Nara Sasmita 32020107 Proposal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III MENGHADAPI RENCANA PERSALINAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI AMMELIA BANTUL YOGYAKARTA



NARA SASMITA 32020107



PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI, 2021



PROPOSAL HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI PERSALINAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI AMMELIA BANTUL YOGYAKARTA



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan



NARA SASMITA 32020107



PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI, 2021



HALAMAN PERSETUJUAN



Skripsi Berjudul: HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI PERSALINAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI PMB APPI AMMELIA BANTUL YOGYAKARTA



Disusun oleh: Nara Sasmita 32020107



PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan Boyolali,…...........



Pembimbing Utama,



Pembimbing Pendamping



(Dr. Yanti, S.ST., M.Keb)



(Atik Setyaningsih, S.SiT., M.kes)



iii



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Sarjana Kebidanan STIKes Estu Utomo. Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Handayani, S. SiT., M. Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali, 2. Ibu Triani Yuliastanti, S. SiT., M. Kes sebagai Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali, 3. Dr. Yanti, S.ST., M.Keb sebagai Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan sehingga Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan, 4. Ibu Atik Setyaningsih, S.SiT., M.kes sebagai Pembimbing pendamping yang telah



memberikan



bimbingan



sehingga



Proposal



Skripsi



ini



dapat



terselesaikan, 5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan materil dan moril kepada penulis sehingga Proposal Skripsi ini selesai pada waktunya, serta 6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Akhir kata, saya berharap Allah, Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Boyolali, Oktober 2021



Penulis



iv



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i HALAMAN JUDUL................................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................................................. iv DAFTAR ISI............................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi DAFTAR TABEL................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3 D. Ruang Lingkup............................................................................................. 4 E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4 F. Keaslian Skripsi............................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12 A. Landasan Teori............................................................................................ 12 B. Kerangka Teori............................................................................................ 21 C. Kerangka Konsep......................................................................................... 22 D. Hipotesis...................................................................................................... 22 BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 23 A. Jenis Dan Desain Penelitian......................................................................... 23 B. Populasi Dan Sampel................................................................................... 23 C. Waktu Dan Tempat...................................................................................... 24 D. Variabel Penelitian....................................................................................... 24 E. Definisi Operasional.................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................... 21 Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................................. 22



vi



DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Judul yang hampir atau sama dari luar STIKes Estu Utomo.................... 5 Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................................ 24



vii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tanpa terkecuali pernah mengalami kecemasan. Kecemasan dapat disebabkan oleh pertumbuhan, adanya pengalaman baru Heriani (2016) dan kecemasan yang mengarah kepada masalah pskiatri dapat terjadi jika seseorang mengalami tekanan dan perasaaan yang mendalam dalam jangka waktu yang lama (Maki et al, 2018). Kehamilan merupakan salah satu sumber stressor yang dialami oleh wanita. Pada umumnya seorang wanita yang mengetahui dirinya sedang hamil untuk pertama kalinya akan merasa senang dan disaat yang bersamaan rasa cemas juga timbul pada wanita tersebut akibat perubahan yang terjadi pada dirinya



serta perkembangan janin yang ada dalam



kandungannya (Maki et al, 2018). Kecemasan ibu hamil dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi rahim, akibat kondisi tersebut dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memicu terjadinya preeklamsi, keguguran, BBLR, dan bayi prematur. (Novriani, 2017). Psikologis ibu menjadi satu dari beberapa faktor yang berkontribusi dalam terjadinya persalinan lama, dimana persalinan lama merupakan salah satu penyebab tingginya AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia (Heriani, 2016). Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs. Diperkirakan pada tahun 2024 AKI



di Indonesia turun menjadi 183/100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2030 turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat signifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus dan kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017, namun naik lagi di tahun 2018 menjadi 36 di tahun 2019 kasus kematian ibu hamil di angka yang sama dengan tahun sebelumnya. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul (13 kasus) dan terendah di Kota Yogyakarta (4 kasus). Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah karena Penyakin lain-lain (18), perdarahan (8), hipertensi dalam kehamilan (2), infeksi (2), dan gangguan sistem peredaran darah (6) (Dinkes DIY, 2019). Di Kabupaten Bantul Angka kematian ibu pada tahun 2020 naik dibandingkan tahun 2019. Angka Kematian Ibu Tahun 2019 sebesar 99,45/100.000 Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 13 kasus, sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 20 kasus sebesar 157,6/100.000. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun 2020 adalah Pendarahan 2 kasus, Hipertensi dalam Kehamilan 4 kasus, Gangguan Sistem Peredaran Darah 5 kasus, Infeksi 2 kasus, dan lainnya 6 kasus (Dinkes Kabupaten Bantul, 2020). Pada situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di Indonesia masih menjadi tantangan besar, apalagi pada saat situasi bencana. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi bencana nasional non alam COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu layanan yang terkena dampak baik secara akses maupun



kualitas.



Dikhawatirkan,



hal



ini



menyebabkan



adanya



peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2020).



9



Pandemi Covid-19 telah menimbulkan stress dan kecemasan pada ibu hamil di belahan dunia. Wanita hamil akan sangat mungkin mengalami gejala depresi dan kecemasan tingkat tinggi selama pandemic Covid-19, yang mungkin berdampak buruk pada ibu dan janin bahkan pada wanita dengan social ekonomi rendah (Nicolas dkk, 2020). Hasil penelitian Yuliani, Diki Retno (2020) di Kecamatan Baturaden, ditemukan sebanyak 57,5% ibu hamil trimester ketiga mengalami kecemasan dimana 40% diantaranya ibu hamil tersebut mengalami tingkat kecemasan ringan hingga sedang (Kemenkes, 2021) Sebuah studi melaporkan bahwa gejala depresif dan kecemasan pada wanita hamil setelah deklarasi pandemi COVID-19 lebih tinggi dibandingkan sebelum deklarasi COVID-19, termasuk kecenderungan ingin melukai diri sendiri (Wu et al., 2020). Hal tersebut dapat menyebabkan kondisi bahaya selama kehamilan, sehingga mempengaruhi kondisi ibu dan janin (Uranku and ksu, 2020). Menurut Penelitian Yuliani dan Aini (2020) ibu hamil yang mengalami kecemasan pada saat pandemi covid 19 mencapai 63-68 %. Menurut penelitian Angesti (2020) ibu hamil yang mengalami kecemasan mencapai 57,5% dan ada hubungannya dengan kesiapan ibu menghadapi persalinan dimasa pandemi covid-19. Hasil Literatur review yang dilakukan oleh Dany Eka Novitasari (2021) dari penelitian menunjukkan bahwa seluruh artikel penelitian yaitu sebesar 100% atau sebanyak 10 artikel yang direview dilakukan pada responden Hasil literatur review artikel penelitian dari (Zeinab et al., 2021, X Liu et al., 2020, Anna Kajdy et al., 2020, Cheryl A et al., 2020, Madhuri et al., 2020 Leili Salehi et al., 2020, Theresa Gildner et al., 2021, Elizabeth Mollard.,et al, 2021, Diki Retno Yuliani., et al, 2020 Claudia Ravaldi.,et al, 2020) mendapatkan hasil bahwa ibu hamil mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan di masa pandemi Covid-19. Tingkat kecemasan yang ditemukan pada ibu hami berada pada kategori 10



kecemasan ringan-sedang hingga kecemasan berat. Adapun yang menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan pada ibu hamil tersebut antara lain rasa kawatir ibu terhadap pandemi virus corona, dimana banyak ibu yang mengalami kecemasan menjelang persalinan, kedua ketakutan ibu hamil untuk terinfeksi dan menginfeksi orang lain, ketiga informasi yang diperoleh mengenai manajemen Covid-19 (protokol 5M; menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilisasi), pencegahan dan penanganan yang diperoleh dari media masa, keempat adalah kejenuhan ibu hamil yang membuat mereka abai bahkan menjadi tidak percaya dengan gejala Covid-19, serta faktor ekonomi dikarenakan keadaan pekerjaan suami yang mayoritas bekerja sebagai petani, peternak dan pegawai pabrik yang di PHK ditambah lagi dengan biaya persalinan yang cukup besar dikarenakan kondisi ekonomi dan faktor keluarga tidak memiliki BPJS. Secara umum, kecemasan pada ibu hamil bisa berakibat pada kesehatan ibu serta bayi. Dengan terdapatnya pandemi Covid-19 bisa menambah insiden maupun tingkatan kecemasan pada ibu hamil, sehingga kasus tersebut membutuhkan penindakan lebih lanjut, untuk mengurangi dampak negatif pada kesejahteraan ibu serta bayi (Hamzehgardeshi et al, 2021). Kecemasan dapat diatasi dengan mekanisme koping yang baik, mekanisme



koping



adalah



tiap



upaya



yang



diarahkan



pada



penatalaksanaan kecemasan, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping dapat berupa problem focused coping dan emotion focused coping. Problem focused coping adalah cara-cara penyelesaian masalah secara langsung disertai tindakan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengubah sumber dari kecemasan tersebut, sedangkan emotion focused coping adalah koping yang berorientasi pada emosi dan hanya bersifat sementara, selama seseorang memandang permasalahan sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah (Nasir, 2011).



11



Berdasarkan hasil penelitian koping atau cara yang dilakukan oleh ibu hamil berpengaruh terhadap kecemasan selama masa kehamilan. Dengan mengetahui mekanisme koping, perawat atau bidan dapat membuat perencanaan lebih lanjut untuk mengatasi kecemasan pada ibu hamil dan membantu ibu hamil dalam menggunakan koping yang efektif (Prastyo dkk, 2018). Hasil wawancara dengan tiga ibu hami trimester tiga di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta pada bulan Agustus 2021, tiga ibu hamil mengatakan bahwa dirinya takut dan merasa cemas nantinya akan menghadapi persalinan pada masa pandemi covid-19. Yang ditakutkan apa, apa antisipasi yg dilakukan (yg menunjukkan mekanisme kopingnya) Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencegah terjadinya komplikasi persalinan yang disebabkan oleh kecemasan pada ibu hamil, maka penulis tertarik untuk meneliti : “Hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil TM III dalam menghadapi rencana persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui “Apakah ada hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil TM III dalam menghadapi renacana persalinan pada masa pandemi Covid19 di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:



12



a. Mengetahui karakteristik responden dilihat dari usia, paritas kehamilan, pekerjaan, dan pendidikan. b. Mengetahui jenis mekanisme koping ibu hamil dalam menghadapi persalinan dimasa pandemi covid-19. c. Mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil selama pandemi Covid-19. d. Mengetahui



hubungan



mekanisme



koping



dengan



tingkat



kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan dimasa pandemik covid-19. D. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Materi Penelitian ini membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup asuhan kebidanan khususnya pada masa kehamilan, yaitu tentang hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan pada masa pandemi covid-19. 2. Ruang Lingkup Responden Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang berkunjung ke PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta 3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian akan dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang ditetapkan dari STIKES Estu Utomo mulai November 2021 – April 2022 (Jadwal terlampir). Adapun pengambilan data dilakukan secara crosssectional untuk variabel bebas dan variabel terikat yaitu selama lebih kurang satu bulan, dari 22 November – 22 Desember 2022. 4. Ruang Lingkup Tempat Tempat penelitian ini dilakukan di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta.



13



E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan terkait hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19. Hasil penelitian selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengoptimalkan asuhan kebidanan pada masa kehamilan khususnya mengatasi kecemasan dalam persiapan persalinan dimasa pandemi covid-19. 2. Manfaat Praktis a. Ibu Hamil Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi atau cara mengatasi kecemasan pada ibu hamil yang akan menghadapi persalinan dimasa pandemi covid-19. b. Bidan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai acuan dan menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan kebidanan berdasarkan makanisme koping untuk mengatasi kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan dimasa pandemi covid-19 sebagai upaya peningkatan pelayanan antenatal berkualitas. F. Keaslian penelitian Berdasarkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan tentang hubungan pengetahuan ibu hamil dengan perilaku pencegahan penularan covid-19 antara lain :



14



Table 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti



Judul



Metode



Hasil



Asmariya h Dkk (2021)



Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kota Bengkulu



Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikas i tingkat kecemasan ibu hamil pada masa pandemi Covid-19. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 108 responden ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilan di 15 puskesmas yang ada di kota Bengkulu pada masa pandemi Covid-19 periode OktoberDesemb er 2020. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data tingkat kecemasan dikumpulkan dengan observasi dan



Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan ibu hamil pada masa pandemi Covid-19 dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu hamil pada masa pandemi Covid-19 yaitu tidak mempunyai kecemasan 3.7 %, ibu hamil dengan kecemasan ringan 39.8 %, ibu hamil dengan kecemasan sedang 37.0 %, ibu hamil dengan kecemasan berat 19.4 % dan tidak ada yang mengalami kecemasan dengan kategori berat/panik (0%). SAR



15



Perbedaan dan Persamaan Penelitian yang akan dilakukan Perbedaan: Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif, sampel yang digunakan sebagian dari populasi yaitu ibu hamil trimester 3, tempat penelitian di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta dan variable bebas penelitian ini adalah mekanisme koping. Persamaan: variable terikat yang diteliti yaitu kecemasan pada ibu hamil.



wawancara ibu hamil menggunakan lembar observasi baku Hamilton Rating Scale for anxiety yang terdiri dari 14 komponen dengan skor 0= tidak ada gejala, 1= gejala ringan, 2= gejala sedang, 3= gejala berat, dan 4= gejala berat sekali. Panjang kelas untuk tidak ada kecemasan < 14, ringan 14 – 20, sedang 21 – 27, berat 28 – 41 dan panik 42 – 56. Avin Agung Prasetyo dkk (2018)



Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Pada Ibu Primigravid a Trimester 3 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kencong Kabupaten Jember



Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross-sectional, Alat ukur yang digunakan menggunakan HAR-S untuk variabel tingkat kecemasan dan skala likert untuk variabel mekanisme koping. Sample pada penelitian ini adalah Ibu primigravida yang ada di Wilayah Kerja Kencong Kabupaten



16



AN



Ada hubungan antara Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Dalam Menghadapi Persalinan Ibu Primigravida Trimester 3 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kencong Jember dengan p value = 0,04 nilai ini lebih kecil dari α (0,05) maka secara statistik di sebut bermanfaat atau ada hubungan.



Perbedaan: tempat penelitian yaitu di PMB Appi Ammelia Bantul. Sampel yang digunakan, pada penelitian saya sampelnya yaitu ibu hamil tm 3. Persamaan: pendekatan yang digunakan yaitu cross-sectional, variable bebas yaitu mekanisme koping, varibel terikat yaitu kecemasan ibu hamil.



Sri Yunita Perangin Angin (2020)



Jember sebanyak 33 responden dengan menggunakan tekhnik cluster sampling lalu menggunakan Simple Random Sampling dengan metode lotre atau undian yang telah ditentukan dan yang telah memenuhi kriteria inklusi. Tempat penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kencong. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 - 05 Juli 2018 dari penelitian sampai analisis data. Pengaruh Jenis penelitian Tingkat yang digunakan Kecemasan adalah dan penelitian survei Mekanisme analitik tipe Koping Ibu explanatory Primigravid research. a terhadap Responden Lamanya dalam penelitian Kala I ini sejumlah 40 Persalinan responden. Spontan Pengambilan sampel dengan total sampling. Instrumen yang digunakan lembar observasi yang isinya mengenai



17



Lama kala I persalinan normal sebanyak 25 orang (62,5%), sedangkan responden dengan lama kala I persalinan tidak normal cukup banyak yaitu 15 orang (37,5%). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan lama



Perbedaan: sampel yang digunakan, Teknik sampling yang digunakan adalah acidental sampling, dan tempat penelitian di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta. Persamaan: variabel bebas dan terikat yaitu mekanisme koping dan kecemasan.



respon dan koping selama bersalin. Selanjutnya dilakukan wawancara selama 24 jam pertama persalinan. Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin swasta wilayah kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang.



18



kala I persalinan (p=0,001). Hasil analisis multivariat menjelaskan bahwa variabel tingkat kecemasan dan mekanisme koping secara bermakna memiliki pengaruh pada lama kala I persalinan. Tingkat kecemasan mempunyai dampak lebih besar pada lama kala I persalinan yaitu dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) = 13,49 (95%Cl 1,94;93,81) yang berarti ibu dengan tingkat kecemasan berat beresiko 13 kali mengalami lama kala I persalinan tidak normal dibandingkan ibu dengan tingkat kecemasan sedang. Sedangkan mekanisme koping memiliki nilai Odds Ratio (OR) = 10,23 (95%Cl 1,67;62,60)



yang berarti ibu dengan mekanisme koping maladaptif berisiko 10 kali mengalami lama kala I persalinan tidak normal dibandingkan ibu dengan mekanisme koping adaptif.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Dasar Kehamilan a. Definisi Kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi



19



sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Yosefni dkk, 2018). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai umur 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan kehamilan, dan trimester ketiga dari bulan ketuju sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2014). b. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan Trimester II dan III 1) Pada trimester II ibu hamil merasa mulai menerima kehamilan dan menerima keberadaan bayinya karena pada masa ini ibu mulai dapat merasakan gerakan janinya. Sedangkan pada trimester III ibu hamil mulai merasa takut dan waspada. Hal ini karena ibu memikirkan keadaan bayinya, perkiraan waktu bayinya akan lahir (Madriwati dkk, 2018).



2) Faktor psikologis menurut Gunawan (2017) adalah sebagai berikut : kecemasan yang terjadi pada ibu hamil dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Dapat mengalami keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika kecemasan pada ibu tidak tertangani dengan baik. Selama masa kehamilan, ibu hamil mengalami perubahan baik perubahan secara fisik maupun perubahasan secara psikologis. Perubahanperubahan yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan dan rasa cemas selama kehamilan.



20



Kecemasan yang dialami ibu hamil khususnya saat trimester III terkait dengan adanya rasa khawatir akan kesehatan ibu dan janin seperti adanya perasaan takut saat melahirkan. Takut bila janin yang dilahirkan cacat dan bila terjadi komplikasi



saat bersalin atau setelah bersalin.



Kecemasan yang dialami saat trimester I dan III kehamilan lebih tinggi dari pada saat trimester II kehamilan. Rasa cemas dan rasa akut yang disertai dengan pikiran-pikiran negatif dapat mengakibatkan



peningkatan



kerja



saraf



simpatis,



dan



hipotalamus-hipofisis untuk melepaskan hormon kortisol, epinefrin dan adrenalin dalam tubuh sehingga memicu jantung untuk memompa darah lebih cepat dan denyut jantung bertambah kuat dan cepat. Rasa tidak nyaman, rasa cemas yang dialami dan peningkatan pelepasan hormon stres akan berdampak buruk terhap kesehatan ibu hamil itu sendiri dan kesehatan janin yang dikandung. Seperti dapat meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, asma, penyakit pada bayi, autis, IUGR (Intrauterine Growth Retardation), melemahkan kontraksi otot rahim dan stres postpartum. Sekresi



hormon



endorphin



dalam



tubuh



dapat



meningkatkan suasana hati atau merubah mood khususnya pada ibu hamil trimester III yang mengalami kecemasan. Meskipun hormone endorphin dapat disekresikan secara alamiah dalam tubuh namun hormon endorprin juga dapat disekresikan ketika tubuh dan pikiran dalam keadaan relaksasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menstimulasi sekresi hormon endorprin adalah dengan melakukan terapi musik (Gunawan, 2017).



21



Dampak lain dari kecemasan adalah meningkatkan nyeri saat persalinan, otot-otot menjadi tegang dan ibu cepat lelah, sehingga berisiko pada persalinan memanjang. Komplikasi fatal yang dapat terjadi dari hal tersebut adalah kematian ibu. Kecemasan pada ibu hamil dapat diatas dengan salah satu teknik nonfarmakologi yaitu terapi musik klasik. (Asmara, dkk, 2017). 2. Kecemasan a. Definisi kecemasan Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan (Stuard, 2016). Definisi lain dari kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan (Yuherlida dkk, 2016) Kecemasan adalah perasaan takut yang dialami setiap individu ketika menghadapi masalah yang datang secara tiba-tiba (Malfasari dkk, 2017). Teori lain mendefinisikan kecemasan sebagai respon yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. Kecemasan yang dialami individu dapat menimbulkan kebingungan dan distorasi persepsi, yang dapat mengganggu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain [ CITATION Kap10 \l 1057 ].



b. Proses terjadinya cemas 1) Faktor predisposisi Suart (2016), menjelaskan bahwa proses terjadinya kecemasan terdiri atas empat fator yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu: a) Teori psikoanalitik 22



Teori ini menjelaskan tentang konflik emosional yang melibatkan dua elmen keperibadian yang biasa disebut dengan Id dan Ego, Id impuls



memiliki dorongan insting dan



seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati



nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya, ego berperan penting dalam proses kecemasan sebab dengan ego individu dapat merasakan adanya ancaman atau bahaya yang akan datang. b) Teori interpersonal Teori interpersonal menjelaskan, kecemasan timbul akibat perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan, dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan terauma, seperti trauma perpisahan dan kehilangan yang kemudian menimbulkan kecemasan terhadap individu. c) Teori perilaku Teori perilaku menjelaskan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimulus lingkungan fisik, pola berfikir yang salah, atau tidak produktif. Individu yang mengalami cemas cendrung menilai lebih saat adanya ancaman atau bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman. Teori biologis d) Teori



biologis



menunjukan



bahwa



otak



manusia



mengandung reseptor khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Kecemasan biasanya datang disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi kecemasan. 2) Faktor presipitasi



23



Stuart (2016) membagi faktor presipitasi, atas dua faktor antara lain: a) Faktor Eksternal (1) Ancaman integritas fisik Faktor



yang



meliputi



ketidakmampuan



fisiologis



terhadap kebutuhan dasar sehari-hari contohnya sakit, trauma fisik, dan keceakaan. (2) Ancaman sistem diri Ancaman sistem diri merupakan ancaman terhadap indentitas diri, kehilangan, perubahan status dan peran, tekanan kelompok, serta sosial budaya. b) Faktor internal Kaplan dan Saddock (2010) menjelaskan bahwa, faktor internal yang dapat mempengaruhi kecemasan terdiri atas empat faktor, yaitu: (1) Usia (2) Individu yang memiliki usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan usia yang lebih tua. (3) Stresor Stresor



merupakan



keadaan



yang



menyebabkan



perubahan dalam kehidupan dimana individu dituntut untuk beradaptasi. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi individu dalam menghadapi



kecemasannya.



Contohnya



semakin



banyak stresor yang dialami mahasiswa, maka semakin besar dampaknya terhadap fungsi tubuh sehingga jika itu terjadi stresor yang kecil saja dapat mengakibatkan reaksi berlebih. (4) Jenis kelamin



24



Kecemasan cenderung lebih sering dialami oleh wanita, sebab wanita mwmiliki respon kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakn karena wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemas yang dialami. (5) Pendidikan Tingkat



pendidikan



individu



sangat



berpengaruh



terhadap kemampuan berfikirnya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya makan semakin mudah individu dalam berfikir rasional dan menangkap informasi baru, kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru. c. Etiologi kecemasan Keliat, Wiyono, dan Susanti (2011), mengatakan kecemasan sebagai suatu perasaan was-was seakan akan sesuatu yang buruk akan terjadi dan, merasa tidak nyaman, seakan akan ada ancaman disertai gejala-gejala fisik seperti jatntung berdebar debar, keringat dingin, dan tangan gemetaran. Stuart (2016) membagi penyebab kecemasan atas tiga kelompok, antara lain: 1) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu. 2) Pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana. 3) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapi tujuan. 4) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis, atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. 5) Ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan peran). d. Gejala kecemasan Stuart (2016) menyebutkan bahwa gejala kecemasan ditandai dengan adanya empat aspek respon kecemasan, antara lain:



25



1) Respon fisiologis a) Sistem pernafasan: frekuensi nafas cepar, sesak nafas, nafas dangkal, mudah terengah-engah. b) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak nyaman, diare, dan mual. c) Sistem integument: pucat, tubuh berkeringat, wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat. d) Sistem kardiovaskular: tekanan darah meningkat, jantung berdebar-debar. e) Sistem neuromuskuler: reaksi terkejut, insomnia, tremor, gelisah, gugup, dan wajah tegang. f) Sistem saluran Perkeihan: sering kecing karena tidak dapat menahannya. Keliat, Wiyino, dan Susanti, (2011), tanda dan gejala kecemasan sebagai berikut: a) Fisik, berupa sfalgia, jantung berdebar keras dan insomnia, pusing, berkeringat, mulut kering, nyeri perut, agitasi, tidakbisa santai, dan tremor. b) Mental, berupa ketegangan mental (cemas atau bingung, rasa tegang atau gugup, penurunan konsentrasi). c) Respon perilaku Respon prilaku biasanya menunjukan tanda dan gejala seperti: gelisah, ketegangan fisik, gugup, menarik diri, menghindar, cepat terkejut, bicara cepat. d) Respon kongnitif Pada respon kongnitif biasanya menunjukkan tanda dan gejala:



tidak fokus, perhatian



terganggu atau sulit



berkonsentrasi, sering lupa, sulit dalam berfikir, penurunan kreatifitas, bingung, dan sulit memberikan penilaian. e) Respon afektif



26



Respon afektif biasanya menunjukkan tanda dan gejala: khawatir, waspada, mudah marah, elisah, tegang, ketakutan, hanya fokus terhadap diri sendiri, tidak sabaran. e. Tingkat kecemasan Keliat (2011) menyebutkan bahawa tingkat kecemasan terbagi atas tiga tingkatan: 1) Kecemasan ringan, merupakan kecemasan yang disebabkan oleh



ketegangan



dalam



kehidupan



sehari-hari



dan



menyebabkan individu menjadi waspada. 2) Kecemasan sedang, kecemasan yang menyebabkan individu memusatkan perhatian terhadap suatu hal yang dianggap penting saja dan mengesampingkan hal-hal yang lainnya, sehingga perhatiannya hanya terpusat pada sesuatu yang bersifat selektif namun dapat melukukan suatu hal dengan terarah. 3) Kecemasan



berat,



terjadi



apabila



individu



mengalami



pengurangan lapang persepsi sehingga cendrung memusatkan perhatian pada sesusatu yang terperinci dan spesifik dan tidak dapat memikirkan tentang hal lain. Individu yang mengalami kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pemikiran. Pepalu (1963) dalam Stuart (2016) mendefinisikan empat tingkat kecemasan, yaitu: 1) Kecemasan ringan, merupakan kecemasan yang disebabkan oleh ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Selama taham ini seseorang akan waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, den menangkap lebih dari sebelumnya, jenis kecemasan ringan dapat memotifasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.



27



2) Kecemasan sedang, kecemasan yang menyebabkan individu memusatkan perhatian terhadap suatu hal yang dianggap penting saja dan lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat, mendengar, dan menangkap, namun seseorang yang mengalami kecemasan sedang masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya. 3) Kecemasan berat ditandai dengan penurunan yang signifikan pada lapang persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal-hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal yang lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi kecemasan, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain. 4) Panik dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan siatu hal bahkan dengan arahan sekalipun. Gejala panik merupakan peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Orang yang mengalami kepaniakan tidak mampu berkomunikasi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondi panik yang berkepanjangan



dapat



mengakibatkan



kelelahan



bahkan



kematian. f. Instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan



3. Mekanisme Koping a. Definisi Stuart (2016) mendefinisikan koping sebagai suatu upaya yang diarahkan



pada



penatalaksanaan



28



stress,



yaitu



cara



dalam



penyelesaian



masalah



dengan



mekanisme



digunakan untuk melindungi diri. dasarnya



merupakan



mekanisme



pertahanan



yang



Mekanisme koping pada pertahanan



diri



terhadap



perubahan-perubahan baik itu dari dalam (Internal) atau dari luar (External) diri individu itu sendiri. b. Sumber Koping Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu individu dalam menentukan apa yang akan dilakukan. Sumber koping dapat berupa aset keuangan, kemampuan dalam pemecahan masalah, keyakinan budaya, kesehatan atau energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, sumber materi dan kesehatan fisik (Stuart, 2016). c. Jenis-Jenis Koping Stuart (2016) menyatakan, ketika individu mengalami ansietas maka individu tersebut akan menggunakan berbagai mekanisme koping untuk menghilangkan ansietas, pada individu yang mengalami ansietas ringan mekanisme koping yang umum digunakan adalah menangis, tidur, makan, menguap, tertawa, latihan fisik, dan melamun. Perilaku moral, seperti merokok, dan minum-minuman keras merupakan cara lain untuk mengatasi ansietas ringan. Pada individu yang mengalami ansietas sedang, berat, dan panik maka individu tersebut membutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi ancaman mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah mekanisme koping yang berfokus pada masalah atau tugas, dan mekanisme koping yang berfokus pada emosi atau ego (Stuart, 2016). 1) Berfokus pada masalah (problem focused coping) Mekanisme koping yang berfokus pada masalah atau tugas, merupakan



mekanisme



koping



yang



disengaja



untuk



memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan memuaskan



29



kebutuhan. Reaksi ini mencakup perilaku menyerang atau tindakan yang dilakukan individu untuk menghilangkan masalahnya dalam rangka memenuhi kebutuhan, perilaku menarik diri atau reaksi individu untuk menghindar dari sumber ancaman, dan perilaku kompromi atau perubahan cara berpikir individu yang biasa tentang hal-hal tertentu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan pribadi. Kemungkinan pemecahan masalah yang efektif dipengaruhi oleh ekspektasi seseorang, minimal keberhasilan parsial. Hal ini tergantung pada memori kesuksesan masa lalu dalam situasi yang sama, yang memungkinkan seseorang untuk maju dan menghadapi situasi kecemasan yang sama. 2) Berfokus secara kognitif Mekanisme koping berfokus pada kognitif, dimana seseorang mencoba untuk mengontrol makna dari suatu masalah dan dengan demikian menetralisirnya. Contohnya perbandingan positif, ketidaktahuan selektif, subtitusi penghargaan, dan evaluasi benda yang diinginkan. 3) Berfokus pada emosi atau ego Mekanisme koping individu yang berorientasi pada tekanan emosional, dikenal sebagai mekanisme pertahanan, melindungi seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak berharga, dan mencegah kecemasan. Perilaku mekanisme koping ini antara lain, kompensasi atau proses dimana seseorang menggunakan kelemahan yang dirasakan dengan penekanan yang kuat atas ciri yang dianggap lebih menyenangkan, dan pengingkaran atau perilaku menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan mengabaikannya. Pada individu yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada emosi atau ego, harus dievaluasi untuk mengetahui apakah



30



mekanisme koping tersebut adaptif atau maladaptif dengan memperhatikan empat isu: a) Menurut pandangan individu, apakah mekanisme koping yang individu gunakan bersifat adaptif atau maladaptif.? b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan: Apakan ada tingkat disorganisasi kepribadian yang tinggi.? Apakah individu tersebut terbuka terhadap fakta tentang situasi kehidupannya saat ini.? c) Apakah tingkat penggunaan mekanisme koping pertahanan tersebut mengganggu kondisi individu.? d) Apa alasan individu menggunakan mekanisme koping pertahanan ego.? d. Respon Koping Stuart (2016) menyebutkan bahwa respon individu terhadap stres berdasarkan faktor predisposisi, sifat stresor, presipitasi terhadap situasi, analisis sumber koping, dan mekanisme koping. Respon koping dievaluasi dalam satu rentang yaitu adaptif dan maladaptif. 1) Koping adaptif Merupakan respon koping yang mendukung fungsi integritas, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan, seperti bicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain dan afektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif. 2) Koping maladaptif Respon



koping



memecahkan



yang



menghambat



pertumbuhan,



fungsi



menurunkan



integritas,



otonomi



dan



cenderung menghalangi penguasaan terhadap lingkungan, seperti makan berlebihan atau mogok makan, kerja berlebih, menghindar,



marah-marah,



mudah



tersinggung



dan



menyerang. Mekanisme koping maladaptif dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi individu seperti isolasi sosial,



31



berdampak pada kesehatan diri, dan bahkan terjadi resiko bunuh diri. 4. Penatalaksanaan Kehamilan dan Persalinan Pada Masa Pandemi Covid-19 a.



Definisi Covid-19



merupakan



sejenis



virus



dari



famili



Coronaviridae yang berimplikasi terhadap penyakit menular dan mematikan yang menyerang mamalia seperti manusia pada saluran pernafasan hingga ke paru-paru. Pada umumnya pengidap Covid19 akan mengalami gejala awal berupa demam, sakit tenggorokan, pilek



dan juga



batuk-batuk



bahkan



sampai



parah



dapat



menyebabkan pneumonia. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dalam jarak dekat dengan pengidap Covid-19 melalui cairan pernafasan yang keluar dari tubuh penderita saat batuk atau mengeluarkan ludah dan riyak (Yuliana, 2020). Covid-19 atau yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan virus corona adalah salah satu virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai mati. Ini merupakan virus jenis baru yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, maupun lansia. Infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus ini berawal ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah lain di Cina bahkan ke beberapa negara termasuk Indonesia (Susilawati, Reinpal Falefi, dan Agus Purwoko, 2020). Kemenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), virus ini bisa mati dalam rentang waktu 5-7 hari, masa inkubasi corona paling pendek berlangsung selama dua



32



sampai tiga hari. Sedangkan paling lama bisa mencapai 10 hingga 12 hari. Ini adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh virus untuk menjangkit dan menampakkan gejala-gejala awal. Dalam masa ini virus corona sulit untuk dideteksi. Virus corona sangat sensitif terhadap panas dengan suhu setidaknya 56 derajat celcius selama 30 menit. Virus corona belum bisa diobati dengan penanganan medis apa pun. Walau demikian, sebenarnya virus corona yang masuk ke dalam tubuh manusia bisa mati dalam rentang waktu 5-7 hari. Dengan sistem imun tubuh yang cukup baik, virus corona tak mudah menyebar ke seluruh anggota tubuh. Menurut WHO virus corona COVID-19 menyebar orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang lain. Menurut ahli virus atau virologis Richard Sutejo (2020), virus corona penyebab sakit Covid-19 merupakan tipe virus yang umum menyerang saluran pernafasan. Tetapi strain covid-19 memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat adanya mutasi genetik dan kemungkinan transmisi interspesies. 1. Mekanisme Penularan COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah. (Buku Pedoman COVID-19 Kemendagri, 2020). 2. Karakteristik klinis Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan



33



dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relatif jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi pneumonia. (Kemendagri, 2020). Pada tahap awal COVID-19, hasil rontgen menunjukkan bahwa ada beberapa bayangan polakecil (multiple small patches shadow) dan perubahan interstitial, terutama di periferal paru. Seiring



perkembangan



penyakit,



hasil



rontgen



pasien



ini



berkembang lebih lanjut menjadi beberapa bayangan tembus pandang/kaca (multiple ground glass shadow) dan bayangan infiltrasi di kedua paru. Pada kasus yang parah dapat terjadi konsolidasi paru. Pada pasien dengan COVID-19, jarang ditemui adanya efusi pleura. (Kemendagri, 2020) Pada kasus berat, perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. (PDPI, 2020) b. Pencegahan Penularan COVID-19 Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan COVID-19 meliputi :



34



1) Sering-Sering Mencuci Tangan Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit. 2) Hindari Menyentuh Area Wajah Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain. 3) Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah



penyebaran



virus



Corona.



Untuk



saat



ini



menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Corona. 4) Jangan Berbagi Barang Pribadi Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona. 5) Etika ketika Bersin dan Batuk Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang tertinggal di tangan. 6) Bersihkan Perabotan di Rumah



35



Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa membuat



cairan



disinfektan



buatan



sendiri



di



rumah



menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali sehari. 7) Jaga Jarak Sosial Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing. Dengan menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan. 8) Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar pandemik virus Corona cepat berlalu. 9) Mencuci Bahan Makanan Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan



36



sayursayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka putih yang aman untuk makanan. Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap segar ketika ingin dikonsumsi.



Selain



untuk



membersihkan,



larutan



yang



digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan. B. Kerangka Teori



Kehamilan



Perubahan yang dialami



1. Diri sendiri 2. Keluarga 3. Masyarakat dan lingkungan



Sumber



1. Perubahan fisiologis 2. Perubahan psikologis 3. Perubahan sosial



Kecemasan



Output



Mekanisme Koping



Kecemasan ↓



Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Kecemasan dan Koping => Stuard (2016), instrumen untuk mengukur kecemasan (…)



37



C. Kerangka Konsep Variabel Independent



Variabel Dependen Kecemasan Ibu Hamil TM III menghadapi rencana persalinan pada masa pandemi Covid-19



Makanisme Koping: (Respon/Jenis)



Variabel perancu a) Karakteristik ibu hamil (umur, pekerjaan, Pendidikan, paritas) b) Dukungan suami atau keluarga Gambar 2.2 Kerangka Konsep



D. Hipotesis H1 : Ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta H0 : Tidak ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada ibu hamil menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19 di PMB Appi Ammelia Bantul Yogyakarta



38



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu jenis survey analitik. Survey analitik adalah survei atau penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012). Desain



penelitian



merupakan



suatu



hal



penting



yang



memungkinkan pengontrolan secara maksimal terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil dalam penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan Cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen satu kali pada satu saat. Penelitian ini akan mencari hubungan variabel independent dan variabel dependen, dimana akan dilakukan pengukuran mekanisme koping pada responden dan menyelidiki hubungan variabel tersebut terhadap tingkat kecemasan ibu hamil (Nursalam, 2017). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya [ CITATION Sug19 \l 1057 ]



39



Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester 3 yang melakukan pemeriksaan ANC di PMB Appi Ammelia pada tanggal 22 November sampai 22 Desember 2021 sejumlah (.....) orang.



2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek dalam penelitian melalui sampling. Pada dasarnya, terdapat dua syarat yang harus terpenuhi dalam menetapkan sampel, yakni representatif (mewakili) dan cukup banyak (Nursalam, 2017). Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi sebagai representasi dari populasi tersebut. Teknik sampling adalah cara-cara yang dilalui dalam pengambilan sampel sehingga dapat diperoleh sampel yang benarbenar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Accidental sampling merupakan pengambilan sampel secara accidental dengan mengambil responden yang kebetulan ada di suatu tempat penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam memilih sampel, peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum yang ada pada subjek penelitan yang berasal dari suatu populasi target terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: 1) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden 2) Ibu hamil yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di PMB Appi Ammelia 3) Ibu hamil yang tidak dalam kondisi inpartu b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dikarenakan berbagai



40



penyebab (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: 1) Keadaan umum pasien lemah, sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi responden. C. Waktu dan Tempat Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu selama satu bulan, yaitu dari tanggal 22 November sampai 22 Desember 2021 di PMB Appi Ammelia Bantul. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). 1) Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah mekanisme koping ibu hamil TM III. 2) Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecemasan ibu hamil TM III menghadapi persalinan pada masa pandemi Covid-19. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut



41



3.1 Tabel Operasional N0



Variabel



1



Kecemasan Ibu Hamil TM III menghadapi rencana persalinan pada masa pandemi Covid-19.



2



Mekanisme Koping ibu hamil TM III



Devinisi Operasional Perasaan khawatir yang terjadi pada ibu yang sedang mengandung.



Mekanisme koping adalah solusi yang digunakan ibu hamil dalam mengatasi permasalahan atau kecemasan, dengan indikator berfokus pada masalah, berfokus pada kognitif dan berfokus pada emosi dalam menghadapi



Cara Ukur



Hasil Ukur



Kuisioner PASS (Perinatal Anxiety Screening Scale) yang diterjemahkan oleh Ulfa (2017) yang terdiri dari 31 item pernyataan mengenai skala kecemasan dengan pemberian nilai dari jawaban berupa skor 0-3, sbb: Nilai 0 = tidak merasakan Nilai 1 = kadangkadang Nilai 2 = sering Nilai 3 = sangat sering



0-20: tidak cemas 21-26: kecemasan ringan 27-40: kecemasan sedang 41-93: kecemasan berat



Instrumen yang 1. Adaptif digunakan dalam ≥40 mengukur 2. Maladaptif mekanisme koping < 40 menggunakan kuesioner Rahmawati (2016). Dengan jumlah 20 pertanyaan.



42



Skala Ordinal



Ordinal



persalinan dimasa pandemi covid-19.



F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumbernya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini melalui kuesioner pada responden yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Data demografi responden meliputi alamat, no. telp/HP, agama, usia ibu hamil, kehamilan ke berapa, dan jenis pekerjaan. 2. Data yang digunakan untuk mengukur variabel mekanisme koping ibu hamil. Kuesioner Mekanisme Koping. Instrumen yang digunakan dalam



mengukur



mekanisme



koping



menggunakan



kuesioner



[ CITATION Rah16 \l 1057 ] . Sesuai dengan model mekanisme koping



menurut Stuart (2016) yaitu mekanisme koping berfokus pada masalah, berfokus pada kognitif, dan mekanisme koping berfokus pada emosi atau ego. Pada pernyataan yang favorable atau mendukung jawaban sangat setuju (SS) dinilai dengan skor 4, jawaban setuju (S) dinilai dengan skor 3, jawaban tidak setuju (TS) dinilai dengan skor 1, jawaban sangat tidak setuju (STS) dinilai dengan skor 0. Sebaliknya pada jawaban pertanyaan unfavorable atau tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) dinilai dengan skor 0, jawaban yang setuju (S) dinilai dengan skor 1, jawaban tidak setuju (TS) dinilai dengan skor 3, jawaban sangat tidak setuju (STS) dinilai dengan skor 4. Mekanisme koping diinterpretasikan menjadi adaptif bila skor ≥40 dan maladaptif bila skor