohnya adalah benzena, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik digolongkan ke dalam



hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik (Michael, 2006). Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal atau alkana (CC), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. J



ika terdapat



satu saja ikatan rangkap dua, yaitu alkena (C ═C) atau ikatan rangkap tiga, yaitu alkuna (C ≡C), ia disebut hidrokarbon tak jenuh.



E. Alat dan Bahan 1. Alat No 1.



Nama Alat Gelas kimia



Gambar



Fungsi Melarutkan suatu padatan, untuk mencampurkan cairan, dan untuk memanaskan larutan.



2.



Pipet tetes



Untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil yaitu tetes demi tetes.



3.



Pipet ukur



Untuk mengukur dan menambahkan cairan dengan volume tertentu yang dapat dilihat dari skala pada saat penambahan cairan.



4.



Rak tabung



Untuk meletakkan tabung reaksi pada saat mereaksikan bahan kimia.



5.



Tabung reaksi



Sebagai wadah untuk mereaksikan larutan atau cairan.



2. Bahan No 1.



Nama



Sifat Fisik



Bahan Aquades



a. Aquades bersifat tidak berwarna, b. tidak berasa dan tidak



Sifat Kimia a. Senyawa yang segera larut di dalam aquades mencakup



berbau pada kondisi



berbagai senyawa



standar yaitu pada



organik netral yang



tekanan 100 kPa (1 bar)



mempunyai gugus



dan



fungsional polar



c. temperatur 273,15 K (0 C),



seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton.



d. Kapasitas kalor lebih



Kelarutannya



tinggi dibandingkan



disebabkan oleh



dengan cairan lain



kecenderungan



kecuali ammonia,



molekul aquades



e. konstanta dielektrik



untuk membentuk



paling tinggi di antara



ikatan hidrogen



cairan murni lainnya



dengan gugus



(Ahmad, 2004), serta



hidroksil gula dan



f. memiliki kapasitas



alkohol atau gugus



kalor yang cukup tinggi



karbonil aldehida



yaitu 1 kal g-1 C-1



dan keton



sehingga menyebabkan



(Lehninger, 1982).



kalor yang diperlukan untuk merubah suhu dari sejumlah massa cukup tinggi. 2.



Asam oleat



a. Berat molekul 282,4614 g/mol,



(C18H34O b. Berwujud cairan 2)



a. Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, dan



berwarna kuning pucat



beberapa pelarut



atau kuning kecoklatan.



organik.



c. Titik lebur 13-14oC d. Titik didih 360 oC pada 760 mmHg.



b. Tidak bersifat karsinogenik, batas eksplosivitas LEL :



e. Densitas 0,895 g/Ml



3,3% dan UEL :



f. viskositas mPa.s (oC)=



19%.



27,64 (25), 4,85 (90) (Ketaren, 2008).



c. Stabil, reaktif terhadap kelembaban, logam alkali, ammonia, agen pengoksidasi,



dan peroksida. Produk samping yang berbahaya yaitu karbon dioksida dan karbon monoksida. Tidak akan muncul polimerisasi yang berbahaya (Ketaren, 2008). 3.



Diklorom a. Berupa cairan bening etana



a. Bersifat stabil, larut



berbau manis,



dalam alkohol,



(CH2Cl2) b. Memiliki titik didih 40 o



C dan



b. Mudah terbakar c. Reaktif terhadap



c. Densitas 2,9 g/cm3



bahan yang oksidatif dan logam.



4.



H2SO4 (Asam Sulfat)



a. Titik didih 3370 oC(610 a. Asam sulfat adalah K),



zat pendehidrasi



b. Titik lebur 100 oC(283 K) c. Massa



digunakan untuk molar



98,08



g/mol. d. Asam



yang baik,



mengeringkan buahbuahan.



sulfat



juga b. Asam sulfat bereaksi



memiliki tekanan uap 7 termasuk ke senyawa basa. Maka jika nilai pH mendekati nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat, sedangkan jika nilai pH suatu zat mendekati angka 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah (berkurang) (Lestari, 2016). Percobaan pertama yaitu, tes keasaman. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu, asam trikloroasetat, fenol, etanol, asam asetat, asam salisilat, asam benzoat, dan aquades. Pada percobaan ini ketujuh sampel diberi kertas pH indikator untuk mengetahui keasaman larutan dengan melihat perubahan warna pada pH indikator. Setelah di amati, hasil pH trikloroasetat dan asam salisilat menunjukkan angka 1, pH fenol menunjukkan angka 4, pH etanol menunjukkan angka 6, pH asam asetat menunjukkan angka 0, pH asam benzoat menunjukkan angka 2, dan aquades menunjukkan angka 7. Jika diurutkan berdasarkan tingkat keasamannya dari yang paling tinggi ke rendah maka asam asetat yang paling asam, lalu asam trikloroasetat dan asam salisilat, lalu asam benzoat, lalu fenol, dan yang paling rendah adalah etanol. Sedangkan aquades merupakan senyawa netral dikarenakan memiliki nilai pH 7, yang dimana nilai pH 7 bukan asam maupun basa. Percobaan kedua yaitu, tes kelarutan. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu, asam benzoat, asam salisilat, dan fenol. Pada percobaan ini ketiga sampel ditetesi larutan NaOH dan HCl secara bertahap. Tujuan dari penambahan larutan NaOH yaitu, supaya ketiga senyawa tersebut dapat mudah



larut dalam air serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar dari asam karboksilat. Lalu, tujuan penambahan HCl yaitu, jika garam karboksilat direaksikan lagi dengan HCl agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa (Wardiyah, 2016). Uji kelarutan pertama yaitu, uji asam benzoat. Asam benzoat merupakan suatu senyawa yang sukar larut di dalam air, dan jika suatu senyawa dikatakan larut dalam air atau memiliki kelarutan yang besar maka ditandai dengan terbentuknya garam. Maka agar asam benzoat dapat larut di dalam air ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium benzoat dan tidak mengalami perubahan warna. Lalu setelah membentuk garam, natrium benzoat ditambahkan HCl, maka HCl akan larut dan tidak mengalami perubahan warna. Tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut. Uji kelarutan kedua adalah uji asam salisilat. Asam salisilat merupakan suatu senyawa yang sukar larut dalam air, dan jika suatu senyawa dikatakan larut dalam air atau memiliki kelarutan yang besar maka ditandai dengan terbentuknya garam. Maka agar asam salisilat dapat larut di dalam air, ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium salisilat dan tidak mengalami perubahan warna. Lalu setelah membentuk garam, natrium salisilat ditambahkan HCl, maka HCl akan larut dan mengalami perubahan warna menjadi warna kuning bening. Sama dengan asam benzoat tadi, tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut. Untuk uji kelarutan yang terakhir adalah uji fenol. Fenol merupakan kelarutan yang sukar dalam air dan memiliki kelarutan yang terbatas di dalam air yaitu 8,3 g/100 ml. Maka agar fenol dapat larut di dalam air, ditambahkan lagi dengan NaOH. Pada saat ditambahkan NaOH terbentuk garam yaitu natrium fenolat dan mengalami perubahan warna menjadi warna ungu. Lalu setelah membentuk garam, natrium fenolat ditambahkan HCL, maka HCl akan



larut dan menghasilkan perubahan warna menjadi warna cokelat bening. Sama dengan asam benzoat dan asam salisilat, tujuan dari penambahan HCl adalah untuk menurunkan pH agar dapat meningkatkan keasaman pada senyawa tersebut.



I. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Jika pH larutannya menunjukkan angka kurang dari 7 maka termasuk senyawa asam, 2. Jika nilai pH nya menunjukkan angka sama dengan 7 maka termasuk senyawa yang netral atau garam, 3. Jika nilai pH nya menunjukkan angka lebih dari 7 maka termasuk senyawa basa. 4. Jika nilai pH mendekati nol, maka tingkat keasamannya semakin kuat. 5. Jika nilai pH suatu senyawa mendekati 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah. 6. Tujuan penambahan larutan NaOH supaya asam benzoat, asam salisilat, dan fenol mudah larut dalam air serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar dari asam karboksilat. Lalu, 7. Tujuan penggunaan HCl yaitu, garam karboksilat direaksikan lagi dengan HCl agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa.



DAFTAR PUSTAKA



Chang, R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Bandung: Penerbit Erlangga Dewi, T. K., Dandy, & Akbar, W. (2010). Pengaruh Konsentrasi NaOH, Temperatur Pemasakan, dan Lama Pemasakan pada Pembuatan Pulp dari Batang Rami dengan Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia, 17(2): 68–74. Halimah, N. (2014). Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam



Salisilat Kapasitas 9.500 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasanah, F. (2016). Desain Sensor Kapasitif untuk Penentuan Level Aquades. Bachelor thesis. Jember: Universitas Jember. Huda, A., Purnama, I. H., & Ar, I. H. (2017). Prarancangan Pabrik Asam Benzoat



dengan Proses Oksidasi Toluena dan Katalis Kobalt Asetat Kapasitas 40.000 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2017). Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 1(2), 35. Kurniawati, D. S. (2012). Pra Rancangan Pabrik: Pabrik Acetic Acid dari Butana



Cair dengan Proses Oksidasi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1). Matiin, N., Hatta, A. M., & Sekartedjo. (2012). Pengaruh Variasi Bending Sensor pH Berbasis Serat Optik Plastik Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel terhadap Sensitivitas. Jurnal Teknik Pomits, 1(1), 1. PSMK, Direktorat. (2013). Kimia Organik untuk SMK kelas X Semester 2. Jakarta : Kemendikbud RI. Setyawan, Y. (2017). Prarancangan Pabrik Benzil Alkohol dari Benzil Klorida, Air,



dan Natrium Karbonat dengan Proses Hidrolisis Kapasitas 25.000 Ton/Tahun. Doctoral dissertation.



Wardiyah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Kimia Organik. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia. Wasito, H., Karyati, E., Vikarosa, C. D., et al. (2017). Test Strip Pengukur pH dari Bahan Alam yang Diimmobilisasi dalam Kertas Selulosa. Indonesian Journal



of Chemical Science, 6(3). Yuliyanto, E., & Hidayah, F. F. (2018). Kimia Organik: Asam Karboksilat Berbasis



Software Marvin Plus Refleksi. Semarang: Unimus Press.



J. Jawaban Soal No. 1.



Soal



Apa yang dimaksud asam karboksilat ? Berikan 10 contoh struktur dari senyawa yang memiliki gugus fungsi asam karboksilat beserta namanya!



Jawaban



Asam karboksilat adalah turunan hidrokarbon yang mengandung gugus karbonil. Contoh struktur senyawa yang memiliki gugus fungsi asam karboksilat : a. Asam Asetat



b. Asam Pentanoat CH3-CH2-CH2-CH2-COOH c. Asam Oksalat HOOC-COOH d. Asam Malonat HOOC-CH2-COOH e. Asam Suksinat HOOC-CH2-CH2-COOH f. Asam Gluarat HOOC-CH2-CH2-CH2-COOH g. Asam Adipat HOOC-CH2-CH2-CH2-CH2-COOH h. Asam Pimalat HOOC-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-COOH i. Asam Metanoat



j. Asam Etanoat



Referensi



Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD



Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2.



Soal



Jelaskan sifat fisik dan kimia dari senyawa asam karboksilat berantai pendek (C1-C5)!



Jawaban



a. Asam metanoat (Asam format) Sifat fisik : Rumus molekul : CH2O2 atau HCOOH Berat molekul : 46 Titik leleh : 8,4 oC Titik didih : 100,8 oC Suhu kritis : 307 oC Berat jenis : 1,226 g/ml Sifat kimia :







Mereduksi hidroksimetil amin menjadi senyawa amina







Bereaksi dengan olefin dengan adanya hydrogen peroksida membentuk glikol format



b. Asam etanoat (Asam asetat) Sifat fisik : Cairan jernih tidak berwana, bau khas menusuk, rasa asam yang tajam. Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan gliserol Sifat kimia : Mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Dan mudah teroksidasi c. Asam propanoat Sifat fisik :



Berbentuk cair dan agak berminyak, berbau tengik agak tajam (FDA, 1984) dalam bentuk garam, propionat berbentuk bubuk berwarna putih, larut dalam air dan alcohol. Titik didihnya 4.6 °C pada tekanan 1mmHg, 85.8 °C pada tekanan 100mmHg, 122.0 °C pada tekanan 400 mmHg, dan 141.1 °C pada tekanan 760 mmHg Sifat kimia : Kemurnian asam propionat lebih dari 99.5%. Asam propionat



sangat



mudah



menguap



(volatile),



sehingga mudah hilang ketika produk makanan melalui proses pengeringan. d. Asam butanoat Sifat fisik : Berupa zat cair berbau tengik Sifat kimia : bila berikatan dengan etanol menjadi senyawa ester. sebagai etil butirat yang memberikan bau sedap. e. Asam pentanoat Sifat fisik : Senyawa yang memiliki bau yang tidak sedap berasal dari akar tanaman Garden heliotrope Sifat kimia : Sintesis ester-ester yang sering dimanfaatkan dan bersifat irritant Referensi



Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD



Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Saputra, A. L., AR, I. H., & Rois Fatoni, S. T. 2017. Prarancangan Pabrik Asam Format Dengan Proses Hidrolisis Metil Format Kapasitas



20.000



Ton/Tahun.



Doctoral



dissertation.



Universitas



Muhammadiyah



Surakarta. Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 3.



Soal



Jelaskan pengertian asam dan basa menurut : a. Arrhenius b. Bronsted Lowry c. Lewis



Jawaban



a. Arhennius Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang apabila direaksikan dengan air menghasilkan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+). basa merupakan suatu zat yang apabila direaksikan dalam air akan menghasilakan ion hidroksida (OH-). b. Bronsted Lowry Menurut Bronsted Lowry, asam adalah zat yang memberikan proton (ion hidrogen, H+) pada zat lain. Basa merupakan zat yang menerima proton dari asam. Hal ini juga dapat dinyatakan bahwa asam adalah donor proton dan basa adalah akseptor proton. c. Lewis Definisi asam-basa Lewis, Asam adalah zat yang dapat



menerima



sepasang



elektron



untuk



membentuk ikatan kovalen. basa adalah zat yang dapat



memberikan



sepasang



elektron



pada



pembentukan ikatan kovalen. Salah satu konsep asam dan basa menurut Lewis adalah reaksi BF3 dan NH3



Referensi



Rahmawati,



Tika dan Partana,



Crys Fajar.



2019.



Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Ditinjau dari Hasil Belajar Kognitif dan Efikasi Diri Peserta Didik. thesis. Universitas Negeri Yogyakarta 4.



Soal



Tuliskan struktur dan nilai pka dari senyawa : a. Asam trikloroasetat b. Asam salisilat c. Asam benzoat d. Asam asetat e. Fenol f. Etanol



Jawaban



a. Asam trikloroasetat



pKa = 0,77 b. Asam salisilat



pKa = 3,0 c. Asam benzoat



pKa = 4,2 d. Asam asetat



pKa = 4,7 e. Fenol



pKa = 9,98 f. Etanol



pKa = 15,9 Referensi



Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia



5.



Soal



Bagaimana nilai pKa dan Ka dapat menjelaskan keasaman suatu senyawa!



Jawaban



Jika semakin kecil nilai pKa (sebagai pKa = -log10 Ka, maka semakin besar nilai Ka). Jadi, pKa adalah ukuran dari kekuatan asam atau kemampuan asam untuk menyumbangkan proton dan kuat asam, maka semakin kecil nilainya dari pKa. Maka dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari nilai Ka, semakin besar nilai Ka maka semakin besar tingkat keasaman suatu senyawa dan begitu juga sebaliknya. Dan jika dilihat dari nilai pKa, semakin kecil nilai pKa maka semakin besar tingkat keasaman suatu senyawa begitu juga sebaliknya.



Referensi



Purba, L. S. L. (2020). Kimia Fisika 1. Jakarta : UKI Press.



6.



Soal



Apa yang dimaksud dengan resonansi? Berikan contohnya!



Jawaban



Resonansi adalah suatu peristiwa di dalam suatu molekul (khusus senyawa organik) dimana terdapat perubahan molekul yang disebabkan oleh perpindahan atau distribusi elektron antara atom-atom yang membentuk



molekul



tersebut. Konsep



resonansi



seringkali dinyatakan dengan menggambar struktur lewis (Muchtaridi, et al, 2018). Berikut contoh penentuan resonansi dan bentuk molekul dari ion tiosianat, SCN.



Struktur resonansi yang paling stabil adalah yang memiliki muatan formal terkecil, yaitu A atau B. Karena atom nitrogen memiliki elektronegativitas yang lebih



besar dibandingkan sulfur, maka struktur A yang lebih stabil (Basuki, 2017). Referensi



Basuki, R. (2017). Studi kasus: konsep penentuan bilangan oksidasi pada buku paket kimia SMA/MA di Indonesia. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5(2),71-79. Muchtaridi. et al. (2018): Kimia Medisinal Dasardasar Dalam Perancangan Obat. Jakarta : Prenadamedia Group.



7.



Soal



Jelaskan bentuk resonansi dari ion asetat dan ion fenoksida!



Jawaban



a. Struktur resonansi ion asetat



Bentuk resonansi pada ion asetat hanya berbeda pada posisi ikatan π dan pasangan elektron bebas. Dalam struktur resonansi tidak terjadi perubahan posisi atom. Resonansi ion asetat bersifat stabil karena kedua struktur dari ion asetat adalah ekivalen dimana muatan negatif dipakai bersama oleh kedua atom oksigen. Delokalisasi muatan negatif inilah yang menjelaskan mengapa asam karboksilat lebih bersifat asam daripada fenol (Hadanu, 2019). b. Struktur resonansi ion fenoksida



Muatan negatif pada ion alkoksida terkonsentrasi pada atom oksigen, tetapi muatan negatif pada ion fenoksida dapat di delokalisasi pada posisi cincin orto dan para melalui resonansi. Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol karena ion



fenoksidanya



distabilkan



oleh



resonansi.



Walaupun ion fenoksida merupakan resonansi stabil, kontribusi utama struktur resonansinya mempunyai muatan negatif yang berada pada satu atom sehingga sifat keasamannya masih dibawah asam karboksilat (Suja, 2016). Referensi



Hadanu, R. (2019): Kimia Organik Jilid 1. Kolaka: Penerbit Leisyah. Suja, I. W. (2016): Perancangan dan Validasi Tes Diagnostik Model Mental Kimia Organik. Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha.



8.



Soal



Menurut teori, asam asetat lebih asam daripada fenol dan etanol namun tidak lebih asam daripada asam trikloroasetat, mengapa demikian? Jelaskan!



Jawaban



Karena asam trikloroasetat mempunyai tiga atom Klor sehingga memiliki asam yang lebih kuat dari asam asetat.



Referensi



Sari,



U.



(2018):



Trigalaktomanan



Sintesis Melalui



Karboksimetil Reaksi



antara



Trikloroasetat dengan Galaktomanan yang Diisolasi dari Tanaman Lidah Buaya. Skripsi. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 9.



Soal



Apa tujuan penambahan NaOH dan HCl pada uji kelarutan dalam percobaan ini?



Jawaban



Tujuan dari penambahan NaOH dan HCl pada uji kelarutan



dalam



dikarenakan



percobaan



ini



yaitu,



asam karboksilat sukar larut dalam



pelarut organik, basa kuat seperti natrium hidroksida terlarut dengan asam karboksilat serta bereaksi membentuk garam yang disebut karboksilat. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan proton dalam jumlah besar



dari asam karboksilat.



kemudian,



garam



karboksilat direaksikan lagi dengan asam kuat seperti asam klorida agar kembali menjadi asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi asam basa. Referensi



Masfria, Muchlisyam, Pardede, T. R., et al. (2019). Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif. Medan : Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.



10.



Soal



Berdasarkan



hasil



pengamatan



praktikum



dan



penjelasan teori, urutkan tingkat keasaman dari asam salisilat, asam benzoat, asam asetat, asam trikloroasetat, fenol dan etanol! Jawaban



Berikut urutan tingkat keasaman semua sampel pada praktikum dimulai dari pH terendah (paling asam). a. Asam asetat (pH = 0) b. Asam trikloroasetat (pH = 1) c. Asam asetilsalisilat (pH = 1) d. Asam benzoat (pH = 2) e. Fenol (pH = 4) f. etanol (pH = 6) Berdasarkan teori urutan tingkat keasaman pada sampel percobaan dimulai dari paling asam. a. Asam trikloroasetat (pKa = 0,77)



b. Asam salisilat (pKa = 3,0) c. Asam benzoat (pKa = 4,2) d. Asam asetat (pKa = 4,7) e. Fenol (pKa = 9,89) f. Etanol (pKa = 15,9) Referensi



Mulyono. 2011. Konsep Dasar Kimia Untuk PGSD Edisi Kedua. Bandung : UPI Press Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia



LEMBAR PENGESAHAN



Samarinda, 8 Juni 2021 Asisten Praktikum



Praktikan



Tri Wulan Novi



Muhammad Rizky



NIM. 1713015120



NIM. 2013016093



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN VII IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



PRODI



: S-1 FARMASI UMUM 2020



ASISTEN



: ANNISA ANUGRAH PUTRI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN VII IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT



A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal



: Selasa, 4 Mei 2021



Waktu



: 07.30-10.30



B. Judul Praktikum Identifikasi Karbohidrat.



C. Tujuan Praktikum Dapat mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.



D. Dasar Teori Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Istilah karbohidrat diambil dari kata carbon dan hydrat (air). Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).



Rumus umum dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau



CnH2nOn. Pada senyawa yang termasuk karbohidat terdapat gugus fungsi yaitu gugus OH, gugus aldehid, atau gugus keton. Karbohi drat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Fitri & Fitriana, 2020). Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah tepung atau amilum atau pati yang ada di dalam gandum, jagung, beras, kentang, dan padi-padian lainnya. Karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti seluloasa, pektin, serta lignin (Edahwati, 2010).



Klasifikasi karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Fessenden, 1982). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, yang dimana molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbo lainnya (McGilvery, 1996). Monosakarida tidak berwarna, bentuk kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakrida digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehid (aldosa) dan keton (ketosa). Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa. Sedangkan monosakarida seperti glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa adalah aldosa (Fessenden, 1982). Struktur monosakarida yaitu seperti gambar di bawah ini.



Disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Sama dengan monosakarida, senyawa ini larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan praktis, tetapi tidak larut dalam eter dan pelarut organik nonpolar. Contoh dari disakarida adalah maltosa, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005). Polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam monoksakarida disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida (Fessenden, 1982). Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang saling berhubungan



melalui ikatan glikosida. Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Polisakarida dapat larut dalam air dan akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Fitri & Fitriana, 2020).



E. Alat dan Bahan 1. Alat No



Nama Alat



1.



Gelas Kimia



Gambar



Fungsi Melarutkan suatu



padatan,



untuk mencampurkan cairan,



dan



untuk memanaskan larutan (Nurdiani, 2019). 2.



Penangas air



Untuk



(Waterbath)



menciptakan suhu



konstan,



biasanya pemanasan dijaga pada suhu rendah



antara



300C-600C. Dan digunakan untuk menguapkan zat atau



larutan



dengan



suhu



rendah



dan



untuk menginkubasi kultur mikrobiologi (Rahayu, 2019). 3.



Penjepit



Digunakan



tabung



untuk menjepit tabung



reaksi



pada



saat



pemanasan larutan



dengan



menggunakan tabung



reaksi



(Rahayu, 2019). 4.



Pipet tetes



Untuk membantu memindahkan cairan



dari



wadah yang satu ke wadah yang lain



dalam



jumlah



yang



sangat kecil dari tetes demi tetes (Nurdiani, 2019). 5.



Plat tetes



Untuk



tempat



mereaksikan zat-



zat dalam jumlah kecil



(Rahayu,



2019).



6.



Rak tabung



Untuk meletakkan tabung



reaksi



pada



saat



mereaksikan bahan



kimia



(Sudarmo, 2016). 7.



Tabung



Untuk



reaksi



tempat



mereaksikan larutan



atau



cairan (Nurdiani, 2019).



2. Bahan No 1.



Nama Bahan ɑ-naftol (C10H8O)



Sifat Fisik



Sifat Kimia



a. Berat molekul : a. Sangat sedikit larut 144,17 g/mol



dalam air



b. Titik didih : 288 0C b. Mudah larut dalam c. Titik lebur : 94-94 0



C



d. Titik nyala: 144 0C



alkohol



c. α-naftol digunakan dalam zat



pembuatan warna



dan



e. Kerapatan : 1,181 g/cm3 f. Berbentuk padatan kristalin putih g. Bau seperti etanol



2.



Fruktosa (C12H22O11)



a. Berat molekul : 180,16 g/mol b. Spesific gravity : 1,669 c. Melting point : 950



105 C d. Bentuk : Kristal monoklin e. Titik lebur : 180 0C



sintesis



senyawa



organik



(salah



satunya



ialah



Naphtol yellow S) (Hartina, 2020).



a. Fruktosa dapat difermentasi secara oleh



anaerobik ragi



atau



bakteri. b. mengalami



reaksi



Maillard, pencoklatan enzimatik,



nondengan



asam amino. c. Fruktosa mudah



dengan mengalami



dehidrasi menghasilkan hydroxymethylfurfu ral (HMF) (Nuritasari, 2016). 3.



Glukosa (C6H12O6)



a. Berat molekul : a. Lebih mudah larut 180,16 g/mol b. Titik leleh : 146 C



dalam air daripada sukrosa



c. Densitas : 1,544 g b. Larut dalam etanol cm-3



dan eter (Fitria, 2014).



4.



H2SO4 pekat



a. Berat molekul : a. Dengan basa dapat 98,08 g/gmol



membentuk



b. Titik leleh : 10,31



°C



garam



dan air. H2SO4 + 2NaOH →



c. Titik didih : 336,85



°C



Na2SO4 + H2O b. Dengan



d. Densitas : 1,8 g/cc (45 °C)



dapat



alkohol membentuk



eter dan air.



e. Warna



:



tidak



2C2H5OH + H2SO4



→ C2H5OC2H5 +



berwarna



H2O + H2SO4



f. Bentuk : cair



(Lutfiati, 2008). 5.



Iodium



a. Bentuk : zat padat a. Mudah menyublim. yang mengkristal b. berkilat logam



b. Sangat



seperti Warna



reaktif



terhadap oksigen.



: c. Zat pengoksidasi



hitam kelabu



(Cholik, 2017).



c. Memiliki bau khas yang Berat



menyengat. atom



:



126,93 d. Titik didih : 183 oC e. Titik lebur : 144 oC 6.



Laktosa (C12H22O11)



a. Serbuk



tak a. Dapat



berwarna. b. Massa



pereaksi



molar



342,30 g/mol c. Berupa putih.



:



mereduksi fehling,



benedict,



dan



pereaksi tollens.



padatan b. Sedikit larut dalam air (Herlinawati, 2014).



d. Densitas : 1,525 g/cm3 e. Titik lebur : 202,8 C f. Titik didih : 668,9 C 7.



Maltosa



a. Berbentuk kristal.



a. Dalam



keadaan



b. Berwarna putih.



panas, maltosa dapat



c. Rasa



mereduksi pereaksi



manis



maltosa



kurang



lebih adalah 1/2 (setengah)



benedict



pereaksi fehling.



dari b. Oksidasi



rasa manis glukosa



dengan



dan



1/6



bromata



(seperenam)



dari



akan



manis



asam



rasa



atau



fruktosa.



maltosa aqua (KOBr)



membentuk



monokarboksilat



d. Titik Lebur : 102103 C.



atau yang disebut asam maltobionat. c. Larut dalam air (Sumardjo, 2012).



8.



Pati



a. Formula



: a. Karbohidrat



(C6H10O5) b. Berat



molekul



kompleks yang tidak :



162,14 g/mol c. Specific gravity : 1,50 (Nuritasari, 2016).



larut



dalam



berwujud putih,



tawar



air, bubuk dan



tidak berbau. b. Merupakan karbohidrat berbentuk



yang



polikasarida berupa polimer



anhidro



monosakarida. c. Merupakan polimer glukosa yang terdiri dari



amilosa



dan



amilopektin dengan perbandingan



1:3



(besarnya perbandingan amilosa



dan



amilopektin



ini



berbeda-beda tergantung



jenis



patinya) (Putra, 2015). 9.



Pereaksi Barfoed



a. Reagen memiliki



barfoed a. Pereaksi bentuk



larutan



yang



bersifat asam lemah.



dan b. Pereaksi



berwarna biru. b. Mengandung



barfoed



dalam suasana asam akan direduksi lebih



senyawa tembaga



cepat



asetat.



pereduksi



c. Akan endapan



terbentuk merah



oleh



gula



monosakarida darpada disakarida



bata jika sampel



dan



tergolong



Cu2O



monosakarida dan



merah bata



jika



(Nurjannah, et al,



mengandung monosakarida



tidak



2017).



menghasilkan berwarna



maka



warna



larutan



tidak



berubah. 10.



Pereaksi Benedict



Berwarna biru gelap Pada karena



suasana



basa,



mengandung reduksi ion Cu



kupri sulfat, natrium gula



pereduksi



karbonat, dan natrium membentuk sitrat.



2+



oleh akan



endapan



merah bata (Nurjannah,



et al, 2017). 11.



Pereaksi Fehling



a. Pada



fehling



(larutan



A a. Mereduksi



CuSO4)



warna biru muda. b. Pada



fehling



monosakarida disakarida.



B b. Dengan larutan 1%



(campuran larutan



pereaksi



NaOH)



menghasilkan



tidak



berwarna. c. Pereaksi dibuat



dan



fehling



endapan merah bata. fehling



(Fitri, 2020).



dengan



mencampurkan kedua fehling



larutan A



dan



fehling B sehingga dihasilkan larutan berwarna biru. 12.



Pereaksi Seliwanoff



a. Tidak



berwarna, a. Dapat menyebabkan



jernih.



iritasi pada mata,



b. Dapat larut dalam air.



apabila terkena mata harus



dibasuh



dengan air mengalir.



b. Dapat



menguji



karbohidrat



yang



mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. c. Apabila dipanaskan menghasilkan warna merah



pada



larutannya (Nurjannah, et al, 2017). 13.



Sukrosa (C12H22O11)



a. Berat molekul : a. Sukrosa 342,3 g/mol



dioksidasi



dapat dengan



b. Berbentuk : Kristal



KMnO4, HNO3, dan



c. Rasa : Manis



peroksida.



d. Kelarutan : 179 b. Sukrosa g/100mL (0C)



e. Titik leleh : 170 0C



dihidrolisis enzimatis



dapat secara yang



menghasilkan glukosa dan fruktosa (Fitria, 2014).



F. Bagan Prosedur Kerja 1. Uji Molisch Dicampurkan 2 tetes α-naftol ke dalam 2 mL larutan sampel, lalu dialirkan secara perlahan melalui dinding tabung 2 mL H2SO4 pekat hingga membentuk lapisan dibawah campuran.



Adanya cincin ungu pada bidang batas menunjukkan adanya karbohidrat.



2. Uji Seliwanoff Dimasukkan 1 mL larutan sampel ke dalam 5 mL pereaksi, lalu ditempatkan ke dalam air mendidih selama 10 menit atau didihkan langsung.



Adanya warna merah menunjukkan adanya ketosa.



3. Uji fehling Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 3 tetes larutan fehling, lalu dicampurkan ke dalam 1 mL larutan sampel.



Dipanaskan dalam penangas air dan akan terbentuk endapan Cu2O yang berwarna.



4. Uji Benedict Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 5 mL pereaksi benedict, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam tabung reaksi.



Dipanaskan selama 5 menit atau dimasukkan ke dalam penangas air.



Reaksi positif bila terjadi endapan Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata.



5. Uji Barfeod Ditiap tabung ditambahkan sebanyak 5 mL pereaksi barfeod, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam tabung reaksi.



Dipanaskan selama 5 menit atau dimasukkan ke dalam penangas air.



Reaksi positif bila terjadi endapan Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata.



6. Uji Iodium Ditiap tabung ditambahkan 1 tetes pereaksi iodium, lalu ditambahkan ke dalam sampel dalam plat tetes.



Adanya warna spesifik menunjukkan adanya karbohidrat.



Adanya warna biru kehitaman menunjukkan adanya amilosa, adanya warna merah lembayang menunjukkan adanya amilopektin. Deskran dan juga glikogen akan menghasilkan warna merah cokelat dengan pereaksi ini.



G. Pengamatan 1. Hasil Pengamatan a. Uji Molisch No



Sampel



Pereaksi



1.



Glukosa



Molisch



Hasil Pengamatan Glukosa



setelah



pereaksi



Molisch



ditambahkan (2



tetes



ɑ-



naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui



dinding



tabung)



tidak



terbentuk cincin ungu. 2.



Fruktosa



Molisch



Fruktosa



setelah



pereaksi



Molisch



ditambahkan (2



tetes



ɑ-



naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui



dinding



tabung)



tidak



terbentuk cincin ungu. 3.



Sukrosa



Molisch



Sukrosa



setelah



pereaksi



Molisch



ditambahkan (2



tetes



ɑ-



naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui



dinding



tabung)



tidak



terbentuk cincin ungu. 4.



Maltosa



Molisch



Maltosa



setelah



pereaksi



Molisch



ditambahkan (2



tetes



ɑ-



naftol diikuti dengan 2 mL H2SO4 melalui



dinding



tabung)



tidak



terbentuk cincin ungu. 5.



Laktosa



Molisch



Laktosa setelah ditambahkan pereaksi Molisch (2 tetes ɑ-naftol



diikuti



dengan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung) tidak terbentuk cincin ungu. 6.



Pati



Molisch



Pati setelah ditambahkan pereaksi Molisch (2 tetes ɑ-naftol



diikuti



dengan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung) tidak terbentuk cincin ungu.



b. Uji Seliwanoff No



Sampel



Pereaksi



1.



Glukosa



Seliwanoff



Hasil Pengamatan Glukosa Seliwanoff



ditambahkan tidak



pereaksi mengalami



perubahan warna. 2.



Fruktosa



Seliwanoff



Fruktosa



ditambahkan



pereaksi



Seliwanoff maka akan mengalami perubahan warna menjadi merah



orange. 3.



Sukrosa



Seliwanoff



Sukrosa



ditambahkan



pereaksi



Seliwanoff maka akan mengalami perubahan warna menjadi merah



orange.



f. Pati + pereaksi Iodium



H. Pembahasan Percobaan pertama yaitu, uji Molisch. Uji Molisch bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat. Prinsip percobaan Uji Molish adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama



karbohidrat



terhidrolisis



oleh



H2SO4



pekat



menjadi



monosakarida kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu bagian paling bawah berwarna bening dimana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung karbohidrat (Wilujeng, 2016). Pada uji Molisch menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi ɑnaftol sebanyak 2 tetes, lalu ditambahkan H2SO4 sebanyak 2 mL dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, keenam sampel tersebut menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya cincin ungu pada bidang batas tabung. Menurut teori, seharusnya keenam sampel tersebut terbentuk cincin berwarna ungu pada bidang batas tabung dikarenakan keenam



sampel tersebut termasuk golongan karbohidrat. Hal ini terjadi akibat kesalahan pada pengujian. Kesalahan pada pengujian ini akibat adanya human error. Human error dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya, penambahan reagen yang kurang atau kelebihan, waktu pengamatan yang tidak akurat, pemanasan sampel yang terlalu lama atau terlalu cepat, peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga meninggalkan bekas pereaksi sebelumnya sehingga ikut bereaksi dengan sampel yang sedang diuji, dan komposisi campuran larutan pengujian yang tidak sesuai arahan prosedur. Percobaan kedua yaitu, uji Seliwanoff. Uji Seliwanoff bertujuan untuk membedakan adanya ketosa dan aldosa. Jika suatu gula mempunyai gugus keton, maka disebut ketosa, sedangkan jika ia mengandung gugus aldehida ia disebut aldosa. Reagent Seliwanoff adalah pereaksi yang terdiri dari resorsinol dan HCl pekat. Prinsip dari uji Seliwanoff adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil furfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk kompleks berwarna merah orange (Kusbandari, 2015). Reaksi positif uji seliwanoff yaitu adanya warna merah orange menunjukkan adanya ketosa. Reaksi positif ini akan muncul setelah larutan dipanaskan. Uji Seliwanoff menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Seliwanoff sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, terdapat dua sampel yang berubah menjadi warna merah orange yaitu, fruktosa dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut memberikan reaksi positif setelah dipanaskan. Sedangkan, glukosa, maltosa, laktosa, dan pati tidak mengalami perubahan warna. Menurut teori yang telah dijelaskan bahwa hasil positif dari uji Seliwanoff yaitu terjadinya perubahan warna menjadi warna merah orange. Hal ini berarti fruktosa dan sukrosa termasuk golongan ketosa Sedangkan sampel- sampel yang tidak mengalami perubahan warna termasuk golongan aldosa.



Percobaan ketiga yaitu, uji fehling. Uji Fehling bertujuan untuk menguji kandungan adanya kandungan gula pereduksi yaitu monosakarida atau disakarida. Pereaksi Fehling adalah pereaksi yang terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam KNa- tartrat dan NaOH dalam air (Fitri, 2020). Pada uji Fehling menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Fehling sebanyak 3 tetes, lalu dipanaskan diatas penangas air, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa termasuk monosakarida lalu sukrosa, maltosa, dan laktosa termasuk disakarida. Sedangkan pada sampel pati mengalami perubahan warna menjadi warna biru bening. Hal ini disebabkan karena pati termasuk polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan pereaksi Fehling. Pati tidak mengandung gula pereduksi sehingga tidak terjadi pembentukan endapan merah kecoklatan. Percobaan keempat yaitu, uji benedict. Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel yang diujikan. Prinsip dari uji Benedict ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula pereduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini hasil positif nya yaitu, menghasilkan endapan berwarna merah yang menandakan adanya gula pereduksi pada larutan (Kusbandari, 2015). Pada uji Benedict menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Benedict sebanyal 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, keenam sampel tersebut menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak adanya endapan berwarna merah pada sampel. Maka dari dapat diketahui bahwa pengujian ini



melenceng dari teori yang telah dijelaskan diatas. Kesalahan pada pengujian ini akibat adanya human error. Human error dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya, penambahan reagen yang kurang atau kelebihan, waktu pengamatan yang tidak akurat, pemanasan sampel yang terlalu lama atau terlalu cepat, peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga meninggalkan bekas pereaksi sebelumnya sehingga ikut bereaksi dengan sampel yang sedang diuji, dan komposisi campuran larutan pengujian yang tidak sesuai arahan prosedur. Seharusnya, glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa menunjukkan reaksi positif dikarenakan keempat sampel ini terdapat gugus aldehid dan keton bebas pada gula pereduksi yang dimilikinya. Percobaan kelima yaitu, uji Barfoed. Uji Barfoed bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pereaksi Barfoed mengandung kupri asetat Cu(CH3COO)2 yang dilarutkan dalam aquades dan ditambahkan dengan asam asetat (CH3COOH) (Laita, et al., 2017). Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida,dan akan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Endapan berwarna merah bata menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel karena terbentuk hasil Cu2O (Kusbandari, 2015). Pada uji Barfoed menggunakan enam sampel yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Barfoed sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, glukosa, fruktosa, dan sukrosa membentuk endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut terdapat monosakarida dilarutannya. Sedangkan, maltosa, laktosa, dan pati tidak menghasilkan endapan berwarna merah bata. Hal ini terjadi dikarenakan di ketiga sampel tersebut tidak terdapat gula monosakarida pereduksi. Percobaan keenam yaitu, uji Iodium. Uji Iodium bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan polisakarida atau gula kompleks. Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium



dan memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Uji pati-iodium berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu polisakarida, menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik (Mustakin & Tahir, 2019 ; Fitri, 2020). Pada uji Iodium sampel-sampel yang digunakan yaitu, glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dan pati. Pada percobaan ini keenam sampel diberi pereaksi Iodium sebanyak 1 tetes pada plat tetes yang telah diberi sampel dan diamati hasil yang didapat. Setelah diamati, yang menunjukkan reaksi positif dan mengalami perubahan warna menjadi warna biru kehitaman hanya sampel pati. Hal ini dikarenakan didalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks, karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Fessenden (1986) berpendapat bahwa bentuk rantai heliks menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodin yang dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Sedangkan pada sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa mengalami perubahan menjadi berwarna kuning bening. Maka dapat diketahui bahwa glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa bukan polisakarida. Sedangkan pati termasuk pada polisakarida.



I. Kesimpulan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Uji Molisch. Semua golongan karbohidrat bereaksi positif dengan Pereaksi Molisch, yaitu dengan membentuk cincin ungu pada bidang batas tabung, akan tetapi dapat tidak bereaksi apabila terjadi human eror, salah satu faktornya yaitu LA (Laboratory Accident). 2. Uji Seliwanoff bertujuan untuk melihat adanya gugus aldehid dan keton pada golongan karbohidrat. Perbedaan kedua gugus tersebut dapat dilihat dari perubahan warna sampel, apabila tidak terjadi perubahan menandakan golongan karbohidrat tersebut termasuk gugus aldehid, sebaliknya bila terjadi perubahan warna menjadi orange menandakan golongan karbohidrat tersebut mengandung gugus keton. Terjadinya perubahan warna menjadi



orange ini juga disebabkan prinsip dari uji seliwanoff yaitu terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol. 3. Uji Fehling bertujuan untuk melihat sifat pereduksi pada gula, hal ini dapat dilihat dengan terbentuknya reaksi positif pada sampel. Gula pereduksi sendiri merupakan senyawa-senyawa penerima elektron, selanjutnya dari percobaan ini ditemukan bahwa hampir semua gula dapat tereduksi dengan uji fehling, kecuali amilum atau pati karena pati sendiri bukan merupakan gula pereduksi, karena pati tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum dengan larutan Fehling. 4. Uji Benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi pada sampel yang diuji. Reaksi positif dari uji benedict tersebut yaitu, adanya endapan merah bata, hijau atau kuning. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa pada semua sampel menunjukkan hasil negatif yang berarti tidak adanya endapan pada sampel. Hal ini menyimpang dari teori yang ada dikarenakan adanya kesalahan saat dilakukannya percobaan. Hasil yang sebenarnya yaitu pada laktosa, maltosa, fruktosa dan glukosa harusnya menunjukkan hasil yang positif karena mengandung gugus aldehid dan keton bebas pada gula pereduksi.



5. Uji Barfoed bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Reaksi positif dari percobaan ini yaitu, adanya endapan berwarna merah bata pada sampel. Pada percobaan ini yang menunjukkan reaksi negatif yaitu, tidak adanya endapan pada sampel. Dari keenam sampel tersebut yang menghasilkan reaksi positif yaitu, sampel glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut terdapat gula monosakarida dilarutannya. Dan sampel yang menghasilkan reaksi negatif yaitu, maltosa, laktosa, dan pati. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak terdapat gula monosakarida pereduksi. 6. Uji Iodium bertujuan untuk mendeteksi gula yang kompleks atau polisakarida. Reaksi positif dari percobaan ini yaitu, menunjukkan adanya perubahan larutan menjadi biru kehitaman. Dari keenam sampel yang ada hanya amilum (pati) yang menunjukkan hasil positif.



DAFTAR PUSTAKA



Cholik, I. N. (2017). Perbedaan Kadar KIO3 Telur Asin Berdasarkan Metode dan



Lama Pemanasan. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.



SAINTEKS, 17(1), 4552. Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.



SAINTEKS, 17(1), 4552. Fitria, N. (2014). Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses



Fermentasi



Kapasitas



8.000



Ton/Tahun.



Surakarta :



Universitas



Muhammadiyah Surakarta. Hartina, O., & Amna, U. (2020). Identifikasi Bahan Pewarna Napthol Yellow S (C10H6N2NaO8S+) dalam Sediaan Perona Mata Secara Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Jurnal Kimia Sains dan Terapan, 2(1): 58. Herlinawati, L., & Erna, H. (2014). Pengaruh Konsentrasi Laktosa terhadap Karakteristik Susu Asam Kedelai (Soyghurt). Majalah Ilmiah UNIKOM, 13(2): 227234. Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3839. Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3542. Lapu, P., & Telussa, I. (2013). Analisis Kandungan Pati Resisten dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku dengan Variasi Suhu Pemanasan. Jurnal



Ind.J.Chem.Res, 1(1): 9.



Lutfiati, A. (2008). Prarancangan Pabrik Asam Sulfat dari Sulfur dan Udara



dengan Proses Kontak Kapasitas 225.000 Ton Per Tahun. Bachelor thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Madyaningratri, A. P., Pebriliani, I. A., Marleni, T., et al. (2015). Laporan Biokimia



Praktikum Karbohidrat. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Ngamput, H. M. A. (2018). Pengaruh Waktu Hidrolisis Asam terhadap Kadar



Etanol yang Dihasilkan dalam Fermentasi Ulva lactuca. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Nuritasari, Y. I., Eni Budiyati, S. T., Eng, M., & Rois Fathoni, S. T. M. (2016).



Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup (HFS) dari Tepung Tapioka Kapasitas



Produksi



100.000



Ton/Tahun.



Surakarta



:



Universitas



Muhammadiyah Surakarta. Nurjannah, L., Suryani, S., Achmadi, S. S., et al. (2017). Produksi Asam Laktat oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dengan Sumber Karbon Tetes Tebu. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia, 9(1): 19. Putra, H. P. (2015). Pengaruh Waktu Fermentasi dan Jenis Ragi (Saccharomyces



cerevisiae dan Debaryomyces hanseii) terhadap Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet (Manihot glaziovii MA). Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya. Rahayu, D. K. (2019). Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia SMK/MAK



Kelas X. Malang : PT. Kuantum Buku Sejahtera. Setiawan, I. P. P. (2015). Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.



Sudarmo, U. (2016). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang



Disempurnakan Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. Sudirga, S, T. (2013). Modul kuliah biokimia Karbohidrat. Bali: Universitas Udayana. Sumardjo, D. (2012). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa



Kedokteran. Jakarta: EGC. Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta : Kemenkes RI. Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji Molish. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.



J. Jawaban Soal 1.



Soal



Tuliskan judul percobaan yang telah Anda lakukan!



Jawaban



Identifikasi Karbohidrat



Referensi 2



Soal



Tuliskan tujuan percobaan yang telah Anda lakukan!



Jawaban



Tujuan percobaan yang telah dilakukan adalah agar dapat mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.



Referensi 3



Soal



Jelaskan prinsip kerja dari masing-masing identifikasi karbohidrat!



Jawaban



a. Uji Molisch Prinsip dari percobaan uji Molisch adalah berdasarkan pada reaksi karbohidrat dengan H2SO4, sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks yang berwarna ungu. b. Uji Seliwanoff Prinsip kerja percobaan uji Seliwanoff didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa



merupakan



dua



jenis



gula



yang



memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia merupakan disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. c. Uji Fehling Prinsip kerja percobaan uji Fehling yaitu di mana terjadi reaksi antara gula pereduksi dengan Fehling B membentuk enediol, kemudian enediol bereaksi dengan Fehling A membentuk ion Cu2+ dan campuran asam-asam. Selanjutnya ion Cu2+ yang



berupa Cu(OH)2 akan



direduksi oleh gula



pereduksi menjadi Cu2+ sebagai CuOH, kemudian Cu2O yang tidak larut berwarna kuning atau merah bata. d. Uji Benedict Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. e. Uji Barfoed Uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida akan membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. f. Uji Iodium Uji Iodium bertujuan untuk membedakan antara polisakarida,



disakarida,



dan



monosakarida.



Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium dan memberikan



warna



biru



kehitaman



yang



menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Referensi Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1): 3839. Ngamput, H. M. A. (2018). Pengaruh Waktu Hidrolisis



Asam terhadap Kadar Etanol yang Dihasilkan



dalam Fermentasi Ulva lactuca. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji



Molish.



Yogyakarta :



Universitas



Negeri



Yogyakarta. 4.



Soal



Gambarkan struktur dari semua jenis karbohidrat pada sampel yang anda gunakan!



Jawaban



a. Glukosa



b. Fruktosa



c. Sukrosa



d. Maltosa



e. Laktosa



f. Pati



Referensi Sudirga, S, T. (2013). Modul kuliah biokimia Karbohidrat. Bali: Universitas Udayana. 5.



Soal



Uraikan kegunaan atau fungsi setiap bahan yang Anda gunakan pada setiap percobaan, kaitkan dengan hasil pengamatan!



Jawaban



a. Glukosa sebagai karbohidrat pereduksi. b. Fruktosa sebagai karbohidrat pereduksi. c. Sukrosa



sebagai



karbohidrat



pereduksi



dan



merupakan penyusun golongan gula disakarida yang menghasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. d. Laktosa



sebagai



penyusun



golongan



gula



disakarida yang menghasilkan satu moleku glukosa dan satu molekul galaktosa.



e. Maltosa menghasilkan dua molekul glukosa. Maltosa digunakan dalam makanan dayi dan susus bubuk beragi (malted milk). f. Pati sebagai penyusun golongan polisakarida dan dapat menghasilkan glukosa. g. Pereaksi Molisch secara kulaitatif menentukan adanya karbohidrat dalam sampel. h. Pereaksi



Seliwanof



mengidentifikasi



dan



membedakan aldosa dan ketosa. i. Pereaksi Benedict untuk menguji gula pereduksi seperti golongan monosakarida dan disakarida. j. Pereaksi



Barfoed



untuk



mengidentifikasi



monosakaridan dan disakarida. k. Pereaksi Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat



khusus



karbohidrat



dengan



adanya



karbohidrat pereduksi. Hasil uji menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa merupakan gula yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. l. Pereaksi Iodium untuk mengidentifikasi adanya polisakarida (pati) dalam sampel. Karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikkan reaksi dengan larutan iodium dan memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. m. ɑ-naftol



digunakan pada uji Molisch untuk



mengetahui adanya karbohidrat pada sampel yang digunakan. Adanya karbohidrat ditandai dengan adanya cincin ungu pada sampel.



Referensi Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. SAINTEKS, 17(1), 4552. Lapu, P., & Telussa, I. (2013). Analisis Kandungan Pati Resisten dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku dengan Variasi Suhu Pemanasan. Jurnal Ind.J.Chem.Res, 1(1): 9. Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta : Kemenkes RI. 6.



Soal



Uraikan apakah semua pengujian dapat digunakan untuk semua jenis karbohidrat?



Jawaban



Uji molisch, seliwanoff, fehling, benedict, barfoed dan iodium



dapat



digunakan



untuk



semua



jenis



karbohidrat. Namun, tiap pereaksi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dan akan menghasilkan hasil positif jika direaksikan



dengan



pereaksi



yang



diinginkan. Referensi Madyaningratri, A. P., Pebriliani, I. A., Marleni, T., et al.



(2015).



Karbohidrat.



Laporan Surabaya :



Biokimia



Praktikum



Universitas



Negeri



Surabaya. 7.



Soal



Tuliskan mekanisme reaksi identifikasi karbohidrat menggunakan pereaksi Molisch dan Iodium!



Jawaban



a. Uji Molisch Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama karbohidrat terhidrolisis oleh H2SO4 pekat, lalu menjadi monosakarida. Kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk furfural yang kemudian



bereaksi dengan α-naftol sehingga membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama-kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu, bagian paling bawah berwarna bening di mana larutan tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengandung karbohidrat. b. Uji Iodium Penambahan Iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan Iodium menghasilkan warna biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan Iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi Iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan waktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam amilum terdiri dari dua macam amilum yaitu, amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu, molekulmolekul yang bergerombol dan tidak kasat mata, karena hanya pada tingkat molekuler.



Referensi Wilujeng, I. (2016). Presentasi Praktikum IPA: Uji Molish.



Yogyakarta:



Universitas



Negeri



Yogyakarta. Setiawan, I. P. P. (2015). Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.



, et al



Pentahydrate



Pentahydrate



Pentahydrate



Spesific



gravity



nitrating agent



Specific



gravity



,



et



al



,



et



al



Human error Human error



Prarencana Pabrik Sodium Methylate dengan Kapasitas 83.000 Ton/Tahun.



Jurnal Temik (Teknik Elektromedik)



Laporan Tahun 2011 Sentra Informasi Keracunan Nasional



Jurnal Teknik Kimia



Sainteks



Digital Repository Universitas Jember



Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory



Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) dalam Analisis Fenilpiruvat Pada Urin Menggunakan Plat Silika Terimmobilisasi Ferri Amonium Sulfat



PubChem Compound Summary Praktikum Kimia Farmasi Buku Manajemen Ternak Perah. Malang Pembuatan Sensor Kimia Sederhana Untuk Mendeteksi Aspartam Pada Minuman Kemasan Dengan Reagen Ninhidrin



). Gambaran Status Kesehatan Gigi, Mulut, dan Karakteristik Saliva Pada Residen di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar



Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur



Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia



Teknik Kimia Kandungan Isoleusin, Fenilalanin, dan Prolin Pada Tepung Belalang Kayu (valanga nigricornis) dengan Metode Pengeringan Matahari dan Pengeringan Oven Panduan Praktikum Kimia



). Kimia Organik Pra Rencana Pabrik Asam Nitrat Dari Amonia dan Oksigen dengan Proses Ostwald Asam Kuat Kapasitas 50.000 Ton/Tahun Perancangan Alat Utama Kolom absorber Industri Bioproses Fenilalanin



Biokimia 1 Kimia Analisis



Modul Asam Amino, Peptida dan Protein



Asam Amino, Peptida, dan Protein



Biokimia 1. Malang 



Biokimia



Hubungan Kadar Timbal (Pb) dengan Profil Protein pada Kerang Hijau (perna viridis) Berbasis SDS-PAGE



Laporan Praktikum : Uji Protein



Biokimia 1



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN X ASAM NUKLEAT



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



PRODI



: S-1 FARMASI UMUM 2020



ASISTEN



: ANNISA ANUGRAH PUTRI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN X ASAM NUKLEAT



A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal



: Selasa, 18 Mei 2021



Waktu



: 07:30 – 10:30 WITA



B. Judul Praktikum Asam Nukleat



C. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman.



D. Dasar Teori Asam nukleat adalah biopolimer yang berbobot molekul tinggi dengan unit monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetik, kemudian menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masingmasing sel. Asam nukleat, jika unit-unit pembangunnya deoksiribonukleotida , disebut asam deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiriatas unit-unit ribonukleaotida disebut asam ribonukleaotida (RNA) (Setiawan, 2013). Asam Nukleat juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Nukleotida mengandung ribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah RNA (Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis protein. Nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah DNA (Deoxyribonucleic acid = asam deoksiribonukleat) yang merupakan bahan utama pembentukan inti sel. Dalam asam nukleat terdapat 4 basa nitrogen yang berbeda yaitu 2 purin dan 2 primidin. Baik dalam RNA maupun DNA purin selalu adenin dan guanin. Dalam RNA pirimidin selalu sitosin dan urasil, dan dalam DNA pirimidin selalu sitosin dan timin (Setiawan, 2013).



A. Struktur Asam Deoksiribonukleat (DNA) Asam deoksiribonukleat adalah polimer yang terdiri atas molekulmolekul deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain sehingga membentuk rantai polinukleotida yang panjang.



Molekul DNA ini



terbentuk oleh ikatan antara atom C nomor 3, dengan atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa dengan perantaraan gugus fosfat (Setiawan, 2013).



Secara kimia DNA mengandung sifat sebagai berikut: 1.



Memiliki gugus gula deoksiribosa.



2.



Basa nitrogennya guanin (G), sitosin (C), timin (T) dan adenin (A).



3.



Memiliki rantai heliks ganda anti paralel



4.



Kandungan basa nitrogen antara kedua rantai sama banyak dan berpasangan spesifik satu dengan lain. Guanin selalu berpasangan dengan sitosin (G –C), dan adenin berpasangan dengan timin (A - T), sehingga jumlah guanin selalu sama dengan jumlah sitosin. Demikian pula adenin dan timin.



B. Struktur Asam Ribonukleat (RNA) Asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekulmolekul ribonukleotida. Asam ribonukleat terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C nomor 3, dengan atom C nomor 5 pada molekul ribosa dengan perantaraan gugus fosfat. RNA terdapat tiga jenis yaitu, tRNA (transfer RNA), mRNA ( messenger RNA ) dan rRNA (ribosomal RNA) (Setiawan, 2013).



Secara kimia RNA mengandung sifat sebagai berikut: 1. Gula pentosanya adalah ribosa 2. RNA memiliki ribonukleotida guanin(G), sitosin (C), adenin (A) dan Urasil (U) pengganti Timin pada DNA. 3. Untai fosfodiesternya adalah untai tunggal yang bisa melipat membentuk jepit rambut seperti untai ganda.Beda dengan DNA bentuk molekulnya heliks ganda. 4. persentasi kandungan basa tidak harus sama, pasangan adenin tidak harus sama dengan urasil, dan sitosin tidak harus sama dengan guanin. Terdapat perbedaan DNA dan RNA yaitu : (Trisasmita & Yuliastini, 2018) a. RNA umumya tersusun dari pita nukleotida tunggal sedangkan DNA merupakan pita nukleotida ganda. b. RNA mengandung tipe molekul gula yang berbeda yaitu ribosa sebagai pengganti molekul gula deoksiribosa pada DNA. c. Seperti pada DNA, RNA juga mengandung 4 basa nitrogen, tetapi basa Timin (T) diganti dengan basa Urasil (U).



d. Molekul DNA berbentuk rantai rangkap (double helix), sedangkan RNA berbentuk rantai tunggal. Ukuran molekul DNA lebih besar daripada RNA. e. Fungsi DNA berkaitan dengan penurunan sifat dan sintesis protein, sedangkan RNA berkaitan dengan sintesis protein. f. Kadar DNA tidak dipengaruhi oleh aktivitas sintesis protein sedangkan RNA dipengaruhi oleh aktifitas sintesis protein. g. DNA terdapat pada inti sel, sedangkan RNA terdapat pada inti sel dan sitoplasma. h. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah deoksiribosa. (Rahmadina, 2019).



E. Alat dan Bahan 1. Alat No



Nama Alat



1.



Batang Pengaduk



Gambar



Fungsi Untuk mengaduk larutan (Wardiyah, 2016).



2.



Corong



Digunakan untuk memindahkan larutan



dari



wadah yang satu ke wadah yang lain



terutama



yang



bermulut



kecil



(Rahayu,



2019).



3.



Gelas Kimia



Melarutkan suatu



padatan,



untuk mencampurkan cairan, dan untuk memanaskan larutan (Nurdiani, 2019). 4.



Gelas Ukur



Mengukur volume



cairan



atau larutan di mana



jumlah



volume berdasarkan pada volume di dalamnya (Wardiyah, 2016). 5.



Kertas



Memisahkan zat



Saring



padat



dari



cairannya



di



mana



hasil



penyaringan disebut



filtrat



dan



sisa



yang



tertinggal



pada



kertas



saring



disebut



residu



(ampas)



(Agusdin



&



Setiorini, 2020).



6.



Labu Erlenmeyer



Untuk titrasi atau analisis kuantitatif secara volumetri. Memiliki yang



leher sempit,



untuk mengurangi penguapan



zat



cair



dalam



pemanasan



dan



menghindari tumpah



ketika



dalam



proses



pengadukan (Wardiyah, 2016). 7.



Mortar dan Pestle



Menghaluskan atau menggerus suatu bahan/zat yang



masih



bersifat



padat



atau kristal juga dapat menghaluskan bahan-bahan



praktek



seperi



daun,



DNA,



RNA, dan lainlain



(Yunita,



2016). 8.



Pipet Tetes



Untuk membantu memindahkan cairan



dari



wadah yang satu ke wadah yang lain



dalam



jumlah



yang



sangat kecil dari tetes demi tetes (Nurdiani, 2019). 9.



Rak Tabung



Untuk meletakkan tabung



reaksi



pada



saat



mereaksikan bahan



kimia



(Rahayu, 2019). 10.



Tabung reaksi



Untuk



tempat



mereaksikan larutan



atau



cairan (Nurdiani, 2019).



2. Bahan No



Nama Bahan



1.



Alkohol 96%



Sifat Fisik



Sifat Kimia



molekul: a. Dapat



a. Berat



46,069 g/mol



membentuk



senyawa eter.



a. Titik beku: -114,1 b. Dapat °C



membentuk



senyawa ester.



b. Titik didih: 78 °C



c. Dapat teroksidasi.



0,789 d. Jika bereaksi dengan fosfor iodida g/mL (20 °C)



c. Densitas:



menghasilkan



d. Viskositas:



etil



iodida.



0,53443 cP



e. Temperatur kritis: e. Dapat terdehidrasi. (Sungkar, 2011). 243,1 °C f. Tekanan kritis: 63 atm g. Panas penguapan: 38770 kJ/mol (Sungkar, 2011). 2.



Brokoli



a. Memiliki



kepala a. Memiliki



senyawa



bunga besar dan



fitokimia



yang



bunganya tersusun



berperan



untuk



dari kuntum bunga



mengurangi



resiko



yang



kanker



jumlahnya



lebih dari 5.000



glukosinolat



kuntum.



lutein.



b. Warna:



yaitu dan



hijau b. Senyawa



muda, hijau tua,



antioksidan ini dapat



hijau



bekerta



kebiruan,



secara



kuning, atau putih.



efektif jika brokoli



c. Massa: 600–800 g



tidak terlalu matang



d. Diameter:



18–25



cm



karena



pemanasan



yang parah.



e. Tiap



bunga



(Hanifa, 2019).



memiliki 4 helai daun kelopak, 4 helai



daun



mahkota,



dan



6



helai benang sari. (Hanifa, 2019). 3.



Detergen



a. Bahan



utamanya a. Deterjen



anionik



garam



memiliki



daya



natrium/sodium



pembersih



kuat



lauryl



karena berasal dari



sulfate



(SLS) dan alkyl



surfaktan



anionik



hydrogen sulfate.



yang berasal dari



(Wibisono, 2018).



hasil reaksi alkohol



b. pH: 9,5–11



rantai



c. Kadar air: 5–6%



dengan asam sulfat



d. Bobot jenis: 0,35–



sehingga



0,55 g/mL e. Jumlah



panjang



memiliki



sifat bahan



tidak larut dalam



aktif



permukaan. (Wibisono, 2018).



air tidak lebih dari b. Semakin



kuat



1%



lapisan



(Ningseh, 2017).



antarmukanya maka



f. Ujung non polar: R – O (hidrofob) g. Ujung



polar:



SO3Na (hidrofil)



semakin stabil juga emulsinya. (Ningseh, 2017). c. Dapat lemak.



melarutkan



(Wulansari



& d. Tidak



Ardiansyah,



dipengaruhi



kesadahan air.



2013).



e. Pembuatan deterjen: ROH + H2SO4 → ROSO3H + H2O ROSO3H + NaOH → ROSO3Na + H2O (Wulansari



&



Ardiansyah, 2013). 4.



Garam (NaCl) a. Massa



molekul: a. Dapat diperoleh dari



58,44 g/mol b. Bentuk



reaksi NaOH dan kristal:



kubik



HCl



sehingga



memiliki pH netral.



c. Warna:



tidak b. Ikatan ioniknya kuat



berwarna/putih d. Refraksi



indeks:



1,5442



(Na+)



+



dengan



selisih



elektronegatif lebih



e. Densitas:



2,165



g/mL



dari 2. c. Larutannya



f. Titik leleh: 801 °C



merupakan



g. Titik didih: 1413



elektrolit



°C



karena



h. Kapasitas



panas:



0,853 J/g.°C i. Panas



peleburan:



517,1 J/g j. Kelembaban kritik: 75,3% pada 20 °C



(Cl-)



kuat terionisasi



sempurna dalam air. (Rahmawati, 2010).



(Martina, et al., 2016).



F. Bagan Prosedur Kerja Ditimbang brokoli sebanyak 5 gram.



Ditumbuk sampai halus dengan mortar dan pestle.



Ditambahkan aquades sebanyak 50 mL.



Ditambahkan garam : detergen sesuai perbandingan (½ : 1, 1 : 1, 1 : ½).



Ditunggu selama 15 menit.



Disaring, diambil 2,5 mL, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.



Ditambahkan 5 mL alkohol 96%.



Diamati perubahan yang terjadi.



G. Pengamatan 1. Hasil Pengamatan No 1.



Perbandingan 1



/2 : 1



Gambar



Hasil Pengamatan Pada



perbandingan



ini,



telah



ditambahkan garam dan deterjen dengan perbandingan ½ : 1, yang berarti jumlah garam lebih sedikit dibandingkan deterjen.



Hasil



pengamatannya adalah



terbentuk



larutan



berwarna



kuning pucat hampir bening dan terdapat gelembunggelembung



pada



bagian atas larutan. 2.



1:1



Pada



perbandingan



ini,



telah



ditambahkan garam dan deterjen dengan perbandingan 1 : 1, yang berarti jumlah garam banyaknya



sama dengan



penambahan deterjen.



Hasil



pengamatannya adalah



larutan



berwarna



kuning



pucat



tetapi



lebih



pekat dibandingkan dengan dua larutan diantaranya



yang



merupakan perbandingan 1: ½ ataupun ½ : 1. Sama seperti perbandingan ½



:



1,



terdapat



gelembunggelembung



pada



bagian atas sampel. 3.



1:1/2



Sama



seperti



perbandingan ½ : 1, larutan



berwarna



kuning pucat hampir bening tetapi tidak sepekat



sampel



dengan perbandingan dan



1:1,



terdapat



gelembunggelembung



pada



bagian atas larutan.



H. Pembahasan Asam nukleat adalah makromolekul kompleks yang tersusun atas rantai nukleotida yang menyimpan informasi genetik dari suatu makhluk hidup (Usmar et al., 2017). Pada praktikum pengujian kali ini yaitu uji asam nukleat. Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman. Pratikum asam nukleat ini menggunakan satu sampel dan beberapa pereaksi. Sampel yang digunakan yaitu brokoli dan pereaksi yang digunakan yaitu NaCl (garam dapur), detergen, dan alkohol 96%. Praktikum pengujian Asam Nukleat ini, yang dilakukan adalah mengisolasi DNA yang berasal dari sayuran yaitu dalam hal ini sampelnya brokoli. Uji kali ini menggunakan brokoli dikarenakan kadar air brokoli yang sedikit, memiliki kromatin yang banyak, memiliki DNA yang banyak dan dinding sel dari brokoli yang kokoh (Tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras) daripada beberapa sayur lainnya. Pengujian asam nukleat ini dilakukan untuk mengisolasi DNA yang berasal dari sayuran. Proses isolasi DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA terdiri dari tiga tahap, yaitu perusakan dinding sel (lisis), pemisahan DNA dari komponen lainnya serta pemurnian DNA (Hutami, et al., 2018). Percobaan kali ini menggunakan perlakuan fisik yaitu penggerusan dengan mortar dan pestle. Tujuan dari penggerusan adalah untuk memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan, selain itu juga untuk memisahkan dinding sel dan membran sel pada sampel yang digunakan. Proses penggerusan dilakukan dengan hati-hati, agar tidak menyebabkan kerusakan pada membran sel, membran plasma, membran inti dan dinding sel. Maka dari uji asam nukleat menggunakan sampel brokoli ini tidak dapat menggunakan blender dikarenakan dapat merusak bagian- bagian tersebut dan dapat merusak DNA didalamnya. Selain itu, diberi perlakuan secara kimiawi yaitu pemberian deterjen pada sampel. pemberian deterjen bertujuan untuk menghilangkan molekul lipid agar merusak membran dan dinding sel sehingga DNA bisa keluar dari inti sel. Deterjen juga dapat melisiskan sel dikarenakan ia dapat melarutkan lemak



dalam membran sel. Hal ini disebabkan karena sifat deterjen sama dengan sifat dinding sel, yaitu hidrofobik sehingga terjadi ikatan antara keduanya yang mengakibatkan dinding sel tersebut rusak. Setelah brokoli di gerus, dimasukkan sampel kedalam gelas kimia dan ditambahkan aquades sebanyak 50 mL. Penambahan aquades berfungsi untuk menghomogenkan larutan yang dipakai. Lalu ditambahkan NaCl dan deterjen. Penambahan dua pereaksi ini harus sesuai dengan takaran atau ukuran yang telah ditentukan. Percobaan ini menggunakan takaran sebanyak ½ : 1, 1 : 1, dan 1 : ½. Isolasi menggunakan NaCl bertujuan untuk menjaga struktur molekul DNA dan memekatkan DNA. Hal ini terjadi dikarenakan ion Na+ yang terdapat dalam NaCl mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA. Ketika ion Na+ NaCl berikatan dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan berkumpul (Maulidina, 2016). Sedangkan penambahan detergen untuk menghilangkan molekul lipid untuk bisa merusak membran dan dinding sel agar DNA bisa keluar dari inti sel. Langkah selanjutnya yaitu didiamkan selama 15 menit. Tujuannya untuk mempermudah pengendapan dan memaksimalkan hasil garam dan deterjen bereaksi. Jika sudah 15 menit, sampel tadi di saring menggunakan kertas saring dan corong kaca. Tujuan penyaringan ini yaitu untuk memisahkan serat-serat yang ada dan untuk mendapatkan larutan yang encer tidak terlalu kental. Selanjutnya, sampel dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan alkohol 96% kedalam tabung reaksi tersebut. Penambahan alkohol ini bertujuan untuk membuat DNA naik kepermukaan. Alkohol tidak melarutkan DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan dari air membuat DNA akan tampak nyata sebagai strands (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Busa atau gelembung-gelembung putih tersebut merupakan DNA yang terikat oleh alkohol. DNA berhasil keluar dari inti sel yang dirusak oleh deterjen dan DNA-DNA yang tersebar pada potonganpotongan brokoli dipekatkan dan dikumpulkan oleh garam. Maka pada gelembung-gelembung putih itulah kumpulan-kumpulan DNA yang berasal dari sel-sel brokoli.



Percobaan ini hasilnya positif yaitu terbentuknya gelembung dan terdapat DNA. Pada bagian atas ketiga larutan menghasilkan gelembung, gelembung tersebut merupakan DNA yang terikat dengan alkohol. DNA tersebut berhasil keluar dari inti sel yang dirusak oleh deterjen. DNA yang tersebar pada potongan-potongan brokoli dipekatkan oleh garam. Maka dapat diketahui bahwa gelembung- gelembung tersebut merupakan kumpulan DNA yang berasal dari sel-sel brokoli. Ketiga tabung reaksi tersebut menghasilkan sampel berwarna kuning pucat. Perbedaan dari ketiga sampel tersebut terdapat pada sampel dengan perbandingan 1 : 1 dikarenakan warna kuningnya lebih pekat daripada kedua larutan lainnya ( ½ : 1 & 1 : ½ ). Hal ini dikarenakan konsentrasi yang diberikan sama banyaknya antara garam dan deterjen. Sedangkan dua larutan lainnya, salah satu bahannya diberikan konsentrasi yang lebih sedikit. Maka dari itu hal itu yang menyebabkan kedua larutan memiliki warna yang tidak pekat (hampir bening).



I. Kesimpulan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Asam Nukleat juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Nukleotida mengandung ribosa, maka asam nukleat yang terjadi adalah RNA (Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis protein. Nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang



terjadi



adalah



DNA



(Deoxyribonucleic



acid



=



asam



deoksiribonukleat) yang merupakan bahan utama pembentukan inti sel. 2. Tujuan penambahan garam yaitu untuk memekatkan DNA yang dihasilkan dari perusakan inti sel oleh deterjen. Sedangkan penambahan alkohol bertujuan untuk membuat DNA naik atau melayang-layang ke permukaan larutan (Azis, 2016). Alkohol tidak melarutkan DNA dikarenakan berat alkohol lebih ringan dibandingkan air. 3. Terbentuknya gelembung pada bagian atas larutan tersebut merupakan penampakan asam nukleat DNA yang berasal dari sel tanaman brokoli.



DAFTAR PUSTAKA



Agusdin, & Setiorini, I. A. (2020). Analisa Kemampuan Penyerapan Bubur Kertas (Pulp) dari Kertas Bekas sebagai Adsorbent Zat Warna Reaktif dan Logam Berat (Cu dan Fe) dari Limbah Cair Tekstil dengan Adsorber Vertikal. Jurnal Teknik Patra Akademika, 11(1): 6. Azis, M. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Aceh : Universitas Syiah Kuala. Hanifa, N. H. (2019). Pengaruh Variasi Jumlah Brokoli (Brassica olaracea L. var. italica) dengan Penambahan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) pada Jus sebagai Minuman Fungsional terhadap Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, Aktivitas Antioksidan, dan Kadar Serat Pangan. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Hutami, R., Bisyri H., Sukarno, et al. (2018). Ekstraksi DNA dari Daging Segar untuk Analisis dengan Metode Loop-Mediated Isothermal Amplification (LAMP). Jurnal Agroindustri Halal, 4(2): 210. Martina, A., Witono, J. R., & Pamungkas, G. K., et al. (2016). Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Rasio Umpan terhadap Pelarut pada Proses Pemurnian Garam dengan Metode Hidroekstraksi Batch. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1): 2. Maulidina, V., Annisa, N., Ratna, M., et al. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nurdiani, D. (2019). Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmawati, A. (2010). Prarancangan Pabrik Sodium Klorat dari Sodium Klorida dengan Proses Huron Kapasitas 7.150 Ton Per Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Setiawan, T. (2013). Anabolisme Asam Nukleat Hewan dan Tumbuhan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.



Sungkar, F. M. (2011). Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas 35.000 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Usmar, U., Arfiansyah, R., & Nainu, F. (2017). Sensor Asam Nukleat Sebagai Aktivator Imunitas Intrinsik Terhadap Patogen Intraseluler. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 3(2), 174–190. Wardiyah. (2016). Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Wulansari, F. D. & Ardiansyah. (2013). Pengaruh Detergen terhadap Mortalitas Benih Ikan Patin sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan. Edusains, 1(2). Yunita, W., Cahyono, E., & Wijayati, N. (2016). Pengembangan Kit Stoikiometri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa melalui Pembelajaran Scientific Approach. Journal of Innovative Science Education, 5(1): 66. Nur’aini, S., Mukaromah, A. S., & Muhlisoh, S. (2019). Pengenalan Deoxyribonucleic Acid (DNA) dengan Marker-Based Augmented Reality. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2): 91.



J. Jawaban Soal 1.



Soal



Sebutkan judul dari percobaan yang telah anda lakukan !



Jawaban



Asam Nukleat



Referensi 2



Soal



Jelaskan prinsip kerja dari ekstraksi asam nukleat !



Jawaban



Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen



dari



suatu



campuran



homogen



menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Ekstraksi asam nukleat terbagi menjadi dua, yaitu ekstraksi SNA dan ekstraksi RNA. Ekstraksi DNA



merupakan proses



pemisahan DNA dari



komponen sel lainnya seperti protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain. Ekstraksi DNA terdiri dari tiga tahap utama yakni perusakan dinding sel (lisis), pemisahan



DNA



dari komponen



lainnya



serta



pemurnian DNA (Corkill dan Rapley dalam Hutami dkk, 2018). Sedangkan metode untuk ekstraksi RNA mirip dengan metode ekstraksi DNA. Namun, molekul RNA relatif lebih pendek dan lebih sulit rusak dengan shearing sehingga disrupsi sel dapat dilakukan dengan lebih agresif. untuk ekstraksi RNA harus menggunakan sarung tangan dan medium yang digunakan untuk isolasi harus mengandung detergen kuat untuk segera mendenaturasi RNase yang ada. Referensi Hutami, R., Bisyri H., Sukarno, et al. (2018). Ekstraksi DNA dari Daging Segar untuk Analisis dengan Metode



Loop-Mediated



Isothermal



Amplification (LAMP). Jurnal Agroindustri Halal, 4(2): 210.



Nurhayati, B. & Darmawati, S. (2017). Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta: Kemenkes RI. 3



Soal



Gambarkan struktur dasar DNA !



Jawaban



Deoxyribonucleic



acid



(DNA)



merupakan



polinukleotida untai ganda yang memiliki karakteristik komponen penyusun antara lain gula deoksiribosa, gugus fosfat dan basa nitrogen (adenin, guanin, timin dan sitosin). Berikut gambar struktur dasar DNA. Basa Nitrogen Gugus Fosfat



Deoksiribosa



Referensi Minchin, S. & Lodge, J. (2019). Understanding Biochemistry: Structure and Function of Nucleic Acids. Essays in Biochemistry. 63, 433–456. Nur’aini, S., Mukaromah, A. S., & Muhlisoh, S. (2019).



Pengenalan



(DNA)



dengan



Deoxyribonucleic



Marker-Based



Acid



Augmented



Reality. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2): 91. 4.



Soal



Jelaskan cara-cara ekstraksi asam nukleat !



Jawaban



Ekstraksi DNA secara umum memiliki tahapantahapan yang meliputi: a. Isolasi dari jaringan. b. Pelisisan dinding dan membran sel. c. Ekstraksi dalam larutan. d. Purifikasi serta presipitasi atau pemadatan. Dalam prosesnya terdapat tiga larutan penting, yaitu larutan buffer untuk lisis, larutan buffer untuk digesti, dan protein kinase. 1. Proses penghancuran sel (lisis) secara kimia dilakukan dengan memanfaatkan senyawa kimia seperti EDTA (Etil Ediamin Tetra Asetat) dan SDS (Sodium Dodesil Sulfat). EDTA merusak atau menghancurkan sel dengan cara mengikat ion magnesium. Ion magnesium berfungsi dalam mempertahankan integritas sel dan meningkatkan aktivitas enzim nuklease yang merusak asam nukleat. SDS yang merupakan sejenis deterjen digunakan untuk merusak membran sel. 2. Pembersihan digesti/lisis kelasi ion polivalen ekstraksi dengan pelarut Pengikatan partikel DNA konsentrasi/desalting. Kotoran (debris sel) yang ditimbulkan akibat proses penghancuran sel dapat dibersihkan dengan cara sentrifuge sehingga yang tertinggal di



dasar tabung hanya molekul



nukleotida (DNA, RNA, serta protein). 3. Protein dapat dihilangkan dengan bantuan enzim proteinase, sedangkan RNA juga dibersihkan dari larutan dengan RNAse sehingga DNA dapat diisolasi seutuhnya.



Referensi Puspita, P. J., Popi, A. K., Suryani. (2020). Teknologi Asam Nukleat dan Protein. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yosephi, V. (2016). Perbedaan Kuantitas DNA yang Diekstrak dari Akar Rambut Berbagai Fase Pertumbuhan. Bachelor thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. 5.



Soal



Uraikan fungsi penambahan garam, deterjen, dan alkohol pada ekstraksi asam nukleat !



Jawaban



a. Fungsi NaCl bertujuan untuk menjaga struktur molekul DNA dan memekatkan DNA. Hal ini terjadi dikarenakan ion Na+ yang terdapat dalam NaCl mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA. Ketika ion Na+ NaCl berikatan dengan fosfat, pada saat itulah DNA akan berkumpul. b. Fungsi penambahan detergen adalah merusak membran dan dinding sel melalui ikatan yang dibentuk pada sisi hidrofobik (non polar) detergen dengan protein dan lipid pada membran sel (hidrofobik dan hidrofilik) senyawa



yang membentuk



lipid-protein-detergen



kompleks



(Hapsari, 2015). c. Fungsi alkohol adalah untuk membuat DNA naik atau



melayang-layang



kepermukaan



larutan.



Alkohol tidak melarutkan DNA dikarenakan berat alkohol lebih ringan dibandingkan air. DNA akan tampak nyata sebagai strans (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya.



Referensi Azis, M. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Aceh : Universitas Syiah Kuala. Hapsari, A.I. (2015). Isolasi DNA Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dan Ikan Lele (Clarias sp.) sebagai



Kajian



Dala,



Biologi



Molekuler.



Didaktika, 13(2): 23-30. Maulidina, V., Annisa, N., Ratna, M., et al. (2016). Isolasi DNA Tumbuhan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wulandari, R. P., Evriyanti, T., Kamalia, S., et al. (2017). Isolasi DNA Metode Kitchen Preparation. Tanjungpinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji. 6.



Soal



Uraikan hasil pengamatan yang anda dapatkan selama praktikum ekstraski asam nukleat !



Jawaban



Setelah dilakukan praktikum ekstraksi asam nukleat, didapatkan hasil dan dapat diamati bahwa pada ketiga sampel menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Perbedaan dari ketiga sampel tersebut terdapat pada sampel dengan perbandingan 1 : 1 dikarenakan warna kuningnya lebih pekat daripada kedua larutan lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang diberikan sama banyaknya antara garam dan deterjen. Sedangkan dua larutan lainnya,



salah satu bahannya diberikan



konsentrasi yang lebih sedikit. maka dari itu hal itu yang menyebabkan kedua larutan memiliki warna yang tidak pekat (hampir bening). Dan pada bagian atas larutan ketiga larutan menghasilkan gelembung, gelembung tersebut merupakan DNA yang terikat dengan alkohol. Fungsi penambahan alkohol pada



percobaan ini adalah untuk memekatkan DNA yang telah dikumpulkan oleh ikatan antara ion Na+



dan



ikatan fosfat DNA. Sedangkan pada sampel, terlihat jelas bahwa sampel berwarna kuning pucat karena hasil dari ekstrak brokoli yang telah dihaluskan, pelarut aquades, dan campuran dari penambahan deterjen dan garam. Fungsi penambahan garam pada sampel adalah garam yang mengandung ion Na+ mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif pada ikatan fosfat DNA sehingga membentuk gelembung-gelembung putih pada bagian atas larutan dan garam juga membantu memekatkan DNA. Sedangkan penambahan deterjen berfungsi untuk menghilangkan molekul lipid untuk bisa merusak membran dan dinding sel agar DNA bisa keluar dari inti sel. Dengan demikian, bahwa pada praktikum ini kita dapat mengetahui penampakan asam nukleat dari bagian tanaman khususnya dari tanaman brokoli. Referensi -



LEMBAR PENGESAHAN



Samarinda, 7 Juni 2021 Asisten Praktikum



Praktikan



Annisa Anugrah Putri



Muhammad Rizky



NIM. 1813015135



NIM. 2013016093



PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1 PERCOBAAN XI PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN I DAN II



NAMA



: MUHAMMAD RIZKY



NIM



: 2013016093



KELOMPOK



:3



PRODI



: S-1 FARMASI UMUM 2020



ASISTEN



: PUTRI RINJANI



LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021



PERCOBAAN XI PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN I DAN II



A. Waktu Praktikum Hari/Tanggal



: Kamis, 20 Mei 2021



Waktu



: 11.00 14.00 WITA



B. Judul Praktikum Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan I dan II



C. Tujuan Praktikum Untuk mengidentifikasi dan membedakan reaksi Pb2+, Ag+, Hg2+, Cu2+, dan Sn2+.



D. Dasar Teori Kation adalah ion yang bermuatan positif dan anion adalah ion yang bermuatan negatif (Chang, 2004). Ion satu dengan yang lainnya dapat dibedakan karena setiap ion mempunyai reaksi kimia spesifik. Kation dan anion merupakan penyusun suatu senyawa, sehingga jika menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara sederhana dapat dilakukan dengan menganalisi jenis kation dan anion yang dikandungnya (Amanda, et al., 2020). Reagensia yang paling umum digunakan untuk klasifikasi kation adalah asam klorida, natrium karbonat, ammonium hidroksida dan asam oksalat. Klasifikasi ini untuk memelihat kemampuan suatu kation untuk bereaksi dengan reagnesia-reagnesia dengan membentuk suatu endapan atau tidak (Amanda, et al., 2020). Untuk mengetahui akan hal itu maka terjadilah percampuran-percampuran kation, yang dimana campuran ini memerlukan pemisahan secara sistematik dalam golongan , kemudian diikuti pemisahan golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan atas perbedaan sifat kimianya dengan cara



menambahkan pereaksi yang dapat mengendapkan ion tertentu dan memisahkannya dari ion-ion kainnya. a. Golongan I Ion-ion golongan ini antara lain; Ag (Perak), Hg (Mekurium(I) atau Raksa), dan Pb (Timbal). Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer. Pada suatu ion timbal yang tersisa diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama kation golongan II nitrat. b. Golongan II Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Sub-golongan tembaga terdiri dari Hg (merkurium II), timbal (II), Bi (bismut II), Cu (tembaga II), dan Cd (cadmium II). Sedangkan sub golongan arsenik terdiri dari As (arsenik III dan arsenik V), stibium (II) dan stibium (V), timah (II) dan timah (V) (Fauziah, 2013 ; Yusuf, 2019).