Mukodim 2004 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



ISSN : 1411-6286



PERANAN KESEPIAN DAN KECENDERUNGAN INTERNET ADDICTION DISORDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA Didin Mukodim, Ritandiyono, Harumi Ratna Sita Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Depok Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bermula dari pemikiran penulis bahwa secara teoritis dan hasil penenlitian beberapa pakar psikologi ditemukan prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi variabel-variabel nonintelektual, diantaranya adalah variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji: peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa (r = -0,204 dengan nilai signifikansi 0,078 (p > 0,05)). 2). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa (r = -0,013 dengan nilai signifikansi 0,909 (p > 0,05)). 3). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa (r = 0,200 dengan nilai signifikansi 0,083 (p > 0,05)). 4). Tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa, (F = 1,611 dengan nilai signifikansi 0,207 (p > 0,05)). Penelitian ini menemukan bahwa variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder secara bersama-sama hanya memiliki peranan sebesar 4,20% terhadap prestasi belajar mahasiswa.



Kata Kunci: kesepian, kecenderungan internet addiction disorder, dan prestasi belajar A.



Pendahuluan



Setiap individu adalah berbeda, dan tidak semuanya dapat menjalin hubungan sosial dengan baik, tanpa rintangan yang berarti. Kegagalan atau hambatan dalam interaksi sosial yang memuaskan dapat mengakibatkan seseorang merasa terisolasi dan kesepian serta dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik (Weiss dalam Peplau dan Perlman, 1982). Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dan berdasarkan pengalaman berhubungan dengan tidak mencukupinya kebutuhan akan bentuk hubungan yang akrab atau intimasi (Sullivan dalam perlman & Peplau, 1982). Sermat (dalam Middlebrook, 1980) berpendapat bahwa kesepian yang dialami oleh seseorang karena aktivitas-aktivitas rutinnya dalam belajar di sekolah maupun di rumah akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Ia merasa jenuh dan tidak termotivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya menjadi merosot. Adanya perkembangan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu adanya internet, seseorang yang kesepian akan menghabiskan waktunya untuk menjelajahi internet (surfing, browsing, dan lainnya). Mereka menghabiskan perasaan kesepiannya tersebut dengan cara memasuki dunia on-line atau menjelajahi cyberspace selama beberapa jam. Apabila kegiatan untuk bermain Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



111



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



112 ISSN : 1411-6286



internet dilakukan secara berlebihan maka dapat dikatakan tidak wajar. Suler dan Young, 1996 (dalam http://www.apa.org/releases/internet.html) menyatakan bahwa beberapa orang mengalami kesulitan untuk mengetahui kapan harus berhenti menggunakan internet, karena adanya aspek sosial, hubungan secara interpersonal dengan orang lain, yang sedemikian menstimulasi, dan menguntungkan (rewarding and reinforcement). Misalnya saja seorang mahasiswa dari perguruang tinggi terkenal yang memasuki chatroom dan menghabiskan waktu 60 jam seminggunya. Dalam setahun prestasi belajar untuk matakuliah-matakuliah yang dia ambil merosot dengan tajam. Dia mulai menarik diri dari teman-temannya di dunia nyata, dan mulai mengeluhkan simptom-simptom beberapa penyakit yang tidak dapat diidentifikasi oleh para dokter (Young, 1998, dalam http://www.apa.org/releases/internet.html). Individu-individu tersebut yang apabila memenuhi kriteria diagnostik mengenai internet addiction disorder, akan disebut sebagai individu yang mengalami kecanduan terhadap internet (Goldberg, 1996 dalam http://www.rider.edu/~suler/psycyber/suportgp.html). Beranjak dari penjabaran mulai awal sampai tersebut di atas, dan sehubungan dengan semakin banyaknya pengguna dan penyedia jasa internet, maka timbul minat dari peneliti untuk meneliti: apakah ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, apakah ada hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, apakah ada hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa, dan apakah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa?



B.



Tinjauan Pustaka



1. a.



Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Winkel (1987) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah ditetapkan, baik menurut aspek isi maupun aspek perilaku. Loekmono (1988) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan perwujudan atau aktualisasi dari kemampuan dan usaha belajar siswa dalam waktu tertentu. Nana Sudjana (1992) memberikan pengertian prestasi belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, guru dapat menyatakan kedudukannya dalam kelas, apakah termasuk siswa yang pandai, sedang, atau kurang. Biasanya prestasi belajar dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan dicapai pada periode-periode tertentu. Banyak cara untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengajar dapat melakukannya dengan cara mengajukan pertanyaan lisan, memberikan pekerjaan rumah atau tugas tertulis atau melihat penampilan actual dari tugas ketrampilan dan tes tertulis (Crow & Crow 1984). Winkel (1983) berpendapat bahwa cara mana yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa biasanya berkaitan dengan tujuan dan bidang prestasi belajar yang akan dievaluasi. Tetapi yang paling umum dilakukan adalah melalui tes tertulis. Sehingga pada umumnya yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah nilai-nilai hasil belajar yang diperoleh melalui pengukuran dengan alat tes. Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rapor siswa. (Crow & Crow 1984). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa, yang menggambarkan penguasaan siswa atas matari pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami siswa dalam jangka waktu tertentu.



b.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar



Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu (Syah 1995, Sudjana 1992): a). Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa yang meliputi kondisi fisiologis dan psikologis siswa. b). Faktor eksternal siswa, yaitu faktor dari luar diri siswa, yang meliputi kondisi lingkungan sosial dan non-sosial. 112



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



2.



Kesepian



a.



Pengertian Kesepian



ISSN : 1411-6286



Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dan berdasarkan pengalaman berhubungan dengan tidak mencukupinya kebutuhan akan bentuk hubungan yang akrab atau intimasi (Sullivan dalam perlman & Peplau, 1982). Sermat (dalam Peplau & Perlman, 1982) berpendapat bahwa kesepian merupakan hasil dari interpretasi dan evaluasi individu terhadap hubungan sosial yang dianggap tidak memuaskan. Orang akan merasa kesepian bila intensitas hubungan social yang diharapkannya tidak sesuai atau kurang dari apa yang merupakan kenyataannya. Sedangkan Peplau dan Perlman (1982) mendifinisikan kesepian sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, yang terjadi ketika hubungan social individu tidak berjalan sesuai yang diharapkannya. Young (dalam Perlman & Peplau, 1982) menyatakan bahwa kesepian merupakan respon individu atas ketidakhadiran yang dirasa sangat penting dari social reinforcement. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesepian adalah keadaan yang diakibatkan oleh perasaan tidak pernuhi kebutuhan keakraban, adanya hasil persepsi dan evaluasi hubungan social yang kurang memuaskan, dan kurang adanya reinforcement sosial. b.



Karakteristik Kesepian Fromm-Reichman, Lopata, dan Young (dalam Yuniarti, 2002) menyebutkan karakteritik kesepian adalah sebagai berikut: tidak terpenuhinya kebutuhan akan keakraban, hasil persepsi dan evaluasi hubungan sosial yang kurang memuaskan, kurang adanya reinforcement sosial. 3. a.



Kecenderungan Internet Addiction Disorder Pengertian Kecenderungan Internet Addiction Disorder Internet addiction disorder adalah pola penggunaan internet yang maladaptive, yang menghasilkan pengrusakan atau distress secara klinis yang terwujudkan dalam tiga atau lebih kriteria internet addiction disorder, yang terjadi kapanpun selama 12 bulan yang sama (Goldberg, 1996 dalam http://www.rider.edu/~suler/psycyber/suportgp.html). Orzack, 1999 (dalam http://www.mhsource.com) mendifinisikan internet addiction disorder sebagai kelainan yang muncul pada orang yang merasa bahwa dunia maya (virtual reality) pada layar komputernya lebih menarik dari pada dunia kenyataan hidupnya sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan internet addiction disorder adalah kecondongan penggunaan internet secara patalogis dan kompulsif, yang muncul pada orang yang merasa bahwa dunia maya (virtual reality) pada layar komputernya lebih menarik dari pada dunia kenyataan hidupnya sehari-hari. b.



Kriteria Diagnostik Internet Addiction Disorder Menurut Goldberg, 1996 (dalam http://www.rider.edu/~suler/psycyber/ suportgp.html) bahwa kriteria diagnostik untuk individu yang mengalami internet addiction disorder adalah sebagai berikut: 1). Toleransi, didifinisikan oleh salah satu dari hal-hal berikut: a). Demi mencapai kepuasan, jumlah waktu penggunaan internet meningkat secara mencolok. b). Kepuasan yang diperoleh dalam menggunakan internet secara terus menerus dalam jumlah waktu yang sama akan menurun secara mencolok, dan untuk memperoleh pengaruh yang sama kuatnya seperti yang sebelumnya, maka pemakai secara berangsur-angsur harus meningkatkan jumlah pemakaian agar tidak terjadi toleransi. 2). Penarikan diri (withdrawal) yang khas. 3). Internet sering digunakan lebih sering atau lebih lama dari yang direncanakan. 4). Terdapat keinginan yang tak mau hilang atau usaha yang gagal dlam mengendalikan penggunaan internet. 5). Menghabiskan banyak waktu dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan internet. 6). Kegiatan-kegiatan yang penting dari bidang sosial, pekerjaan, atau rekreasional dihentikan karena penggunaan internet. 7). Penggunaan internet tetap dilakukan walaupun mengetahui adanya masalah-masalah fisik, sosial, pekerjaan, atau psikolgis yang kerap timbul dan kemungkinan besar disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan internet.



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



113



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



C.



114 ISSN : 1411-6286



Hipotesis Penelitian



Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah: a). Ada peranan kesepian dan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, b). Ada hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, c). Ada hubungan antara internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa, d). Ada hubungan antara kesepian dengan internet addiction disorder pada mahasiswa.



D.



Metode Penelitian



1.



Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, pada dasarnya penelitian ini bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan dalam penelitian ini berlangsung (Depdikbud, 1982).



2.



Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Gunadarma yang merupakan universitas yang berbasis komputer, mahasiswa yang mengerti dan telah menggunakan internet, sehingga pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. 3. Identifikasi Varibel dan Definisi Operasional a. Identifikasi Variabel 1). Varibel bebas: “Kesepian”, dan “Kecenderungan Internet Addiction Disorder” 2). Variabel terikat: “Prestasi Belajar” b. Definisi Operasional 1). Prestasi Belajar: Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar mahasiswa, yang menggambarkan penguasaan mahasiswa atas matari pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. Variabel prestasi belajar diungkap dengan melihat indeks prestasi kumulatif mahasiswa, yang merupakan data sekunder. 2). Kesepian: Kesepian adalah keadaan yang diakibatkan oleh perasaan tidak pernuhi kebutuhan keakraban, adanya hasil persepsi dan evaluasi hubungan social yang kurang memuaskan, dan kurang adanya reinforcement social. Variabel kesepian diukur dengan menggunakan Skala Kesepian, yang disusun berdasarkan aspek-aspek kesepian yaitu: a). tidak terpenuhinya kebutuhan keakraban, b). hasil persepsi dan evaluasi hubungan sosial yang kurang memuaskan, dan c). kurang adanya reinforcement sosial. Skala Kesepian disusun oleh Yuniarti (2002). 3). Kecenderungan Internet Addiction Disorder: Kecenderungan Internet Addiction Disorder adalah kecondongan penggunaan internet secara patalogis dan kompulsif, yang muncul pada orang yang merasa bahwa dunia maya (virtual reality) pada layar komputernya lebih menarik dari pada dunia kenyataan hidupnya sehari-hari. Kecenderungan internet addiction disorder diukur dengan menggunakan Skala Kecenderungan internet addiction disorder, yang disusun berdasarkan kriteria diagnostik internet addiction disorder dari Goldberg, 1996 (dalam http://www.rider.edu/~suler/psycyber/ suportgp.html). 4.



Teknik Pengumpulan Data Untuk menjawab hipotesis penelitian, digunakan dua instrumen penelitian yaitu: skala kesepian yang disusun oleh Yuniarti (2002), memiliki 49 item valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,6261 sampai 0,9709, dan koefisien reliabilitas 0,9827. Skala Kecenderungan Internet Addiction Disorder disusun berdasarkan kriteria diagnostik internet addiction disorder dari Goldberg, 1996 (dalam http://www.rider.edu/ ~suler/psycyber/ suportgp.html). Skala Kecenderungan Internet Addiction Disorder memiliki 42 item yang valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,3039 sampai 0,6414, dan koefisien reliabilitas 0,9323. Selain itu, digunakan pula kuisioner yang berisi sembilan (9) 114



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



ISSN : 1411-6286



item yang diadaptasi dari Basyuni (2000), untuk mengungkap pola penggunaan internet. Prestasi belajar diungkap dengan melihat indeks prestasi kumulatif mahasiswa, yang merupakan data sekunder. 5.



Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik statistik regresi dan teknik statistik korelasi.



E.



Hasil Analisis Data



1.



Hasil Penelitian tentang Penggunaan Internet Hasil penelitian tentang penggunaan internet sebagai berikut: 1). Jenis kelamin subjek: pria adalah 50%, dan wanita adalah 50%. 2). Usia subjek: usia 21 tahun adalah 25%, 22 tahun adalah 58%, 23 tahun adalah 14%, 24 tahun adalah 3%. 3). Lama penggunaan internet: kurang dari 6 bulan adalah 7%, 6-12 bulan adalah 5%, 1-2 tahun adalah 4%, 2-3 tahun adalah 12%, 3-4 tahun adalah 25%, 4-5 tahun adalah 28%, 5-6 tahun adalah 13%, lebih dari 6 tahun adalah 7%. 4). Rata-rata on-line dalam seminggu: kurang dari 2 jam adalah 29%, 2-4 jam adalah 30%, 4-6 jam adalah 18%, 6-8 jam adalah 5%, 8-10 jam adalah 7%, 10-12 jam adalah 3%, 12-14 jam adalah 5%, 14-16 jam adalah 1%, 16-18 jam adalah 0%, lebih dari 18 jam adalah 1%. 5). Frekuensi pemeriksaan e-mail: tidak pernah adalah 3%, jarang adalah 29%, beberapa kali dalam seminggu adalah 59%, setiap hari adalah 8%, beberapa kali sehari adalah 1%, setiap on-line adalah 0%. 6). Tujuan log-on: kerja adalah 12%, rekreasi atau hiburan adalah 14%, kuliah (68%), lain-lain adalah 43%. 7). Fasilitas yang digunakan: e-mail adalah 88%, usenet newagroup adalah 18%, chatting (IRC/ICQ) adalah 79%, FTP/downloading file adalah 68%, world wide web adalah 84%, on-line game adalah 16%, lain-lain adalah 0%. 8). Tempat mengakses internet: rumah adalah 45%, kampus adalah 25%, tempat kerja adalah 3%, cyber café adalah 92%, lain-lain adalah 4%. 9). 9. Waktu untuk chatting: kurang dari 2 jam adalah 37%, 2-4 jam adalah 34%, 4-6 jam adalah 5%, 6-8 jam adalah 0%, 8-10 jam adalah 0%, lebih dari 10 jam adalah 0%, tidak pernah adalah 24%.



2.



Hasil Analisis Data Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik statitik regresi dan korelasi Product Moment, diketahui bahwa: a). F = 1,611 dengan nilai signifikansi 0,207 (p > 0,05), sehingga hipotesa ditolak. Berarti tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder secara bersama-sama hanya memiliki peranan sebesar 4,20% terhadap prestasi belajar mahasiswa. b). r = -0,204 dengan nilai signifikansi 0,078 (p > 0,05), sehingga hipotesa ditolak. Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa. c). r = -0,013 dengan nilai signifikansi 0,909 (p > 0,05), sehingga hipotesa ditolak. Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa. d). r = 0,200 dengan nilai signifikansi 0,083 (p > 0,050), sehingga hipotesa ditolak. Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa.



F.



Pembahasan



Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis ditolak, berarti: tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder secara bersama-sama hanya memiliki peranan sebesar 4,20% terhadap prestasi belajar Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



115



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



116 ISSN : 1411-6286



mahasiswa. Berarti sisanya yaitu sebesar 95,80% peranannya dilakukan oleh variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa. Berarti prestasi belajar mahasiswa lebih memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor internal yang meliputi kondisi fisiologis dan psikologis mahasiswa, dan faktor eksternal mahasiswa yang meliputi kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa. Kondisi fisiologis mahasiswa mencakup kebugaran kondisi umum fisiologis dan tonus (tegangan otot), serta tingkat kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran. Apabila dalam belajarnya, mahasiswa tidak mengalami gangguan kesehatan akan lebih mungkin siswa tersebut mencapai prestasi belajar yang baik. Tentu saja hal ini akan bergantung dengan aspek-aspek lainnya. Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa diantaranya adalah intelegensi, motivasi berprestasi, minat, kemandirian, dan keadaan emosi mahasiswa. Entwistle (1983) berpendapat bahwa intelegensi berkorelasi secara signifikan dengan prestasi belajar. Dua contoh hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi dan prestasi belajar, yaitu hasil penelitian Pearson (dalam Mussen et.al 1989) bahwa prediktor terbaik dari nilai matematika peserta didik adalah konsep diri atau persepsi mengenai kemampuan serta harapan akan keberhasilan dalam belajar matematika. Hasil penelitian Bandura (dalam Mussen et.al 1989) bahwa suatu perasaan mampu yang memuaskan akan mendorong peserta didik untuk lebih rajin belajar di masa datang dalam mencapai prestasi belajar. Menurut Syah (1995) minat peserta didik dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajarnya. Karena peserta didik memiliki minat yang besar dalam belajar, maka ia akan memusatkan perhatian secara intensif terhadap belajarnya, yang memungkinkannya untuk belajar lebih rajin, dan akhirnya dapat mencapai prestai yang diharapkannya. Penelitian Crandal, Preston dan Robinson (dalam Wijaya 1986) menemukan adanya hubungan antara kemandirian dan prestasi belajar peserta didik. Menurut Wankowski (dalam Beard dan Senior 1980) bahwa emosi siswa dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Penelitian Burges dan Carter (dalam Sulaeman 1984) menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi positif antara gaya belajar dengan prestasi belajar peserta didik. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi prestasi belajar adalah orang tua dan keluarga atau saudara-saudara dari peserta didik. Utami Munandar (1995) menyatakan bahwa cara paling baik dalam merangsang perkembangan mental anak adalah dengan memberi dorongan, pujian dan kasih sayang, karena dapat menambah harga diri dan kepercayaan anak kepada dirinya sendiri, yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajarnya. Selain itu, lingkungan sosial sekolah seperti guru, teman-teman siswa, dan para staf administrasi, dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Para guru yang senantiasa memberi teladan positif dalam belajar dan memotivasi peserta didik untuk berprestasi, serta teman-teman peserta didik yang rajin dan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar, cenderung dapat mempengaruhi peserta untuk rajin dan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula (Syah 1995). Lingkungan non-sosial yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik ialah gedung sekolah (ruang kelas) dan letaknya, rumah tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, kondisi cuaca, dan kondisi-kondisi lingkungan non-sosial lainnya. Misalnya ruang kelas yang terawat dengan baik, sirkulasi udaranya baik, cukup penerangannya, dan sarana belajar di kelas yang memadai, cenderung dapat membantu peserta untuk berprestasi dalam belajarnya (Syah 1995).



116



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



ISSN : 1411-6286



Tabel 1. Mean Hipotetik dan Empirik Kesepian, Kecenderungan Internet Addiction Disorder, dan Prestasi Belajar Variabel Mean Hipotetik Mean Empirik SD Kecenderungan I AD Kesepian



105,0



77,25



13,24



122,5



96,00



13,52



Berdasarkan tabel di atas, mean hipotetik dan empirik kecenderungan internet addiction disorder (77,25) dan kesepian (96,00) dalam penelitian ini, ditemukan sama-sama rendah atau kurang dari mean hipotetik kecenderungan internet addiction disorder (105,0) dan kesepian (122,5). Berarti bahwa secara empirik kondisi kecenderungan internet addiction disorder dan kesepian pada subjek penelitian adalah lebih rendah atau kurang dari kondisi yang diduga (hipotetik). Rendahnya kecenderungan internet addiction disorder pada subjek penelitian kemungkinan disebabkan oleh adanya kesenjangan digital yang sangat besar. Di Indonesia sendiri masih terdapat kesenjangan digital yang sangat besar. Akses informasi internet baru bisa dinikmati 1% dari total penduduk karena keterbatasan jaringan telekomunikasi (Edo/GSM dalam http://www.astaga.com). Pertumbuhan industri internet Indonesia sepanjang 2001-2002 juga relatif stagnan, dikarenakan kurangnya sosialisasi pengenalan internet di daerah, sehingga tidak semua orang tahu dan bisa menggunakan internet (dalam http://www.apjii.or.id/news/indeks.php?). Menurut International Data Corporation (dalam http://www.indomedia.com), tingkat adopsi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 0,11% dari populasi. Masih minimnya jumlah pengguna internet di Indonesia tidak terlepas dari kemampuan ekonomi masyarakat yang relatif masih di bawah standart nasional. Selain itu sebanyak 66% para pengguna internet di Indonesia juga mempercayai bahwa internet lebih memiliki dampak negatif daripada dampak positif (dalam http://www.astaga.com/teknologi/mailto). Ini bisa di lihat dari survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan Indonesia Internet Business Community (i2bc) terhadap 1500 pengguna Internet di 10 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Batam, Balikpapan, Denpasar dan Makasar. Survei dilakukan pada 22 Maret hingga 5 April 2000, yang mengatakan bahwa enam aspek negatif dari penggunaan internet, adalah menghambur-hamburkan uang, menghabiskan waktu, degradasi moral (terkait dengan akses ke situs porno, judi, dan lainnya), menghambat sosialisasi, infiltrasi budaya barat, dan tidak adanya penyaringan informasi yang dapat membahayakan pengembangan mental anak-anak (Susanti dalam http://www.astaga.com/teknologi/mailto). Pemakaian internet di Indonesia juga masih dianggap sebagai suatau kegiatan yang mewah dan mahal, sehingga mayoritas pengguna memilih melakukan aktivitas ini di kantor atau di warung internet (warnet) agar tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Sekitar 75% menyatakan keberatan untuk berlangganan internet, hanya 21% yang mengatakan berlangganan internet (Susanti dalam http://www.astaga.com). Berdasarkan semua kondisi yang disebutkan di atas, memungkinkan kepada individu-individu di Indonesia yang apabila mengalami kesepian, tidak akan menggunakan internet untuk mengatasi kesepiannya. Sehingga dapat dimengerti kalau hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder. Pada umumnya subjek penelitian menggunakan internet karena adanya faktor pekerjaan, media informasi, kuliah, surfing, browsing, membaca dan membalas e-mail, chatting, serta memanfaatkan fasilitas internet lainnya. Subjek penelitian menggunakan internet bukan karena mereka kesepian. Hal ini bisa dilihat dari analisis tambahan bahwa tujuan subjek penelitian melakukan log-on di internet berbagai macam, yakni bertujuan untuk bekerja ada 12%, tujuan untuk rekreasi atau mencari hiburan ada 14%, untuk kuliah 68%, dan untuk kegiatan yang lainnya (seperti cek e-mail, surfing, browsing, chatting, dan lainnya) adalah 43%. Rendahnya kecenderungan internet addiction disorder pada subjek penelitian juga dapat dilihat pada rata-rata on-line dalam seminggu, yaitu banyaknya subjek penelitian (59%) yang rata-rata on-line dalam seminggu kurang dari 2 jam (29%) dan 2-4 jam (30%). Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



117



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



118 ISSN : 1411-6286



Rendahnya tingkat kesepian pada subjek penelitian yang sudah mencapai tingkat akhir perkuliahannya, kemungkinan disebabkan oleh adanya banyaknya tugas-tugas kuliah, yang salah satunya adalah tugas menyusun skripsi, sehingga mereka tidak mengalami dan merasa kesepian. Meskipun diantara subjek penelitian yang mungkin tidak memiliki banyak tugas kuliah, dan mungkin kurang dalam pergaulan, tetapi mereka tidak merasa kesepian, mungkin justru menikmati kondisi tersebut. Seperti yang katakana oleh Radikun (1989) bahwa kesepian adalah jika seseorang merasa menderita, ketika individu mempersepsikan adanya kekurangan dalam pergaulannya (baik kurang intens atau kurang jumlah teman yang dimilikinya) maka individu tersebut itu kesepian. Tetapi jika individu tidak mempermasalahkan keadaan bahkan menikmatinya maka berarti individu tersebut bukan orang yang kesepian.



G.



Kesimpulan



Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang rendah. Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi ditolaknya hipotesis, yakni adanya variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor internal dan eksternal mahasiswa. Selain itu, masih terdapat kesenjangan digital yang sangat besar di Indonesia, dan kebanyakan mahasiswa menggunakan internet karena adanya faktor pekerjaan, media informasi, sekolah, dan memanfaatkan fasilitas internet lainnya. Jadi mahasiswa menggunakan internet bukan karena kesepian.



H.



Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]



118



Astari, Dewayani. 2001. Pemenuhan Kebutuhan Afiliasi Pengguna Internet Relay Chat (IRC) Yang Didapat Dari Komunitasnya. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Asosiasi ISP Indonesia. 2000. Jumlah Pengguna Internet di Indonesia. Dalam Bintang. Edisi 456, thn. X, Minggu Kedua Maret. Jakarta Basyuni, M.F., 2000. Keberadaan Internet Addiction Disorder pada Dewasa Muda Berwarga Negara Indonesia. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Bagaskoro, P.S., R. 1989. Loneliness di Kalangan Para Remaja dan Orang Dewasa Muda. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Berita Buana, September 1998. Internet Menambah Depresi Dan Kesepian. Jakarta Brehm, S.S. 1992. Intimate Relationship (2nd ed.). New York: McGraw-Hill. Burns, D. 1988. Mengapa Kesepian (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Deaux, K., F.C. Dane, L.S. Wrightsman (1993) Social Psychology In The 90th. California: Brooks Cole Publishing Company Entwistle, N. 1981. Organizational Psychology: An Experiental Approach to Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc Style of Learning and Teaching. Great Britain: John Wiley & Sons. Fitri, Fatchiati Farida. 2000. Hubungan Percintaan Melalui Internet (Internet Romance): Studi Kasus Terhadap Empat Subjek Dewasa Awal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Hall, C.S., & Lindzey, G. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



[12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33] [34]



ISSN : 1411-6286



Hania, M. 1992. Hubungan antara Kesepian dengan Rasa Percaya Terhadap Orang Lain Pada Pria dan Wanita Dimasa Dewasa Awal yang Tidak memiliki Pasangan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Jong Gierveld, J. 1987. Developing & Testing a Model of Loneliness. Journal of Personality and Social Psyhology. Kompas. Maret 2000. Bisnis Portal, Bisnis Masa Depan, p.11. Lake. T. 1980. Kesepian (Terjemahan). Jakarta: Arcan. Lindzey, G. & Aronson, E. 1968. The Handbook of Social Psychology 2nd Edition. New Delhi: American Publishing. Loekmono, L. 1988. Korelasi antara Indeks Prestasi Kumulatif Semester I/1987-1988 dengan Masalah yang Dialami Mahasiswa. Laporan Penelitian. Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana Matondang, J. 1998. Kesepian pada Pria dan Wanita Lajang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Mayang, R., 2001. Hubungan Kesepian Dengan Perilaku Asertif. Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Gunadarma. Middlebrook. N. P. 1980. Social Psychology & Modern (2nd ed.). New York: Alfred A Knopf. Morgan, C.T. et al. 1986. Introduction to Psychology 7th ed. Singapore: McGraw-Hill. Parastuti, Wesmira. 2000. Fungsi Keluarga Terhadap Proses Ketergantungan Obat Pada Remaja. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Peplau, L. A., & Perlman, D. 1982. Loneliness: A Sourcebook of Current Theory, Research, and Therapy. New York: Wiley. Priyatmo. 2000. “Bisnis Portal, Bisnis Masa Depan”. Dalam Kompas. Edisi 12 Maret 2000. Jakarta Radikun, T.B., 1989. Hubungan Antara Kesepian Dengan Perilaku Asertif dan Berfikir Rasional. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Sita, H.R., hubungan antara kesepian (Loneliness) dengan kecenderungan kecanduan terhadap internet (Internet Addiction Disorder). Turner, J. S. & Helms, D. B., 1983. Lifespan Development (2nd ed.). Holt, Rinehart & Winston, Tokyo. Turnip, Sherly Saragih., 1997. Cara Menanggulangi Loneliness Pada Dewasa Awal Pertengahan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Warzukni, Wike., 2001. Penghayatan Kesepian Narapidana Wanita. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Wright, J. 1982. Learning to Learn in Higher Education. London: Croom Helm, Ltd. Wrigtsman, L.S., Deaux, K., Frabcis, C.D. & Carol, K.S. 1993. Social Psychology in The 90’s. 6th Edition. California: Brooks/Cole Publishing Company. Widiyanto, C. (Penghimpun). 2001. Himpunan Karangan dari Kristiana Dewayani. Pemakaian Internet Secara Sehat Dalam Kajian Teori dan Hasil Penelitian. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Yuaniarti, R. 2002. Perbedaan Perasaan Kesepian Antara Pria Lajang dan Wanita Lajang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma



Informasi on-line: [1] Center for on-line Addiction (1998) What is internet Addiction (IA). World Wide Web, http://www.netaddiction.com/whatis.htm [2] Center for On-line Addction (1998) What is internet Addiction? World Wide Web, http://www.netaddiction.com/whatis.htm php50.com [3] Edo/GSM. 2000. World Wide Web, http://www.astaga.com,



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma



119



Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004) Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 24 – 25 Agustus 2004



[4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24] [25]



120



120 ISSN : 1411-6286



Ferris, Jenifer., R. 1997. Internet Addiction Disorder: Causes, Symtoms and Consequences. World Wide Web, http://wwwchem.vt.edu/chemdept/dessy/honors/papers/ferris.html Forums.freakschool.com/posting.php?mode=quote&p=25310"; World Wide Web, http://www.detikinet.com/net/ Garcia, Elena. 1996. Does The Internet Depersonalize Society?. World Wide Web, http://www.home.calumet.yorku.ca/sgreen/www/grave/deper.html Goldberg, J. 1996. Internet Addiction Support Group. World Wide Web, http://www1.rider.edu/~suler/psycyber/supportgp.html Hati-hati Kecanduan Internet.1998. World Wide Web, http://www.glorianet.org/ info.berita/b00132.html International Data Corporation. Kecanduan Internet. World Wide Web, http://sby.centrin.net.id/~rinno/kecanduan_internet.html King, S.A. 1996. Is The Internet Addictive, or Are Addicts Using the Internet? World Wide Web, http://rdz.stjohns.edu/~strom/mine.html Orzack. 1999. World Wide Web, http://www.mhsource.com Pasopati. Konsep Internet. 1998. World Wide Web, http:// www.rad.net.id/ homes/ edward/intbasic/13.htm Pengaruh internet. World Wide Web, http://www.php50.com/ cnrc/artikel/ pengaruh_internet.php Perangkap Seks Di Dunia Maya. 2001. World Wide Web, http://www.satulelaki.com/ ahuhohh/0,205,00.html Reid, Elizabeht. M. 1991. Electropolis: Communication and community on internet relay chat. World Wide Web, http://home.earthlink.net/~aluluei/electropolis.htm Satu dari empat orang pekerja kecanduan internet. 2002. World Wide Web, http://www.detiknet.com/net/2002/08/23/2002823-132210.shtml Sopyan. World Wide Web http://www.ikomerz.com/detailberita.php?id=124). Suler, J. (May.1996). Computer and Cyberspace Addiction. World Wide Web, http://www1.rider.edu/~suler/psycyber/cybaddict.html Suler, J. (July, 1996). Cyberspace as Dream World. World Wide Web, http://www.rider.edu/users/suler/psycyber/cybdream.html Suler, J.(Jan.1996). The Psychology of Cyberspace. World Wide Web, http://wwwl.rider.edu/- suler/psycyber/psycyber.html Suler, J. 1996. Cyberspace romance. World Wide Web, http://www.rider.edu/users/ suler/psycyber/bvinterview.html Susanti. 2000. Teknologi. World Wide Web, http://www.astaga.com/teknologi/mailto Temmy. 2000. Mahasiswa Kecanduan Internet. World Wide Web, http://www.klinikpria.com/databerita/0709mahasiswakecanduaninternet.html World Wide Web, http://www.apjii.or.id/news/indeks.php?). Young, K. 1996. Phatological Internet Use: “The Emergence Of A New Clinical Disorder,” Presentation, University of Pitsburgh at Bradford. APA Monitor. World Wide Web http://www.apa.org/realses/internet.html



Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaUniversitas Gunadarma