My Drama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH DRAMA



Dimalam yang dingin dan sunyi, ada seorang gadis sedang duduk di dekat jendela kamarnya dan sambil memandang langit yang penuh dengan bintang. Gadis itu adalah anak dari keluarga Senjaya, bernama Resha Tirta Senjaya. Ayahnya yang merupakan seorang Pengusaha Intan tersukses di Indonesia, dan Ibunya yaitu seorang pemilik restoran makanan Jepang “Oishii”. Dan juga kakaknya yang bernama Ryuma Putra Senjaya yaitu seorang mahasiswa jurusan Sastra Jepang semester 4. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Resha. Bi Ijah



: (tok…tok…tok) “Non, Non Resha…” “Makan yuk Non…Ibu dan Bapak sudah menunggu di meja makan.”



Resha



: “Iya Bi…Nanti aja…Sha belum laper Bi…Bilangin Mama dan Papa, makan duluan aja…Jangan nungguin Sha?!”



Bi Ijah



: “Ayolah Non, kalau Non ga makan nanti Non sakit. Selain itu nanti Bibi dimarahin Ibu dan Bapak. Ayo Non keluar, turun dan makan.”



Resha



: “Hiks…Hiks…Hiks.” (duduk di dekat jendela sambil menangis) “Iya Bi, aku tau. Tapi, aku ga mau keluar kamar.”



Bi Ijah



: “Ayolah Non…Masa Non tega sama Bibi, Non ga mau kan dengar sampai Bibi dimarahin Ibu dan Bapak??” (berdiri di depan pintu, sambil tersedu-sedu)



Resha



: (mengusap air mata) “Iya Bi, tunggu sebentar…” (jalan menuju pintu dan membuka pintu).



Bi Ijah



: “Non, non kenapa?” (melihat Resha sambil mengusap air mata Resha yang terus mengalir).



Resha



: “Ga apa-apa kok Bi. Sha cuman sedih dan ga mau kalau sampai Bibi dimarahin Mama dan Papa.”



Bi Ijah



: “Duh, Non Resha…Bibi jadi terharu, ternyata Non Resha perduli sama Bibi. Makasih iya Non…” (memeluk Resha)



Resha



: “Iya Bi, sama-sama. Sha sayang sama Bibi.” (mengeluarkan air mata dipelukan Bi Ijah)



Bi Ijah



: “Bibi juga sayang sama Non Resha. Bibi sudah menganggap Non sebagai anak Bibi sendiri. Non, jangan nangis lagi.”



1



(mengusap air mata Resha) Resha dan Bi Ijah menuju ke meja makan. Resha pun melihat Orang tuanya sedang menikmati makan malam. Resha



: “Malam Pa, Ma…”



Papa



: “Kemana saja kamu Sha? Dari tadi Papa sama Mama udah nunggu kamu… Duduk dan makan, Papa ga mau nantinya kamu sakit Sha.”



Mama



: “Iya sayang, kamu harus makan. Nanti kalau kamu sakit gimana. Nantinya kamu juga yang ngerasain sakit. Tapi, kita semua ga mau Sha. Kita semua sayang sama kamu Sha. Makan yang banyak iya sayang... Bi, tolong ambilkan nasi dan lauknya…”



Bi Ijah



: “Iya Bu…” (mengambil piring yang ada di depan Resha)



Resha



: (mengambil piring yang ada di tangan Bi Ijah) “Sini Bi, tidak usah. Makasih Bi… Sha bisa ngambil sendiri kok Bi.” (dengan tersenyum manis)



Bi Ijah



: “Eh… Iya Non.”



Resha



: (mengambil sedikit nasi, sayur dan lauk pauk) “Pa, Ma… Kak Ryu kemana? Dari tadi siang aku ga melihat Kak Ryu.”



Bi Ijah



: “Maaf Pak, Bu, Non Resha. Bibi mau kebelakang dulu.”



Papa



: “Iya Bi. Makasih iya sudah membujuk Resha turun dan makan.”



Mama



: “Iya Bi, makasih iya.”



Bi Ijah



: “Sama-sama Pak, Bu. Saya permisi dulu.” (kembali ke dapur)



Resha



: “Makasih iya Bi.”



Papa



: “Iya. Tadi siang kakak mu bilang sama Papa dan Mama, katanya dia mau mengerjakan tugasskripsinya dan sekalian menginap di rumah Om Guntur.”



Resha



: “Oh,,,jadi malam ini Kak Ryu ga ada dirumah. Sha kesepian… Papa sama Mama selesai makan malam mau kemana??” (wajah menjadi sedih)



Mama



: “Kamu ga akan kesepian kok Sha… Kan ada Bi Ijah, ada fasilitas-fasilitas yang sudah tersedia, lengkap pula. Selesai makan malam, Papa dan Mama mau ke pabrik Intan, lalu ke Restoran. Mau mengecek, dan sekalian ketemu rekan bisnis di Restoran. Mungkin malam ini, Mama dan Papa ga pulang, kita sekalian menginap di Hotel. Kamu ga apa-apa kan sayang??” (tersenyum)



2



Resha



: “Huh… Mama, Papa sama saja!! Selalu mengurusi bisnis, jarang ada di rumah…”



Mama



: “Sayang… Mama dan Papa ga bermaksud begitu kok.”



Resha



: “Sha udahan makannya, Sha mau shalat dan Belajar. Malam Pa, Ma…” (wajah menjadi sedih dna meninggalkan meja makan)



Resha pun meninggalkan meja makan, lalu langsung menuju kamarnya dan mengunci pintu kamar. Mama



: “Pa, Resha kenapa iya?? Atau karena kita kurang perhatian sama dia, sampai-sampai dia berbicara seperti itu?”



Papa



: “Sudahlah Ma, biarkan saja… Nanti juga balik lagi seperti semula. Semua yang kita lakukan, hasilnya untuk Resha dan Ryu. Jadi Mama ga usah bingung dan khawatir sama sikap Resha. Mama sudah selesai makannya??”



Mama



: “Iya, sudah Pa. berangkat sekarang saja Pa. Mama takut nanti kita telat.” (tersenyum) “Mang… Mang Didin…” (memanggil Mang Didin)



Mama pun memanggil Mang Didin, supir pribadi Keluarga Senjaya. Mang Didin



: (lari dan manghampiri Ibu dan Bapak) “Hosh…Hosh…Ada apa Bu?” (dengan nafas terengah-engah)



Mama



: “Mobilnya sudah siap Mang?”



Mang Didin



: “Sudah Bu, sudah beres semua. Berangkat sekarang Bu?”



Mama



: “Iya Mang… Oh iya, setelah Mang Didin ngantar sampai Hotel, Mang Didin pulang saja. Besok kan Resha sekolah, jadi Mang Didin ngantar dan jemput Resha. Ga apa-apa kan Mang?”



Mang Didin



: “Iya, ga apa-apa kok Bu.”



Papa



: “Iya sudah. Mang Didin ke depan saja dulu. Nanti kita menyusul.”



Mang Didin



: “Iya Pak. Saya permisi dulu Pak, Bu.” (menuju halaman rumah)



Mama



: “Iya Mang. Makasih iya.”



Papa



: “Resha… Papa dan Mama pergi dulu. Hati-hati dirumah iya sayang.” (memanggil dari meja makan)



Mama



: (menghampiri kamar Resha) “Pergi dulu iya sayang…”



3



Suara mesin mobil berbunyi, Papa dan Mama Resha pun menuju pintu gerbang. Lalu mereka masuk kedalam mobil dan berangkat. Saat itu pun juga, Resha melihat kedua orang tuanya pergi dan Resha pun menangis. Kemudian Resha menulis kejadian yang di alaminya seharian di buku curhatan nya. Setelah itu, Resha pun memulai belajar. Selagi Resha mengerjakan soal-soal latihan, tiba-tiba HP Resha berdering dan Resha pun mengangkat telepon. Resha



: “Halo. Assalamu’alaikum…”



Setelah Resha mengangkat telepon tersebut, tiba-tiba teleponnya dimatikan oleh yang menelpon. Resha



: “Duh…Siapa sih nih! Huh,,nomor pribadi pula,rese banget sih. Udah tau lagi sedih, masih aja ada yang isengin aku…” (mengusap air mata dan menepuk-nepuk pelan pipinya sendiri) “Duh Sha… Udah ga usah menangis lagi… Cengeng banget sih kamu Sha, yang penting sekarang kamu berusaha agar Mama dan Papa bisa menganggap kamu bukan anak yang manja dan kamu harus bisa mandiri. Ayo Sha, semangat, semangat dan semangat. Jangan putus asa dan menangis terus.” (menyemangati dirinya sendiri, berbicara di depan kaca) “Wah… Sudah malam… Waktunya tidur…”



Resha pun menuju tempat tidurnya, memakai selimut dan tertidur lelap. KRIING…KRIING…KRING… Resha



: (mematikan alarm) “Hoam… Alhamdulillah… Saatnya untuk menyongsong pagi ini dengan penuh keceriaan. Shalat dulu ah…”



Resha langsung menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Selesai shalat, mandi dan bersiap berangkat ke sekolah, Resha menuju meja makan. Resha



: “Pagi Bi… Pagi yang cerah iya Bi… Bibi sarapan bareng Sha



4



ya… Ayolah Bi.” (tersenyum ceria & menggandeng tangan Bi Ijah) Bi Ijah



: “Iya Non, pagi yang cerah.” “Hmmm… iya sudah, Bibi temanin Non Resha sarapan, tapi Bibi duduk dibawah saja ya Non…”



Resha



: “Ga boleh! Bibi jangan duduk dibawah, Bibi duduk disini disamping Sha. Aku ga mau Bibi duduk dibawah!”



Bibi Ijah



: “Ya sudah kalau Non maunya begitu.” “Wah… Bibi senang bisa melihat Non Resha kembali ceria… Nah, gitu dong Non… Ini baru yang namanya Non Resha.” (tersenyum ke Resha)



Kemudian Resha pun menikmati sarapan pagi nya bersama Bi Ijah di meja makan. Resha



: “Iya Bi… Makasih ya Bi.” (tersenyum) “Oh iya Bi, Mang Didin kemana?”



Bi Ijah



: “Mang Didin ada di depan, sedang menyiapkan mobil untuk ngantar Non Resha.”



Resha



: “Ngantar aku?? (heran) Lha… Memangnya Mang Didin ga ikut nginap sekalian?”



Bi Ijah



: “Ga Non. Tadi sih Mang Didin bilang sama Bibi. Katanya, Ibu dan Bapak minta tolong untuk antar jemput Non Resha.”



Resha



: “Oh gitu… Hmm… Tapi mulai sekarang aku mau naik sepeda saja. Sepeda ku masih ada kan Bi di garasi? Ga dipindahin kemana-mana kan Bi?”



Bi Ijah



: “Masih ada kok Non. Non udah selesai sarapannya? Sebentar ya Non, Bibi keluarin dulu sepedanya.”



Resha



: “Aku sudah selesai Bi.” “Bi, ga usah… Biar aku saja yang ngeluarin. Pokoknya ga ada tapi-tapian… Oke Bi.” (tersenyum)



Bi Ijah



: “Oke deh kalau Non mau nya begitu.” “Non, Bibi kebelakang dulu ya. Mau beres-beres dulu.”



Resha



: “Yaudah Bi. Makasih ya Bi udah mau nemanin aku. Aku juga mau langsung berangkat, biar aku saja Bi yang membereskan piring kotornya.” (numpukin piring kotor dan langsung dibawa ke dapur)



Bi Ijah



: “Tunggu Non, biar Bibi saja yang membereskan.” (mengejar Resha sampai ke dapur)



5



Sesampainya di dapur… Resha



: “Ga apa-apa kok Bi, biar aku saja. Lagipula sudah lama aku ga mencuci piring, terakhir aku mencuci piring pas aku masih kelas 6 SD. Itu pun pas Papa dan Mama lagi pergi ke luar kota seminggu. Kalau Bibi ga ngizinin aku, aku akan marah.” (di depan tempat mencuci piring)



Bi Ijah



: “Iya deh Non, non boleh nyuci piring. Tapi sekali ini saja ya Non. Bibi ga mau kalau sampai tangan Non Resha kasar.”



Resha



: “Asyiik… Makasih ya Bi, Bibi baik deh. Ga kok Bi, tangan Sha ga akan kasar hanya karena mencuci piring. Tenang saja kok Bi.” (tersenyum ceria sambil mencuci piring)



Beberapa menit kemudian setelah mencuci piring, Resha pun menuju garasi dan mengeluarkan sepedanya yang berwarna biru. Resha



: “Bi, Sha berangkat dulu ya…”



Bi Ijah



: (datang menghampiri Resha) “Eh, iya Non hati-hati dijalan. Oh iya, Bibi sampai lupa. Ini Non bekalnya.” (ngasih kotak makan berwarna biru muda ke Resha)



Resha



: “Makasih iya Bi.” (naik ke sepeda, menaruh kotak makanan nya ke tas dan menaruh tas ke keranjang sepeda)



Tiba-tiba Mang Didin menghampiri Resha dan Bi Ijah. Mang Didin



: “Hosh…hosh… Tunggu Non…” (terengah-engah)



Resha



: “Duh, Mang Didin pelan-pelan saja. Memangnya ada apa sih Mang? Mau antar aku? Mulai hari ini Sha berangkat sendiri naik sepeda. Bi, Mang, aku berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum…” (cium tangan ke Bi Ijah dan Mang Didin dan langsung berangkat)



Mang Didin



: “Tunggu Non…!!!”



Resha langsung berangkat dan menghiraukan perkataan Mang Didin. Bi Ijah &



: “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”



Mang Didin



6



Mang Didin



: “Non, Non… Dasar Non Resha, ada-ada saja tingkah lakunya. Bi, tapi aku takut nanti dimarahin Ibu dan Bapak. Bagaimana nih Bi?” (wajah menjadi cemas)



Bi Ijah



: “Tenang saja Mang. Biarkan saja, nanti Non Resha yang akan menjelaskan ke Bapak dan Ibu.” (sambil tersenyum) Setibanya di sekolah, Resha memarkirkan sepedanya di parkiran



sepeda. Resha pun langsung menuju ke kelasnya, yaitu kelas XI IPA 3. Setelah itu, Resha pun langsung menuju tempat duduknya di kursi kedua, barisan kedua dari meja guru. Dan tiba-tiba muncul seseorang… Fiqi



: “Hai Sha!!”



Resha



: “Eh, Fiqi… Gimana nih tugas kita? Mau mengerjakan kapan?”



Fiqi



: “Hmmm… Kapan ya…” “Gimana kalau hari ini pulang sekolah… Mau ga?”



Resha



: “Hari ini ya? Pulang sekolah?” “Hmmm…” (berfikir) “Ya sudah deh… Oke, nanti ya jangan sampai lupa.”



Fiqi



: “Oke Sha, sip!!!” (sambil menunjukkan jempol)



Resha



: “Oh iya Fiq, gimana cewek yang waktu itu kamu bilang, kamu naksir dia? Kamu sudah pdkt belum sama dia?”



Fiqi



: “Resha, kamu ingat saja sih? Padahal kan aku sudah seminggu lebih ga cerita lho.”



Resha



: “Iya dong… Aku gitu… Kan aku sahabat kamu, jadi pastinya aku ingat dong. Lagipula kamu juga sering cerita tentang teman rumahmu, keluargamu, pastinya ingat.”(tersenyum)



Fiqi



: “Hahaha… Dasar kamu Sha…”(tertawa sambil mencubit pipi Resha)



Resha



: “Aduh, aduh Fiqi… Sakit nih…” (memegang pipi)



Fiqi



: “Maaf deh Sha, lagian kamu ada-ada saja sih.” (memegang tangan Resha)



Resha



: “Iya ga apa-apa… Tapi lain kali jangan iya.” (melepas tangan Fiqi dan wajah memerah)



Fiqi



: (juga merespon melepas tangan Resha dan wajah nya pun juga memerah) “Maaf Sha, aku ga sengaja.”



Vita



: (datang tiba-tiba) “Ehm…Ehm…”



7



“Cie,cie… Yang baru pegangan tangan.” (meledek Resha dan Fiqi) Fiqi & Resha



: “Iih… Apaan sih kamu Vit!”



Vita



: “Santai saja dong… Bercanda tau…hehehe” (tertawa kecil) “Hmmm… Ngomongnya berbarengan euy!” (langsung lari keluar kelas)



Fiqi



: “Dasar si Vita.”



Resha



: “Iya nih Vita, iseng banget dia.”



Fiqi



: “Iya sudah deh Sha. Aku balik ke tempat ku.”



Resha



: “Iya sudah Fiq. Oh iya jangan lupa certain ke aku ya…”



Fiqi



: “Iya, nanti aku ceritain sambil kita ngerjain tugas. Oke…” (sambil menunjukkan jempol)



Fiqi kembali ke tempat duduk, dan bel masuk pun berbunyi. Waktu berlalu dengan cepatnya, tidak disangka waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Bel pulang pun berbunyi, siswa-siswi berlarian ke luar kelas. Fiqi



: (menghampiri Resha dan menepuk pundak Resha) “Sha!!! Jadi ngerjain tugas kan?”



Resha



: (terkejut) “Haduh Fiqi… mengagetkan saja kamu.” “Iya-iya, jadi kok.”



Fiqi



: “Maaf Sha. Oh iya, kita ngerjain tugasnya dirumah siapa, rumah mu atau rumah ku?”



Resha



: “Di rumah ku saja deh Fiq. Di rumah lagi sepi, mau kan kalau ngerjain nya dirumah ku? Kita ngerjain tugas dan sambil cerita tentang cewek yang kamu taksir. Ga apa-apa kan?”



Fiqi



: “Iya ga apa-apa Sha. Aku malah senang bisa nemenin kamu dan membuat kamu selalu senang. Iya, iya nanti aku cerita.” (tersenyum)



Resha



: “Makasih ya Fiqi. Kamu itu memang sahabatku yang terbaik.” (memegang tangan Fiqi)



Fiqi



: “Iya sama-sama Sha.” (juga memegang tangan Resha)



Resha



: (melepas tangan nya dari tangan Fiqi dan wajah memerah) “Iya sudah sekarang kita langsung berangkat saja.”



Fiqi



: “Oh iya… Sekarang.” (wajah pun juga memerah)



Resha



: “Tunggu sebentar Fiq…” (menahan Fiqi)



Fiqi



: “Kenapa Sha?”



8



Resha



: “Hmmm… Kalau aku ngajak Vita dan Tami gimana? Ga apa-apa kan Fiq?”



Fiqi



: “Hmmm…” (berfikir sejenak)



Dengan merasa agak terpaksa, dan supaya Resha pun juga tidak curiga, Fiqi pun menyetujui nya. Resha



: “Oke, Makasih iya Fiqi.” (tersenyum)



Fiqi



: “Iya, kamu ga perlu berterima kasih Sha. Itu kan juga hak kamu mau ngajak atau tidak.” (sambil tersenyum)



Resha



: “Oke Fiqi, kita berangkat sekarang. Tapi, aku sms mereka dulu iya.”



Fiqi



: “Iya Sha.” Kemudian, Resha dan Fiqi berangkat ke rumah Resha dengan menaiki sepeda



mereka masing-masing. Setengah jam kemudian mereka pun sampai di rumah Resha. Resha



: “Fiqi, sepeda kamu taruh disini saja.” (menunjukkan tempat sambil menaruh sepeda di garasi)



Fiqi



: “Iya Sha.” (menaruh sepedanya di dekat sepeda Resha)



Resha



: “Ayo Fiqi, masuk.” (menarik tangan Fiqi dan masuk ke dalam)



Fiqi



: (kaget) “Oh iya, ayo.”



Resha dan Fiqi pun masuk kedalam, lalu Resha mengajak Fiqi ke halaman belakang. Resha



: “Fiqi, kamu duduk disini dulu iya. Aku tinggal sebentar, aku mau mengambil makanan dan minuman.”



Fiqi



: “Oh iya, Sha. Vita dan Tami jadi kesini ga?”



Resha



: “Iya Fiq, mereka bilangnya sih jadi kesini, tapi agak telat.”



Fiqi



: “Oh. Iya sudah. Kamu sekalian ganti baju sana Sha.”



Resha



: “Iya.”



Resha pun masuk ke dalam. Sepuluh menit kemudian, Resha pun kembali ke halaman belakang dengan membawa makanan dan minuman. Lalu… TING NONG…TING NONG…TING NONG… Resha



: “Ini Fiq, makanan dan minuman nya.” (menaruh diatas meja) “Fiqi, tunggu sebentar iya. Aku mau lihat kedepan dulu, siapa



9



tau itu Vita dan Tami.” Fiqi



: “Makasih Sha. Iya Sha”



Resha pun ke pintu gerbang dan ternyata bukan Vita dan Tami melainkan cowok yang suka sama Resha sampai saat ini. Resha



: “Tunggu sebentar Vit, Tam.” (membuka gerbang) (Kaget) “Lho, Kak Go??? Ngapain kakak kesini?”



Ogo



: “Maaf iya Sha. Aku sudah lancang datang kesini. Aku ga ngapa-ngapain kok Sha. Aku hanya ingin bertemu dengan mu dan ingin mengajak mu jalan-jalan.” (sambil tersenyum)



Disaat Resha dan Ogo sedang mengobrol di depan pintu gerbang, Fiqi menghampiri sambil berbicara dan mendekati Resha. Fiqi



: “Resha, Vita dan Tami baru saja sms aku. Mereka bilang ga bisa datang Sha. Mereka ada acara keluarga.”



Sesampainya di depan pintu gerbang, Fiqi pun kaget. Fiqi



: “Resha, kamu ga apa-apa kan??” (wajah menjadi cemas)



Resha



: “Aku ga apa-apa kok Fiq. Tenang saja.” (tersenyum)



Ogo



: “Sha, ini pacar kamu?” (agak kaget melihat Fiqi datang)



Resha



: “Bukan Kak Go, Fiqi itu sahabat ku yang terbaik.” “Oh iya, Fiqi kenalkan ini Kak Go. Kak Go, ini sahabat terbaik ku Fiqi.”



Fiqi



: “Salam kenal, saya Fiqi.” (mengulurkan tangan nya)



Ogo



: (menjabat tangan Fiqi) “Iya salam kenal juga.” “Oh iya Sha. Ini aku bawakan makanan kesukaan kamu.” (ngasih kantong berwarna putih yang didalamnya ada kotak berwarna putih yang didalamnya berisi martabak manis)



Resha



: “Wah… Makasih iya Kak Go.” (menerima pemberian dari Ogo)



Ogo



: “Sha, kamu lagi belajar iya? Iya sudah deh, kapan-kapan aku kesini lagi. Maaf iya sudah ganggu kamu belajar.” “Dadah Resha.” (sambil mencubit pipi Resha)



Resha



: “Iya kak. Dadah…” (sambil memegang pipinya) “Aduh… Dasar Kak Go.”



10



Ogo pun pulang, Resha dan Fiqi kembali ke halaman belakang melanjutkan tugas mereka. Fiqi



: “Resha, tadi itu siapa?”



Resha



: “Itu tadi Kak Go, cowok yang waktu itu pernah nembak aku. Waktu itu aku pernah cerita ke kamu lho… Dan sekarang aku menganggap dia sebagai kakak ku sendiri.” (tersenyum)



Fiqi



: “Oh… Iya aku ingat. Sepertinya dia baik sama kamu iya Sha…” (tersenyum)



Resha



: “Iya Alhamdulillah dia baik sama aku. Oh iya Fiq, tadi pas kamu nyamperin aku, kamu ngomong apa?” (tersenyum)



Fiqi



: “Oh iya. Tadi Vita dan Tami sms aku, mereka bilang maaf ga bisa datang karena ada acara keluarga yang mendadak.”



Resha



: “Oh gitu. Iya sudah ga apa-apa. Kamu sudah balas sms mereka?” (tersenyum)



Fiqi



: “Udah aku balas Sha.”



Resha



: “Oh. Iya sudah kita mulai sekarang saja yuk ngerjain tugasnya.” (membuka buku)



Di sela-sela mereka mengerjakan tugas, Resha membicarakan sesuatu. Resha



: “Fiqi, sebentar lagi tugas kita selesai. Oh iya, tadi kan kamu sudah janji sama aku mau cerita. Cerita sekarang saja Fiq. Ya..ya..ya.. mau ya Fiq…” (sambil memegang pensil)



Fiqi



: “Iya Resha. Aku cerita sekarang, jadi begini. Aku sudah mencoba untuk mendekati dia, tapi aku selalu gagal. Pasti selalu saja ada hambatan nya.”



Resha



: “Oh gitu… Fiqi, kamu belum memberi tau namanya ke aku.”



Fiqi



: (terkejut) “Masa sih Sha?? Bukannya waktu itu aku sudah memberi tau kamu Sha??” (bingung mau menjawab apa)



Resha



: “Iya tau Fiq, kamu belum memberi tau aku. Huhuhu… Fiqi, kamu mah dari tadi lupa terus. Kayak kakek-kakek saja. Hehehehe…” (tersenyum sambil menunjukkan jari seperti ini [^-^]v )



Fiqi



: “Iih Resha… Hahaha…” (tertawa) “Iya, namanya Tresha. Maaf iya, aku benar-benar lupa memberi tau kamu.” (tersenyum)



Resha



: “Oh… Jadi namanya Tresha toh. Iya ga apa-apa Fiq.”



11



(tersenyum) “Lalu, hambatan yang kamu maksud itu?” (wajah menjadi penasaran dan ingin tau) Fiqi



: “Hmmm… Jadi begini lho Sha. Yang menjadi hambatan yaitu ada cowok juga sedang mendekati dia. Aku rencana nya mau mengajak di nonton. Tapi, dia mau ga iya… Aku masih ragu-ragu .”



Resha



: “Oh gitu… Iya sudah, kamu ajak dia nonton saja. Ga usah ragu-ragu, jangan pesimis, kamu harus optimis Fiq. Kamu bujuk dia kalau ga mau. Tapi aku yakin kamu pasti bisa mengajak dia nonton. Semangat, semangat, semangat Fiqi!!!” (memberi semangat dengan ceria)



Fiqi



: “Iya Sha. Aku akan berusaha untuk mengajak dia nonton. Doakan aku iya Sha.” (sambil mngerjakan tugas)



Resha



: “Nah gitu dong Fiq, ini baru sahabat ku. Pasti, aku selalu mendoakan kamu Fiq.” (tersenyum)



Fiqi



: “Makasih iya Sha.” (tersenyum) “Oh iya, Mama, Papa mu dan juga Kak Ryu kemana Sha?”



Resha



: “Kan tadi dah aku bilang, dirumah aku kesepian. Mama dan Papa lagi ada urusan bisnis. Mereka bilangnya sih nanti malam mau pulang, tapi aku ga yakin mereka jadi pulang malam ini. Tapi, aku berharap dan mudah-mudahan saja mereka pulang malam ini. Kalau Kak Ryu, semalam yang memberi tau aku, Mama dan Papa. Mereka bilang Kak Ryu sedang mengerjakan tugas skripsinya dan menginap di rumah Om Guntur.” (wajah berubah menjadi sedih)



Fiqi



: “Oh gitu… Resha, maaf iya, aku sudah membuat kamu menjadi sedih.” (wajah pun ikut menjadi sedih)



Resha



: “Ga apa-apa Fiq. Aku malah senang kamu sudah bertanya.” (Wajah kembali ceria)



Fiqi



: (tersenyum) “Resha, udah selesai… Alhamdulillah, akhirnya selesai juga tugas kita.” (menutup buku)



Resha



: “Iya. Alhamdulillah. Ternyata, kalau dikerjakan dengan serius, akan cepat selesai dan ini pun tugasnya tidak terlalu sulit.” (membereskan buku dan alat tulis)



Fiqi



: “Iya benar Sha. Kalau kita mengerjakan dengan serius dan



12



sungguh-sungguh pasti hasilnya bagus dan memuaskan pula.” (membereskan buku dan alat tulis juga) Resha



: “Iya Fiq. Setau ku, banyak orang-orang yang kurang serius dalam mengerjakan sesuatu, dan hasilnya tidak memuaskan. Aku akan dan selalu bersungguh-sungguh, serius dalam mengerjakan sesuatu. Itulah tekad ku.” (wajah menjadi serius tetapi dengan tersenyum)



Fiqi



: “Bagus Sha. Aku juga harus bertekad seperti itu.”



Resha



: “Iya Fiq, kita sama-sama berusaha untuk menjadi yang terbaik. Oke Fiqi!!” (menunjukkan jempol dengan semangat)



Fiqi



: “Oke Sha… Sip!!!” (menunjukkkan jempol juga)



Resha



: “Fiqi…”(memanggil sambil tersenyum)



Fiqi



: “Iya Sha, ada apa?” (sambil memasukkan buku ke dalam tas)



Resha



: “Kamu mau janji, akan selalu jadi sahabat ku, menjadi seseorang yang selalu ada di sampingku saat aku sedih maupun senang. Kita berdua berjanji menjadi sahabat yang tidak lepas oleh kencang nya hembusan angin, ombak yang menerjang batu karang. Karena menurut ku, kamu sudah benar-benar bisa menjadi sahabat ku yang terbaik. Mau kan kamu berjanji bersama ku?” (sambil menunjukkan jari kelingkingnya)



Fiqi pun berfikir, dan membayangkan kalau sampai Fiqi berjanji untuk menjadi sahabat Resha. Fiqi tidak akan punya kesempatan untuk menjadi seseorang yang lebih dari teman maupun sahabat. Walaupun selalu dekat dan bersama Resha, tetapi dia tidak akan bisa memilikinya. Lima menit kemudian Fiqi belum juga menjawab pertanyaan Resha. Dia masih berfikir ,berfikir dan…… Resha



: “Hoi… Fiqi!” (menepuk pundak Fiqi)



Fiqi



: “Oh…Iya…Iya…Sha…Ada apa…Aduh kamu mengagetkan aku saja.” (dengan wajah kaget)



Resha



: “Kamu tuh, aneh-aneh saja. Malah bengong, tadi kamu dengar pertanyaan ku kan Fiq?”



Fiqi



: “Iya, aku dengar kok Sha. Aku tadi lagi berfikir.”



Resha



: “Bagus deh kalau tadi kamu dengar. Tapi, kamu tuh kelamaan mikirnya.” (sambil tolak pinggang)



Fiqi



: “Maaf Sha. Aku kan ga sengaja.” (dengan wajah agak sedih)



13



Resha



: “Iya…Iya…Ga apa-apa kok Fiq. Maaf iya aku sudah membuat kamu sedih.” (tersenyum) “Lalu, jawaban kamu apa?”(sambil menunjukkan jari kelingkingnya)



Fiqi



: “Hmmm… Aduh Sha. Perutku… Tiba-tiba sakit nih…” (memegang perut sambil merintih kesakitan)



Resha



: “Fiqi, perut kamu kenapa? Mau ke kamar mandi?” (wajah menjadi cemas)



Fiqi



: “Ga Sha… Aku ga mau ke kamar mandi.”(wajah kesakitan)



Resha



: “Kamu belum makan iya Fiq. Iya sudah, ayo kita ke dalam, kita makan. Aku jadi khawatir sama kamu nih Fiq.”(memegang tangan Fiqi dan menarik Fiqi ke dalam)



Fiqi



: “Eh, iya Sha…” (terkejut) “Makasih iya Sha…” (tersenyum) Resha pun mengajak Fiqi makan di ruang makan. Setelah mereka makan,



mereka bercanda-canda dan tertawa riang, seakan semua persoalan yang sedang dihadapi hilang begitu saja. Waktu pun terus berlalu, sore menjelang malam. Mereka menuju garasi untuk mengambil sepeda, Fiqi pun pamit untuk pulang dan di garasi…… Fiqi



: “Sha, aku pulang dulu iya. Sudah mau maghrib nih. Aku titip salam ya buat Mama Papa mu, Kak Ryu, Bi Ijah dan Mang Didin.”



Resha



: “Iya Fiq, nanti akan aku sampaikan salam mu. Makasih iya Fiqi sudah mau nemenin aku.” (tersenyum)



Fiqi



: “Itulah gunanya sahabat.” (tersenyum)



Ada seseorang yang membuka pintu gerbang. Dan…… Resha



: “Siapa itu ya??” (melihat ke arah pintu gerbang) “Sepertinya itu…” “Kakak………………!!!” (berteriak)



Resha pun langsung berlari menuju pintu gerbang dan langsung memeluk kakaknya. Resha



: “Kakak……” (wajah menjadi sedih dan mulai menangis)



Ryu



: “Resha… Kamu kenapa, jangan sedih ya adikku sayang.” (mengelus-elus rambut Resha)



Resha



: “Kakak, aku kangen kakak. Walaupun cuman sehari ga



14



ketemu kakak, tapi ga tau kenapa aku kangen sama kakak.” (menangis di pelukkan Kak Ryu) Ryu



: “Maaf ya Sha. Kakak ga ngasih kabar ke kamu, kakak fikir karena udah ngasih kabar ke mama dan papa, kamu ga akan kangen dan sedih. Tapi ternyata kakak salah, seharusnya kakak semalam pulang. Maaf ya adikku sayang.” (mengusap air mata Resha)



Resha



: “Iya kak… Kakak ga salah kok. Aku yang salah, ga mau ngertiin kakak. Kakak banyak tugas kuliah, tapi aku manja, yang selalu ingin bersama kakak.” (mengusap air mata)



Ryu



: “Resha ku yang paling kakak sayang. Itu bukan kesalahan mu, tapi memang sudah sewajarnya kamu kangen sama kakak dan itu semua bukan salah kamu Sha. Justru kakak yang salah. Udah iya, jangan nangis lagi, malu kan di liat Fiqi.” (mengelus-elus rambut Resha)



Fiqi



: “Hai Kak Ryu!” (melambaikan tangan ke Kak Ryu)



Ryu



: “Hai juga Fiqi…”



Resha



: “Iya kak. Mulai sekarang aku ga mau jadi anak yang manja. Aku harus semangat dalam menjalani kehidupanku yang sekarang maupun yang akan datang.” (tiba-tiba raut wajah berubah menjadi tegar, lebih semangat dan kesedihan menghilang)



Ryu



: “Nah gitu dong adik ku. Ini baru adik ku Resha yang paling kakak sayang, kakak bangga.” (mengelus-elus rambut Resha dan tersenyum)



Fiqi menghampiri Resha dan Kak Ryu. Fiqi



: “Iya Sha gitu dong. Ini baru Resha sahabat ku, jangan nangis lagi oke!” (menunjukkan jempolnya)



Resha



: “Oke Fiqi…” (tersenyum manis, sambil menunjukkan jempol)



Ryu



: “Oh iya Fiqi. Kamu apa kabar? Tadi sedang belajar bereng iya?”



Fiqi



: “Kabarku Alhamdulillah baik-baik saja. Iya kak, tadi kita sedang belajar bareng. Kak Ryu sepertinya baik-baik saja iya…” (tersenyum)



Ryu



: “Iya Fiqi, Alhamdulillah kabar ku juga baik. Bagaimana sekolah kalian hari ini?”



Resha



: “Baik-baik aja kak. Seperti biasanya kak, seru dan tidak



15



membosankan.” (tersenyum dan terlihat ceria) Fiqi



: “Iya kak, aku ikutan Resha aja. Seru dan tidak membosankan.” (ceria juga)



Resha



: “Iih, Fiqi… Kamu tuh ya, jangan ikut-ikutan dong…”



Fiqi



: “Biarin aja… Wee…” (meledek Resha)



Resha



: “Iih Fiqi.” (memukul Fiqi dengan pelan)



Ryu



: “Hahaha… Kalian ini. Lucu iya kalian berdua. Sudah seperti sepasang kekasih saja… Hahaha…”



Resha



: “Iih Kak Ryu… Ga kok. Kita berdua kan bersahabat. Iya kan Fiqi?” (menyenggol Fiqi)



Fiqi



: “Hahaha… Iya Sha. Iya tuh Kak Ryu, aku dan Resha bukan sepasang kekasih tetapi sepasang sahabat.” (tertawa)



Ryu



: “Hahaha… Iya-iya kakak tau. Kakak tadi cuman bercanda.” (tertawa)



Resha



: “Hahaha…”



Fiqi



: “Kak, sudah terlalu sore, aku pulang dulu ya.”



Ryu



: “Oh iya. Hati-hati ya Fiqi. Salam buat orang tua mu ya.”



Fiqi



: “Iya kak. Sha aku pulang dulu ya. Dadah, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”



Resha



: “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Hati-hati ya Fiqi. Makasih ya sudah nemenin aku.” (tersenyum)



Ryu



: “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh Fiqi.”



Fiqi pun pulang dengan menaiki sepedanya. Kemudian Kak Ryu pun memberikan sebuah kejutan kepada Resha. Ryu



: “Resha, kamu mau tau ga apa yang ada di depan?”



Resha



: “Apa itu kak?? Aku ga tau.” (wajah menjadi bingung) “Kak, kasih tau aku.” (dengan wajah penasaran)



Ryu



: “Iya, iya sekarang kamu tutup mata. Jangan mengintip ya.”



Resha



: “Oke kak.” (menutup mata)



Resha pun menutup matanya dan tiba-tiba yang muncul di hadapannya yaitu… Ryu



: “Sekarang buka mata kamu Sha.”



16



Resha



: “Waaahhh…” (terkejut sekaligus senang) “Kak Miya,,,Kak Joe…” (memeluk Kak Miya)



Miya



: “Resha, kamu apa kabar??” (tersenyum)



Resha



: “Kabar ku Alhamdulillah baik. Kakak sendiri bagaimana? Kakak kemana aja… Aku kangen.”



Miya



: “Aku juga Alhamdulillah baik Sha. Maaf Sha, aku sudah lama ga main kesini. Karena aku dan Kak Joe sama seperti kakakmu. Terlalu banyak tugas, skripsi, maaf ya Sha.” (tersenyum)



Joe



: “Resha, ga kangen sama aku nih…” (tersenyum)



Resha



: “Kak Joe… Yang jelas dan pastinya aku kangen kak...Hehehe…”



Joe



: “Dasar kamu Sha.” (memegang dan mengelus kepala Resha) “Iya Sha, maaf ya. Aku dan Kak Miya sibuk, jadinya kita sudah lama ga nemenin kamu lagi deh.” (tersenyum)



Resha



: “Iya ga apa-apa kok Kak Miya, Kak Joe. Sha ngerti, makasih iya kak, kalian sudah mau main kesini.” (tersenyum manis)



Ryu



: “Bagaimana Sha, kejutan dari kakak? Bagus kan?” (tersenyum)



Resha



: “Iya kak. Kejutan yang sangat tak kuduga sebelumnya. Makasih ya kak, aku senang sekali. Kalian sudah sayang sama aku.” (tersenyum bahagia)



Miya & Joe



: “Sama-sama Resha.” (tersenyum)



Ryu



: “Itu sudah kewajiban kita sebagai yang lebih tua untuk selalu menyayangi kamu Sha.” (senyum bahagia) “Oh iya, kita mengobrolnya di dalam saja. Sebentar lagi adzan maghrib.” (melihat jam tangan)



Resha, Kak Ryu, Kak Miya dan Kak Joe pun masuk ke dalam rumah. Kemudian, Resha membuatkan minuman untuk mereka semua. Joe



: “Sayang, Ryu, aku mau masukin mobil dulu ya…”



Ryu



: “Oke Joe, masukin aja ke garasi.”



Miya



: “Iya sayang. Jangan lama-lama ya…”



Kak Joe pun keluar dan memasukkan mobilnya ke garasi. Resha membawa minuman dan makanan kecil. Resha



: “Ini kakak-kakak ku… Silahkan…” (menaruh satu persatu ke meja)



Miya



: “Makasih ya Sha…” (tersenyum)



17



Ryu



: “Duh, adikku pintar sekali, makasih ya adik ku sayang.” (memegang dan mengelus kepala Resha)



Resha



: “Sama-sama kakak-kakak ku.” (tersenyum) “Oh iya, Kak Joe kemana? Bukannya tadi ada di sini ya?” (clingak-clinguk nyariin Kak Joe)



Miya



: “Kak Joe sedang masukin mobil ke garasi Sha. Sebentar lagi juga datang kok Sha.” (tersenyum)



Ryu



: “Iya Sha. Dia lagi masukin mobil.”



Resha



: “Oh. Aku kira dia kemana, ternyata masukin mobil toh.”



Di sela-sela sedang mengobrol, tiba-tiba… Joe



: (datang dan mengagetkan Resha dari belakang) “DOR…!!!”



Resha



: “Astagfirullah…” (kaget) “Kak Joe, ngagetin aja… Hahaha…” “Untungnya aku ga latahan. Hahaha…” (tertawa)



Joe



: “Maaf Sha. Tapi aku senang ngeliat kamu tertawa Sha.” (tersenyum dan mengelitiki Resha)



Resha



: “Iya ga apa-apa kak. Aduh,,, udahan ah ketawanya, perut ku sakit. Udah kak bercandanya.” (tertawa sambil memegang perut)



Setelah lama mereka mengobrol, adzan maghrib pun berkumandang. Mereka melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Setelah itu, suasana di ruang tamu menjadi ceria dan penuh tawa canda. Waktu pun terus berjalan, dan tak terasa sudah jam 10 malam. Resha



: “Kak Joe dan Kak Miya nginep kan?”



Miya



: “Hmmm… Gimana ya Sha…” (berfikir)



Resha



: “Ayolah kak… Nginep disini ya. Temenin aku…” (memasang wajah memohon)



Miya



: “Iya…Iya… Malam ini aku dan Kak Joe nginep di sini. Iya kan sayang?” (melihat ke Kak Joe)



Joe



: “Iya… Kita nginep kok Sha.” (tersenyum)



Resha



: “Asik!! Hore!!”(kegirangan sampai loncat-loncat) “Kak Miya sama aku ya…”



Miya



: “Iya Sha…” (tersenyum)



18



Ryu



: “Hahaha… Dasar kamu Sha…” (memegang dan mengelus kepala Resha)



Resha



: “Hehehe… Kak Ryu, Kak Joe, dan Kak Miya. Aku ke kamar duluan ya… Mau shalat isya dan langsung belajar.”



Kemudian Resha langsung menuju ke kamarnya. Dan ternyata oang tuanya menelpon Kak Ryu, mengabarkan bahwa malam ini tidak bisa pulang ke rumah karena ada acara dengan rekan bisnis nya. Kemudian Kak Ryu pun memberi tau Resha. TOK…TOK…TOK… Ryu



: “Resha. Bisa tolong dibukakan pintunya? Kakak mau memberi tahu sesuatu sama kamu.” (berdiri di depan pintu)



Resha



: (membuka pintu kamar dengan masih memakai mukena) “Iya. Ada apa kak?”



Ryu



: “Sha, baru saja Papa nelpon kakak. Papa bilang malam ini ga pulang, karena ada acara dengan rekan bisnisnya. Papa juga bilang, tolong beri tau Resha. Dan kakak disuruh jagain kamu.” (tersenyum)



Resha



: “Oh begitu. Iya kak, ya sudah, kakak belum shalat isya kan? Shalat dulu sana.” (tersenyum)



Ryu



: “Oh iya… Ini kakak mau shalat Sha. Ya sudah, mimpi indah ya adik ku sayang.” (mencium kening Resha dan tersenyum)



Resha



: “Iya kak. Mimpi indah juga kak.” (tersenyum)



Kemudian, Resha kembali masuk ke kamarnya. Membereskan alat shalat, lalu belajar selama satu setengah jam. Setelah itu Resha menuju jendela kamarnya. Resha pun menangis setiap malam, dia menangis sendirian duduk di jendela kamarnya. Selama ini, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Resha pun langsung mengusap air matanya, menuju pintu dan membuka pintu. Resha



: “Eh, Kak Miya. Ku kira siapa…” (tersenyum)



19



Miya



: “Maaf ya Sha. Kamu mau tidur sekarang atau nanti?” (tersenyum)



Resha



: “Sekarang aja deh kak. Lagi pula aku sudah mengantuk.” (mengucek-ngucek matanya)



Miya



: “Iya sudah, kamu tidur duluan aja. Aku, Kak Ryu dan Kak Joe mau berbincang-bincang dulu. Jadi aku tidurnya nanti, aku menyusul ya Sha. Ga apa-apa kan Sha?” (tersenyum)



Resha



: “Iya ga apa-apa kak.”



Miya



: “Iya sudah. Mimpi indah ya Sha.” (tersenyum)



Resha kembali masuk ke kamarnya, dan langsung menuju tempat tidurnya. Adzan Subuh pun berkumandang, Resha bangun dan langsung menuju kamar mandi untuk membasahi sebagian tubuhnya dengan air wudhu. Lalu Resha melaksanakan shalat subuh berjamaah dengan Kak Ryu, Kak Miya, Kak Joe, Bi Ijah dan Mang Didin sebagai Imam nya. Setelah shalat subuh berjamaah, Resha bersiap-siap berangkat ke sekolah. Dan di ruang tamu, Kak Ryu, Kak Miya dan Kak Joe sedang bercakap-cakap. Miya



: “Ryu… Adik mu nanti diantar atau tidak?”



Ryu



: “Sepertinya, aku akan mengantar dia ke sekolah.”



Miya



: “Oh… Bagus kalau begitu.” “Sayang, kita malam ini menginap lagi atau tidak?”



Joe



: “Terserah kamu aja sayang.” (tersenyum)



Ryu



: “Miya…”



Miya



: “Iya Ryu. Ada apa?”



Ryu



: “Kamu bisa kan kalau malam ini menginap lagi? Tolong temenin Resha ya. Walaupun aku ada di sini, tapi aku merasa, aku tidak bisa menemani Resha. Malam ini aku harus ke Restoran karena ada yang harus ku urus di sana. Bisa tidak?”



Miya



: “Hmmm… Iya sudah, malam ini aku menginap lagi. Tapi aku datangnya seperti kemarin sore saja ya. Karena aku mau ngurusin tugas ku dulu.”



Ryu



: “Iya… Makasih ya Miya…” “Joe, nanti malam mau menginap lagi atau kalu tidak temenin



20



aku ke Restoran?” Joe



: “Hmmm… Sayang, kamu mau aku temenin?”



Miya



: “Ga usah sayang, sebaiknya kamu temenin sahabat mu saja, Ryu. Aku ga apa-apa kok, kan ada Resha yang nemenin aku.” (tersenyum)



Ryu



: “Oh iya, kita sarapan dulu. Tadi Bi Ijah sudah menyiapkan sarapan untuk kita.”



Kak Ryu, Kak Miya dan Kak Joe pun menuju meja makan. Resha pun datang menghampiri mereka. Resha



: “Pagi kakak……” (tersenyum manis dan ceria )



Ryu



: “Pagi adik ku yang cantik, yang manis.” (menyubit pipi Resha) “Duh, kakak senang melihat kamu tersenyum seperti ini.”



Resha



: “Aduh kak…Sakit nih.” (memegang pipinya sambil tersenyum)



Miya & Joe



: “Pagi juga Resha…” (tersenyum)



Resha



: “Pagi Kak Joe, Kak Miya…” “Kakak-kakak… Malam ini menginap lagi tidak?” (sambil duduk tersenyum ke Kak Joe dan Kak Miya)



Miya



: “Insya Allah aku menginap lagi malam ini. Tapi aku datang ke sininya seperti kemarin sore. Karena aku mau menyelesaikan tugas kuliah ku dulu. Ga apa-apa kan Sha?”



Resha



: “Iya ga apa-apa kak. Asik-asik…” (tersenyum ceria) “Kalau Kak Joe bagaimana?”



Joe



: “Aku malam ini mau nemenin kakak mu ke Restoran.



Resha



: “Ke Restoran? Maksudnya Restoran ‘Oishii’ ?” (bingung sambil terheran-heran)



Ryu



: “Iya Sha. Kakak mau ke Restoran ‘Oishii’ karena ada urusan yang mendadak. Tadi pagi mama bilang sama kakak, katanya malam ini Papa dan Mama ga pulang lagi dikarenakan mereka nanti malam pergi ke Bogor. Jadi, mereka ga pulang dan kakak dipesankan sama Mama agar malam ini ke Restoran ‘Oishii’ karena ada rekan bisnis Mama yang sudah buat janji. Kamu ga apa-apa kan kalau malam ini ditemani Kak Miya?”



Resha



: “Oh… Jadi begitu.” (raut wajah tiba-tiba menjadi sedih)



Ryu



: “Sha… Maaf Sha, kakak tidak bermaksud untuk membuat



21



kamu sedih dengan meninggalkanmu sendiri dirumah. Kakak juga sebenarnya tidak mau Papa dan Mama selalu pergi keluar dengan meninggalkan kita. Dan kakak juga tidak ingin pergi ke Restoran malam ini, tapi karena Mama yang memberi amanah sama kakak. Jadi, kakak harus menuruti apa yang dibilang sama Mama.” (berdiri, menuju kursi Resha dan memeluknya) Resha



: “Iya ga apa-apa kok kak. Sha ngerti, Sha ga apa-apa ditemani Kak Miya, Sha senang.” (raut wajah beruibah kembali senang dan ceria)



Ryu



: “Makasih iya adik ku sayang. Kakak janji akan selalu menjagamu.” (mengelus-elus rambut Resha)



Miya



: “Ryu, Resha, maaf iya, aku dan Joe jadi tidak enak sudah mendengar pembicaraan tadi. Seharusnya tadi kami keluar.”



Ryu



: “Ga apa-apa kok Miya, Joe. Kalian sudah ku anggap sebagai saudara ku sendiri.”



Resha



: “Iya ga apa-apa kak. Ya sudah sekarang mari kita makan. Tapi, sebelum itu berdoa dulu.” (tersenyum)



Mereka pun berdoa dan memulai sarapan paginya. Setelah itu, Kak Joe dan Kak Miya pun berpamitan pulang. Setelah itu, Resha sedang bersiap-siap mengeluarkan sepeda nya. Ryu



: “Resha…” (memanggil dari pintu)



Resha



: “Iya… Ada apa kak? Aku tadi udah ngucap salam dan cium tangan kan kak?” (bingung)



Ryu



: (menghampiri Resha di pintu gerbang) “Sha, hari ini kakak yang antar jemput kamu. Mau ya Sha?? Ayolah Sha?!”



Resha



: “Kakak ku, mulai dari kemarin aku bertekad untuk menaiki sepeda saat pergi dan pulang ke sekolah.”



Ryu



: “Ayolah Sha, hari ini saja… Sebagai ganti karena nanti malam aku ga bisa nemenin kamu. Mau ya Sha??”



Resha



: “Hmmm…” (berfikir) “Iya sudah, hari ini aja ya kak. Selanjutnya jangan paksa aku lagi iya kak. Oke…!!!” (menunjukkan jempol)



Ryu



: “Oke Sha…!”



22



“Tunggu sebentar Sha.” “Mang Didin…” (memanggil Mang Didin dengan suara keras) Resha



: “Duh kakak… Pelan pelan manggilnya. Telingaku sakit.” (menutup telinga)



Ryu



: “Maaf Sha. Ini penting…” “Mang Didin…”



Mang Didin



: (lari menghampiri Kak Ryu) “Hosh…Hosh…Hosh…” (terengah-engah) “Iya ada apa Den Ryu?”



Ryu



: “Maaf ya Mang, Mang Didin jadi capek, tapi ini penting Mang.”



Mang Didin



: “Iya ga apa-apa kok Den. Memangnya ada apa?”



Ryu



: “Mang Didin sekarang juga tolong antarkan pakaian Papa dan Mama ke Villa yang ada di Bogor, bisa kan? Tau tempat nya kan? Oh iya… Pakaian nya sudah disiapkan sama Bi Ijah, jadi Mang Didin hanya ngantar pakaian nya aja.”



Mang Didin



: “Oke, saya tau Den. Saya berangkat sekarang ya Den?”



Ryu



: “Iya Mang. Pakaian nya sudah ditaruh sama Bi Ijah di mobil Hyundai warna hitam. Ini kunci mobilnya. Hati-hati ya Mang.” (memberi kunci mobil ke Mang Didin)



Resha



: “Iya Mang. Hati-hati di jalan ya.” (tersenyum)



Mang Didin



: “Oke Den, Non. Saya berangkat, Assalamu’alaikum.”



Ryu & Resha



: “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”



Mang Didin pun langsung pergi menuju Bogor. Resha



: “Kak, berangkat sekarang ya. Sha takut terlambat nih.”



Ryu



: “Oh iya. Maaf ya Sha, jadi lama deh. Oke kita berangkat sekarang.” Setibanya di sekolah, Kak Ryu pun mengantarkan Resha sampai kelas,



sekaligus Kak Ryu ingin menemui Fiqi. Dan di sepanjang jalan dari parkiran mobil sampai kelas Resha, siswi-siswi dari kelas X sampai XII semua mata tertuju ke Kak Ryu. Setibanya di kelas Kak Ryu langsung menemui Fiqi. Ryu



: “Fiqi… Bisa mengobrol sebentar?”



Fiqi



: “Eh Kak Ryu.” (kaget karena melihat Kak Ryu ada di kelas) “Iya kak, tentu bisa.”



23



Kak Ryu dan Fiqi pun keluar kelas dan mengobrol di kantin. Sedangkan Resha sibuk mencari-cari kakaknya di kelas dan ke parkiran mobil. Ryu



: “Fiqi… Maaf sudah ganggu kamu.”



Fiqi



: “Ga ganggu kok kak. Memang nya ada apa kak?”



Ryu



: “Fiqi, kamu suka sama Resha kan? Tolong di jawab jujur.” (tersenyum)



Fiqi



: (kaget) “Hah!!!”



Ryu



: “Jangan kaget gitu dong Fiqi. Aku tau dari dulu semenjak kamu sudah bersahabat dengan Resha. Walaupun aku tidak tau pasti kamu benar-benar suka dengan Resha adik ku atau tidak. Tapi aku merasa yakin dengan Resha bersama kamu, Resha akan bahagia. Benar kan argumen ku?”



Fiqi



: “Hmmm…” (berfikir) “Kak Ryu, sebelumnya aku minta maaf. Iya memang benar argumen kakak tentang aku suka sama Resha. Walaupun aku sudah bersahabat dengan dia dari SD, tapi aku menyukai dia semenjak SMP. Aku, ga tau kenapa perasaan suka itu timbul setelah aku bersahabat dengan Resha, itu pun selagi aku dan Resha duduk di bangku SMP. Aku memang suka sama Resha sejak duduk di bangku SMP. Sebenarnya, aku belum pernah mengakui ke siapa pun kalau aku suka sama dia. Dan hanya Kak Ryu yang tau tentang hal ini. Maaf kak, aku sudah menyukai adik mu.”



Ryu



: “Tidak apa-apa kok Fiqi. Aku senang kamu mau mengakuinya. Aku juga senang, karena kamu bisa menyayangi adik ku. Dan kalau kamu minta maaf kepada ku karena telah menyukai adik ku, itu salah. Kamu tidak perlu minta maaf. Aku hanya mohon, dengan kamu menyukai adik ku dengan setulus hati mu, tolong jaga dia, buat dia selalu senang dan bahagia. Karena selama ini yang aku lihat dari matanya itu hanya rasa kesedihan yang mendalam. Walaupun kelihatannya Resha selalu tersenyum dan tertawa. Tapi aku merasa dia selalu sedih karena selama ini, orang tua kami selalu meninggalkan aku dan Resha. Kalau aku, sudah terbiasa dan tidak apa-apa, tapi,,,Resha…Dia sedih karena sering ditinggal. Waktu itu Resha sering curhat dengan ku tentang kamu, temantemannya di sekolah dan teman-temannya dimana pun berada.



24



Tetapi, semenjak masuk SMA dan aku pun juga karena kuliah. Jadi, Resha sampai sekarang tidak pernah curhat kepadaku lagi.” Fiqi



: “Oh… Aku baru tau kalau dia sampai sedih begitu karena sering ditinggal orang tua nya. Karena dari dulu sampai sekarang, Resha tidak pernah cerita tentang kesedihannya mengenai ditinggal orang tua nya. Resha lebih banyak cerita tentang kebahagiaan nya dari pada kesedihan nya. Maaf iya Kak Ryu, selama ini aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik buat Resha.”



Ryu



: “Itu bukan salah kamu, dan ini pun juga bukan salah Resha. Keadaan yang membuat Resha menjadi seperti itu. Jadi, kalau kamu benar-benar suka dan sayang sama dia… Tapi, aku tidak memaksa kamu untuk menjadi kekasihnya. Aku hanya ingin melihat adikku selalu tersenyum dan bahagia dengan tidak memikirkan hal-hal yang bisa membuat dia sedih dan menangis lagi. Karena menurut ku, selama Resha berada dekat kamu, Resha selalu senang. Dan sebenarnya, aku tidak memaksa kamu dan Resha untuk berpacaran. Itu semua tergantung dari kalian berdua. Tolong dipikirkan lagi ya Fiqi. Maaf sudah mengganggu kamu. Iya sudah, sekarang kita kembali ke kelas mu.”



Fiqi



: “Iya kak. Makasih ya kak sudah mau menceritakan nya ke aku.”



Fiqi dan Kak Ryu pun kembali ke kelas dan menemui Resha. Ryu



: “Resha.” (menghampiri Resha)



Resha



: “Duh Kak Ryu dari mana saja, kok ga bilang-bilang Sha?”



Ryu



: “Maaf Sha, tadi kakak haus, jadi kakak minta anterin sama Fiqi ke kantin.”



Resha



: “Oh… Aku kira kakak kemana.” (tersenyum) “Fiqi kamu mau tau ga tadi ada apa?”



Fiqi



: “Memang nya ada apa Sha? Ceritakan ke aku dong!”



Resha



: “Sepanjang jalan dari parkiran mobil sampai kelas, Kak Ryu diliatin sama cewek-cewek dari kelas X sampai kelas XII. Cie… Kak Ryu.” (menyenggol Kak Ryu)



Fiqi



: “Hahaha… Iya tuh Kak Ryu… Pada naksir sama Kak Ryu tuh. Wah jadi banyak penggemarnya. Sebentar lagi juga pada



25



nyapa Kak Ryu.” Resha



: “Iya, benar tuh… Tos dulu Fiqi.” (TOSSS)



Ryu



: “Hahaha… Dasar kalian berdua ini ada-ada saja.”



Vita, Tami, Rara, Anggie, Ade dan Ina pun datang menghampiri Resha, Kak Ryu, dan Fiqi. Dan juga teman-teman perempuan Resha semuanya mengerubungi mereka. Vita & Tami



: “Hai Resha. Ini Kak Ryu ya?”



Resha



: “Iya. Ini Kak Ryu.”



Vita



: “Kak Ryu, masih ingat aku tidak? Aku Vita.” (tersenyum dan berjabat tangan dengan Kak Ryu)



Kak Ryu



: “Oh iya ingat.” (tersenyum)



Tami



: “Udah Vit, gantian.” (melepas tangan Vita dari Kak Ryu) “Kalau sama aku ingat tidak kak?” (berjabat tangan)



Ryu



: “Iya-iya. Aku ingat, kamu itu Tami. Kalian yang waktu itu sering main kerumah kan?” (melepas tangan nya dari Tami dengan halus)



Vita & Tami



: “Iya Kak…”



Resha



: “Woi…Woi…Teman-teman ku yang manis dan cantik. Jangan ngerubung begini. Sebentar lagi bel nih…”



Rara



: “Hai Kak Ryu. Aku Rara.” (menerobot untuk berjabat tangan dengan Kak Ryu)



Anggie



: “Hai Kak. Aku Anggie, salam kenal.” (menyerobot juga)



Ade



: “Hai Kak Ryu…” (tersenyum manis sambil menyerobot juga)



Ina



: “Aduh… Kalian ini, berisik tau. Resha, bilangin tuh sama teman-teman, jangan pada cari perhatian. Nanti jadi nya malu-maluin. Hahaha…”



Resha



: “Hahaha… Bisa saja kamu Na.”



Teman-teman perempuan Resha langsung menyoraki Ina. Resha



: “Oh iya, teman-teman ku… Mumpung sekarang hadir semua, mohon perhatian nya sebentar ya teman-teman. Aku hanya mau memberitahu, senin besok, aku merayakan ulang tahun ku



26



dipanti asuhan Cahaya Mulia. Jika kalian tidak keberatan untuk datang, silahkan datang. Acara nya dimulai jam ½ 8 malam. Ku harapkan kedatangan kalian semua. Terima kasih sebelumnya teman-teman.” (tersenyum) Bel pun berbunyi, dan semua teman-teman kembali ke tempat duduknya masingmasing. Resha



: “Kak Ryu. Makasih iya sudah mau mengantar ku. Dadah kak.”



Ryu



: “Iya sama-sama Sha. Dadah juga adikku sayang.” (tersenyum)



Kak Ryu pun pulang, sedangkan Resha masih tersenyum-senyum, karena kejadian yang baru saja terjadi. Setibanya pulang sekolah, ternyata Kak Ryu sudah menunggu di parkiran mobil. Sedangkan Resha di kerubungin oleh teman-teman nya dan menanyakan banyak hal tentang Kak Ryu. Setelah itu, Resha langsung menuju ke parkiran mobil dan menceritakan kejadian yang dia alami di sekolah hari ini. Resha



: “Kak Ryu…… Haduh kak, Sha pusing nih…” (sambil memegang kepala)



Ryu



: “Kamu pusing kenapa Sha?” (dengan wajah khawatir)



Resha



: “Hehehe… Iya nih pusing dari tadi di kelilingin sama temanteman cewek.”



Ryu



: “Hahaha… Sha, Sha, kamu tuh iya, bisa aja ngelucunya.”



Resha



: “Iya kak, aku beneran pusing. Lagian tadi tuh ya, cewekcewek ada yang nanya kakak kuliah dimana, nomor HP lah, dan ada juga yang nanya sudah punya pacar atau belum. Hahaha…”



Ryu



: “Oh…Terus apa lagi?” (tersenyum)



Resha



: “Ada yang berantem pula. Karena cuman mau nanya aja, sampai berantem gitu. Aduh-aduh teman-temanku anehaneh. Hahaha…” (tertawa sambil memegang perut)



Ryu



: “Hahaha. Sampai segitunya.” (tertawa sambil memegang dan mengelus-elus kepala Resha) “Lalu, tadi kamu jawab apa saja?”



27



Resha



: “Tadi aku cuman jawab ini, ‘Aduh kepalaku pusing, aku pulang duluan ya, permisi, mau lewat.’ Hahaha…”



Ryu



: “Oh… Hahaha… Aduh Resha, kakak datang kesini menjemput kamu, jadi tertawa deh. Tapi ga apa-apa, kakak senang karena kamu pun juga senang.” (tertawa lalu tersenyum)



Resha



: “Iya kak… Hari ini di sekolah aku senang, karena muncul kejadian-kejadian yang tidak ku sangka.”



Ryu



: “Oh iya, ini kakak belikan martabak manis dan jus alpukat kesukaan kamu.” (memberikan ke Resha)



Resha



: “Wah, makasih kakak…” (tersenyum ceria)



Ryu



: “Iya sudah, kita pulang yuk Sha…”



Resha



: “Iya kak. Oh iya, aku hampir saja lupa.”



Ryu



: “Ada apa Sha?”



Resha



: “Hari ini Sha rencananya mau ke panti asuhan. Mau memberi sedikit bantuan, sekalian mau bersilaturahmi. Sekarang sudah tanggal 28 kan kak?”



Ryu



: “Oh iya, sekarang sudah tanggal 28. Hmmm…memangnya kamu mau memberi apa Sha?”



Resha



: “Hmmm… Kakak ga boleh tau… Ini hanya aku yang tau… Hehehe…” (tertawa kecil)



Ryu



: “Yah… Sha, kasih tau kakak dong.”



Resha



: “Udahlah kak,,kita berangkat sekarang saja ke panti asuhan berada dekat sini kak,” (tersenyum)



Ryu



: “Ya sudah kalau kamu ga mau ngasih tau kakak. Yang penting, kakak bangga sekali punya adik seperti kamu Sha, yang masih memperhatikan orang-orang sekeliling kamu yang butuh bantuan.” (tersenyum)



Resha



: “Maaf ya kak. Sekarang kita berangkat. Berangkat kak..!” (tersenyum manis)



Kak Ryu dan Resha segera menuju panti asuhan Cahaya Mulia. Setibanya mereka di panti asuhan,mereka langsung menuju ke ruangan pengurus panti tersebut. TOK… TOK… TOK…



28



Ryu & Resha



: “Assalamu’alaikum, permisi Bu…”



Bu Panti



: “Wa’alaikum salam. Silahkan masuk…” (berdiri dari kursi) “Eh, Neng Resha. Apa kabar? Mari-mari, silahkan duduk.”



Resha & Ryu



: “Iya Bu.” (cium tangan Bu Panti)



Resha



: “Alhamdulillah, kabarku baik Bu. Ibu sendiri dan keadaan panti disini gimana kabarnya Bu?” (tersenyum)



Bu Panti



: “Alhamdulillah kabar Ibu dan keadaan panti disini baik-baik saja Neng. Oh iya Neng, ini Mas Ryu kan? Apa kabar Mas?”



Ryu



: “Iya Bu. Ini saya Ryu. Kabar saya Alhamdulillah juga baikbaik saja. Bu, seperti nya dari tadi saya dan Resha tidak melihat anak-anak?”



Bu Panti



: “Oh, iya Mas. Dari tadi pagi, anak-anak sedang jalan-jalan ke taman buah. Mungkin pulangnya sore.”



Resha



: “Oh lagi jalan-jalan ya Bu. Wah, pasti mereka senang sekali. Oh iya, Ibu kenapa tidak ikut?” (tersenyum)



Bu Panti



: “Ga Neng. Ibu disini saja, menjaga panti, takut ada tamu. Eh, ternyata ibu ga salah perkiraan, ternyata tamu yang datang yaitu Neng Resha dan Mas Ryu.” (tersenyum)



Resha



: “Wah… Ibu hebat bisa memperkirakan sesuatu yang akan terjadi.” (tersenyum)



Bu Panti



: “Neng Resha bisa saja.” (tersenyum)



Ryu



: “Oh jadi begitu.”



Resha



: “Oh iya Bu… Hampir saja aku lupa. Ini Bu, tolong diterima.” (memberi amplop berisi uang)



Bu panti



: “Wah… Apa ini Neng?” (menerima amplop)



Resha



: “Ini hasil yang sudah aku kumpulkan. Tolong diterima ya Bu, dan tolong dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya ya Bu.” (tersenyum manis) “Oh iya Bu. Ada satu lagi yang aku ingin sampaikan. Ibu dan anak-anak panti disini keberatan tidak kalau aku merayakan hari ulang tahun ku di panti ini? Ini Bu surat pernyataan ku. Maaf Bu jika aku sudah merepotkan.”



Bu Panti



: “Terima kasih banyak ya Neng, Mas. Iya, pasti Ibu akan memanfaatkannya untuk kebutuhan anak-anak panti dengan sebaik-baiknya. Oh, iya tidak apa-apa Neng, kami dengan senang hati. Kami juga tidak merasa direpotkan dan saya



29



selaku perwakilan dari panti asuhan Cahaya Mulia menerima surat pernyataan ini dengan bangga hati. Karena selama ini belum pernah ada yang seperti Neng Resha. Oh iya Neng, Mas, mau minum apa? Maaf ya, ibu sampai lupa menawarkan minum.” Resha



: “Wah… Terima kasih Bu.” (tersenyum manis) “Oh, ga usah repot-repot Bu. Ini aku dan Kak Ryu mau langsung pulang, sudah sore.”



Bu Panti



: “Yah… Neng… Minum dulu ya Neng.”



Resha



: “Beneran Bu, ga usah repot-repot Bu, makasih. Kita mau langsung pulang. Aku dan Kak Ryu titip salam saja buat anak-anak, maaf ga bisa main lama-lama.” (tersenyum)



Ryu



: “Iya Bu, terima kasih tidak usah repot-repot, kita mau langsung pulang. Kita titip salam saja ya Bu.” (tersenyum)



Bu Panti



: “Wah… Ibu jadi merasa ga enak, karena tidak menyuguhi minuman buat Neng Resha dan Mas Ryu.”



Resha



: “Ga apa-apa kok Bu. Aku datang kesini saja sudah sangat senang, sudah bisa bertemu Ibu.” (memeluk Bu Panti)



Bu Panti



: “Terima kasih banyak ya Neng, Mas. Ibu juga senang sekali karena kalian sudah mau datang kesini.”



Resha



: “Sama-sama Bu. Iya sudah Bu, aku dan Kak Ryu pulang dulu. Wassalamu’alaikum.” (tersenyum dan menyium tangan Bu Panti)



Ryu



: “Sama-sama Bu. Kita pulang dulu. Wassalamu’alaikum.” (menyium tangan Bu Panti)



Bu Panti



: “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” (tersenyum)



Resha dan Kak Ryu pun langsung pulang. Beberapa saat kemudian, Kak Miya dan Kak Joe datang. Menjelang malam, Kak Ryu berpamitan ke Resha untuk pergi ke Restoran besama Kak Joe. Dan malam itu pun, Resha ditemani oleh Kak Miya. Resha menceritakan kejadian yang baru saja terjadi di sekolahnya. Selain itu, Resha juga menceritakan tentang sahabatnya Fiqi. Resha



: “Kak, ga tau kenapa, akhir-akhir ini aku selalu memikirkan Fiqi. Apa ada yang aneh dengan ku ya kak?” (berfikir)



30



Miya



: “Hmm… Sepertinya tidak Sha. Menurut ku, kamu suka sama dia.” (tersenyum)



Resha



: “Hah!! Suka??” (kaget)



Miya



: “Iya suka. Karena ciri-ciri orang yang sedang menyukai orang lain itu, memikirkan orang yang sedang dia suka. Aku juga seperti itu sebelum berpacaran dengan Kak Joe.”



Resha



: “OH…!!!” (sangat kaget) “Tapi kak,aku tuh hanya menganggap Fiqi sebagai sahabatku.”



Miya



: “Iya, aku tahu itu Sha. Tapi, kalau sudah punya perasaan suka, sudah tidak bisa dibohongin lagi. Lain di mulut lain pula di hati.” (tersenyum)



Resha



: “Selain itu, aku merasa akhir-akhir ini, aku dan dia selalu ada kejadian yang membuat hati ku berdetak. Duh, kak… Aku ga percaya, aku sampai seperti itu.” (memegang kepalanya)



Miya



: “Tuh kan, ternyata perkiraan ku benar. Ternyata kamu benarbenar suka sama dia. Dan aku juga merasa kalau Fiqi juga suka dan sayang sama kamu.” (tersenyum manis)



Resha



: “Hah?!! Dia juga suka sama aku??” (bertambah kaget)



Miya



: “Iya Resha ku sayang. Duh Sha, kamu tuh dari tadi kaget terus. Ya… Tapi wajarlah kalau kamu kaget.” (mengusap-usap kepala Resha)



Resha



: “Iya kak, aku sangat kaget. Tapi, kenapa kakak bisa berkata seperti itu? (penasaran)



Miya



: “Iya Sha. Sewaktu kamu sedang bermain dengan Fiqi, kan aku dan Kak Joe sedang berkunjung kesini. Aku tahu kalau dia suka sama kamu yaitu dari cara dia menatap kamu, cara dia perhatian sama kamu, dan cara dia bersahabat pun berbeda dengan yang lain. Karena dahulu, aku juga punya sahabat cowok, tapi sahabat ku itu cara bersahabatnya berbeda dengan Fiqi. Sahabat ku biasa-biasa saja, tidak seperti Fiqi.”



Resha



: “Oh… Seperti itu kah Fiqi selama ini?” (kaget dan bingung)



Miya



: “Hmm… Menurut ku begitu, Fiqi menyukai mu setelah dia tahu tentang kamu Sha. Dia menyukai mu semenjak dia sudah menjadi sahabat mu. Dan kemudian perasaan itu pun muncul Sha.” (tersenyum)



31



Resha



: “Kak…” (memeluk Kak Miya)



Miya



: “Iya ada apa Sha?”



Resha



: “Apakah aku harus menyukai dia? Apakah dia harus menjadi seseorang yang akan mengisi hatiku?”



Miya



: “Resha ku yang cantik, manis, dan segalanya.” (Melepas pelukan Resha dengan lembut) “Dengarkan aku ya Sha. Tapi, aku sebelumnya minta maaf, aku ga bermaksud menceramahimu, atau membuat kamu merasa jadi tidak enak setelah kamu mendengarkan ucapanku.” (tersenyum)



Resha



: “Iya kak ga apa-apa kok. Justru aku senang sekali, karena kakak sudah perhatian sama aku.” (tersenyum manis)



Miya



: “Makasih iya Sha. Jadi begini, aku hanya mau bilang, cinta itu hak hakiki yang dimiliki setiap manusia, cinta itu fitrah. Tapi, cinta itu tidak harus selamanya memiliki seseorang yang kita cintai. Hmm… Dan, ku hanya mau bilang, cinta yang sebenarnya itu ada setelah menikah. Maaf aku berkata yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sedang aku jalani. Aku berkata seperti ini, karena aku sudah bertunangan dengan Kak Joe dan hanya tinggal menunggu waktu sampai kita berdua menuju ke pelaminan. Maksud dari semua perkataan ku, sekarang terserah kamu. Kamu akan membiarkan perasaan itu hidup dihatimu atau membiarkan perasaan itu hilang.” (tersenyum)



Resha pun memikirkan ucapan dari Kak Miya. Waktu terus berjalan, setelah berbincang-bincang lamanya, mereka memutuskan untuk tidur karena waktu juga sudah larut malam. ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR… Adzan berkumandang, membangunkan Resha dari tidurnya, sedangkan Kak Miya sedang menyiapkan peralatan shalat. Mereka pun akhirnya melaksanakan shalat berjamaah dengan Bi Ijah dan Mang Didin. Setelah itu, Resha dan Kak Miya lari pagi berkeliling perumahan tempat tinggal Resha.



32



Sekitar jam setengah 8 pagi, Kak Miya dan Resha pulang. Di meja makan, Bi Ijah sedang menyiapkan sarapan, Kak Miya dan Resha pun menuju meja makan. Resha



: “Pagi Bi…” (tersenyum ceria)



Kak Miya



: “Pagi Bi…” (tersenyum manis)



Bi Ijah



: “Pagi Non Sha, Non Miya…” (tersenyum) “Mari-mari, silahkan dinikmati sarapan nya.”



Resha & Miya : “Terima kasih Bi…” (duduk berbarengan) Bi Ijah



: “Iya Non. Oh iya, Bibi ke dapur dulu ya Non.”



Resha



: “Oh iya Bi, tunggu sebentar. Kak Ryu dan Kak Joe belum pulang ya Bi?”



Bi Ijah



: “Lum Non, dari tadi pagi Bibi belum melihat mereka.”



Resha



: “Oh… Iya sudah, makasih ya Bi.”



Setelah mereka sarapan pagi, Resha dan Kak Miya ke kamar Resha untuk melakukan kegiatan di dalam kamar. Dan mereka berencana untuk ke panti asuhan sekitar jam 1 siang. Sebelum mereka kesana, tiba-tiba sekitar jam 10 pagi ada mobil masuk ke halaman rumah Resha. Dan ternyata… Resha



: “Itu siapa ya kak?” (melihat dari jendela kamarnya)



Miya



: “Iya… Mungkin itu Kak Ryu dan Kak Joe.” (sambil membaca buku)



Resha



: “Tapi, sepertinya bukan kak. Mobilnya beda kak, menurutku dan sepertinya itu..” (kaget dan langsung berlari menuju ke pintu)



Miya



: (berhenti membaca buku) “Sha… Tunggu…” (mengejar Resha)



Resha langsung menuju ke halaman rumahnya yang sangat luas, ternyata yang datang adalah Papa dan Mama nya. Mereka keluar dari mobil, dan Resha pun langsung memeluk Mama dan Papa nya. Dan air matanya jatuh membasahi pipinya. Mama



: “Sha, anak ku tersayang, yang Mama cinta, kamu kenapa menangis Sha?” (mengelus-elus kepala Resha)



Resha



: “Mama, aku kangen Mama, kangen sama Papa. Aku sayang Mama dan Papa… Hiks…Hiks…Hiks…” (menangis di pelukan Mamanya)



Mama



: “Sha, maafkan Mama dan Papa, karena selama ini kita sering meninggalkan kamu di rumah.” (menangis juga)



33



Resha



: “Iya Ma. Aku sangat mengerti tentang kesibukan Mama dan Papa. “ (melepas pelukan dari Mama dengan perlahan)



Mama



: “Sayang ku, cintaku Resha. Terima kasih kamu sudah mau ngertiin Mama dan Papa.” (menghapus air mata Resha)



Resha



: “Iya Ma. Aku sadar, itu juga salah satu tugas ku sebagai anak terhadap orang tua. Mengerti keadaan orang tua, dan aku selalu sayang kalian Ma, Pa…” (tersenyum manis)



Mama



: “Mama dan Papa juga sangat sayang sama kamu Sha.” (tersenyum)



Papa



: “Sangat sayang sama kamu Sha.” (tersenyum) “Oh iya Sha, tanggal 30 besok, kamu jadi merayakan nya di panti asuhan kan?”



Resha



: “Iya Pa. Jadi dong Pa… Sudah ku rencanakan dengan matang. Besok, Papa dan Mama ga kemana-manakan???”



Mama



: “Iya Sha, Papa dan Mama ga akan kemana-mana.”



Papa



: “Sha, kamu mau kado apa?”



Resha



: “Sha ga mau kado apa-apa. Sha sudah senang karena di hari ulang tahun Sha, Papa dan Mama bisa bersama Sha. Dan Sha juga senang, karena Sha bisa merayakan nya dengan teman-teman yang sangat Sha banggakan dan Sha sayangin.” (tersenyum manis)



Mama & Papa : (tesenyum bahagia dan memeluk Resha) Resha



: “Pa, Ma, ngobrolnya di dalam saja yuk…” (tersenyum ceria sambil menarik tangan Papa dan Mamanya)



Mereka pun masuk kedalam dan berbincang-bincang banyak. Resha sangat ceria dan terlihat sangat bahagia. Kak Miya pun hanya diam berdiri di depan pintu kamar Resha, tersenyum dan dia kembali masuk kekamar karena tidak mau mengganggu perbincangan keluarga yang ceria itu. Tak terasa waktu berjalan dengan cepatnya. Setelah melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. Resha dan Kak Miya pamit pergi ke panti asuhan, mengurusi acara ulang tahun Resha yang akan diadakan esok hari. Sesampainya dipanti asuhan, Resha dan Kak Miya disambut dengan baik. Mereka pun akhirnya berbincang-bincang dengan beberapa anak panti yang sudah sangat mereka kenal. Setelah berbincang-bincang lamanya, dan selesai mengurusi untuk acara ulang tahun Resha yang akan diadakan esok hari. Selain itu, waktu juga



34



sudah menunjukkan jam 4 sore. Setelah mereka Shalat Ashar berjamah, mereka pun berpamitan untuk pulang kepada Ibu panti dan anak-anak panti. Sesampainya di rumah, ternyata Kak Ryu dan Kak Joe sudah pulang. Resha pun langsung memeluk Kak Ryu. Kemudian mereka berempat mengobrol di ruang tamu. Resha



: “Kakak… Kenapa pulang nya lama? Aku jadi kangen kakak.” (wajah menjadi sedih)



Ryu



: “Maaf ya Sha, kakak ga bermaksud berlama-lama disana, tapi tadi disana kakak ketemu Kak Mimi.” (tersenyum)



Resha



: “Wah… Kak Mimi… Aku kangen sama dia. Kak, kenapa sih kok kakak putus sama Kak Mimi??”



Ryu



: “Iya, mungkin karena kita sudah tidak cocok lagi.” (tersenyum)



Resha



: “Padahal aku sayang banget sama Kak Mimi. Aku ingin, kakak dan Kak Mimi bisa bersama kembali. Aku yakin itu Kak. Karena aku tau, kakak juga sebenarnya masih sayang sama Kak Mimi kan?” (tersenyum)



Ryu



: “Resha ku yang paling ku sayang, ya memang benar aku masih sayang sama dia. Aku ingin, dia menjadi yang pertama dan yang terakhir untuk ku selamanya. Tapi, kenyataan sudah berkata lain, aku tidak bisa bersama dia lagi. Waktu sudah memisahkan kita Sha.”



Resha



: “Lalu, tadi kakak ngapain aja? Cerita dong kak.” (penasaran)



Ryu



: “Wah Sha… Aku juga sebenarnya sangat senang bertemu dengan dia. Tapi tadi dia bilang sama aku, dia sedang terburu-buru karena ada acara yang harus dihadiri. Ya, aku hanya menanyakan kabarnya dan meminta no HP nya.”



Resha



: “Oh… Kak, aku boleh tau nomor Hp Kak Mimi ga???”



Ryu



: “Hmm… Gimana ya Sha…” (berfikir sambil tersenyum)



Resha



: “Ayolah kak… Aku kangen Kak Mimi, lagipula aku mau undang dia buat besok Kak.” (memohon-mohon)



Ryu



: “Iya deh Resha ku sayang. Ini cari sendiri ya nomor HP nya.” (memberi Hpnya ke Resha)



Resha



: “Asyik… Makasih ya kakak ku sayang. Kakak baik deh.” (tersenyum dan memerima Hp dari Kak Ryu)



Ryu



: “Hahaha… Resha, Resha…” (tertawa)



35



Miya



: “Ryu.”



Ryu



: “Iya Miya, kenapa?”



Miya



: “Kamu jangan pesimis gitu. Aku juga yakin sama seperti Resha. Kamu dan Mimi bisa bersama lagi. Aku berkata seperti ini karena aku tau, kamu dan Mimi masih saling suka. Maaf iya, aku jadi ikut campur urusan kamu.” (tesenyum)



Ryu



: “Iah ga apa-apa kok Miya. Aku kan sudah sering bilang, kamu dan Joe itu sudah ku anggap sebagai saudara sendiri. Justru aku senang, kalian masih perhatian sama aku, Resha dan keluarga ku.” (tersenyum)



Joe



: “Iya Ryu. Kamu jangan pesimis, kamu harus optimis. Jika kamu masih mencintai seseorang, kejarlah dia, jangan sampai menyerah sebelum berperang. Seperti aku dong Ryu, aku selalu mengejar Miya sampai dia mau sama aku. Maju terus pantang mundur. Kalau mundur-mundur terus nanti ketabrak. Hehehe…”(tertawa kecil)



Miya



: “Duh, sayang. Kamu bisa aja sih.” (tersenyum manis)



Ryu



: “Hahaha… Joe, Joe. Kamu ada-ada saja sih.” (tertawa) “Iya iya sahabat ku, terima kasih sudah mau memberi ku nasihat yang sangat bagus.” (tersenyum)



Resha



: “Tau nih Kak Joe, ada-ada aja… Hahaha…”



Joe



: “Wah… Sepertinya daritadi perbincangan kita serius sekali. Sha, main yuk.” (tersenyum sambil melihat ke Resha)



Resha



: “Yah Kak Joe, main… Masa udah besar main sama anak kecil. Hehehe…” (tertawa kecil) “Main nya nanti aja ya Kak, udah sore, waktunya mandi.”



Joe



: “Oh…” (kaget) “Aku udah besar ya Sha? Ku kira, aku masih anak kecil. Hehehe…” (tersenyum kecil) “Oh iya, mandi sana. Bau nih Sha.” (menutup hidung)



Resha



: “Yah… Dibilang bau. Perasaan, aku masih wangi deh. Hmm… Seperti nya Kak Joe nih yang bau.”(menutup hidungnya juga)



Ryu



: “Ya ampun, Joe, Resha…” (tertawa kecil) “Kalian ini ya, udah sana mandi. Jangan bercanda terus.” (tersenyum)



Miya



: “Iya nih, kalian, jangan saling mengejek. Sama-sama bau,



36



mandi sana. Hehehe…” (tertawa kecil) Joe & Resha



: “Yah… Sama-sama dibilang bau.” (tertawa kecil)



Setelah mereka berbincang-bincang lamanya, mereka memutuskan untuk membersihkan diri mereka masing-masing. Adzan maghrib pun berkumandang, mereka melaksanakan shlalat berjamaah dengan Papa Resha sebagai Imam nya. Mereka melaksanakan shalat magrib dengan khusyu’. Selesai shalat berjamaah, diadakan nya acara tadarusan bersama. Setiap hari minggu, sudah jadwal mereka untuk melaksanakan tadarusan bersama. Setelah itu, mereka menuju ruang makan. Setelah mereka makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga. Mereka berbincang-bincang dan tertawa riang. Dan Resha pun tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Sepertinya, kesedihan nya hilang begitu saja, seperti hilang di telan bumi. Resha pun berharap dan berdoa kepada Allah di dalam hatinya, semoga keadaan seperti ini selalu ada di dalam kehidupannya dan juga tidak pernah hilang sampai kapan pun. Miya



: “Om, Tante, aku dan Joe pamit dulu ya. Sudah larut malam, terima kasih ya Om, Tante atas jamuannya.” (tersenyum)



Joe



: “Iya Om, Tante. Kita berdua pamit dulu. Terima kasih banyak Om, Tante.”



Papa



: “Iya, terima kasih juga ya Miya, Joe, kalian sudah berkunjung ke sini dan sudah menemani Resha.” (tersenyum)



Mama



: “Ya Miya, Joe, jangan sungkan datang kesini. Kalian sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri.”



Resha



: “Yah… Kak Miya, Kak Joe. Masa mau pulang sih…” (cemberut)



Miya



: “Resha ku yang cantik, jangan cemberut gitu dong. Senyum ya, besok aku dan Joe datang lagi kok ke sini.” (tersenyum sambil mengelus-elus rambut Resha)



Joe



: “Iya Sha, jangan sedih dan cemberut gitu dong, nanti ga manis lagi lho… Nanti semut-semutnya pada kabur semua lagi. Hehehe…” (tertawa kecil)



Resha



: “Hahaha… Kak Joe bisa aja nih.” (tertawa) “Iya-iya, aku ga cemberut dan sedih lagi deh.” (tersenyum) “Iya sudah, hati-hati ya kak. Salam buat Tante, Om, sama



37



semua yang ada di rumah aja deh. Salam sayang dan kangen dari Resha dan keluarga.” (tersenyum manis) “Oh iya, jangan lupa, besok datang ke panti asuhan ya kak.” Miya



: “Iya Resha. Pasti aku salamin sama mereka. Dan pastinya aku dan keluarga akan datang Sha.” (tersenyum manis)



Joe



: “Sip Sha…!!!” (tersenyum sambil menunjukkan jempol)



Ryu



: “Makasih ya Miya, Joe.” (tersenyum)



Kak Miya dan Kak Joe pun pamit pulang. Sedangkan yang ada di ruang keluarga, yaitu Resha, Papa, Mama dan Kak Ryu menggunakan waktu luang untuk berbincangbincang. Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepatnya, malam datang, waktunya Resha untuk tidur. Resha pun masuk ke kamarnya, melaksanakan shalat isya, dan setelah itu langsung menuju tempat tidur. Seperti biasa, Resha dan keluarga melaksanakan shalat subuh berjamaah. Setelah itu, Papa, Mama dan Kak Ryu mengucapkan selamat ulang tahun ke Resha. Tak lupa Bi Ijah dan Mang Didin juga mengucapkan selamat ke Resha. Resha pun diberikan doa-doa yang baik oleh keluarganya, dan bagi Resha, itu merupakan suatu pemberian yang tak ternilai harganya. Resha pun bersiap-siap berangkat ke sekolah. Di meja makan, Resha terburu-buru berangkat ke sekolah. Karena pagi-pagi sekali, Resha harus menemui karyawan Tata Usaha untuk mengurusi biaya iuran bulanan adik kelasnya yang sudah dianggap nya sebagai adik kandung nya sendiri. Papa dan Mama nya tidak mengetahui hal tersebut. Resha



: “Pa, Ma, Kak. Resha berangkat dulu ya, ada urusan yang harus di selesaikan di sekolah. Assalamu’alaikum.” (cium tangan ke Papa, Mama, dan Kak Ryu)



Papa & Mama : “Wa’alaikumsalam.” (agak kaget) Ryu



: “Wa’alaikumsalam Sha. Hati-hati ya…” Resha pun keluar dan langsung menaiki sepeda nya. Papa dan Mama nya agak



kaget dan bingung tentang kata-kata yang Resha ucapkan. Karena menurut Mama



38



dan Papa nya, sebelumnya Resha tidak pernah bilang seperti itu. Sedangkan Kak Ryu tidak kaget maupun bingung, karena Kak Ryu sudah tau maksud dari ucapan Resha dan jika Resha berkata seperti itu Kak Ryu sudah mengetahui yang akan Resha lakukan. Sesampainya di sekolah, Resha pun langsung menuju ruang Tata Usaha.Resha tidak pernah membayar iuran tersebut pas istirahat atau pun pulang sekolah. Dia lebih suka di pagi hari, sebelum banyak siswa-siswi yang datang. Tok…Tok…Tok… Pak Dirman



: “Iya masuk.” (sambil membereskan)



Resha



: “Permisi Pak.”



Pak Dirman



: “Eh, Resha… Silahkan duduk.”



Resha



: “Iya, makasih Pak.” (tersenyum dan duduk d kursi)



Pak Dirman



: “Ada apa Sha?”



Resha



: “Biasa Pak. Ini…” (memberi kan sebuah amplop)



Pak Dirman



: “Oh iya… Bapak sampai lupa. Maaf ya Sha, Bapak agak pusing.” (menerima amplop dari Resha)



Resha



: “Iya Pak. Ga apa-apa. Bapak pusing kenapa ? Bapak lagi sakit ya ? Sudah minum obat ?” (terlihat cemas)



Pak Dirman



: “Iya, Bapak semalam kurang tidur. Anak Bapak lagi sakit, jadi Bapak jagain anak Bapak. Udah, Bapak sudah minum obat.” (sambil menulis di buku besar iuran sekolah)



Resha



: “Wah… Bapak seharusnya juga menjaga kesehatan Bapak. Kalau Bapak sakit, nanti yang akan mnengurusi anak Bapak siapa. Maaf ya Pak, Sha udah bilang seperti ini.” (tersenyum)



Pak Dirman



: “Makasih ya Resha. Iya, Bapak akan menjaga kesehatan. Doain Bapak ya Sha, semoga Bapak bisa selalu sehat dan bisa menjaga anak Bapak.” (tersenyum)



Resha



: “Iya Pak. Resha akan selalu mendoakan Bapak dan keluarga Bapak. Ya sudah Pak, Resha ke kelas dulu. Makasih ya Pak.” (tersenyum manis dan cium tangan Pak Dirman)



Pak Dirman



: “Makasih juga ya Sha.” (tersenyum)



39



Resha pun menuju kelasnya, dan ucapan selamat ulang tahun pun datang terus menerus. Vita & Tami



: “Wah… udah 17 tahun nih. Met ultah ya Sha. Semoga kamu tambah pinter, baik, cantik, jangan pernah lupain sahabatsahabat dan teman-teman mu ini…” (berjabat tangan dengan Resha dan memeluknya)



Resha



: “Hwah… Sahabat-sahabat ku… makasih ya…”



Vita



: “Oh iya Sha. Kado nya nyusul iya… hehehe…” (tertawa kecil)



Tami



: “Iah Sha. Kado menyusul, dan jangan lupa traktiran nya… Hehehe…” (tertawa kecil)



Resha



: “Hahaha… Iya ga apa-apa kok. Iya-iya nanti istirahat ya.”



Setiap ada guru yang masuk ke kelas juga mengucapkan selamat ulang tahun ke Resha. Resha sangat senang dan bahagia, karena banyak yang ingat hari ulang tahun nya. Bel pulang pun berbunyi, Resha pun langsung menuju tempat parkir sepeda, dan Fiqi pun mengejarnya. Fiqi



: “Re…Sha… Hosh… Hosh…” (terengah-engah)



Resha



: “Ya Fiqi ada apa? Kamu habis lari ya Fiq?” “Ini ini… minum dulu.” (memberi minumnya ke Fiqi)



Fiqi



: (minum air putih pemberian Resha) “Hwah… Segarnya, makasih ya Sha.”



Resha



: “Fiqi, ada apa? Ada yang mau kamu bicarakan kah?”



Fiqi



: “Hmmm…” (tiba-tiba langsung memeluk Resha)



Resha



: (wajah menjadi sangat kaget)



Fiqi



: “Sha, met ultah ya… maaf tadi aku ga ngucapin di kelas. I..iya su..dah Sha, a..a..ku.. pu…pulang duluan ya… Dadah Resha…Sampai ketemu nanti malam.” (berbicara sambil tergagap-gagap)



Fiqi menaiki sepeda nya dan langsung pulang denga cepatnya. Sedang kan Resha masih berdiri di dekat sepedanya dan masih kaget sangat dengan kejadian yang baru saja dia alami. Resha



: “Hwah… Apa yang terjadi barusan… Ga salah tuh Fiqi… Duh,



40



setelah aku di peluk, kenapa rasanya tanganku menjadi bergetar dan dadaku deg-degan gini ya…” (masih bingung dan wajahnya merah padam) Akhirnya, Resha pun pulang. Dan dalam perjalanan pulang, dia masih saja memikirkan kejadian di tempat parkir sepeda. Sesampainya di rumah, di kamarnya terdapat banyak kado. Resha pun kaget dan langsung menanyakan nya ke Bi Ijah ke dapur. Resha



: “Bi… Itu di kamar ku kok ada banyak kado. Siapa aja Bi yang tadi datang??”



Bi Ijah



: “Oh… Iya, tadi ada teman SD Non, namanya Bagus, Hanny, Ratih, Siti, Rizka, Dwi dan Kalam. Mereka bilang sama Bibi, katanya



tidak bisa datang nanti malam, jadi mereka memberikan kado. Tadi mereka udah nunggu Non selama 1 jam, tapi berhubung Non belum pulang juga. Akhirnya mereka pulang deh.” (tersenyum) Resha



: “Wah… Aku kangen mereka… Iya Bi, tadi ada tambahan jam pelajaran, jadi lama deh pulangnya. Padahal aku kangen mereka…” (wajah menjadi sedih)



Bi Ijah



: “Udah Non jangan sedih, Non telpon mereka aja. Untuk sedikit menghilangkan rasa kangen.” (tersenyum)



Resha



: “Wah… Ide bagus tuh Bi… Bibi pinter deh, makasih ya Bi.” (tersenyum dan memeluk Bi Ijah)



Resha pun menelpon teman-teman lamanya itu, dan mengobrol di telpon dengan tujuan untuk menghilangkan rasa kangennya. Selang waktu berlalu, dan tiba saatnya untuk Resha pergi kepanti asuhan. Bersiap-siap untuk acara ulang tahun nya yang ke 17. Mama



: “Sha… Kamu udah siap belum?” (berdiri di depan kamar Resha)



Resha



: (dari dalam kamarnya sambil berteriak) “Iya Ma… Sha udah siap. Sebentar lagi Sha nyusul deh ke bawah…”



Mama



: “Oh… Ya sudah, Mama tunggu di bawah. Jangan lama-lama ya sayang, nanti kita telat.”



Resha



: “Sip Ma…”



41



Mama Resha pun kembali ke bawah, langsung menuju mobil. Dan Resha pun masih bingung, dia akan mengenakan pakaian seperti apa di hari ulang tahun nya yang ke 17 itu. Akhirnya… Resha



: “Wah… Akhirnya, aku menemukan yang cocok…” (wajah ceria) “Oke… Tinggal siap-siap dan langsung pergi deh…”(tersenyum ceria)



Kemudian Resha pun turun dan menuju ke mobil. Mereka pun berangkat menuju panti asuhan. Sesampainya dipanti asuhan, semua penghuni panti menyambut dengan ceria. Resha pun terharu dan mengeluarkan air mata kebahagian nya. Semua undangan dari tamu Papa dan Mama nya sudah berkumpul, sedangkan dari teman-teman Resha, hanya beberapa saja yang tidak hadir. Kemudian Papa Resha pun memberikan sambutan dan ucapan terima kasih. Papa



: “Untuk semua tamu undangan yang telah hadir di sini. Harap perhatian saudara sekalian dan tolong berkumpul sebentar. Saya selaku orang tua dari Resha Tirta Senjaya mengucapkan terima kasih kepada para hadirin karena telah hadir dalam acara ulang tahun putri saya. Selanjutnya, ada sedikit sambutan dari putri saya.” (tersenyum)



Resha



: “Semuanya… Aku sangat berterima kasih kepada semua yang telah hadir di sini. Puji syukur ku panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberi kita kesehatan, rezeki dan panjang umur. Aku juga sangat berterima kasih kepada teman-teman ku, adik-adik ku, kakak-kakak ku, yang ada dipanti ini. Karena, tanpa kalian, kita semua tidak akan berkumpul disini. Aku sangat senang dan bahagia, sekaligus terharu karena kalian sudah sayang sama aku. Aku juga sangat sayang sama kalian.” (tersenyum sambil menangis bahagia)



Papa



: “Resha…” (mengelus pundak Resha)



Resha



: “Maaf semuanya… Aku sangat terharu, dan terima kasih juga kepada Papa, Mama, Kak Ryu, dan semuanya… Tanpa dukungan dari kalian, aku tidak bisa berbicara panjang lebar seperti ini. Maaf iya semuanya… Aku terlalu panjang ngomongnya…” (tersenyum manis)



Papa



: “Tidak apa-apa kok nak…”(memeluk Resha)



42



Semua tamu undangan yang hadir dan penghuni panti mengeluarkan tangis bahagia. Tidak tau kenapa, semuanya juga ikut terharu. Mungkin ini karena aura dari Resha yang membuat semua menjadi ikut terharu. Setelah acara sambutan selesai, ada pembacaan doa yang dilakukan oleh Ustad Hidayat yaitu guru ngaji Resha. Setelah acara pembacaan doa selesai. Tamu yang datang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Resha. Walaupun tidak semua, karena banyak yang belum Resha kenal. Kemudian semua tamu di persilahkan untuk mencicipi hidangan yang sudah di sediakan. Resha merasa kebahagian nya terasa sangat nyata dan sangat menyentuh hatinya. Semua orang terlihat bahagia, Resha pun juga merasa ikut bahagia. Resha menunggu kedatangan Kak Mimi. Dan tiba-tiba, Resha melihat seseorang yang sepertinya dia mengenal seseorang tersebut. Dari pada penasaran, Resha pun menghampiri orang itu. Dan ternyata… Resha



: “Permisi… (memanggil orang tersebut) “Apakah anda …”(penasaran)



Mimi



: “Iya ada apa??” (menengok kearah Resha)



Resha



: “Wah….!!!!!!” (kaget) “Kak Mimi….!!!!” (langsung memeluk Kak Mimi)



Mimi



: “Wah… Resha…” “Kamu sudah bertambah tinggi ya…” (melepas pelukan Resha dengan perlahan dan tersenyum manis)



Resha



: “Hahaha… Iya dong kak, kan aku rajin minum susu.” (tertawa) “Kakak bisa saja…” “Kakak juga tambah cantik ya…” (tersenyum kecil)



Mimi



: “Kamu juga bisa saja sih Sha…” (tertawa kecil)



Resha



: “Kakak… Aku kangen kakak…”



Mimi



: “Kakak juga kangen kamu Sha… Sudah lama kita tidak bertemu.” (tersenyum manis)



Resha



: “Kakak… Sudah bertemu Kak Ryu belum?”



Mimi



: “Belum Sha… Ini aku baru saja sampai. Maaf ya Sha, aku telat.”



Resha



: “Oh… Ga apa-apa kok kak… kakak datang kesini saja aku sudah sangat senang. Kak, ikut aku yuk…” (menarik tangan Kak Mimi dengan ceria)



43



Kemudian orang tua Resha berbincang-bincang dengan orang tua Fiqi. Selagi mereka berbincang-bincang, Kak Ryu, Kak Joe dan Kak miya menghampiri mereka dan ikut mengobrol. Lalu, Resha juga menghampiri mereka dan ikut mengobrol bersama mereka dengan membawa Kak Mimi. Resha



: “Semua nya……!!!” (tersenyum ceria) “Aku membawa seseorang…”



Seseorang yang Resha maksud ada di balik badan Resha. Dan Resha pun langsung memperlihatkan seseorang tersebut. Kak Ryu pun sangat terkejut. Resha



: “Ini dia… Kak Mimi…” (terlihat ceria)



Ryu



: “Mimi!!!” (wajah sangat kaget) (langsung memeluk Kak Mimi)



Mimi



: “Ryu!” (kaget)



Resha



: “Kak Ryu… Ehm… Ehm…” “Kak… Sadar-sadar woi… Di depan Mama sama Papa asal melukmeluk aja nih…Hehehe…” (tertawa kecil)



Ryu



: “Maaf-maaf… Ga nyadar… Hehehe…” (ikutan tertawa kecil)



Resha



: “Huuu… Dasar Kak Ryu…” (menyoraki Kak Ryu)



Papa



: “Mimi, kamu apa kabar?”



Mimi



: “Aku baik-baik saja Om.” (tersenyum)



Mama



: “Kabar keluarga mu bagaimana Mi?”



Mimi



: “Alhamdulillah baik-baik saja. Om, Tante, semuanya bagaimana kabarnya? Sepertinya baik-baik saja ya.”(tersenyum manis)



Mama



: “Ya… Seperti yang kamu liat sekarang Mi. Alhamdulillah kami semua baik-baik saja.” (tersenyum)



Resha



: “Kak Ryu… Kak Ryu… Kakak… Ehm… Ehm…” (menyenggol badan Kak Ryu)



Ryu



: “Kamu kenapa sih Sha?” (tersenyum dengan wajah curiga)



Resha



: “Ayo kak!!! Berjuang… Semangat-semangat kakak ku…!!!” (menyemangati Kak Ryu dengan ceria dan sangat semangat)



Mama



: “Ryu, Resha, semua. Mama, Papa dan orang tuanya Fiqi mau ke tempat minuman dulu.”



Resha & Ryu



: “Iya Ma…” (tersenyum)



Joe & Miya



: “Iya Tante…” (tersenyum)



Mimi



: “Iya silahkan Tante…” (tersenyum)



44



Setelah itu, Kak Ryu pun menjadi bingung apa maksud Resha. Tapi, sedikit demi sedikit dia menyadari, maksud dari Resha berkata seperti itu. Ryu



: “Hmmm… Mi…” (tersenyum)



Mimi



: “Iya… Ada apa Ryu?” (balik senyum)



Ryu



: “Mi… Kamu mau balik sama aku ga?” “Tapi, kalo ga mau ga apa-apa kok. Aku ga maksa.” (tiba-tiba menjadi tegang)



Resha



: (di dalam hati berkata) “Kak Ryu aneh banget sih, minta balikan tapi kok malah ngomong kayak gitu.”



Mimi



: “Kenapa kamu mau balikan sama aku Ryu?”



Ryu



: “Eng..Em…I..Tu… Ka..re..na.. Aku…” (tergagap-gagap)



Mimi



: “Karena apa Ryu?”



Ryu



: (perasaan sudah tertahankan lagi, akhirnya teriak) “KARENA AKU MASIH SAYANG DAN CINTA SAMA KAMU MI!!!!”



Resha



: “Waw…” (kaget) “Suaranya… Mantap sangat…” (menggeleng-gelengkan kepala)



Miya



: “Iya tuh Ryu… Mantap sangat suaranya…” (ikut-ikutan menggeleng-gelengkan kepala)



Joe



: “Wawawaw…” “Satu kampung langsung pada kesini kali ya…” (ikut-ikutan juga menggeleng-gelengkan kepala)



Tamu undangan pun mendengar suara Kak Ryu yang sangat kencang. Semua menengok ke arah Ryu. Untuk tidak mengganggu semua tamu undangan, akhirnya Resha menjelaskan sesuatu. Resha



: “Semua tamu undangan… Maaf ya… Ini ada kesalahan teknis..” “Tadi tidak di sengaja ada suara yang mungkin sangat mengganggu. Tapi, suara ini tidak akan muncul lagi. Percayakan semuanya pada Resha.” (tersenyum manis)



Ryu



: “Resha… Maaf ya.” (wajah menjadi merah padam)



Resha



: “Wah… Tenang aja kak… Beres… Silahkan di lanjutkan.”



Ryu



: “Mimi… Mau kan balik sama aku?”



Mimi



: “Hmmm… Gimana ya Ryu… Aku bukan nya ga mau menerima kamu lagi sebagai kekasih ku. Tapi sebenarnya… Aku…”



Resha



: (wajah menjadi sangat penasaran)



45



Ryu



: “Sebenarnya apa Mi?” “Apa kamu mau bilang kalau sebenarnya kamu sudah punya seseorang?” (wajah menjadi agak sedih)



Resha



: (dalam hati berkata lagi) “Waduh… Kasihan Kak Ryu…Ayo dong Kak Mi… Terimalah Kak Ryu kembali…”



Mimi



: “Sebenarnya aku……”



Semuanya menjadi penasaran… Dan pada akhirnya… Mimi



: “Sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu Ryu…” (wajah menjadi merah padam)



Ryu



: “Benarkah itu Mi?” (wajah kaget)



Mimi



: “Iya benar… Hati ku, perasaan ku sudah tidak bisa di bohongi lagi.”



Ryu



: “Jadi?? Kita balikan seperti dulu?”



Mimi



: “Iya…” (tersenyum dan wajah masih merah padam)



Ryu



: “Wah… Makasih ya Mi…” (langsung memeluk Mi)



Resha



: “Hore!!! Doa ku terkabul juga…” (ceria)



Miya



: “Selamat ya Ryu, Mi.” (berjabat tangan dengan Ryu dan memeluk Mimi)



Joe



: “Selamat ya Bro…” (berjabat tangan gaya lelaki) “Selamat ya Mi…” (tersenyum)



Resha



: “Kak Ryu… Kak Mi… Peluk…” (memeluk Kak Ryu dan Kak Mi)



Setelah itu, Papa,Mama dan orang tuanya Fiqi kembali ke tempat Resha berkumpul. Tiba-tiba, Papa Resha pun menanyakan sesuatu hal yang membuat Resha diam sejenak. Papa



: “Sha, kamu belum punya pacar kan?”



Resha



: “Pa……!!! Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” (kaget)



Papa



: “Ya… Ga ada salahnya kan kalau Papa bertanya seperti itu?”



Resha



: “Hmmm… Iya juga sih…” (agak kebingungan)



Mama



: “Kamu ga nyari cowok Sha?”



Resha



: (tambah kaget) “Apaan Ma??? Aduh, Papa sama Mama kenapa sih… Kok nanya nya dari tadi aneh terus deh…” (tambah bingung pula)



Ryu



: “Iya Sha… Kenapa ga nyari?”



46



Resha



: “Ma, Pa, Kak. Aku ga akan mencari, jika sudah saatnya jodohku datang, aku akan menerimanya dengan ikhlas. Karena yang mengatur semuanya hanya Allah.” (tersenyum manis)



Tiba-tiba Fiqi datang… Fiqi



: “Kalau jodohnya datang sekarang juga bagaimana Sha?



Resha



: “Ya… Kan tadi aku udah bilang, aku menerimanya dengan ikhlas.”



Fiqi



: “Sha… Kalau aku mendaftar sebagai cowok kamu boleh ga Sha?”



Resha



: “APA!!!” (sangat kaget)



Semuanya yang di dekat Resha pun juga kaget, termasuk orang tua Fiqi sendiri. Fiqi



: “Iya… Mendaftar…” “Pa, Ma, maaf sebelumnya.” “Sha… Aku sayang sama kamu saat aku telah menjadi sahabat mu. Aku merasa sangat nyaman jika selalu di dekat mu. Aku ga tau kenapa aku bisa sampai berbicara seperti ini. Tapi, yang perlu engkau ketahui Sha…” (tersenyum) “AISHITERU……LOVE YOU SHA!!!!!!” (berteriak)



Resha



: (berkata dalam hati) “Waduh… Barusan Kak Ryu, sekarang si Fiqi.”



Fiqi



: “Sha… Jadi jawaban mu?” (penasaran menunggu jawaban Resha)



Resha



: “Hmmm… Fiqi… Aku akan memberi petunjuk, yang menandakan aku akan menerima kamu atau tidak.” (tersenyum)



Fiqi



: “Apa itu Sha?”



Resha



: “Kalau aku menunjuk salah satu anak panti. Itu artinya, aku menerima mu. Dan kalau aku menunjuk salah satu teman sekelas kita, berarti aku menolak mu.”



Fiqi



: “Oh… Oke… Aku akan menerima hasil keputusan mu dengan lapang dada…” (tersenyum)



Resha



: “Fiqi… Aku sangat senang menjadi sahabat mu, menjadi teman curhat mu. Engkau adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki… Tapi… Aku… ingin… kalau kau…” (bersiap-siap menunjuk salah satu orang)



Resha masih ragu akan keputusan yang akan dia berikan kepada Fiqi. Resha pun terus memantapkan hatinya, apakah dia menerima atau tidak…



47



Setelah 5 menit Resha berfikir… Dan akhirnya… Resha memutuskan dan… Resha pun menunjuk… Salah satu anak panti asuhan Cahaya Mulia… Fiqi pun kaget, ternyata dan tidak di sangka, Resha akan menerima Fiqi sebagai pacarnya. Fiqi



: “Sha… Benarkah keputusan mu itu??” (agak tidak percaya)



Resha



: “Iya Fiqi… Aku serius… Aku sudah memantapkan hati ku…” “Aku mau nerima kamu jadi pacar aku.” “Aku juga merasakan perasaan yang sedang kau rasakan Fiq..” “Dan aku mohon, jangan pernah lukai dan menyakiti hati ku…” (menangis di pelukan Fiqi)



Fiqi



: “Iya Sha… Aku janji tidak akan pernah melukai dan menyakiti hatimu…”(mengelus-elus pundak Resha)



Ryu



: “Ehm… Ehm…”



Fiqi



: “Sha… Udah ya nangis nya, malu nih di liatin banyak orang. Ini kan hari ulang tahun mu, kamu jangan nangis lagi ya.” (tersenyum)



Resha



: “Iya Fiq…” (menghapus air matanya) “Aku juga berjanji tidak akan jadi anak yang manja dan cengeng.” (tersenyum manis)



Ryu



: “Nah… Itu baru adik ku…” (tersenyum)



Resha



: “Papa, Mama, Kak Ryu… Resha sayang kalian” (memeluk) “Kak Miya, Kak Joe, Kak Mimi, Om, Tante… Resha juga sayang kalian semua…” (tersenyum bahagia)



Resha



: “SEMUANYA…..!!! AKU SAYANG KALIAN…!!! (berteriak dengan ceria)



Semua melihat Resha dengan senyuman kebahagiaan. Satu hal yang sangat Resha inginkan, menjadi seseorang yang tidak manja, tidak cengeng, hidup mandiri, dan selalu bisa menjadi Resha yang selalu ceria. Satu hal yang paling Resha suka dari semua kata yang telah di ucapkan di hari ulang tahunnya itu ialah tidak akan mencari. Jika sudah saatnya datang, dia akan menerimanya dengan ikhlas, karena yang mengatur semuanya hanya Allah.



48



ANALISIS ROMAN ~Layar Terkembang~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna



: coklat







Ilustrasi/lukisan



: sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan



dan yang wanitanya sedang membawa bunga, dan juga terdapat pohon yang daunnya sudah tidak ada (sudah gugur). 2. Judul Buku : Layar Terkembang. 3. Pengarang : St. Takdir Alisjahbana. 4. Penerbit



: Balai Pustaka, Jakarta 2005



5. Tebal Buku : 166 halaman. Unsur Intrinsik 1. Tema



: Dua cinta kakak beradik kepada satu lelaki.



2. Alur/plot



: Menggunakan alur Maju dan Mundur (Flashback).



3. Penokohan •



Yusuf



: Baik, cerdas, pengertian.







Maria



: baik, cerdas, periang, lincah







Tuti



: cerdas, serius, aktif.







R. Wiriatmadja : Baik, besar hati, dermawan.



4. Latar dan Setting •



Suasana







Waktu







Tempat



: sedih, mengharukan, : setiap saat (pagi, siang, sore dan malam). : Di rumah, di pasar akuarium, di rumah sakit.



49







Sudut Pandang/Titik Kisah : menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama.



5. Amanat •



Nilai Agama - Beragama dan beribadah jangan dilakukan pada saat menjelang



pensiun, •



akan tetapi dilakukan dari kita masih kecil.



Nilai Budaya - Hargailah kebudayaan bangsa dan negeri sendiri.







Nilai Moral - Siapa pun boleh untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya, jadi belajarlah dengan sungguh-sungguh.







Nilai Sosial - Kedudukan perempuan dalam masyarakat yang akan datang harus lebih baik lagi.



6. Gaya Cerita •



Bentuk Cerita



: Roman.







Gaya Bahasa



: menggunakan bahasa yang masih berunsurkan ciri khas



bahasa Melayu, dan juga terdapat bahasa Belanda. Sehingga dalam membaca roman ini agak sulit di mengerti. •



Lingkungan tema atau isi



Isi dari roman ini yaitu mengenai cinta seorang adik kepada seorang lelaki yang akhirnya tidak dapat di satukan karena adik tersebut menderita penyakit, dan adik tersebut menginginkan kakaknya yang memiliki lelaki tersebut.



Sinopsis Cerita Perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya yang tinggi. Dua orang bersaudara yang mendapat pendidikan menengah memiliki perangai/sifat yang berbeda. Maria adalah seorang yang lincah dan periang. Sedangkan Tuti, kakaknya, selalu serius dalam mengerjakan sesuatu dan juga aktif dalam sebagai kegiatan wanita.



50



Di tengah-tengah dua dara jelita ini, muncul Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran yaitu bersekolah di Sekolah Tabib Tinggi. Maria yang bersekolah di H.B.S Carpentier Alting Stichting dan kakaknya Tuti yang menjadi guru di sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Sejak pertemuan mereka yang pertama Maria dan Tuti dengan Yusuf di gedung akuarium Pasar Ikan, antara Maria dengan Yusuf timbul perasaan yang tak di duga sebelum nya oleh Maria. Setelah melalui tahap-tahap perkenalan yang singkat dan mendalam, pertemuan dengan keluarga, dan kunjungan oleh Yusuf yang sering datang ke rumah Maria. Setelah selang waktu berlalu, dan banyak juga terjadi kejadian-kejadian yang membuat perasaan mereka menjadi mendalam, diadakanlah ikatan pertunangan antara Maria dengan Yusuf. Akan tetapi, yang tak di duga, Tuti kakaknya juga menyimpan perasaan terhadap Yusuf. Tetapi sayangnya, ketika menjelang hari pernikahan Yusuf dengan Maria, Maria pun jatuh sakit. Penyakit yang di derita Maria itu parah, yaitu Malaria dan TBC. Sehingga dia harus dirawat di Sanatorium Pacet. Tidak lama Maria mendapati penyakitnya itu, Maria pun akhirnya meninggal. Sebelum ajal datang mencemput Maria, Maria pun berpesan agar supaya Tuti, kakaknya bersedia menerima Yusuf. Tuti pun tidak menolak permintaan sang adik. Dan akhirnya Tuti dan Yusuf pun menikah, mereka sekali-sekali mengunjungi makam Maria, orang yang mereka sayang yang telah berpulang ke Rahmatullah.



~Dian Yang Tak Kunjung Padam~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna



: krem, orange, biru kehijau-hijauan dan kuning.







Ilustarasi/Lukisan



: sungai, wajah perempuan dan seorang lelaki.



2. Judul



: Dian yang tak kunjung padam.



3. Pengarang



: Sutan Takdir Alisjahbana.



4. Penerbit



: Dian rakyat, Jakarta 1995.



5. Tebal Buku



: 155 halaman.



Unsur Intrinsik



51



1. Tema



: Cinta dan kasih sepasang kekasih yang tak sampai.



2. Alur : menggunakan alur maju,tapi terkadang menggunakan Flashback. 3. Penokohan •



Yasin







Molek : rendah hati, penyayang, baik hati, tidak sombong, cerdas,



: Berani, cerdas, baik, setia, sholeh, pengertian, dan jujur. sholehah.







Ibu Yasin : Baik, rendah hati, sabar.







Raden Mahmud : Keras hatinya, sombong, dan matrealistis.







Cek Sitti : Baik, penyayang, tapi matrealistis.



4. Latar dan Setting •



Suasana







Waktu







Tempat



: menegangkan, mengharukan, romantis, dan menyedihkan. : Setiap saat (pagi, siang, sore dan malam) : di kebun para, di sampan,di rumah, di pasar, dan di



tempat pernikahan. 5. Sudut pandang / titik kisah : sudut pandang orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat •



Nilai Agama - Jalanilah hidup ini dengan berlandaskan ketuhanan, dan tanamkanlah ajaran agama dari kita kecil sampai akhir riwayat di hati kita.







Nilai Budaya - Hargailah kebudayaan yang sudah kita ikuti dari kita kecil, dan kita



harus •



menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.



Nilai Moral - Harta bukanlah segala-galanya. - Jangan membandingkan perasaan dengan harta. - Utamakanlah perasaan dari pada harta. - Hormatilah tamu, karena tamu itu adalah raja.







Nilai Sosial - Hargai dan hormatilah seseorang yang derajatnya di bawah kita. - Jangan menilai seseorang dari hatinya. - Nilailah seseorang dari sifat-sifat baiknya.



7. Gaya Cerita



52







Bentuk Cerita



: Roman.







Gaya Bahasa



: menggunakan bahasa yang masih berunsurkan ciri



khas bahasa Melayu, dan juga terdapat bahasa daerah. Sehingga dalam membaca roman ini agak sulit di mengerti, tetapi banyak menggunakan majas. •



Lingkungan Tema atau Isi Isi dari roman ini yaitu mengenai cinta kasih antara seorang perawan yang merupakan bangsawan dan seorang lelaki yang berasal dari rakyat biasa, yang cinta mereka itu tidak di restui oleh orang tua dari perawan tersebut.



Sinopsis Cerita Yasin yang merupakan seorang pemuda yang berasal dari Uluan yang sekarang hanya tinggal dengan ibunya yang sangat dia sayangi itu jatuh cinta kepada seorang perawan yang merupakan anak dari Raden Mahmud bangsawan Palembang yang terkenal. Perasaan itu pun timbul saat dia melihat si cantik yang bernama Molek sedang bersantai-santai di serambi rumahnya yang mewah dekat sungai. Rupanya Molek pun juga jatuh cinta terhadap Yasin pada pandangan pertama. Namun, hubungan cinta mereka tidak mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status sosial yang sangat berbeda diantara keduanya. Baik Yasin maupun Molek sama-sama menyadari akan kenyataan tersebut. Namun cinta kasih mereka yang selalu bergejolak itu mengabaikan kenyataan yang menyakitkan tersebut. Itulah sebabnya, cinta mereka tidak bisa bertemu secara langsung,melainkan melalui surat. Semua kerinduan mereka,tertuang dan tumbuh dalam secarik kertas. Pada suatu hari, Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan percintaan mereka yang selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Yasin hendak melamar Molek secara terang-terangan. Kemudian pemuda itu memberitahukan niatnya kepada ibunya dan kerabatnya. Kemudian, keluarga Yasin pun berembuk dan dengan segala kesederhanaan yang dimiliki, mereka pun melamar Molek. Namun, pada akhirnya kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin, sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal. Tak lama kemudian, kelurga Molek didatangi oleh Sayed, seorang saudagar tua keturunan Arab yang kaya raya. Dan lelaki tua itu bermaksud untuk melamar Molek. Karena orang tua Molek kelihatan matrealistis, akhirnya langsung memutuskan untuk menerima lamaran Sayed.Sekali pun Molek menolak lamarannya tetapi perkawinan antara Molek dan Sayed itu tetap berlangsung. Kehidupan perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Molek, karena dia tidak mencintai Sayed. Ia pun mengetahui kalau tujuan Sayed menikahinya karena Sayed



53



ingin harta ayah Molek saja. Selain itu, perlakuan Sayed terhadap Molek pun sangat kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan, kesedihannya dan kerinduannya kepada Yasin melalui surat-surat. Ketika mengetahui pujaan hatinya hidup menderita dan juga karena kerinduan yang semakin mendalam terhadap Molek. Akhirnya, Yasin mencoba menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas. Usahanya pun berhasil, dan ia pun bertemu dengan Molek. Namun, pertemuan itu ternyata merupakan pertemuan terakhir mereka. Karena Molek yang sangat memendam kerinduan kepada Yasin itu akhirnya meninggal dunia. Setelah kematian kekasihnya, Yasin kembali ke desanya. Tak lama kemudian, ibunya pun juga meninggal dunia. Semua musibah yang menimpanya, membuat lelaki itu memilih hidup menyepi di lereng gunung Semenung dan ia pun akhirnya meninggal dunia di gunung tersebut.



~Lonceng Nagasaki~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna







Ilustrasi/lukisan : gereja, kota yang sudah hancur dan ada lelaki.



: Merah



2. Judul Buku



: Lonceng Nagasaki.



3. Pengarang



: Takashi Nagai.



4. Penerbit



: Gramedia, Jakarta 1989.



54



5. Tebal Buku



: 224 halaman.



Unsur Intrinsik 1. Tema : Perjuangan para mahasiswa, Profesor, para Ilmuwan dalam menolong korban-korban yang terkena bom atom. 2. Alur/plot : Mundur (Flashback) 3. Penokohan •



Takashi Nagai : Baik, suka menolong sesama, sabar, jujur, cerdas, dan religius.







Mahaiswa, dokter, perawat : sangat terpuji perilakunya, karena telah menolong orang-orang yang menjadi korban bom atom,tidak perduli dengan keadaan nya masing-masing.







Makoto



: sabar, baik, penurut.







Kayano



: sabar, penurut, baik, penyayang.



4. Latar dan Setting •



Suasana



: menegangkan, mengenaskn, menyedihkan, dan mengharukan.







Waktu



: Setiap saat (pagi, siang, sore, dan malam)







Tempat



: di Universitas, di pondok, di bukit, di pegunungan, di jalan raya, dan di gereja.



5. Sudut Pandang / Titik Kisah : menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. 6. Amanat •



Nilai Agama * Ingatlah selalu kepada Tuhan, Dia yang telah memberi hidup dan juga cobaan. * Cobaan selalu datang menghampiri, kesabaran adalah kunci nya. * Janganlah menjadi manusia yang sombong, karena alam semesta ini milik Tuhan.







Nilai Sosial * Kepedulian kita terhadap sesama manusia harus ditingkatkan. * Berikan sebuah pengorbanan yang berarti kepada setiap manusia yang mungkin bisa sedikit meringankan beban manusia tersebut. * Menolong seseorang yang sedang kesusahan harus dan wajib dilakukan.



55







Nilai Moral * Cintailah tetanggamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri. * Berusahalah menjadi seseorang yang baik, bijaksana agar tidak merepotkan orang-orang di sekitar. * Berusahalah untuk bertahan dan menjalani hidup dengan sebaik-



baiknya. •



Nilai Edukatif * Raihalah cita-cita dan belajarlah dengan sungguh-sungguh, agar dapat menolong orang-orang yang mendapat kesusahan dengan ilmu yang



telah



kita dapat.



7. Gaya Cerita •



Bentuk Cerita



: Roman.







Gaya Bahasa



: menggunakan bahasa yang sopan dan mudah untuk di



mengerti. •



Lingkungan tema atau isi Isi dari roman ini yaitu mengenai perjuangan seorang ahli radiology dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Nagasaki yang berhasil



menghimpun rekan-rekannya yaitu para dokter, perawat, dan mahasiswa untuk bekerja



menolong para korban.



Sinopsis Cerita Hari kamis, 9 Agustus 1945 pukul 11.02, Nagasaki dihancurkan oleh bom atom yang meledak lima ratus meter di atas Matsuyama, di pusat distrik Ukami kota Nagasaki. Energi yang dihasilkan ledakan itu menghasilkan angin sekencang 2000 meter/detik. Puluhan ribu orang meninggal seketika, puluhan ribu lainnya terluka parah. Lebih dari seratus ribu menderita berbagai penyakit akibat radiasi, ribuan rumah habis terbakar atau hancur diamuk angina ribut yang ditimbulkan oleh ledakan yang maha dahsyat. Setelah dua puluh menit berlalu sejak bom atom jatuh, dan ternyata Urukami telah menjadi lautan api. Dan yang tak disangka, setelah api itu mereda dan Nagai pun kembali ke rumahnya. Istrinya Midori, yang sangat dia cintai telah menjadi korban. Nagai pun mengumpulkan tulang-tulang Midori yang telah menjadi arang dan membawanya ke tempat pengungsian yang ada di lular kota. Untungnya, anaknya yang bernama Makoto dan Kayano tidak terkena ledakan bom atom tersebut. Dan anehnya lagi, Lonceng yang terdapat di Katedral Urukami pun tidak hancur sama sekali, padahal Katedral tersebut sudah hancur dan runtuh. Diantara mereka yang selamat adalah Dr.Takashi Nagai, seorang ahli radiologi dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Nagasaki. Ia berhasil menghimpun rekan-rekannya yaitu para dokter, perawat, dan mahasiswa untuk



56



bekerja menolong para korban. Tanpa kenal lelah dan sampa-sampai tidak memikirkan keadaan mereka sendiri. Perjuangan yang sangat hebat, dan sampai akhirnya mereka terpaksa menyerah pada penyakit yang di akibatkan raidasi atom. Walaupun kondisi Nagai pada saat menolong korban-korban sangat parah, tetapi dia tidak perduli, asalkan korban-korban itu bisa terbantu. Sebenarnya Nagai sudah menderita leukemia, mungkin itu akibat dari sampingan risetnya yang berbahaya di bidang radiologi. Dr.Takashi Nagai menulis Lonceng Nagasaki, yang secara jelas dan mendetail menggambarkan kehancuran yang diakibatkan bom atom. Setelah itu, ternyata arteri di batang lehernya sebelah kanan terpotong oleh pecahan kaca yang menghujaninya sewaktu bom atom jatuh. Sebagai seorang yang humanis sekaligus dokter dan ilmuwan yang penuh dedikasi, dengan tekun Dr. Takashi Nagai mengobati dan meneliti penyakit-penyakit akibat bom atom. Nagai dibantu anak lelaki nya Makoto dan Kayano anak perempuan yang masih kecil di pondoknya yang sangat sederhana. Dan berhasil menemukan terapi yang sederhana, murah, tetapi sangat efektif.



Hulubalang Raja UNSUR INTRINSIK 57



Tema : Patriotisme Alur / Plot



: Flashback (Maju-Mundur)



Penokohan : Sutan Ali Akbar [Raja Adil],Sutan Malekewi [Hulubalang Raja],Andam Dewi, Ambun Suri, Putri Rubiah, Sarayawa, Raja mulana Putri Reno Gading, Raja di Hulu, Sultan Nan Suha, Orang Kaya Kecil, Sultan Malafar Syah, Sultan Muhammad Syah, Kemala Sari, Kembang Manis, Si Berkat, Raja Lunang, Raja Air Haji, Raja Lakitan, Raja Batang Kapas, anak gembala, Groenewegen, Encik Marah, Noortwijck, Datuk Bendarakaya, Sutan Raja Bujang, Saudagar Raja Bungsu, penyamun, Samuel Loth,Sutan Alam Syah, Putri Limau Manis, Raja Mantari, Seri Nara, Pigge, Verspreet, Sutan Besar, Gruys, Pits, Maershalck, Raja Gandam, Putri Bungsu, Kapitan Poolman, Michielsen, pasukan Belanda, gadis-gadis, pasukan Raja Magat, orang Bugis, Latar dan Setting : Rumah besar di Kampung Hulu, Inderapura, Gelanggang Kampung Hulu, Tepian Ulak Damar, Istana Kota Hilir, Watas Kota Hilir dan Kampung Hulu, Daerah Manyuto, Kapal Songsong Barat, Muara Kota Tengah, Tiku, Pariaman, Pauh, Aceh, Pulau Cingkuk, Padang, Rumah Besar di Kotagedang, Gelanggang Putri Bungsu di Pinturaya, Lepau, Sitinjau Laut, Dangau Tinggal, loji, pegunungan dan rimba, rumah Putri Rubiah, Painan, Rimbakeuluang, Pulau Pisang, balairungsari. Sudut Pandang / Titik Kisah : Orang ketiga pelaku utama Amanat :  Kita harus memperjuangkan kemerdekaan tanah air kita dan berusaha mempertahankannya.  Ikatan keluarga akan selalu kuat dan tidak dapat dipisahkan.  Hutang budi tak bisa dibayar oleh harta. Gaya Cerita :  Bentuk sastra atau cerita : roman.  Gaya Bahasa : sulit untuk dipahami.  Lingkungan Tema / Isi : mengenai semangat perjuangan.



UNSUR EKSTRINSIK



58



   



Nilai Nilai Nilai Nilai



Religius : Percayakanlah semuanya hanya pada ALLAH SWT. Sosial : Saling tolong-menolonglah dan membantu sesama manusia. Budaya : Tanamkanlah dan lestarikanlah budaya yang kita punya. Moral : Milikilah sikap adil dalam diri setiap orang.



IDENTITAS BUKU  Judul buku : Hulubalang Raja  Pengarang



: N.St Iskandar



 Penerbit



: Balai Pustaka, Jakarta 1993



 Gambar kulit : Wajah lelaki orang Padang dengan berlatar belakang warna kuning dan orange.



 Tebal buku : 214 halaman  Perancang Kulit : Hanung Sunarmono



SINOPSIS Cerita dimulai ketika raja di Hulu mengadakan gelanggang sabung ayam untuk mencari jodoh bagi putrinya Ambun Suri.Semua raja dari pelosok negeri datang ke sana,hingga akhirnya datang Sultan Muhammad Syah anak Sultan Malafar Syah yang bertahta kerajaan di kota hilir Inderapura.Pinangannya pun diterima dengan terpaksa oleh putri Ambun suri,karena ia tahu sultan telah beristrikan Kemala Sari.Istri Sultan marah mengetahui hal tersebut,ia pun menyusun rencana licik, ia mengajak putri Ambun Suri mandi di Tepian Ulak Damar dan menghanyutkan mundam putri hingga akhirnya putri tenggelam ketika mencari mundamnya.Raja di Hulu sekeluarga bersedih mengetahui hal tersebut. Sutan Ali Akbar yang merupakan kakak dari Ambun Suri curiga Kemala Sari yang menyebabkan kematian adiknya,ia pun menghadap sultan Malafar Syah namun tidak ditanggapi akhirnya ia menyampaikan hal itu pada Raja Mulana.Raja Mulana menyambut baik karena sebelum kejadian itu raja-raja telah merasa sultan sangat semena- mena.Mereka lalu mengumpulkan bantuan dan menyusun rencana menyerang sultan.Namun gerak-gerik mereka diketahui oleh Sultan yang dibantu kompeni.Perlawanan Ali dipatahkan bahkan seluruh keluarganya jadi korban.Sutan Ali Akbar beserta pasukannya pindah ke Tiku, di sana ia diterima dengan baik dan selanjutnya diberi gelar Raja Adil. Lain Tiku,lain Kotagedang di sana ada seorang muda bernama Sutan Malekewi bersama bujangnya Si Berkat,karena malu oleh ayah ibunya,ia meninggalkan rumah dan adik yang dicintainya.Ia pergi menumpang kapal seorang saudagar,ketika beristirahat di Pauh mereka disamun dan yang selamat hanya Sutan seorang.Ia pun melanjutkan perjalanan hingga bertemu Putri Rubiah dan Sarayawa yang menerimanya dan memperlakukannya seperti keluarga sendiri dan memanggilnya Buyung.Putri Rubiah memiliki ipar bernama Orang Kaya Kecil yang bersahabat baik



59



dengan kompeni,ia pun menitipkan Si Buyung untuk bekerja padanya, hingga ia menjadi orang kepercayaan dan diberi gelar Hulubalang Raja. Sedang Raja Adil ia terus mengobarkan api perang kepada Malafar Syah dan kompeni.Suatu hari ia pergi ke Pauh,di sana ia menyelamatkan seorang gadis dari penyamun Aceh,selanjutnya ia menikah dengan gadis itu yang tidak lain adalah adik Sutan Malekewi. Si buyung yang telah bergelar hulubalang Raja diutus ke Inderapura,di sana ia tahu bahwa Raja Adil melawan Sultan karena mempertahankan adiknya,orang tua juga keinsyafannya membela tanah air.Ia pun kagum pada Raja Adil,dan hal itu mengingatkannya pada adiknya yang diketahuinya pergi mencarinya dan disamun di tengah jalan namun tersiar kabar adiknya diselamatkan orang. Bulan Maret keadaan kacau perang dimana-mana.Di Padang Hulubalang Raja mengalami kekalahan dan terluka parah,sedang Raja Adil semakin leluasa karena banyak negeri yang telah takluk padanya. Setelah sembuh dari lukanya Hulubalang Raja pergi hendak mencari adiknya,namun ia tertangkap pasukan Raja Adil,karena dianggap mata-mata kompeni.Hulubalang Raja pun mengatakan ia bukan memerangi bangsa sendiri namun memerangi penyamun yang hampir menewaskan ia dan terakhir adik perempuannya.Ketika perdebatan itu terjadi putri Andam Dewi istri Raja Adil yang tidak lain adalah adik Hulubalang Raja tengah bermain bersama putranya,tidak jauh dari tempat Raja adil dan Hulubalang Raja.Secara tak sengaja Andam Dewi melihat kakaknya begitu pula Hulubalang raja,kedua kakak beradik itu pun berpelukan. Akhirnya Raja Adil memerintah daerah Manyuto, Sultan Malafar Syah ditahan di Cingkuk,istana Raja Adil sudah aman sentosa.Ia juga gembira karena Hulubalang Raja juga sejiwa dengannya sama-sama cinta Minangkabau dan memperjuangkan kemerdekaan tanah air. Raja Adil, Andam Dewi,putranya dan Hulubalang Raja serta pengiringnya pulang ke Padang menemui keluarga Putri Rubiah, Orang Kaya Kecil dan Sarayawa.Mereka disanbut dengan baik juga oleh kedua orang tua Andam Dewi.Orang Kaya Kecil pun mempersiapkan pernikahan Sutan Malekewi dan Sarayawa yang telah lama saling suka,hal itu dilakukan sebagai rasa syukur dan dan terima kasih kepada hulubalang Raja atas jasanya selama ia bekerja dalam pemerintahannya.



~Nyai Dasima~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna







Ilustrasi/lukisan



: coklat. : Nyonya rumah di Batavia pada abad ke-19.



2. Judul Buku : Nyai Dasima. 3. Pengarang : S.M. Ardan. 4. Penerbit



: Masup Jakarta, Jakarta 2007.



60



5. Tebal Buku : 138 halaman. Unsur Intrinsik 1. Tema



:



2. Alur : Maju dan Mundur. 3. Penokohan •



Nyai Dasima :







Bang Miun



:



4. Latar dan Setting •



Suasana







Waktu







Tempat



: : Setiap saat (pagi, siang, sore dan malam). :



5. Sudut Pandang/Titik kisah : sudut pandang orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat •



Nilai Agama - Walaupun kita ingin mendapatkan seseorang, janganlah menggunakan ilmu-ilmu yang dapat membuat kita menjadi syirik kepada Allah.







Nilai budaya -



~Amerika Siapa Takut!~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna



: Keseluruhan semuanya putih.







Ilustrasi/lukisan



: Terdapat gambar tokoh utama dan temantemannya dan ada gambar patung Liberty.



2. Judul Buku



: Amerika Siapa Takut!!



3. Pengarang



: Adzimatinur Siregar.



4. Penerbit



: Zikrul Hakim, Jakarta 2005.



5. Tebal Buku



: 111 halaman.



Unsur intrinsik 1. Tema



: “Kegigihan seorang anak perempuan mempertahankan pendiriannya untuk tidak takut terhadap Amerika.”



61



2. Alur •



Maju Cerita ini menceritakan kejadian dari awal sampai akhir secara berturut-turut. Tersusun dengan baik sesuai dengan jalan ceritanya.



3. Penokohan







Anggie : Super aktif, baik, pentang menyerah dan berani, suka menilai orang dari asal tempat tinggalnya saja tidak dari dalamnya, terutama alergi sekali sama yang namanya Amerika.







Papi & Mami : Baik, pengertian tapi kalau sama Anggie kurang. Suka sekali sama Amerika.







Lintang



: Baik, pengertian sama adiknya tapi itu kadang-kadang, penyayang, suka isengin Anggie.







Dee



: Baik, sahabatnya Anggie, pintar, dan tidak sombong.







Icha



: Baik, ga begitu mengerti mengenai teknologi.







Alkindi : Pintar, cemburuan, kadang-kadang baik.







Ranar : super lemot, pelupa, baik, setia kawan, solider.







Arsenna



: super pintar, dan baik.



4. Latar dan Setting •



Suasana







Waktu : setiap waktu, karena peristiwanya terjadi dari pagi sampai



: mengharukan, lucu, hal-hal yang aneh terjadi.



malam. •



Tempat



: disekolah, dirumah, dan dikebun binatang.



5. Sudut Pandang / Titik Kisah Sudut pandang orang ketiga, karena dalam cerita ini penulis lebih banyak menceritakan tokoh utamanya. 6. Amanat •



Nilai Moral - jangan menilai seseorang dari luarnya saja. - jangan mudah menyerah. - junjunglah tinggi-tinggi arti dari persahabatan.







Nilai Budaya - cintailah budaya dalam negeri walaupun itu membuat orang lain tidak suka.







Nilai Edukatif



62



- rajinlah dalam menuntut ilmu yang bermanfaat. 7. Gaya Cerita •



Bentuk Cerita : Novel Komik.







Gaya Bahasa : Mudah dipahami, menggunakan bahasa sehari-hari, dan menggunakan bahasa gaul, sehingga bagi yang membaca bisa segera paham.







Lingkungan tema atau isi Isi dari novel ini sesuai dengan judulnya. Karena berisi tentang kegigihan seorang muslimah muda yang mempertahankan pendiriannya.



Sinopsis Cerita Anggie Nurfadillah salah satu siswi SMP Bento. Yang biasa di panggil Anggie ini sangat anti terhadap Amerika. Kata dia Amerika itu kejam, jahat, dan tidak berperikemanusiaan. Di matanya, Amerika itu pengecut, negeri yang kecil seperti Palestina itu di bombardir. Jadi, jangan coba-coba untuk membanggakan Amerika di depannya, bisa-bisa orang tersebut dibantai Anggie. Anggie mempunyai orang tua yang perilakunya itu selalu membuat Anggie kesal, karena orang tuanya selalu membicara kan mengenai Amerika. Anggie mempunyai empat kakak, semuanya kuliah di mancanegara, kecuali Lintang. Semuanya di Amerika, keadaan ini sering membuat Anggie frustasi. Selain itu, karena Papi Anggie yang mantan diplomat, semua anak jadi dikirim ke luar negeri. Anggie sering sekali menggugat orang tuanya, tapi Papinya selalu bisa memberi alasan. Beasiswa gratislah, anak-anak yang super jeniuslah, dan Anggie pun tidak bisa berkata apa-apa karena Papinya berbicara seperti itu. Anggie punya teman-teman yang terkadang mendukung Anggie, Dee dan Icha sahabat Anggie di SMP Bento, Alkindi yang suka sama Anggie dan ternyata Anggie pun juga suka. Arsenna yang otaknya encer, dan satu lagi Ranar yang super lemot alias tidak nyambung kalau sedang diajak ngobrol seseorang. Ada demo didepan Mushola Bento, dan ternyata demo anti Amerika. Sudah pasti, Anggie ikut berperan dalam demo ini. Anggie pun mengajak sahabatnya Dee dan Icha, Icha malah tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dan Anggie pun bilang kalau Icha itu gatek alias gagap teknologi. Lalu Anggie memberitahu Icha kalau ada demo anti Amerika. Beberapa hari kemudian, Mami Anggie memberitahu Anggie nanti ada saudara sepupu yang datang dari Amerika. Namanya Seth dan kakaknya bernama Jessica. Kejadian yang tak terduga ternyata, Seth itu satu sekolah dengan Anggie. Tentunya Anggie benar-benar tidak tau kalau Seth akan bersekolah bersamanya.



63



Semua teman-teman Anggie sangat terpesona dengan Seth, Alkindi pun cemburu karena Seth dekat dengan Anggie. Kemudian, Mami Anggie mengajak Anggie, Seth dan Lintang pergi jalan-jalan ke kebun binatang. Disitulah Anggie baru menyadari kalau Seth tidak jahat, terlebih Seth sangat perhatian terhadap Anggie. Seth menolong Anggie dari anakanak berandalan. Kurang lebih 1 minggu Seth bersekolah di SMP Bento, akhirnya Seth akan kembali ke Amerika. Anggie pun sangat sedih dengan berita kepergian Seth ke Amerika. Malam sebelum kepergian,Seth memberikan kenang-kenangan yaitu berupa sebuah Al-Qur’an kepada Anggie dan itu merupakan hadiah yang sangat indah bagi Anggie. Paginya, Seth berbicara kepada Maminya Anggie agar lebih memberikan perhatiannya kepada Anggie, karena Anggie butuh sekali perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu. Karena, Seth tau, Anggie selalu menyembunyikan masalah hidupnya dari orang lain. Keesokan harinya, ada ribut-ribut di depan SMP Bento. Ternyata ada seorang lelaki yang sedang demo tentang kekejaman Amerika. Alkindi mempunyai ide, kalau Ranar lah yang pantas berbicara dengan lelaki itu. Dan akhirnya, semuanya menjadi berantakan karena Ranar dan lelaki itu sama-sama tidak nyambung. Kejadian yang sangat lucu dan menarik itu pun terjadi. Ternyata, lelaki itu adalah pasien rumah sakit jiwa. Anggie dan teman-teman nya pun terkejut dan tertawa, pantas saja keduanya tidak nyambung.



Please deh! Identitas Buku 1. Sampul Buku



 Warna



: lebih banyak berwarna kuning, tetapi menggunakan juga sebagian warna ada yang berwarna-warni.



 Ilustrasi/Lukisan : ada 4 muslimah muda yang sedang melakukan 2. Judul Buku



sesuatu sesuai dengan hobi mereka masing-masing. : Please deh!



3. Pengarang 4. Penerbit



: Triani Retno A. : Gema Insani, Februari 2008.



5. Tebal Buku



: 141 halaman.



Unsur Intinsik 1. Tema



: Perubahan dari perilaku yang tidak baik menjadi baik adalah suatu perubahan yang berarti.



2. Alur 3. Penokohan



: Maju.



 Tasya



: Jutek, bandel, sombong,



 Papa dan Mama : Baik hati, alim, tidak sombong.



64



 Dini



: Baik hati,rendah hati,pintar,tidak sombong,sabar, pendiam.



 Astri



: Baik, pintar, tomboy, suka melucu dan tidak sombong.



 Sarah



: Baik hati, pintar, tidak sombong, rendah hati.



4. Latar dan Setting  Suasana



: mengharukan, menyedihkan, dan lucu.



 Waktu



: setiap saat (pagi, siang, sore dan malam)



 Tempat



: di rumah, di asrama, dan di sekolah.



5. Sudut pandang / Titik kisah : sudut pandang orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat  Nilai Agama * Ingatlah kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. * Agama yang kita miliki, adalah agama yang terbaik.  Nilai Moral * Menghormati seseorang adalah sesuatu yang harus dimiliki setiap manusia. * Jangan pernah menganggap rendah seseorang.  Nilai Sosial * Berperilakulah sesuai dengan yang sudah ditetapkan, karena yang sudah di tetapkan itu suatu ajaran yang membimbing kita menuju kebaikan.  Nilai Edukatif * belajarlah dengan sungguh-sungguh, dan landasi dengan perasaan ikhlas.  Nilai Budaya * walaupun kita berbeda budaya dan daerah, tapi kita harus saling menghormati satu sama lain. 7. Gaya Cerita  Bentuk cerita : Novel.



 Gaya bahasa : menggunakan bahasa sehari-hari dan bahasa gaul, selain itu juga menggunakan bahasa yang sopan.  Lingkungan Tema atau Isi Isi dari novel ini sesuai dengan judulnya. Karena tokoh utama adalah seorang yang pergaulannya bebas, sehingga orang tua nya mengirimkan dia ke sebuah asrama yang dapat merubah perilaku meenjadi lebih baik. Sinopsis cerita Tasya Rahmanita Arifin, seorang anak Jakarta yang pergaulannya sudah membuat Mama dan Papa nya ingin memasukkan dia ke sebuah sekolah yang berbasiskan pendidikan Islam atau yang biasanya disebut dengan pesantren. Tasya yang menganggap dia anak gaul yang harus di masukkan ke pesantren, jelas-jelas dan sudah pasti Tasya menolaknya. Tapi karena itu sudah keputusan orang tuanya,



65



mau tidak mau, Tasya harus bersekolah di pesantren yaitu di Bogor. Tasya tidak menceritakan kepada teman satu genk nya, karena kalau sampai dia cerita, pasti dia akan di ledekin. Akhirnya, setelah memasuki bulan untuk mendaftar ke sekolah selanjutnya. Tasya pun akhirnya pergi ke Bogor dengan fikiran setelah dia keluar dari pesantren tersebut dia udah ketinggalan jaman satu abad. Sesampainya di Bogor yaitu di SMU NIBS atau Nurul Iman Boarding School, Tasya sangat kaget, karena dia tak menduga sekolah yang dia anggap kampungan itu, ternyata sangat di luar dugaan. Sekolah NIBS ternyata bukan pesantren, melainkan sebuah sekolah umum yang mengambil konsep pesantren, yang sangat luas, bagus, indah, bersih dan sejuk, gedungnya pun juga besar. Menurutnya, walaupun ga kampungan, tetapi sama saja seperti terkurung di dalam penjara yang mewah. Setelah Tasya dan Mama nya mendaftar ulang, lalu mereka langsung menuju kamar Tasya. Ternyata Tasya tidak sendirian, yaitu ada 3 teman sekamarnya yang lain. Yang pertama Dini, yang merupakan anak mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di NIBS ternyata Tasya tidak menyukainya dari awal bertemu pertama kali, menurutnya Dini itu anak kampung yang beruntung bisa bersekolah di NIBS. Astri yang sama seperti Tasya dari Jakarta, Tasya pun senang bisa sekamar dengan Astri. Dan satu lagi, yang tidak dia sangka adalah dia sekamar dengan bule namanya Sarah, blasteran Indo Jerman. Bule masuk pesantren! Tasya senang bisa sekamar dengan mereka, terkecuali dengan Dini, Tasya sangat tidak bersahabat dengan Dini. Setelah banyak kejadian yang di lalui nya, karena di NIBS semua murid harus disiplin dalam sekolah tersebut. Tasya pun sudah mendapatkan poin yang cukup banyak, karena dia sering melakukan pelanggaran. Dan karena Dini selalu dimusuhi Tasya, Dini pun jatuh sakit karena saking tidak kuatnya mendapat beban moral yang dihadapi. Astri dan Sarah menemani Dini, sedangkan Tasya sangat tidak perduli dengan keadaan Dini. Setelah Dini agak baik kan, Astri dan teman-temannya yang lain berencana untuk memberi pelajaran agar Tasya menyadari rasanya di jutekin. Akhirnya, teman-teman nya hanya diem jika Tasya datang. Tasya pun merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti itu. Akhirnya, Tasya mencoba untuk menjalani keadaan yang sedang terjadi. Karena poin Tasya sudah menumpuk, Tasya diingatkan jika ingin pulang liburan selama 2 hari, dia harus menjaga agar poin nya tidak bertambah sampai 40. Dan tiba waktunya Tasya untuk pulang ke rumahnya liburan selama 2 hari. Papa dan Mamanya pun menjemputnya, sedangkan Dini tetap tinggal di asrama, padahal Dini sudah di ajak Sarah dan Astri, tetapi tetap dia kekeh untuk tetap tinggal di asrama, membantu guru-guru NISB. Dia sangat gembira, akhirnya bisa terbebas dari penjara, walaupun hanya 2 hari. Dia tidak ingin melewatkan kebebasannya seperti dulu lagi. Sesampainya di rumah, setelah ddia membersihkan dirinya, akhirnya dia menelpon teman geng nya sewaktu masih SMP. Dan dia pun akhirnya memutuskan untuk pergi dugem bersama teman-temannya pas malam minggu ke Nets Caffe.



66



Yang tidak di sangka, 2 teman nya meminum minuman yang mengandung sedikit alcohol. Tasya pun kaget karena teman-temannya sudah berubah menjadi anak yang lebih buruk. Di kafe tersebut, Tasya di tembak sama cowok yang dulu dia impi-impikan, ternyata tidak sesuai dengan apa yang Tasya fikirkan. Karena perilaku cowok tersebut sudah di luar aturan agama, dan Tasya menolaknya. Akhirnya karena Tasya kesal melihat teman-temannya yang semakin lama perilaku nya semakin gila. Akhirnya Tasya menyadari, bahwa apa yang terpaksa dia pelajari di sekolah telah melindunginya dari bebasnya pergaulan remaja dan Tasya pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Tasya langsung ingat kalau dia dari kemarin belum shalat. Pagi harinya, orang tuanya menanyakan kapan mau balik ke NISB, Tasya ingin lebih cepat kembali ke asrama. Sebelum keberangkatan nya ke Bogor, temannya menelpon, dan akhirnya Tasya berterus terang kalau dia sekolah di pesantren. Temannya tidak percaya apa yang telah di katakannya Tasya, tapi Tasya tidak perduli lagi. Siang harinya, Tasya berangkat ke Bogor dengan diantar orang tuanya. Tasya merasa sangat senang ingin segera kembali ke asrama karena di dalam hatinya, dia lebih baik kehilangan kebebasan diasrama daripada harus terjerat dalam pergaulan bebas yang menyesatkan.



~Mayoret Jutek~ Identitas Buku 1. Sampul Buku



 Warna



: keseluruhan hijau kekuning-kuningan dan ada sebagian berwarna ungu.



 Ilustrasi/lukisan



: terdapat tokoh utama dan teman-temannya



sedang



membawa peralatan drum band.



2. Judul Buku



: Mayoret Jutek!



3. Pengarang



: Beby Haryanti Dewi.



4. Penerbit



: Lingkar Pena, Depok 2008



5. Tebal Buku



: 195 halaman.



Unsur Intrinsik 1. Tema



: Keinginan dan tekad untuk menjadi seseorang yang bisa melakukan sesuatu yang berguna dari kekurangan nya.



2. Alur/plot



: Maju - mundur.



3. Penokohan  Kezie : jutek, baik, iseng.  Elloy



: baik, iseng, jujur.



 Jihan : polos, alim, baik, jujur.



 Pito



: iseng, baik, dan menyadari kesalahan yang telah di perbuat.



67



 Mama : suka memaksakan kehendak sendiri, tetapi baik sangat. 4. Latar dan setting  Suasana : Sangat lucu, dan mengharukan.



 Waktu



: setiap saat (pagi, siang, sore, dan malam).



 Tempat : di rumah, dilapangan rumput, dan di lapangan. 5. Sudut pandang/titik kisah Di novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat :  Nilai Agama * Sesibuk apapun kita, luangkan waktu untuk beribadah, walaupun itu akan membuat kita mendapatkan sesuatu yang tidak di inginkan. * Hormatilah seseorang yang akan melaksanakan ibadah.  Nilai Moral * Jangan mamandang seseorang dari penampilan/luarnya saja. * Jangan mudah menyerah dalam melakukan suatu kegiatan yang positif. * Hidup ini penuh cobaan, jadi jalanilah hidup ini dengan cara bersyukur dengan sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.  Nilai Budaya * Walaupun kita tidak menyukai budaya sendiri, tapi harap cintailah dan hargailah budaya negeri sendiri.  Nilai Edukatif * Jangan mudah menyerah dalam belajar sesuatu yang berguna.  Nilai Sosial * Menghargai penampilan seseorang itu sangat penting. * Hargailah seseorang yang akan melakukan suatu kebaikan, walaupun kita benci terhadap orang tersebut. 7. Gaya Cerita  Bentuk Cerita : Novel Remaja.



 Gaya bahasa : sopan, mudah di pahami, kata-katanya dapat membuat kita tertawa dan ada beberapa kata menggunakan majas.  Lingkungan Tema atau Isi Isi dari novel ini sesuai dengan judulnya. Karena tokoh utama menjadi jutek karena dia kesal dengan seseorang yang dulu pernah membuat malu. Sinopsis Cerita Kezie seorang siswa SMA yang diperintahkan oleh gurunya supaya memakai pakaian adat Jawa dalam menghadiri festival. Sedangkan Kezie tidak suka mengenakan pakaian adat tersebut, karena ada sesuatu yang sangat membuat dia



68



tidak nyaman. Yaitu, konde, Kezie tidak suka karena konde tersebut akan aneh dilihat jika dia memakainya. Tidak sesuai dengan rambutnya yang seperti sarang burung alias keriting keribo. Kezie mempunyai 2 sahabat yaitu, Elloy yang selalu iseng, selalu mengganggu Kezie. Dan yang satu lagi bernama Jihan, alim sering membawakan ceramah yang membuat kedua sahabatnya itu terkadang tidak mau mendengarkan. Karena setiap ada persoalan yang sedang dibicarakan, Jihan selalu menceramahi kedua sahabatnya itu.



~The Japanese Guy & Me~ Identitas Buku 1. Sampul Buku •



Warna







Ilustrasi/lukisan



: Putih, orange ke merah-merahan. : Seorang perempuan dan pemuda yang sedang duduk. Selain itu, ada pohon yang daun nya sudah berguguran dan ada matahari.



2. Judul Buku : The Japanese Guy & Me. 3. Pengarang : Camarillo Maxwell. 4. Penerbit : Puspa Swara, Jakarta 2006. 5. Tebal Buku : 143 halaman. Unsur Intrinsik 1. Tema



: Kisah cinta yang tak terduga.



2. Alur : Maju. 3. Penokohan  Maya : Baik, manis, cerdas, jujur, lugu, cuek.  Kyo : Baik, Keren, cerdas, bohong untuk kebaikan, romantis, cuek.  Ibu Kyo : suka memaksakan kehendaknya, sifatnya keras.  Misaki : cantik, sombong.  Kak Marin : baik, cerdas, cantik, berfikir dewasa.  Sally dan Ellis : baik, suka isengin Maya. 4. Latar dan Setting



 Suasana : mengharukan,menyedihkan,membuat penasaran.  Waktu



: Setiap saat (pagi, siang, sore, dan malam)



 Tempat



: di rumah, hotel, bandara, sekolah, restoran



(Padang,Jepang, Ala Barat) 5. Sudut Pandang/titik kisah : orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat  Nilai moral  Nilai sosial  Nilai edukatif



69



7. Gaya Cerita  Bentuk Cerita : Novel.  Gaya bahasa :menggunakan bahasa sopan dan mudah untuk dimengerti para pembaca.  Lingkungan Tema atau Isi



70