Nilai Dan Sikap Dalam Pendidikan Ips [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas model desain pembelajaran “problem solving” (pemecahan masalah) yang dikhususkan untuk pembelajaran IPS. Sebagaimana model desain pembelajaran problem solving pun merupakan alternative model yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar IPS. Sesuai dengan namanya, model desain pembelajaran ini secara khusus memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam memecahkan masalah. Oleh karena model desain sebelumnya pun pada hakikatnya bertujuan melatih kemampuan untuk memecahkan masalah maka penguasaan terhadap model desain pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikr akan sangat membantu Anda dalam memahami kemampuan ini khususnya melalui proses pembelajaran IPS. Pembahasan materi akan lebih difokuskan pada uraian teoritis dan contoh praktis. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun masalah social sangan diperlukan karena pada hakikatnya siswa hidup ditengah lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-benih potensi munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan – untuk mendewasakan siswa – maka salah satu indicator dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat. Sikap mandiri ini tidak akan dating dan diperoleh tanpa melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran memiliki tangggung jawab untuk membina kemampuan ini khususnya melalui proses pembelajaran IPS.



1.2 Tujuan 1.2.1 Memahami implementasi model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS. 1.2.2 Memahami hakikat dan peranan model pembelajaran Konsep Dasar IPS. 1.2.3 Memahami model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS. 1.2.4 Merancang dan menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan berorientasi pemecahan masalah. 1.2.5 Menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.



1



1.3 Rumusan Masalah 1.3.1 Bagaimana implementasi model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS? 1.3.2 Apa hakikat dan peranan model pembelajaran Konsep Dasar IPS? 1.3.3 Apa saja model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS? 1.3.4 Bagaimana merancang dan menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan berorientasi pemecahan masalah? 1.3.5 Bagaimana menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah?



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS Model Pembelajaran “Problem Solving” Savage and Armstrong (1996) mengemukakan bahwa sejumlah masalah ada solusi terbaiknya secara benar dan tepat. Apabila dihadapkan pada situasi seperti ini, guru hendaknya mendorong siswa menerapkan pendekatan “problem solving”. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage dan Armstrong sebagai berikut: a. b. c. d.



Mengenal adanya masalah. Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahanya. Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut. Mencapai solusi yang dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan Wilkins (1990) menguraikan langkah model pembelajaran



“problem solving” yang dapat digunakan pula sebagai keterampilan dalam penyuluhan melalui model belajar individual (individualized instruction), sebagai berikut : Pertama. Mengklarifikasi dan mendefiniskan masalah. Sejalan dengan fungsi/peran guru sebagai fasilitator – memberi kemudahan – kepada siswa,maka dalam proses bimbingan terkadang guru lebih banyak mendengarkan berbagai keluhan, ungkapan, kesulitan dan masalah. Pada kasus seperti ini, guru dapat mengarahkan dan memandu siswa menggunakan keterampilan memecahkan masalah. Untuk ini, siswa diminta mendeskripsikan/menguraikan masalahnya, berbagai rasa, mengkaji berbagai prilaku yang pernah dilakukan dan akan lebih baik apabila pada akhirnya siswa sendiri yang merumuskan masalah. Kedua. Mencari alternatif solusi. Ketika masalah dirumuskan secara jelas, guru dapat meminta siswa berfikir tentang solusi apakah yang dapat diambil. Tugas guru adalah sebagai fasilitator, bukan sebagai pemecah masalah sehingga tidak perlu guru memberikan memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh siswa. Apabila



siswa



telah



dapat



merumuskan



masalahsecara



benar



maka



3



kemungkingan besar ia pun dapat memberikan alternative pemecahannya. Potensi inilah yang perlu didorong oleh guru agar siswa berani mengungkapkan pendapatnya. Guru sebagai fasilitator hanya berperan dalam menggunakan keterampilan mendengarkan secara aktif. Gunakanlah pertanyaan pembuka, misalnya “adakah alternatif lain sebagai solusi yang dapat dikemukakan?” Ketiga. Menguji alternatif solusi. Bantulah siswa menguji manfaat dan kegunaan dari setiap alternative solusi dalam kecakapan melaksanakanya dan akibat-akibat yang mungkin. Sebagaimana dapa tahap mencari alternative solusi maka pada tahap menguji alternatif pun, peran guru hendaknya tidak terlepas dari keterampilannya mendengar secara aktif. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan yang



menggali,



misalnya



“apakah



kamu



merasa



senang



melakukan/melaksanakan alternatif solusi tersebut?“ “Apabila senang, apakah konsekuensi positif/kekuatan dan negatif/kelemahan yang akan terjadi? Keempat. Memilih solusi. Bantulah siswa untuk memilih solusi yang dirasakan oleh mereka menyenangkan (cocok) dan akan menimbulkan potensi hasil yang positif dan menguntungkan. Contoh, apabila anda sedang memecahkan masalah konflik antara anda sendiri dengan orang lain maka anda berdua harus sampai merasa puas dan lega dengan solusi yang diputuskan dan tida lagi menaruh benci/dendam. Selaku guru, anda teap dituntut secara aktif mendengarkan dan tidak merasa langsung memberi solusi. Gunakanalah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali. Apabila anda sedang memecahkan konflik/perselisihan bersama, gunakan pesan-pesan ‘saya’ untuk mengomunikasikan perasaanperassan anda hingga penyelesaian berakhir decapai dengan kemenangan dua puhak – “Win-Win Solution”. Kelima. Bertindak sesuai dengan pilihan solusi. Ambilah kesepakatan untuk sesuatu hal yang akan dilakukan. Janganlah sekali-kali mengambil suatu komitmen yang masih ragu untuk melaksanakanya. Keenam. Tindak lanjut (follow-up). Selesaikan sebagai fasilitator,tugas dan peran guru juga memberikan dukungan/harapan (support) selama siswa melakukan perbuatan solusi. Oleh karena itu, guru seyogyanya menyatakan



4



bahwa sebagai tindak lanjut dari kesepakatan, berikanlah umpan balik entang apa yang telah dilakukan oleh siswa. 2.2 Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS Secara umum istilah inquiry berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah.Menurut : 1. Rogers, menyatakan bahwa inkuri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 2. Hagen, menyatakan bahwa sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikri reflektif dan atau “discovery”. 3. Beyer, menyatakan inkuiri adalah lebih dari sekedar bertanya. Yaitu inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan arti/makna tertntu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami. Menurut para ahli Pendekatan Inkuiri adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa ( student-centred instruction ) dari pada kepada guru ( teacher-centred instruction). Tujuan utama inkuiri sosial adalah memberikan kontribusi untuk para pengambil kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya. Banks, mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri untuk kelas IPS, yaitu sebagai berikut : Pertama, Merumuskan Masalah ( problem formulation ); Kedua, Perumusan Hipotesis (formulation of hypotheses ); Ketiga, Definisi Istilah : Konseptualisasi; Keempat, Pengumpulan Data ( collection of data ); Kelima, Pengujian dan Analisis Data ( evaluation and analysis of data ); Keenam, Menguji Hipotesis untuk Memperoleh Generalisasi dan Teori;



5



Ketujuh, Memulai Inkuiri Lagi. 2.3 Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS Model desain keterampilan berpikir ( thinking skills ). Ada dua model desain keterampilan berpikir, ialah keterampilan berpikir kritis ( critical thinking skills ), dan keterampilan berpikir kreatif ( creative thinking skills ). 1. Johnson, merumuskan istilah “berpikir kritis” secara etimologi. Ia menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krinein”, yang berarti “menaksir nilai sesuatu”. Atau bahwa kritik adalah perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai, dan menaksir nilai sesuatu hal. Selanjutnya ia menggabungkan beberapa definisi critical thinking dari beberapa ahli seperti Ennis, Lipman,Siegel, Paul, dan McPeck, yang disebut juga “the group five” yaitu : Pertama, Berpikir kritis memerlukan kemampuan kognitif; Kedua, Berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; Ketiga, Berpikir kritis mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda. 2. Ennis, menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional. Tujuan berpikir kritis, adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. 3. Menurut Beyer ada 10 perangkat keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan dalam studi sosial, yaitu sebagai berikut : a. Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat. b. Menentukan realibilitas sumber. c. Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan. d. Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan. e. Mendeteksi penyimpangan. f. Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yang tidak jelas atau samar-samar.



6



g. Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten. h. Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat dipertanggungjawabkan. i. Menentukan kekuatan argumen. 2 Strategi menurut Beyer yang cukup efektif untuk proses belajar mengajar, yaitu : 1. Strategi induktif, merupakan cara untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mengartikulasikan atribut-atribut berpikir kritis yang telah diajarkan. 2. Strategi direktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai dan memahami betul komponen keterampilan tersebut sejak permulaan. 2.4 Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Berorientasi Pemecahan Masalah 2.4.1 Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan. Selanjutnya masalah sosial dapat diartikan suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan dianggap sumber kesulitan atau ketidakpuasan yang menuntut untuk dipecahkan. Secara operasional, masalah sosial diartikan suatu situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut sifatnya, masalah sosial bermacam-macam, statis-dinamis,besarkecil, sederhana-kompleks. Dengandemikian strategi pemecahannya pun harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik masalahnya. Seperti ada yang dipecahkan secara intuitif, coba-coba, traadisional, berdasarkan pengalaman lampau, terkaan kasar dan sebagainya. Secara umum kita mengenal tiga cara pemecahan masalah : a. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan masalah yang dilakukan oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru, hakim,dll) b. Pemecahan masalah secara ilmiah, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.



7



c. Pemecahan masalah secara metafisik, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misal secara gaib. Pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan masalah dan menyangkut mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang dikehendaki. Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhadap suatu masalah. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS terpadu dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis. Apabila kita menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar-mengajar kita akan memperoleh manfaat, antara lain : a. Mengembangkan sikap/keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahannya serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri. b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses berpikir terdiri dari serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca dan menafsirkan data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan. c. Siswa benar-benar menghayati untuk berpikir dan mengembangkan minat dalam berbagai kemungkinan. d. Membina pengembangan sikap penalaran lebih jauh dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis dan analitis baik secara individual maupun kelompok. Untuk mencapai maksud tersebut di atas maka program dan jalannya proses kegiatan belajar mengajar, hendaknya : a. Memberi kesempatan pengembanganpengalaman individu dan berpusat pada siswa. b. Dibina suasana belajar yang bebas dari tekanan, paksaan dan ketakutan. 2.4.2 Merancang model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah Dalam merancang model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, seyogyanya mendasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif yang mengikuti proses kerja sebagai berikut :



8



1. Menyadari adanya masalah. 2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya. a. Pikiran kemungkinan pemecahannya dan pendekatannya. b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan pemecahan tersebut dengan kriteria tertentu. 3. Pergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria tertentu dan tanggalkan kemungkinan pemecahan lain. Kita perlu menyeleksi dalam memilih pendekatan pemecahan masalah di kelas bagi kepentingan proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus memperhatikan kriteria pemilihan masalah. Sebagai acuannya adalah kriteria pemilihan masalah seperti yang dikemukakan Quillen dan Hanna, yakni : a. Masalah itu bersifat umum dan berulang-ulang sehingga cukup dikenal dan menarik perhatian siswa. b. Masalah itu cukup penting dibahas di kelas c. Masalah itu dapat mengembangkan kelas ke arah tujuan yang dikehendaki. d. Melihat kemungkinan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e. Masalah itu dapat menjamin kelanjutan pengalaman belajar siswa. Setelah masalah kita ketemukan, maka langkah selanjutnya adalah pemecahan masalah. Ada tiga model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli antara lain John Dewey, Brian Larkin, Lawrence Senesh David Johnson dan Frank Johnson. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan uraian berikut : 1. Langkah-langkah dan gambaran pemecahan masalah yang dikemukakan John Dewey : a. Merumuskan pemasalahan. Mengetahui dan merumuskan permasalahan secara jelas. b. Menelaah permasalahan. Menggunakan pengetahuan untuk merinci dan menganalisis masalah tersebut dari berbagai sudut. c. Membuat/merumuskan hipotesis. Menghayati secara luas dan lengkap sebab akibat serta alternatif pemecahan masalah tersebut. d. Menhimpun, mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. Kecakapan mencari dan menyusun data dan menvisualisasikan data dalam bentuk bagan, gambar, grafik dan lain-lain



9



e. Pembuktian hipotesis. Kecakapan menelaah dan membahas data, menghubung-hubungkan atau menghitung data terhadap hipotesis dan keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan dari hal-hal di atas. f. Menentukan pilihan pemecahan/keputusan. Kecakapan membuat, memilih dan menilai beserta perhitungan akibat-akibat kelak. 2. Dr Brian Larkin konsultan kelompok bidang IPS-P3G di Malang 1978 mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut : a. Definisi masalah b. Identifikasi masalah c. Analisis akibat d. Penerapan kriteria e. Pengambilan keputusan 3. Lawrence Senesh, Guru Besar Ekonomi pada Purdue University mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah, terdiri tiga fase : a. Fase motivasi b. Fase pengembangan c. Fase kulminasi Pada fase pengembangan ia menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.



Menemukan gejala dari permasalahannya Mempelajari aspek-aspek permasalahannya Definisi permasalahannya Menentukan ruang lingkup permasalahannya Menganalisis sebab-sebab permasalahaannya Pemecahan masalah Hal ini didasarkan pada teori belajar spiral, dimana guru mulai dari hal



yang sudah diketahui ke hal yang belum diketahui, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit dan dari yang konkret ke yang abstrak. 2.4.3 Model Pemecahan Masalah Secara Kelompok Model ini dikemukakan oleh David Johnson dan Frank Johnson, di mana model ini menitikberatkan pada pemecahan masalah secara kelompok yaitu pada kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan pemecahan masalah secara kelompok meliputi beberapa unsur sebagai berikut: a. Dapat menghasilkan kesepakatan tentang sesuatu keadaan yang dikehendaki.



10



b. Sepakat menetapkan struktur dan prosedur untuk menghasilkan, memahami dan memakai informasi yang relevan dengan keadaan yang aktual. c. Sepakat untuk menetapkan struktur dan prosedur untuk menemukan kemungkinan pemecahan masalah, memutuskan dan mempergunakan cara pemecahan yang terbaik dan efektif. Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson sebagai berikut: 1. Definisi Masalah Definisi masalah merupakan langkah yang paing sulit. Apabila mampu merumuskan dengan baik maka langkah selanjutnya akan lebih mudah. Untuk perumusan masalah ini dianjurkan mengggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tampunglah secara terbuka semua pernyataan masalah. b. Rumuskan kembali setiap pernyataan sehingga dapat memperoleh gambaran yang ideal dan aktual. Pilihlah salah satu definisi yang penting dan dapat depecahkan. 2. Diagnosis Masalah Langkah kedua ini kita ingin mengetahui dimensi dan sebab-sebab timbulnya masalah. Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan bersarnya kekuatan yang mendorong ke arah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang mengambat ke arah tersebut. 3. Merumuskan Alternatif Strategi Dalam kelompok ketiga ini kelompok harus mencari dan menemukan berbagai alternatif cara pemecahan masalah, dimana kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan antar idea dan punya daya temu yang tinggi. 4. Penentuan dan Penerapan Suatu Strategi Setelah berbagai alternatif strategi pemecahan masalah diperoleh, maka kelompok pada tahap ini memutuskan untuk memilih alternatif mana yang akan dipakai. Tahap ini mengandung dua aspek utama pemecahan masalah, yaitu: a. Pengambilan keputusan yaitu suatu proses mengambil suatu pilihan dari berbagai alternatif tindakan. b. Keputusan penerapan yaitu suatu proses untuk mengambil tindakan yang diperlukan sehingga menghasilkan pelaksanaan tersebut. 11



Dalam tahap ini kelompok harus menggunakan pertimbangan yang kritis, berpikir kovergen dalam membuat perencanaan yang nyata mengenai pelaksanaan. 5. Evaluasi Keberhasilan Strategi Dalam langkah kelima ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu berhasil diterapkan (evaluasi proses), apakah akibat penerapan strategi itu (evaluasi hasil) dan apakah keadaan aktual sudah lebih mendekati keadaan yang ideal daripada sebelum penerapan. Hasil akhir dari evaluasi harus menunjukkan: masalah apa yang sudah dipecahkan, seberapa jauh pemecahannya, masalah apa yang belum terpecahkan dan masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini. 2.5 Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam menerapkan model pembelajarn IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan masalah Anda dapat memilih model yang dikemukakan oleh para ahli di atas. Karena pada prinsipnya model pemecahan masalah tersebut adalah sama yakni dari merumskan masalah sampa pada pemecahan masalah dengan menggunakan suatu strategi yagn cocok. Sebagai contoh, seorang guru akan menerapkan model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan berlajar mengajar di dalam kelas. Ambil contoh kurikulum Sekolah Dasar kelas V catur wulan 2. Langkah-langkah guru adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembelajaran. Siswa mengenal sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia. 2. Menentukan pokok bahasan Jumlah penduduk. 3. Menentukan dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan. Membahas cara-cara pengendalian pertambahan jumlah penduduk Indonesia. 4. Setelah guru melakukan persiapan di atas langkah selanjutnya adalah menyampaikan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas degnan menggunakan pendekatan pemecahan masalah secara kelompok dengan prosedur: guru memabagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Kemudian kelompok tersebut atas bimbingan dan pengarahan guru mengikuti proses kerja sebagai berikut:



12



a. Mendefinisikan Masalah Langkah yang ditermpuh adalah: menampung seluruh pernyataan masalah yang berkaitan dengan cara-cra untuk mengendalikan pertambahan penduduk Indonesia; merumuskan kembali pernyataan masalah dan memilih beberapa definisi masalah yang dapat diselesaikan oleh setiap kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan fasilitas yang ada. b. Mendiagnosis Masalah Tahap ini bertujuan untuk mengetahui dimensi dan ssebab-sebab timbulnya masalah. Adapun sebab-sebab timbulnya masalha tersebut antara lain: 1) Tingginya angka kawin muda, hal ini menyebabkna kesempatan untuk melahirkan menjadi besar dan dalam jangka waktu yang panjang memungkinkan untuk melahirkan dalam frekuensi yang banyak. 2) Adanya anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, hal ini yang mendasari keluarga bersar dalam satu rumah tangga 3) Adanya anggapan bahwa mengendalikan kelahiran degna kontrasepesi merupakan perbuatan haram. 4) Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang keluaraga berencana, sehingga mereka tidak mengetahui cara-cara untuk mengendalikan kelahiran dan hal ini ditunjang dengan sarana dan prasarana praktik KB yang belum merata ke seluruh lapisan masyarakat. c. Merumuskan alternatif strategi Tahap ini kelompok harus kreatif dan berusaha untuk merumuskan alternatif strategi untuk memecahkan masalah serta dituntut mempunyai daya nalar yang tinggi. Setelah mengetahui sebab-sebab timbulnya masalah yang ditinjau dari berbagia sudut pandang, maka kita dapat merumuskan strategi pemecahan masalah dengan jalan: 1) Menggalakkan Keluaga Berencana secara nasional, karena strategi ini dapat menekan angka kelahiran. 2) Meningkatakn pendidikan kependudukan di seluruh masyarakat Indonesia. 3) Membuat undang-undang yang mengatur tentang batas usia kawain pertama bagi penduduk Indonesia baik pria maupun wanita.



13



4) Membudayakan ddan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. d. Penentuan dan penerapan strategi Tahap ini kelompok-kelompok memutuskan untuk memilih alternatif strategi yang akan dipakai. Tentunya alternatif yang dipilih sudah melalui pertimbangan yang matang, sehingga diharapkan strateg tersebut dapat menjadi obat mujarab bagi pemecahan masalah. Adapun alternatif strategi yang dipilih antara lain: 1) Meningkatkan gerakan Keluarga Berencana secara nasional degna menggunakan alat kontrasepsi. Strategi ini untuk memecahkan masalah tingginya angka kelahiran. 2) Melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Strategi ini untuk memberikan penjelasan tentang arti penting dan hakikat keluarga kecil bahagia sejahtera bagi masyarakat yang masih mempunyai anggapan keluarga besar dalam satu rumah tangga. 3) Membuat undang-undang perkawinan yang mengatur batas minimal usia kawin pertama bagi penduduk Indonesia. Strategi ini untuk memecahkan masalah rendahnya usia kawin pertama yang dilakukan penduduk Indonesia khususnya di pedesaan. e. Evaluasi keberhasilan strategi Tahap ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu berhasil diterapkan; apakah akibat dari penerapan strategi itu; apakah keadaan aktual sudah mendekati keadaan yang kita kehendaki. 5. Setelah kelompok sampai kepada tahap evaluasi, maka langkah guru selanjutnya mengadakan tanya jawab mengenai hasil pemecahan masalah yang



diputuskan



masing-masing



kelompok



yang



bertujuan



untuk



mendapatkan keputusan bersama mengenai strategi pemecahan masalah caracara mengendalikan pertambahan penduduk Indonesia. Demikian langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah dalm proses belajar mengajar secara sederhana, anda dapat memodifikasi langkah-langkah yang disampaikan oleh para ahli dengan tetap memperhatikan pronsip-prinsip yang baku sesuai dengan gaya mengajar anda serta fasilitas yang ada. 14



BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN



Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan. Selanjutnya masalah sosial dapat diartikan suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan dianggap sumber kesulitan atau ketidakpuasan yang menuntut untuk dipecahkan. Pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan masalah dan menyangkut mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang dikehendaki. Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhadap suatu masalah. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS terpadu dengan maksud mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis. Apabila kita menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar-mengajar kita akan memperoleh manfaat, antara lain : a.



Mengembangkan



sikap/keterampilan



siswa



untuk



mampu



memecahkan



b.



permasalahannya serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses berpikir terdiri dari serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca dan menafsirkan data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan



c.



pembiasaan. Siswa benar-benar menghayati untuk berpikir dan mengembangkan minat dalam



d.



berbagai kemungkinan. Membina pengembangan sikap penalaran lebih jauh dan cara berpikir obyektif, mandiri, kritis dan analitis baik secara individual maupun kelompok. Dalam merancang model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan



pendekatan pemecahan masalah, seyogyanya mendasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif yang mengikuti proses kerja sebagai berikut : 1. Menyadari adanya masalah. 2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya.



15



3.



Pergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria tertentu dan tanggalkan kemungkinan pemecahan lain. Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang dikemukakan oleh



Johnson dan Johnson sebagai berikut: 1. Definisi Masalah 2. Diagnosis Masalah 3. Merumuskan Alternatif Strategi 4. Penentuan dan Penerapan Suatu Strategi 5. Evaluasi Keberhasilan Strategi



16



DAFTAR RUJUKAN Wahab, Abdul Aziz. (2009). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka SU, Ischak. dkk. (1998). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan



[email protected]



17