12 0 340 KB
LO 2 Jakaria, Jekson, Regina, Sandra Jenis – Jenis Obat Antihipertensi Pada Penderita Asma Pada pasien dengan asma, beta-blockers dapat menyebabkan peningkatan obstruksi bronkus dan reaktivitas saluran napas, dan resistensi terhadap efek inhalasi. Beta-blockers yang selektif, misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta-1, tetapi tidak spesifik untuk reseptor beta-1 saja oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat asma dan bronkhospasme harus hati-hati. Beta-blocker yang non-selektif (misalnya propanolol) memblok reseptor beta-1 dan beta-2. Blokade reseptor beta-2 pada bronkhi dapat mengakibatkan bronkhospasme. Diuretik dapat digunakan sebagai obat antihipertensi pada penderita asma namun ditemukan potensi terjadinya hipokalemi pada penderita asma pengguna ß-2-receptor agonis. Pengobatan hipertensi dengan menggunakan obat golongan ace inhibitor memiliki efek samping yang batuk, Batuk ini biasanya digambarkan sebagai kering, mengganggu, dan terus-menerus tapi jarang produktif. Batuk juga hadir sebagai gejala dari asma. Tabel 1. Jenis-Jenis Obat Antihipertensi
Jenis-jenis obat antihipertensi yang memiliki tingkat keamanan baik yang dapat digunakan pada terapi farmakologi hipertensi dengan asma antara lain sebagai berikut: a.
Calcium Channel Blockers (CCB) CCB efektif sebagai terapi pertama, khususnya pada pasien dengan kontraindikasi
terhadap diuretika dan antagonis beta adrenergik. CCB berguna sebagai alternatif pada pasien dengan kontraindikasi dengan beta adrenergik, misalnya pada asma. Selain efektif menurunkan tekanan darah, CCB juga memiliki kelebihan menentang kontraksi otot di otot polos trakeobronkial, menghambat degranulasi sel mast, dan mungkin memperkuat efek bronkodilator agonis beta. Nifedipine, misalnya, dapat melawan efek bronkokonstriksi antigen, histamin, atau tantangan udara dingin. Tabel 2. Jenis-jenis obat CCB
Tabel 3. Dosis obat CCB Obat Nifedipin
Dosis (mg)
Frekuensi/hari 3-4 x
Nifedipin (Long acting)
30-60
1x
Amlodipin
2,5-10
1x
Felodipin
2,5-20
1x
Isradipin
2,5-10
2x
Nicardipin
Sediaan Tab 10 mg Tab 30 mg Tab 60 mg Tab 90 mg Tab 5 mg Tab 10 mg Tab 2,5 mg Tab 5 mg Tab 10 mg Tab 2,5 mg Tab 5 mg Cap 20 mg
b.
Nicardipin SR
60-120
2x
Nisoldipin
10-40
1x
Verapamil
80-320
2-3 x
Diltiazem
90-180
3x
Diltiazem SR
120-540
1x
Verapamil SR
240-480
1-2 x
Cap 30 mg Tab 30 mg Tab 40 mg Tab 60 mg Ampul 2,5 mg/ml Tab 10 mg Tab 20 mg Tab 30 mg Tab 40 mg Tab 40 mg Tab 80 mg Tab 120 mg Ampul 2,5 mg/ml Tab 30 mg Tab 60 mg Ampul 50 mg Tab 90 mg Tab 180 mg Tab 240 mg
Angiotensin Receptor Blockers Angiotensin Receptor Blockers tidak muncul sebagai penginduksi terjadinya batuk.
Leih jauh ditemukan diantara pasien dengan gejala asma, suatu studi menemukan tidak ada peningkatan batuk dan hiperreaktivitas bronkus. Para penulis menyimpulkan bahwa obat ini mungkin memiliki profil keamanan pada penderita asma mirip dengan calcium channel blockers. Tabel 4. Dosis obat ARB
c.
Sympathetic Blockers Clonidine dan agonis alpha-2-reseptor lainnya (metildopa, guanabenz) harus digunakan
dengan hati-hati pada penderita asma. dosis oral agen ini tidak mengubah aliran udara awal pada penderita asma, tetapi mereka meningkatkan reaktivitas bronkial.
Referensi: Bell K., Pharm., Olin B.R et al. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Continuing Education. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Diakses dari: www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf Weiberger S.E., Kaplan N.M. 2011. Treatment of Hypertension in Asthma and COPD. UpToDate.
Access
on:
February
23
2016.
URL:
http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?30/48/31501/abstract/18