Musyawarah Masyarakat Desa MMD Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS



MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA ( MMD )



OLEH KELOMPOK 9 KELAS B14A



1. NI NYOMAN SAREN SERINADI



(213221200)



2. KOMANG LINA BERY KASTIAN (213221217) 3. DEDEK IRAWAN



(213221206)



4. NI MADE LINDA SINTYA DEWI (213221215) 5. NI KADEK ERNI NURLIANI



(213221233)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Makalah Keperawatan Komunitas Musyawarah Masyarakat Desa” tepat pada waktunya. Makalah ini berkenaan dengan pemenuhan tugas dan disusun dari berbagai sumber dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami dan kepada pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian tugas malakah ini. Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan dalam penyempurnaan pembuatan makalah ini.



Denpasar, 1 Novembet 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 1 1.3 TUJUAN ..................................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 2.1 MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA ( MMD )................................................. 2 2.2 INTERVENSI : PLAN OF ACTION (POA) ............................................................. 3 2.3 IMPLEMENTASI : PREPLANNING/LAPORAN PENDAHULUAN .................... 8 2.4 EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KOMUNITAS................................ 12 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 14 3.2 Penutup....................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktorinternal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik,politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya). Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah dengan membentuk desa siaga. Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, terutama bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri yang bertujuan untuk terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan di wilayahnya (Kemenkes RI, 2010). Salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan desa siaga adalah melibatkan masyarakat dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang bertempat dibalai desa. MMD merupakan sebuah musyawarah yang diajukan oleh mahasiswa bersama dengan perwakilan warga desa, bidan desa, petugas promkes puskesmas, kader, kepala desa, pkk desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda untuk membahas hasil observasi atau hasil Survei Mawas Diri (SMD) Frekuensi pertemuan MMD minimal dilakukan 3 kali per tahun (Kemenkes RI, 2010). Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005). Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa ini adalah untuk menganalisis masalah-masalah kesehatan yang ditemukan dari hasil SMD untuk kemudian dicarikan alternatif penyelesaian masalah hasil SMD tersebut dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa dan disetujui bersama baik mahasiswa dan masyarakat desa ( Yohanik,2012 ). Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah musyawah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat (FMD) untuk membahas masalah-masalah (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB, Kegawatdaruratan & Bencana) yang ada di desa serta merencanakan 1



penanggulanggannya.Topik yang dibahas fokus kepada hasil SMD yang telah diperoleh.



1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu : 1. Apa yang dimaksud Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ? 2. Apa saja intervensi : Plan of Action (POA) dalam asuhan keperawatan komunitas ? 3. Bagaimana implementasi : Praplanning / laporan pendahuluan keperawatan komunitas ? 4. Bagaimana evaluasi dalam tindakan keperawatan komunitas ?



1.3 TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : I. Tujuan Umum Menjelaskan



konsep dan proses asuahan keperawatan komunitas (intervensi,



implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan komunitas) II. Tujuan Khusus 1. Memahami Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 2. Menjelaskan intervensi : Plan of Action (POA) dalam asuhan keperawatan komunitas. 3. Menjelaskan implementasi : Praplanning / laporan pendahuluan keperawatan komunitas. 4. Menjelaskan evaluasi dalam tindakan keperawatan komunitas



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA ( MMD ) 2.1.1 Pengertian MMD Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survey Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari survey mawas diri (Depkes RI, 2007). Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah musyawah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat (FMD) untuk membahas masalah-masalah (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan KLB, Kegawatdaruratan & Bencana) yang ada di desa serta merencanakan penanggulanggannya.Topik yang dibahas fokus kepada hasil SMD yang telah diperoleh. MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan atau masalah lainnya, lingkungan dan perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.



2.1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), adalah mencakup aspek-aspek sebagai berikut: a. Mewujudkan masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya. b. Mewujudkan kesepakatan masyarakat dalam menanggulangi masalah



kesehatan melalui



pelaksanaan desa siaga dan poskesdes. c. Melibatkan masyarakat untuk menyusun rencana kerja dalam



menanggulangi masalah



kesehatan, melaksanakan desa siaga dan poskesdes. 2.1.3 Tujuan dan Tata Laksana MMD a. Tujuan dari MMD adalah sebagai berikut. ▪



Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya







Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan







Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan 3



b. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut. ▪



Musyawarah Masyarakat Desa, petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan (seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan lain-lain).







Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan di balai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa







Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan



c. Tata Laksana MMD Adapun tatalaksana Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), adalah sebagai berikut : a. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa dengan menguraikan tujuan MMD dan menghimbau seluruh peserta agar aktif mengemukakan pendapat dan pengalaman sehingga membantu pemecahan masalah yang dihadapi bersama. b. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader untuk menimbulkan suasana keakraban. c. Penyajian hasil survei oleh kader selaku tim pelaksana MMD. d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah kesehatan dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di desa / bidan di desa. e. Menggali dan menemu-kenali potensi yang ada di masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. f. Penyusunan rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan yang dipimpin oleh kepala desa. g. Penimpulan hasil MMD berupa penegasan tentang rencana kerja oleh Kepala Desa. h. Penutup. Januari 2017 Panduan – Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 2.1.4 Dokumentasi Adapun dokumentasi hasil pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa dituangkan dalam sistim pendokumentasian sebagai berikut : a. Dokumen potensi masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan. b. Dokumen prioritas masalah kesehatan & rekomendasi teknis dari Petugas Kesehatan dan Bidan Desa. 3. Dokumen Rencana Kerja penanggulangan masalah kesehatan. c. Dokumen laporan hasil pelaksanaan penanggulangan masalah kesehat 4



2.2 INTERVENSI : PLAN OF ACTION (POA) Action planning merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab suatu program.lebih lanjut, Action Planning merupakan penghubung antara “tataran konsep” atau cetak biru dengan kumpulan kegiatan dalam jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa dilaksanakan. Jadi berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa direncanakan. Action plan (rencana aksi) adalah satu set tugas yang diberikan kepada individu atau tim yang berisi daftar target untuk setiap tugas serta tenggat waktu, orang yang bertanggung jawab, dan langkah-langkah untuk sukses. Rencana aksi memberikan gambaran untuk individu atau tim bagaimana kesuksesan mereka akan mempengaruhi pencapaian tujuan seluruh organisasi (Kamus Bisnis). Biasanya POA berlaku untuk program-program yang tertentu atau kegiatan tertentu. Hal ini dipergunakan agar : 1)



Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.



2)



Tidak ada tahapan penting terlewati.



3)



Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya.



Bagi yang bisa bekerja di lapangan sering hal ini dianggap menyita waktu, karena menganggap telah biasa melaksanakan. Keadaan seperti ini akan menghambat proses bekerja d ari pengalaman. Karena POA akan jelas : ▪



Apa yang dilakukan







Bagaimana melakukan







Bagaimana cara mengukur hasil



Dengan POA yang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan. Disadari, suatu konsep/ cetak biru tanpa tindak lanjut atau pelaksanaan diibaratkan wacana atau “buzz



word” yang tidak memberikan



nilai



tambah bagi



kebaikan



dan kemajuan



organisasi.Sedangkan pelaksanaan/ kegiatan tanpa konsep, akuntabilitas pihak pelaksana dan target-target dan ukuran akan mengundang kekacauan.Ibarat nahkoda tanpa haluan, kegiatankegiatan yang dijalankan diatas menjadi semacam kumpulan



kegiatan reaktif, tidak



berpola.Sehingga dalam jangka panjang akan mengakibatkan demotivasi para anggota organisasi dan bahkan akan menyebabkan organisasi berhenti bertumbuh, dimana organisasi hanyut kedalam “pusaran ritual” yang berputar di satu tempat. 5



Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan motivasi tinggi dari para pelaksana. Keterampilan, keahlian, kompetensi , pengalaman yang didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau tidaknya pelaksanaan cetak biru tersebut.tanpa bekal keterampilan, keahlian, competency yang dibutuhkan serta pengalaman yang memadai, maka pencapaian target terhadap hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh. Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa komitmen,integritas,loyalitas si pelaksana pada pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan pekerjaan hingga tuntas sangat diperlukan untuk memastikan tidak ada waktu/ tenaga yang terbuang (tidak terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak memberikan kontribusi bagi organisasi. In action 3 modal dasar (keterampilan, komitmen, motivasi) secara berimbang menjamin tidak adanya peluang untuk tidak menjalankan apa yang telah dijanjikan pelaksana diawal, penyimpanan target, dan terbuangnya waktu dan tenaga sia-sia. 2.2.1 Komponen Plan of action Bagaimana komponen atau tahap-tahap penting bagi POA yang harus ada dan harus menjamin : 1)



Kelengkapan rencana



2)



Urutan tahapan yang urut



3)



Jelas apa yag harus dikerjakan



2.2.2 Unsur-unsur Perencanaan Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsurunsur perencanaan yaitu : a. Tindakan apa yang harus dikerjakan b. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan c. Dimana tindakan tersebut dilakukan d. Kapan tindakan tersebut dilakukan e. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut f. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut. Dalam sebuah perencanaan juga perlu memperhatikan sifat rencana yang baik. Sifat rencana yang baik yakni : a. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran ang berbeda-berbeda dapat ditiadakan.



6



b. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang seebenarnya bila ada perubahan maka tidak semua rencana dirubah dimungkinkan diadakan peneysuaianpenyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang direncanakan. c. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap harus ada dalam pertimbangan. d. Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan faktor-faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan. e. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.



2.2.3 Langkah untuk Membuat Action Plan Perencanaan adalah persiapan awal menuju tindakan. Sebaiknya secara analitis, perencanaan harus dipisahkan dari implementasi sehingga pengambilan keputusan atas kebijakan sangat penting dapat diambil dan implikasinya dapat dipahami lebih awal sebelum tindakan.Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut : a.



Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan



b.



Merumuskan keadaan saat ini



c.



Mengidentifikasikan segala kemudhan dan hambatan



d.



Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan



➢ Berikut 9 langkah untuk membuat Action Plan : 1. Kemukakan solusi anda dalam rangkaian goal. Setelah anda menyepakati sebuah masalah tertentu di dalam organisasi anda, pertama anda perlu mendefinisikan solusi tersebut kedalam sejumlah goal dan objektif. Sebagai contoh , setiap goal dapat diekspresikan sebagai berikut :“ agar kita dapat . . . . kita harus . . . . “ catat setiap goal dibagian atas papan tulis atau selembar kertas. 2. Hasilkan sebuah daftar berbagai tindakan untuk setiap goal. Gunakan brain storming untuk menghasilkan sebuah daftar tindakan untuk mencapai sebuah goal dan catat ini dibawah goal. Atur daftar tindakan yang diusulkan secara berurutan. 3. Siapkan time line Dimulai dengan sebuah titik waktu berlabel “sekarang” dan berakhir dengan titik berlabel 7



“tujuan tercapai”, buat time line untuk mengalokasikan tanggal date line disetiap tindakan yang telah diurutkan, yang terdaftar di bawah goal tertentu. Penting sekali bagi anda menyelesaikan urutan dan waktu secara tepat jika anda ingin meraih “tujuan tercapai” secara efektif. 4. Alokasikan sumber-sumber yang ada . Sumber daya finansial dan SDM harus dialokasikan untuk setiap langkah tindakan. Jika sumber yang ada terbatas atau selalu kurang dari kebutuhan pada tiap apapun, mungkin sebaiknya anda kembali ke langkah sebelumnya dan merevisi action plan anda. 5. Identifikasi masalah yang kemungkinan akan muncul. Pertimbangankan berbagai hal yang kemungkinan tidak berjalan sesuai rencana dalam proses pencapaian goal tertentu. Daftarkan masalah-masalah tersebut dan identifikasi penyebabnya dan tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Tindakan ini mungkin perlu ditambahkan ke slot yang sesuai di dalam time line. 6. Kembangkan strategi untuk memantau kemajuan Daftarkan cara untuk memantau kemajuan dari action plan yang telah dibuat. Tahapan-tahapan pemantauan harus disertakan juga dalam time line. 7.



Delegasikan tugas-tugas. Ambil setiap titik pada time line secara bergantian dan tanyakan : “siapa yang akan melakukan



apa, pada tanggal yang telah ditentukan untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan ?” bagikan tugastugas ini kepada setiap individu atau tim yang sesuai. 8.



Perkiraan berbagai biaya Berikan pertimbangan pada ekspenditur yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas



yang ada. Semua biaya yang harus dimasukkan pada saat penyusunan anggaran. Jika dana tidak tersedia, tugas harus ditinjau ulang dan bila perlu direvisi atau dihilangkan. 9.



Implementasikan rencana Terjemahkan semua informasi anda ke kertas baru, daftarkan semua tindakan yang diperlukan,



orang yang bertanggung jawab untuk tugas tertentu, dan kapan tugas tersebut harus diselesaikan. Setelah action plan sudah diselesaikan, informasi ini sekarang dapat diberikan kepada semua yang terlibat. ➢ Proses Pembuatan Rencana : 1.



Menetapkan tugas dan tujuan Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa



ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh. Secara umum, dunia manajemen menggunakan prinsip POAC. atau Planning, Organizing, 8



Actuating, dan Controlling. Prinsip manajemen ini banyak digunakan oleh organisasi dewasa ini untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka. Berikut akan kami jelaskan masing masing point tersebut : a.



Planning Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Yaitu harus SMART



yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi. b.



Organizing Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam perusahaan biasanya



diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job Description). Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing. c.



Actuating Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan



pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan. d.



Controlling Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan



pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman. 9



➢ Alasan Perlunya Perencanaan Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program yang dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di waktu yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih baik. Oleh karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha. ▪



Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan : 1. Untuk mencapai “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan. 2. Untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.







Beberapa manfaat perencanaan adalah : 1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan 2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas 3. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat 4. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi 5. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi 6. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami 7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti 8. Menghemat waktu, usaha, dan dana







Beberapa kelemahan perencanaan adalah : 1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata 2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan 3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi 4. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi 5. Ada beberapa rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis 10



pertahanan resisten. ( Anderson & McFarlane, 2000 ). Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang ( tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek ( tujuan khusus/TUK ) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). tujuan jangka pendek harus SMART( S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai, R=reality, T=time limited/punya limit waktu ). Contoh penetapan tujuan asuhan keperawatan komunitas Diagnosa Keperawatan



TUM



TUK



Komunitas



Risiko



terjadi ▪



meningkatnya Tidak



kejadian



infertilitas



agregat



remaja



diwilayah



.



pada gangguan putrid infertilitas



.



.



berhubungan



yang agregat



dengan



remaja



terkait



reproduksi meningkat dari . . . % pada remaja



menjadi . . . % ▪



putri di . . .



Menurunnya jumlah siswi yang mengalami keputihan dari . . . %



tingginya kejadian gangguan



menjadi . . . &



organ reproduksi remaja dan kurangnya



Pengetahuan







kebiasaan



Terjadi peningkatan perilaku remaja terkait kebiasaan perawatan organ



perawatan organ reproduksi



reproduksi sehari-hari dari . . . %



remaja.



menjadi . . . % ▪



Remaja layanan



sudah



memanfaatkan



UKS untuk membantu



mengatasi masalah remaja Tingginya



angka



TB







di Meningkatnya



Terjadi peningkatan pengetahuan



wilayah . . . yang berhubungan kemandirian



keluarga tentang penangan TB dari .



dengan



. .% menjadi . . . %



tidak



adekuatnya masyarakat di . . .



penggunaan fasilitas layanan dalam kesehatan penanggulangan



menolong ▪



untuk dirinya sendiri agar TB



keterbatasan kualitas



dan terhindar



dari



penyebaran TB



sarana pelayanan TB 11



Terjadi peningkatan kualitas sarana kesehatan untuk penanggulangan TB Penemuan kasus TB secara mandiri oleh masyarakat



Rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas yang akan dilakutkan dapat ditetapkan menggunakan matriks pada Tabel 3.6 Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat. POA disusun dalam bentuk matriks.pada table 3.7



12



Tabel 3.6 Rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas



Diagnosa



Rencana kegiatan



keperawatan



TUM



TUK



Evaluasi



komunitas Tingginya



Meningkatnya



Setelah



angka TB di



kemandirian



wilayah . . .



masyarakat



yang



di . . . dalam keperawatan .



berhubungan



menolong



dengan



.



Beri penyuluhan



Kriteria evaluasi:



dilakukan



tentang TB dan



Pengetahuan



tindakan



perawatannya



masyarakat



selama



Ajarkan



masyarakat tentang TB



satu keterampilan



tidak dirinya sendiri bulan,



dalam meningkat.



menangani gejala TB,



adekuatnya



agar terhindar diharapkan



penggunaan



dari



Terjadi



pencegahan penularan1. 70%



fasilitas



penyebaran



peningkatan



TB



mampu



TB



pengetahuan .



Deteksi kasus TB di



menyebutkan



kesehatan



keluarga



masyarakat melalui



pengertian,



untuk



tentang



skrining



tanda/gejala, dan



penanggulang



penanganan TB. Bagikan leaflet setelah penyebab



an



dari . . . %



pelayanan



TB



dan



keterbatasan



: melakuakn



tindakan Standar Evaluasi :



penyuluhan TB



keluarga



TB



2. 75% keluarga



kualitas sarana



menjadi . . . %. Lakukan pembinaan kader dalam Terjadi



mampu melakukan



pelayanan TB



peningkatan



kemampuan



kualitas sarana



penemuan kasus dan 3. 75% kader mampu



tindakan pencegahan



TB



TB menemukan kasus kesehatan untuk penanganan penanggulanga. Lakukan kerja sama TB dan melakukan dengan



TB



pendidikan formal dan



Penemuan kasus TB secara mandiri



institusi penanganan TB



oleh



informal



untuk



melaksanakan program terkait



masyarakat



pencegahan



dan



penanggulangn TB 13



14



Tabel 3.7 Planning of Action (POA)



Masalah



Tujuan



Kegiatan



Sasaran Waktu



Tempat Sumber



Keperawatan Risiko meningkatnya



dana TUM Tidak terjadi gangguan



kejadian



infertilitas pada agregat



infertilitas pada



remaja putrid di wilayah



agregat remaja putrid di wilayah ...



Media



TUK



1. Melakukan pendidikan



Pengetahuan remaja terkait



kesehatan reproduksi



Remaja di



kesehatan reproduksi



kepada remaja terkait



RW . . .



meningkat dari . . . %



materi kesehatan



menjadi . . . %



reproduksi dan



Jumlah siswa yang



pemeliharaannya



mengalami keputihan



2. Bekerja sama dengan



menurun dari . . . & menjadi



guru BP dalam



Guru BP



...%



memberikan materi



sekolah . .



Perilaku remaja terkait



kesehatan reproduksi



.



15



Minggu



Balai



pertama



warga



Swadaya



Leaflet, booklet , poster



Minggu



Sekolah



Dana



Leaflet,



kedua



...



sekolah



poster



Minggu



RW . . .



Pj



keempat



kebiasaan perawatan organ reproduksi sehari-hari



Pelatihan dan



meningkat dari . . . %



penyegaran kader



Risiko TUK :



kasus TB di



Pengetahuan kader tentang



wilayah . . .



pengertian, penyebab, tanda



Lembar balik,



menjadi . . . %



meningkatnya



Swadaya



dan gejala, akibat dan penanggulangan TB meningkat dari . . . % mewnjadi . . .



16



Kader di



poster,



RW . . .



leaflet



17



2.3 IMPLEMENTASI : PREPLANNING/LAPORAN PENDAHULUAN Perawat bertanggung jawab untuk melaksanaksn tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya: ▪



Bantuan upaya mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.







Mendidik komunitas tentang prilaku sehat untuk mencegah kurang gizi







Sebagai advocate komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.



Dalam kegiatan praktik keperawatan komunitas focus pada tingkat pencegahan, yaitu: 1. Pencegahan primer, yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit. Contoh: imunisasi, penyuluhan, gizi, simulasi dan bimbingan kini dalam kesehatan keluarga. 2. Pencegahan sekunder, yaitu kegiatan dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan, menekan pada diagnose dini dan tindakan untuk mencegah proses penyakit. Contoh: mengkaji keterbelakangan yumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti: mata, gigi, telinga dan lain- lain. 3. Pencegahan Tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Contoh: membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko tinggi gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posyandu. Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.Implementasi keperawatan di lakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan kemitraan ( partnership) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, 18



situasi politik, dan kejadian kritis eksternal. Dukungan eksternal ini juga dapat dijalankan daya pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Organisasi eksternal dapat menggunakan model social planning dan locality development untuk melakukan perubahan, menggalakan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal. Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sisitem di masyakat. Ada beberapa model berubah (Ervin,2002), yaitu: 1. Model berubah Kurt Lewin Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari: a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan. b. Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok. c. Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil, melalui pemantauan dan evaluasi. Contoh: Pada kasusu flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat komunitas perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak melakukan cuci tangan, dsb. 2. Stategi berubah Chin & Benne Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputisan untuk berubah. Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan dikomunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan, yaitu: a.



Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan dikomunitas, perlu dapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Contoh: adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di 19



masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok melalui media, seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu. b.



Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma yang ada di masyarakat.



c.



Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik maupun sanksi ekonomi. Misalnya, sanksi terhadap rokok yang merokok di tempat umum berupa denda atau kurungan.



3. First order and second order change Menurut model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalm system, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya. Contoh : Adanya risiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan remaja, perawat komunitas perlu mengubah substansi yang ada dalam system (first order), seperti membentuk dan melatih kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan di masyarakat, melaskuakn promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua, dan masyarakat, melakukan dukungan lintas-sektor dan lintas-program kepada aparat terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb. Selain itu, diperlukan juga perubahan pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti penyediaan klinik remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait remaja, dsb. Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat individu, dapat diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan bagaimana individu mengerti tentang masalah yang dihadapi, tingkat partisipasi individu, dan adanya perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat. Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan organisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah. Perubahan di masyarakat dapat 20



dievaluasi melalui penmgembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi program, sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komunitas, yang meliputi : 1. Latar belakang, yang berisi criteria komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait implementasi yang akan dilakukan, dan masalah keperawatan komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini. 2. Proses keperawatan komunitas, yang berisi diagnosis keperawatan komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus. 3. Implementasi tindakan keperawatan, yang bberisi topic kegiatan, target kegiatan, metode, strategi kegiatan, media, dan alat bantu yang dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara. 4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil dengan menyebutkan target presentase pencapaian hasil yang diinginkan Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA perkesmas yang telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas dan Koordinator Perkesmas dengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian setiap akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan seperti : 1. Lokakarya Mini Bulanan Lokakarya Mini Bulanan dilakukan setiap bulan di Puskesmas, dihadiri oleh staf Puskesmas dan unit penunjangnya untuk membahas kinerja internal Puskesmas termasuk cakupan, mutu, pembiayaan, masalah, dan hambatan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitannya dengan masalah lintas program lainnya. 2. Lokakarya Mini Tribulanan



21



Lokakarya Mini Tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh Camat, dan dihadiri oleh staf Puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas sector tingkat kecamatan untuk membahas masalah dalam pelaksanaan Puskesmas termasuk Puskesmas terkait dengan lintas sector dan permasalahan yang terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya. 3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK) Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bagi peserta yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat (WHO, 2003). RDK dilakukan minimal seminggu sekali, dihadiri oleh perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas kepada individu/keluarga/kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan keterampilan perawat komunitas lebih meningkat. ▪



Adapun persyaratan metode RDK adalah : a. Kelompok terdiri atas 5-8 orang b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai penyaji, dan sisanya sebagai peserta c. Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal) d. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan keperawatan di komunitas yang menarik untuk dibahas dan didiskusikan, perlu penanganan dan pemecahan masalah e. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat, peserta lainnya memerhatikan dan mendengarkan g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta yang lainnya 22



h. Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama 1 jam dan dilakukan secara rutin i.



Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai fasilitator, penyaji, dan anggota peserta diskusi



j.



Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok. Yang diharapkan justru dukungan danh dorongan dari setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-masing.



2.4 EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan penyelesaiannya. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program, sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.



23



Evaluasi dapat berupaevaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku masyarakat. Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatiof dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektivitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektivitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Pengukuran efektivitas program di komunitas dapat dilihat berdasarkan : 1. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas 2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan. Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan. 3. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan.



2.4.1 Evaluasi Tindakan Keperawatan Komunitas Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie 1998) ▪



Adapun tujuan evaluasi adalah : 1. Untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi program 2. Untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat 3. Untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat 4. Mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan penyelesaiannya 24







Pengukuran efektivitas program dikomunitas dapat dilihat berdasarkan : 1. Pengukuran pemerintah sebagai klien 2. Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, dan kemunitas 3. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan 4. Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan 5. Pengukuran komunitas sebagai sumber 6. Dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan



25



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), adalah pertemuan seluruh warga desa



untuk



membahas hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD (Depkes RI, 2007.) Planning Of Action merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab suatu program. Sebuah perencanaan itu sangat penting untuk melakukan suatu aktifitas, kegiatan, atau tindakan yang akan kita lakukan. Karena tanpa adanya perencanaan, aktifitas yang akan kita lakukan itu tidak akan terstruktur, dan dapat diselseikan den Unsur-unsur Planning Of Action : tindakan apa yang harus dikerjakan, apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, dimana tindakan tersebut dilakukan, kapan tindakan tersebut dilakukan, siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara mengadakan :Lokakarya Mini Bulanan, Lokakarya Mini Tribulanan, Refleksi Diskusi Kasus (RDK) Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie 1998) 3.2 Saran Agar kita dapat merancang perencanaan terlebih dahulu sebelum kita melakukan tindakan tersebut. Sehingga hasil yang kita dapatkan maksimal. Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna penyempurnaan makalah kami selanjutnya, selain itu penyusun juga menyarankan kepada rekan-rekan calon perawat



untuk memahami tentang musyawarah mayarakat desa, perencanaan( POA),



Implementas, evaluasi tindakan keperawatan komunitas, system kolaborasi lintas program dan lintas sectoral.



26



DAFTAR PUSTAKA



Henny Achjar, Komang Ayu. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Depkes RI. 2010. Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan. Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –2019. Jakarta Yohanik, N.F. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Pengelolaan Desa Siaga Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Anom Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga – Jakarta Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangg Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik / Nursalam. Edisi pertama, Jakarta : Salemba Medika Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : teori dan prakti. Edisi 3. Jakarta: EGC Meldaiska,2007.Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD) ( online).



27