Portofolio Obat-Obat Lansia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rev
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006) Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004). Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan



lansia



memperoleh



jenisnya(Darmansjah, 1994).



1



pengobatan



yang



banyak



B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4.



Apa saja pengaruh pemberian obat pada usia lanjut? Apa saja efek samping pemberian obat pada usia lanjut? Apa saja prinsip umum dalam pemberian obat pada usia lanjut? Apa saja obat-obat yang biasa diresepkan pada usia lanjut dan aturan pemakaiannya?



C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian obat pada usia lanjut? 2. Mahasiswa dapat mengetahui efek samping pemberian obat pada usia lanjut? 3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip umum dalam pemberian obat pada usia lanjut? 4. Mahasiswadapat mengetahui obat-obat yang biasa diresepkan pada usia lanjut dan aturan pemakaiannya?



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2



A. Definisi Lansia Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisahpisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlansung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia adalah tahap masa tua dalam perkembanganindividu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Lebih rinci, batasan penduduk lansia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu (Notoadmodjo, 2007): a) Aspek Biologi Penduduk lansia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai



dengan



semakin



rentannya



tubuh



terhadap



serangan



berbagaipenyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Proses penuaan berbeda dengan ‘pikun’ (senile dementia) yaitu perilaku aneh atau sifat pelupa dari seseorang di usia tua. Pikun merupakan akibat dari tidak berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer. b) Aspek Ekonomi Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan



3



tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah. c) Aspek Sosial Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok social tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial dibawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat. d) Aspek Umur Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut. Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti di bawah ini (Notoadmodjo, 2007): a. Kelompok Pertengahan Umur Kelompok usia dalam masa verilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun). b. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun). c. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas).



d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. 4



Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007): a. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun c. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun



B. Problema Usia Lanjut Saat Ini Dari hasil penilitian menunjukkan bahwa panjangnya angka harapan hidup penduduk usia lanjut perempuan berhubungan dengan pengaruh hormonal pada wanita usia reproduktif dimana hormon estrogen mempunyai peranan sebagai pelindung yang menyebabkan angka harapan hidup waktu lahir untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Namun, pada laki-laki peranan estrogen sangat sedikit dan juga mempunyai beban kerja fisik yang lebih berat selain perilaku merokok dan kebiasaan makan yang kurang berimbang. Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini membuat jumlah lansia semakin meningkat. Ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoadmodjo, 2007).



C. Pengaruh pemberian obat pada usia lanjut 1. Farmakokinetik Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran cerna yang diduga mengubah



absorbsi



obat,



misalnya



meningkatnya



pH



lambung,



menurunnya aliran darah ke usus akibat penurunan curah jantung dan 5



perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran cerna. Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut, kecuali pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001). Pada distribusi obat terdapat hubungan antara penyebaran obat dalam cairan tubuh dan ikatannya dengan protein plasma (biasanya dengan albumin, tetapi pada beberapa obat dengan protein lain seperti asam alfa 1 protein), dengan sel darah merah dan jaringan tubuh termasuk organ target. Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada massa tubuh tanpa lemak dan cairan tubuh total, penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin plasma. Penurunan albumin sedikit sekali terjadi pada lansia yang sehat dapat lebih menjadi berarti bila terjadi pada lansia yang sakit, bergizi buruk atau sangat lemah. Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatnya fraksi obat bebas dan aktif pada beberapa obat dan kadangkadang membuat efek obat lebih nyata tetapi eliminasi lebih cepat. Munculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecapatan penyerapan dan cara penyebarannya. Durasi (lama berlangsungnya efek) lebih banyak dipengaruhi oleh kecepatan ekskresi obat terutama oleh penguraian di hati yang biasanya membuat obat menjadi lebih larut dalam air dan menjadi metabolit yang kurang aktif atau dengan ekskresi metabolitnya oleh ginjal. Sejumlah obat sangat mudah diekskresi oleh hati, antara lain melalui ambilan (uptake) oleh reseptor dihati dan melalui metabolisme sehingga bersihannya tergantung pada kecepatan pengiriman ke hati oleh darah. Pada usia lanjut, penurunan aliran darah ke hati dan juga kemungkinan pengurangan ekskresi obat yang tinggi terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol. Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnya obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida. Pada usia lanjut, fungsi 6



ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda. Akan tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal. Fungsi tubulus juga memburuk akibat bertambahnya usia dan obat semacam penicilin dan litium, yang secara aktif disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali glomerolus dan tubulus (Bustami, 2001). 2. Farmakodinamik Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Respon seluler pada lansia secara keseluruhan akan menurun. Penurunan ini sangat menonjol pada respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya akan menurun misalnya agonis untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal jika dosisnya besar maka efek sampingnya akan besar juga sehingga index terapi obat menurun. Sedangkan obat-obat yang kerjanya menghambat proses biokimia seluler, pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi homeostatismelemah(Boedi2006). D. Obat yang sering diresepkan dokter pada usia lanjut dan pertimbangan pemakaiannya Obat-obat kardiovaskuler yakni : 1. Hipertensi Pada Lansia Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Ini karena terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah bagian dalam.



7



Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi pada lansia 1. Terjadi pengerasan pembuluh darah, khususnya pembuluh nadi (arterial). Hal ini disertai pengurangan elastisitas dari otot jantung (miokard). 2. Sensitivitas baroreseptor pada pembuluh darah berkurang karena rigiditas pembuluh arteri. Akibatnya pembuluh darah tidak dapat berfluktuasi dengan segera sesuai dengan perubahan curah jantung. 3. Selain itu fungsi ginjal juga sudah menurun. Ginjal dalam keadaan normal juga berperan pada pengaturan tekanan darah, yaitu lewat sistem renin-angiotensin-aldosteron. Jika tekanan darah sistemik turun, ginjal



menghasilkan



renin



lebih



banyak



untuk



mengubah



angiotensinogen (angiotensin I) menjadi angiotensin II, zat yang dapat menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah akan meningkat. Pada lansia, regulasi sistem renin-angiotensinaldosteron sudah kurang baik. Tidak ada batasan khusus tekanan darah dikatakan tinggi pada lansia. Batasan tekanan darah untuk lansia sama dengan untuk orang dewasa (di atas 18 tahun). Pada bagan berikut dapat dilihat batasan tekanan darah yang disebut hipertensi dan bukan pada dewasa berusia di atas 18 tahun, menurut JNC VII (2003), dan perubahannya dibandingkan dengan JNC VI.



8



Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Lansia tetap perlu mendapat obat hipertensi apabila tekanan darahnya tinggi.Adapun sasaran tekanan darah yang diharapkan pada kasus hipertensi persisten adalah 150/80 mmHg. Obat yang dianjurkan adalah indapamid (golongan diuretik tiazid) lepas lambat (1.5 mg) dan/atau perindopril (golongan ACE-inhibitor) 2-4 mg. Mengapa yang dipilih adalah dua obat ini? Diuretik tiazid yang umum yaitu HCT (hidroklorotiazid), terkenal sering menyebabkan gangguan keseimbangan kalium (potasium), yaitu hipokalemia. Hal ini dapat menyebabkan aritmia fatal pada lansia. Kombinasinya dengan ACEinhibitor dapat menetralkan efek hipokalemia ini, karena ACE-inhibitor dapat



menghambat



ekskresi



ion



kalium.



Indapamid



juga



menyebabkan hiperglikemia dan hiperlipidemia, seperti halnya HCT.



9



tidak



2. Stroke Pada Lansia??????



10



BAB III TINJAUAN RESEP



A. KASUS 1 1. Resep 1 dr. Maulana SpD SIP No. 153/IPD/0257/KPPT/2012 Jl. Kertapati No.75 Palembang. Telp. (0711) 521713 Palembang, November 2014 R/ vaclo 75 mg



No. XXX



S 1d d1 R/ Canderin 8 mg



No. XXX



S 1 d d 1 pagi



R/Ascardia 80 mg



XXX



S 1 d 1 pc



R/ salbutamol tab X S 2 d d 1 tab



Pro



: Ny. Rudiah (58 th)



Alamat : kertapati gg.Ahmad 21



11



B. Monografi bahan



1. Vaclo  Komposisi  INDIKASI



: clopidogrel 75 mg : Mengurangi terjadinya



aterosklerosis



(infrak miokardial, stroke, dan kematian vaskuler) pada pasien dengan aterosklerosis terdokumentasi oleh stroke yang baru terjadi, infark miokardial, atau penyakit arteri perifer yang telah pasti.  KONTRA INDIKASI : Perdarahan patologikal aktif (hemorrhage intrakranial atau ulkus peptik).  PERHATIAN : Pasien



yang



beresiko



peningkatan



perdarahan dari trauma, pembedahan atau kondisi patologikal lainnya.Kerusakan penyakit hati sedang dengan perdarahan diastesis. Kehamilan.  EFEK SAMPING



: Sakit kepala, pusing, paresthesia, gangguan



gastrointestinal & hematologikal, ruam, pruritus.  KEMASAN : Tablet salut selaput 75 mg x 5 x 6's.  DOSIS : 75 mg sekali sehari.  PENYAJIAN : Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak Nama lain : Bisulfat clopidogrel; Clopidogrel bisulfat ; clopidogrel bisulphate (BANM); Clopidogrel sulfat hidrogen; clopidogrel Bisulfas; PCR-4099 (clopidogrel); SR-25990C. Methyl (S) -2-klorofenil (4,5,6,7tetrahydrothieno [3,2-c] piridin-5-il) bisulphate asetat; Methyl (+) - (S) -α(klorofenil o-) -6,7-dihydrothieno- [3,2-c] piridin-5 (4 H) sulfat -acetate. C16H16ClNO2S, H2SO4 = 419,9. Pemerian : Bubuk putih Mudah larut dalam air dan dalam metil alkohol; praktis tidak larut dalam eter.



Interaksi : Clopidogrel harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang menerima obat lain yang meningkatkan risiko perdarahan, termasuk antikoagulan, antiplatelets lainnya, dan NSAID. Clopidogrel dapat 12



menghambat sitokrom P450 isoenzim CYP2C9 dan interaksi dengan obat dimetabolisme oleh isoenzim ini secara teoritis mungkin; itu juga dapat menghambat CYP2B6 Farmakokinetik : Clopidogrel dengan cepat tetapi tidak sempurna diserap setelah dosis oral; penyerapan tampaknya setidaknya 50%. Ini adalah prodrug dan secara ekstensif dimetabolisme di hati, terutama untuk aktif turunan asam karboksilat; metabolisme dimediasi oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan CYP2B6, dan pada tingkat lebih rendah oleh CYP1A2, CYP1A1, dan CYP2C19. aktif metabolit tampaknya menjadi turunan tiol; telah diidentifikasi in vitro tetapi tampaknya terlalu tidak stabil untuk menjadi diisolasi dari plasma. Clopidogrel dan karboksilat yang asam derivatif sangat terikat protein. clopidogrel dan metabolitnya diekskresikan dalam urin dan feses; sekitar 50% dari dosis oral pulih dari urin dan sekitar 46% dari kotoran. Penggunaan dan Administrasi : Clopidogrel adalah obat antiplatelet digunakan untuk gangguan tromboemboli. Ini adalah analog dari tiklopidin dan bertindak menghambat adenosin diphosphate- agregasi platelet dimediasi. Hal ini diberikan profilaksis sebagai alternatif aspirin pada pasien dengan aterosklerosis yang beresiko tromboemboli gangguan seperti infark miokard ,perifer Penyakit arteri dan stroke. Clopidogrel juga digunakan dengan aspirin dalam koroner akut sindrom, termasuk infark miokard akut dan angina tidak stabil dan stenting koroner . Clopidogrel diberikan secara oral sebagai bisulfat, tapi dosis disajikan dalam bentuk dasar; 97,86 mg clopidogrel bisulfat setara dengan 75 mg basa. Untuk profilaksis kejadian tromboemboli, yang Dosis umum dari clopidogrel adalah 75 mg sekali sehari. Dalam pengelolaan akut miokard ST-elevasi infark, clopidogrel digunakan dengan aspirin sebagai tambahan pada pasien. Hal ini diberikan dalam dosis dari 75 mg sekali sehari; pasien di bawah 75 tahun dapat diberikan dosis muatan 300 mg. pengobatan harus dilanjutkan selama minimal 4 minggu. Dalam pengelolaan angina tidak stabil dan non-Qwave infark miokard, clopidogrel digunakan dengan 13



aspirin sebagai tambahan untuk baik medis atau intervensi pengobatan, termasuk stenting koroner. Sebuah beban tunggal dosis 300 mg diberikan, diikuti oleh 75 mg sekali sehari. 2. Candesartan Cilexetil Nama lain : Candésartan, Cilexétil de; Candesartán cilexetilo;Candesartani Cilexetilum; CV-11974 (candesartan); H-212/91; Kandesartan Sileksetil; TCV-116. Cyclohexyl carbonate ester of (±) Hydroxyethyl2-ethoxy-1-[p-(o-1H-tetrazol-5-ylphenyl)benzyl]-7benzimidazolecarboxylate. Pemerian : putih bubuk off-putih dengan berat molekul 610,67. Hal ini praktis tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam metanol. Candesartan cilexetil adalah campuran rasemat mengandung satu pusat kiral pada kelompok etil ester cyclohexyloxycarbonyloxy. Setelah pemberian oral, candesartan cilexetil mengalami hidrolisis di link ester untuk membentuk obat aktif, candesartan, yang akiral.



Interaksi : Efek antihipertensi losartan dapat diperkuat oleh obat atau agen lain yang menurunkan tekanan darah. Efek hyperkalaemic aditif mungkin dengan suplemen kalium, diuretik hemat kalium, atau obatobatan lain yang dapat menyebabkan hiperkalemia; losartan dan diuretik hemat kalium tidak boleh umumnya diberikan bersama-sama. NSAID harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang memakai losartan sebagai risiko kerusakan ginjal dapat ditingkatkan, terutama pada mereka yang adalah kurang terhidrasi; penggunaan NSAID juga mungkin 14



menipiskan efek hipotensif dari losartan. losartan dan beberapa antagonis reseptor angiotensin II lainnya adalah dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom P450 dan interaksi dapat terjadi dengan obat yang mempengaruhi enzim ini. Farmakokinetik : Candesartan cilexetil merupakan prodrug ester yang dihidrolisis selama penyerapan dari saluran pencernaan ke bentuk candesartan aktif. Bioavailabilitas absolut untuk candesartan adalah sekitar 40% ketika candesartan cilexetil diberikan sebagai solusi dan sekitar 14% jika diberikan sebagai tablet. Konsentrasi plasma puncak dari candesartan terjadi sekitar 3 sampai 4 jam setelah dosis oral sebagai tablet. Candesartan lebih dari 99% terikat dengan plasma protein. Hal ini diekskresikan dalam urin dan empedu terutama sebagai obat tidak berubah dan sejumlah kecil metabolit aktif. Penghapusan terminal paruh adalah sekitar 9 jam. Candesartan tidak dihapus oleh hemodialisis. Penggunaan dan Administrasi : Candesartan adalah angiotensin II antagonis reseptor dengan tindakan serupa dengan losartan sekarang digunakan dalam pengelolaan hipertensi dan juga dapat digunakan pada gagal jantung pada pasien dengan gangguan kiri fungsi sistolik ventrikel, baik saat Inhibitor ACE tidak ditoleransi, atau di samping ACE inhibitor, Candesartan diberikan secara oral sebagai candesartan ester prodrug cilexetil. Onset aksi antihipertensi terjadi sekitar 2 jam setelah dosis dan efek maksimum dicapai dalam waktu sekitar 4 minggu terapi dimulai. Dalam pengelolaan hipertensi awal biasa dosis candesartan cilexetil adalah 8 mg sekali sehari di Inggris, atau 16 mg sekali sehari di Amerika Serikat. Dosis harus disesuaikan dengan respon; pemeliharaan biasa dosis adalah 8 mg sekali sehari, tetapi dosis hingga 32 mg sehari-hari, sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi, mungkin digunakan. Dosis awal rendah harus



dipertimbangkan



pada



pasien



dengan



penurunan



volume



intravaskular; di Inggris dosis awal 4 mg sekali sehari disarankan. pasien dengan gangguan ginjal atau hati mungkin juga memerlukan lebih rendah.Pada gagal jantung, candesartan cilexetil diberikan dalam awal 15



dosis 4 mg sekali sehari; dosis harus dua kali lipat pada interval tidak kurang dari dua minggu sampai 32 mg sekali sehari jika ditoleransi. 3. Ambroxol Hydrochloride Nama lain : Ambroksolihydrokloridi; Ambroksolio hidrochloridas; Ambroxol, hidroklorid;



chlorhydrate



d’;



Ambroxol



Ambroxolhydroklorid;



hydrochlorid;



Ambroxoli



Ambroxol-



hydrochloridum;



Hidroclorurode ambroxol; NA-872 (ambroxol). trans-4-(2-Amino-3,5dibromobenzylamino) cyclohexanol hydrochloride. Komposisi : Tiap tablet ambroxol mengandung ambroksol hidroklorida 30mg, Tiap 5ml ambroxol sirop mengadung ambroksol hidroklorida 15mg. Cara Kerja : Ambroksol mempunyai sifat mukokinetik dan sekretolitik Ambroksol meningkatkan pembersihan sekresi yang tertahan pada saluran pernapasan dan menghilangkan mukus statis, memudahkan mengencerkan dahak. Indikasi : Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi bronkial yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis asmatik, asma bronkial. Dosis : 



Dewasa : sehari 3 kali 1 tablet







Anak-anak 5-12 tahun : sehari 3 kali 1/2 tablet.







Anak-anak 2-5 tahun : sehari 3 kali 7,5 mg (2,5ml sirop) Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama Harus diminum sesudah makan



Peringatan dan Perhatian : Pemakaian pada kehamilan trisemester pertama tidak dianjurkan. Pemakaian selama menyusui keamanannya belum diketahui dengan pasti.



Efek Samping : Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi. 16



Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap ambroksol Interaksi Obat : Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan terutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan sebagai obat standar untuk sindroma bronkitis (glikosida jantung, kortikosteroid, bronkospasmolitik, diuretik dan antibiotik) Cara Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (dibawah suhu 30 C) dan tempat kering, terlindungi dari cahaya.



dr. Abdullah



POLI RS TELKOM PALEMBANG



Palembang, November 2014



R/ magacida tab



X



S 2 d d I tab



R/ epexol syr



C. Kasus 2 1. Resep 2



Pro



fls I



S 3d dI c



17 : Ny. kartika (55 th)



Alamat : perum Telkom kertapati



2. Perhitungan bahan



3. PERHITUNGAN DOSIS



4. Monografi bahan A. Salbutamol 18



Merk Dagang : Astop, Bromosal, Butasal, Buventol Easyhaler, Glisend, Grafalin, Lasal, Proventol, Respolin, Salbumax turbuhaler, Varsebron, Venasma, Ventab, Venterol, Ventolin, Volmax Sedian :     



Salbutamol 2 mg tablet Salbutamol tablet 4 mg tablet Salbutamol Cairan Inhaler (respul) 0,1%; 0,2% Salbutamol Inhaler 100mcg/dosis Salbutamol Syrup (dalam 100 ml)



Farmakologi : Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenergik yang selektif. Pada bronkus Salbutamol akan menimbulkan relaksasi otot polos bronkus secara langsung. Maka Salbutamol efektif untuk mengatasi gejala-gejala sesak napas pada penderita-penderita yang mengalami bronkokonstriksi seperti : asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum, baik untuk penggunaan akut maupun kronik. Salbutamol menghambat pelepasan mediator dari ”pulmonary mast cell”, mencegah kebocoran kapiler dan udema bronkus serta merangsang pembersihan mukosiliar. Sebagai agonis beta-2 Salbutamol pengaruhnya terhadap adrenoseptor beta-1 pada sistem kardiovaskuler adalah minimal. Ratio stimulasi beta-2/beta-1 Salbutamol lebih besar dari obat-obat simpatomimetik lainnya. Salbutamol dapat digunakan oleh anak-anak maupun dewasa. Salbutamol juga bekerja langsung pada otot polos uterus yaitu menurunkan kontraktilitasnya. Efek Salbutamol dapat dihambat oleh obatobat penghambat reseptor beta, maka salbutamol tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat tersebut.



19



Salbutamol diabsorpsi dengan baik melalui saluran pencernaan sehingga efeknya akan tampak setelah 15 menit dan berlangsung selama 4 – 8 jam. Waktu paruh eliminasinya berkisar dari 2,7 sampai 5 jam. Salbutamol tidak dimetabolisme oleh enzim-enzim COMT maupun sulfatase dari dinding intestin. Di hati akan berkonjugasi dengan sulfat. Diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh. Indikasi : Salbutamol merupakan obat bronkodilator untuk menghilangkan gejala sesak napas pada penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum. Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Salbutamol. Dosis : Untuk tablet :   



Dewasa : sehari 3-4 kali 2-4 mg. Anak diatas 6 tahun : sehari 3-4 kali 2 mg. Anak 2-6 tahun : sehari 3-4 kali 1 mg-2 mg.



Untuk sirup :    



Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Anak diatas 6 tahun : sehari 3-4 kali 1 sendok teh. Anak 2-6 tahun : sehari 3-4 kali ½-1 sendok teh. Dosis anak adalah 0,3 mg/kg.bb./hari, dibagi dalam 3 dosis.



Efek Samping : Berupa nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi periferal, takikardi dan hipokalemi yang kadang-kadang timbul sesudah pemberian dosis tinggi. Peringatan dan Perhatian : 



Agar diberikan secara hati-hati pada pasien tirotoksikosis. 20







Karena data-data penggunaan pada triwulan pertama dari kehamilan masih terbatas, maka sebaiknya penggunaannya







dihindari. Hindari penggunaan pada penderita dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan pasien yang sudah tua.



2. Simeticone (BAN, Rinn) Dimethicone diaktifkan; Activated Dimetilpolisiloksan; diaktifkan Dimeticone; Antifoam A; Antifoam AF; Simetikon (USAN); Simeticona; Siméticone; Simeticonum; Simetikon; Simetikonas; Simetikoni Simetikon. Simethicone merupakan senyawa campuran dari polimer siloxane yang distabilkan oleh silikon dioksida. Simethicone memiliki rumus kimia (C2H6Osi)n.(SiO2)m dan berat molekul yang bervariasi. Farmakokinetik : Simethicone tidak diserap oleh tubuh dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah setelah pemberian oral, juga tidak mengganggu sekresi lambung dan penyerapan nutrisi.5 Secara fisiologis, simethicone sangat inert (lembam), hal ini dianggap tidak beracun dan aman. Setelah pemberian oral, simethicone diekskresikan dalam tinja dengan bentuk tidak berubah. Farmakodinamik : Simethicone bertindak lokal dengan mengurangi tegangan permukaan gelembung gas di saluran pencernaan, sehingga memudahkan untuk membentuk gelembung besar untuk dikeluarkan sebagai flatus dan bersendawa. Simethicone juga mencegah pembentukan dan akumulasi kantong mucus-enclosed gas pada saluran pencernaan. Simethicone membantu melewatkan gas melalui lumen usus dan memungkinkan pasien untuk mengekskresikan volume gas yang lebih besar, sehingga mengurangi frekuensi flatus. Dengan demikian, gas sisa



21



yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan sakit di lambung dan usus akan menjadi berkurang. Indikasi Simethicone : Indikasi pemberian simethicone di antaranya adalah



flatulensi



(perut



kembung),



distensi



gas



pasca



operasi,



menghilangkan gas, udara dan busa dari saluran pencernaan sebelum pemeriksaan endoskopi dan radiografi. Kontraindikasi Simethicone : Kontraindikasi pemberian simethicone adalah hipersensitivitas terhadap simethicone, dan sebelumnya telah diketahui atau diduga terdapat perforasi dan obstruksi usus. Efek Samping Simethicone : Jika digunakan dengan sebagaimana yang dianjurkan, simethicone relatif tidak memiliki efek samping.8 Food and Drug Administration selama tahun 2007-2011 melaporkan bahwa efek samping yang paling sering dari simethicone adalah nausea, fatigue, diare, nyeri, dyspnea, dan vomiting.9 Interaksi Obat Simethicone : Mengurangi bioavailabilitas fenitoin, jika penggunaan fenitoin dan simethicone diperlukan, pemberian simethicone dilakukan 2 jam sebelum atau setelah fenitoin. Menurunkan efikasi levothyroxine dengan cara mengikat dan menunda atau mencegah penyerapan levothyroxine, yang berpotensi menyebabkan hipotiroidisme.



Jika



penggunaan



bersamaan



levothyroxine



dan



simethicone diperlukan, pemberian simethicone dilakukan setidaknya 4 jam sebelum atau setelah levothyroxine. Sediaan Simethicone : Simethicone terdapat dalam tablet kunyah, kapsul berisi cairan, atau suspensi, dengan kandungan obat yang berdiri sendiri atau merupakan kombinasi dengan obat-obatan over the counter lain termasuk antasida dan digestan lain. Dosis Simethicone : Dosis dewasa umumnya 40-125 mg, empat kali sehari.



22



CATATAN : Jangan bingung dengan Dimeticone (p.2032). Persiapan diperparah dari simeticone dapat diwakili oleh nama-nama berikut: 



Co-simalcite x / y (BAN) -di mana x dan y adalah kekuatan di miligram masing simeticone dan hidrotalsit. Farmakope. Dalam Eur. (lihat p.vii) dan Amerika Serikat. Ph. Eur. 6.2 (Simeticone).



Hal ini disiapkan oleh penggabungan 4 sampai 7% silika ke poli (dimethylsiloxane) dengan tingkat polimerisasi antara 20 dan 400. Ini berisi 90,5-99,0% dari poli (dimethylsiloxane). Ini adalah keabu-putih, terbuat dr batu baiduri, kental cair. Pemerian : Praktis tidak larut dalam air dan dalam metil alkohol; sangat sedikit larut untuk praktis tidak larut dalam alkohol dehidrasi; sebagian larut dengan diklorometana, dengan etil asetat, dengan metil etil keton, dan dengan toluena. USP 31 (Simeticone). Campuran linear sepenuhnya alkohol polimer siloksan mengandung unit berulang dari formula [- (CH3) 2SiO-] n, stabil dengan trimethylsiloxy akhir-blocking unit rumus [(CH3) 3SiO-], dan silikon dioksida. Ini berisi tidak



kurang



dari



90,5%



dan



tidak



lebih



dari



99%



dari



polydimethylsiloxane dan tidak kurang dari 4% dan tidak lebih dari 7% dari silikon dioksida. Sebuah tembus, abu-abu, cairan kental. Tidak larut dalam air, di alkohol, dan alkohol dehidrasi; fasa cair larut 1 di 10 kloroform, eter, dan benzena, meninggalkan residu silikon dioksida. Simpan dalam wadah kedap udara. profil Simeticone adalah campuran dari dimeticones cair yang mengandung halus dibagi silikon dioksida untuk meningkatkan penghilang busa yang sifat silikon. Ini menurunkan permukaan ketegangan dan ketika diberikan melalui mulut menyebabkan gelembung gas di saluran pencernaan untuk menyatu, sehingga membantu dispersi mereka. Simeticone digunakan untuk menghilangkan perut kembung dan perut ketidaknyamanan karena gas pencernaan kelebihan pada gangguan 23



seperti dispepsia (p.1695) dan gastrooesophageal reflux disease (p.1696). Dosis 100 sampai 250 mg tiga atau empat kali sehari telah diberikan. untuk banyak gangguan pencernaan, itu diberikan dengan antasida. Dosis sekitar 20 sampai 40 mg simeticone telah diberikan dengan feed untuk meringankan kolik pada bayi (lihat Gastrointestinal Kejang, p.1696). Simeticone juga digunakan sebagai zat penghilang busa dalam radiografi atau endoskopi saluran pencernaan. 3. Alumunium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida Farmakologi : Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magmesium Hidroksida merupakan antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan meninaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Disamping itu, efek laksatif dari magnesium Hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari aluminium hidroksida. Interaksi Obat : Dapat mengganggu absoropsi obat – obat tertentu seperti : Ketokenazole,metenamin,dan tetrasiclyn sehingga mengurangi aktifitasnya.oleh karena itu pemakaian harus berselang waktu minimal 1 – 2 jam.



BAB IV DIALOG Pemeran : Pasien ( Ibu Rudiyah 55 th)



: Sagita Widiyastuti



24



AA2 (di depan)



: Rahmi Oktaviani



AA3 (belakang)



: Rizky M Andika



Sutradara



: Riska Susilawati



AA : Selamat siang buk. Ibu : Siang mbak. AA : Ada yang bisa saya bantu. Ibu : Saya mau nebus resep mbak. AA : Boleh saya lihat dulu bu resepnya? Ibu : Bentar ya mbak (sambil mengambil resep di dalam tas). Ini mbak resepnya AA : Saya cek dulu ya bu resepnya. Ini obatnya ada vaclo tablet, ascardia, canderin, dan salbutamol ya. Maaf bu ini resep buat Ibu sendiri ya ? Ibu : Iya Mbak, kenapa emangnya ? AA : kalo boleh tau tekanan darah ibu berapa ya? (sambil menulis nomor antrian) Ibu



:



140/90



mmHg



AA : kayaknya ibu ini hipertensi ya ? Ibu : iya Mbak. Oh ya kenapa ya mbak saya bisa kena hipertensi ? AA : kemungkinan bisa dari faktor usia Buk. Terus ibu punya penyakit sesak nafas juga ya? Ibu : iya mbak. Emangnya kenapa mbak, bahaya ya buat umur saya segini ? AA : jadi gini bu, disini obat salbutamol untuk penyakit asma ibu, tidak boleh di konsumsi bersamaan dengan obat hipertensi bu, gimana kalau saya tanya dokter nya dulu ya biar lebih aman. Ibu silakan duduk dulu. (sambil memberikan nomor antrian ke pasien) 25



Ibu : oh iya mbak. Percakapan antara AA dengan Dokter. AA : selamat siang dok. Ini dari apotek simulasi farma Dokter : iya kenapa ya? AA : Saya mau nanya resep ibu Rudiyah berusia 58 tahun yang didalam resepnya itu ada salbutamol dengan obat candesartan dok. Bukannya kalau obat salbutamol itu gak boleh di konsumsi untuk usia lanjut dan di konsumsi bersamaan obat hipertensi ya dok? Kira-kira itu gimana ya dok? Dokter : ya udah ganti aja dengan obat yang ada disana. AA : oh iya, makasih ya dok Kemudian AA memanggil ibu ..... AA : nomor 01. Ibu Rudiyah … Ibu : iyaaaa AA : Bu, saya tadi kan udah menghubungi dokternya. Kata dokter tadi obatnya di ganti aja dengan obat lain. Gimana ibu setuju gak kalau di ganti? Ibu : Ya udah mbak ganti aja. AA : oh ya, untuk obat yang lainnya ibu mau cek harga dulu atau langsung ambil semua bu? Ibu : cek harga dulu deh mbak. AA : oke,tunggu bentar ya Buk Ibu : iya mbak. AA menyerahkan Resep ke Petugas di dalam AA : ka, ini resepnya tolong di cek harganya dulu ya, trus obat asma nya di ganti obat-obat asma yang lain. 26



Beberapa menit kemudian ... Petugas : ini obat sekalian harganya AA : iya makasih ka. AA : ibu ini obat-obat nya. Harganya sekian sekian.jadi mau ambil semua atau gimana ? Ibu : ambil semua aja mbak AA : iya..tunggu bentar ya Buk.. ibu silahkan duduk dulu ya AA : no 01. Ibu Rudiyah.. Ibu : iya… AA : ini obatnya. Obat Canderin diminumnya satu kali sehari di pagi hari, kalo obat Vaclo diminum satu kali sehari juga, ascardia diminum satu kali sehari setelah makan. Trus kami punya obat asma ini bu. Obat ....... harganya sekian, obat .....harganya sekian, obat ...... harganya sekian. Gimana ibu mau pilih obat yang mana? Ibu : yang bagus yang mana mbak terus beda nya apa aja mbak? AA : beda nya Cuma merk sama harganya aja Buk..kalo ini harga segini.kalo gitu harga segitu … Ibu : oh gitu ya mbak.kalo gitu saya pilih…… jadi total semuanya berapa mbak? AA : semuanya ………. maaf bu, boleh saya minta alamat atau nomor telpon nya? Ibu : iya boleh mbak (sambil menulis resep di belakang kertas resep). Ya udah mbak ini uangnya. AA : uangnya sekian jadi kembaliannya ini ya Buk. Semoga cepet sembuh ya Buk :D



27



Pemeran : Pasien (ibu kartika 58 th)



: Puspa Indah Rhamadayanti



AA2 (di depan)



: Okta Fatmawati



AA3 (belakang)



: Rizky M Andika



Sutradara



: Riska Susilawati 28



Prolog : Di apotek simulasi farma datanglah seorang ibu bernama kartika. Dia berniat untuk menebus resep obat yang dia punya. Pasien berumur 58 tahun. Berikut kita lihat percakapan pasien dengan petugas apotek



AA



: Selamat siang ibu ada yang bisa dibantu?



Pasien



: siang mbak, ini saya mau ambil resep ini (sambil memberikan resep)



AA



: oke saya lihat dulu ya bu. Ini resepnya magasida dan epexol sirup yaa? Ini buat ibu kartika 58 tahun. Ini nama ibu?



Pasien



: iya mbak bener itu resep untuk saya sendiri



AA



: oke ambil semua kan bu Obatnya? Apa mau check harga dulu aja?



Pasien



: ambil semua nya mbak!



AA



: oke tunggu sebentar bu (sembari memberi nomor antrian) dan memberikan resep tsb ke AA3 yang di dalam)



… sementara itu percakapan di dalam AA1



: nah resep ni ada gak? Sekalian harganya yaa



AA3



: oke, bentar



>>> lalu AA1 pun kembali ke depan bebrbincang dengan pasien sembari menunggu obat AA1



: bentar yaa bu. Ibu silakan duduk aja dulu ntar capek 29



Pasien



: iya mbak makasih saya disini aja buru-buru soalnya



AA3



: nah obatnya semuanya jadi ….. yang magasida nya…. Yang epexol nya …



AA1



: oke makasih



AA1



: ibu ini obatnya ya magasida sepuluh tablet diminumnya dua kali sehari. Satu tablet satu jam sesudah makan ya bu dan satu jam sebelum tidur. Ngomong-ngomong ibu udah biasa minum magasida ini sebelumnya?



Pasien



: belum mbak. Saya baru pertama kali ini minum magasida



AA1



: oooh iya bu obat ini Tidak dianjurkan untuk digunakan terus menerus (lebih dari 2 minggu) kecuali atas petunjuk dokter karena dapat menimbulkan ketergantungan fungsi lambung



pasien



: gimana kalo saya kelupaan mbak?



AA



: oooh dirumah ada siapa aja bu? Nanti kertas ini kasih



pasien



: aduh mbak ni gak ngerti!! Gimana kalo saya bener-bener lupa



mbak makannya? Gimana kalo dalam sehari saya Cuma makan satu tablet? AA



: ummh kalo bisa dimakannya teratur bu. Kalo pun lupa ibu



makannya sesuai aturan Pakainya misalnya lupa pas sesudah makan berarti makannya pas sebelum tidur Pasien



: gimana kalo maag saya kambuh terus saya mau minum obatnya



gak apa mbak? AA



: gak apa bu kalo seandainya kambuh bisa diminum tapi jangan



lebih dari 3 kali sehari ya minumnya bu



30



Pasien



: ohh gitu tooh mbak. gimana kalo saya lupa gak makan sama



sekali? Gak apa? AA



: gak apa bu. Kalo obat yang ini epexol sirup diminumnya tiga



kali sehari satu sendok Makan. Minumnya sesudah makan ya bu Pasien



: ohh ya saya lupa mbak kalo obat yang magasida ini untuk obat



apa yaa? Kalo yang epexol ini obat apa? AA



: kalo yang magasida ini bu obat maag. Kalo yang obat epexol ini



obat untuk asma Pasien



: ooh iya deh mbak makasih infonya jadi berapa semuanya?



AA



: semuanya jadi… oh ya bu saya boleh minta no telpon ibu?



Pasien



: nomor telpon ? Buat apa mbak? Pentiing ya?



AA



: ya seandainya kalo terjadi kesalahan penyerahan obat bu bisa



dikonfirmasikan sesegera mungkin. Jadi tidak terjadi kerugian antara kita bu pasien



: ohh iya mbak. Nomor telpon rumah saja ya 0711 876543 jadi



berapa tadi semua total obatnya? AA



: jadi semuanya……



Pasien



: ini ya mbak (sambil menyerahkan uang)



AA



: iya ini obatnya ini kembaliaannya ya bu. Terimakasih telah ke



apotek kami semoga Lekas sembuh Pasien



: iya terimaksih juga atas infonya mbak



31



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 649-650, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Tjay, H.T. & Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Edisi V, Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Drug Information, American Society of Healthy System Pharmacists, 2003. 32



Reynold, James EF, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The pharmaceutical press : London, 1982.



33