Novel Indo Queen Victoria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UCAPAN TERIMAKASIH



Puji



syukur



saya



panjatkan



ke



hadirat



Alloh



SubhanahuWata’ala, karena sudah memberikan karunia dan rahmatNya, serta memberi kemudahan dalam membuat novel ini, sehingga saya bisa menyelesaikan novel ini dengan sebaik mungkin dan selesai pada waktunya. Saya juga berterima kasih kepada keluarga saya, karena selalu mendukung saya saat pembuatan novel ini. Selalu memberi



semangat,



masukan,



dan



motivasi



untuk



menyelesaikan novel ini. Tidak lupa kepada Guru Bahasa Indonesia saya yaitu Bu Yuni Anggraeni, S.Pd, yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam pembuatan novel Ini. Dan terima kasih kepada semua pihak yang sudah memeberi support serta memberikan banyak inspirasi terhadap novel saya. Terakhir novel ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia yaitu membuat novelet. Semoga novel ini mampu memberikan inspirasi dan bermanfaat.



i



DAFTAR ISI



Ucapan Terima Kasih..................................................................................



Daftar Isi......................................................................................................



Awalnya Dimulai.........................................................................................



My day......................................................................................................... Siapa Kau? Yang Mulia…?........................................................................ Penyusup Berjubah Hitam.......................................................................... Traitor......................................................................................................... Setelah Itu…............................................................................................... Ke Istana Kristal......................................................................................... Rencana Musuh.......................................................................................... Save the Queen........................................................................................... Part of the Journey in the End.................................................................... Tentang Penulis........................................................................................



ii



Prologue Awalnya Di mulai Di Kota New York pada era modern, ada seorang anak laki - laki namanya Arthur. Berbeda dengan anak remaja yang lainnya dia memiliki indigo bisa melihat hal - hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, dia menjadi anak yang dibenci oleh orang lain di kehidupan sekolahnya akan hal itu tetapi orang tuanya selalu ada untuk nya. Arthur di kamarnya tiduran sambil memegang surat surat mengenai Ratu Victoria dari kamar ibunya. Sebuah kejadian telah terjadi menimpanya dia terbangun di Inggris tapi di dunia yang begitu berbeda di masa lalu. Arthur bertemu dengan orang baru di istana Putri Alice salah satu putri dari Ratu Victoria dan James O'reily anak seorang dokter di Istana Buckingham, hari - hari waktu berjalan terus telah banyaknya hal yang berbeda membuat terpikirnya Arthur untuk berusaha membuat masa lalu harus sama dengan yang sudah terjadi agar masa depan tidak terjadi perubahan. Dia berusaha membantu sebisanya dengan kemampuannya yang ada begitu juga untuk menjaga rahasia dari siapapun 1



termasuk temannya yang sudah dia anggap sahabat. Setelah terjadinya masalah yang tidak terduga akan percobaan pembunuhan dengan target anggota keluarga kerajaan Di Inggris Istana Buckingham. Tidak hanya itu, terjadinya kejadian peristiwa yang tidak diduga, memberikan tirai yang dibuka menjadi tertutup bermain dengan hati dan mencari jati. Arthur, Alice dan James berusaha mencari jalan keluarnya memperingatkan,



juga



menyelamatkan



perjalanan petualangan mereka dimulai…



2



masa



lalu



Bagian



My



Satu



Day



Duduk di kelas sendiri tanpa ada teman yang bisa diajak bicara, berbaur, bercanda. Seluruh murid – murid di sekolah memusuhinya tidak menganggapnya sama dengan mereka. Arthur membersihkan rambutnya karena bekas telur yang dilempari oleh teman – teman sekelasnya. Banyak murid yang mefitnahnya bahkan mengadu domba kepada guru karena masalah yang bukan karenanya. Semua hanya bualan. Arthur dibenci oleh seluruh murid di sekolahnya karena kemampuannya yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, karena indigo semua menganggapnya sebagai orang aneh. Ia berasal dari keluarga yang normal, namun keluarganya



tetap



memberikannya



kasih



sayang,



walaupun mereka mengetahui apa yang dilihat oleh Arthur itu bukanlah hal yang normal. Kasih sayang orangtuanya yang pernah dilihat oleh banyak murid, 3



membuat mereka iri hati pada Arthur, ingin mendapatkan kasih sayang dari keluarganya walaupun memiliki penglihatan yang tidak biasanya dilihat oleh kebanyakan orang. Arthur sebenarnya sadar mengapa ia dibenci banyak orang, memahami mengapa mereka membulinya karena akan apa yang tidak semua orang miliki, ia berkata dalam hatinya, “Oh Tuhan aku bersyukur aku telah disayangi oleh keluarga yang baik, akan tetapi semoga mereka yang memiliki



kekurangan



mendapatkan



kebahagiaannya



masing – masing.” Penglihatan yang telah dilihat Arthur, ia hiraukannya bagaikan patung. Setiap kali ia melihat sesuatu Ibunya menemani Arthur agar ia tenang, juga Ayah ketika ia sedang libur di kantor arsiteknya. Tinggal di New York dengan lingkungan yang mungkin bisa dibilangnya kurang aman, akan tetapi rumah tetap adalah rumah, itulah yang dirasakan Arthur ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah, di stasiun kereta yang ia naiki ia melihat sosok seorang pria yang bertubuh kurus dengan jubahnya yang sangat hitam, terus 4



memandang dan mengikutinya, sejak ia bangun dari tempat tidurnya,, tanpa hentinya berpikir dari setiap penglihatan yang ia lihat tidak ada yang seperti pria berjubah hitam tersebut. Di tengah perjalanan, Arthur mulai duduk di tempat yang kosong, kemudian hal yang benar – benar aneh telah terjadi, semua penumpang pada kereta itu semuanya tiba – tiba menghilang. Kesunyian yang hanya dirasakan oleh Arthur dan Pria berjubah hitam itu membuatnya tegang, Alih - alih kata “selamatkan“ yang terbentuk dalam uap udara lalu mengambang di atas kepala pria itu bagaikan pesan seorang penulis dari langit. Kemudian, dia lenyap – menghilang di kereta itu.



Arthur sedang menikmati makan siangnya di ruang kantin. Lucius, orang yang paling tidak suka dengan Arthur menghampirinya dengan rasa penuh gengsi dan amarah “ARTHUR!” Arthur sering dibuli olehnya, akan tetapi ia sudah terbiasa dan sudah hatam mengetahui apa yang akan dilakukan Lucius



5



kedepannya.



Arthur



menjawab dengan tatapan sinisnya yang halus “Ah… halo Lucius apa kabar, apakah ada yang bisa bantu?” “Apa yang kau lakukan disini? Ini bukan tempat tontonan buatmu,” jawab Lucius dengan wajah yang mulai ketakutan untuk pertama kalinya ketika melihat tatapan itu. Walaupun Arthur adalah korban yang juga dimusuhi oleh seluruh murid di sekolah, ia adalah orang yang cerdas tahu harus berbuat apa. Arthur hanya diam saja tidak menjawab Lucius. Lucius dengan rasa kesalnya, memunculkan ide yang jahat. Lucius membenturkan kepala Arthur dengan keras hingga kepalanya dilumuri oleh darah, Arthur tidak bisa membalas kembali kelakuannya yang sudah melewati batas. Ia hanya terdiam dengan tubuhnya yang sudah membeku menahan amarah dan rasa sakitnya karena ulah Lucius. Waktu makan sudah usai Arthur dan Lucius menghadap ke ruang guru, Lucius mendapatkan balasan yang pantas, sedangkan Arthur mengobati dirinya di ruang rawat. Sepulang sekolah Arthur yang menahan emosionalnya begitu lama melepaskan semuanya di



6



dalam kamar. Kesedihan, kesepian, hati yang sakit ia keluarkan semuanya pada tangisannya.



Pada malam hari yang gelap di New York, orang tuanya Arthur belum pulang karena pekerjaannya yang masih belum selesai. Arthur mulai merasa lebih baik setelah mengeluarkan semua kesedihannya, ia berkeliling pada rumah pergi ke ruang kerja ibunya Arthur melihat banyaknya buku juga surat yang begitu berantakan mengenai Ratu Inggris Victoria. Arthur teringat waktu dulu ibunya terkadang suka menceritakan cerita Ratu Inggris membuat Arthur terhibur tertawa akan cara ibunya menceritakannya dengan cara yang unik, Arthur bertanya - tanya dalam pikirannya “Haha... Aku penasaran apakah aku akan tertawa dengan cerita Ratu Victoria dari Ibu hehe.” Arthur kembali ke kamar membawa surat yang ada pada ruang ibunya Arthur membaca surat itu dan memikirkan semua cerita Ratu Inggris, Arthur tanpa sadar tertidur saat membaca surat itu.



7



Dalam tidurnya, dia menyadari bahwa tempat tidurnya berbeda beserta surat yang dipegang Arthur juga tidak ada. “Apakah Ibu sudah pulang?” gumamnya. Arthur mendongak dan melihat sekeliling, tempatnya begitu asing bagi dirinya. Tanpa sadar dia sedang tiduran di sofa.



“Apa yang terjadi ?” pikir Arthur. Tiba – tiba, dia mendengar sebuah jeritan kecil. Arthur memalingkan wajah dan melihat sepasang mata abu – abu kaget, tepat tertuju ke arahnya.



8



Bagian Dua



S i a p a K a u? Y a n g M u l i a . . .?



Mata kelabu itu menyipit. “Apa kau datang untuk membunuh ibuku?” tanya gadis bermata kelabu itu. "Membunuh ibumu?” “Ya. Seorang pembunuh. Apa kau seorang pembunuh? Kenapa kau bersembunyi di bawah sofa? Yang terakhir datang juga seusiamu. Si bocah Jones. Dia terus-terusan berusaha membunuh ibuku. Akhirnya, mereka harus mengirimkannya ke Australia dengan kapal.” Arthur berbicara dengan suara keras, seperti pada dirinya sendiri dan bukan pada gadis yang menatapnya. 9



Arthur merasa mengenal gadis itu, tapi dia tahu benar itu tidak mungkin. Jadi, Katie bicara lambat-lambat, tegas, dan keras. "Aku bukan orang gila. Aku berada di tempat tidurku dan bermimpi. Aku sedang membaca dan merasa tertekan. Sekarang aku ingin bangun.” “Pelankan suaramu,” gadis bermata kelabu menatapnya sungguh – sungguh. “Kalau Lehzen menemukanmu, kau akan segera diseret ke penjara Newgate. Dan kalau kau pembunuh, sejauh ini gila adalah dalih yang terbaik. Itu membuatmu terhindar dari hukuman mati. Mereka mungkin membuatmu jadi budak.” Gadis itu menjaga jarak dari Arthur. “Jangan anggap aku ini berusaha menolong



rencana



menghormati



dan



burukmu.



Aku



menyayangi



akan



ibuku.



selalu



Tapi



dari



penampilanmu, aku yakin kau bukan pembunuh. Kau bukan orang Inggris, aksenmu baru pertama kali aku mendengarnya.



Apa



yang



membuatmu



terpaksa



melakukan ini ?” Berusaha untuk tidak panik Arthur berusaha berbicara kepadanya, tapi terdengar suara langkah menuju ke arah sini. Gadis itu masuk ke kolong sofa disamping Arthur 10



sambil menutupi mulutnya, “Sstt, itu Lehzen dan MacKenzie.” Suara langkah – langkah itu terdengar nyaring di lantai marmer. Sepasang sepatu muncul hanya beberapa senti di depan Arthur, "Kurasa mereka tidak akan terlihat lebih baik dari posisi mana pun, Arthur membatin. Orangorang itu sangat tidak menarik. Wanita itu berusia tua tetapi penampilannya seperti seorang gadis muda yang genit. la mengenakan gaun panjang berwarna pink dan lavender yang penuh hiasan canggung berupa kerut-kerut serta pita dari pinggang hingga mata kaki. “Orang yang genit," Arthur membatin. Sedangkan satunya lagi, seorang laki-laki yang tampak lebih muda, tetapi juga tidak lebih sedap dipandang. "Apa protes Sang Ratu?” laki-laki itu bertanya. “Ini bukan protes Sang Ratu," jawab wanita itu dengan tajam. Orang – orang itu membicarakan orang dan memeriksa pipa – pipa yang harus diperbaiki. Mereka keluar dari ruangan itu dengan ekspresi yang tidak enak di pandang. “Bisa kau bayangkan, masalah yang akan kuhadapi dengan



MacKenzi



dan



Lehzen, 11



dia



pasti



akan



meludahiku.” Gadis itu keluar dengan Arthur dari sofa. Arthur mengamatinya Gadis itu memiliki rambut cokelat yang panjang. Sosoknya mungil, tatapannya tenang dan tegas menatap Arthur dengan dingin. Wajah Arthur memucat tetapi gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya,



Arthur



memegang



tangannya



dan



memperkenalkan dirinya “Terimakasih, aku Arthur,” ucap Arthur dengan tenang memperkenalkan dirinya. “Aku Alice, Putri Alice,” jawabnya dengan sopan.



12



Bagian Tiga



Selamat Datang di Istana



Perkenalan mereka membuat Arthur tertegun berusaha untuk menenagkan dirinya dan berpikir tenang karena akan entahnya bagaimana bisa dia bisa berada di masa lalu sejarah Inggris. Dia memandangi gadis itu, “Apa aku pernah melihat mu ? aku merasa sudah pernah melihatmu,” ucapnya dengan suara yang tegang. “Ku menduga kau pasti melihatku papan.” Alice berkata. “Aku berharap mereka tidak melakukannya . Mengapa semua orang di negeri ber hak untuk memelototiku ? Tapi, Orang tuaku mengatakan itu adalah salah satu tugas negara.” Alice berkata. Arthur sambil mendengarkan akan tetapi dia begitu bingung, Alice berbicara dengannya begitu santai 13



“Apakah ibumu Ratu Victoria dan ayahmu Pangeran Albert ? juga apakah aku bisa bertanya Tuan Putri mengapa anda bicara dengan saya begitu tenang ?” tanya Arthur.



Alice



terkejut



dan



cekikikan



mendengar



pertanyaan Arthur “Ahahaha ya Tuhan, kenapa kau mengubah cara bicaramu menjadi formal, aku juga tidak tahu mengapa tapi aku merasa kau itu bukan orang jahat, tidak apa – apa panggil aku Alice dan Semua orang tahu Itu, setidaknya semua orang di Inggris. Apa kau datang dari negeri asing pakaianmu sangat aneh ? Apakah kau baik – baik saja ? Kau benar-benar aneh di mataku. Mungkin kau agak gila. Aku akan menelepon dr. O'Reilly untuk memeriksamu, tapi dia tidak bisa dipercaya. Jantung Arthur berdegup kencang dan ia merasa lelah. “Begini, aku merasa tidak enak badan. Aku harus berbaring.. kembali tidur sekarang juga.” Arthur berkata "Aku khawatir kemungkinan besar kau harus sekamar dengan James untuk berjaga-jaga” Alice mengambil selimut dari tempat tidurnya, tanpa sengaja sebuah boneka jatuh ke lantai.



14



"Ini boneka favoritku,” jelas sang Putri, lalu memeluk mainan itu sebentar. Arthur melihat Alice dengan ekspresi senang, wajah senag Alice baru sadar ada Arthur melihatnya dia berkata “Aku tahu aku sudah terlalu tua untuk hal ini, tapi aku sering kesepian. Kakak perempuanku, Vicky, biasanya tidur bersamaku, tapi sekarang dia pindah ke lantai lain, di luar bangsal anak. Louise dan Lenchen tidur di ruang depan, dan Leopold di ruangan sebelahnya. Aku tidak suka tidur sendirian. Rasa iba menyelinap di hati Arthur saat dia ingat dengan bonekanya “Jangan cemas. Aku akan baik-baik saja



sekamar, tapi apakah tidak apa – apa" Arthur



meyakinkan Alice. Arthur pergi mengikuti Alice melewati jalan rahasia yang biasa dilalui Alice, Arthur bertanya “Alice, James ini siapa dia ?” “Dia anaknya Dr. O’Reilly juga merupakan pelayan yang melayaniku, sebentar lagi kita sampai di kamarnya” Jawab Alice. Sesampainya di depan kamarnya



James



Alice



mengetuk



pintunya



membangunkan James “James, James bangun aku butuh bantuanmu” ucap Alice dengan suaranya yang pelan. 15



James membuka pintu dengan emosi tanpa sadar “Astaga, hey ayolah waktu masih malam bahkan orang bodoh juga butuh tidur, Siapa?!” ucap james. James terkejut ternyata Alice yang membangunkannya, dengan wajahnya dengan penyesalan merasa bahwa hukuman



mati



telah



mendekatinya.



Arthur



yang



merasakan apa yang James rasakan, menahan rasa tawa dengan prihatin secara bersamaan. “Tuan… Tuan Putri selamat malam, maafkan saya Putri atas perkataan saya tidak sepatutnya didengar, Saya James O’Reily menerima hukuman dari anda” ucap james. Alice juga terkejut tapi dia hiraukan saja dia bersikap wajar “Baiklah aku akan memaafkanmu juga aku bantuanmu James.” Alice berkata. James memandang Alice dan Arthur dengan wajah dengan curiga kepadanya. “Bantuan apa yang anda perlukan Putri, laki – laki dengan pakaian aneh di sebelah anda itu siapa Putri penyusup ? saya mempunyai pistol di kamar jika anda perlu saya untuk menembakinya” tanya James dengan wajah sinis melihat ke arah Arthur.



16



“James sepertinya orang yang baik dengan caranya” pikir Arthur. Hingga sampai sekarang Arthur berusaha menenangkan dirinya dan berusaha berbicara dengan James. Alice meminta James untuk membiarkan Arthur tidur di kamarnya untuk berjaga – jaga, walau James dengan wajah yang tidak ingin melakukannya, tapi perintah tetaplah perintah. Perkenalan Arthur dengan James tidak begitu berjalan dengan baik, Arthur berusaha untuk mengakrabkan diri dengan James. Kemudian Alice segera kembali ke kamarnya, Arthur bertanya sebelum dia kembali “Apa kau tidak ingin tahu, mengapa aku bisa sampai di sini?" tanya Arthur. “Tentu saja, tapi kondisi lebih penting, jadi penjelasan bisa menunggu sampai besok. Kau kelelahan, begitu juga aku. Lagi-lagi mereka lupa mengirimkan orang untuk mengganti pakaianku. Itu sebenarnya tugas kecil." Tempat tidur itu memantul dan menimbulkan bunyi berderit ketika Arthur “Kenapa aku bisa sampai di sini?" pikir Arthur. "Gadis itulah yang kulihat dalam mimpi duluku dan ternyata ia adalah Putri Alice yang 17



diceritakan oleh ibu juga dari surat-surat yang baru saja kubaca. Tapi, dia mengatakan dan melakukan hal-hal yang tidak ada di cerita. Rasanya deja vu, tetapi juga aneh dan menakutkan. Sangat menakutkan."



Jantung Arthur berdetak kencang saat sebuah dugaan baru melintas di pikirannya. Mungkin dia sudah melampaui batas, hampir gila dan peristiwa itu bukanlah mimpi melainkan halusinasi. Katie berbaring di tempat tidur di sebelah James dan berusaha tidur menunggu apa yang akan terjadi pada keesokkan harinya. Pagi hari yang disinari matahari indah, menyentuh Arthur dengan cahayanya. Arthur bangun dengan pakaiannya yang masih sama dengan dunia yang masih sama. Setelah dia bangun James memadang Arthur memberikannya seragam untuk menyamar menjadi pelayan atas perintah Alice. “Hey aku akan tetap mengawasimu, aku tidak tahu kenapa kau bisa memasuki istana dan dapat bantuan Putri. Lebih baik kau mempunyai alasan yang bagus untuk itu” Ucap James. “orang yang tegas,dia hanya melakukan tugasnya, lebih 18



baik berpikir untuk kedepan” pikir Arthur, merasa sepertinya dia waktu manapun akan perilaku orang seperti ini itu tidak akan menghilang. Kemudian ada hal terlewatkan di benak Arthur membuatnya merasa ada hal yang terlewatkan. “James apa kau bilang Istana, saat ini juga ?” tanya Arthur. James melihatnya dengan kebingungan “Uhh…iyah… kau pikir kita dimana kandang kudanya Pangeran Albert cih. Perlukah aku memberimu sambutan hangat turis selamat datang di Istana bangsawan Inggris” Jawab James. Arthur langsung membuka jendela di sana, melihat betapa indahnya Inggris “Ini benar – benar Inggris ? sungguuh pemandangan yang indah. “Ya ya tentu saja tidak ada pemandangan yang lebih baik selain Inggris. Ayo Arthur siapkan dirimu Putri Alice memanggil kita” ujar James dengan wajahnya yang seringai. Mereka berdua tiba di kamar Putri untuk menceritakan bagaimananya Arthur bisa ada di Istana. “Jelasan siapa dirimu !” tanya James Arthur berdiri dan James melihat ke bawah. Dia bisa melihat Arthur hingga ke bawah. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, 19



sulit rasanya.” Arthur menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menenangkan diri dengan. “Kalau ini mimpi, siapa yang tahu apa reaksimu? Kalau ini bukan mimpi, aku tahu kau tidak akan percaya kepadaku. Aku tidak yakin aku bisa percaya kepada diriku sendiri. lapi, beginilah ceritanya....” Suasana kamar begitu sunyi dan mencekam ketika kedua orang itu berusaha mencerna cerita Arthur. Wajah James penuh dengan ketidakpercayaan. Alice duduk di tepi tempat tidurnya, menggigiti kuku telunjuknya dan berpikir keras, lalu mengguncang-guncang tubuhnya sendiri, seakan ingin menyadarkannya. “Arthur,” ujarnya, "bisakah kau mencari cara lain untuk membuktikan kebenaran ceritamu? Kalau kau berasal dari waktu yang lain?" “Tidak ada cara untuk membuktikannya," James menukas perkataan Arthur, “Itu cuma ocehan, omong kosong dari orang gila. Sebaiknya aku menmanggil ayahku atau pengawal istana." Sang Putri berdiri. “Lucu," pikir Arthur. "Bagaimana mungkin orang ber-tubuh pendek dapat membuat diri mereka tampak tinggi.” “Jammie O'Reilly, kau tidak boleh memanggil ayahmu!" perintah Alice. "Dan, tentu saja kau tidak boleh memanggil pengawal istana. Ini 20



adalah termasuk tamuku. Aku anggota keluarga kerajaan. Kau harus mematuhi perintahku.” Gadis itu menunjuk sebuah penopang kaki di dekat lemari pakaian. “Duduklah di sana dan berikan aku waktu berpikir." Alice menoleh kepada Arthur dan tersenyummenenangkan. “Kau hanya harus berusaha mencari cara untuk membuktikan ceritamu." Ucap James Arthur berpikir sejenak. Apakah pengetahuannya tentang masa depan akan cukup menjadi bukti? Dia bisa bercerita kendaraan seperti mobil, motor, truk kepada mereka begitu juga tentang semua penemuan fantastis yang belum ada di masa itu, tapi itu bisa saja akan dianggap Sebagal fantasi. Dia tidak punya bukti. Arthur tidak bisa mengeluarkan elektronik begitu saja dari udara. Dari semua itu Arthur sangat berpikir akan selalu ada konsekuensi akan sesuatu hal, waktu masa depan akan berubah jika dia menceritakannya kepada mereka. Begitu juga Arthur sangat menyadarinya bahwa keberadaannya kemungkinan mengubah sejarah sekarang. Arthur berpikir untuk berusaha meyakinkan Alice dan James, juga berusaha untuk tidak mengubah kejadian yang tidak seharusnya terjadi dengan menolong Alice juga James yang sesuai dengan sejarah. Kemudian Arthur berkata kepada Alice dan James “Aku tahu ini terdengar seperti orang gila, begitu juga aku tidak bisa memberitahu banyak soal masa depan karena akan ada konsekuensinya, tidak apa – apa kalau tidak percaya padaku aku memahaminya.” Dalam percakapan dalam 21



kamar Alice Arthur yang tetap berpikiran sabar berhasil dapat kepercayaan Alice tidak degan James, yang mencurigainya tetap akan mengawasi Arthur. Bagian



Empat



Penyusup Berjubah Hitam



Arthur terbangun esok harinya dengan perasaan lega. Penglihatan itu entah kenapa tidak muncul lagi semenjak dia tiba di Inggris, serta sendiri di kesunyian malam, tetapi rasanya lebih menyenangkan berada di rumah. Dia bukan orang yang hidup di zaman Victoria dan tidak akan pernah menjadi seperti itu. Dia ingin minum minuman favoritnya juga makanan yang dimasak oleh Ibu. “Selamat pagi,” sapa James, "atau mungkin aku harus bilang selanmat siang. Kau tidur lama sekali. Perjalanan melintasi waktu pasti omongon cerita gilamu melelahkan.” Melihat James seperti itu Arthur tetap sabar menjawabnya dengan biasa untuk tidak memperburuk suasana. “Haha... iya lucu, terimakasih James mengizinkanku untuk tidur kau seorang pekerja keras yang s’lalu menolong Alice” Pujian Arthur membuat James tersenyum serangai, juga senang di dalam hatinya



22



tapi dia tetap harus berjaga – jaga takut apabila sesuatu terjadi akibat perbuataannya. Di siang hari Kerajaan, Arthur, Alice dan James pergi ke ruangan ke tempat dimana Arthur muncul. “Tunggu, tunggu biar aku meluruskan ini Arthur muncul begitu saja di sofa, kemudian bertemu dengan Putri Alice yang begitu saja dibantu olehnya ?’ Tanya James dengan meringainya, “Iya aku tahu itu terdengar tidak masuk akal, tapi memang begitulah kejadiannya gimana aku datang” jawab Arthur. Mereka kembali ke kamar Alice dengan tangan kosong, tidak ada petunjuk apapun yang ditemukan, Arthur tetap menjaga rahasia untuk tidak terlalu mengatakan akan apa yang ada di masa depan. Dalam perjalanan menuju ke kamar Alice mereka bertiga mengobrol mulai menjadi mendekatkan diri. Akan tetapi suasananya berubah ketika mereka di kamar Alice seseorang yang misterius diam – diam masuk dengan memakai jubah hitam sambil dengan membawa senjata pedangnya. Arthur, Alice dan Jame bersembunyi di kolong tidur sambil menutup mulutnya kuat – kuat tidak membuat suara. James membawa pisau kecil yang dia bawa untuk melindungi, dia memberikan isyarat ke Alice dan Arthur “Jika keadaan menjadi buruk, aku akan melindungi kalian kemudian kalian kabur, panggil pengawal” ujar James. Ketakutan yang menghantui mereka, melintaskan sebuah ide di pikiran Arthur “Ini mungkin tidak akan berhasil, setidak lakukan atau tidak sama sekali. Satu 23



orang bersenjata targetnya adalah Alice. Mengalihkan perhatiannya, James menusuk kaki orang berjubah itu agar tidak dapat bergerak kemudian Alice langsung pergi keluar untuk memanggil para penjaga.” pikir Arthur. Arthur menjelaskan rencananya dengan isyarat kepada Alice dan James, mereka berdua mengerti rencannya. James dan Arthur mengalihkan perhatiannya dengan pensil, orang itu teralih mengikuti pensil itu di saat itu James menesuknya “Terima ini !!” serangnya James. Rencananya tidak berjalan lancar karena tidak melukainya begitu dalam. Orang itu mengambil pisau James di saat dia lengah Arthur mengambil pedangnya, dengan sekuat tenaga Alice langsung keluar memanggil para Pengawal “Tolong, Pengawal – pengawal !!” teriak Alice. Para pengawal istana menuju kamar Alice, Orang memakai jubah itu langsung kabur dengan meninggalkan jejak pada darahnya yang terluka. James mulai merasa lega akan selesainya kejadian itu, sedangkan Arthur khawatir pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Kejadian itu terdengar di seluruh Istana, memunculkan rasa kekhawatiran dan ketakutan, bahkan terdengar sampai ke telinga Pangeran Albert ayahnya Alice. Dua hari kemudian sejak saat itu di ruang belajar Alice bertemu dengan Baroness Lehzen yang tengah sedang melakukan pekerjaannya, diikuti oleh seorang wanita bertubuh kecil dalam gaun berwarna hitam. Rambut



24



kelabunya yang dijalin dan digelung di dekat kedua telinganya seperti biskuit Danish raksasa. Lehzen berkata kepada Alice dengan suara nadanya yang kesal “Ayahmu sedang mengunjungi Pangeran Leopold, dia. Juga ingın tahu bagaimana keadaanmu dan sudah sejauh mana pelajaranmu. Tapi, apa kau sedang belajar? Tidak, kau sedang bermain-main dengan bonekamu!” Sebuah suara keras menggema di ruangan saat Lehzen menampar telinga Alice. "Sekarang, pergilah ke kelas dan berusahalah untuk menyerap pelajaran dengan otakmu yang sangat kecil itu.” Alice berlari keluar pintu yang berada di seberang ruangan, diikuti oleh kedua wanita itu. Rasa ingin tahu Arthur muncul ketika melihat kesedihan Alice. Dalam tengah lihatnya Arthur dengan Alice dia melihat ada sebuah ruangan sempit dan panjang, langit-langitnya bercat warna putih, salah satu dindingnya dicat hitam sebagai papan tulis. Dinding-dinding lain tertutup oleh peta-peta, lukisan tumbuh-tumbuhan, simbol tanda baca, kutipan-kutipan dari Injil, dan diagram-diagram besar silsilah raja Inggris, mulai dari Ethelbert The Unready, sampai putra mahkota selanjutnya. James bertemu dengan Arthur, bertanya – tanya mengapa wajahnya begitu penasaran, James merasa terganngu dengan melihat cara ekspresinya bagaikan hewan peliharaan yang mengikuti tuannya untuk bermain lempar tangkap. “Ya tuhan apa yang sedang kau lakukan di hari cerah begini?, wajahmu menggangguku apa yang 25



kau ikuti akan kubunuh kau jika melakukan hal yang jahat” tanya James dengan ocehannya dan pikiran buruknya, Arthur menutup mulutnya agar tidak ketahuan kemudian dia menunjuk ke Arah Alice, James sadar akan maksudnya itu khawatir mengapa Alice mengeluarkan wajah rasa sedihnya. Selanjutnya, dua wanita tu memberi hormat dengan menekuk lutut berkali-kali kepada seorang pria bertubuh tinggi dengan mata berwarna biru dan rambut cokelat lembut yang mirip mata Alice. Orang itu pasti ayah Alice, Pangeran Albert. Menurut Arthur, dia tampak konyol dengan rambut panjangnya yang dibelah tengah dan kumisnya yang lebat, tetapi kemudian dia maklum, itu adalah gaya khas di saat zaman itu. “Pangeran Albert cukup memikat, setidaknya bagi Ratu Victoria” pikir Arthur. Laki-laki itu berjalan ke meja dan mulai membuka - buka pekerjaan Putri Alice. "Apa kau baik – baik saja, bagaimana keadaanmu sekarang? dengan Vicky yang tidak berada lagi di dalam kelas juga yang terjadi sebelumnya, bagaimana kau bisa meneruskan pelajaranmu?” Pangeran Albert bertanya kepada Alice yang berdiri di hadapannya dan sedang berusaha menghaluskan gaunnya yang kusut. Aksennya berbau Jerman karena dia sendiri berasal dari keluarga yang tinggal di sebuah negara bagian kecil di SaxeCoburg hingga kemudian menikah dengan Ratu Victoria. "Tentu saja dia baik – baik saja Tuanku, kau lihat tidak ada luka sedikitpun ada padanya, dia benar-benar sedih 26



tanpa keberadaan sang Putri,” Baroness Lehzen menyela, sambil kembali memberi hormat dengan menekukkan lutut dalam-dalam kemudian berkata “Tuanku Putri merupakan bintang yang bersinar. la benar-benar bintang yang bersinar terang. Vicky liebchen mirip sekali dengan ibundanya tersayang yang paling manis.” Wajah Pangeran Albert tampak geram. Arthur ingin tertawa, tetapi Alice terlihat begitu sedih. Pandangannya tertunduk. "Aku baik – baik saja maaf membuatmu khawatir, aku sudah berusaha," kata Alice. "Aku berusaha mengikuti proses belajar di kelas dengan sebaik mungkin.” kata Alice yang matanya mulai akan berkaca – kaca. Lehzen kembali menyela “Ya” katanya, “Kami akan tetap meneruskan proses belajarnya. Di pagi hari, ada pelajaran aritmatika, puisi, sejarah, dan pelajaran membaca. Di siang hari, akan ada pelajaran geografi, Injil, dan pelajaran silsilah para raja terdahulu.” kata Lehzen dengan wajahnya yang terlihat ambisinya seakan ingin menjatuhkan Alice "Oh dan jangan lupakan pelajaran Jerman, musik, seni, menari" imbuh wanita bertubuh kecil dengan gaun hitam, Fräulein Bauer menekuk lutut, begitu pula Baroness Lehzen. Pangeran Albert mengusap matanya dan menarik napas. Arthur melihat Ayah Alice dari batas rambutnya meninggi, wajahnya tampak lesu, dan lelah. Teringat akan Ayah Arthur sering terlihat seperti itu saat seharian bekerja keras. Setelah mencerna kata-kata kedua wanita 27



yang terus-menerus menekuk lutut dan tersenyum lebar itu, Pangeran Albert kembali melihat kepada Alice. Pangeran Albert berkata "Vicky istimewa karena itu dia diberikan pelatihan juga akademik yang istimewa. Apabila menurutmu itu terlalu sulit, tentu saja kami bisa mengubah jadwalnya untuk sesuai denganmu,” “Tidak," tolak sergahnya Alice. Dia terlihat cemas, “Aku pasti bisa sebaik Vicky, hanya saja...” Lehzen kembali lagi menyela, membuat James dan Arthur berpikiran sama untuk datang melindungi Alice “Dia tidak punya kesungguhan konsentrasi. Kami tidak menemukannya dalam dirinya” Wanita itu mengangkat tangannya seolah hendak menampar telinga Alice lagi, tetapi kemudian dia melihat wajah Pangeran Albert dan buru-buru menyembunyikan tangannya di balik punggung dan lagi-lagi menekuk lutut. Pada saat Albert hendak berbicara lagi, terdengar bunyi ketukan di pintu. Sekretaris pribadi Pangeran, Bernardo DuOuelle datang melangkah ringan masuk ke ruangan untuk mengingatkan pangeran mengenai rapat serta kewajiban - kewajiban yang lain. DuQuelle adalah seorang pria dengan bertubuh tinggi, rambut hitam legam dan wajah yang pucat seperti memakai bedak. Matanya dinaungi kelopak mata yang besar serta hidung yang bengkok. Selain bajunya yang begitu bergaya Inggris, dia memiliki sesuatu sisi yang berasal dari timur dalam dirinya. Dia mengenakan jubah hitam begitu gelap serta



28



topi tinggi berwarna hitam yang hanya menambah eksotismenya. Arthur merasakan panas dingin dalam dirinya, dia tidak dapat melepaskan pandangan darinya. Jauh di dalam benaknya, dia tahu kalau laki-laki itu mencurigakan yang ada di sana. Bernardo DuQuelle berbalik menghadap Pangeran. Dengan gaya khasnya, dia melambaikan tongkat yang berukiran rumit, lalu dia berbisik di telinga Pangeran. Pangeran terlihat kesal terganggu, lalu menjauh darinya seakan menjauhi hal yang menjijikan. Namun, Pangeran Albert tahu, DuQuelle benar. Karena ada jatah waktu berkunjung ke bangsal anak, hinngga sekarang sudah berakhir. Pangeran meraih tangan Alice. Putri itu memberi hormat dengan menekuk lutut, seperti yang lain. "Mein liebe," kata Pangeran dimana itu artinya sayangku. "Aku sangat sibuk saat ini, begitu repot dengan proyek besarku. Kuharap, kita bisa bicara lagi nanti. Semoga.” kata Pangeran yang terdengar tidak terlalu banyak berharap. Saat kedua pria itu berbalik dan meninggalkan ruangan, mereka lewat di dekat Arthur dan James. Dia bisa mendengar sekilas pembicaraan mereka. DuQuelle berbicara dengan suara pelan, untuk menghindari telinga ingin tahu Lehzen. Berbicara mengenai kecurigaan yang ada pelanggaran keamanan. “Kami mendapat informasi bahwa ada gerakan golongan anarkis bawah tanah baru yang datang dari negara - negara Balkan. Mereka, 29



bagaimana, ya, cara mengatakanya..., khususnya sangat kuat dalam antimonarki dan tampaknya mereka tengah mengıncar keluarga 1stana, anak-anak.” katanya Albert menoleh kepada Alice. Di mata Arthur, Pangeran Albert tampak ingin berlari kembali dan memeluk putrinya. DuQuelle mengangkat kepala dan menyapukan pandangannya ke ruangan itu. Ia seperti mengendus udara. Seakan mencari tahu apakah ia tahu keberadaan Arthur dan James, kemudian Pangeran bergegas. Pintu tertutup, Baroness Lehzen menumpahkan kemarahan dan mencubit pipi Alice keras-keras. “Dummkopf” hardiknya yang artinya itu bodoh ke Alice. "Mungkin Pangeran perlu bantuan. Aku bisa tinggal di sini untuk meneruskan pelajarannya, Fräulein Bauer menawarkan diri dengan takut-takut kalau ia akan men dapatkan tamparan yang sama di telinganya. “Kau tahu apa perintahku, tidak bisakah kalian mengingat kata-kataku? Haruskah aku perlu mengulangi lagi satu-satu?! Kau harus mengikuti Mr. MacKenzie, mengawasinya. Kita harus mencari tahu, kecurangan apa yang sedang ia lakukan." Bentak Baroness Lehzen, membuat James patah kesabaran ingin menghajarnya ditahan Arthur untuk menunggu sebentar lagi. Pintu ditutup dengan cara dibanting, tetapi bentakannya Baroness ke Fräulein Bauer masih terus terdengar di sepanjang lorong. Artuhr dan James berlari ke tengah ruangan dan memereiksa kondisi, Arthur bertanya 30



"Bagaimana kau bisa tahan dengan semua ini? Mengapa orang tuamu membiarkan penyihir tua itu berada di dekatmu?” Dengan lembut Alice menegakkan bahu. Dia tidak mau menangis. “Baroness Lehzen adalah pengasuh ibuku saat ia masih kecil. Dia membela Ratu seperti seekor singa menjaga anaknya, melindunginya dari intrik dan perebutan kekuasaan di kerajaan. Ratu mencintainya dan menganggapnya seperti ibu keduanya, cinta Baroness kepada Ratu tak berbatas. Dia tidak ingin ada yang menghalanginya dengan Ratu. Karena itulah, dia sangat membenci kami, semua anak-anak Ratu selain kakak sulungku, Vicky. Baginya Vicky mirip seperti Ratu. Anak yang paling tidak disukainya adalah aku. Lehzen bilang, dia tidak tahan melihat ekspresi wajahku. Lalu, dengan prestasiku yang buruk di kelas ...." katanya “Aku sama sekali tidak percaya," kata Arthur, dia berusaha menghibur Alice. “Aku yakin kau bisa menjadi gadis paling pintar di kelasku. Tidak ada anak yang terlihat secerdas dirimu tanpa otak yang ada di baliknya." Kata Arthur. Alice berusaha tersenyum. “Aku bukannya tidak cerdas, dia mengaku. Aku suka pelajaran sejarah dan puisi, kadang – kadang mereka memintaku membaca sains. Akan tetapi Baroness Lehzen punya alasan tersendiri. Aku tidak bisa konsentrasi. Aku bukan Vicky. Aku bukan binatang.” “Tapi kenapa Alice ?” tanya Arthur



31



Alice berpikir sejenak, mendengarkan suara tetesan hujan di sela-sela pepohonan di luar sana bagaikan musik baginya. Kemudian Alice berkata “Situasinya berbeda, untuk Bertie, kelak dia akan menjadi raja. Tapi, semua yang diajarkan kepadaku dan Vicky aritmatika, musik, sejarah, juga bahasa semua itu disiapkan untuk pernikahan. Vicky terikat dengan tujuan ini. Dia sudah bertunangan dan dia yakin akan menjadi pasangan paling serasi dari raja dan ratu Eropa. Dia yakin pernikahannya akan bahagia selamanya. Sementara, aku sendiri tidak begitu yakin akan hal itu." Alice menunduk menatap kakinya, seakan hendak menceritakan sebuah rahasia memalukan kepada Arthur. "Aku tidak, yah … terkadang kupikir aku tidak ingin menikah." Kata Alice, “Itu dia Alice, itu membuktikan bahwa kau cerdas," Arthur meyakinkannya dan terus berusaha untuk menghiburnya. Hati juga pemikiran Alice mulai terbuka samar – samar akan sesuatu ingin menjadi apa "Aku anak ketiga, dinasti yang tidak lebih penting dibandingkan dengan Vicky dan Bertie. Penampilan serta sikapku jauh dari memenuhi syarat. Lidahku terlalu tajam, aku gampang naik darah, dan terlalu menagkap hal sesuatu itu serius. Aku tidak punya kualitas yang bisa menarik perhatian pasangan yang cerdas." Kata Alice. Arthur terus berusaha memberi semangat ke “Kalau kau dapat melakukan sesuatu yang laun, apa yang akan kaupilih" Tanya Arthur. "Tidak akan ada kesempatan lain," sahut Alice secara getir. 32



“Bagaimana kalau ada?" desak Arthur. Pandangan Alice semakin menerawang jauh, seakan dia dapat melihat masa depan yang berbeda. "Aku ingin mempelajari hal-hal yang dapat kugunakan di dunia nyata. Dunia di luar Istana Buckingham. Lalu, aku ingin meraih cita-citaku-bukan merajut, menarı, atau menceritakan silsilah nenek moyangku, tapi mungkin menyembuhkan orang sakit. Aku ingin tahu banyak tentang ilmu kedokteran dan praktiknya. Aku ingin menggunakan pengetahuanku untuk membantu orangorang dari kelas bawah, orang-orang miskin yang paling membutuhkan, tetapi hanya menerima sedikit. Namun, bagaimana aku bisa melakukannya kalau aku sendiri terperangkap?” kata Alice, dia memalingkan wajahnya kepada Arthur. Sorot matanya tajam membara. “Aku tahu itu tidak mungkin, tapi profesi merawat adalah panggilan buatku. ltulah pilihan yang ingin kuambil. Namun, aku tidak bisa dan kadang hal itu membuatku marah.” Jawab Alice dengan suara yang terdengar senang. Arthur tumbuh di antara ratusan anak laki – laki. Dia duduk bersama mereka yang di dalam kelas tapi rasanya sendiri, juga mendengarkan mereka bergosip tentang guru,orang tua, dan dirinya yang setiap kali ia dengar. Arthur menyukai sebagian di antaranya, mengabaikan yang lain, dan tidak menyukai sisanya. Orang – orang yang dikenalnya begitu mudah ditebak, begitu membosankan membicarakan hal buruk. Alice masih menerawang, membayangkan kehidupan yang dia impikan. Kini, ada seorang gadis dari masa lalu yang 33



membuat Aarthur sangat tertarik dibandingkan dengan siapa pun yang pernah ditemuinya. Alice memiliki segalanya di zamannya, tetapi dia tampak kesepian, persis seperti Arthur. Namun, tidak seperti Arthur, gadis itu memiliki cita-Cita. Gadis itu tidak berbaring bermalas-malasan dan menangis Alice bukan jenis orang seperti itu. Dia ingin membantu orang lain. Arthur tercenung dan mengingat cuplikan yang terjadi di dunianya. James cekikikan dan senyum seringai, melihat Alice tidak sedih memberinya semangat motivasi, dia sebagai pekerja Istana Buckingham turut bahagia akan Putri menjadi tersenyum. Hati James merasa mulai mengakui Arthur kalau dia bukanlah orang jahat yang akan menyakiti Alice maupun anggota kerajaan.



34



Bagian lima



Traitor



Hari demi hari waktu telah berlalu lagi, Arthur menendang selimutnya dan menarik-narık pakaian tidur malamnya. “ Ya Tuhan hanya apa hanya aku saja atau rasanya aku seperti terbakar,” pikirnya. "Kenapa panas sekali, sih?" Hawa panas itu merasuk ke dalam dirinya dan bercokol di dalam kepalanya. Arthur merasa seperti ada api di balik matanya. “James apa kau tidak merasa kepanasan hari ini?” tanya Arthur. James tersenyum nyeringai seperti akan sombong betapa kuatnya tubuhnya itu “Payah, apakah kau seorang pria atau apa anak usia 35



lima tahun, cuaca ini tidak akan membunuhmu, harus bisa kuat dengan keadaan ini walau seakan kau ingin membunuhnya” jawab James. Arthur hanya bisa mengatakan dengan wajah datar yang sudah terlihat jelas “Ho…liat siapa yang berbicara, kau bicara pada dirimu sendiri Pak“ kata Arthur, “Apakah itu pujian ?” tanya James dengan senyumnya seakan bangga. Siang hari yang begitu gelap Arthur, Alice dan James pergi sambil membawa lilin masuk ke lorong rahasia oleh Alice di antara tembok istana. Mereka memutar dan berbelok, naik-turun tangga. "Aku tidak ingat letak dapur begitu jauh,” pikir Arthur, “Kurasa kita terus berputarputar, tersesat?” pikit James setelah beberapa saat, Putri Alice harus mengakui. "Aku minta maat, tapi kurasa kita tersesat.” Kata Alice. Arthur dan James sudah menduganya. “Di sana ada pintu, letaknya tepat di balik celah di dinding itu. Kita bisa mengintip sebentar dan melihat di mana posisi ruangan itu dan menentukan arah kita selanjutnya." Kata James. Mereka membuka pintu, lalu mengendap - endap masuk ke sebuah ruangan yang besar. Ruangan itu akan terasa lebih nyaman kalau tidak penuh sesak dengan barang. Di tengah - tengah ruangan, ada dua buah meja berbahan kayu mahoni yang berjejer, masing-masing penuh dengan tumpukan kotak kulit berwarna merah. Benda itu dikelilingi oleh begitu banyak kursi kain dan sofa dengan hiasan anyaman, jumbai, dan renda-renda, Ada meia kecil yang bertebaran di sekitarnya dengan berbagai benda di atasnya; miniatur patung - patung 36



perunggu, vas - vas porselen, bunga-bunga kering, fotofoto berbingkai, dan gading yang berukir. Arthur mengambil sebuah benda yang menarik perhatiannya dan cepat-cepat mengembalikannya. Benda itu terlihat seperti kuku binatang. “Selamat datang kita berada di ruang belajar pribadi ayahku, dia dan Ratu biasanya duduk bersebelahan di kedua meja itu setiap kali saat malam sudah larut, Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan ayahku menyimpan buku-buku serta benda-benda referensi yang paling dia butuhkan di tempat ini." Kata Alice Salah satu dindingnya dipenuhi dengan buku-buku, mulai dari lantai hingga ke langit-langit ruangan. Ada sebuah tangga beroda dengan penyangga yang terbuat dari jeruji kuningan yang kecil. Arthur membayangkan memanjat tangga itu untuk mencari buku yang diingınkannya. Sejenak dia teringat pada perpustakaan yang ada, di kota New York, terjebak di abad lain. Mereka pasti sedang mencarinya saat ini. Dinding-dinding lain tertutup dengan berbagai lukisan lelaki dalam busana tunik Romawi, wanita dengan gaun yang lebar bergaya Yunani, anak-anak, anjing, sapi yang janggal, pemandangan alam, pemandangan laut, pemandangan dataran tinggi, buah-buahan, ikan, serta keramik retak yang begitu artistik. Di balik sofa yang empuk, tergantung lukisan pastel yang besar dengan gambar Alice yang masih kecil dengan lesung pipitnya. Alice kecil yang tengah menari dengan selendang khas Spanyolnya. Di atas perapian, di tempat kehormatan, ada 37



juga sebuah lukisan cat minyak bergambar Pangeran Albert ketika dia masih muda dengan mengenakan jaket berburunya yang rapat serta celana yang ketat, tampak sedap dipandang mata. Pandangan matanya menerawang dikeiauhan dan salah satu kakinya yang terbungkus sepatu bot yang menapak di atas tubuh seekor rusa jantan raksasa yang sudah mati. "Satu-satunya ada rusa, di antara semua lukisan yang konyol ....” pikir Arthur Perhatian Arthur beralih pada sebuah benda mirip dengan rumah mainan yang besar. Setelah mengamatinya, Arthur melihat bahwa benda itu adalah sebuah maket. Bangunan seukuran anak kecil itu tidak terbuat dari batu, bata, maupun kayu, melainkan hampir seluruhnya terbuat dari rangka besi dan dilapisi dengan kaca disetiap bagiannya. Setiap lantainya terlihat lebih pendek dan lebih sempit dari yang ada di bawahnya sehingga bangunan itu tak ubahnya seperti rumah kaca dengan bentuk mirip kue pengantin raksasa. Indah sekali. “Itu adalah proyek besar Papaku," tutur Alice. "Ini adalah model gedung pameran yang sedang dibangun di Hyde Park. Bangunan itu memamerkan desain-desain luar biasa dan barang - barang pabrik yang berkualitas tinggi di kerajaan kami dalam satu tempat. Bangunan ini akan digunakan untuk memamerkan pencapaian negeri ini pada masa modern. Ayah telah bekerja begitu keras, dia mengerahkan waktu dan tenaga untuk menjalankan rencana hebat ini guna meningkatkan kondisi negeri. Namun, surat kabar-surat kabar itu, dengan jahatnya menyebut kalau proyek ini adalah proyek 'gajah putih 38



atau elang laut, dan mengecam dana yang dikeluarkan untuk pembangunan gedung ini, termasuk tanah tempat gedung ini dibangun. James menatap Arthur. "Hey kau bilang kau dari masa depan. Apakah gedung pameran itu akan gagal seperti yang mereka perkirakan?" tanya James. Arthur mengenali bangunan itu. Dia sering melihat gambar bangunan itu dibuku-buku sejarah. Jadi, bangunan ini pastilah bangun, tarnpak megah, meski gambar-gambar yang pernah dilihatnya, tampak terlihat berbed pada gambar dengan maket itu. Untuk sekali ini, pengetahuan tentang masa depan membawa kabar gembira. Akan tetapi Arthur tetap harus menjaga rahasia tentang masa depam agar ketakutan kekhawatirannya mengenai masa depan, mengubah hal yang terjadi pada masa lalu di Inggris terutama Istana Buckingham. “Aku tidak tahu karena kurang melihat hal – hal bangunan seperti itu. Sepertinya iya, yang aku ketahui proyek Pangeran ini, masih disebut dengan istilah Pamera Raya-dan banyak pameran diselenggarakan di sana sejak saa titu. Semua orang di seluruh negeri dan dari mancanegara berduyun-duyun datang untuk melihat apa yang telah oleh negeri Inggris. Ini adalah sebuah gagasarn besar yang berhasil mengubah pandangan dunia terhadap kalian. Mengubah negeri kalian menjadi negara super power.” Jawab Arthur. 39



“Dan, Ayah? apakah itu akan membuat negeri ini menghargai Ayah?” tanya Alice. Arthur memandangi gambar laki-laki yang berdiri dengan kaki menapak pada rusa jantan yang besar. “Ya, itu membuat orang paham bahwa dia jauh lebi hebat dari Tuanku Ratu." Jawab Arthur. "Apakah media massa akan mengakui bahwa mereka salah menilai tentang Ayah?” cecar Alice. James tertawa. “Aku tidak memerlukan cerita Arthur tentang masa depan yang satu itu. Surat kabar akan berpura - pura bahwa mereka sudah tahu bahwa pameran itu adalah ide cemerlang dan mungkin mengaku-aku bahwa merekalah yang pertama kali mencetuskan gagasan. Mereka akan enemukan celah lain untuk menjatuhkan Pangeran. Jangan terkejut begitu, Putri Alice. Kau pikir media benar-benar ingin mengungkapkan kebenaran ?” tanya James Arthur mau tak mau menyetujuinya. Arthur berpikir akan contohnya dia punya desainer pribadi, agen humas, dan manajer media, tetapi sembilan puluh persen dari tulisan mereka tentang Mimi tua yang malang hanyalah sampah hanya rekayasa. “Apa aku dan James jadi duo bestie ?” pikir Arthur yang tiba – tiba terlintas itu di pikirannya. Alice tampak terpukul mendengar kata-kata bijak itu sehingga Arthur memutuskan untuk mengubah tema pembicaraan. "Bisakah kita kembali ke jalan sebelumnya, 40



bagaimana kalau mencari dapur? Aku muak dengan rasa lapar ini.” Kata Arthur “Aku belum pernah bertemu dengan orang yang terus berpikir tentang makanan sepertimu, kau mirip James.” Tukas Alice. “Jangan samakan aku dengan dia Putri, itu membuat hati diriku menjadi terluka”. Kata James, Arthur dan Alice merasa pegal empet mendengatrnya. “Arthur, kita pria tidak seharusnya bicara soal nafsu makan. Itu tidak sopan.” Kata James "Jadi, kau mau aku mati kelaparan, ya? Itukah caramu membungkam mereka?” Jawab Arthur merasa empet. Putri Alice tertawa mendengarnya.



Mereka kembali masuk ke lorong rahasia sambal cekikikan dan sesekali berdebat. Tiba-tiba, mereka tertegun diam mendengar suara Langkah kaki dari ujung lorong yang rendah dan gelap yang sedang mereka lalui. “Ssst, berhenti! Ada orang lain di lorong ini.” Bisik Alice, kemudian James mematikan lilin. "Apakah itu para pembunuh jubah hitam lagi?! Bagaimana mereka tahu aksesnya? Cara apa lagi yang bisa mereka lakukan untuk lakukan pada Alice di malam yang lain? Kata James. Suara langkah-langkah kaki itu makin dekat, mereka bisa melihat cahaya samar yang muncul darı kejauhan, di belakang mereka. “Cepat, cari pintu. Pintu apa saja." Kata James 41



"Tapi semua pintu-pintu itu kebanyakan menghubungkan ke kamar tidur atau markas para pelayan,” Kata Alice mengingatkan. James. “Kita bisa ketahuan. Kita bisa tertangkap di sini oleh orang – orang yang haus darah itu. ayo, cepat!” Kata James. Suara-suara itu makın mendekat. Arthur melihat sebuah pintu dari kayu pendek yang berbeda dari pintu-pintu lain. Ini mungkin lemari penyimpanan, "Tunggu, mungkinkah ini lemari penyimpanan,” cetusnya. “Kau bisa saja menjatuhkan kita ke tambang batu bara,” gerutu James. Sambil berjongkok, dia mendorong Arthur dan Alice masuk melalui sebuah pintu rendah dan menutupinya rapat - rapat. Dalam beberapa menit kemudian, mereka mendengar langkah-langkah kaki di lorong rahasia, melintas. Keadaan disekitar mereka begitu gelap, tak ada tandatanda kehidupan. “Jadi, di mana kita sekarang?" James kembali menyalakan lilinnya. Ruangan itu ternyata sangat besar dipenuhi dengan kardus, peti kayu, serta keranjang yang tersusun dari lantai hingga ke langit-langit. Arthur dan James membuka satu per satu. Mereka menemukan selai, daging asap, sari buah, minuman anggur, acar sayuran, dan banyak berbatang-batang keju di dalam wadahnya yang berlilin. di rak-rak lain. Arthur menemukan lilin,



42



semir sepatu, benang, bantal, kain linen. serta peralatan makan. “Alice apakah ini semacam gudang yang biasa ada di rumah, seperti yang ada di hotel atau bungker?” Arthur bertanya. Alice tampak kebingungan, “Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat ini. Lihat semua sekelilıngmu. Berantakan sekali dan hampir semua yang ada di sini sudah pernah dipakai. Lilinnya sudah pernah digunakan, selai di botol sudah berkurang satu sendok." Alice terbelalak. “Tampaknya ada orang yang mengambil benda-benda ini dari istana dan menyembunyikannya di tempat ini. tapi, untuk apa? Mengapa?” Kata Alice “Kurasa ada orang yang menyimpan semua ini, lalu mengeluarkannya dari istana dan menjualnya,” Kata James. "Ini kerajaan kecil milik seseorang dan tempat ini membuat mereka mendapatkan uang yang cukup banyak.” Alice terhenyak. "Aku ingat sekarang. Ada peraturan istana yang mengatakan bahwa Ratu harus selalu dilayani dengan barang - barang yang masih baru. Kalau lilinnya sudah pernah dinyalakan, pelayan tidak diperbolehkan untuk menyalakannya lagi. Aku tak heran kalau tidak ada persediaan cukup di gudang barang atau makanan. Ayahku selalu mengeluhkannya kepada Baroness Lehzen dan Mr. Mackenzie. Aku ingat juga Dia menuliskan banyak hal di dalam memorandumnya tentang masalah 43



itu. Mereka selalu berjanji akan selalu mengawasi, tapi…” Sebuah suara muncul dari ruangan sebelah menghentikan kalimat Alice. James kembali memadamkan lilin dan ada tiga orang yang muncul, mereka melangkah dengan hati - hati melalui ruangan yang berantakan itu menuju sumber suara. Ada beberapa suara, tetapi salah satunya membuat Arthur mencengkeram lengan Alice dan James dengan Ketakutan. Dia mengenali suara yang akrab di telinga mereka. Berbahasa Ingggris dengan aksen samar Skotlandia milik Mr. MacKenzie. Berapa kali perjalanan lagi yang dibutuhkan? Dia bertanya. "Kita perlu membuang yang busuk mnalam ini. Dagingnya akan basi dan tidak akan ada gunanya buat kita.” Kata pria itu. "Kita akan berusaha mengambil daging dan kejunya, tetapi itu akan terlalu berbahaya untuk jalan keluar masuknya di malam hari. Kemungkinan akan tepergok orang sangat besar di Istana. Kami perlu akses yang lebih sering ke istana dan kami memerlukan jalan leluasa keluar masuk sesuka kami.” Kata pria lain Alice terkesiap, sangat terkejut begitu juga James dengan hingga menempelkan jari telunjuknya di bibir, dia sendiri terlalu terkejut mendengar pembicaraan itu, mereka tidak punya kata – kata. Cukup mengagetkan mendengar MacKenzie dengan terang - terangannya selama ini dia bermaksud menipu keluarga kerajaan. 44



Namun, suara lain membuat suasananya bertambah mencekam. Ketiganya mengenali nada suaranya. Mereka pernah mendengar itu sebelumnya. Di dekat tempat tidur Alice, di malam kejadian itu. "Saat ini pimpinan kami sedang tidak senang dengan perkembangan kita hingga saat ini.” Kata pria itu. MacKenzie mulai terlihat kehilangan akan kesabarannya. “Betapa merepotkannya ini, katakana kepada pimpinanmu itu, dia bisa menghemat napas untuk mendinginkan buburnya. Dia memiliki karakter yang cukup licin, tapi aku paham akan maksudmu," imbuhnya. "Akan jauh lebih mudah bagiku kalau kau ikut masuk. Terlalu berisiko untuk menemuimu setiap waktu dengan kunci ini. Selain itu, aku juga punya banyak tugas yang harus dikerjakan. Malam-malam beginilah yang membuatku tidak bisa tidur ini, membawa pengaruh yang buruk padaku dan ... asal kau tau saja ya, ada masalah lain.... Aku akan mempertimbangkan membuat kunci tiruan ini untukmu." Kata MacKenzie “Itu ide yang bijak, Tuan MacKenzie itu akan memudahkan kami," seseorang pria itu berkata. “Kami akan bertugas berusaha membuat keadaan menjadi semudah mungkin untukmu, benar, kan, Kamerad? Tapi, satu saranku, Tuan. Pimpinan kami saat ini tidak sedang bercanda. Dia punya kekuatan dan banyak koneksi yang tidak kau miliki. Kami akan ngambil keuntungan dari dia, tetapi kami tetap menjaga iarak. Aku sarankan kau juga melakukan hal yang sama. Sekarang ini kami harus 45



bekerja. Matahari hampir tiba, aku yakin kau harus muncul pada saat sarapan di ruangan para pelayan." Kata Pria itu “Di ruangan pelayan kelas atas," ralat kata MacKenzie. "Aku akan membantumu mengatur hal ini, akan tetapi sebelum itu aku minta bayaran di muka. Aku orang penting di Istana ini punya hutang kehormatan yang harus dilunasi." Katanya. Pintu di ruang penyımpanan bergerak membuka. Pada akhirnya selesainya Mackenzie dengan urusannya, James menyambar beberapa benda dari rak terdekat untuk keluar, lalu mendorong Arthur dan Alice keluar dari pintu rendah menuju lorong yang bukan lagi menjadi rahasia. Selepas ruangan itu Alice keluar berjalan bersama Arthur dan James dengan wajah yang begitu sedih kecewa, bagaikan di tusuk dari belakang, Alice mulai beremosi “Kehormatan, kehormatan katanya ? Aku tidak percaya, ini adalah candaan yang begitu rendah. Mengapa dia bicara soal kehormatan? Dengan topeng liciknya yang dia pakai.” Alice terpekik. “Sudahlah, ayo, kita pergi kita bisa berurusan dengannya di kemudian waktu," Kata James, dengan emosi amarahnya yang dikeluarkan yang di pendam. Kemudian James menarik lengannya. Alice tampak marah dan sakit hati. "Tuan. MacKenzie? Aku tidak percaya ini tega sekali dia! Oh astaga …, yang benar saja. Pencuri berwajah rendah merah dan tembam itu, ternyata selama



46



ini dia benar-benar busuk maupun di luar dan dalam. Aku ingin sekali menghajarnya saat ini juga.” Kata Alice James terus mendorongnya, memacing Alice di sepanjang lorong sampai mereka bertiga sampai di tangga dan sampai di bangsal anak yang cukup aman. Sesampai di sana ketika Alice marah, wajahnya makin sedap dipandang oleh James. Dia berbalik ke arah James dengan emosi pipi memerah dan sepasang mata berkilatkilat. "James aku tahu kau sudah mendorong - dorongku di pintu, sewaktu naik - turun tangga, dan di koridor sepanjang malam ini, Jamie O'Reilly. Aku bosan kaudorong-dorong terus. Tapi, aku lebih bosan mendengar kekasaran atas sikapmu itu. Kau benar-benar melewati sepertinya kau sudah lupa dengan siapa kau bicara. Apakah kau …” Arthur buru - buru menengahi. Kali ini dia merasa harus menjadi juru damai, akan kurangnya bertindak "Wow wow wow sudahlah teman-teman, dengar aku tahu ini mungkin bukan tempat yang tepat. James aku tahu maksudmu, tapi kau tidak boleh kasar kepada Alice. Persoalan MacKenzie ini cukup membuatnya terpukul. Alice, bukankah kita perlu kembali ke topik utama?” Mendengar juru damai Arthur, kemarahan Alice mulai mereda lenyap berganti berusaha fokus Kembali kepada dirinya. Kemudian keadaan menjadi lebih baik, Alice kembali ke kamarnya, Arthur dan James juga kembali. Sebelum Arthur tidur, ia disamper oleh James, “Hey Arthur, terima kasih untuk yang di sana kau sudah 47



menolong ku, aku tahu ini aneh aku seharusnya tidak melakukan itu, aku terbawa suasana sejak saat itu,” cetus James. "Tidak masalah, aku mengerti," sahut Arthur. "Mengenai MacKenzie itu ya. Apa dia seperti yang aku pikirkan James?" tanya Arthur. "Tentu saja bukankah itu sudah jelas, kau lihat sendiri kan? Selama ini dia mengambil persediaan makanan istana dan memberikannya kepada seorang perantara.” Kata James yang merasa terpukul “Aku tahu itu aku bisa melihatnya,” tukas Arthur. “Tapi, apakah dia juga terlibat dengan upaya mencoba membunuhan atau penculikan Putri Alice? Aku merasa yakin sekali aku melihatnya di halaman istana pada malam - malam waktu itu. Dia sedang menyerahkan kunci dua orang laki-laki yang bersamanya, mereka pasti orang - orang itu. Dan malam ini, MacKenzie aneh ‘dan ada hal lain’. Apa hal yang lain yang dia maksud itu? Apakah dia berusaha mencelakai atau membunuh keluarga Istana Buckingham? Lalu baimana dengan Baroness Lehzen? Apakah dia terlibat? Aku lihat selama ini dia mencintai Ratu, tetapi sangat membenci Pangeran Albert juga anak-anaknya....aneh," Kata Arthur. James menjawab “Aku tidak tahu banyak hal yang sudah terjadi di sini, banyak pecaha puzzle yang harus disusun. Aku berharap kita bisa tahu akan kebenarannya.”



48



Bagian Enam



Setelah Itu...



49



Pada hari berikutnya Arthur bangun melangkah ke jendela. Dia bisa melihat cahaya fajar yang samar menerobos langit yang digayuti mendung. Merasakan kejahatan besar terasa begitu dekat, tapi dia merasa begitu tenang tidak merasakan emosi akan hal itu. “Ini menakutkan,” cetusnya. "Aku berada di sini pada waktu yang salah dan aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari sini. Aku tahu tentang masa depan, tapi aku rasa semuanya tidak akan terjadi seperti yang ku harapkan. Hey James, aku mengalami penglihatan - penglihatan. Aku mulai melihatnya di zamanku, di New York. Aku tidak tahu perasaan apa ini tapi rasanya, aku bukan hanya melintasi waktu. Sesuatu yang aneh sedang terjadi." James bangun mendengar ucapan Arthur dengan keadaannya yang masih ngantuk juga mendengus. “Sesuatu yang lebih aneh?" tanya James “Yah, aku tahu, kedengarannya konyol. Tapi kurasa, ada sesuatu yang lain di balik semua ini. Sesuatu yang lebih aneh. Aku merasa melihat Alice juga DuQuelle serta dua orang anak saat aku masih di zamanku, dan sekarang aku melihat mereka di sini di penglihatan duluku. Aku tidak tahu, apakah mereka orang baik atau jahat, kecuali kau dan Alice. Sepertinya aku, kau, juga Alice ada di satu pihak dan seisi dunia berseberangan dengan kita." Arthur menatap keluar jendela beberapa saat lamanya. “Tapi, setidaknya sekarang kita bertiga sudah bersama-sama,” imbuhnya. "Sejak awal aku merasa sendiri, merasa semua orang hidup senang dan bahagia, sementara aku kesepian tidak memiliki teman seorangpun bagaikan dalam 50



gelembung sabun dan hanya mengamati. Lalu, kau dan Alice datang dan memecahkan gelembung itu. Kurasa itulah rasanya memiliki saudara atau saudari, mereka selalu ada di pihakmu,” Kata Arthur Keluarga dan ikatan. James kurang menyukai dengan tema ini, merasa kurang akan dengan hal itu. Dia dengan hati-hati, dia mengalihkan pembicaraan ke tema yang dianggapnya sebagai zona nyaman tentang ilmu pengetahuan sains. “Kedengarannya penglihatan - penglihatan itu menarik sekali," katanya. “Kaubilang, kau mendapatkan penglihatan mimpi itu dulu di zamanmu, di New York ya namanya? Dan, sekarang kau melihat hal yang sama persis pada dimensi waktu yang berbeda dan itu tepatnya di tahun ini 1851. Menurutku mungkin penglihatan itu adalah penghubungnya, jalan untukmu pulang. Kau mungkin perlu berhadapan seperti dalam suatu ekspedisi atau mungkin pengadilan di abad pertengahan ini." Arhur merasa lelah. Terlalu bersemangat bercerita membuat dia kecapaian. “James," katanya, Arhur nyaris menangis. "Aku tidak bisa menghadapi Alice. Dia adalah hal terbaik yang pernah kualami teman pertamaku. Aku merasa ...” Kata Arthur James OReilly mulai merasa sangat tidak nyaman. Arthur sedang membicarakan perasaannya. James merasa lega untungnya itu perasaannya tentang Putri Alice, tetapi bisa saja Arthur akan membicarakan perasaannya tentang James. Ia merasa tidak nyaman berbicara mengenai topik 51



ini, membuatnya terasa akan kurang sesuatu. Memikirkan kemungkinan yang mengerikan ini, keringat James mulai bercucuran, ia mulai memotong pembicaraan “Tunggu ini pasti sudah pagi,” gumamnya panik. "Arthur aku harus pergi dulu …” Lalu, telah terjadi kegaduhan yang berasal dari koridor menghentikannya. "Hari sudah berganti," James berkata. Suaranya terdengar lemah, tapi lega. Dia mengintip melalui sekat dan melihat Alice sudah kembali ke tempat duduknva. Gadis itu sedang menarik peta dan kompas di hadapannya. Di waktu yang bersamaan, Daroness Lehzen membuka pintu. diiringi suara pintu yang dibanting keras, dia memasuki ruangan kelas bersama Fräulein Bauer “Lihat dirimu ini!” seru Baroness sembarı sedang mengunyah biji jinten di sela - sela giginya. “Sungguh memalukan bagi Ratu yang mulia. Dia dulu anak yang sangat rapi dan patuh, das Lammfromm.” Baroness berbalik menghadap Fräulein Bauer. “Nah hey! jangan hanya berdiri mematung disana. Sisir rambutnya dan dandani Tuan Putri dengan baju yang sesuai dengan acara hari ini.” Kata Baroness. Melihat pemandangan ini membuat bertanya - tanya di wajah Alice “Mengapa,” pikirnya. Baroness Lehzen mengambil penggaris di meja dan memukul buku-buku jarinya. "Kau tidak akan mengerti. Pangeran Albert telah memintamu datang ke acara presentasi gedung pameran yang dibangun untuk Ratu, para petinggi istana, dan pemerintahan. Mengapa mereka mengingınkanmu, aku 52



tidak tahu, tapi perintah Pangeran tetap harus kami laksanakan.” Kata Baroness Fräulein Bauer menatap Baroness sekilas dengan perasaan takut. Akhirnya, dia memberanikan diri untuk berbicara. “Maatkan saya, Baroness, tapi Tuan Putri belum sarapan dan belum makan malam semalam. Mungkin sekarang, seharusnya saya …” Baroness Lehzen berbalik dengan wajah amarahnya, renda lengan gaunnya menampar wajah Fräulein Bauer. Untuk sesaat, Arthur mengira Baroness Lehzen akan merobohkan wanita itu. “ “Gadis ini tidak berhak mendapat sarapan! la sudah banyak belajar cara berbicara bohong dan pekerjaan menjahitnya begitu kacau balau. Sekarang, sisir rambutnya dengan lebih keras! Aku akan kembali dan membawanya sepuluh menit lagi.” Baroness Lehzen mencondongkan tubuhnya ke arah Fräulein Bauer, membuat ludahnya terciprat ke telinga wanita itu. “Fräulein, kautahu tugasmu. Kalau kau sudah selesai di sini, kau harus mengawasi Tuan MacKenzie." Kata salah satu pelayan. Kemudian pintu ditutup dengan dibanting keras. Lupa dengan rasa Lelah kecapaiannya, Arthur kembali menghadap James dan pergi. “Ini pasti asyik sekali. Kita akan melihat pembukaan. Pameran Raya dengan mata kepala kita sendiri. Ayo, cepat!" Kata Arthur



53



“Oh, baiklah," sahut James seraya sambal mengibaskan tangan. “Tentu saja. Kita akan berlari ke ruang utama, semua penjaga di ujung koridor akan melihat ke arah lain. Sang Ratu sendiri akan terpukau dengan kisah pengalamanmu melintasi waktu dan yang pasti, kau akan menikmati sisa hidupmu di rumah sakit jiwa." Arthur mendorongnya keras-keras. “Kau harus menyembunyikan aku,” ujarnya. "Ayolah, James. Kau, kan, cerdas, carilah caranya.” Sepuluh menit kemudian, Arthur bersembunyi berada di ruang singgasana, ia meringkuk di dalam sebuah peti China yang besar dan mengılap, di antara kayu-kayu bakar untuk perapian marmer berlapis emas. "Mari berdoa agar pelayan tidak melemparkan kayu ke perapian,” Arthur berbisik kepada James yang masih berdiri mematung di samping peti. "Mereka harus melakukannya,” gumam James meringai, “tapi mereka tidak akan mengambil kayu tambahan ke dalam api. Ratu percaya bahwa udara dingin baik untuk kesehatan, semua cerobong asap di 1stana Buckingham mengeluarkan asap tebal. Jadi, mereka selalu menjaga agar apinya tetap kecil. Itulah mengapa semua orang sering menggigıl.” Arthur mengangkat penutup peti dan mengintip sekitarnya. Panjang ruangan disana sekitar lebih dari delapan belas meter. Dindingnya dilapisi dengan kain merah tua bergaris dengan marmer putih berukir di 54



bagian atasnya. Langit ruangannya bertakhtakan perisai dan senjata perlengkapan perang. Di ujung ruangan, ada sebuah lengkungan besar yang disangga oleh dua makhluk bersayap yang mengenakan untaian bunga di lehernya. Di bawahnya, berdiri singgasana Sang Ratu dan Pangeran Albert. “Entah mengapa aku terasa begitu hangat dan nyaman hanya dengan melihatnya saja. Sempurna sebagai tempat berkumpul keluarga," pikir Arthur “Arthur merunduk.Kembalilah ke dalam peti. Kau bisa melihat melalui lubang di siSi peti. Sssst. mereka datang." hardik James. Pintu ganda yang megah di ruangan itu membuka dan masuklah Sang dan Pangeran Albert juga serombongan orang. “Oh astaga, dia cantik sekali," pikir Arthur kagum. "Tidak heran, Sang Ratu dia bukan seorang wanita tua yang gemuk dan berkulit kriput seperti yang aku pernah lihat di foto-foto, yang ada muda an cantik. Mata birunya benar-benar indah walau sedikit menonjol keluar. Rambutnya terlihat halus dan berwarna pirang. Yang membuat dia tampak cantik... pasti mungkin dia bahagia,” simpul Arthur. Dia mengamati Ratu yang meraih lengan suaminya dan memandang wajah lelaki itu. Arthur berharap dapat melihat wajah Ratu dengan lebih dan fotonya untuk diberikan kepada ibunya. Arthur merasa masa lalu dan masa kini, semuanya menjadi 55



tercampur aduk dan membingungkan. Ia tidak dapat membedakannva. Walaupun hanya melewati lubang - lubang di sisi, peti China itu cukup besar, tetap saja benda itu bukan tempat yang dapat memberikan posisi pandang yang baik. Kaki orang yang lewar terus-terusan menghalangi pandangan. Akhirnya, Arthur melihat Alice keluar dari pintu dengan Lehzen memegangi sikunya erat-erat. Wajah Lehzen yang awalnya cemberut berubah tersenyum “Ah… pakai topeng lagi ya, astaga aku mulai emosi” pikir Arthur, kemudian ketika dia memberi hormat sekilas kepada sang Ratu, topi konyol di sanggulnya yang tinggi, bergoyang goyang. MacKenzie juga ada di sana. Penampilannya lebih mirip seperti buah prem yang terlalu matang. Katie melihat sosok Fräulein Bauer di dekat MacKenzie. Wanita itu sedang bertindak sebagai mata-mata Lehzen. Lalu, banyak lainnya orang – orang penting masuk bersama beberapa petinggi senior kerajaan dan berdiri di bagian belakang. Bernardo DuQuelle datang dengan tergesa, menerobos keramaian, lalu berdiri di dekat Pangeran Albert. Saat Ratu juga Pangeran Albert mengambil tempat di singgasana. Arthur tidak bisa melakukan apa - apa kecuali meringkuk dan mendengar di tempat persembunyiannya. Setiap orang maju ke depan, membungkuk kepada sang Ratu, lalu sekilas ke arah Pangeran Albert. Dengan adanya para petinggi kerajaan, keluarga kerajaan dan komisi kerajaan, ruangan itu menjadi sesak. Semua pintu di sana Kembali dibuka dan empat orang pelayan dengan wig putih dan kaus kaki 56



sutra melangkah masuk sambil membawa maket Gedung pameran Pangeran Albert, diikuti oleh seorang laki-laki bertubuh sedang yang mengenakan jubah katun halus panjang. Dia mengempitkan berkas kertas di bawah ketiaknya. Dengan langkah - langkah panjang dan wajah lusuh, Arthur berpikir kalua dia itu lebih mirip dengan seorang petani dari pada menjadi seorang bangsawan. Beberapa orang petinggi memberikan komentar saat dia memberi hormat sekilas. Acara Pameran berjalan dengan lancar hingga selesai, meskipun ada hal yang mencurigakan. Sesudah pameran maket, Arthur membuat pertemuan dengan Alice dan James membahas apa yang terjadi, informasi apa yang di dapatkan. Malam itu, Alice duduk dalam gaun malamnya yang jauh dari penampilan seorang bangsawan yang mengenakan sutra dan harus membungkuk untuk memberi hormat. Dia sedang tengah makan malam. James melenggang terus masuk ke ruangan, lalu dia mendadak terlihat bingung dan hendak keluar “Ada apa?” cetus Arthur. “Ada apa lagi sekarang? Oh, ya….” Dia berdecak melihat Alice yang dengan tergesa menyampirkan selendang ke bahunya. “Aku heran dengan kalian berdua. Alice itu memakai baju yang lebih tebal dari seseorang dari Eskimo dalam badai salju. Aku akan tenggelam kalau mengenakan jubah itu. Ah, sudahlah."



57



“Ssstt….Cerewet," gerutu James. Alice mulai merapatkan selendangnya dan kembali melanjutkan makan. Arthur merasa Alice dan James walaupun akan derajatnya begitu berbeda jauh, di matanya seperti duo komedi juga kakak dan adik. Kemudian Arthur melajutkan kembali ke topik utama, “Baiklah, sudahlah kalian berdua mari kita ke topik utama, Alice aku melihat Orang tua-mu terlihat begitu sangat mengagumkan, ternyata Ratu begitu terlihat cantik oh dan James terimaksih sudah melindungiku di saat itu.” Kata Arthur, Alice tersipu mendengar itu wajahnya memerah. James merasa terganggu terganggu melihatnya dia mulai serius. “Ehem…sama – sama kalau bukan karena aku kau pasti sudah tertangkap, pekerja yang lain mulai mencurigaimu tidak adanya data identitasmu” gerutu James “Bisakah kita lanjutkan?” Suasana menjadi serius Mereka membahas akan adanya piknik kerajaan juga mereka akan pergi ke suatu tempat yang bernama Istana Kristal. Rencananya mereka akan mencari bukti yang kuat untuk bisa menangkap MacKenzie, dan mereka tetap harus menjaga takutnya orang yang berjubah hitam itu datang lagi mencoba untuk membunuh anggota keluarga kerajaan. Sesudah pembahasan itu Arthur mengakatan kalau dia merasa ingin ikut “Aku jadi ingin melihat keajaiban di masa ini -Istana Kristal. Sekarang, kalian berdua akan pergi, sedangkan aku harus terus meringkuk di balik sekat di kelas atau bersembunyi di kamar James lagi. Oh iya Bernardo DuQuelle akan berada di sana juga. 58



Aku rasa dia tahu punya jawaban yang kita cari. Ini kesempatan bagus untuk menanyainya.” Kata Arthur “Aku baru saja berpikir bahwa kalau aku bisa pergi ke sana, aku juga bisa membawamu Arthur ke sana. Tapi James tidak akan bisa memberikan banyak waktu untukku,” Alice menjawab. James meringıs berbisik ke Alice “Putri Alice, apakah ini seperti yang aku pikirkan, kau memikirkan soal keranjang piknik itu?” tanya James. Alice tertawa. “Yup, kau benar. Arthur, kami akan mengemasmu bersama pai dan kue buah atau membungkusmu dengan sehelai selimut piknik. Mereka akan pergi dengan menggunakan kereta bersama staf rumah tangga junior. Para pelayan juga pasti akan sibuk menikmati hari dan tidak terlalu memperhatikan." “Apa! hehe lelucon bagus Alic. Aku berat sekali tau," cetus Arthur mengingat tulang - tulangnya yang besar. “Mungkin apakah mereka tidak akan memperhatikan keranjang yang berat?" tanya Arthur “Kau pasti belum pernah makan kue buah istana," ujar James." Beratnya bisa satu ton." Ujar James Gagasan untuk pergi dan melihat bangunan yang megah membuat mereka bersemangat. Arthur merasakan kegelisahannya itu berkurang. “Keranjang, kotak, dan peti,” selorohnya. "Aku mulai berpikir bahwa aku ditakdirkan hidup di dalam keranjang - keranjang dalam arti yang sesungguhnya.” pikir Arthur. 59



Bagian Tujuh 60



Ke Istana Kristal



Keesokan siangnya, Arthur dibungkus dengan berlapis – lapis selimut dan diikat di bagian belakang kereta. Roda -roda kayu kereta nyaris tidak bisa diharapkan bergulir dengan mulus, terutama saat melindas batu-batu kerikil. Saat sedang berbarıng telentang dan merasa nyaris lumat karena beratnya selimut yang membungkus tubuhnya, Arthur merasa dikocok, seperti salah satu minuman soda. Dalam keadaan terguncang - guncang, setengah tercekik oleh selimut dan tersedak debu yang diterbangkan derap kaki kuda, Arthur merasa ingin pulang ke New York, menyewa taksi dan duduk dengan nyaman di kursi belakang. Yang ini terlalu buruk, Katie bahkan telah menyiapkan diri untuk lewat di terowongan bawah tanah. Mereka menghabiskan pagi itu dengan mencari sesuatu untuk dikenakan oleh Arthur dalam kemunculan perdananya di depan umum. Tidak ada baju milik James yang cocok untuknya, akhirnya Alice menyuruh James mencuri beberapa benda di lemari pakaian anggota kerjaan yang lain. “Aku tahu baju ini terlalu tua untuk laki - laki seusiamu. tapi ukurannya pas di tubuhmu, Arthur," James berkata. "Ya," jawab Arthur. "Yang jelas sudah pasti aku adalah model abad dua puluh satu yang lebih tangguh. 61



Hmm, Jamie...” kata Arthur. Dia bermaksud menambahkan hanya untuk menggoda. Jangan lupa membawakan satu set baju laki - laki." Begitulah. Akhirnya Arthur mengenakan pakaian yang pantas ditambah dengan sedikit sentuhan di setiap bagian anggota badannya dan rambutnya. Akan tetapi semua usaha itu untuk membuat terlihat seperti laki - laki sejati menjadi kusut alasan keselamatan di balik selimut wol yang Arthur menggerutu sendiri. "Aku berkeringat hewan ternak" kata Arthur



Arthur karena berat," seperti



Dikatakan oleh Alice jarak Hyde Park dari Istana Buckingham hanya sepuluh menit dengan berjalan kaki. Namun, akibat banyaknya barang bawaan dan kereta kuda yang disediakan untuk Perjalanan singkat itu, rasanya seperti perjalanan menuju negara lain. Pangeran Albert dan DuQuelle menggigil di atas kereta mereka yang terbuka. Pangeran sebenarnya lebih suka memakai kereta tertutup, tetapi Sang Ratu akan fanatik soal udara segar dan dengan lembut membujuk Pangeran Albert untuk mengikuti kemauannya. Alice dan Baroness Lehzen ada di baris berikutnya. Pangeran Leopold mengikuti di belakangnya dalam kereta ketiga yang tertutup, bersama Pendeta Duckworth, Dokter O'Reilly, serta James. Di belakang kereta-kereta itu ada empat pedati yang mengangkut keranjang, selimut, kursı, meja, tenda, piring, peralatan makan, serbet linen, dan dua set 62



perlengkapan minum teh yang lengkap. Setidaknya ada dua belas pelayan terguncang-guncang di atas bangku kayu atau berpegangan pada papan yang ada dipinggirnya. Harus ada yang melayani dalam piknik itu. Ketika rombongan itu berbelok ke Hyde Park, selimut Arthur tersingkap dan melambai-lambai. Bukankah dia sudah diikat dengan erat? Berusaha untuk menyeimbangkan berat tubuhnya, Arthur bergerak – gerak berusaha membebaskan diri dari lipatan selimut. Terpaan angin yang keras menamparnya dan Arthur melihat langit yang cerah dan tenang dengan awan yang bergumpal-gumpal di sana. Dia dapat mendengar area pembangunan sebelum melihatnya. Terdengar hiruk pikuk suara nmanusia sekaligus mesin. Kereta kerajaan melewati pagar sementara di sekeliling gedung yang sedang diperbaiki dan langsung menuju ke tengah-tengah konstruksi bangunan. Arthur masih punya waktu untuk menyusup kembali di balik selimut, sebelum dua orang pelayan mengangkatnya dan melemparkannya ke balik tumpukan kayu dengan semena - mena. Arthur merangkak keluar dari pembungkus-nya. Arthur memutari lumpur, lalu dengan berdiri di atas sebuah kayu kasau, dia menatap pemandangan yang begitu luar biasa yang pernah dia lihat di hadapannya. Arthur belum pernah melihat yang seperti ini sebelum nya, begitu juga orang lain di zamannya. Mereka tidak bisa membayangkan situs bangunan Victoria yang legendaris Itu.



63



Disana pilar serta tiang - tiang besi pada bangunan itu, saling terjalin setinggi sekitar tiga ratus meter di atasnya, seperti jaring besi raksasa. Ratusan pekerja lalu-lalang, memanjat tangga, dan bergelantungan di balok-balok penyangga, seperti ratusan laba-laba yang sedang memintal jaringnya. Di bawah, ada lebih banyak lagi pekerja. Mereka bekerja berkelompok, mandor memerintah dengan bantuan alat pengeras suara. Dengan menggunakan roda - roda, mereka menggulirkan papanpapan kayu yang besar dan memasukkan pilar-pilar ke dalam pipa besi, lalu membenamkannya ke dalam lumpur. Uap putih yang panas mengepul dari mesin uap yang digunakan untuk menggerakkan bor serta gergaji, ketel - ketel raksasa yang menghasilkan uap untuk mesinmesin itu tampak merah membara. Di antara kayu dan besi, kaca, serta mesin-mesin, tersebar pepohonan elm yang dipertahankan oleh Perdana Menteri. Pepohonan itu tampak janggal berada di tengah - tengah keriuhan industri modern, tetapi mungkin pohon - pohon itu akan lebih bertahan lama ketimbang proyek itu sendiri selama beratus-ratus tahun ke depan. Di antara para pekerja yang kotor dan belepotan, terdapat para pejalan kaki warga London yang datang untuk melihat bangunan kaca itu. Di mata Arthur, bangunan itu adalah gabungan antara konstruksi kuno dan modern yang paling menakjubkan yang pernah dilihatnnya. Para pekerja dengan bantuan kuda, dapat membangun sebuah katedral di abad pertengahan. Namun, mesin bertenaga uap itu adalah 64



langkah yang digunakan oleh para pekerja di zamannya sendiri. Alice, yang berdiri di samping ayahnya, terpaku takjub. Pangeran Leopold terperangah dan memandang bangunan di hadapannya lekat-lekat. “Bagi mereka, peristiwa ini seperti peluncuran roket pertama," Arthur membatin. “Dan bagaimanapun harus kuakui, ini memang luar biasa.” kata Arthur. Bagi James O'Reilly, peristiwa iu adalah pengalaman yang mengubah hidupnya, karena dia tahu, beginilah bagaimana sains seharusnya digunakan. Baginya, Istana Kristal tidak hanya lautan lumpur dengan orang - orang yang berteriak - teriak, kuda - kuda, katrol, serta papanpapan kayu. Bukan pula bangunan megah dengan desain yang inspirasional yang dibuat dengan bahan - bahan baru. Ini adalah sains, teknologi, dan industri. Semua itu bergabung menjadi satu. Ini adalah menjadi visi manusia modern. Ini adalah masa depan. Ada sebuah panggung darurat yang ditutup dengan tirai dan kini, pesta minum teh keluarga kerajaan pun digelar di sana. Para pelayan hilir - mudik, menghamparkan taplak dan menata piring - piring serta mengosongkan keranjang bawaan mereka yang berisi hidangan – hidangan lezat. Mereka juga membawa karpet India untuk menutup lantai kayunya. Katie melihat bahwa konstruksi bangunan di sekeliling mereka sangat tidak nyaman untuk pesta, para pekerja gembira dapat melihat keluarga kerajaan dari jarak dekat.



65



Karena Arthur bukan anggota resmi pesta keluarga kerajaan, dia hanya berdiri di kejauhan dan menonton saat Alice serta James duduk di hadapan berbagai sandwich, pai, biskuit, dan kue - kue. Dan dia merasa lapar. dia tidak mendapatkan makanan. Alice melihat ke arah mata Arthur dan berusaha memberikan isyarat rencana, tetapi Leopold terus meminta perhatian darinya. Selimut Leoplod tersingkap dan dia menginginkan muffin panggang alih - alih minum anggur merah yang ditakar dengan teliti oleh Dokter O'Reilly untuk keperluan pengobatan. James dijamu dengan khotbah yang singkat dari Pendeta bernama Duckworth tentang “bagaimana Tuhan muncul dalam karya manusia.” Sementara James beringsut ingin pergi keluar karena tidak sabar untuk melihat lebih banyak lagi situs bangunan itu, Pendeta itu terus saja makan, berbicara sambil menggerak - gerakkan tangannya. Dia menjadikan Istana Kristal sebagai contoh dan kue buah dimulutnya bertebaran di sekitar James. Pemandangan berupa teh yang mengepul dan makanan lezat sangat membuat Arthur tergiur. Dia itu sudah berbalik untuk meneliti beberapa buah mesin ketika dia melihat Bernardo DuQuelle. Laki-laki itu tampak murung, bahkan berduka, di bawah sinar matahari yang cerah, tetapi sejuk. Membuat Arthur berpikir lain kalau tingkahnya di Istana Buckingham tampak dibuat - buat, di situs pembangunan itu dia tampak sangat aneh dan mencurigakan. Laki - laki itu melangkah gontai ke arah kereta kerajaan, lalu memandang berkeliling untuk 66



memastikan kalau - kalau ada yang memperhatikan. Para pelayan yang bertugas mengawasi kotak - kotak dan keranjang piknik telah meninggalkan posnya masing masing Mereka juga ingin melihat keajaiban di hadapan mereka. DuQuelle hanya sendirian di tempat itu. Dia mulai membuka keranjang satu per satu, menghamparkan selimut, dan mengintip peti es, lalu mendekatkan hidungnya ke sana kemari seakan tengah mengendus endus sesuatu. “Dia sedang mencari sesuatu, pertanda baik atau burukkah ini? Dia jelas sedang mencari sesuatu. Tapi apa itu?” Pikir Arthur. Arthur teringat saat kejadian malam itu saat pembunuh jubah itu terjadi setelah kejadian itu dia pernah melihatnya bersama Alice dan James. Kini, dengan nyali ciut, Arthur tersadar bahwa DuQuelle sedang mencarinya. Dia memberanikan diri untuk mendekati laki-laki itu. Dua orang pelayan petugas penjemput tamu yang tersadar akan keberadaan anggota kerajaan 1stimewa di antara kekacauan piknik, bergegas kembali pada tugas mereka. “Izinkan kami melayani Anda, Monsieur DuQuelle. Apa yang Anda butuhkan? Teh atau mungkin sesuatu yang lebih keras untuk sesuaimu?” tanya Pelayan itu. DuQuelle tersenyum sekilas dan terus memandang berkeliling seperti mencari suatu benda yang hilang. 67



"Aku sangat berterima kasih, tapi tidak, aku sudah kenyang melihat hari cerah di musim dingin ini, juga proyek menakjubkan di hadapanku." katanya. Lalu, dia melenggang pergi. Para pelayan itu memutar bola mata mereka melihat tingkah kelakuannya yang ganjil. “Dia sebenarnya lucu, menyeramkan.” pikir Arthur



kalau



tidak



terlalu



James akhirnya dapat meloloskan diri dari Pendeta Duckworth. Bocah itu mencari-cari Katie. Dia punya biscuit mentega dan banyak pertanyaan tentang teknik konstruksi modern. Namun, saatJames berjalan mendekat, dia berpapasan dengan Bernardo DuQuelle. Arthur dapat mendengar semua pembicaraan mereka karena dia bersembunyi di balik salah satu pohon elm yang terselamatkan. “Ini Tuan Muda O'Reilly, bukan?" DuQuelle menyapa. Laki-laki itu berusaha tampak ramah. "Ayahmu merawat Pangeran Leopold dengan sangat baik. Keadaan ini adalah tragedi bagi keluarga istana. Penyakit mengerikan dan sangat aneh yang tiba-tiba saja mencemarkan darah keluarga bangsawan. Tapi syukurlah, Pangeran Leopold bukan pewaris tahta, dan dia berada di tangan yang tepat." James membungkuk sekilas. Dia tidak berniat menggosipkan keluarga istana atau mengkhianati kerahasiaan kedokteran, terutama pada seseorang yang berkuasa dan aneh, seperti Bernardo DuQuelle. 68



“Aku yakin,” sambung DuQuelle, "kau sangat membantu ayahmu dalam tugasnya di istana. Dan, tentu saja kau tidak mampu menjaga saudaramu, bukan? Dia punya kecenderungan berjalan dalam tidur di malam hari, sangat tidak biasa untuk anak seusianya. Ah, kelainan di masa kanak – kanak…. bisa jadi berbahaya, kau tahu? Sayang sekali, ayahmu tidak memiliki perlindungan yang lebih baik untuk anak laki - lakinya yang masih kecil. Yang Mulia Emma Twisted sangat… yah, meski juga sangat halus budi bahasanya.” kata DuQuelle James berusaha untuk tidak menampakkan muka masam. Dia berusaha untuk bersikap sopan kepada laki – laki penting ini dan menutupi kejengkelannya kepada DuQuelle. “Lalu, bagaimana dengan saudarimu?” DuQuelle bertanya. “Bukankah dia juga anggota kesayangan di istana?” “Kakakku Grace sedang pergi untuk sekolah, Tuan,” jawab James. “Ah iya, maaf maksudku, saudara laki – lakimu yang terlihat usianya mungki tidak berbeda jauh denganmu,” kata DuQuelle “Aku tidak punya saudara laki – laki yang lain selain adikku Tuan. Kakak laki - lakiku, Jack, sedang sekolah di akademi militer. Kakak perempuanku sudah bertahun tahun tidak tinggal Bersama kami. Dia pergi ke luar negeri untuk hidup bersama saudara kami setelah ibuku meninggal. Kesehatannya memburuk di musim dingin ini dan dia sedang dalam masa penyembuhan di Florence. 69



Hanya aku, ayahku, dan adik laki – lakiku Riordan yang tinggal di istana." jawab James. DuQuelle mengangkat tongkatnya dan memukul tumpukan kayu di dekatnya. Dia tampak sangat geli mendengar ucapan James. “Mengherankan sekali. Aku yakin, aku melihatmu bersama seorang laki - laki muda pada kerja dan malam hari mungkin pada jam yang tidak biasa. Kau pasti punya hubungan keluarga dengannya. Mungkin sepupumu?” ujar DuQuelle James semakin tak percaya dengan pendengarannya dan bertambah geram. Tapi, dia menjawab dengan suara datar. “Tuan, saya sudah bersyukur beruntung dapat tinggal dan mendapatkan kedudukan terhormat dalam hubungan dengan keluarga kerajaan. Saya akan berusaha untuk mengawasi adik saya. Dia masih kecil dan membutuhkan kasih sayang seorang ibu yang tidak ia miliki. Sedangkan tentang saudara atau sepupu, itu tidak ada. Hanya ada kakak perempuan saya, seperti yang sudah saya katakan tadi, dia sekarang sedang dalam proses penyembuhan di luar negeri-tepatnya di Florence. Mungkin Anda keliru dengan orang lain.” jawab James Suasana semakin membuat James tampak tidak nyaman, tapi membuat makin santailah DuQuelle. “Ah, tapi aku sudah membuatmu marah. Maafkanlah kata - kataku. Terkadang aku tidak bisa menemukan kalimat yang tepat,” ujar DuQuelle riang. “Ini semua pasti Cuma kesalahan." Setelah melepas topinya, DuQuelle membungkuk pelan dan berlalu. 70



Arthur tidak terpengaruh dengan lawakan DuQuelle. Kemunculannya yang tiba-tiba tanpa penjelasan, caranya memandang peti China tempat Katie bersembunyi di ruang singgasana, dan percakapannya dengan James hari ini. "Sudah jelas, dia tahu," Arthur menyimpulkan. "DuQuelle tahu aku berada di sini, tapi dia tidak tahu segalanya. Kalau tidak, dia tidak akan menanyai James seperti itu. Tapi, apakah dia tahu siapa aku? Dan, yang lebih penting lagi, bagaimana aku bisa pulang?" kata Arthur. James melanjutkan jalannya menemui Arthur. “Arthur ini aku bawakan makanan” kata James. Arthur datang menyapa James dan berterima kasih atas makanannya, dia menanyakan pembicaraan James dengan DuQuelle “James bagaimana pembicaraanmu dengan DuQuelle, kau tau aku bersembunyi dekat dengan kau bicara dengannya” kata Arthur, “Iya begitulah seperti yang kamu dengar Arthur, dia jelas sedang mencari menurutmu apakah dia tahu?” tanya James, “Iya aku sadar kalau DuQuelle itu sadar dengan kehadiran, Ketika di Istana.” jawab Arthur. Bernardo DuQuelle melewati panggung tinggi tempat keluarga kerajaan masih menikmati teh. Alice mengambil muffin panggang untuk Leopold secara diam-diam dan adiknya memakannya dengan lahap. Pangeran Albert, dengan pipinya yang bersemu merah, berbicara tanpa henti. Dia hanya berhenti sesaat untuk 71



menunjuk bangunan lengkung tertentu atau sudut tertentu dalam proyek itu. Arthur mengamati para pekerja yang bergantungan dengan giat di dalam acara itu di atasnya. Dan sambil mengayunkan tongkatnya dan membungkuk dengan gaya berlebihan, DuQuelle memberikan pidato singkat yang elegan kepada Pangeran Albert. “Lihatlah di hadapan kita, bahan-bahan yang masih berupa kayu, baja, dan adukan semen, tetapi keajaiban waktu akan menciptakan bangunan agung nan memukau….” Kata DuQuelle.Baik Alice maupun Leopold tampak menahan tawa membuat DuQuelle dan beberapa orang lainnya merasa kesal.



72



Bagian Delapan



Rencana Musuh



Di suatu tempat kamar istirahat keluarga kerajaan, Alice duduk di atas bangku penopang. di dekat kaki Arthur. Dengan pandangan menerawang, dia menggigit gigit kue kismis bulat yang lengket. "Aku sedang berpikir tentang kejadian hari ini," Alice berkata. “Aku merasa bodoh sekali karena aku nyaris membongkar rahasiamu ke Leopold Arthur. Mengapa aku begitu yakin dapat membuat rencana sendiri? Itu adalah bagian orang-orang cerdas seperti kau atau James. Maaf Arthur mungkin mulai sekarang, aku harus duduk tenang dengan tangan terlipat di pangkuan.” Kata Alice Arthur tau akan perasaan itu, mengetahui suatu rahasia dan ingin di bicarakan dengan keluarganya Kau selalu merendahkan dirimu sendiri," tukas Arthur. “Bolehkah aku minta yang sedang kau makan,” kata Arthur. Alice memberikan sisa kue yang lengket itu kepada Arthur, James menyadari sejauh ini kita tidak menemukan apa – apa kalau begini terus “Kalian berdua aku rasa kalau kita melakukannya seperti ini mungkin ini tidak akan 73



berhasil, kita tidak akan bisa menangkap orang – orang jahat itu.” kata James. Arthur mengerti maksud perkataan James ia khawatir akan kejahatan yang ada di Istana Buckingham dan waktu sejarah yang akan berubah. Hari – hari berpiknik telah usai hanya Alice dan Pangeran Albert saja yang kembali ke kerajaan diikuti bersama James dan Arthur yang bersembunyi lagi dalam perjalanan, keadaan menjadi seperti biasanya. Arthur dan James pergi memeriksa ke Lorong sebelumnya tempat dia muncul di Inggris, Di jalannya ada sebuah pintu lorong rahasia, itu terbuka ke sebuah ceruk yang dalam berisi boneka burung hantu dalam kubah kaca. Saat Arthur dan James mengintip ke dalam, mereka melihat dua orang laki-laki bertopeng yang mengenakan jubah dan MacKenzie. Orang-orang itu berkelebat cepat tanpa suara di ruang belajar Pangeran. Mereka tampak sedang mencari-cari sesuatu. “Ini dia!” seru salah seorang seraya mengambil sebuah kotak merah di antara kertaskertas pribadi Pangeran. Katie mengenali rambut hitam serta sorot mata keji di balik topeng itu. Dengan cekatan, orang itu melepaskan pita merah yang melilit kotak merah itu dan mengintip ke dalamnya. "Kita berhasil mendapatkannya. Kalau saja Pangeran tidak masuk kemari di malam hari, kita sudah bisa masuk ke sini kemarin - kemarin, bukan?" katanya. Orang itu menjejalkan kotak merah itu ke balik jubahnya, “Itu terlihat seperti dokumen penting kerajaan,” pikir James, lalu orang – orang itu memutar tubuhnya dan 74



menabrak maket Istana Kristal yang dipajang di ruang belajar Pangeran. Bangunan bodoh!" umpatnya pada miniatur bangunan itu. “Tapi, kelak ini akan menjadi lebih penting dari yang Pangeran kira!" serunya. Orang itu menoleh kepada rekannya. Kita patut bersyukur Pangeran punya mental disipilın soal waktu. Provek ini akan selesai tepat waktu. Penyelesaian lstana Kristal berarti penyelesaian rencana kita. Kita akan menghancurkan keluarga kerajaan seperti kita... menghancurkan... kaca ini. Tanpamu Tuan MacKenzie semua ini tidak akan berjalan lancar" kata orang itu. “Tentu saja kita sudah punya kesepakatan begitu juga dengan Boss mu, aku dapat yang aku incar begitu juga kalian semua mendapat apa yang kalian inginkan selama ini,” cetus Mac Kenzie dengan tawa jahatnya. Mereka menekankan kata demi kata yang diucapkannya Ibu jari serta telunjuknya membentuk sebuah pistol dan diarahkannya ke Istana Kristal. "Ratu harus mati," ucapnya lirih. "Bersama kematiannya, matilah pula ketidaksetaraan antarmanusia.” Amarahnya. “Ratu harus mati!” katanya. Tiba-tiba, penglihatan dari mimpi Arthur itu muncul lagi di benaknya, kini Arthur mengerti. Akan maksud penglihatannya yang dialaminya di New York itu adalah sang Ratu. Giginya mulai gemeretuk. “James,” desisnya. 75



“Ssssttt," bisik James kesal. Arthur tahu, James itu pun sedang ketakutan. Sebuah suara dari arah lorong membuat mereka melompat mundur ke ruang sempit itu. Laki-laki berjubah itu juga terkejut. “Pangeran berengsek!" seru pimpinannya. "Apa dia tidak tidur? Dia akan kembali kemari sebentar lagi untuk memeriksa keadaan negeri ini. Ayo, kita pergi!" laki-laki itu berkata kepada kelompoknya. "Ayo tiket masuk kita seharusnya ada di antara kertas-kertas ini." Kata MacKenzie. Setelah membungkuk dengan sikap mengejek ke arah Istana Kristal, laki-laki itu melangkah masuk ke sebuah perapian yang besar. Marmer di pinggiran perapian itu membuka ke arah dalam dengan suara berdecit dan orang - orang itu masuk melalui lubang sempitnya dan lenyap di dalamnya bersama dengan MacKenzie. James dan Arthur berdiri terpaku. Otak mereka berputar cepat. Arthur berusaha meredakan kepanikan di dalam dirinya. Dari awal James memang tidak ingin mengajak Arthur, bersikap seperti laki – laki yang histeris hanya akan membuktikan bahwa James benar. “Itu baru namanya pintu keluar yang keren,” gumam Arthur, lorong baru yang sama sekali kita tidak tahu." Penglihatannya di waktu malam memang tidak baik, tapi dia tahu James kini tengah menatapnya dengan tajam. Dia tercekat.



76



Ketakutan, kepanikan Arthur semakin bertambah sejarah yang dia ketahui yang sebagaimananya berubah menjadi bencana. "Hmmm, ini sudah jauh lewat tengah malam, tapi koran kemarin bertanggal 16 April. Alice pernah beritahu kita, tanggal berapa Istana Kristal akan dibuka?" tanya James. "Ratu akan membuka Perayaan Akbar negeri ini pada tanggal 1 Mei," jawab Arthur. James berpikir keras selama beberapa saat, lalu menoleh kepada Arthur. "Tahukah kau apa artinya: Kita hanya punya waktu dua minggu untuk menghentikan semua ini. Tanggal satu Mei. Pada hari itulah mereka akan beraksi. Istana Kristal itulah lokasi penyerangannya. Aku tidak percaya ini Mac Kenzie sudah melakukannya sejauh ini dia sudah banyak merencanakannya. Dan, objek penyerangannya adalah...." James nyaris tidak kuasa mengatakannya. "Objek penyerangannya adalah ... sang Ratu.” kata James. “Aku tau kita berada dalam situasi yang tidak biasa, tapi kita bisa menghentikan mereka, James. Kita punya semua informasinya sekarang, jadi kita bisa menghentikan mereka.” Ujar Arthur “Kita belum cukup tahu!" tukas James. Kita tahu mengapa, kapan, di mana, dan siapa yang akan melakukan pembunuhan. Tapi, kita belum tahu cara apa yang akan mereka gunakan-bagaimana rencana mereka membunuh Ratu? Tanpa mengetahuinya, kita tidak dapat 77



menghentikan mereka.!" Teriak James, dia mengguncang tubuh Arthur pelan. “Sekarang jangan berteriak-teriak kepadaku. Arthur kita sudah tahu. Kalau kau menceritakan tentang masa depan kepada kami, itu akan sangat berbahaya. Tapi, Arthur, tahukah kau apa yang akan terjadi pada Istana Kristal? Mungkinkah kau tahu bahwa Ratu akan dibunuh dan kau tidak memberi tahu kami Arthur?" Arthur tidak berteriak. Dia terdiam dan berpikir. Kalimat berikutnya yang akan diucapkannya bisa mengubah sejarah. “Aku tahu kejadian yang menyedihkan sekaligus mengerikan," dia akhirnya berkata. “Tapi James aku tidak menutup - nutupi pembunuhan Ratu Inggris darimu selama ini. Dalam buku sejarahku, tertulis bahwa Ratu tetap hidup dan memerintah sampai pergantian abad. Ada kemungkinan, aku dibawa ke masa ini untuk memastikan bahwa itulah yang terjadi. Tapi, kita tahu bahwa masa depan bisa saja berubah. Dan aku khawatir takut akan terjadi sesuatu yang lebih buruk pada Ratu Victoria.” Jawab Arthur. Mau tak mau, James sepakat dengan perkataan Arthur. “Kita harus cepat membuat rencana saat ini," imbuhnya. "Kita hanya punya waktu dua minggu untuk mencari tahu solusinya. Kita membutuhkan sedikit pengetahuan tentang masa depan dan hanya kau satu – satunya yang memilikinya.” Kata James. Kemudian Pangeran Albert



78



Kembali, Arthur dan James langsung pergi diam – diam melarikan diri. Keadaan menjadi bencana yang buruk sejarah akan segera berubah bila Sang Ratu, keadaan berada di tangan Arthur, James dan Alice.



79



Bagian Sembilan



Save the Queen



James dan Arthur tidak bisa berbuat apa - apa selain hanya berdiri dalam kegelapan dan sempat menyaksikan kebahagiaan keluarga kerajaan dan dedikasi politik mereka juga percakapan mereka sehingga tertidur pulas. "Kita harus menceritakannya kepada Alice." Hanya itu satu-satunya komentar yang dikatakan James. “Sang Ratu?” ucap Alice dengan suara kelu. “Tidak mungkin ibuku, tidak mungkin sang Ratu." Arthur dan James sudah kembali dengan bergegas menuju bangsal anak. Kabar sebesar ini tidak bisa menunggu seseorang bangun dari tidur. Arthur berharap dia bisa membiarkan Alice tidur dengan lelap beberapa saat lagi. Alice terkulai lemas di kaki tempat tidurnya. Dia berusaha untuk menguatkan dirinya, lalu berkata kepada teman-temannya. “Kalau itu aku atau, bahkan Leopold, negara ini akan tetap berdiri. Tentu saja akan ada kecemasan, kesedihan, dan pemberian penghargaan oleh Parlemen, tapi dampaknya tidak akan terlalu besar. Upaya untuk.... Alice nyaris tak dapat meneruskan kata - katanya, “untuk membunuh Ratu akan mengguncang negeri ni sampai ke akar - akarnya. Tak heran mereka memilih menginginkan 80



berakhirnya kerajaan ini untuk selamanya dan revolusi dunia akan terjadi." Kata Alice James kembali berusaha untuk meyakinkan. "Kita sudah tahu banyak, Alice. Tinggal beberapa informasi saja yang kita perlukan, lalu kita bisa berusaha menghentikannya. Mungkin kau perlu meminta bantuan penjaga istana untuk ini," usul Arthur. Alice menggelengkan kepala. "Aku harap aku bisa melakukan itu dengan mudah tapi mereka akan langsung melapor kepada Tuan. MacKenzie dan ia akan menyangkal semuanya. Pikirkan risikonya.” Kata Alice. “Haruskah kita mencoba untuk menceritakan kepada ayahmu?" tanya Arthur. “Aku akan berusaha menemuinya, tapi dia terlalu sibuk lihat dengan persiapan akhir acara Istana Kristal. Kita sudah tau sendiri, pesan tertulis tidak akan dipercaya olehnya.” Jawab Alice. Arthur menggigit - gigit ujung kukunya. Mereka sudah tidak dapat mengatasi semuanya sendiri. Kalau kehadiran orang dewasa diperlukan, inilah saatnya. Tapi, seperti ini biasanya, orang - orang dewasa sering kali mengecewakan mereka. “Menurutku, kau harus menceritakannya kepada ayahmu," Arthur bersikukuh. "Temuilah dia secara langsung, sendirian. Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Ratu dan ternyata ayahmu dapat menghentikan, dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau kau tidak 81



menemuinya. Seharusnya tadi kau melihatnya Alice.” Kata Arthur. Detik itu juga Arthur menggigit lidahnya sendiri. Berpikir untuk menceritakan ini ke Ayah James tapi itu tidak akan berhasil karena dia bukanlah seorang ayah seperti pada umumnya. Ketika istrinya meninggal saat melahirkan dan meninggalkan empat orang anak, Dokter O’Reilly menganggapnya sebagai pengkhianatan. Dia hampir tidak pernah memperhatikan anak-anaknya. Pandangan James tertunduk ke lantai. Wajahnya tampak mendung. Arthur berusaha untuk menjelaskan maksudnya. “Bukan berarti aku pernah melihat keluarga yang saling menyayangi. Setidaknya di rumahku sendiri," Arthur berkata. Alice menepuk - nepuk tangan temannya. “Tidak ada yang paling membahagiakan dibandingkan sebuah keluarga utuh yang bahagia,” ucapnya. "Bahkan dalam keluarga kami, dengan kesempurnaan Papa dan rasa sayang Mama yang begitu besar, perasaan yang dimiliki Mama hanya berhenti pada Papa. Rasa sayangnya tidak diteruskannya kepada kami, anak - anaknya. Yah, setidaknya tidak kepadaku. Tentu saja, kewajiban seorang ratu sekalıgus istri, tidak menyisakan banyak waktu untuk yang lain." Kata Alice. James yang awalnya murung seakan bagaikan air mata yang keluar masuk lagi tidak mengerti maksud Arthur 82



dan Alice “Aku tahu ini bukan waktu yang tepat tapi, entah mengapa rasa sedihnya menghilang, terimakasih” kata James. Alice menggeleng - gelengkan kepala seakan ingin menjernihkan pikirannya. "Betapa bodohnya aku. Kita tidak seharusnya membicarakan soal ini. Mama menjadi ratu sejak usianya delapan belas tahun. Mereka mendatanginya di tengah malam buta untuk berbicara kepadanya. Mama turun dalam gaun malamnya dan mereka mencium tangannya, lalu menobatkannya sebagai ratu. ‘Aku akan menjadi ratu yang baik’, katanya. Dan, dia membuktikannya. Aku tidak hanya akan diam saja melihat dia mati.” Kata Alice. Mereka semua terdiam. Arthur sedang berusaha mengingat – ingat percakapan yang didengarnya pada pukul tiga pagi itu. “Mereka bilang, ada kertas yang dimana itu adalah tiket masuk mereka. Tiket masuk ke lstana Kristal, kurasa.” Kata Arthur "Kertas - kertas itu mungkin ada hubungannya dengan grand opening tanggal satu Mei itu," imbuh James. Itu adalah hari kunjungan Ratu." "Aku masih tidak percaya," Alice berkata. "Mereka tidak mungkin berusaha membunuh Ratu pada acara pembukaan resmi itu. Di saat para aristokrat, petinggi, para pimpinan gereja, serta kehadiran para duta besar.



83



Semua surat kabar dunia akan memberitakannya. Mengapa mereka mau melakukannya di depan publik?" “Itulah alasan tujuan mereka," Arthur terpaksa harus menjelaskannya. “Mereka adalah teroris, begitu cara kami menyebut mereka. Teroris menjadi bagian dari kehidupan modern di masaku dan jumlahnya lebih banyak daripada di zamanmu. Mereka ingin melakukan kejahatan di depan umum sehingga banyak orang yang melihat apa yang mereka lakukan. Kalau orang-orang baik dan hebat, termasuk pers, datang pada pembukaan Istana Kristal, aksi mereka akan lebih Kuat. Tindakan ini adalah semacam tantangan gıla kepada publik agar mata semua orang tertuju pada keingınan. Seperti yang dikatakan oleh Alice, ini dapat mengubah arah dunia. Kita akan menemukan apa sebenarnya yang ada di dalam kotak itu. Sementara itu, waktu terus berjalan." Selama dua minggu selanjutnya, kebanyakan pekerjaan dilakukan oleh James. Adanya DuQuelle secara misterius membuat pergerakan Arthur dan Alice di istana menjadi terlalu berbahaya. Pergerakan di malam hari, mendadak juga berhenti. “Mereka pasti sudah menemukan apa yang mereka inginkan,” Arthur berkata. "Kalau saja kita juga bisa menemukannya." Alice meletakkan tugas menjahitnya. “Aku sudah berkali - kali berusaha menemui ayahku," dia berkata. "Aku bahkan datang tanpa diundang ke ruangan pribadinya. Tapi, dia begitu sibuk dengan persiapan akhir 84



pameran dan tidak pernah terlihat sendirian. Bernardo DuQuelle menempel terus, seperti lem, kecuali saat dia sedang mengikutiku keliling istana dan menanyakan hal hal aneh mengenai keberadaanmu Arthur. Dia terus menerus tersenyum dan membungkuk seperti biasanya, tapi aku jadi makin curiga kepadanya." Alice berkata. James datang dengan wajah murung."Aku sudah lama tidak percaya semua ini," dia berkata. " Aku membantah cerita Katie dan menuntut pembuktian. Sekarang, saat aku mendapatkan buktinya, aku jadi berharap tidak mengetahuinya." “Apa yang terjadi, Jamie?” Alice bertanya. “Mereka menemukan mayat Fräulein Bauer, dia sudah meninggal." Kata James. Rasa terkejut dan duka tergambar pada wajah Arthur. Hawa dingin menyergap di ruangan itu. "Aku… turut berduka cita eberapa parah kondisinya?” tanya Arthur. Selama beberapa saat, James tidak dapat berbicara. Dia menoleh sekilas kepada Alice yang tampaknya dapat meraba pikirannya. “Sebaiknya kau menceritakan semuanya kepada kami,” ucap Alice lirih. "Aku bisa menghadapinya.” “Mereka mengangkat mayatnya dari Sungai Thames pagi buta tadi. Ayah diminta datang untuk mengidentifikasi tubuhnya. Kata ayahku, itu adalah 85



mutilasi paling mengerikan yang pernah dia lihat awalnya korban ditusuk ke arah dimana Ratu berada, mayat itu tidak begitu saja muncul dari dalam sungai. Fräulein Bauer yang malang.” Kata James, kemudian terpekur menatap lantai. Dia berdeham beberapa kali sebelum melanjutkan kata - katanya. “Matanya dicongkel keluar dan lidahnya diputus dari mulutnya. Bilur – bilur merah yang aneh memenuhi tubuhnya, seperti tanda bekas luka bakar. Yang paling mengerikan, saat mereka membuka bajunya, semua organ dalamnya terluka parah. Tubuhnya penuh dengan cairan beracun yang mirip dengan ter. Dokter - dokter yang pertama kali memeriksa mayatnya akhirnya juga dibawa ke rumah sakit." Ucap James. Wajah Alice pucat pasi. Arthur merasa ingin muntah. “Ayahmu yang menceritakan semua ini?” Alice bertanya. "Biasanya dia adalah penasihat yang sangat berhati – hati menjaga rahasia," James berkata dengan nada pahit, "tapi dia sangat mabuk tadi malam. Dia kembali ke istana dan membasuh wajahnya dengan gin, lalu minum sebotol hingga tandas," jawab James. “Koran - koran akan memuat berita yang sensasional," komentar Alice dengar getir. “Kau tidak akan membaca sedikit pun tentang berita itu, James menjawab. "Mereka telah mengirimkan Bernardo DuQuelle ke tempat kejadian, kemungkinan 86



untuk membantu investigasi, tetapi sebenarnya untuk mengalihkan perhatian publik. Dia adalah pejabat berwenang dalam penyakit - penyakit kuno dan memiliki wawasan luas soal pengobatan Yunani. Dia juga mengenal siapa pun yang dapat menanganinya di Inggris, juga rahasia yang mereka simpan. Dia dibayar cukup mahal untuk tugas ini.” Kata James. “James tunggu, kurasa Alice membutuhkan segelas air," Arthur berkata, “dan aku perlu minum gin ayahmu. Ironis. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk Fräulein Bauer, tapi kita masih bisa membantu Ratu. Biarkan mayat itu semoga di bisa tenang di alam sana, kita cari tahu saja apa yang akan terjadi pada lstana Kristal." Katanya. James pergi mencoba mencuri peta biru kerajaan. Wajah Alice tampak seperti ingin menangis. “Kau ingat saat aku menarikmu keluar dari kolong sofa? Kupikir itu adalah lelucon, sebuah pengalaman yang mendebarkan. Aku tidak benar - benar yakın kalau kau mau membunuh ibuku. Dan sekarang, inilah kejahatan yang sebenarnya." Sedih Alice berusaha mengendalikan diri. Dia menggeleng – gelengkan kepala. “Kita hanya punya waktu beberapa jam untuk menyelamatkan Ratu. Kita harus segera mencari Jamie O'Reilly. Para pembunuh itu punya rencana besar yang licik, kini kita juga harus punya rencana berengsek yang hebat.” Kata Alice.



87



“Berengsek?” Arthur terkejut mendengar bahasa yang digunakan yang sudah dia anggap sahabatnya. “Ya, berengsek." Ujar Alice. Satu jam kemudian, Arthur, Alice, dan James duduk di lantai bangsal anak. Ada cetak biru Istana Kristal di samping mereka, yang menunjukkan posisi semua tamu undangan dan jadwal susunan acara. James telah mencurinya dari berkas Pangeran Albert dimana dia sedang pergi menemui istrinya sang Ratu. Semua orang terlalu sibuk untuk menyadari lenyapnya benda itu. “Kita akan berada di sini,” kata Alice, dia membaca rencana dan jadwal yang terpampang. Dikatakan bahwa keluarga kerajaan akan tiba pada pukul 12 tepat dan akan langsung menuju altar utama ke panggung singgasana, tepat di depan pohon elm yang terbesar. Ratu dan Pangeran akan duduk di bawah kanopi, anak - anak di belakang mereka. Pejabat negara senior akan berada di bawah keluarga kerajaan, di sebelah kirinya. Sementara itu, untuk para duta besar akan berdiri di belakang yang akan datang uskup, di sebelah kanannya." Para duta besar itu membutuhkan ruangan yang longgar karena kebanyakannya mereka datang bersama banyak delegasi dari negara mereka." Katanya. “Kanopi itu kemungkinan membantu,” James berkata. “Itu akan membuat mereka tidak dapat diuncar dari atas Sehingga balkon di atasnya tidak akan menjadi masalah.



88



Balkon - balkon itu akan dipenuhi oleh para penonton itu. Gedung itu akan penuh sesak, tapi hanya beberapa orang terpilih yang akan berada di dekat Ratu, kalau rencana mereka berhasil, akan berada di barisan duta besar. “Para duta besar berdiri jauh di belakang, " Arthur berkata. “Sebuah pistol tidak akan punya daya jangkau yang cukup untuk menembak target. Mereka memerlukan senapan. Tapi, benda itu akan sulit masuk ke dalam gedung dan akan tampak sangat jelas saat membidik target. Kemungkinan besar banyak orang akan melihat dan menghentikan mereka." Wajah Alice memucat dan mata kelabunya tampak cemas. Arthur menepuk - nepuk bahu sahabatnya. "Rasanya tidak enak sekali bicara seperti ini di depanmu, dia berkata. “Kedengarannya begitu keji dan brutal." “Ini penting," Alice tersenyum tipis. James melihat jadwal susunan acara dari balik bahu Alice.Ada sesuatu yang terlewat olehmu," dia berkata seraya mengambil kertas dari tangan Alice. "Pukul 12.20 sampai 13.00. Kehadiran para duta besar. Setiap duta besar akan diumumkan. Duta besar yang namanya disebutkan diminta naik ke altar menuju kaki panggung, membungkuk kepada Yang Mulia dan memberi hormat kepada keluarga kerajaan. Mereka akan berada pada jarak beberapa meter saja dari Ratu. Pada saat itulah mereka akan mencobanya." 89



Masih terbayang oleh Arthur, saat pembunuh bermata keji itu berada di ruang belajar pribadi Pangeran. Dia mengangkat jari telunjuk dan ibu jari membentuk sepucuk pistol, lalu nistol, lalu berbisik keji. "Ratu harus mati!" Untuk sesaat, tak ada yang bisa berkata-kata. "Di mana posisi keluarga kerajaan nanti?" James akhirnya bertanya. Di sini, tunjuk Alice. "Kebanyakan anggota keluarga istana akan diposisikan di belakang para pejabat negara senior. Tapi, Dokter O'Reilly dan Pendeta Duckworth akan berada tepat di sisi kiri panggung, berjaga kalau - kalau ada masalah dengan Pangeran Leopold." Alice mengamati cetak biru itu. "Hanya sekelompok kecil politisi," sahutnya. "Perdana Menteri, Duke Wellington, dan beberapa tokoh senior dari rumah tangga istana.” Ketiga anak itu bertukar pandang dan memikirkan hal yang sama. “DuQuelle!" “Yah, aku akan mencobanya, Arthur berkata “Kalau James berada di satu sisi panggung dan aku di sisi yang lain, kita melumpuhkan pembunuh itu saat dia melancarkan aksinya." Kata Arthur. “Kau tidak boleh dekat - dekat dengan DuQuelle,” tegas James 90



“Itu benar, Arthur,” imbuh Alice. Kita harus menyerahkannya kepada Jamie. Kalau DuQuelle melihatmu, akan takut masa depanmu akan terkunci. “Kecuali kita bisa menemukan jalan yang membuatnya tidak bisa melihatku," Arthur bersikukuh. Dia Kembali menekuri cetak biru itu. Aku tidak pintar membaca peta. Itu, tapi titik - titik merah itu berada di dekat Perdana Menteri. Mereka dekat sekali." Ujar Arthur “Kami, kan, sudah bilang," sergah James tak sabar. "Itu adalah para uskup dan kau akan....” "Aku akan menjadi uksup!” seru Arthur. "Arthur!" protes Alice. "Kau tidak boleh berpakaian seperti uskup. Itu sangat ... benar – benar sangat menyimpang dari ajaran agama!” “Alice,” Arthur tersenyum. “Gereja tidak ambil pusing dengan anak sepertiku berbaju minim tetapi juga menempuh perjalanan menembus waktu. Meminjam baju merah mereka yang aneh, tidak akan membuat hal itu lebih buruk. Di samping itu, dengan topi lancip dan jubah merah panjang, DuQuelle tidak akan mengenaliku." James sendiri bukanlah jemaat gereja yang taat. Arthur telah mematahkan argumennya. “Jubah Uskup London disimpan di kapel kerajaan, " James berkata. "Dia lakilaki yang bertubuhpas, hampir seukuran anak denganmu.”



91



“Bagus, ucap Arthur. Aku anak yang bertubuh sangat besar, setidaknya itu yang dipikirkan yang lain tentang aku. Kemungkinan kau benar jubah itu pas untukku. James bisa mengambilnya diam - diam malam ini. Aku juga bisa memakau jenggot palsu." Cetus Arthur. Alice menarik napas. "Kalau kau memaksa untuk menghina Tuhan seperti itu, sebaiknya kita berhasil. Lehzen punya banyak wig di ruang riasnya. Kau tidak berpikir kalau rambut hitamnya yang lebat itu asli, bukan? Kepalanya pelontos seperti burung rawa. Aku akan meminjam satu kalau kita sudah selesai nanti. Kita bisa membedakinya hingga tampak abu-abu." Kata Alice. Perasaan kesenangan sesaat ini berlalu dan mereka Kembali menekuri tugas di hadapan mereka. "Sebenarnya rencana ini bukan rencana yang terlalu bagus," Arthur berkata. “Yang dapat aku dan James lakukan adalah berusaha menemukan si pembunuh dan menghajarnya." "Bagaimana dengan aku?” Alice bertanya. "Kalian berdua mempertaruhkan nyawa untuk menghentikan orang bersenjata itu, sementara aku berada di atas panggung dengan keluargaku yang cekikikan dan rambutku yang di dandan aneh oleh Lehzen. “Dari atas panggung, kau akan dapat melihat dengan lebih baik daripada kami," James berkata. "Kalau kau melihat sesuatu, lambaikan tanganmu untuk menarik perhatian kami.” Kata James. 92



“Dan Alice," imbuh Arthur, kalau kami gagal, kalau ternyata semuanya terlambat, merunduklah. Carilah perlindungan. Kumohon, selamatkan dirimu.” Arthur berkata yang mengkhawatirkan Alice



Bagian Sepuluh



Part of the Journey in the End



Hari pertama di bulan Mei adalah hari yang agung. Ratu naik kereta terbuka dari Istana Buckingham. Dia mengenakan gaun satin pink berhias renda perak - perak dan bertabur ratusan permata. Di dadanya tersemat pita Garter dan rambutnyya mengenakan mahkota dan bulu bulu berwarna putih. Dia belum pernah sebangga saat itu. Nama Albertnya yang tercinta akan abadi di Istana Kristal. Suaminya telah menjadi cahaya pemandu sejak mulai dari konsep hingga penyempurnaaannya dan bukan hanya negeri tercintanya, seluruh dunia akan membungkuk hormat dan mengakui kehebatannya. Ratu dan Pangeran Albert melambai-lambaikan tangan kepada keramaian orang. Ada para pedagang jalanan 93



bergerak di antara keramaian, menawarkan bir jahe, roti mentega, dan kue - kue kering. Dari kereta yang terbuka, keluarga kerajaan dapat mencium aromanya yang lezat. Aroma kue panggang bercampur air dengan aroma peppermint dan bau menyengat yang menghilangkan selera makan. Di dalam Istana Kristal, James dan Katie sudah menempatkan diri. Dalam situasi yang berbeda, James sudah akan melesat melihat-lihat ribuan barang yang dipajang dan dipamerkan. Sisi utara gedung diperuntukkan bagi penemuan-penemuan dan permesinan. Ada mesin cetak yang dapat menghasilkan 5.000 eksemplar surat kabar dalam satu jam, mesin lokomotif otomatis, ada pula peralatan penghangat ruangan. James sangat ingin melihat kertas yang panjangnya sekitar 7.500 meter dan korek api fostor yang dapat menyala sendiri. Bahkan, ada obat yang terbuat dari hati ikan kod-obat baru yang menakjubkan dan mereka memberikan sampelnya. Namun, hari itu bukan hari untuk mesin, obat, dan penemuan. Hidup Ratu dalam bahaya dan James adalah salah satu dari tiga anak yang dapat menyelamatkannya. James memandang berkeliling ruangan. Tepat di belakang Duke Wellington, dia dapat melihat seorang uskup tubuhnya seukuran,Arthur. “Mari berharap dia dapat menangkap pembunuh itu seperti dia menangkap bola,” gumam James pada dirinya sendiri.



94



Panjang, topi berbentuk kerucut, dan jenggot palsu yang ditamburi bedak. Keringat Arthur bercucuran dan bedak dari jegotnya memudar membuat Arthur bersin bersin. Dia itu berusaha untuk menjaga jarak dengan uskup - uskup lain. “Mereka tengah mengawasinya. Untungnya, aku mendapatkan posisi pandang yang baik pada acara itu, kalau aku tidak ingin peristiwa sejarah ini berakhir dengan kejahatan, aku harus memasang mata baik-baik." pikir Arthur. Arthur mendengar sorak - sorai yang riuh suara – suara mendengung dan bergumam di gedung, seakan – akan bangunan itu adalah sarang lebah raksasa. Terdengar suara terompet membahana dan gerbang perunggu yang megah itu pun terbuka. Ratu telah tiba. Sambil bergandengan tangan dengan Pangeran Albert Ratu melangkah maju mendekatinya, melewati patung patung marmer, air mancur - air mancur yang terbuat dari potongan kristal, serta pepohonan elm raksasa. Sebanyak 600 anak laki-laki yang tergabung dalam kelompok paduan suara, 200 orang musisi, dan orgel - orgel setinggi tiga meteer, mulai memainkan lagu saat Ratu lewat. Ketika Ratu melangkah naik ke panggung, Arthur melihat Alice berusaha berdiri sedekat mungkin dengan ibunya. Semua orang memutar tubuh mereka dan terperangah takjub. Alice memusatkan perhatian kepada sosok mungil yang agung dalam balutan gaun satin pink 95



dengan renda – renda peraknya. James berdiri di dekat ayahnya di kaki tangga, dan Arthur berdiri dengan berjinjit untuk dapat melihat dari balik pundak seorang Duke, Duke Wellington yang tua dan bungkuk. Upacara pun dimulai, lantunan doa panjang diucapkan oleh Uskup Agung yang bernama Canterbury, diikuti dengan koor Lagu Kebangsaan. “Tuhan selamatkan Yang Mulia Ratu…,” kata Uskup sejumlah 30.000 orang bernyanyi. Putri Alice, James, dan Arthur menyanyi dengan sepenuh jiwa dan raga. Tuhanlah yang menentukan semuanya. Tak lama kemudian, tibalah acara penghormatan. Ketika masing - masing orang dipanggil sesuai dengan urutan abjad, para duta besar itu maju perlahan ke altar utama untuk memberikan penghormatan kepada Ratu, waspada akan bahaya membuat Arthur merasa konyol dan ketakutan. “Laki - laki itu pasti ada di sini. Pasti akan terjadi, tapi kapan?” gumam Arthur Matanya bergerak liar menyapu keramaian dan para petinggi negara itu masih terus maju ke depan. Ada seorang laki - laki yang bergerak di lorong pemisah. Topi merah-hitamnya, tunik biru dan kalung emas yang dikenakannya, membuatnya tampak seperti sosok yang mencurigakan. Arthur kembali melihat ke arahnya. Tubuh laki - laki itu tinggi sekali, lalu Arthur tersadar bahwa dia bukan orang China. Mata laki-laki itu yang menunjukkannya; sepasang mata hitam dengan sorot keji, 96



mata seorang pembunuh yang kejam. Di hadapan keramaian orang, berdirilah si Pembunuh Anarkis, dia melangkah maju untuk membunuh Sang Ratu! Arthur menghambur ke arahnya, tapi tiba - tiba kepalanya ditarik ke belakang orang misterius ke suatu tempat, terpisah dengan yang lain oraing itu Bersama dengan Tuan MacKenzie. Arthur jatuh terbanting di lantai. Pandangannya tertumbuk pada sosok Bernado DuQuelle. Sepatu hitamnya yang berkilat menginjak keliman jubahnya. “Ck... ck... ck…, kasihan sekali,” laki - laki itu tersenyum keji. “Sungguh tindakan hal agresif yang tidak biasa dilakukan seorang uskup. Sekarang, kau harus berhadapan denganku. Sungguh konstum yang sempurna, sayang sekali” kata MacKenzie. Arthur berusaha berdiri dan memikirkan tindakselanjutnya. “Tidak, tidak. Tolong" Kata – kata Arthur seperti tercekat di tenggorokan. "Ratu... pembunuh... MacKenzie.... Lihat! Kumohon, tolong” Arthur berkata. Dari kejauhan senyum DuQuelle mendadak lenyap, ia seperti melihat Arthur sambil diseret, dia berlari di antara para duta besar yang terkejut melihat kejadian itu. DuQuelle berlari ke panggung. Sementara itu, orang yang berjubah hitam di keramaian itu tengah memberikan serangkaian hormat yang takzim dengan menyentuh lantai. Saat laki - laki itu berdiri, dia memasukkan tangannya ke lengan jubahnya yang terbuat dari sutra 97



yang panjang, tampak mencari - cari sesuatu dalam lipatannya. “Kami terlambat," pikir Arthur. DuQuelle melihatnya juga mulai mengerti seperti apa situasinya tampak panik melihat itu. Namun, kemudian, Arthur melihat Alice melangkah maju dan berdiri tepat di depan singgasana perak ibunya. “Mama, ini menyenangkan sekali!" serunya. Ratu berusaha tersenyum, tetapi tampak gusar dengan gangguan protokoler. “Terima kasih, Alice saying. Sekarang kembalilah ke posisimu semula. Upacara ini belum selesai." Ratu berkata Baroness Lehzen yang marah, melangkah maju dan berusaha membawa pergi Alice, tetapi gadis itu malah naik ke pangkuan ibunya dan melingkarkan tangannya di leher wanita itu. Senyum Ratu terlihat kaku saat ia berusaha melepaskan pelukan anaknya, tetapi para petinggi negara tertawa pelan dan menggumam senang melihat pemandangan itu. Apa yang lebih menyentuh lagi darı rasa sayang anak yang begitu alami kepada ibunya? Pangeran Albert merunduk ke arah istrinya. “Biarkan dia di situ istriku, liechben,” ucapnya. “Ya, dia memang bersemangat dan sikapnya tidak sopan, tapi menyuruhnya pergi hanya akan mengganggu upacara yang telah dirancang dengan begitu indah ini." Kata Pangeran Albert Ratu tampak tidak senang, tetapi dia mematuhi kata - kata Albert. 98



“Apa yang dilakukan Alice?” cetus Arthur, antara cemas dan bingung “Dia bertindak dengan sangat berani," sahut DuQuelle. “Dia sedang menjadikan dirinya perisai hidup. Kalau orang itu menembak saat ini, Alice akan menghentikan peluru itu memakai tubuhnya." Kata DuQuelle Arthur menatap Ratu dan pembunuh itu bergantian. Sekarang giliran laki - laki itu bertindak. Kemunculan Alice telah membuatnya gelisah. Sang target yaitu Ratu sudah berada dalam genggamannya, tapi kini gadis itu menghalanginya. Sejurus kemudian, dia membuat keputusan. Dia harus memberikan penawaran kepada targetnya. Tangannya menemukan sebuah benda logam dingın yang tersembunyi di balik jubahnya. DuQuelle langsung menghampiri pembunuh itu “Menurutku tidak." Sebuah suara datang dari arah sebelahnya. "Aku juga punya pistol dan kau bisa merasakannya di punggungmu. Sekarang, membungkuklah dengan manis kepada Ratu, dan mundurlah." Perintah DuQuele Ratu terlihat jengkel. Pertama sikap Alice yang tidak termaafkan, dan kini, DuQuelle terhadap duta pembunuh itu yang dia tidak tahu telah menyamar sebagai duta besar China. Setelah ragu sesaat, pembunuh itu mematuhi perintah DuQuelle. MacKenzie dan rekan laki – laki pembunuh itu pergi kabur bersembunyi. Dia membungkuk lagi, 99



melangkah mundur ke arah barisan para petinggi negara. DuQuelle membawanya ke altar agung. Dengan satu tangan, DuQuelle memegangi si pembunuh, dan satu tangannya lagi dia berhasil memegangi Arthur. "Dua sekaligus, ini baru namanya tangkapan,” gumam DuQuelle. Mereka melewati rombongan tamu dan DuQuelle menyingkap tirai beledu, lalu mendorong mereka masuk ke dalam ruang tunggu yang sempit, Arthur menarik napas yang dalam. “Kurasa aku bisa pergi sekarang,” pikirnya. Pembunuh itu memutar tubuhnya dan menyarangkan tinjunya ke perut DuQuelle. Sembari menyambar Arthur, dia menghambur ke arah pintu. Arthur sempat melihat DuQuelle yang terkejut sekaligus kesakitan, sebelum si Pembunuh menyeretnya masuk ke tempat labirin Istana.



Arthur menerobos masuk ke koridor yang kosong. Semua orang berada di altar Agung. Arthur berusaha keras melepaskan diri dari laki - laki itu, menyodok pembunuh itu dengan sikunya, dan berusaha menendang tulang keringnya. “Kau mau aku membunuhmu saat ini juga?” bentaknya, lalu ia melayangkan tinjunya dengan keras ke kepala Arthur kemudian dia merunduk, tetapi pukulan itu sempat mengenai ke bagian rahangnya. Sakit yang dirasakan Arthur saat ini jauh melebihi ketakutannya. Dia menjerit, tapi kemudian sebuah pukulan dia menghantam kepalanya. "Satu jeritan lagi dan aku akan 100



membunuhmu!" teriak pembunuh itu marah. “Kita akan mencari tempat yang sepi dan kau harus bicara kepadaku. Aku ingin penjelasan.” Kata pembunuh itu Tiba - tiba terdengar suara DuQuelle menggema di aula yang kosong itu. "Dia hanya seorang bocah yang menyamar, hanya untuk bisa melihat Sang Ratu. Teruskanlah, bunuh saja dia.” Kata DuQuelle Dalam benak Arhur bahwa begini kejadiannya? Dia berharap DuQuelle akan membantunya. Tapi, ada hal yang membuatnya harus bersiap – siap dari sekarang, laki - laki itu justru akan mengirimkannya pada kematian. Arthur memikirkan Alice, memikirkan James, tapi yang paling memikirkan adalah keluarganya. Arhur merasa lega karena keluarganya tidak akan pernah tahu apa yang terjadi.



Arthur mendengar suara “klik” dari arah DuQuelle saat pembunuh itu mengokang senjatanya. Detik berikutnya, sebuah suara membuat Arthur bertindak dia memindahkan tubuh pembunuh itu ke arah DuQuelle, sesuai dugaannya DuQuelle langsung menembak berhasil membunuh pembunuh itu. Tapi terdengar suara tembakan berasal dari rekan pembunuh yang saat itu bersama MacKenzie, mengenai DuQuelle ke tangannya kemudian DuQuelle langsung menembak mengenainya tepat pada jantungnya,



101



Ruangan dengan darah membuat Arthur merasa takut tapi dia menelannya, dia maju mencoba membantu DuQuelle. Arthur melihat si oembunuh itu “Kemarahannya sudah lenyap,” pikir Arthur. Wajah pembunuh itu tampak sedang berusaha keras menghadapi rasa sakit dan ajal yang menjemputnya. DuQuelle memungut tongkat kayu eboninya, lalu mendorong tubuh laki - laki itu hingga terlentang. Gelembung darah tampak membusa di mulutnya saat dia berusaha berbicara. “Tidak ada lagi yang perlu dikatakan saat ini,” gumam DuQuelle dengan nada lembut dan menenangkan. “Kau telah gagal. Rencanamu telah gagal. Sekarang, kau akan meninggalkan kami. Ya Tuhan.. aku tahu ke mana kau akan pergi nanti.” Kata DuQuelle. Pembunuh itu mulai kehilangan kekuatannya untuk bertahan hidup, sorot matanya berubah dari ketakutan menjadi sorot anak kecil. Dia terisak - isak. "Sudahlah, sudah,” ujar DuQuelle. Lagi-lagi suaranya terdengar lembut dan menenangkan, dia mulai tertawa lembut. “Kau tampak terkejut mendengar aku mengucapkannya. Ya, ada banyak hal tentangku yang akan membuatmu terkejut. Tapi, di saat - saat terakhir hidupmu, sangat tidak pantas kalau aku membicarakan tentang diriku sendiri. Dan, Cara kematian ini sungguh tidak menyenangkan, tenggelam dalam genangan darahmu sendiri. Jadi, aku akan mengatakannya dengan Singkat.” Ucap DuQuelle. Rencana membunuh target sang Ratu telah selesai. Kabar mengenai kejadian itu telah menyebar dimana – 102



dimana. Penyelidikan berhasil menangkap MacKenzie yang sudah lama menipu semua keluarga dan mayat – mayat pembunuh yang berhasil dikalahkan oleh DuQuelle sudah diamankan. Pangeran Albert dan Ratu begitu terkejut apa yang sebenarnya terjadi dari pihak berwajib dan Alice. DuQuelle merasa bersalah dengan perlakuannya kepada Alice ia hanya berpikir kalau dia itu bagaikan produk gagal ternyata tepat berada di hadapannya di acara Alice merupakan anak yang paling berani menurutnya di bandingkan saudara – saudarinya yang lain, rela mengorbankan nyawanya demi ibunya yang tercinta. Keberadaan Arhur mulai di ketahui sedikit oleh beberapa orang di Kerajaan Buckingham. Tiga hari setelah pembunuhan itu, para trio berkumpul di kamarnya Alice, akan tetapi , Alice merasa dia adalah anak yang payah, tidak bisa melakukan apa – apa, bukan anak yang lebih baik dibandingkan Arthur dan James yang Sudah berusaha menyelamatkan Ratu Victoria, Alice berkata dengan kesedihannya yang keluar “Maafkan aku, maafkkan aku, aku begitu kurang membantu semua orang. Maaf atas ketidakmampuanku yang kumiliki,” kata Alice. Kemudian Arthur dan James mencoba menceriakan Alice, “Alice dengarkan aku, kau bukanlah orang yang payah aku tak pernah memikirkan bahwa dirimu seperti itu. Justru diantara kami… tidak diantara semua orang di Istana kaulah orang yang paling berani, kau rela 103



mengorbankan nyawamu untuk melindungi ibu,” kata Arthur “Dia benar Tuan Putri kaulah yang paling berani diantara kami semua. Tidak ada hal yang paling berani selain menyelamatkan orang yang kau sayangi,” ucap James. Kesedihan Alice mereda, dia merasa sangat bersyukur mempunyai orang - orang yang begitu peduli dengannya Ada hal yang membuat hati Arthur sadar selama ini, dirinya menjadi orang yang berubah, berkat sahabat – sahabatnya yang dia belum pernah ia miliki selama hidupnya, dia berubah menjadi orang yang lebih baik. Dia sangat bersyukur dirinya dapat berubah dan mempelajari pelajaran hidup yang begitu berarti baginya walau mungkin tidak ada jalan kembali lagi menu. Anak trio itu berpelukan bersyukur atas persahabatan dan keselamatan yang mereka lalui. Kesenangan berubah keanehan Arthur yang sedang berpelukan dengan teman – temannya menjadi dia sedang berada kasur nya bersama dengan surat yang dia pegang. Arthur terkejut akan hal itu “Apa… yang terjadi? Bagaimana aku bisa kembali?” pikir Arthur. Dia sangat kebingungan bagaimana dia bisa kembali dia sempat berpikir apakah ini hanya mimpi selama ini? Tapi Arthur berpikir dengan kepala dingin sambil dengan mengeluarkan air mata yang senang juga bersyukur, “Mimpi, nyata atau tidak terimakasih Alice, James kalian telah memberikanku dorongan yang begitu berarti.



104



Kalian berdua akan selalu ada di hatiku.” Kata Arthur. Dia menemukan suara di hatinya.



TENTANG PENULIS



105



Muhammad Imtiyaaz Nur, lahir dari 3 bersaudara anak kedua, tanggal 13 Agustus 2004. Masih duduk di kelas XII SMA. Menulis bukan kali pertama dilakukan, tapi bentuk novel, yang pertama. Lebih suka menggambar realize, dan animasi. Meskipun demikian, berusaha optimal dalam menuliskan novel ini.



106