Naskah Roleplay Paliatif Kanker Rahim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH ROLEPLAY PALIATIF



Nama Peran



: Ellysa Dwi H.



Pasien



Astrid Aulia



Anak Pasien



Shanti Ariani



Oma/ Ibu Ellysa



Elsa Savira



Narator



Mira R & Eriska P



Perawat Spiritual



Erlita Komalawati



Perawat Komplementer



Antonia C. Soares



Perawat Paliatif



Disebuah Rumah Sakit tepatnya di ruang Mawar terdapat keluarga yang terdiri dari anak, ibu, dan nenek. Mereka tengah menenangkan Ibu Ellysa yang sedari tadi mengamuk dan emosinya meluap. Astrid



: “Mamah, ade udah pulang~ Eh mamah kenapa oma?”



Oma



: “Gapapa dek. Emosi mamah lagi meluap aja, nanti juga mamah balik lagi seperti semula.”



Astrid



: “Oh gitu ya oma, syukur deh kalo gitu”



Ellysa



: “KAMU TAU APA!!”



Oma dan Anaknya Astrid, terkejut setengah mati. Semarah-marahnya ibunya itu, tak pernah ia menaikan nada bicaranya seperti itu. Air mata Astrid mengalir deras saat ibunya menyentaknya.



Astrid



: “Kenapa sih mamah marah-marah ke aku? Emangnya aku salah apa mah?”



Oma



: “Dek, mamah lagi emosi aja. Jangan dibawa ke hati ya sayang.”



Ellysa



: “Ibu itu gapaham perasaan aku kayak GIMANA!!”



Oma



: “Iya, mungkin ibu tidak paham perasaan kamu saat ini tapi tolong nak, jangan membentak anakmu seperti itu. Dia bahkan masih belum mengerti apa yang kamu alami saat ini.”



Astrid



: “Mah, mungkin ade ga paham tapi seengganya please, kasih tahu ade apa yang mamah alami saatini? Ade ga bakal tahu kalo mamah ga bilang ke ade.”



Ellysa



: “…. Dek.. Rahim mamah udah diangkat, mamah udah ga punya rahim lagi..” Tangis Ellysa pecah saat mengatakan kebenaran



Oma



: “Rahim mamah kamu udah diangkat sayang, mamah kamu terkena kanker Rahim jadi terpaksa diangkat”



Ellysa



: “SUDAH LAH!! TOH KAMU JUGA TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN KAN!!!”



Suara Ibu Ellysa yang keras terdengar sampai ke depan pintu kamarnya.Perawat yang melewati depan kamarnya segera masuk untuk mengecek keadaan di dalam. Perawat Antonia



: “Ada apa ini ibu?”



Ellysa



: “BUKAN URUSAN KAMU!”



Oma



: “Maafkan anak saya ya sus. Dia itu habis menjalani operasi pengangkatan Rahim. Jadi mungkin ia tidak menyukai keadaannya saat ini.”



Perawat Antonia



: “Begini ya bu, bagaimana kalau kita bicarakan masalah ini bersama. Siapa tahu kita bisa cari jalan keluarnya bersama. Bagaimana bu?”



Ellysa



: “Terserahlah! Saya tidak ingin lama-lama.”



Perawat Antonia



: “Baik ibu. Tidakakan lama kira-kira waktu kita akan bicara selama 10 menit.” Ellysa hanya menjawab dengan deheman.



Perawat Antonia



: “Nah ibu, bisa ibu ceritakan keluhan atau perasaan yang ibu rasakan saat ini?”



Ellysa



: “Mungkin kamu tidak akan paham kondisi yang saya alami saat ini! Kamu tahu, apa penyebab saya dikutuk seperti ini? Itu gara-gara mantan suami saya. Dia malah lebih memilih wanita yang jauh lebih sehat dan meninggalkan saya begitu saja!! Keterlaluan sekali dia!”



Perawat Antonia



: “Begituya bu. Inikan hanya asumsi ibu saja. Apa ada alas an ibu saat ini merasa seperti kutuk?”



Ellysa



: “Kalau kamu jadi dia pasti akan melirik wanita itu juga. Tidak ada orang yang mau dengan saya! Jadi ini adalah akhir dari hidup saya. Saya akan mati sendirian.”



Perawat Antonia



: “Bu, setiap manusia akan menghadap tuhannya seorang diri namun tak berarti kita akan menjalani hidup kita seorang diri sampai akhir hayat. Saat ini ibu masih punya orang tua dan



anak ibu yang masih menyayangi ibu. Tidakkah ibu menyadari hal ini?” Ellysa



: “Iya saya tahu, saya masih punya keluarga yang menyayangi saya tapi apakah mungkin saya tidak akan punya pasangan lagi. Saya sudah muak dengan semua pria, pria macam apa yang meninggalkan istrinya dalam keadaan sakit. Yang terpenting tidak akan ada yang mau memilih saya!”



Perawat Antonia



: “Ibu sekarang begini saja. Ibukan masih dalam proses penyembuhan



seiring



berjalannya



waktu



ibu



masih



berkesempatan untuk mendapatkan pasangan lagi ibu. Tidak semua pria seperti itu, bu. Jika memang jodohnya pasti akan menerima keadaan kita apa adanya. Jadi ibu sekarang focus untuk membahagikan diri dan keluarga serta harus rutin menjalankan pengobatanya bu, oh iya satu lagi jangan lupa berdoa kepada tuhan agar cepat diberi kesembuhan.” Ellysa



: “Percuma sus saya berdoa pun Allah ga akan bikin saya balik lagi seperti semula.”



Oma



: “Jangan bicara seperti itu nak, bener kata suster kita harus rajin beribadah agar kamu bisa cepet pulih dan kembali beraktivitas.”



Ellsya



: “Ah apa sih ibu, ibu aja sana sendiri solat, mana bisa ke kamar mandi buat wudhu orang lagi sakit solat.”



Perawat Antonia



: “Sabar bu, ibu bisa kok solat sambil berbaring ditempat tidur, nanti



kami



bertayamum.”



sebagai



perawat



akan



mengajarkan



cara



Astrid



: “Ayo mah kita solat bareng-bareng biar ade dapet papah baru yang bisa nerima keluarga kita.”



Oma



: “Syutt ade ga boleh bilang gitu, kita berdoa buat kesembuhan mamah kamu.”



Astrid



: “ Oh iyah iya hehe.”



Perawat Antonia



: “ Yasudah kalau begitu saya permisi dulu bu oma de ”



Oma, Astrid



: “ Iya sus terima kasih.”



Besoknya pun perawat Eriska dan Mira datang ke ruang mawar untuk mengajarkan cara tayamum dan solat Perawat Mira



: “Selamat siang bu de, perkenalkan saya perawat mira dan ini rekan saya eriska, gimana kondisi ibu siang ini?”



Ellysa



: “Gini lah sus, sakit cape harus berada posisi seperti ini terus.”



Perawat Eriska



: “Yang sabar bu, kesembuhan akan berjalan beririgan seiring denga usaha yang ibu lakukan, Insya Allah.”



Ellysa



: “Ya sampai kapan sus, saya sudah cape begini terus.”



Oma



: “Sayang ga boleh ngomong gitu ah ga baik.”



Perawat Eriska



: “Iya bu, kalau kita terus berdoa dan terus melakukan pengobatan terbaik nanti pasti cepat diberikan kesembuhan.”



Ellsya



: “Mau solat gimana wudhu nya aja susah.” (bunyi Adzan dzhur pun berkumandang)



Perawat Mira



: “Nah mumpung udah Adzan kita solat bareng bareng yu.”



Ellysa



: “Ya udah ayo sus.”



Perawat Eriska



: “Nah sekarang kami akan mengjarkan cara bertayamum ya bu.”



Ellysa Perawat Mira



: “Iya sus.” : “Yang pertama dengan menghadap kiblat, ucapkan basmalah lalu letakkan kedua telapak tangan pada debu dengan posisi jari-jari tangan dirapatkan. Yang kedua Lalu usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah disertai dengan niat dalam hati, salah satunya dengan



bacaan



TAYAMMUMA



niat



tayamum



berikut:NAWAITUT



LISSTIBAAHATISH



SHALAATI



FARDLOL LILLAAHI TA’AALAA Artinya: Aku niat melakukan tayamum agar dapat mengerjakan shalat, fardlu karena Allah ta‘ala. Yang ketiga Letakkan kembali telapak tangan pada debu. Kali ini jari-jari direnggangkan serta cincin yang ada pada jari (jika ada) dilepaskan sementara. Perawat Eriska



: “Nah yang ke 4 tempelkan telapak tangan kiri pada punggung tangan kanan, sekiranya ujung-ujung jari dari salah satu tangan tidak melebihi ujung jari telunjuk dari tangan yang lain. Dan yang ke 5 dari situ usapkan telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai ke bagian siku. Lalu, balikkan telapak tangan kiri tersebut ke bagian dalam lengan kanan, kemudian usapkan hingga ke bagian pergelangan.



Dan yang terakhir usapkan bagian dalam jempol kiri ke bagian punggung jempol kanan. Selanjutnya, lakukan hal yang sama pada tangan kiri. Terakhir, pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usapkan di antara jari-jarinya. Perawat Mira



: “Nah begitu bu, sekarang ayo kita coba.”



Perawat Eriska dan Mira pun membantu Ellysa untuk bertayamum, dan oma juga ingin ikut solat berjamaah, setelah selesai solat. Ellysa



: “Sus terimakasih yah sudah mengajarkan saya cara bertayamum.”



Perawat Mira



: “Sama-sama bu, nah sekarang ibu jangan putus semangat yah.”



Perawat Eriska



: “Dan jangan lupa terus berdo’a bu, supaya kita segera diberikan kesembuhan.”



Oma



: “Tuh kan dengerin nak apa yang suster bilang.”



Ellysa



: “Iya. Iya bu.”



Perawat Eriska



: “Ya sudah kalau begitu saya dan Mira permisi dulu yah bu.”



Ellysa dan oma



: “Iya sus.”



Keesokan harinya perawat Erlita yang sedang bertugas, melihat anaknya Ibu Ellysa mondar mandir di depan ruangan ibunya. Perawat Erlita yang penasaran pun datang menghampirinya. Perawat Erlita



: “Ada apa dek?”



Astrid



: “Ah sus! Itu mamah aku kayak yang sedang nyeri dan cemas begitu sus. Aku ga tega ngeliat mamah kayak gitu. Kira-kira sus selain obat apa ada cara lain buat ngilangin nyeri dan cemasnya ya sus?”



Perawat Erlita



: “Gini sekarang adek tenang dulu. Nanti saya akan ajarakan tekniknya ya.”



Astrid



: “Baik sus. Ayo sus silahkan masuk.”



Ellysa



: “Ah kebetulan ada suster. Aduh sus! Perut saya serasa tidak nyaman sus. Dari tadi sakitnya tidak hilang sus. Kalau sakitnya begini, saya tidak bisa tidur terus sus.”



Perawat Erlita



: “Begitu ya bu. Baiklah kalau begitu hari ini saya akan mengajarkan pada ibu namanya teknik guided imagery. Nanti ibu haya rileks saja dan ikut intruksi dari saya ya bu.”



Ellysa



: “Baik sus.”



Perawat Erlita



: “Sebelum kita mulai apakah ada tempat apa atau suasana seperti apa yang ibu sukai?”



Ellysa



: “Sebenarnya saya suka pemandangan sus seperti gunung atau pantai. Tapi saya lebih suka pantai karena ya.. tau sendiri lah biar bisa cuci mata gitu liat bule hehehe..”



Perawat Erlita



: “Ah ibu mah, kalau ngomong suka bikin saya pengen jadi ikutan. Maklum bu jomblo hahaha.”



Ellysa



: “Sama. Hahahha”



Perawat Erlita



: “Tapi bu apa ada hal-hal yang tidak disukai atau yang ditakuti ibu selama ini?”



Ellysa



: “Saya tidak begitu menyukai serangga sus.”



Perawat Erlita



: “Baik, kita mulai ya bu. Ibu posisinya bisa senyaman mungkin atau berbaring.”



Ellysa



: “Saya berbaring saja ya sus.”



Perawat Ellysa



: “Baik. Pertama, ibu tarik nafas dulu. Tarik nafas dari hidung keluarkan dari mulut. Tarik nafas lagi keluarkan lagi, rileks....rileks...rileks Sekarang, pejamkan mata ibu, ibu lakukan apa yang saya ucapkan. ibu rasakan darah ibu mengalir, ibu mengikuti peredaran darah ibu mulai dari jantung ke kepala ibu, keparuparu,ke organ-organ didalam perut ibu, ke kaki kiri ibu lalu ke kaki kanan, ke tangan kanan dan tangan kiri ibu. Lalu, ibu rasakan ibu sedang berada di pantai, di pantai yang sangat ibu sukai. Pasir yang putih, air laut yang biru dan langit yang cerah. Ibu mencium aroma khas pantai dan ibu sangat menyukainya. Semilir angin sangat terasa, angin tersebut menyejukan, sangat sejuk, ibu juga merasakan pasir yang hangat. Ibu merasa senang, merasa lebih rileks. Lalu ibu mendekati air laut, berjalan terus mendekati air laut, ibu bermain dengan air laut tersebut, lalu ibu lihat ke atas warna langit sangat indah, cerah sekali, burung-burung berterbangan dan suara-suara burung tersebut membuat ibu semakin senang. Langit berubah warna pertanda senja, ibu melihat langit dan ibu melihat matahari tenggelam yang sangat indah, ibu



bahagia



melihat



sunset



rileks.....rileks....rileks...dan rileks...



tersebut,



ibu



merasa



Pada



itungan



ketiga



ibu



bisa



membuka



mata



ibu,



satu......dua.....tiga.....” Astrid



: “Oh begitu caranya.”



Perawat Erlita



: “Nah bagaimana perasaan ibu sekarang?”



Ellysa



: “Wah ternyata seperti itu ya sus. Saya merasa lebih rileks dan tak lagi khawatir. Jadi saya harus focus dengan apa yang saya sukai ya sus?”



Perawat Erlita



: “Benar ibu. Semakin kita bahagia proses pemulihan juga akan berkembang.”



Astrid



: “Tuh mah intinya mamah harus bahagia mah. Jangan banyak pikiran ya mah.”



Ellysa



: “Iya sayang.”



Perawat Erlita



: “Nah kalau begitu saya permisi dulu ya bu. Semoga lekas sembuh.”



Ellysa dan Astrid



: “Terima kasih ya sus.”



Perawat Erlita



: “Iya sama-sama.”