Nematoda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI VETERINER Nematoda



Oleh: Nama



: Kintan Kirana Nasibu



NIM



: 205130101111008



Kelas



: 2020A



Kelompok : A5 Asisten



: Sophia Dewi Saphira



LABORATORIUM PARASITOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021



1.



Toxascaris leonina I.



Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Ascaridia







Kelas



: Secernentea







Family : Ascarididae







Genus







Spesies : Toxascaris leonina



: Toxascaris



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing jantan pada parasit ini berukuran 7 cm sedangkan betinanya berukuran 10 cm. Tubuh bagian anteriornya melengkung kearah punggung. Serviksnya ramping dan meruncing ke belakang seperti panah. Ekor jantannya sederhana dan organ genital wanitanya berada di belakang vulva (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Tahap infektif pada Toxascaris leonina adalah telur yang mengandung larva tahan kedua atau ketiga. Sekitar 1 minggu telur berkembang dengan pesat hingga tahap infektif dibanbandingkan dengan spesies Toxocara yang membutuhkan waktu 4 minggu. Larva yang sudah tertelan lalu memasuki dinding usus halus dan bertahan hidup disana selama 2 minggu. Tidak ada larva yang bermigrasi seperti spesies ascarid lainnya. Larva tahap ketiga akan muncul setelah 11 hari dan berganit kulit menjadi larva tahap keempat sekitar 3-5 minggu setelah infeksi. Sekitar 6 minggu akan muncul tahap dewasa pasca infeksi dan terletak di lumen usus. Masa prepatennya sekitar 10-11 minggu (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Anjing, kucing, rubah, karnivora liar (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi



: Usus halus (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 2.



:



Toxocara sp. + Perbedaan Toxocara cati dan Toxocara canis I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Ascaridia







Kelas



: Secernentea







Family : Ascarididae







Genus







Spesies : Toxocara cati dan Toxocara canis



: Toxocara



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Nematoda pada genus ini merupakan cacing besar berwarna putih atau krem dimana panjang betina bisa sampai 18 cm dan jantan hingga 10 cm. Tidak ada labia bagian dalam dan caeca usus (Taylor, et al., 2016). ●



Pada Toxocara canis bentuk kepalanya seperti elips karena terdapat sepasang alae servikal lanset besar dan badan anterior ventrad melengkung. Pada mulut dikelilingi tiga bibir besar. Esofagus tidak memiliki bulb posterior dan tidak ada kapsul bukal. Pada jantan ekornya ada embel terminal sempit dan alea ekor. Organ genital wanita meluas ke anterior dan posterior ke area vulva (Taylor, et al., 2016).







Panjang jantan pada Toxocara cati sekitar 3-6 cm sedangkan betinanya 4-10 cm. Ujung anterior cacingnya ventrad melengkung. Bentuk kepalanya panah melebar dengan tepi posterior hampir tegak lurus terhadap tubuh. Ekor jantan memiliki embel terminal sempit (Taylor, et al., 2016).



III. Siklus Hidup ●



Siklus hidup pada Toxocara canis merupakan siklus hidup paling kompleks dalam superfamili dengan empat kemungkinan cara infeksi. Bentuknya ascaridoid, telur yang mengandung L3 akan menjadi infektif pada suhu optimal 4 minggu setelah dikeluarkan. Setelah menelan dan menetas di usus halus, larva berjalan melalui aliran darah menuju hati dan paru-paru kemudian kembali melalui trakea ke usus dimana mabung kedua dan terakhir terjadi. Bentuk migraasi ascaridoid ini terjadi secara teratur pada anjing hingga 2-3 bulan. Periode perpatennya ketika infeksi langsung setelah menelan telur dan larva dalam inang paratentik adalah sekitar 4-5 minggu, sedangkan infeksi prenatalnya 2-3 minggu (Taylor, et al., 2016).







Siklus hidup pada bermigrasi ketika infeksi terjadi dengan menelan L2 dalam telur dan non migrasi setelah infeksi transmammary dengan L3 atau setelah menelan host paratenik. Setelah menelan telur, larva kemudian memasiku dinding lambung dan bermigrasi melalui hati, paru-paru, dan trakea, kembali ke lambung, lalu meranggas ke L3, sedangkan L4 terjadi di isi lambung dan dinding usus. Infeksi hewan pengerat juga memiliki peran penting. Larva tetap sebagai bentuk tahap kedua tetapi ketika tikus terinfeksi dimakan oleh kucing, larva dibebaskan oleh pencernaan memasuki dinding perut kucing dan berkembang menjadi L3. L2 juga dapat ditemukan pada jaringan cacing tanah, kecoa, ayam, domba,dan hewan lain yang diberi telur infeksi. Umum terjadi ketika menyusui. Masa prepaten dari infeksi telur adalah sekitar 8 minggu (Taylor, et al., 2016).



IV. Hospes Definitif



: Anjing, rubah (Toxocara canis), kucing (Toxocara cati) (Taylor, et al.,



2016). Hospes Intermediet : Predileksi V. Vektor penyakit



: Usus Halus (Taylor, et al., 2016). :



3.



Ancylostoma caninum I.



Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secernentea







Family : Ancylostomatidae







Genus







Spesies : Ancylostoma caninum



: Ancylostoma



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Ancylostoma caninum merupakan spesies cacing terbesar dengan panjang jantan sekitar 12 mm dan betina sekitar 15-20 mm. Ujung anteriornya miring kearah dorsal dan bukaan mulut mengarah ke anterior. Kapsulnya besar dengan 3 pasang gigi marginal, sepasang gigi ventrolateral, dan talang dorsal. Tidak ada kerucut punggung dan bursa jantannya berkembang dengan baik (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya langsung dengan kondisi optimal dapat menetaskan telur dan berkembang menjadi L3 hanya dalam 5 hari. Infeksinya terjadi melalui penetrasi kulit atau konsumsi. Pada infeksi perkutan, larvanya bermigrasi melalui aliran darah ke paru-paru dan berganti kulit menjadi L4 di bronkus dan trakea, lalu ditelan dan menuju usus halus untuk mabung terakhir. Periode prepatennya adalah 14-21 hari (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Anjing, rubah, kadang manusia (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi



: Usus halus (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 4.



:



Acanthocheilonema reconditum I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Spirurida







Kelas



: Secernentea







Family : Onchocercidae







Genus







Spesies : Acanthocheilonema reconditum



: Acanthocheilonema



(Taylor, et al., 2016)



II. Morfologi Pada jantan spikulanya tidak seimbang. Ukuran cacing jantannya sekitar 1,5 cm dan cacing betinanya sekitar 2,5 cm (Taylor, et al., 2016). Acanthocheilonema reconditum hidup di rongga peritoneum, jaringan adiposa, dan di ruang intramuskular. Siklus hidupnya tidak langsung. Acanthocheilonema reconditum memilki distribusi di seluruh dunia pada anjing (Magi, et al., 2012). III. Siklus Hidup Setelah tertelan, mikrofilaria akan berkembang menjadi tahap ketiga infektif dalam waktu sekitar 7-14 hari dan kemudian bermigrasi ke kepala. Periode prepatennya pada anjing ialah 8-10 minggu (Taylor, et al., 2016). Setelah kawin, cacing betina dewasa melepaskan mikrofilaria ke dalam



sikulasi



hemat



energi



pejamu



definitif.



Larva



tahap



pertama



menyelesaikan



perkembangannya ke tahap ketiga yang infektif pada caplak (Magi, et al., 2012). IV. Hospes Definitif



: Anjing dan berbagai canid (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Kutu dan nyamuk (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Jaringan subkutan, ginjal, dan rongga tubuh (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 5.



:



Aelurostrongylus abstrusus I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secernentea







Family : Filaroididae







Genus







Spesies : Aelurostrongylus abstrusus



: Aelurostrongylus



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Agregasi caing, telur, dan larva terletak di seluruh jaringan jantung. Panjang cacing ini sekitar 1 cm, sangat ramping, halus, dan sulit untuk disembuhkan secara menyeluruh. Bentuk spikulanya sederhana (Taylor, et al., 2016). Pada literatur lain menjelaskan bahwa Aelurostrongylus abstrusus betina memiliki panjang 9-10 mm, sedangkan pada jantan panjangnya 4-6 mm. Telurnya sendiri memiliki cangkang tipis dengan dimensi 50-75 mikron (Borisov, et al., 2018). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya tidak langsung dimana cacing ini bersifat ovovivipar dan L1 dikeluarkan melalui feses. L1 akan menembus kaki inang perantara moluska dan berkembang menjadi L3 infektif. Selama fase ini, inang paratenik seperti burung dan hewan pengerat dapat memakan



moluska. Kucing biasanya terinfeksi dengan menelan inang paratenik dan jarang menelan inang perantara. L3 dibebaskan ke saluran pencernaan lalu berjalan ke paru-paru melalui limfatik atau aliran darah. Setelah dewasa mereka akan ke saluran alveolar dan bronkiolus terminal. Masa prepatennya antara 4-6 minggu dengan durasi patensi sekitar 4 bulan. Beberapa cacing juga dapat bertahan hidup di paru-paru selama beberapa tahun meskipun tidak ada larva dalam tinja (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Kucing (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Siput (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Paru-paru (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 6.



:



Eucoleus aerophila I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Enoplida







Kelas



: Adenophorea







Family : Capillaridae







Genus







Spesies : Eucoleus aerophila



: Eucoleus



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada cacing jantan ukurannya 24 mm, sedangkan betinanya memiliki ukuran 32 mm. Pada jantan hanya memiliki satu spikula dan selubung spikula yang ditutupi dengan duri (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur akan melewati mukosa, terbatuk, dan tertelan oleh inang dan kemudian menuju tinja. Periode prepatennya sekitar 3-5 minggu dengan infeksi tetap paten selama 8-11 bulan. Jika kondisi iklimnya optimal, larva ini dapat berkembang dan mencapai tahap infeksi dalam 30-45 hari di lingkungan dan dapat bertahan hingga 1 tahun dalam ovum. HD terinfeksi dengan menelan telur secara langsung atau melalui HI. Telur akan menetas pada saluran pencernaan inang dan larva akan bermigrasi melalui pembuluh darah ke paru-paru (Khatat, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Rubah, kadang anjing, kucing, dan manusia (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi V. Vektor penyakit



: Trakea, bronchii (Taylor, et al., 2016). :



7.



Pearsonema sp. I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Enoplida







Kelas



: Adenophorea







Family : Capillaridae







Genus







Spesies : Pearsonema feliscati, dan Pearsonema plica



: Pearsonema



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi ●



Pada cacing Pearsonema feliscati dewasa jantan panjangnya 13-30 mm, sedangkan pada cacing dewasa betina panjangnya mencapai 30-60 mm. Telurnya berbentuk oval serta tidak berwarna dengan kapsul tebal dan sumbat bipolar yang khas, dan berukuran 50–68 kali 22– 32 μm. (Taylor, et al., 2016).







Pada cacing Pearsonema plica dewasa jantan panjangnya sama seperti Pearsonema feliscati. Pada jantan terdapat spikula tunggal yang panjang, tipis dan sering memiliki struktur seperti bursa primitif. Telur ovoid berukuran sedang berbentuk tong, dan memiliki cangkang kekuningan tebal yang sedikit lurik dengan sumbat bipolar pipih transparan yang menonjol. Ukurannya 63–68 kali 24-27 μm dan isinya yang hampir tidak berwarna, granular dan tidak tersegmentasi. Telur hanya diamati di dalam urin (Taylor, et al., 2016).



III. Siklus Hidup Parasit ini membutuhkan inang perantara atau hospes intermediet seperti cacing tanah. Telur yang tertelan akan berkembang menjadi L3 yang infektif dalam kurun waktu 30 hari. Masa prepatennya sendiri sekitar 8 minggu (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Kucing (Pearsonema feliscati), anjing, kucing, rubah, dan serigala



(Pearsonema plica) (Taylor, et al., 2016). Hospes Intermediet : Cacing tanah (Pearsonema plica) (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Kandung kemih (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 8.



:



Trichinella spiralis I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Enoplida







Kelas



: Adenophorea







Family : Trichinellidae







Genus



: Trichinella







Spesies : Trichinella spiralis



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing jantan dewasa jarang ditemukan pada infeksi alami karena umurnya yang pendek. Pada jantan panjangnya 1,5 mm dan pada betina panjangnya 3,5-4 mm. Pada ekor jantan terdapat dua lipatan kloaka kecil namun tidak ada spikula sanggama atau selubung spikula. Sedangkan pada betina rahimnya mengandung larva yang sedang berkembang dan vulva yang berada di pertengahan esofagus. Infeksi pada Trichinella paling mudah diidentifikasi dengan adanya larva melingkar di otot lurik. Panjang larva ini 800-1000 μm. Terdapat kista dengan bentuk lemon yang berukuran 0,3-0,8 kali 0,2-0,4 mm dan biasanya transparan (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya tidak langsung dimana parasit dewasa dan larva infektif tidak biasa ada di dalam satu inang. Trichinella tidak mempunyai tahap hidup bebas. Cacing dewasa akan berkembang di antara vili usus halus. Setelah pembuahan cacing jantan akan mati dan betina akan menggali lebih dalam menuju mukosa usus. Seminggu kemudian akan dihasilkan L1 yang akan ke otot rangka melalui aliran darah. L1 akan menembus sel otot lurik yang dikapsulkan inang, tumbuh dan mengambil posisi khas melingkar, sel otot yang diparasit diubah oleh mikrovaskularisasi menjadi 'sel perawat'. Proses terjadi selama 3-4 minggu. Perkembangan akan dilanjut jika otot yang mengandung trichinae berkista, tertelan oleh inang lain. Di usus L1 akan ganti kulit sebanyak 4 kali dan menjadi dewasa secara seksual dalam waktu seminggu. Namun infeksi patennya hanya bertahan paling lama beberapa minggu (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Babi, tikus, kuda, berbagai mamalia, manusia (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi



: Usus halus, otot (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit 9.



:



Capillaria annulata I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Enoplida







Kelas



: Adenophorea







Family : Capillaridae







Genus







Spesies : Capillaria annulata



: Capillaria



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi



Pada cacing jantan memiliki ukuran 15-25 mm, sedangkan pada betina ukurannya 37-80 mm. Spesies ini pada bagian belakang kepalanya terdapat pembengkakan kutikula (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya tidak langsung dengan telur yang dikeluarkan melalui feses akan dicerna oleh cacing tanah dan berkembang menjadi stadium infektif selama dalam kurun waktu 2-3 minggu. Periode prepatennya adalah 3-4 minggu pada inang terakhir (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, bebek, dan burung liar (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Cacing tanah (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Oesophagus, crop (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



10. Oesophagostomum sp. + Perbedaan tiap Oesophagostomum sp. I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secementea







Family : Strongylidae







Genus







Spesies : Oesophagostomum columbianum, venulosum, asperum, multifoliatum, radiatum,



: Oesophagostomum



dentatum, brevicaudum, longicaudatum, quadrispinulatum, georgianum, granatensis, apiostomum, bifurcum, aculateum, stephanostomum. (Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing dari genus ini tubuhnya kekar dan berwarna keputih dengan kapsul berbentuk silinder sempit dan panjangnya 1-2 cm. Tubuhnya sedikit melengkung. Serviks ventral terletak di dekat ujung anterior cacing, dan kutikula anterior melebar untuk membentuk vesikel serviks. Perbedaan dari setiap spesies ialah terletak pada ukuran panjang jantan dan betinanya (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur dari cacing ini menetas ditanah dan melepaskan L1 yang berganti kulit menjadi L2 dan kemudian ke tahap ketiga yang infektif. Inang akan terinfeksi dengan menelan L3. Tidak ada tahap migrasi dalam tubuh meskipun ada bukti bahwa penetrasi kulit dimungkinkan. L4 akan menempel atau masuk ke dinding usus dan muncul ke permukaan mukosa, bermigrasi ke usus besar, serta berkembang menjadi dewasa. Masa prepatennya 5-7 minggu. Jika infeksi ulang, larva dapat ditangkap pada fase L4 dalam nodul hingga 1 tahun (Taylor, et al., 2016).



IV. Hospes Definitif domba,



: Domba, kambing, unta, ruminan liar (Oesophagostomum columbianum),



kambing,



rusa,



unta



(Oesophagostomum



venulosum),



domba,



kambing



(Oesophagostomum asperum dan multifoliatum), sapi, kerbau (Oesophagostomum radiatum), babi



(Oesophagostomum



dentatum,



brevicaudum,



longicaudatum,



quadrispinulatum,



georgianum, dan granatensis), primata (Oesophagostomum apiostomum, bifurcum, aculateum, dan stephanostomum) (Taylor, et al., 2016). Hospes Intermediet : Predileksi



: Usus besar (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



11. Trichostrongylus axei I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secementea







Family : Trichostrongylidae







Genus







Spesies : Trichostrongylus axei



: Trichostrongylus



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing dewasa jantannya berukuran sekitar 3-6 mm, sedangakan betinanya berukuran sekitar 4-8 mm. Spikula pada jantan panjangnya tidak sama karena yang kanan lebih pendek dari pada yang kiri. Cacing dewasanya kecil seperti rambut dan berwarna kecoklatan. Karena bentuknya yang kecil sehinggaah epitel usus sekitar 2 minggu setela sulit dilihat dengan mata telanjang (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur berkembang menjadi L3 hanya dalam waktu sekitar 7-10 hari dalam kondisi optimal. Larva akan menembus mukosa usus halus dan setelah dua kali berganti kulit cacing L5 akan berada di bawh infeksi awal. Masa prepaten cacing ini umumnya sekitar 2-3 minggu (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Sapi, domba, kambing, rusa, kuda, babi (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi V. Vektor penyakit 12.



: Abomasum atau perut (Taylor, et al., 2016). :



Oxyspirura mansoni I. Taksonomi / Klasifikasi







Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Spirurida







Kelas



: Secementea







Family : Thelaziidae







Genus







Spesies : Oxyspirura mansoni



: Oxyspirura



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Tubuh cacing ini ramping dan terdapat kutikula halus serta faring yang berbentuk bulat. Vulva pada wanita terleta di dekat ekor. Panjang cacing dewasa jantan ialah sekitar 10-15 mm dan betinanya sekitar 14-20 mm. Memiliki ekor yang runcnig dan halus pada kedua jenis kelamin. Ekor pada jantan melengkung ke perut dan tidak ada fase alae. Spikulanya tidak rata, bagian kanannya lebih pendek dan gemuk, sedangakan pada bagian kiri lebih panjang dan ramping (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya tidak langsung dengan telur yang melewati saluran lakrima kemudian dibuang melalui tinja. Tinja akan dicerna oleh inang perantara dan berkembang menjadi tahan infektif. Setelah dikonsumsi oleh hospes definitif, larva akan bermigrasi ke esofagus dan faring, lalu ke mata melalui duktus lakrimalis (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, ayam mutiara, merak (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Kecoa, capung (Ephemeroptera) (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Mata, konjungtiva, duktus lakrimalis (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



13. Thelazia rhodesii I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Spirurida







Kelas



: Secementea







Family : Thelaziidae







Genus







Spesies : Thelazia rhodesii



: Thelazia



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing ini kecil, tipis, dan berwarna putih kekuningan dengan panjang 1-2 cm. Pada jantan panjangnya 8-12mm, sedangkan pada betina panjangnya 12-20 mm. Terdapat lurik yang menonjol



pada ujung anterior di kutikula. Cacing jantannya memiliki 14 pasang papila precloacal dan 3 pasangcloacal (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Cacing ini berdifat vivipar. Perkembangan dari L1 ke L3 terjadi di folikel ovarium lalat dalam kurun waktu sekitar 15-30 hari selama bulan-bulan musim panas. L3 bermigrasi ke bagian mulut lalat dan dipindahkan ke inang terakhir saat lalat makan. Perkembangan di mata berlangsung tanpa migrasi lebih lanjut. Masa prepatennya adalah 20-25 hari (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Sapi, kerbau, kadang domba, kambing, unta (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Lalat berotot khususnya Fannia spp (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Mata, kantung konjungtiva, duktus lakrimalis (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



14. Syngamus trachea I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secementea







Family : Syngamidae







Genus







Spesies : Syngamus trachea







(Taylor, et al., 2016)



: Syngamus



II. Morfologi Cacing betinanya berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, sedangkan pada jantan kecil warnanya keputihan dan panjangnya bisa sampai 0,5 cm. Cacing ini memiliki kapsul bukal yang berbentuk cangkir besar dan dangkal yang memiliki 10 gigi di dasarnya. Spikulanya panjang dengan bentuk yang sederhana (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur keluar dari bawah bursa jantan dan dibawa ke trakea dalam keadaan kelebihan lendir yang dihasilkan dari respon terhadap infeksi. Dikeluarkan melalui feses. L3 berkembang di dalam telur. Dapat terinfeksi melalui salah satu dari tiga cara, yaitu dengan menelan L3 dalam telur, menelan L3 yang menetas, atau menelan inang transpor yang mengandung L3. Inang yang paling umu adalah cacing tanah, tetapi kadang bisa melalui siput, kumbang, dan beberapa lalat yang bertindak sebagai inang transportasi. Setelah menembus usus L3 kemudian menuju paru-paru melalui hati dan menuju alveoli 4-6 jam setelah eksperimental. Terjadi dua pergantian parasit di paru-paru yang memiliki panjang 1-2 mm. Masa prepatennya 16-20 hari dengan panjang umur sekitar 9 bulan (Taylor, et al., 2016).



IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, burung buruan (burung pegar, ayam hutan, ayam mutiara),



merpati, aneka burung liar (Taylor, et al., 2016). Hospes Intermediet : Predileksi



: Trakea (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



15. Strongylus edentatus I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secementea







Family : Strongylidae







Genus







Spesies : Strongylus edentatus



: Strongylus



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada cacing jantan memiliki ukuran 2,3-2,8 cm dan cacing betina memiliki berukuran 3,34,4 cm. Ujung kepalanya terpotong lebih lebar dari bagian tubuh lainnya. Kapsulnya lebih lebar di anterior daripada di tengah dan tidak ada gigi (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur keluar melalui feses dan berkembang menjadi L3 di bawah kondisi musim panas di daerah beriklim sedang dan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Akan terinfeksi dengan menelan L3 dan berkembang menjadi larva. Kemudian L3 berjalan mencapai parenkim hari dalam beberapa hari. 2 minggu kemudian mabung ke L4 terjadi dan migrasi berlanjut ke hati, lalu pada 6-8 minggu pasca infeksi, larva akan ditemukan secara subperitoneal di sekitar ligamen hepatorenal. Larva berjalan di bawah peritoneum menuju banyak tempat dengan predileksi pada panggul dan ligamen hepatik. Setelah 4 bulan L5 bermigrasi secara subperitoneal ke dinding usus besar dimana nodul purulen besar terbentuk yang kemudian pecah dengan pelepasan parasit dewasa muda ke dalam lumen. Masa prepatennya sekitar 10-12 bulan (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Kuda, keledai (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi



: Usus besar (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



16. Haemonchus contortus I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Strongylida







Kelas



: Secementea







Family : Trichostrongylidae







Genus







Spesies : Haemonchus contortus



: Haemonchus



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada jantan memiliki panjang sekitar 10-22 mm dan betina memiliki panjang 20-30 mm. Pada jantan terdapat lobus punggung asimetris dan spikula berduri dan betina biasanya memiliki lipatan vulva yang menonjol. Pada kedua jenis kelamis ini terdapat papila serviks dan lanset kecil di dalam kapsul bukal (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telurnya menetas menjadi L1 di padang rumput dan dapat berkembang menjadi L3 dalam waktu yang singkat , yaitu 5 hari namun perkembangannya dapat tertunda berminggu-minggu atau berbulan-bulan dalam kondisi dingin. Setelah dimakan, larva akan berganti kulit dua kali dalam posisi dekat dengan kelenjar lambung. Sebelum mabung terakhir, mereka mengembangkan lanset penusuk yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan darah dari pembuluh mukosa. Ketika dewasa mereka bergerak bebas di permukaan mukosa. Masa prepatennya adalah 2-3 minggu pada domba dan minggu ke 4 pada sapi (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Domba, kambing, sapi,rusa, unta, llama (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Predileksi



: Abomasum (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



17. Tetrameres americana I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Spiruruda







Kelas



: Secementea







Family : Tetrameridae







Genus







Spesies : Tetrameres americana



: Tetrameres



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Cacing dewasa jantan memiliki panjang 5-6 mm dan pada betina berbentuk subsferis yang berukuran panjang 3,5-5 mm dan lebar 3 mm. Pada jantan terdapat kutikula berduri dan tidak ada tali pusatnya. Pada betina memiliki empat alur memanjang di permukaan (Taylor, et al., 2016).



III. Siklus Hidup Telur dikeluarkan bersama kotoran dan menetas saat dimakan oleh hospes perantara. Host terakhir menjadi terinfeksi setelah menelan host perantara. Jantan dan betinanya terletak di kelenjar proventrikulus. Jantan mendiami permukaan mukosa dan daerah atas kelenjar tetapi setelah kawin jantan meninggalkan kelenjar dan mati. Betina tertanam jauh di dalam kelenjar mukosa (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, bebek, angsa, belibis, puyuh, merpati (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : Kecoa, belalang,kumbang (Taylor, et al., 2016). Predileksi



: Proventrikulus (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



18. Ascaris suum I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Ascaridida







Kelas



: Secementea







Family : Ascarididae







Genus







Spesies : Ascaris suum



: Ascaris



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada betina memiliki panjang 40 cm dengan lebar 5 mm dan jantan memiliki panjang 25 cm. Bibir dorsalnya memiliki dua papila ganda dan setiap bibir ventrolateral memiliki papila ganda dan papila lateral kecil. Bibir ini memiliki deretan dentikel yang sangat kecil di permukaan interiornya. Kerongkongan memiliki panjang 6,5 mm dengan bentuk sederhana. Spikula pada jantan kekar dan cenderung sedikit melengkung ke belakang (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya bersifat langsung. Pergantian preparasitiknya terjadi sekitar 3 minggu setelah telur dilewati. Telur biasanya tidak infektif sampai minimal 4 minggu setelah dilewati. Telur sangat tahan pada suhu ekstrim dan dapat bertahan lebih dari 4 tahun. Setelah tertelan larva akan menetas di usus halus dan menembus mukosa usus dan kemudian berjalan ke hati.Larva akan melewati aliran darah ke apru-paru dan ke usus halus melalui bronkus, trakea, dan faring. Di usus, mabung terakhir terjadi dan cacing dewasa muda menghuni lumen usus halus. Masa prepatennya adalah 7-9 minggu dan cacing betina dapat menghasilkan lebih dari 200.000 terlur perhari dengan umur panjang sekitar 6-9 bulan (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Babi (Taylor, et al., 2016).



Hospes Intermediet : -



Predileksi



: Usus halus (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



19. Heterakis gallinarum I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Ascaridida







Kelas



: Secementea







Family : Ascarididae







Genus







Spesies : Heterakis gallinarum



: Heterakis



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada cacing jantan memiliki pajang sekitar 7-13 mm dan pada betina panjangnya 10-15 mm. Terdapat alae lateral yang besar dengan panjang spikula yang tidak sama dimana pada bagian kiri panjangnya sekitar 0,7 mm dengan alae yang lebar dan bagian kanan yang ramping dan lebih panjang dengan ukuran 2 mm (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Siklus hidupnya langsung mirip seperti Ascaridia spp. Telurnya infektif di tanah dalam waktu 2 minggu dengan suhu normal, dapat bertahan hidup selama beberapa bulan. Cacing tanah dapat menjadi inang transportasi, telur hanya akan melewati usus atau inang paratenik dimana telur akan menetas dan perjalanan L3 ke jaringan untuk menunggu pencernaan oleh unggas. Masa prepatennya 4 minggu dengan umur panjang adalah sekitar 12 bulan (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, merpati, burung pegar, ayam hutan, belibis, puyuh, ayam



mutiara, bebek, angsa dan sejumlah burung liar (Taylor, et al., 2016). Hospes Intermediet : Predileksi



: Caeca (Taylor, et al., 2016).



V. Vektor penyakit



:



20. Ascaridia galli I. Taksonomi / Klasifikasi ●



Kingdom: Animalia







Filum



: Nematoda







Ordo



: Ascaridida







Kelas



: Secementea







Family : Ascarididae







Genus







Spesies : Ascaridia galli



: Ascaridia



(Taylor, et al., 2016) II. Morfologi Pada cacing jantan berukuran 50-75 mm dan pada cacing betina berukuran 70-120 mm. Ujung anteriornya ditandai dengan mulut yang menonjol dan dikelilingi oleh tiga bibir trilobed besar. Tepi bibir memiliki dentikel seperti gigi. Sebuah bola posterior tidak ada dari kerongkongan. Ekor jantan memiliki alae kecil dan juga memiliki 10 pasang papila. Spikula hampir sama panjangnya. Pada laki-laki ada pengisap precloacal melingkar, yang memiliki tepi kutikula yang tebal (Taylor, et al., 2016). III. Siklus Hidup Telur akan menjadi infektif pada suhu optimal dalam minimal 3 minggu dan fase parasit tidak bermigrasi, terdiri dari fase histotrofik sementara di mukosa usus setelah parasit dewasa menghuni lumen usus. Telur kadang-kadang dicerna oleh cacing tanah yang dapat bertindak sebagai inang transportasi. Telur dapat tetap hidup selama beberapa bulan di bawah kondisi dingin lembab tetapi dibunuh oleh lingkungan panas yang kering. Periode prepaten berkisar antara 4 sampai 6 minggu pada anak ayam sampai 8 minggu atau lebih pada burung dewasa. Cacing hidup sekitar 1 tahun (Taylor, et al., 2016). IV. Hospes Definitif



: Ayam, kalkun, angsa, bebek, ayam mutiara, dan sejumlah burung gabus



liar (Taylor, et al., 2016). Hospes Intermediet : Predileksi V. Vektor penyakit



: Usus halus (Taylor, et al., 2016). :



21. Perbedaan Heterakis gallinarum & Ascaridia galli Heterakis gallinarum Ayam, kalkun, merpati, burung pegar, ayam HD



hutan, belibis, puyuh, ayam mutiara, bebek, angsa dan sejumlah burung liar



P Ukuran



Caeca



Ascaridia galli Ayam, kalkun, angsa, bebek, ayam mutiara, dan sejumlah burung gabus liar Usus halus



Jantan berukuran 7-13 mm dan betina Jantan berukuran 50-75 mm dan betina berukuran 10-15 mm.



(Taylor, et al., 2016)



berukuran 70-120 mm.



DAFTAR GAMBAR No.



Gambar Parasit



Nama Parasit



Keterangan



Bentuk ala serviksnya lebih ramping 1.



Toxascaris leonina



dan kurang menonjol (Taylor, et al., 2016).



Ala serviks pada Toxocara cati 2.



Toxocara cati



berbentuk seperti panah (Taylor, et al., 2016).



3.



Ancylostoma caninum



Kepala dari menunjukkan kapsul bkal yang besar dan berisi sepasang gigi (Taylor, et al., 2016).



Gambar A merupakan larva tahap pertama, terlihat adanya kait yang menonjol di ujung kepala. Pada gambar B daerah kepala larva infektif stadium 4.



ketiga



(tampak



lateral).



Acanthocheilonema Gambar C ialah daerah ekor larva reconditum



infektif



stadium



ketiga



(tampak



lateral). Dan gambar D merupakan daerah ekor larva infektif tahap ketiga (tampak



punggung),



jika



dilihat



adanya 3 lipatan kerucut yang muncul dari ujung ekor (Brianti, et al., 2012).



5.



Aelurostrongylus abstrusus



Fase L1 dimana ekor berbentuk S memiliki tulang belakang subterminal (Taylor, et al., 2016).



Eucoleus aerophila betina terlihat berada pada mukosa trakea yang 6.



Eucoleus aerophila dibuka dari rubah yang dibedah setelah fiksasi formalin (Lalosevic, et al., 2013). Pada gambar A menunjukkan bahwa ujung anterior dari cacing betina, gambar B adalah telur operculate,



7.



Pearsonema sp.



gambar C adalah regio stichosome, dan gambar D adalah ujung ejor jantan dengan selubung spikula dan spikula



yang



menonjol



(Rohde,



2005). Gambar dari larva Trichinella spiralis 8.



Trichinella spiralis



yang melingkar di otot lurik (Taylor, et al., 2016).



9.



Capillaria



Contoh gambar Capillaria annulata



annulata



(Oka dan Dwinata, 2017).



Contoh cacing dewasa pada salah satu spesies Oesophagostomum sp. Yaitu 10.



Oesophagostomum sp.



Oesophagostomum venulosum dan contoh



dari



Oesophagostomum



radiatum yang menunjukkan bagian anterior dari vesikel sefalik besar (Taylor, et al., 2016).



11.



12.



Trichostrongylus axei



Oxyspirura mansoni



Gambaran dari bursa kopulasi dan spikula



Trichostrongylus



axei



(Taylor, et al., 2016).



Contoh gambar Oxyspirura mansoni (Oka dan Dwinata, 2017).



Gambar



pertama



merupakan



morfologi dai cacing betina Thelazia rhodesii



Buccal



Capsule



(BC),



Cervical Papillae (CP), Vulva (V), 13.



Thelazia rhodesi



Cuticula Transversa (CT) dan gambar kedua merupakan morfologi cacing jantan Thelazia rhodesii Spicula (S), Papilla pre anal (PrCP), Papila post anal (PoCP), Phasmid (Ph) (Djungu, 2014).



Contoh 14.



Syngamus trachea



gambar



dari



Syngamus



trachea jantan dan betina di kopula (Taylor, et al., 2016).



Gambar 15.



dari



anterior



Strongylus



Strongylus



edentatus yang menunjukkan kapsul



edentatus



bukal berbentuk cangkin dan tidak memiliki gigi (Taylor, et al., 2016).



Gambar 16.



cacing



Haemonchus



Haemonchus



contortus dewasa jantan dan betina



contortus



pada mukosa abomasal (Taylor, et al., 2016).



17.



18.



Tetrameres americana



Ascaris suum



Gambaran cacing betina dewasa dari Tetrameres americana (Taylor, et al., 2016).



Gambaran cacing dewasa Ascaris suum (Taylor, et al., 2016).



Gambar ekor Heterakis gallinarum 19.



Heterakis gallinarum



jantan yang menunjukkan alae caudal yang menonjol didukung dengan 12 pasang papila caudal (Taylor, et al., 2016).



Gambar cacing dewasa Ascaridia 20.



Ascaridia galli



galli pada usus halus (Taylor, et al., 2016).



DAFTAR PUSTAKA Borisov, B., et al. 2018. Aelurostrongylus abstrusus in Cats - Diagnosis and Treatment. Journal Tradition and Modernity in Veterinary Medicine, 3(1): 91-96. Brianti, E., et al. 2012. New Insights into the Ecology and Biology of Acanthocheilonema reconditum (Grasii, 1889) Canine Subcutaneous Filariosis. Parasitology: 1-7. Cambridge University Press. Djungu, D. F. L. 2014. Thelaziosis pada Ternak Sapi Potong Peternakan Rakyat di Kabupaten Kupang [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Khatat, S. E. 2016. Lungworm Eucoleus aerophilus (Capillaria aerophila) infection in a feline immunodeficiency virus-positive cat in France. Journal of Feline Medicine and Surgery Open Report: 1-5. Lalosevic, V., et al. 2013. High Infection Rate of Zoonotic Eucoleus aerophilus Infection in Foxes from Serbia. Parasite: 20(3). Published by EDP Sciences. Magi, M., et al. 2012. Canine Filarial Infections in Tuscany, Central Italy. Journal of Helminthology, 86(1): 113-116. Oka, I. B. M., dan Dwinata, I M. 2017. Penyakit Ayam. Bali: Universitas Udayana. Rohde, Klaus. 2005. Marine Parasitology. Australia: CSIRO Publishing. Taylor, M. A., et al. 2016. Veterinary Parasitology Fourth Edition. India: Wiley Blackwell.



ACC



LAMPIRAN