Nephrolithiasis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nephrolithiasis



MAKALAH RADIOLOGI NEPHROLITHIASIS Laporan Kasus Identitas Pasien Nama



: Widodo



Umur



: 54



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Supir



Alamat Suku



: Kamal, Margomulyo, Sayegan : Jawa



Agama



: Islam



Bangsal



: Kenanga



Tanggal Masuk



: 25/3/2013 jam 16.00



Anamnesis Keluhan Utama: Nyeri Pinggang RPS: Os datang ke Poli Penyakit Dalam RSUD Sleman tanggal 25-3-13 dengan keluhan nyeri pinggang bagian kanan sejak 5HSMRS, durasi 30menit, terasa berdenyut, tidak menjalar, tidak berkurang dengan istirahat. BAK (+), warna kuning, nyeri saat BAK (-) darah (-), frekuensi normal, bau normal, urgensi (-), menetes setelah selesai (-), tidakpuas setelah BAK(-). demam (-), mual (-), muntah (-). BAB normal. Os belum pernah periksa sebelumnya. Obat-obatan/suplemen (-) RPD:Mondok (-), penyakit rematik/asam urat (-) RPK: Keluhan serupa (-) RP: Alergi (-), Hobi nonton TV, Olahraga rutin (-), Merokok (-).



2



2



Nephrolithiasis Makanan: asin (+), susu (-), daging (+), bayam (+), kacang (+), coklat (-), minuman bersoda (+), teh (+), kopi (+), sayuran (+), alkohol (-), jus apel/anggur (-) Lingkungan : Keluhan serupa (-)



Pemeriksaan Fisik KU: Compos Mentis TB: 160cm



BB 55kg



BMI: 21.5



VS: TD



: 160/100 (berbaring, Tensi jarum)



N : 88 (reguler, cukup) RR



: 24(Penggunaan otot bantu nafas -)



S : 36.5 Celcius (digital, axial) Kepala



: CA (-), SI (-)



Leher : JVP 5+2, lymphadenopathy (-), pembesaran thyroid (-) Thorax



: Paru/ I: Nafas Simetris, otot bantu (-), bentuk



normal Pa: Fremitus dbn, Pe: Sonor, Au: Ves (+/+), RBB(-/-), RBK (-/-), Jantung/ I: Ictus Cordis tidak terlihat Pa: Ictus Cordis di SIC 5 LMC Pe: Cardiomegali (-) Au: Suara tambahan (-) Abdomen



: I:Dinding perut datar A: BU 20x/min



3



dada



3



Nephrolithiasis P: ukuran hepar dan lien dbn, nyeri ketok dekstra (+) P: hepar,lien, ginjal tidak teraba, rebound tenderness (-), McBurney Sign (-), Psoas sign (-), Obturator sign (-) Ext: Edem (+), WPK 1030



Nitrit: -



Sil –



Prot: +1



Ket: -



Cry -



Red: +3



Leu: -



Bact -



2. Complete blood count  Hb:13.6



 M: 5.6



 SGPT 21.4



 AL:7500



 E: 0



 TC 282



 AT:285k



 B:0



 TG 113



 AE:4.8



 Ur : 30



 HDL: 44.2



 Hct:41.4



 Cr : 2.52



 LDL: 230



 S:71.3



 AU : 5.7



 GP: 98



 L:23.1



 SGOT 23.1



 3. USG  Ren Dekstra: Ukuran dan echostruktur normal, batas corteks medula tegas, SPC melebar, tampak lesi echoic di pole media dengan AS (+)



4



4



Nephrolithiasis  -Ren sinistra: Ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla tegas, SPC tidak melebar, tampak lesi echoic dengan AS (+)  -Tampak lesi hiperechoic di UVJ dextra ukuran 1.5x0.4cm  Kesan:  -Hydronefrosis ren dextra dengan nefrolithiasis  -Nefrolithiasis ren sinistra  -Batu di UVJ dextra  -Hepar, vesica velea, lien, pancreas, VU, prostat dbn  -Saran: BNO-IVP 



 Diagnosis  Nephrolithiasis dextra dengan hidronefrosis  Nephrolithiasis sinistra  Uretero-Vesicolithiasis  Hipertensi Grade II  Hyperuricemia 



 Terapi  Inf RL + Ketorolac 16 TPM  Elzar 1x300mg  Urinter 3x1  Inj Ranitidine 1A/12 J  Inj Prosogan 1A/24 J  Inj Starcef 1A/12 J  Atovar 1x20mg  Tonar 3x1



5



5



Nephrolithiasis  Allopurinol 1x100 



 Plan  BNO  Raber UPD-Bedah



 



6



6



Nephrolithiasis



 Pendahuluan  Nephrolithiasis atau batu ginjal adalah penumpukan substansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substrat tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin (Suzanne & Brenda, 2001). Nephrolithiasis menempati urutan ketiga penyebab penyakit pada saluran kemih setelah infeksi saluran kemih dan penyakit pada prostat.  Prevalensi nephrolithiasis diperkirakan 2 sampai 3 persen dari total populasi, dan diperkirakan risiko seumur hidup seorang pria berkulit putih untuk terjadi batu ginjal adalah 12%. Diperkirakan 50% pasien dengan riwayat batu ginjal akan mengalami kekambuhan dalam 10 tahun. Batu ginjal terjadi 2 sampai 3 kali lebih sering pada pria, lebih sering terjadi pada dewasa. Kulit putih lebih sering terjadi daripada ras asia. Batu ginjal lebih sering terjadi pada daerah yang panas.  Kurangnya cairan yang masuk dan kentalnya urin adalah faktor penting yang menyebabkan pembentukan batu ginjal. Obat obatan tertentu seperti triamterene, indinavir, acetazolamide, berhubungan dengan terjadinya batu ginjal. Diet oxalate adalah penyebab lain, namun diet kalsium masih belum jelas apakah juga penyebab, dan restriksi kalsium juga tidak direkomendasikan lagi.



 Etiologi dan Pathogenesis  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.



 Etiologi batu ginjal yang didasarkan pada komposisi batuan adalah :  1. Batu Oksalat  Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolism asam amino dan asam askorbat (Vitamin C). Asam askorbat merupakan precursor oksalat yang cukup besar, sejumlah 30 %- 50 % dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat melakukan metabolism oksalat sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebihan di tubuh, maka terjadi akumulasi oksalat yang memicu terbentuknya batu oksalat di ginjal. 7



7



Nephrolithiasis  2. Batu Struvit  Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjalbila produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Pseudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococcus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasilkan bakteri di atas menguraikan urin menjadi ammonia dan karbonat. Ammonia bergabung dengan air membentuk ammonium sehingga pH urin semakin tinggi. Karbondioksida yang terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat.  3. Batu Urat  Terjadi pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin), dan pada penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urin), serta asidosis (pH urin menjadi asam, sehingga terjadi pengendapan asam urat).  4. Batu Sistin  Sistin merupakan asam amino yang kelaritannya paling kecil. Kelarutannya semakin kecil jika pH urin turun atau asama. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal atau saluran kemih membentuk batu.



 Kunci pembentukan batu membutuhkan kondisi:  1.



Supersaturasi



 Saat larutan dalam kondisi ekuilibrium terhadap kristal kalsium oksalat berarti reaksi ion kalsium dan ion oksalat dalam keadaan ekuilibrium. Hal ini dinamakan equilibrium solubility product. Bila kristal dihilangkan dengan penambahan ion kalsium atau oksalat pada larutan, maka terjadi peningkatan aktivitas zat terlarut namun belum terjadi pembentukan kristal. Hal ini disebut larutan metastability supersaturated. Bila konsentrasi ion terus ditambah melebihi level kritis maka akan terjadi pembentukan kristal secara spontan. Kondisi ini disebut upper limit of metastability. Pembentukan batu membutuhkan kondisi urin yang melebihi batas ekulibrium zat terlarut.  Supersaturasi urin bergantung pada:  - pH. Saat BAK (buang air kecil) pada pagi hari, pH urin cenderung rendah. Sedangkan setelah makan pH urin cenderung tinggi. Semakin rendah pH urin (< 5.5) semakin meningkatkan pembentukan batu asam urat. Kecuali pada 8



8



Nephrolithiasis kalsium oksalat yang tingkat kelarutannya tidak dipengaruhi oleh perubahan pH urin.  - Kekuatan ion yang ditentukan oleh kadar ion monovalen. Semakin besar kekuatan ion semakin rendah koefisien aktivasi sehingga menurunkan konsentrasi ion pada urin.  - Konsentrasi larutan. Semakin besan konsentrasi larutan, semakin mudah terjadi presipitasi.  - Complexation, misalnya terbentuknya kompleks kalsium.  -Dehidrasi. Supersaturasi urin meningkat dalam kondisi dehidrasi atau saat terjadi overekskresi kalsium, oksalat, fosfat, sistin atau asam urat.  2.



Nukleasi



 Kondisi urin supersaturasi terhadap kalsium oksalat kemudian membentuk kluster (dari kedua ion kalsium dan ion oksalat). Kluster ion yang besar menjadikan kondisi stabil sehingga terbentuklah nukleasi. Debris-debris sel, kalsifikasi pada papila ginjal dan kristal-kristal urin lainya menjadi tempat pembentukan kristal. Proses ini disebut nukleasi heterogenous.  3.



Inhibitor Pembentukan Kristal



 Urin mengandung inhibitor kuat yang mencegah nukleasi, pertumbuhan dan agregasi kalsium oksalat dan kalsium fosfat tapi tidak untuk asam urat, cystine, dan struvite. Inhibitor tersebut diantaranya adalah inorganik pirofosfat, sitrat, glikoprotein dan magnesium.  Peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu dapat merupakan akibat dari factor-faktor prarenal, renal, dan pascarenal.  Penyebab prarenal mengaikbatkan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu dengan meningkatkan konsentrasinya di dalam plasma. Jadi hiperkalsiuria dan fosfaturia prarenal terjadi akibat peningkatan absorbs di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH dan kalsitriol. Hiperoksalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolic pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absorbsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih, sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat meningkat dan pemecahan xantin menjadi asam urat dihambat. Namun, xantin lebih mudah larut daripada asam urat sehingga batu xantin lebih jarang ditemukan.  Gangguan reabsorbsi ginjal merupakan penyebab sering dari peningkatan ekskresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada 9



9



Nephrolithiasis sistinuria. Konsentrasi ion kalsium di dalam darah kemudian dipertahankan melalui absorbs di usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahannya.  Pelepasan ADH (pada volume yang berkurang, stress, dll) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urin.  Kelarutan beberapa zat tergantung pada pH urin. Fosfat mudah larut dalam urin yang asam, tetapi sukar larut dalam urin yang alkalis. Sebaliknya asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi daripada yang tidak terdisosiasi, dan batu asam urat lebih cepat terbentuk pada urin yang asam. Jika pembentukan NH3 berkurang, urin harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam, dan hal ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat.  Factor lain yang juga penting adalah berapa lama Kristal yang telah terbantuk tetap berada dalam urin yang sangat jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih baian bawah, misalnya dapat menyebabkan Kristal menjadi terperangkap (penyebab pascarenal).  Akibat urolitiasis adalah penyumbatan pada saluran kemih bagian bawah. Selain itu, pda peregangan pada otot ureter menyebabkan kontraksi yang sangat nyeri (kolik ginjal). Aliran yang tersumbat menyebabkan dilatasi ureter dan hidronefrosis dengan penghentian ekskresi. Bahkan setelah batu diangkat, kerusakan ginjal dapat menetap. Sumbatan pada saluran kemih juga meningkatkan pertumbuhan kuman (infeksi saluran kemih, pielonefritis). Kuman pemecah ura membentuk NH3 dari urea sehingga membuat urin menjadi alkalis. Hal ini pada gilirannya membentuk lingkaran setan, yang mendorong pembentukan batu fosfat. Bahkan tanpa kolonisasi bakteri, pengendapan asam urat di dalam ginjal (gouty kidney) atau garam kalsium (nefrokalsinosis) dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan ginjal.



 GEJALA KLINIS  A.



Nyeri



 Terdapat dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal yaitu nyeri kolik dan nonkolik (tumpul). Nyeri ginjal kolik biasanya disebabkan oleh peregangan pyelum atau ureter. Sedangkan nyeri tumpul disebabkan oleh distensi kapsul ginjal. Nyeri kolik adalah tanda khas terjadinya obstruksi pada traktus urinarius. Nyeri berdasarkan organ penyusun traktus urinarius:  a. 10



Nyeri ginjal



10



Nephrolithiasis  Tipikal nyeri tumpul yang terus menerus costovertebral angle (CVA), disisi lateral m.sacrospinalis tepat dibawah costa 12. Nyeri sering menyebar ke area subcostal menuju umbilikus atau abdomen kuadran bawah. Nyeri seperti ini sering terjadi pada penyakit ginjal yang menyebabkan distensi kapsul secara tiba-tiba misalnya pyelonefritis akut dan obstruksi ureter akut.  b.



Nyeri ureter



 Biasanya distimulasi oleh obstruksi akut karena batu atau gumpalan darah. Tipikal nyeri kolik dimulai dari punggung dan menjalar dari CVA ke bawah menuju abdomen kuadran anteroinferior lalu menuruni spanjang jalur ureter sesuai distribusi n.ilioinguinal dan cabang genital dari n.genitofemoral. Pada laki-laki nyeri dapat menyebar (reffered) ke buli-buli, skrotum dan testis. Pada wanita nyeri dapat menyebar ke vulva.  Tingkat nyeri disebabkan oleh hiperperistaltik dan spasme ureter sebagai usahanya menyingkirkan benda asing atau untuk menghilangkan obstruksi. Karakteristik nyeri di tiap bagia ureter:  -



Ureter proksimal. Nyeri akan beradiasi ke testis ipsilateral



 Ureter media. Nyeri akan beradiasi ke Mc Burney’s point dan dapat menyerupai nyeri appendisitis sinistra, divertikulitis, atau penyakait lainnya pada colon desendens atau sigmoid  Ureter distal. Nyeri lebih ke bawah beradiasi ke kulit scrotum disertai gejala berkemih (frekuensi dan urgensi)  c.



Nyeri buli-buli



 Nyeri dapat disebabkan oleh over distensi buli-buli pada pasien dengan retensi urin akut ditandai dengan nyeri di daerah suprapubis. Bila terjadi distensi buli-buli secara kronis biasanya tidak terdapat nyeri.



 B.



Hematuria



 Kebanyakan pasien mengalami hematuria mikoskopis. Hal tersebut dapat berasal dari lesi manapun pada traktus urinarius (ginjal, pelvis, ureter, bulibuli dan uretra).



 C.



Infeksi



 Batu struvite disebut juga infection stone yang berhubungan dengan infeksi traktus urinarius oleh bakteri Proteus, Pseudomonas, Klebsiella dan Stafilokokus. Semua batu dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis proksimal terhadap kalkulus. Infeksi yang terjadi mengubah peristaltis uretra karena bakteri-bakteri tersebut mengeluarkan toksin sehingga terjadi tanda-tanda inflamasi lokal. 11



11



Nephrolithiasis



 D.



Demam



 Pada keadaan emergensi dapat terjadi sepsis dengan tanda-tanda demam, takikardia, hipotensi dan vasodilatasi pembuluh darah kulit.



 E.



Mual dan Muntah



 Biasanya terjadi pada obstruksi traktus urinarius bagian atas.







12



12



Nephrolithiasis



 Aspek Radiologi Nephrolithiasis  Foto polos abdomen  Bila nyeri akut daerah flank dicurigai disebabkan oleh batu yang lewat, banyak metode dapat digunakan. Terkadang radiografi konvensional digunakan sebagai screening awal untuk batu, atau abnormalitas pada usus.  Foto polos abdomen berguna untuk menilai jumlah batu, ukuran, bentuk, komposisi, dan lokasi batu saluran kencing. Batu yang mengandung kalsium (sampai 85% dari total keseluruhan batu saluran kencing) adalah radioopaque, tetapi batu asam urat, indinavir, dan cystine adalah radiolucent pada foto polos abdomen.  Bila digunakan dengan pencitraan lain seperti renal ultrasonography, atau ct scan, foto polos memberikan informasi lebih terhadap karakter batu saluran kencing. Foto polos juga berguna untuk merencanakan pembedahan.  Bila batu tidak terlihat pada foto polos, mungkin saja batunya adalah batu asam urat yang radiolucent yang bisa larut dengan obat pembasa. Batu ini juga lebih mungkin terjadi bila pH urin asam. Secara praktis, pasien dengan gejala kolik renal akut yang menunjukkan pH lebih rendah dari 6.0 harus dicurigai kemungkinan batu asam urat. Bila terdapat batu yang terlihat pada CT scan namun tidak terlihat pada foto polos abdomen, dapat dicurigai batu asam urat.



13



13



Nephrolithiasis



  Foto X ray abdomen menujukkan ada kalsifikasi yang mengisi ductus collectivus kiri disertai batu staghorn. Batu ini relatif lucent untuk ukuran seperti ini.



 Ultrasound  Ultrasound dilakukan dengan menempelkan probe diatas ginjal, ureter, dan buli. Suara diemisikan dan diintegrasikan ke menjadi gambar sistem saluran kencing yang bisa dilihat pada layar. Tes ini dapat mendeteksi baik batu kalsium atau non kalsium, namun kadang kurang baik untuk mencari batu yang sedang menuju ke arah buli, padahal saat seperti ini adalah saat dimana sebagian besar pasien datang ke rumah sakit. Keuntungan ultrasound adalah tidak memiliki radiasi. Ultrasonografi memiliki sensitivitas yang terbatas untuk batu yang kecil, dan tidak menggambarkan ureter dengan baik. Sebaiknya digunakan pada pasien yang masih anak, hamil, atau pasien yang membutuhkan pemeriksaan multiple (contoh trauma tulang belakang)



14



14



Nephrolithiasis



  Sonogram ginjal longitudinal pada pasien nephrocalcinosis menunjukkan kalsifikasi echogenic shadowing pada pyramid ginjal.



 CT Scan  Computerized Tomography (CT atau CAT Scan) adalah salah satu cara terbaik untuk mendeteksi batu ginjal, terutama bila pasien datang ke unit gawat darurat dengan nyeri berat (colic) karena batu yang hampir keluar. Ini lebih sensitif dibandingkan ultrasound atau x ray, dilakukan dengan cara menempatkan pasien pada tabung x ray yang menghasilkan bebarapa gambar dari ginjal, ureter, dan buli. CT scan dapat mendeteksi baik batu kalsium atau non kalsium, walaupun dapat melewatkan batu crixivan atau indinavir. CT scan lebih mahal daripada xray dan membutuhkan radiasi yang lebih banyak. Pasien hamil dan pediatric tidak disarankan untuk langsung menggunakan CT scan untuk screening batu. Karena CT scan memeriksa banyak organ, terkadang dapat terdeteksi penyebab nyeri selain batu.



15



15



Nephrolithiasis



  Foto CT Axial nonenhanced pada ketinggian ginjal menunjukkan adanya batu ginjal bilateral, hidronefrosis kanan dan cairan perinephric moderat.



  CT scan setinggi ginjal dengan panah yang menunjuk pada batu ginjal kiri.



 Intravenous Pyelogram (IVP)  IVP adalah salah satu metode lama untuk mendeteksi batu ginjal dan masih digunakan. Pewarna khusus dimasukkan ke dalam vena, lalu foto x ray dilakukan di abdomen. Bila terdapat batu, maka pada gambar akan terdapat 16



16



Nephrolithiasis “filling defect”. Ini sangat berguna untuk mendeteksi batu di ureter, terutama bila tidak terlihat pada CT scan. Terkadang terjadi bila ureter terdilatasi/terobstruksi, namun tidak terdapat batu. Salah satu kekurangannya adalah pewarna yang digunakan dapat menyebabkan reaksi alergi, kerusakan ginjal, dan gejala termasuk mual. Bila pasien memiliki penyakit ginjal selain batu, terkadang lebih baik untuk dilakukan retrograde urogram. Pada tes ini kateter dimasukkan ke buli kemudian pewarna dimasukkan untuk melihat apakah terdapat batu pada buli dan ureter. Tehnik ini menghindari penyerapan pewarna diluar sistem saluran kencing.



  Intravenous urogram menunjukkan banyak kalsifikasi pada medulla ginjal kiri pada pasien nephrocalcinosis.



17



17



Nephrolithiasis



  Magnified scout intravenous urogram menunjukkan batu yang relatif besar, lucent, pada polus inferior ginjal kanan.



18



18



Nephrolithiasis



  Urogram intravena yang diambil setelah 5 menit injeksi intravena. Material kontras pada ductus collectivus mengaburkan batu.



19



19



Nephrolithiasis



  Urogram intravena menunjukkan gambaran batu ginjal kiri yang radioopaque pada tengah dan polus inferior ginjal.



20



20



Nephrolithiasis



  Urogram intravena hemipelvis kiri



menunjukkan



adanya



beberapa



kalsifikasi



  Urogram intravena menunjukkan batu halus pada ginjal kanan



21



pada



21



Nephrolithiasis



  Urogram intravena menunjukkan kalsifikasi yang banyak pada daerah pyramid ginjal pada pasien dengan nephrocalcinosis







22



22



Nephrolithiasis



 CT Urography  CT urography adalah kombinasi antara CT dan IVP. Pewarna intravena diinjeksikan, lalu dapat terlihat dari ginjal, ureter dan buli. Gambar diambil dengan CT scanner. CT scan tradisional juga digunakan. Uji ini juga bermanfaat untuk mengevaluasi renal diverticulum, itu adalah kantung yang terbentuk di dalam ginjal. Batu ginjal dan infeksi dapat terbentuk di dalam kantong ini, dan juga dapat terjadi nyeri.



  Gambar CT scan dengan kontras menunjukkan adanya batu staghorn opaque yang mengisi ductus collectivus kiri.



 23



23



Nephrolithiasis  Gambar CT scan dengan kontras menunjukkan adanya batu pada calyx tanpa hidronefrosis 



 Nuclear Imaging  Pencitraan nuklir dapat menunjukkan berkurangnya aktivitas dari korteks atau ductus collectivus bila terjadi obstruksi. Nuclear medicine test digunakan untuk menentukan fungsi ginjal untuk merencanakan treatment dan menilai seberapa banyak fungsi ginjal yang akan kembali bila obstruksi diambil. Contohnya bila ginjal dengan fungsi yang tinggal sedikit dapat diambil bila fungsinya tidak bertambah setelah drainase. Terkadang bisa juga dilakukan studi kedokteran nuklir untuk melihat obstruksi bila material kontras menjadi kontraindikasi.







24



24