Obat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id OBAT (BIOMEDIK FARMAKOLOGI) By: Raden Sanjoyo – D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Halaman 1. Obat dan Peran Obat dalam Pelayanan Kesehatan…………………. 2 a. Pengertian Obat………………………………………………… 2 b. Bahan Obat / Bahan Baku……………………………………… 2 c. Obat Tradisional……………………………………………….. 3 d. Penggolongan Obat……………………………………………. 3 e. Peran Obat……………………………………………………… 4 2. Parameter-parameter Farmakologi………………………………… 5 a. Farmakokinetika……………………………………………….. 5 b. Farmakodinamika……………………………………………… 8 3. Macam-macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya………… 11 • Bentuk-bentuk Obat serta Tujuan Penggunaannya…………….. 11 • Cara Pemberian Obat serta Tujuan Penggunaannya…………… 14 • Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan…………………………….. 16 4. Terapi Obat pada Pasien-pasien Khusus…………………………… 17 a. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Hamil…………………… 17 b. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Menyusui………………. 17 c. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Anak…………………… 18 d. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Lansia…………………... 19 e. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan Hati 20 5. Penggolongan Obat pada Saluran Cerna…………………………… 21 6. Penggolongan Obat pada Saluran Pernafasan……………………… 26 7. Penggolongan Obat pada Antibiotika……………………………… 20 8. Pengetahuan Farmakologi (obat) bagi Rekam Medis………………. 35 REFERENSI……………………………………………………………. 37 1 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



1. Obat dan Peran Obat dalam Pelayanan Kesehatan a. Pengertian Obat Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduanpaduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia) Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). Obat merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh. Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis, menyembuhkan, mencegah suatu penyakit. b. Bahan Obat / Bahan Baku Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan



2 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Produk ruahan merupakan tiap bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi oabt jadi. c. Obat Tradisional Merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. d. Penggolongan Obat Obat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung. 2) Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin. 3) Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat darah rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat ulkus lambung. Obat golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek dengan resep dokter.



3 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



4) Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah. Obat Narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh di Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam bidang kesehatan, obatobat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. e. Peran Obat Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut: 1) Penetapan diagnosa 2) Untuk pencegahan penyakit 3) Menyembuhkan penyakit 4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan 5) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu 6) Peningkatan kesehatan 7) Mengurangi rasa sakit



4 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



2. Parameter-parameter Farmakologi a. Farmakokinetika Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak seperti yang terlihat pada gambar 1.1 dibawah ini. Gambar 1.1. Berbagai proses farmakokinetika obat 1) Absorpsi dan Bioavailabilitas Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi



5 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



sistemik dalam bentuk utuh/aktif. Ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau memberikannya bersama makanan. 2) Distribusi Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh



6 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein. 3) Biotransformasi / Metabolisme Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir. Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim nonmikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma. 4) Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3



7 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosis atau interval pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik. b. Farmakodinamika Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru. 1) Mekanisme Kerja Obat Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai



8 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis. 2) Reseptor Obat Struktur kimia suatu obat berhubunga dengan afinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya. Pengetahuan mengenai hubungan struktur aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu. Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain membentuk sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons. 3) Transmisi Sinyal Biologis Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkan suatu respons seluler fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimulai dengan pendudukan reseptor yang terdapat di membran sel atau di dalam sitoplasmaoleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh, transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, TRH, LH. Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal), tiroksin, vit. D. 4) Interaksi Obat-Reseptor Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim, biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Waals), dan jarang berupa ikatan kovalen.



9 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



5) Antagonisme Farmakodinamika Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme, yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya dikurangi atau ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang efeknya dipengaruhi oleh obat lain disebut obat objek, sedangkan obat yang mempengaruhi efek obat lain disebut obat presipitan. 6) Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel. 7) Efek Obat Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah laku organisme hidup akibat kerja obat.



10 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



3. Macam-macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya • Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut: a. Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. b. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. c. Tablet (Compressi) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. 1) Tablet Kempa �paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan 2) Tablet Cetak �dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan. 3) Tablet Trikurat �tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan 4) Tablet Hipodermik �dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral. 5) Tablet Sublingual �dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah. 6) Tablet Bukal �digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi. 7) Tablet Efervescen �tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.



11 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



8) Tablet Kunyah �cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak. d. Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu. e. Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu: 1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak 2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari 3) Lebih enak dipandang 4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar. 5) Mudah ditelan. f. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit). g. Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral



12 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering. h. Emulsi Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. i. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari. j. Extractum Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. k. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. l. Immunosera (Imunoserum) Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen. m. Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.



13 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



n. Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu: 1) Penggunaan lokal �memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid. 2) Penggunaan sistemik �aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik. o. Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata). p. Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut. • Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut: a. Oral Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak



14 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai. b. Sublingual Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta) c. Inhalasi Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung. Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan. d. Rektal Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat. e. Pervaginam Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.



15 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



f. Parentral Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi). Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi. g. Topikal/lokal Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep. h. Suntikan Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta dibutuhkan kerja cepat. • Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan Cara Pemberian Oral Sublingual Parentral Epikutan/transdermal Konjungtival Introakular/intraaural Intranasal Intrarespiratori Rektal Vaginal



Bentuk Sediaan Utama Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir, suspensi, magma, jel, bubuk Tablet, trokhisi dan tablet hisap Larutan, suspensi Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio, tempelan transdermal, cakram, larutan, dan solutio Salep Larutan, suspensi Larutan, semprot, inhalan, salep Erosol Larutan, salep, supositoria Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan, supositoria, spon Larutan, supositoria



Uretral http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id 4. Terapi Obat Pada Pasien-pasien Khusus Farmakoterapi merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari obat untuk mencegah, menegakkan diagnostik, menyembuhkan penyakit, memulihkan (rehabilitasi) kesehatan, namun juga untuk mencegah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu (misal: penggunaan obat-obat KB, anastetika umum (hilangnya kesadaran dan respon aktif (nyeri), fisiologi berubah, sehingga dioperasi tidak sakit)). Tujuan terapi adalah untuk menyembuhkan, mengurangi rasa sakit, menghindari komplikasi, serta memperpanjang masa hidup. a. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Hamil. Penggunaan obat dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi atau mempengaruhi janin, apabila obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil tembus ke placenta. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperoleh ibu diharapkan lebih besar dibanding resiko pada janin. Sedapat mungkin dihindari penggunaan segala jenis obat pada trimester pertama kehamilan



Bila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yang paling aman. Obat harus diresepkan pada dosis efektif yang terendah dan untuk jangka waktu pemakaian yang sesingkat mungkin. b. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Menyusui Obat yang diminum ibu menyusui dapat menembus air susu sehingga diminum/terminum oleh bayi. Misal, wanita gondok �minum obat �menyusui tidak dihentikan �anak kerdil Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian obat harus dilanjutkan. Jika penggunaan obat diperlukan, pakailah obat dengan efek samping teraman, terutama obat-obatan yang memiliki ijin untuk digunakan pada bayi.



17 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



Apabila menggunakan obat selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi. Mungkin dapat dianjurkan kepada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui. c. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Anak Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat menjadi racun dalam darah (mempengaruhi organ hati dan ginjal). Pada hati, enzim-enzim belum terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termotabolisme dengan baik, mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak. Pada ginjal, bayi berumur 6 bulang, ginjal belum belum efisien mensekresikan obat sehingga mengakibatkan konsentrasi yang tinggi di darah anak. Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa berukuran kecil. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggungjawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Dengan memahami perbedaan tersebut akan membantu farmasis klinis dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan dosis, misalnya dalam pengusulan dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberian obat yang berbeda antara anak-anak dengan orang dewasa. Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk ditentukan. Pemanfaatan pengalaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yang paling sesuai untuk bayi maupun anak-anak. Pemakaian obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan pada anak, walaupun sering dijumpai, harus dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa keamanan pasien diutamakan. Penyuluhan kepada pasien anak-anak maupun pengasuhnya dalam bahasa yang mudah



18 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan. d. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Lansia Terdapat perubahan-perubahan fungsi, kemampuan organ menurun, dosis dalam darah meningkat sehingga menjadi racun, serta laju darah dalam ginjal menurun. Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi, dan sosiologi. Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalam penatalaksanaan obat. Farmasis sebaiknya perlu memiliki pengetahuan menyeluruh tentang perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik yang muncul. Peresepan yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan problem utama dalam terapi dengan obat pada pasien lanjut usia. Keahlian klinis farmasis, termasuk evaluasi terhadap pengobatan, dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dalam bidang ini. Tujuan terapi obat pada pasien lanjut usia harus ditetapkan dalam rangka mengoptimalkan hasil terapi. Perbaikan kualitas hidup, titrasi dosis, pemilihan obat, dan bentuk sediaan obat yang tepat serta pengobatan penyebab penyakit bukan sekedar gejalanya merupakan semua tindakan yang sangat diperlukan. Efek samping obat lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia. Pasien lanjut usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat. Hal ini berpengaruh secara bermakna terhadap segi finansial seperti halnya implikasi teraupetik. Kepatuhan penggunaan obat sering kali mengalami penurunan karena beberapa gangguan pada lanjut usia. Kesulitan dalam hal membaca, bahasa, mendengar dan ketangkasan, semuanya dapat berperan dalam masalah ini.



19 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



e. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan Hati Terjadi karena karena terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal. Uji fungsi ginjal hanya menggambarkan penyakit secara kasar/garis besar, dan lebih dari setengah bagian ginjal harus mengalami kerusakan sebelum terlihat nyata bukti kejadiannya gangguan ginjal. Bentuk gangguan ginjal yang paling sering diakibatkan oleh obat adalah interstitial nefritis dan glomerulonefritis. Penggunaan obat apa pun yang diketahui berpotensi menimbulkan nephrotoksisitas sedapat mungkin harus dihindari pada semua penderita gangguan ginjal. Pada gagal ginjal, distribusi obat dapat berubah karena terjadi fluktuasi derajat hidrasi atau oleh adanya perubahan pada ikatan protein. Akan tetapi perubahan ikatan protein akan bermakna secara klinis apabila: 1) Lebih dari 90% jumlah obat dalam plasma merupakan bentuk terikat protein. 2) Obat terdistribusi ke jaringan harus dalam jumlah yang kecil. Ekskresi adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh oleh gangguan ginjal. Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakit ginjal , maka klirens obat yang terutama tereliminasi melalui mekanisme ini akan menurun dan waktu paruh obat dalam plasma menjadi lebih panjang. Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal dapat menjadi lebih peka terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak terganggu. Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguan ginjal, yang biasanya dinyatakan dalam istilah laju filtrasi glomeruler (LFG). Perubahan dosis yang paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau memperpanjang interval pemberian obat, atau kombinasi keduanya.



20 http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id



5. Penggolongan Obat pada Saluran Pencernaan a. Antitukak Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, deudenum, esofagus bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi (setelah bedah lambung). Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi), dan mencegah kambuh. Golongan dari Antitukak adalah sebagai berikut: No Golongan Zat Aktif Kode Brand Name (Nama ICOPIM Generic) Antasida Aluminuim 7-300 Hidroksida 7-309 1. • Dexanta Antasida • Promag DOEN • Waisan Magnesium Karbonat



7-301 • Simeco • Saclon • Neoglumin



Magnesium Trisilikat



7-303 • Neomag • Homag • Sanmag



Magnesium Hidrotalsit



7-302 • Talsit • Waisan Forte



Natrium Bikarbonat • Antimaag 2.



Antagonis Reseptor H2



Cimetidin



7-308 • Sanmetidin • Tagamet • Ulsikur



Fomatidin • Facid • Famocid • Gaster Nizatidin • Axid Ranitidin • Graseric • Radin • Rantin Antimuskarinik



Pirenzepin



3.



yang Selektif



4.



Khelator dan Senyawa Kompleks



• Gastrozepin • Pirenzepin Trikalium Disitratobismutat



• De-Nol



Sukralfat • Inpepsa



η τ τ π ://ω ω ω .ψ ο ψ ο κ ε .ω ε β .υ γ µ .α χ .ι δ Ulcron • Ulcumaag 5.



Analog Prostaglandin



Misoprostol



6.



Penghambat Pompa Proton



Omeprazole



Lansoprazol



Cytotec Lambuzol • Loklor • Losec



Betalans • Laz • Prosogan



Pantoprazol



Pantozol



b. Antispasmodik Antispasmodik merupakan dolongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot polos. Termasuk dalam kelas ini adalah senyawa yang memiliki efek antikolinergik (lebih tepatnya antimuskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin tertentu. Golongan dari Antipasmodik adalah sebagai berikut: No Golongan Zat Aktif Kode Brand Name (Nama ICOPIM Generic) Antimuskarinik Atropin Sulfat 7-110 1. Ekstrak Beladona Hiosin Butilbromida



7-110 7-111 • Buskopan • Buskopan Plus • Gitas



Propantelin Bromida



7-112 • ProBanthine



2.



Antispasmodi k lain



Mebeverin Hidroklorida



Stimulan Motilitas



7-511 • Duspatalin Cisaprid



3. b. Antispasmodik Antispasmodik merupakan dolongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot polos. Termasuk dalam kelas ini adalah senyawa yang memiliki efek antikolinergik (lebih tepatnya antimuskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin tertentu. Golongan dari Antipasmodik adalah sebagai berikut: No Golongan Zat Aktif Kode Brand Name (Nama ICOPIM Generic) Antimuskarinik Atropin Sulfat 7-110 1. Ekstrak Beladona Hiosin Butilbromida



7-110 7-111 • Buskopan • Buskopan Plus • Gitas



Propantelin Bromida



7-112 • ProBanthine



2.



Antispasmodi k lain



Mebeverin Hidroklorida



7-511



Stimulan Motilitas 3.



http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id Asam Pipemidat • Impresial • Urinter • Urixin Ofloksasin • Akilen • Betaflox • Danoflox Norfloksasin • Amanita • Lexinor • Nopratik Ciprofloksasin • Baquinor • Bernoflox • Bidiprox Pefloksasin • Peflacine Fleroksasin



• Duspatalin Cisaprid



• Quinodis Sparfloksasin • Zagam Levofloksasin • Cravit • Reskuin 7.



Sulfonamide Trimetoprim (6-109) dan Trimetropim (6-148) 6-193



Cotrimoksazol



6-148 • Tobyprim • Trisoprim



• Abatrim • Bactoprim • Bactricid Sulfadiazin Sulfadimidin Sulfasalazin



6-102 6-102 6-105 • Sulcolon 8.



Antibiotik Lain



Kloramfenikol • Camicetine • Chloramex • Colme



Tiamfenikol • Biothicol • Comthycol • Corsafen Klindamisin • Albiotin • Ancrocid • Cindala Linkomisin



6-039 • Biolincom • Lincobiotic • Lincocin



Vankomisin



6-081 • Ladervan



Spektinomisin



6-069 • Trobicin



Kolistin • Colistine



Penyalahgunaan Obat dan Penggunaan Zat Terlarang DEFINISI Penggunaan zat terlarang diantara para remaja terjadi pada kisaran dari coba-coba hingga ketergantungan. Cakupan konskwensi dari tidak ada sampai mengancam nyawa, tergantung kepada zat-zat terlarang tersebut, keadaan, dan frekwensi pada penggunaannya. Meskipun begitu, bahkan penggunaan yang tidak rutin bisa menghasilkan bahaya yang berarti, seperti



Membe Email



:



Password :



kelebihan dosis, kecelakaan kendaraan bermotor, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun percobaan dan pemakaian yang tidak rutin sering terjadi, ketergantungan obat tetap mengancam.



Sign-Up



Alkohol adalah zat terlarang yang paling sering digunakan oleh para remaja. Sekitar 80% anak sekolah menengah ke atas dilaporkan mencoba alkohol; beberapa terlibat dalam pesta minuman keras, yang didefinisikan melakukan lebih dari lima kali minum tidak putus. Terdapat faktor resiko untuk apakah seorang remaja akan mencoba alkohol. Keturunan bisa Ingin mendap menjadi sebuah faktor, remaja yang memiliki anggota keluarga yang alkoholik harus berhati- Medicastore? hati terhadap resiko tersebut. Remaja yang teman dan saudara kandungnya minum berlebihan dapat berfikir kebiasaannya bisa diterima. Meskipun pengaruh ini, orangtua bisa membuat sebuah perbedaan dengan jelas menyampaikan harapan kepada remaja mereka mengenai minuman keras, membuat batas secara konsisten, dan memantau remaja tersebut. Sebagian besar orang dewasa yang merokok mulai merokok selama remaja. Hampir satu sampai lima dari peringkat kesembilan melaporkan merokok secara teratur. Jika seorang remaja mencapai usia 18 sampai 19 tahun tidak menjadi seorang perokok, hal ini sangat mungkin bahwa dia tidak akan menjadi seorang perokok ketika dewasa. Faktor yang meningkatkan kemungkinan seorang remaja merokok memiliki orangtua yang merokok (faktor tunggal yang paling bisa diprediksi), teman sebaya yang merokok, dan kurang harga diri. Menggunakan zat-zat terlarang lain yang dilarang juga sebuah faktor. Orangtua bisa mencegah remaja mereka dari merokok dengan dirinya sendiri berhenti merokok (atau pemberhentian), dengan diskusi bahaya tembakau secara terbuka, dan meyakinkan remaja yang telah merokok untuk berhenti dan mencari bantuan medis dalam berhenti jika diperlukan. Penggunaan zat-zat kimia yang terlarang pada remaja, meskipun secara keseluruhan menurun dalam beberapa tahun terakhir, tetap tinggi. Pada tahun 2000, sekitar 54 % pada usia dua belas dilaporkan telah mabuk; 49% dilaporkan menggunakan mariyuana; 16% amphetamine; 13% halusinogen; 9 % obat tidur; 9 % kokain; dan 20 % heroin. Penggunaan methylenedioxymethamphetamine (ekstasi), tidak seperti di toko-toko obat yang disebutkan, meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, dengan 11% pada umur dua belas melaporkan menggunakannya kadang-kadang. Data ini dari Amerika Serikat. Lebih dari 6% anak laki-laki di sekolah tinggi, termasuk beberapa orang yang bukan atlit menggunakan anabolic steroid setidaknya sekali. Masalah yang utama dengan penggunaan anabolic steroid pada remaja adalah penutupan pertumbuhan lapisan pada ujung tulang lebih cepat, mengakibatkan perawakan pendek yang tetap. Efek samping lainnya yang terjadi pada remaja dan maupun orang dewasa. Remaja yang berusia 12 sampai 14 tahun kemungkinan terlibat dalam penggunaan zat-zat terlarang. Meskipun terdapat faktor resiko pada remaja yang menyebabkan penggunaan zatzat kimia, hal ini sulit untuk diprediksi remaja mana yang akan terlibat dalam bentuk yang paling serius pada penyalahgunaan. Orangtua harus melihat tingkah laku yang tidak menentu pada remaja mereka, mood yang berubah-ubah, perubahan teman, performa sekolah yang merosot. Jika orangtua memperhatikan tingkah laku ini, mereka harus membicarakan perhatian mereka dengan remaja tersebut dan dokternya. Dokter bisa membantu menilai apakah seorang remaja memiliki masalah dengan penggunaan zat-zat kimia. Beberapa orangtua hanya membawa remaja tersebut menuju



Email: Daftar



seorang dokter meminta dia melakukan pemeriksaan air kencing terhadap obat. Terdapat beberapa poin untuk orangtua ingat : dokter tidak dapat memaksa remaja tersebut untuk menggunakan tes obat jika dia menolak. Hasil dari tes urin kemungkinan negatif palsu; faktor yang mempengaruhi adalah metabolisme pada obat tersebut dan waktu terakhir kali menggunakan obat. Yang paling penting, dengan sebuah atmosfir tuduhan dan konfrontasi, hal itu akan menjadi sulit untuk dokter untuk memperoleh sebuah riwayat remaja tersebut, yang merupakan kunci untuk membuat diagnosa. Jika dokter berpikir remaja tersebut tidak memiliki masalah, dia bisa merujuk kepada ahli dengan pengalaman dalam penyalahgunaan zat-zat kimia; orang ini bisa membuat diagnosa dan memastikan pengobatan yag diperlukan. Pengobatan untuk remaja adalah serupa kepada orang dewasa tetapi biasanya dilakukan dibandingkan dengan remaja lain.



Artikel Terkait Ketika Gambaran Tubuh Mempengaruhi Percaya Diri Remaja Dokter Terkait



Obat Terkait



Zullies Ikawati's Weblog We've shared together







Beranda







About me







My Lecture notes







My publications







My books







My research activities







My beloved family







Tinjauan farmakoterapi terhadap penyalahgunaan obat 5 03 2009



Dear kawan, Alhamdulillah, jam 00.51, jadi juga draft tulisanku. Sengaja aku postingkan di sini, dengan maksud mengharap masukan untuk memperkaya tulisan ini. Silakan dicermati….. dan memberikan masukan, kalau ada. Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah penyalahgunaan obat merujuk pada keadaan di mana obat digunakan secara berlebihan tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-salahan obat adalah merujuk pada penggunaan obat secara tidak tepat, yang biasanya disebabkan karena pengguna memang tidak tahu bagaimana penggunaan obat yang benar. Pada tulisan ini hanya akan dikaji mengenai penyalahgunaan obat (drug abuse) saja. Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat yang disalahgunakan bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obatobat yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang menjadi ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri lagi. Di Amerika, penyalahgunaan obat-obat yang diresepkan meningkat cukup tajam dalam dua dekade terakhir, dan hanya sedikit di bawah mariyuana, suatu senyawa yang paling banyak disalahgunakan di sana. Data dari sebuah lembaga farmasi di sana menyatakan bahwa sedikitnya 50 juta orang Amerika pernah menggunakan sedikitnya satu jenis obat psikotropika, dan 7 juta orang yang berusia di atas 12 tahun menggunakan obat-obat ini bukan untuk tujuan medis. Hal ini diduga tidak akan berbeda jauh dengan di Indonesia, di mana penyalahgunaan obatobat psikotropika dan obat-obat lainnya meningkat dengan tajam. Obat-obat yang sering disalahgunakan Ada tiga golongan obat yang paling sering disalah-gunakan, yaitu : - golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin - golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur, contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium, klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll) - golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin, amfetamin, dll. Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan atau kecanduan. Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkan efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi dituliskan. Beberapa contoh diantaranya adalah :







Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak peptik/gangguan lambung, sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena bersifat memicu kontraksi rahim.







Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk profilaksis asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak







Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks komersial untuk mendukung pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle relaxant, yang digunakan untuk melemaskan ketegangan otot. Laporan menarik ini datang dari Denpasar dari seorang sejawat. Menurut informasi, dokter kerap meresepkan Somadryl, dan yang menebusnya di apotek adalah “germo”nya, dan ditujukan untuk para PSK agar lebih kuat “bekerja”







Dll.



Alasan penyalahgunaan obat Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat. Yang pertama, seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara. Kemungkinan kedua, seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll. Yang ketiga, seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan. Bagaimana terjadinya toleransi obat? Pada orang-orang yang memulai penggunaan obat karena ada gangguan medis/psikis sebelumnya, penyalahgunaan obat terutama untuk obat-obat psikotropika, dapat berangkat dari terjadinya toleransi, dan akhirnya ketergantungan. Menurut konsep neurobiologi, istilah ketergantungan (dependence) lebih mengacu kepada ketergantungan fisik, sedangkan untuk ketergantungan secara psikis istilahnya adalah ketagihan (addiction). Pada bagian ini akan dipaparkan secara singkat tentang toleransi obat. Toleransi obat sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : toleransi farmakokinetik, toleransi farmakodinamik, dan toleransi yang dipelajari (learned tolerance). Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolisme suatu obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan menghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan dengan dosis yang sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme yang paling umum adalah peningkatan kecepatan metabolisme obat tersebut. Contohnya adalah obat golongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisir obat, sehingga metabolisme/degradasinya sendiri ditingkatkan. Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin meningkat untuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik yang sama. Sebagai tambahan infromasi, penggunaan barbiturate dengan obat lain juga akan meningkatkan metabolisme obat lain yang digunakan bersama, sehingga membutuhkan dosis yang meningkat pula. Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadi di dalam system tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap obat berkurang pada pemberian berulang. Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam tubuh mengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada pemberian berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama. Toleransi yang dipelajari (learned tolerance) artinya pengurangan efek obat dengan mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir. Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan ketergantungan fisik, di mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan



akan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat dihentikan. Ketergantungan obat tidak selalu berkaitan dengan obat-obat psikotropika, namun dapat juga terjadi pada obat-obat non-psikotropika, seperti obat-obat simpatomimetik dan golongan vasodilator nitrat. Di sisi lain, adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan, keinginan untuk menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obatobat yang bersifat adiktif umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuat dan reward, yang membuat orang ingin menggunakan dan menggunakan obat lagi. Adiksi obat lama kelamaan akan membawa orang pada ketergantungan fisik juga. Bagaimana mekanisme terjadinya adiksi ? Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward pada manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankan kehidupan).



Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut : ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada system reward. Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerja meningkatkan pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar dopamin meningkat. Bagaimana mekanisme adiksi obat-obat golongan opiat? Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbens dan cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek analgesia, sedangkan pada jalur reward akan memberikan reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat dalam system reward.



Nama Diazepam Klordiazepoksi d Alprazolam Flunitrazepam Pentobarbital Amobarbital Meprobamat



Dosis sedatif (mg) 5 – 10 10 – 25



Dosis ketergantungan dan waktu untuk menimbulkan ketergantungan 40 – 100 mg x 42 – 120 hari 75 – 600 mg x 42 – 120 hari



0,25 – 8 1–2 100 65 – 100 400



8 – 16 mg x 42 hari 8 – 10 mg x 42 hari 800 – 2200 mg x 35 – 37 hari 800 – 2200 mg x 35 – 37 hari 1,6 – 3,2 g x 270 hari



Sebagai tambahan informasi, di bawah ini disajikan beberapa jenis obat golongan benzodiazepin/barbiturat beserta dosis dan dosis ketergantungannya. Obat-obat psikotropika beserta dosis sedative dan dosis yang menyebabkan ketergantungan.



Bagaimana farmakoterapinya? Pengatasan penyalah-gunaan obat memerlukan upaya-upaya yang terintegrasi, yang melibatkan pendekatan psikologis, sosial, hukum, dan medis. Pada tulisan kali ini hanya akan dibahas mengenai farmakoterapi (terapi menggunakan obat) bagi keadaan yang terkait dengan ketergantungan obat. Kondisi yang perlu diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan obat ada dua, yaitu kondisi intoksikasi dan kejadian munculnya gejala putus obat (“sakaw”). Dengan demikian, sasaran terapinya bervariasi tergantung tujuannya:



1. Terapi pada intoksikasi/over dosis  tujuannya untuk mengeliminasi obat dari tubuh, menjaga fungsi vital tubuh 2. Terapi pada gejala putus obat  tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala supaya tidak semakin parah, sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani program penghentian obat Tentunya masing-masing golongan obat memiliki cara penanganan yang berbeda, sesuai dengan gejala klinis yang terjadi. Di bawah ini disajikan tabel ringkasan terapi intoksikasi pada berbagai jenis obat yang sering disalahgunakan. Tabel 1. Ringkasan tentang terapi intoksikasi Klas obat Terapi obat Terapi nonKomentar obat Benzodiazepin Flumazenil 0,2 Support Kontraindikasi jika ada mg/min IV, ulangi fungsi vital penggunaan TCA  sampai max 3 mg resiko kejang Alkohol, Tidak ada Support barbiturat, sedatif fungsi vital hipnotik nonbenzodiazepin Opiat Naloxone 0,4-2,0 Support Jika pasien tidak mg IV setiap 3 min fungsi vital responsif sampai dosis 10 mg  mungkin ada



Kokain dan stimulan CNS lain



Halusinogen, marijuana



 Lorazepam 2-4 mg IM setiap 30 min sampai 6 jam jika perlu  Haloperidol 2-5 mg (atau antipsikotik lain) setiap 30 min sampai 6 jam Sama dgn di atas



-Support fungsi vital - Monitor fungsi jantung



OD selain opiat - digunakan jika pasien agitasi - digunakan jika pasien psikotik - komplikasi kardiovaskuler diatasi scr simptomatis



Support fungsi vital, „talk-down therapy“ Selanjutnya, di bawah ini adalah ringkasan untuk terapi mengatasi gejala putus obat. Tabel 2. Ringkasan tentang terapi untuk mengatasi withdrawal syndrome (DiPiro, 2008) Obat Terapi obat Komentar Benzodiazepin Klordiazepoksid 50 mg 3 x sehari (short acting) atau lorazepam 2 mg 3 x sehari, jaga dosis utk 5 hari, kmd tappering Long acting BZD Sama, tapi tambah 5-7 hari utk Alprazolam paling sulit tappering dan butuh wkt lebih lama Opiat Methadon 20-80 mg p.o, taper - jika metadon gagal  dengan 5-10 mg sehari, atau metadon klonidin 2 µ g/kg tid x 7 hari, taper maintanance untuk 3 hari berikutnya program - Klonidin menyebabkan hipotensi  pantau BP Barbiturat Test toleransi pentobarbital, gunakan dosis pada batas atas test, turunkan dosis 100 mg setiap 2-3 hari Mixed-substance Lakukan spt pada long acting BZD Stimulan CNS Terapi supportif saja, bisa gunakan bromokriptin 2,5 mg jika pasien benar-benar kecanduan, terutama pada kokain Dari mana seseorang mendapatkan obat-obat untuk disalah gunakan? Obat-obat tadi harus diperoleh dengan resep dokter. Namun untuk penyalahgunaan ini, banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk memperoleh obat. Antara lain adalah :







multiple doctor shopping  maksudnya, ia pergi ke banyak dokter, sehingga mendapatkan banyak resep untuk mendapatkan obat yang dimaksud







memalsukan resep, memalsukan angka untuk iterasi







mencuri atau meminta paksa







over prescribing by physicians  dokter sendiri yang meresepkan dalam jumlah berlebihan







pembelian melalui internet  sekarang banyak online pharmacies, terutama di luar negeri







penjualan langsung oleh dokter atau apoteker yang memang tidak mengindahkan moral dan etika profesi



Apa peran farmasis dalam mencegah penyalahgunaan obat? Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan garda terdepan bagi akses masyarakat terhadap obat, maka farmasis dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengidentifikasi dan mencegah penyalahgunaan obat. Melihat berbagai kemungkinan akses masyarakat terhadap obat yang bisa disalah-gunakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan: 1.



Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya penyalahgunaan obat, lebih baik dengan cara yang sistematik dan terstruktur. 2. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep-resep yang mengandung obat psikotropika/narkotika. Hal ini memerlukan pengalaman yang cukup dan pengamatan yang kuat. Jika terdapat hal-hal mencurigakan, dapat berkomunikasi dengan dokter penulis resep yang tertera dalam resep tersebut untuk konfirmasi. 3. Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dengan tidak memberikan kemudahan akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan. Semua ini dapat dilakukan jika farmasis berpegang teguh untuk menjalankan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada masyarakat. Penutup Demikian yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.



« Demam Face Book Menguak khasiat cokelat… »



Tindakan •



Komentar RSS







Lacak balik



Information •



Tanggal : 5 Maret 2009







Kaitkata: dopamin, farmakoterapi, farmasis, penyalahgunaan obat, reward pathway







Kategori : kesehatan



Suka Be the first to like this post.



6 tanggapan 8 06 2010



moena_zirah (14:28:17) : makasih tas info nya….. moena ambil banyk yach bt tugas… 30 04 2010



dena.a.midwife (10:17:24) :



sipp ,. lumayan buat tugas kesehatan reproduksi ,. hhuuyy, thanks yaa ^^ 18 03 2010



Makalah Sosiologi (Kasus Penyalahgunaan Obat) : Warta Warga (15:30:40) : [...] http://zulliesikawati.wordpress.com/2009/03/05/tinjauan-farmakoterapi-terhadappenyalahgunaan-obat/ [...] 30 10 2009



febriana (13:20:47) : ternyata mw jd farmasis berat jg…. tp ttp SKA… 10 10 2009



Utami Ekawati (10:34:40) : terima kasih atas ilmunya… 6 03 2009



Ridho (09:17:37) : byuh… postingan berat neh… bacanya kudu offline hehehe



Tinggalkan Balasan Cancel reply Top of Form



Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked * Nama * Email * Situs web



Komentar Anda dapat menambahkan HTML serta atribut-atribut berikut:



Komentar tulisan



917



0



1300012751



Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel. Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel. f7533e7ec9



Bottom of Form Top of Form



Cari



Bottom of Form



halaman •



About me







My Lecture notes







My publications







My books







My research activities







My beloved family



kategori •



Aktivitas (40)







Artikel (99) ○



kesehatan (65)







Obat (38)







Catatan perjalanan (25)







Life is beautiful (32)







Ngalor ngidul (10)



arsip •



Maret 2011 (2)







Januari 2011 (2)







Desember 2010 (2)







November 2010 (2)







Oktober 2010 (2)







September 2010 (4)







Agustus 2010 (5)







Juli 2010 (6)







Juni 2010 (4)







Mei 2010 (6)







April 2010 (6)







Maret 2010 (4)







Februari 2010 (1)







Januari 2010 (3)







Desember 2009 (4)







November 2009 (7)







Oktober 2009 (7)







September 2009 (4)







Agustus 2009 (4)







Juli 2009 (4)







Juni 2009 (5)







Mei 2009 (12)







April 2009 (6)







Maret 2009 (14)







Februari 2009 (11)







Januari 2009 (10)







Desember 2008 (16)







November 2008 (25)







Oktober 2008 (19)



Situs khusus apoteker •



Apotek Puter







Info Apoteker







PIOGAMA Farmasi UGM







Portal apoteker







seputar obat



situs obat •



Internet Drug Index



Web lain •



Indonesia matters







Magister Farmasi Klinik UGM







Zullies Ikawati’s Blog in UGM site



komentar Anisa on Vaksin MMR dan autisme : kisah…



cantiq on Mozaik hidup di Jepang (5): Ra…



rusdi on New life begins at 42 …



M.Taufiq on Maag (baca: mah), saat lambung…



mega silviana on My research activities



Ridho on New life begins at 42 …



kadek learstone on Maag (baca: mah), saat lambung…



Maulidina on New life begins at 42 …



aik on Penggunaan obat off-label : ap…



Devi on About me



media sharing tentang apa saja •



New life begins at 42 ………







Mengenal Kojic Acid: Sang Pencerah (kulit)…







Vaksin MMR dan autisme : kisah penipuan ilmiah?







Mari melangkah dengan pasti di tahun 2011…(tanpa osteoporosis)..







My notes in sweet December







Rhinitis alergi dan pengembangan obat herbal untuk alergi







Dioksin dan pembalut wanita?







Deru campur abu







My days in October…







Maap….



Blog Stats •



208,097 hits



Blog pada WordPress.com. Theme: Freshy by Jide.



Sepertinya anda belum terdaftar di forum komunitas DhammaCitta. Untuk mendaftar silahkan klik disini ... apollonian



Top of Form



Please login or register. Login



Forever



Login with username, password and session length



Bottom of Form Top of Form



Search...



0



6545



Bottom of Form



News: Semua hal bukan diri







Home







Help







Search







Calendar







Login







Register







Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia »







Buddhisme dan Kehidupan »







Kesehatan »







[ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? URL pendek: http://dhct.ws/f6545.0 | Berbagi di Twitter



« previous next »







Print



Pages: [1] Go Down



Author Topic: [ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? (Read 4244 times) 0 Members and 1 Guest are viewing this topic. Top of Form



markosprawira •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 7







-Receive: 144







Posts: 6.451







Reputasi: 154



[ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « on: 26 November 2008, 12:20:13 PM » Oleh Silvia Iskandar Kita sering mendengar bahwa obat tidak boleh diminum dengan susu. Ini disebabkan karena kalsium yang dikandung dalam susu bisa membentuk ikatan dengan zat-zat dalam beberapa obat dan meghalangi penyerapan oleh lambung. Contohnya adalah tetrasiklin, zat yang biasa ada dalam antibiotik untuk obat flu. Namun, ada beberapa obat yang justru lebih baik diminum bersama susu. Misalnya NSAID, Non Steroidal Anti Inflammatory Drug Namun, . Yang terkenal adalah aspirin dan ibuprofen. Obat-obatan yang tergolong dalam NSAID bersifat lypophylic, mudah larut dalam lemak sehingga biasanya obat-obat seperti ini dianjurkan untuk diminum dalam waktu 30 menit sesudah makan. Alasan lainnya ialah karena NSAID menyebabkan iritasi lambung. NSAID merupakan obat pembunuh rasa sakit atau painkiller yang bekerja dengan cara menghambat terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah zat yang selalu ada dalam sel tubuh dan bekerja sebagai zat yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit, namun juga punya tugas lain, yaitu membantu terbentuknya selaput mukosa lambung. Dengan terhambatnya prostaglandin oleh aspirin, rasa sakit dan infeksi pun hilang, namun pada saat yang



bersamaan, lambung menjadi rentan terhadap iritasi karena selaput mukosanya berkurang. Oleh karena itu, obat-obat NSAID biasa diresepkan untuk diminum sesudah makan, supaya makanan yang masuk terlebih dahulu bisa melindungi dinding lambung. Bila kita tidak sempat makan, susu boleh diminum sebagai penggantinya. Di Jepang, bahkan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa obat sakit kepala boleh diminum dengan obat sakit maag. Namun ini tidak selalu benar, karena obat sakit kepala yang kita minum belum tentu termasuk dalam golongan NSAID dan belum tentu semua obat sakit maag membantu pembentukan selaput dinding lambung. Bagaimana dengan jus, kopi atau teh? Sama dengan susu, jus, kopi dan teh masing-masing mengandung zat-zat seperti vitamin C, kafein dan tannin yang mungkin saja bereaksi dengan obat yang kita minum. Sementara itu, air putih netral, tidak mengandung apa-apa yang bisa bereaksi dengan obat. Air putih akan melarutkan obat dalam lambung sehingga lebih mudah diserap. Lebih baik lagi kalau airnya hangat, proses pelarutan akan lebih cepat. Obat yang ditelan begitu saja tanpa air putih bisa menempel di suatu tempat tertentu di lambung dan menyebabkan iritasi lambung juga. Oleh karena itu, lebih baik obat diminum bersama air putih. Minuman lain seperti kopi, sebaiknya diminum satu jam setelahnya, ketika sudah tidak ada lagi sisa obat di lambung. Sumber: http://www.chem-is-try.org/?sect=tanyapakar&ext=33 « Last Edit: 29 November 2008, 03:32:13 AM by Forte » Logged



markosprawira •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 7







-Receive: 144







Posts: 6.451







Reputasi: 154



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #1 on: 26 November 2008, 12:24:05 PM » Situs Resmi Pemerintah Kota Banjar - Jawa Barat Rubrik : Kesehatan Menepis Mitos Minum Susu Selasa, 02 Oktober 07 - by : via - Jawaban.com - Begitu beragam produk susu yang ditawarkan, tapi konsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Selain karena daya beli lemah, minum susupun belum membudaya, antara lain karena ada mitos yang menyesatkan. Kenali mitos-mitos seputar susu, agar anda tak kehilangan manfaatnya! Rupa-rupa produk susu kita jumpai di pasaran saat ini. Ada susu dengan fortifikasi vitamin A, B, D, ARA, DHA, Omega 3, Omega 6, antioksidan, bahkan kalsium. Juga susu untuk anak-anak, orang dewasa, khusus pria, ibu hamil atau menyusui, hingga orang tua. Namun, masih ada saja hal-hal berkaitan dengan susu yang tampak belum jelas benar. Ketidakjelasan itu kemudian tersebar sebagai mitos, dan celakanya banyak pula yang percaya. Apa sajakah hal-hal tidak jelas yang terlanjur diyakini? Dr. Cindiawaty Pudjiadi, MARS, MS., spesialis gizi medik dari RS Medistra Jakarta memberikan koreksinya. Benarkah susu membuat gemuk? Benar, karena ada susu yang mengandung lemak dalam kadar yang cukup tinggi. Namun, kini tersedia banyak susu denga kadar lemak berbeda-beda, ada yang full cream, low fat, bahkan non fat. Kalau kebanyakan minum susu tinggi lemak, jelas bisa menyebabkan kegemukan. Sebaliknya, sering minum susu rendah lemak, belum tentu tidak gemuk, tergantung asupan makanan lain yang menyertai. Kalau terbiasa megkonsumsi makanan berkalori tinggi, bisa mengakibatkan kegemukan. Yang jelas, bila total kalori yang masuk (dari susu dan makanan lain) masih sesuai dengan kebutuhan, tidak akan menyebabkan kegemukan. Apakah susu menyebabkan diare? Pada orang-orang tertentu dengan intoleransi terhadap laktosa, susu yang mengandung laktosa dapat menyebabkan diare. Oleh karena itu, mereka perlu mengkonsumsi susu yang tidak mengandung laktosa, misalnya susu kedelai. Benarkah minum susu sebaiknya saat perut kosong? Belum pernah ada literatur yang menyebutkan bahwa minum susu harus dalam keadaan perut kosong. Akankah kebutuhan kalsium terpenuhi hanya dari susu?



Kalsium bisa didapat dari aneka makanan seperti sayuran hijau, tahu, ikan, udang, teri, dan beberapa jenis kacang-kacangan. Susu hanyalah salah satu sumber kalsium. Kalau konsumsi susu sudah dapat memenuhi kebutuhan kalsium, mungkin tidak perlu tambahan asupan sumber lain. Namun, lebih baik mendapatkannya dari sumber yang beragam. Apakah orang sakit maag tidak boleh minum susu? Pernyataan ini masih kontroversial. Memang ada literatur yang menyatakan bahwa kalsium susu dapat merangsang pengeluaran asam lambung dan menghambat penyembuhan luka pada lambung. Ada penderita sakit maag yang tidak merasakan apa-apa bila minum susu, sementara pada pasien lain susu menyebabkan rasa sakitnya bertambah. Apakah minum susu berlebihan bisa membuat ginjal rusak? Tidak. Hal ini tergantung kondisi orang tersebut. Kalau terdapat batu ginjal, konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi batu ginjal harus dibatasi. Kalau penyebabnya batu kalsium, konsumsi susu sebaiknya dibatasi. Jadi, konsumsi kalsiumnya sesuai kebutuhan saja. Jangan berlebihan. Orang dengan batu ginjal sebaiknya tidak minum susu berlebihan, tapi kebutuhan akan kalsium sebaiknya tetap dipenuhi. Pada pasien sakit ginjal yang tidak berhubungan dengan batu, masih dapat mengkonsumsi susu, tapi harus memperhatikan banyaknya protein yang boleh dikonsumsi. Biasanya akan diberi susu khusus. Benarkan susu tidak baik untuk penderita asam urat? Tidak. Yang sebaiknya tidak dikonsumsi atau dibatasi konsumsinya oleh penderita asam urat adalah makanan yang mengandung purin tinggi sampai sedang. Susu mengandung sedikit sekali purin, jadi aman dikonsumsi penderita asam urat. Apakah minum susu harus disertai rutin berjemur di bawah sinar matahari? Sinar matahari diperlukan untukpembentukan vitamin D. Vitamin D membantu meningkatkan penyerapan kalsium di dalam usus. Namun, tidak berarti minum susu setiap hari harus sambil berjemur. Di Indonesia mudah mendapatkan sinar matahari. Setiap hari kita terpapar sinar matahari, jadi tidak perlu takut kekurangan vitamin D. Vitamin D terdapat juga pada ikan salmon, susu, sarden, hati ayam, udang, kuning telur, keju, tiram, mentega. Apakah minum susu sebaiknya saat malam hari menjelang tidur? Kerja kalsium terutama malam hari. Jadi, mengkonsumsi susu pada malam hari tujuannya memang untuk meningkatkan penyerapan kalsium.



Apakah bila tidak pernah minum susu bisa terkena osteoporosis? Belum tentu. Kalau orang sudah mendapatkan cukup kalsium dari makanan lain, kebutuhan akan kalsium sudah bisa dipenuhi. kecukupan itu membantu mencegah osteoporosis. Meski demikian, sebaiknya tetap mengonsumsi susu karena penyerapan kalsium susu akan lebih baik. Bila minum susu dimulai saat dewasa, apakah itu terlambat? Sebenarnya orang dewasa pun perlu kalsium, tapi masa tulang puncak dicapai sebelum usia 35 tahun. Jadi, yang terlambat adalah memaksimalkan masa tulangnya. Orang dewasa tetap perlu kalsium kalau konsumsinya lebih kecil dari kebutuhan. Sebab, kekurangan kalsium akan diambil dari tulang. Betulkah susu tidak baik bila diminum bersama obat? Ada obat-obat tertentu yang efeknys berkurang kalau diminum bersama susu, misalnya tetrasiklin (golongan antibiotika), obat anti jamur, dan lain-lain. Apakah kalsium yang terserap tubuh akan lebih banyak bila kita minum sekaligus 2 gelas susu? Belum tentu dengan mengkonsumsi 2 gelas susu, kalsium yang diserap menjadi 2 kali lipat banyaknya. Itu karena penyerapan kalsium dipengaruhi banyak hal, dan usus mempunyai kemampuan tertentu untuk menyerap kalsium. Jadi, sebaiknya diminum secara terbagi, tidak sekaligus. Betulkah penyerapan kalsium akan efektif bila konsumsi susu dibarengi makanan lain? Yang meningkatkan penyerapan kalsium adalah vitamin D. Di dalam susu juga terdapat vitamin D. Sebab itu, minum susu saja tidak masalah. Bila ingin meningkatkan penyerapan bisa mengasup makanan lain sumber vitamin D, seperti ikan salmon atau telur. Apakah minum susu harus diimbangi olahraga supaya efektif? Masa tulang puncak berhubungan dengan asupan kalsium dan aktivitas fisik, serta interaksi keduanya. Semuanya mempangaruhi densitas (kepadatan) tulang. Aktivitas fisik dan asupan kalsium berperan penting dalam pemadatan tulang. Apakah susu cocok dikonsumsi dengan segala jenis makanan? Ada beberapa makanan yang dapat menurunkan tingkat penyerapan kalsium, seperti makanan berserat, asam oksalat yang terdapat pada bayam dan ubi,



tanin yang terdapat pada teh, asam fitat yang terdapat pada gandum, minuman beralkohol, dan kafein (kopi). Benarkah hanya air susu ibu yang terbaik untuk balita? Benar, karena ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi. Selain itu, ASI mengandung berbagai zat antiinfeksi, tersedia pada suhu ideal, tidak perlu dipanaskan lebih dahulu, selalu segar dan bebas pencemaran kuman, juga memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayinya. Betulkah yang terbaik untuk orang dewasa adalah susu sapi? Sumber kalsium yang terbaik adalah susu. Penyerapan kalsium susu juga paling baik. Belum ada penelitian rinci yang membandingkan susu sapi dengan susu lainnya. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa susu sapi itu yang terbaik. Betulkah kita tidak perlu minum susu jika kadar kalsium tubuh sudah tinggi? Tidak. Seseorang tetap memerlukan asaupan kalsium setiap hari, baik dari susu maupun makanan lainnya. Pada saat ini mungkin kadar kalsiumnya sudah cukup, tapi bila tidak mengonsumsi kalsium, kadarnya akan berkurang, sedangkan tubuh tetap perlu kalsium. Jadi, jangan tunggu sampai kurang baru mengonsumsi makanan sumber kalsium. Ada susu yang berkalsium tinggi, sampai 1.200 mg. Bukankah susu sendiri sudah mengandung kalsium? Semua susu mengandung kalsium, hanya berbeda kadarnya antara jenis yang satu dengan yang lain. Misalnya dalam setiap 100 gr susu sapi terdapat 143 mg kalsium. Sementara susu kedelai hanya 2,9 mg. Memang bisa ditambahkan (fortifikasi) kalsium dilakukan pada susu, sehingga kadarnya sangat tinggi, bisa sampai 1.200 mg. Mengapa susu juga perlu difortifikasi misalnya dengan vitamin A, DHA, juga antioksidan? Susu dapat difortifikasi dengan antioksidan, vitamin dan sebagainya. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan orang per orang yang masing-masing berbeda. Seorang perokok misalnya, bisa memilih susu yang difortifikasi dengan antioksidan, untuk menangkal radikal bebas dari rokok yang diisapnya. Betulkah susu kuda liar bisa mengobati banyak penyakit? Penelitian mengenai susu kuda liar untuk mengobati penyakit, belum ada. Yang jelas, semua susu mengandung berbagai vitamin dan mineral. Dan semuanya bisa membantu meningkatkan kesehatan.



Sumber: http://www.banjar-jabar.go.id/redesign/cetak.php?id=411 Logged



markosprawira •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 7







-Receive: 144







Posts: 6.451







Reputasi: 154



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #2 on: 26 November 2008, 12:27:05 PM » Antibiotik Antibiotik berasal dari kata yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh BAKTERI atau oleh PROTOZOA. Cara kerja obat antibiotik ini dapat dibedakan menjadi tiga: - bakteri akan dicegah tingkat pertumbuhannya - bakteri dimusnahkan, tetapi secara secara materi(physical) masih ada - bakteri dimusnahkan dan selnya dihancurkan



Sejarah Antibotik pertama ditemukan tahun 1910 dan dinamakan Arsphenamin.



Paul Ehrlich, penemu Arsphenamin yang diabadikan dalam mata uang Jerman



Dahulu obat ini digunakan untuk memerangi penyakit syphilis. Spoiler for Infeksi syphilis di p*n*s (AWAS gambar agak DP!!!):



Kemudian tahun 1935 ditemukan Sulfonamid. Digunakan negara Jerman semasa PD II. Sebelumnya ditemukan antibiotik yang paling dikenal, yaitu Penicillin tahun 1928 oleh Alexander Fleming, ilmuan dari Skotlandia. Penicillin ini berbeda dengan pendahulunya, yang tidak terdapat di alam, sehingga dalam produksinya di sintesis secara laboratorium. Penicillin hanya dapat dihasilkan dari mikroorganisme (jamur) tertentu, tepatnya dari molekul hasil respirasi (pertukaran gas) jamur atau bakteri. Sehingga hanya dapat dihasilkan dalam jumlah (dosis) yang sedikit. Ini menyebabkan sulitnya menghasilkan penicillin dalam jumlah yang memadai, sehingga baru tahun 1942 pertama kali digunakan pada pasien, setelah penicillin berhasil diproduksi banyak melalui proses fementasi!! Penicillin menjadi obat yang teramat penting dimasa perang PD II. Spoiler for : Spoiler for : Spoiler for :



Penicillin kapsul



Penemuan penicillin kemudian disusul oleh penemuan antibiotik lainnya, seperti Streptomycin, Chloramphenicol, Aureomycin, Tetracyclin, dll. Kebanyakan antibiotik yang terdapat sekarang berasal dari alam dan diperoleh dari hasil sintesis (laboratory). Sekarang penicillin diproduksi secara bioteknologi.



Resisten Dalam pengobatannya antibiotik memerlukan waktu hari hingga minggu lamanya, agar bakteri dapat dimusnahkan sepenuhnya. Dalam masa pengobatan ini antibiotik harus diminum secara teratur,



sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Penghentian pengobatan antibiotik yang terlalu cepat akan menyebakan bakteri menjadi resisten! Bakteri yang resisten ini akan menular dan menyebabkan antibiotik yang ada di pasaran menjadi tidak berguna!!



Larangan minum obat Antibiotik campur Susu Benarkah???



Larangan ini tidak sepenuhnya benar!! Hanya sebanyak 15% dari antibiotik oral (pil) yang akan bermasalah jika di minum bersama dengan susu. Termasuk di antaranya ialah Tetrazykline (seperti Doxycyclin dan Minocyclin) dan beberapa Fluorchinolone (terutama Ciprofloxacin dan Norfloxacin). Antibiotik jenis ini akan membentuk semacam gumpalan bundar apabila bercampur dengan kalsium ion yang terdapat dalam susu. Ukuran gumpalan ini akan telalu besar untuk melewati dinding usus.



Dinding usus Akibatnya antibiotik bukannya masuk ke dalam peredaran darah, tetapi akan dicerna oleh usus, sehingga efek pengobatannya menjadi tidak ada!!! Untuk menghindari efek tersebut, mengkonsumsi susu dapat dilakukan sekurangnya 2 jam sesudah meminum obat.



Kebanyakan antibiotika yang umumnya digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran pernafaan dan pada saluran air seni tidak bermasalah jika diminum dengan susu. Karena sulitnya bagi orang biasa ( bukan dokter) untuk membedakan antibiotik mana yang bermasalah mana yang tidak bila diminum dengan susu, untuk menghindari efek tersebut maka keluarlah "larangan" semacam ini ! Logged



Lily W •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 75







-Receive: 86







Posts: 5.124







Reputasi: 241







Gender:



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #3 on: 26 November 2008, 12:34:12 PM » [at] Bro Markos...



Anumodana atas postingannya... Artikel yang bagus dan bermanfaat sekali... Kemarin anak saya sakit dan tidak mau makan serta harus makan obat, saya tanya orang apotik : katanya makan obat tidak boleh di campur dengan susu... saya jadi bingung...gimana donk? akhirnye terjawab di artikel yang di posting oleh Bro Markos. Quote Bila kita tidak sempat makan, susu boleh diminum sebagai penggantinya [at] Forte & Bond... Menurutmu gimana?



Logged ~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.



~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are



mushroom_kick •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 0







-Receive: 4



• •



Posts: 2.304







Reputasi: 92



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #4 on: 26 November 2008, 12:37:06 PM » dr dl seh, kl sakit gk napsu makan, pasti dijejali susu dl, br minum obat



i hate susu Logged Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na..... Semua hanyalah sementara.....



Forte •



Sebelumnya FoxRockman







KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 326







-Receive: 640



• •



Posts: 13.282







Reputasi: 305







Gender:







try to keep mindfullness



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #5 on: 26 November 2008, 01:21:17 PM » Kalau saya pribadi berpendapat, jika mengkonsumsi obat baiknya meminum air biasa saja, tidak menggunakan susu. Karena susu itu sendiri terdiri dari protein yang mana tersusun oleh asam-asam amino. Seperti yang pernah saya jelaskan asam amino ini sifatnya amfoter, memiliki zwitter ion di mana terdapat gugus karboksilat (COOH) yang bersifat asam, dan gugus amine (NHx) yang bersifat basa. Dan kebanyakan orang awam tidak mengerti mengenai kimia medisinal, jadi bagaimana bisa membedakan antara zat X ini boleh dikonsumsi bersama susu, dan zat Y berbahaya dikonsumsi bersama susu. Jadi untuk safetynya, mengkonsumsi obat idealnya dengan air biasa saja. Seperti yang dicontohkan Aspirin(r), dengan nama generik : Acetosal (Asetil Salisilat), di mana obat ini awalnya memiliki sifat asam, terbukti adanya gugus karboksilat di salisilat. Sehingga jika dikonsumsi bersama susu, maka gugus amina yang ada pada susu akan bereaksi dengan gugus karboksilat yang ada pada salisilat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan asam basa. Sehingga mengakibatkan acetosal yang diberikan menjadi berkurang kadarnya. Di lain pihak, asetosal memang sebaiknya tidak diberikan dalam keadaan lambung kosong, mengingat sifat asamnya yang dapat menyebabkan pengikisan mukosa lambung. Namun bukan berarti asetosal baik diberikan bersama zat yang bersifat basa. Saya secara pribadi lebih memilih pemberian obat setelah makan daripada diberikan bersama dengan susu. Karena setelah makan, biasa suasana pH lambung akan menjadi basa dan bila diberikan acetosal pada saat itu, akan terjadi penundaan penyerapan namun tidak merusak acetosal itu sendiri secara berlebihan. Selain itu juga pada susu, ada juga terkandung mineral-mineral, contoh kalsium. Kalsium ini bisa membentuk ikatan-ikatan kompleks yang sangat kuat, contohnya ikatan Ca-Tetrasiklin yang akan membentuk endapan warna kuning, sehingga mengurangi bioavailabilitas Tetrasiklin sehingga akibatnya ketika efek



terapetik Tetrasiklin tidak tercapai dapat mengakibatkan kuman tidak mati sehingga menyebabkan resistensi kuman. Penggunaan antibiotik yang ideal adalah sekitar 4-5 hari. Tetrasiklin biasanya saya larang penggunaannya pada anak-anak, berhubung anak2 masih dalam masa pertumbuhan dan membutuhkan Kalsium. Efek penggunaan Tetrasiklin pada anak2 adalah gigi anak2 akan berwarna kuning permanen dan bisa terjadi keropos tulang dalam usia muda. Mengenai susu sebagai pengganti makan, saya sepenuhnya juga tidak setuju. Karena dalam keadaan perut kosong, memang susu memiliki protein yang bisa meninggikan pH lambung, namun susu juga mengandung kalsium yang di mana akan memperparah maag lambung. Jadi saran saya jika anak tidak mau makan nasi, ada baiknya diberi roti / pengganti nasi yang sifatnya karbohidrat. Dan jika nafsu makan sudah membaik, bisa diberi nasi kembali seperti biasa. Semoga bermanfaat Logged



bond •



KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 177







-Receive: 221







Posts: 3.434







Reputasi: 162







Buddhang Saranam Gacchami...



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #6 on: 26 November 2008, 06:04:05 PM » Quote from: Lily W on 26 November 2008, 12:34:12 PM [at] Bro Markos...



Anumodana atas postingannya...



Artikel yang bagus dan bermanfaat sekali... Kemarin anak saya sakit dan tidak mau makan serta harus makan obat, saya tanya orang apotik : katanya makan obat tidak boleh di campur dengan susu... saya jadi bingung...gimana donk? akhirnye terjawab di artikel yang di posting oleh Bro Markos. Quote Bila kita tidak sempat makan, susu boleh diminum sebagai penggantinya [at] Forte & Bond... Menurutmu gimana?



Demikianlah yg telah ku dengar dan telah dibabarkan kembali oleh suhu2 pengobatan. Lirik neozep forte dan om markos Logged Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada



Forte •



Sebelumnya FoxRockman







KalyanaMitta



• •



Thank You







-Given: 326







-Receive: 640



• •



Posts: 13.282







Reputasi: 305







Gender:







try to keep mindfullness



Re: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #7 on: 26 November 2008, 09:16:11 PM » Quote from: markosprawira on 26 November 2008, 12:20:13 PM Oleh Silvia Iskandar Kita sering mendengar bahwa obat tidak boleh diminum dengan susu. Ini disebabkan karena kalsium yang dikandung dalam susu bisa membentuk ikatan dengan zat-zat dalam beberapa obat dan meghalangi penyerapan oleh lambung. Contohnya adalah tetrasiklin, zat yang biasa ada dalam antibiotik untuk obat flu. Namun, ada beberapa obat yang justru lebih baik diminum bersama susu. Misalnya NSAID, Non Steroidal Anti Inflammatory Drug Namun, . Yang terkenal adalah aspirin dan ibuprofen. Obat-obatan yang tergolong dalam NSAID bersifat lypophylic, mudah larut dalam lemak sehingga biasanya obat-obat seperti ini dianjurkan untuk diminum dalam waktu 30 menit sesudah makan. Alasan lainnya ialah karena NSAID menyebabkan iritasi lambung. NSAID merupakan obat pembunuh rasa sakit atau painkiller yang bekerja dengan cara menghambat terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah zat yang selalu ada dalam sel tubuh dan bekerja sebagai zat yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit, namun juga punya tugas lain, yaitu membantu terbentuknya selaput mukosa lambung. Dengan terhambatnya prostaglandin oleh aspirin, rasa sakit dan infeksi pun hilang, namun pada saat yang bersamaan, lambung menjadi rentan terhadap iritasi karena selaput mukosanya berkurang. Oleh karena itu, obat-obat NSAID biasa diresepkan untuk diminum sesudah makan, supaya makanan yang masuk terlebih dahulu bisa melindungi dinding lambung. Bila kita tidak sempat makan, susu boleh diminum sebagai penggantinya. Di Jepang, bahkan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa obat sakit kepala boleh diminum dengan obat sakit maag. Namun ini tidak selalu benar, karena obat sakit kepala yang kita minum belum tentu termasuk dalam golongan NSAID dan belum tentu semua obat sakit maag membantu pembentukan selaput dinding lambung. Bagaimana dengan jus, kopi atau teh? Sama dengan susu, jus, kopi dan teh masing-masing mengandung zat-zat seperti vitamin C, kafein dan tannin yang mungkin saja bereaksi dengan obat yang kita minum. Sementara itu, air putih netral, tidak mengandung apa-apa yang bisa



bereaksi dengan obat. Air putih akan melarutkan obat dalam lambung sehingga lebih mudah diserap. Lebih baik lagi kalau airnya hangat, proses pelarutan akan lebih cepat. Obat yang ditelan begitu saja tanpa air putih bisa menempel di suatu tempat tertentu di lambung dan menyebabkan iritasi lambung juga. Oleh karena itu, lebih baik obat diminum bersama air putih. Minuman lain seperti kopi, sebaiknya diminum satu jam setelahnya, ketika sudah tidak ada lagi sisa obat di lambung. Sumber: http://www.chem-is-try.org/?sect=tanyapakar&ext=33



Berhubung ini sangat menarik buat dibahas, saya akan mencoba membahas dari segi farmakokinetika (mata kuliah favorit aye) yang dikaitkan dengan biofarmasetika. Pada prinsipnya, zat aktif diberikan dalam bentuk sediaan farmasi yang beragam. Ada yang berupa sediaan cair, ada yang berupa sediaan solid seperti tablet. Masing-masing ada keunggulan dan kelemahan. Dalam hal ini, akan disinggung mengenai sediaan tablet. Agar zat aktif dalam berpenetrasi ke dalam tubuh, maka terlebih dahulu, zat aktif ini harus terlepas dari bahan pembantu tablet seperti bahan pengikat, bahan pelincir, dll. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pelarut yang sifatnya "inert" yang mana dapat melarutkan tanpa mengakibatkan ionisasi pada zat aktif. Mengapa harus demikian ? Karena tubuh kita ini terdiri dari kumpulan jaringan dan sel, yang mana terdapat selaput semipermiabel. Agar dapat menembus selaput ini, maka zat aktif harus terlarut dalam bentuk molekul dan tidak dalam bentuk ion. Fenomena ini dikenal dengan istilah fase absorbsi di dalam farmakokinetika. Fase absorbsi adalah fase penting yang perlu diperhatikan dalam sediaan farmasi yang dalam bentuk oral karena besar pengaruhnya terhadap bioavailabilitas suatu obat dan mempengaruhi fase-fase berikutnya seperti fase distribusi dan fase eliminasi. Logged



ajan •



Teman



• •



Thank You







-Given: 0







-Receive: 0







Posts: 71







Reputasi: 4







Gender:



Re: [ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #8 on: 03 December 2008, 11:33:56 AM » Kamsia Markos atas info yang bermanfaat ini. Logged



chia0124 •



Tamu



• •



Thank You







-Given: 0







-Receive: 0







Posts: 6







Reputasi: 1



Re: [ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? « Reply #9 on: 23 February 2009, 09:14:52 AM » thank you, atas infonya semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, sadhu...



sadhu Logged



Bottom of Form







Print



Pages: [1] Go Up « previous next » •



Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia »







Buddhisme dan Kehidupan »







Kesehatan »







[ASK] Bolehkah Minum Obat dengan Susu? Jump to:



Related Topics Subject / Started by



Minum obat cacing, Melanggar sila ?



Started by Ocean Heart « 1 2 3 All » Diskusi Umum



[INFO] Minum Susu Mampu Cegah Pikun



Started by markosprawira Kesehatan



Obat-obat ajaib yang akan dipasarkan



Started by Sumedho Humor



ASK : Atthasila dan minum susu mentah..



Started by Riky_dave « 1 2 ... 5 6 All » Theravada



Susu Kedelai vs Susu Sapi, Manakah yang lebih baik ?!



Started by Ocean Heart Kesehatan Alasan Jangan Minum Obat dengan Sendok Biasa



Started by dewi_go Kesehatan



Replies



Last post



24 January 33 Replies 2008, 10:41:39 3505 PM Views by mushroom_kick 20 March 2009, 11 Replies 06:54:27 PM 937 Views by lophenk 4 Replies 1242 Views



10 May 2009, 04:03:21 PM by Sumedho



22 January 77 Replies 2010, 05:32:05 2750 PM Views by Juice_alpukat 16 May 2010, 4 Replies 562 Views 05:45:08 PM by andry 16 July 2010, 3 Replies 294 Views 10:27:45 PM by raynoism



Subject / Started by



Replies



Last post



28 January Kesalahan Minum Obat yang Harus Dihindari 0 Replies 2011, 04:45:08 117 Views PM Started by dewi_go Kesehatan by dewi_go







Powered by SMF 2.0 RC3 | SMF © 2006–2010, Simple Machines LLC







XHTML







RSS







WAP2 Tool s



Maximize Toolbar Wiwi Title Powered by Close window Minimize Toolbar



Search...







Site Search







Google Search



Click here to change the search provider



Transl ate Terjemahkan Halaman Ini



Transla te •



Chinese







Dutch







English







English







French







German







Indonesian







Italian







Japanese







Korean







Portuguese







Russian







Spanish



Rekomen dasi Rekomendasi DC di Facebook



Jaringan DC Modul DhammaCitta Jaringa n DC •



Perpustakaan







Artikel







DCPedia







Forum Diskusi







DCPress



Click here to scroll to the top of this page



Informasi Terakhir



Dasbor Twitter



Halaman Facebook DhammaCitta



Sha re Share this Share •



Email This







Facebook







Twitter







Delicious







Stumbleupon







Digg







Buzz up!







MySpace







FriendFeed







Technorati







G Bookmarks







Live



Join today to get your own Multiply site







Home







Blog







Photos







Video







Calendar







Reviews







Recipes







Links



Pengaruh Makanan dan Minuman Terhadap Obat



Oct 5, '07 2:58 AM for everyone



Pengaruh Makanan dan Minuman Terhadap Obat rumahkusorgaku Hasil kerja obat di dalam tubuh kita memang sangat mungkin Online Seller dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang kita • Photos of konsumsi. Ini dikenal sebagai peristiwa interaksi obatummu makanan. Selain dengan makanan, berbagai obat yang kita • Personal konsumsi pada saat bersamaan juga dapat saling Message berinteraksi satu sama lain. Interaksi obat-makanan (food• RSS Feed [?] drug interaction) atau interaksi antarobat (drug interaction) ini dapat mengurangi khasiat atau kemanjuran obat, bahkan • Report



dapat menimbulkan efek yang membahayakan pasien.



Lalu, apakah ada makanan yang mengurangi efektivitas obat? Teh, kopi, susu, tape, atau makanan apa saja yang kita makan berpotensi untuk mengadakan interaksi dengan obat yang kita konsumsi. Sebab itu, minum obat sebaiknya dengan air putih saja, kecuali untuk obat-obat tertentu. Teh mengandung senyawa tannin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat sehingga sukar diabsorpsi atau diserap dari saluran pencernaan. Demikian pula susu. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorpsi zat-zat aktif tertentu terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat atau kemanjurannya juga akan berkurang. Sehingga penyembuhan mungkin tidak akan tercapai. Karena itu, jika Anda sedang mengonsumsi antibiotika, misalnya ampisilin, amoksilin, kloramfenikol dan lain-lain, sebaiknya Anda jangan minum susu, apalagi minum obat antibiotika tersebut bersama dengan susu. Jika Anda ingin minum susu juga, sebaiknya tunggu sekitar dua jam setelah atau sebelum minum antibiotika, agar penyerapan obat antibiotika tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu. Tidak semua jenis obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan. Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat sedikit mengurangi daya kerja obat-obat tersebut, namun efek perlindungannya terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek penurunan daya kerja obat yang sangat sedikit. Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang biasa diberikan untuk meredakan atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal) seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon, dan lain-lain.



Abuse



Bagaimana dengan kopi? Kopi, sebagaimana kita ketahui, mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang susunan syaraf pusat. Jadi, agar efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahanbahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola, dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink) ketika Anda sedang dalam pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin. Walaupun sebagian besar rakyat Indonesia bukan peminum alkohol, patut juga disampaikan disini bahwa ketika Anda minum obat sebaiknya sama sekali berhenti minum alkohol. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh sehingga dapat mengganggu atau bahkan mengubah respons tubuh terhadap obat yang diberikan. Contohnya, obat-obat antihistamin atau antialergi (biasanya diberikan untuk meringankan gejala alergi, flu atau batuk) umumnya menyebabkan mengantuk. Konsumsi antihistamin bersama dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan memperlambat performa mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan risiko perdarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti misalnya propranolol. Kombinasi alkoholpropranolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan keselamatan jiwa pasien. Tape, walaupun sedikit, sudah kita ketahui mengandung alkohol, terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab itu sebaiknya kurangi atau hindari makan tape ketika Anda mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan alkohol seperti yang diuraikan di atas.



Sebelum, saat atau setelah makan? hal lain yang perlu diperhatikan adalah kapan anda boleh meminum obat; setelah makan, sebelum makan atau pada saat makan?



Beberapa obat yang mempunyai efek iritasi pada saluran cerna hendaknya digunakan setelah makan atau pada saat makan. Pada umumnya, obat-obat yang berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit, atau disebut analgesik, mempunyai efek iritasi tersebut. Obat-obat lain justru diberikan untuk mencegah iritasi akibat adanya makanan, contohnya ialah antasida. Untuk obat jenis ini akan lebih diutamakan jika diminum sebelum makan. Ada pula obat yang dapat berinteraksi dengan komponenkomponen dalam makanan yang beraneka ragam. Dan perlu anda ketahui, bahwa respon setiap individu terhadap obat dapat sangat bervariasi. Kebiasaan hidup, pola makan, aktivitas sehari-hari adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap kerja obat dalam tubuh. Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan atau hampir tidak berarti, bergantung pada jenis obat dan makanan/minuman yang kita konsumsi. Selain itu harus pula difahami bahwa sangat banyak faktor lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara lain dosis obat yang diberikan, cara pemberian, umur, jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien. Apa yang diuraikan dalam ruangan ini baru sebagian kecil saja dari pengaruh interaksi obatmakanan terhadap pengobatan yang kita jalani. Untuk penjelasan lebih rinci, jangan ragu-ragu untuk bertanya langsung kepada dokter atau apoteker di apotek.



dr ernawati sinaga ms apt http://republika.co.id/kirim_berita.asp? id=167066&kat_id=105&edisi=Cetak



http://food-drugs-info.blogspot.com/2004/11/kapan-minumobat-jika-sedang-puasa_22.html Tags: kesehatan Prev: Tanda-Tanda Kehamilan Next: Siapa saja yang Tidak Boleh Minum Teh reply share



Sponsored Links



Grosir & Eceran Baju Terlengkap Bursa Tanah Abang Grosir & Eceran Baju Fashion, Busana Muslim, Celana Harem, Kardigan, dll. Mau Grosir atau Eceran Tetap Murah.... Kita Up Date Model Baru Setiap Hari.



Hi-Def Video Upgrade to Multiply Premium * Your photos & videos as large as possible for all your friends and family * Your video in HD (up to 1080p) * Automated backup and permanent storage * Ad-free browsing..



audio reply video Add reply a comment to this blog entry, for Add a Comment everyone Top of Form



U2FsdGVkX1.mD reply rumahkusorgaku



Send message



1 a personal



reply



800:U2FsdGVkX1



F o r :



S Re: Pengaruh u b j e c t



: -



Quote original message Submit



Preview & Spell Check



submitted



Bottom of Form



© 2011 Multiply · English · About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Translate · API · Contact · Help