OA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS (OA)



OLEH Kelompok : 1 1. I GST AYU YULI TRISNA SARI 2. SANG AYU MADE MELATI SUKMA 3. AGUSTINA DE ALMEIDA 4. ALLDO WIJAYA KUSUMA 5. GUSTI AYU AGUNG YASINTA F.R 6. KOMANG MEGA ADI PRATIWI 7. NI KADEK ARI SANTI 8. NI WAYAN DESRI ARSARINI 9. NI WAYAN JUNIASIH 10. PUTU YUDI PRADNYANA



(16.321.2441) (16.321.2531) (17.321.2711) (17.321.2712) (17.321.2717) (17.321.2724) (17.321.2726) (17.321.2754) (17.321.2755) (17.321.2761)



PROGRAM STUDIILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS (OA)



A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Nanda NicNoc,2012). Osteoarthritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi ( Soenarwo, 2011). Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). 2. Etiologi 1) Faktor Predisposisi Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala, meliputi: a. Umur Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. b. Pengausan Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. c. Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan d. Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. e. Keturunan Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. f. Akibat penyakit radang sendi lain



Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang. g. Joint mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi. h. Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun. i. Deposit pada rawan sendi Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi. 2) Faktor Presipitasi a. Demografi Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan. 3. Klasifikasi Osteoartritis diklasifikasikan menjadi: 1) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis. 2) Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur. 4. Manifestasi Klinis



Osteoarthritis (OA) dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut. 1) Nyeri Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan



pada



sumsum



tulang,



fraktur



daerah



subkondral,



tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat. 2) Kekakuan Sendi Kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi. 3) Krepitasi Sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan. 4) Pembengkakan Pembengkakan



pada



tulang



biasa



ditemukan



terutama



pada



tangan sebagai nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif. 5) Deformitas Sendi Pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut. 5. Patofisiologi Osteoarthritis biasanya disebabkan oleh umur, pengausan, genetic, suku, joint malligment, obesitas, trauma, akibat penyakit sendi lain (peradangan), defosit rawan sendi, dan penyakit endokrin. Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme pada tulang rawan sendi. Dalam hal ini termasuk sendi lutut. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang bersifat merusak makromelekul matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sinetensi



proteoglikan dan kolagen. Proses ini mengakibatkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago articular akan dihasilkan



suatu



reaksi



inflamasi



yang



merangsang



makrofag



menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler. Gambaran utama pada osteoarthritis adalah : 1. 2. 3. 4. 5.



Destruksi kartilago yang progresif Terbentuknya kista subarticular Sclerosis di sekitar tulang Terbentuknya osteofit atau pembentukan tulang baru Terbentuknya fibrosis kapsul Perubahan dari struktur proteoglikan mengakibatkan tingginya



resistensi dari tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh-pengaruh yang lain yang membebani persendian. Penurunan kekuatan dari tulang rawan disertai oleh perubahan yang tidak sesuai dari kolagen. Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat permukaan tulang rawan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi. Pada tepi sendi akan menimbulkan respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan osteofit. Pembentukan tulang baru dianggap suatu respon fisiologis untuk memperbaiki dan membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang didapat menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi. Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena. Namun ternyata peningkatan tekanan yang terjadi melebihi kekuatan biomekanik tulang. Sehingga



tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan invasi vascular, akibatnya tulang menjadi tebal dan padat. Proses ini dinamakan eburnasi yang akhirnya mengakibatkan sclerosis tulang subkondral. Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas. Melihat adanya proses kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi, maka osteoarthritis dapat dianggap sebagai kegagalan sendi yang progresif. Jadi, secra ringkas osteoarthritis adalah radang sendi akibat ausnya tulang persendian karena sering dipakai, kerusakan rawan sendi disertai tulang baru, kandungan cairan synovial dalam kartilago akan menurun sehingga proteoglikan juga menurun. Karena efek pelindung proteoglikan menurun, jaringan kolagen pada kartilago akan mengalami degradasi dan kemudian kembali mengalami degenerasi. 6. Pathway (Terlampir) 7. Pemeriksaan Diagnostik (Penunjang) 1) Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat ditemukan adalah a. Pembengkakan jaringan lunak b. Penyempitan rongga sendi c. Erosi sendi d. Osteoporosis juksta artikuler 2) Tes Serologi a. BSE Positif b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis 3) Pemeriksaan radiologi a. Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis 4) Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. 8. Penatalaksanaan



Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi



yang



diberikan meliputi



fisioterapi,



pertolongan ortopedi,



farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi. 1) Terapi Konservatif Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,



pengaturan



gaya



hidup,



apabila



pasien



termasuk



obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang). 2) Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot, elektroterapi. 3) Pertolongan ortopedi Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi. 4) Farmakoterapi a. Analgesik / anti-inflammatory agents COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: a) Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi dibutuhkan dosis 12002400mg sehari. b) Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2 x 250-375mg sehari. Bila perlu diberikan 2 x 500mg sehari. b. Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg. c. Asam hialuronat d. Kondroitin sulfat e. Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan diabetes yang telah hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam hialuronat,



lavage



(pencucian



sendi),



injeksi kortikosteroid



dipercaya secara signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan. 5) Non Farmakoterapi a. Edukasi Memberitahukan tetang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat digunakan. b. Menurunkan BB Berat badan berlebih merupakan faktor resiko dan faktor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal. c. Terapi fisik dan Rehabilitasi medik/fisioterapi a) Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungu sendi yang sakit. b) Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan menambah luas pergerakan sendi. 6) Pembedahan a. Artroskopi merupakan prosedur minimal



operasi



dan



menyebabkan rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2. b. Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus. c. Autologous chondrocyte transplatation (ACT) d. Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010). B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan



terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab. 2) Status Kesehatan a. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan apakah klien sudah pernah di rawat di Rumah Sakit dengan keluhan osteoarthritis atau penyakit lainnya. d. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan apakah keluarga klien mempunyai riwayat penyakit keluarga, misalnya hipertensi dan diabetes. 3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini. b. Pola Metabolik-Nutrisi Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan. c. Pola Eliminasi Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain. Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna , bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain. d. Gerak dan Aktivitas Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar



mandi), Mandiri bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga). e. Pola Istirahat-Tidur Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk. f. Pola Persepsi-Kognitif Kaji pasien mengenai : a) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, peraba). b) Penggunaan alat bantu indra c) Persepsi ketidak nyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprahensif) d) Keyakinan budaya terhadap nyeri e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan) g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri Kaji pasien mengenai : a) Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari kelemahan yang dimiliki c) Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh d) e) f) g)



( yang disukai dan tidak) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri,



murung, tidak mau berinteraksi) h. Pola hubungan-Peran Kaji pasien menganai: a) Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman b) c) d) e) f) g) h)



kerja Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran Efek terhadap status kesehatan Pentingnya keluarga Struktur dan dukungan keluarga Pola membesarkan anak Hubungan dengan orang lain Orang terdekat dengan klien



i) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan i. Pola Reproduksi-seksualitas Kaji pasien mengenai : a) Masalah atau perhatian seksual b) Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri c) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan, sentukan dll) d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi e) Efek terhadap kesehatan f) Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah, rectum) j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping Kaji pasien mengenai : a) Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini b) Tingkat stress yang dirasakan c) Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress d) Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan keefektifannya e) Strategi koping yang biasa digunakan f) Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress g) Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga k. Pola Keyakinan-Nilai Kajia pasien mengenai : a) Latar belakang budaya atau etnik b) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik 4) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini: a. Keadaan umum : komplikasi steroid, berat badan. b. Tangan : meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan c. Lengan : Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila. d. Wajah : periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar



e. Mulut : (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan iritasi. f. Leher : adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal. g. Toraks : Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral). Paru- paru (adanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan) h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik i. Panggu dan lutut : tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula spinalis. j. Kaki : efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior. k. Urinalisis : untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah. 2. Analisa Data Data dasar adalah kumpulan data yng berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data focus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di laksanakan terhadap klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien. 3. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal 2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan sendi 3) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal 4) Deficit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi 5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi



4. Intervensi No 1



Diagnosa Nyeri kronis



Tujuan dan Kriteria



Intervensi



Hasil SLKI : Tingkat Nyeri SIKI



:



Manajemen



Setelah



dilakukan Nyeri 1. Identifikasi asuhan keperawatan local, selama … x 24 jam karakteristik, diharapkan tingkat durasi, nyeri berkurang, frekuensi, dengan KH : 1. Keluhan nyeri kualitas, berkurang (skala nyeri 13) 2. Pasien tampak tidak meringis 3. Pasien tampak tidak gelisah



inversitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon



nyeri



non verbal 4. Identifikasi factor



yang



memperberat dan memperingan nyeri 5. Berikan teknik nonfarmakologi s



untuk



mengurangi rasa nyeri



(mis.



Hypnosis, akupresur, terapi music) 6. Control lingkungan yang



memperberat rasa nyeri (mis. Suhu



ruangan,



pencahayaan, kebisingan) 7. Fasilitasi istirahat



dan



tidur 8. Jelaskan penyebab, periode



dan



pemicu nyeri 9. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 10. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 11. Kolaborasi pemberian analgetik, 2



Gangguan Mobilitas Fisik



jika



perlu : Dukungan



SLKI : Mobilitas Fisik SIKI Setelah dilakukan Mobilisasi asuhan keperawatan 1. Identifikasi selama … x 24 jam



adanya



diharapkan



atau



fisik



mobilitas meningkat,



dengan KH : 1. Pergerakan ekstremitas



nyeri keluhan



fisik lainnya 2. Monitor frekuensi jantung



dan



meningkat 2. Kekuatan otot meningkat 3. Rentang gerak(RO M) meningkat



tekanan



darah



sebelum memulai mobilisasi 3. Monitor kondisi umum



selama



melakukan mobilisasi 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan



alat



bantu 5. Libatkan keluarga untuk membantu pasien



dalam



meningkatkan pergerakan 6. Jelaskan tujuan dukungan prosedur mobilisasi 7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang 3



Defisit Perawatan Diri



harus dilakukan SLKI : Perawatan Diri SIKI : Dukungan Setelah dilakukan Perawatan Diri asuhan keperawatan 1. Identifikasi selama … x 24 jam



kebiasaan



diharapkan perawatan



aktivitas



diri



perawatan



meningkat,



dengan KH : 1. Kemampuan



diri



sesuai usia 2. Monitor tingkat



mandi meningkat 2. Kemampuan mengenakan pakaian



kemandirian 3. Siapkan keperluan pribadi 4. Fasilitasi kemandirian,



meningkat 3. Kemampuan



bantu jika tidak



makan



mampu



meningkat 4. Kemampuan ke



toilet



melakukan perawatan diri 5. Anjurkan



(BAB/BAK)



melakukan



meningkat 5. Minat



perawatan



secara konsisten



melakukan



sesuai



perawatan diri 4



Deficit Pengetahuan



SLKI



diri



kemampuan



meningkat : Tingkat SIKI



:



Edukasi



Pengetahuan Kesehatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi asuhan



keperawatan



kesiapan



dan



selama … x 24 jam



kemampuan



diharapkan



menerima



tingkat



pengetahuan meningkat,



dengan



KH : 1. Verbalisasi minat



dalam



belajar meningkat 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang topik



suatu



informasi 2. Sediakan materi dan



media



pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya 5. Jelaskan factor



meningkat 3. Perilaku sesuai dengan



resiko



yang



dapat mempengaruhi



pengetahuan meningkat



kesehatan 6. Ajarkan perilaku



5



Ansietas



SLKI



bersih dan sehat Tingkat SIKI : Reduksi Ansietas 1. Identifikasi saat



:



Ansietas Setelah asuhan



dilakukan keperawatan



selama … x 24 jam diharapkan ansietas



hidup



tingkat menurun,



dengan KH : 1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Verbalisasi



tingkat ansietas berubah



(mis.



Kondisi, waktu, stressor) 2. Monitor tandatanda



ansietas



(verbal dan non verbal) 3. Ciptakan suasana



khawatir akibat



terapeutik untuk



kondisi yang di



menumbuhkan



hadapi



kepercayaan 4. Pahami situasi



menurun 3. Perilaku



yang membuat



gelisah



ansietas 5. Motivasi



menurun 4. Perilaku



mengidentifikas



tegang



i situasi yang



menurun 5. Konsentrasi pola



tidur



memicu kecemasan 6. Informasikan



membaik (6-8



secara



jam/perhari)



mengenai



factual



diagnosis, pengobatan dan



prognosis 7. Anjurkan melakukan kegiatan



yang



tidak kompetitif, sesuai kebutuhan 8. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 9. Latih teknik relaksasi 10. Kolaborasi pemberian obat antiansientas, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI