Obat Kulit (Farmakologi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OBAT ANTI ALERGI DAN PRURITUS • ANTIHISTAMIN GENERASI I • ANTIHISTAMIN GENERASI II • KORTIKOSTEROID



dr. Ika Komala



Antihistamin Generasi I • Merupakan suatu amin yang larut dalam lipid dan stabil • Umumnya obat-obat ini serupa dalam absorpsi dan distribusinya • Absopsi oral  mudah • Puncak konsentrasi dalam plasma  1-2 jam • Masih digunakan secara luas karena karena efektif dan tidak mahal dr. Ika Komala



• Distribusi ke seluruh tubuh, dan masuk SSP dengan mudah • Obat dimetabolisme secara luas, terutama oleh mikrosomal hati. • Umumnya obat mempunyai lama kerja efektif 4-6 jam setelah dosis tunggal, tetapi meklizin bekerja lama dengan waktu kerja 12-24 jam • Efek samping : mengantuk, kelelahan, pandangan kabur, tremor, vertigo dr. Ika Komala



Yang termasuk gol antihistamin gen I • Alkilamin : bromfeniramin, klorfeniramin, deksklorfeniramin, troprolidin • Etanolamin : karbinoksamin.klemastin, dimenhidrinat, difenhidramin, doksilamin • Etilenediamin : tripelenamin, pirilamin • Fenotiazin : methdilazin, prometazin, trimeprazin • Piperazin : siklizin, hidroksizin, meklizin • Piperidin : azatadin, siproheptadin dr. Ika Komala



Antihistamin Generasi II • Antagonis H2 generasi kedua kurang larut lipid dan sulit memasuki SSP • generasi kedua mempunyai sedikit/tidak ada kerja sedatif. • Obat generasi kedua tidak menembus sawar darah otak  toksisitas SSP lebih rendah dari gen I



dr. Ika Komala



• Interaksi obat : ketokonazol, itrakonazol, eritromisin dan klaritromisin mempengaruhi metabolisme terfenadin dan astemizol  aritmia jantung yang serius. • Obat : terfenadin, astemizol, loratadin, cetirizin



dr. Ika Komala



KORTIKOSTEROID • Hormon adrenokortikal alami adalah molekul steroid yang diproduksi dan dilepaskan oleh korteks adrenal. • Glukokortikoid telah menjadi agen penting yang digunakan dalam pengobatan berbagai inflamasi, alergi, hematologi, dll.



dr. Ika Komala



. FARMAKOKINETIK : • pada sebagian besar kasus, kortikosteroid



sintesis diabsorpsi dengan cepat dan menyeluruh pada pemberian oral • Kecepatan sekresi berubah dalam irama sirkadian, puncaknya pada waktu dini hari dan sesudah makan serta dipengaruhi cahaya.



dr. Ika Komala



.



• • • •



FARMAKODINAMIK : Efek fisiologi : mempengaruhi fungsi banyak sel tubuh. Efek metabolisme : mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Efek katabolik : pada jaringan limfoid dan jaringan otot, tulang, lemak dan kulit. Efek antiinflamasi dan imunosupresi : mengurangi manifestasi peradangan secara dramatis. dr. Ika Komala



.



Efek antiinflamasi dan imunosupresan dari senyawa ini banyak digunakan untuk terapi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap banyak efek sampingnya yang serius. • Efek lainnya : efek penting terhadap sistem saraf, perangsangan produksi asam dan pepsin pada lambung, efek terhadap sistem hematopoetik, dan terhadap perkembangan janin dr. Ika Komala



Beberapa kortikosteroid alam dan sintetik untuk pengobatan umum Kerja singkat Hidrokortison (kortisol) Prednison Prednisolon Fluokortolon Metilprednisol on Meprednison



Kerja sedang



Kerja lama



Mineralokorti koid Triamsinolon Betametason Fludrokortison Parametason Deksametason Deoksikortikos Fluprednisolon teron asetat



dr. Ika Komala



Indikasi pemberian kortikosteroid 1. Terapi substitusi bertujuan memperbaiki kekurangan akibat insufisiensi sekresi korteks adrenal pada keadaan insufisiensi adrenal akut maupun kronik. 2. Terapi non endokrin digunakan pada artritis, karditis reumatik, sindrom nefrotik, penyakit kolagen, asam bronkial, penyakit alergi, penyakit mata, penyakit kulit, dll. dr. Ika Komala



Beberapa indikasi terapetik pada kelainan non adrenal kelainan



contoh



Reaksi alergi



Asma, sengatan lebah,kontak dermatitis,rinitis alergika



Kelainan vaskular-kolagen



Lupus eritematosus,polimiositis, artritis rematoid



Penyakit mata



Uveitis akut,konjungtivitis alergika,koroiditis



Penyakit saluran cerna



Peradangan usus besar,nekrosis hati sub akiut



Kelainan hematologi



Anemi hemolitik akuisita,purpura alergika akut,lekemi



Infeksi



Septikemia gram-negatif



Kondisis peradangan tulang dan sendi



Artritis,bursitis,tenosinovitis



Kelainan neurologi



Edema serebrum,multipel sklerosis



Transplantasi organ



Pencegahan penolakan organ transplan



Penyakit paru-paru



Aspirasi pnemonia, asma bronkiale



Kelainan ginjal



Sindrom nefrotik



Penyakit kulit



Atopik dermatitis,dermatosis,liken simplek,dll



Penyakit tiroid



Eksoftalmus maligna,tiroiditis subakut



Lain-lainnya



Hiperkalsemia, mountain sickness dr. Ika Komala



.



• TOKSISITAS Pada pemberian singkat (< 2 mgg) jarang terlihat efek samping serius. pada pemberian dosis kortisol (atau steroid sintetik yang setara) >100 mg/hr selama >2mgg akan mengalami serangkaian perubahan yang disebut sindrom cushing iatrogenik dengan gejala : moon face, penumpukan lemak di tengkuk dan muka,pertumbuhan bulu halus di paha dan badan, jerawat, insomnia, bertambah nafsu makan. dr. Ika Komala



• Komplikasi lain : perkembangan ulkus peptikum dan komplikasinya, psikosis, katarak subkapsular posterior, glaukoma. Pada dosis pada dosis 45 mg/hr dapat terjadi retardasi pertumbuhan pada anak-anak. • Bila diperlukan dosis besar dalam waktu lama, bisa dicoba pemberian obat selang sehari. • Dosis yang tinggi, harus dikurangi secara bertahap (tapering off).



dr. Ika Komala



OBAT KEMOTERAPI TOPIKAL Obat antijamur (oral & topikal) Obat antibiotik topikal Obat antiparasit topikal Obat antivirus



dr. Ika Komala



ANTIBIOTIK TOPIKAL • Manfaat : 1. Pencegahan infeksi luka bersih 2. Pengobatan awal dermatosis terinfeksi dan luka 3. Menurunkan kolonisasi nares oleh stafilokokus 4. Deodorisasi aksila 5. Penatalaksanaan akne vulgaris dr. Ika Komala



• Sejumlah anti-infeksi topikal mengandung kortikosteroid sebagai tambahan terhadap antibiotik. • Kombinasi terapi terbukti lebih baik pada pengobatan infeksi dermatosis sekunder. • Kombinasi antibiotik-kortikosteroid bermanfaat dalam pengobatan dermatitis popok,otitis eksterna, dan ekzema impetiginisasi.



dr. Ika Komala



• Kuman patogen yang diisolasi dari kebanyakan infeksi dermatosis yaitu kelompok streptokokus beta-hemolitikus grup A, staphylococcus aureus, atau keduanya. • Preparat antibakteri topikal yang dikemas, yang mengandung antibiotik multipel, tersedia dalam bentuk dosis yang tepat diatas ambang terapeutik. dr. Ika Komala



• Bentuk obat ini memberikan keuntungan pada infeksi yang cakupannya luas akibat patogen yang tidak diketahui serta dapat menunda resistensi mikroba akibat penggunaan komponen antibiotik tunggal.



dr. Ika Komala



1. BASITRASIN DAN GRAMISIDIN • Basitrasin dan gramisidin merupakan antibiotik polipeptida yang aktif terhadap organisme gram positif (streptokokus, stafilokokus, pneumokokus) dan kebanyakan kokus anaerob, neisseria, basilus tetanus dan basilus difteri. • Basitrasin dibuat dalam bentuk salep basa tunggal atau kombinasi dengan neomisin, polimiksin B, atau keduanya. dr. Ika Komala



• Penggunaan basitrasin pada nares anterior menurunkan kolonisasi stafilokokus. • Resistensi mikroba dapat terjadi pada penggunaan antibiotik yang lama. • Sindrom urtikaria kontak yang disebabkan basitrasin jarang terjadi. • Dermatitis kontak alergik sering terjadi. • Toksisitas sistemik jarang terjadi karena basitrasin sukar diabsorpsi melalui kulit. dr. Ika Komala



2. MUPIROSIN • Mupirosin (asam pseudomonat A) secara struktur tidak berhubungan dengan antibiotik topikal lain yang tersedia saat ini. • Kebanyakan bakteri aerob gram positif, termasuk stafilokokus aureus yang resisten terhadap metisillin, bersifat sensitif terhadap mupirosin. • Obat ini efektif terhadap pengobatan impetigo yang disebabkan s. aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A. dr. Ika Komala



3. POLIMIKSIN B SULFAT • Polimiksin B adalah suatu antibiotik polipeptida yang efektif terhadap organisme gram negatif (pseudomonas aeruginosa, escherichia coli, enterobacter, klebsiella). • Preparat topikal dibuat baik dalam bentuk larutan atau salep basa. • Sejumlah kombinasi antibiotik yang dikemas dan mengandung polimiksin B tersedia di pasaran. dr. Ika Komala



• Dari pengobatan topikal, konsentrasi serum yang dapat dideteksi sulit dicapai. Tetapi dosis harian total yang diberikan pada luka terbuka/kulit yang mengelupas tidak boleh lebih dari 200 mg untuk mengurangi kemungkinan neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. • Hipersensitivitas terhadap pemberian Polimiksin B topikal jarang terjadi



dr. Ika Komala



4. NEOMISIN DAN GENTAMISIN • Neomisin dan gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang aktif terhadap organisme gram negatif (E. coli, Proteus, Klbsiella, dan Enterobacter) • Dibandingkan neomisin, Gentamisin umumnya menunjukkan aktivitas lebih besar terhadap P. aeruginosa, stafilokokus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A. dr. Ika Komala



• Neomisin tersedia dalam sejumlah bentuk topikal, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi dengan polimiksin, basitrasin, dan antibiotik lain. • Obat ini juga tersedia dalam bentuk bubuk steril untuk penggunaan topikal. • Gentamisin tersedia dalm bentuk salep atau krim. • Penggunaan neomisin topikal menghasilkan konsentrasi serum yang jarang terdeteksi. • Penggunaan gentamisin yang diberikan dalam preparat yang dicampur air pada luka bakar dapat terdeteksi konsentrasi serum sebesar 1-18μg/ml. dr. Ika Komala



• Kedua obat larut dalam air, ekskresi terutama melalui urin. • Gagal ginjal dapat menyebabkan akumulasi antibiotik ini, yang mungkin dapat mengakibatkan nefrotoksisitas, neurotoksisitas dan ototokisitas. • Neomisin sering menyebabkan sensitisasi, tu pada dermatosis ekzema, atau bila dibuat dalam vehikulum salep. • Bila sensitisasi terjadi, sensitivitas silang terhadap streptomisin, kanamisin, paromomisin dan gentamisin mungkin timbul dr. Ika Komala



5. ANTIBIOTIK TOPIKAL PADA AKNE • 4 macam antibiotik yang digunakan : 1. Klindamisin fosfat 2. Eritromisin basa 3. Metronidazol 4. Tetrasiklin hidroklorid • Terapi topikal biasanya lebih baik digunakan pada kasus inflamasi akne ringan-sedang dr. Ika Komala



Klindamisin • Klindamisin mempunyai aktivitas terhadap propionibacterium (corynebacterium)acne secara in vitro. • Penggunaan vehikulum hidroalkoholik dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit dengan keluhan rasa terbakar dan berbau. • Penggunaan vehikulum gel yang larut dalam air dapat ditoleransi dengan baik dan mengurangi dehidrasi dan iritasi kulit • Jarang terjadi dermatitis kontak alergika dr. Ika Komala



Eritromisin • Mekanisme kerja eritromisin topikal pada akne vulgaris inflammasi tidak diketahui, asumsi : efek penghambatan pada P. acnes • Komplikasi terapi topikal : jika terjadi perkembangan strain organisme yang resisten. • Efek samping lokal: rasa terbakar saat pemberian obat, kekeringan dan iritasi kulit. • Hipersesitivitas alergik jarang terjadi. dr. Ika Komala



Metronidazol • Gel metronidazol efektif pada akne rosasea • Mekanisme kerja tidak diketahui, mungkin berhubungan terhadap efek penghambatan terhadap Demodex brevis. • Tidak direkomendasikan penggunaan topikal selama masa kehamilan, menyusui, dan anak karena sifat karsinogen. • Efek samping lokal : kekeringan, rasa terbakar dan berbau. dr. Ika Komala



Tetrasiklin • 2 sediaan untuk akne vulgaris : 1. Tetrasiklin hidroklorid dalam hidroalkoholik basa. 2. Meklosiklin sulfosalisilat dalam krim basa. •







Efek yang menguntungkan dari penggunaan preparat tersebut pada kne vulgaris dihubungkan dengan efek penghambatannya pada P.acnes Obat ini tidak boleh diberikan pada wanitahamil atau orang dengan riwayat gangguan fungsi ginjal atau hati. dr. Ika Komala



OBAT ANTIJAMUR • Untuk pengobatan infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur dermatofitik dapat diatasi dengan : 1. Obat antijamur oral, misal : griseovulfin dan ketokonazol, flukonazol 2. Obat antijamur topikal, misal : klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol, naftilin, tolnaftat dan haloprogin. dr. Ika Komala



• Infeksi superfisial yang disebabkan oleh candida sp mungkin dapat diobati dengan klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol, nistatin atau amfoterisin B. • Kandidiasis mukokutan kronik umumnya memberikan respon yang baik pada pemberian terapi ketokonazol oral jangka panjang.



dr. Ika Komala



Preparat antijamur topikal 1. TURUNAN AZOL Imidazol (klotrimazol, ekonazol, ketokonazol, mikonazol, oksinazol, dan sulkonazol) mempunyai aktivitas luas terhadap dermatofit (Epidermophyton, Microsporum, dan Tricophyton) dan ragi (candida albicans dan Pityrosporum orbiculare yang menyebabkan tinea versikolor) dr. Ika Komala



• Mikonazol dan klotrimazol tersedia untuk pengobatan topikal dalam bentuk krim atau cairan dan krim vaginal atau suppositoria. • Ekonazol tersedia dalam bentuk krim • Oksikonazol tersedia dalam bentuk krim dan cairan • Ketokonazol tersedia dalam bentuk krim untuk pengobatn topikal dermatofitosis dan candidiasis dan dalam bentuk sampo untuk pengobatan dermatitis seboroik. dr. Ika Komala



• Sulkonazol tersedia dalam bentuk larutan • Kombinasi antijamur-kortikosteroid topikal dapat memberikan perbaikan gejala yang lebih cepat dibandingkan obat antijamur tunggal. • Pemberian 1-2x sehari pada daerah yang terinfeksi secara umum akan memberikan hasil yang baik pada infeksi dermatofit superfisial dalam 2-3 minggu, meski pengobatan harus diteruskan sampai eradikasi organisme ditetapkan



dr. Ika Komala



• Pada kandidiasis paronikial dan intertriginus dapat diobati secara efektif jika diberikan 3-4x sehari • Pada Dermatitis seboroika diberikan ketokonazol 2x sehari sampai perbaikan klinis dicapai. • Efek samping lokal imidazol : bau, eritema, gatal dan iritasi lokal. • Jarang terjadi dermatitis kontak alergika. dr. Ika Komala



2. SIKLOPIROKS OLAMIN merupakan obat antimikotik sintetik spektrum luas. Dapat menghambat aktivitas dari dermatofit, candida sp, dan P.orbiculare kemungkinan tempat kerja di membran sel farmakokinetik: 1-2% dosis diabsorpsi jika diberikan dalam bentuk larutan di belakang balutan yang tertutup. tersedia dalam bentuk krim 1% insiden efek samping rendah, kemungkinan timbulnya hopersensitivitas kontak alergik kecil. dr. Ika Komala



3. NAFTILIN merupakan alilamin yang sangat aktif terhadap dermatofit tetapi kurang aktif terhadap ragi. aktivitas antijamur berasal dari penghambatan selektif enzim kunci untuk sintesis ergosterol. tersedia dalam bentuk krim 1% dengan dosis 2x sehari. Efek samping: rasa terbakar, iritasi lokal, dan eritema Kontak dengan membran mukosa harus dihindari dr. Ika Komala



4. TERBINAFIN Merupakan suatu n-alilamin dengan aktivitas mirip naftilin hidroklorid. obat tersedia dalam bentuk krim 1% untuk infeksi dermatofit efek samping : iritasi lokal dengan eritema, kekeringan dan berbau. kontak dengan membran mukosa dan mata harus dihindari dr. Ika Komala



. 5. TOLNAFTAT merupakan senyawa antijamur sintetik yang efektif secara topikal terhadap infeksi dermatofit yang disebabkan oleh Epidemophyton, Microsporum dan Tricophyton. obat ini juga aktif terhadap P.orbiculare tapi tidak efektif terhadap Candida tersedia dalam bentuk krim, larutan, bubuk, atau bubuk aerosol yang digunakan 2x sehari. kekambuhan yang terjadi setelah obat dihentikan sering muncul. dr. Ika Komala



infeksi di daerah telapak tangan, telapak kaki dan kuku biasanya tidak memberikan respon terhadap pemberian tolnaftat tunggal. umumnya tolnaftat ditoleransi dengan baik, jarang menyebabkan iritasi atau sensitisasi kontak alergi.



dr. Ika Komala



6. HALOPROGIN



.



merupakan suatu fenolik eter berhalogen aktif terhadap : Epidemophyton, Microsporum, Tricophyton dan P. orbiculare penggunaannya umumnya terbtas pada dermatofit dan tinea versikolor. tersedia dalam bentuk krim atau larutan. Hanya terdapat penetrasi yang rinagn pada kulit yang utuh. toksisitas sistemik setelah pemberian topikal belum pernah diobservasi dr. Ika Komala



. Pemberian 2x sehari di daerah yang terinfeksi biasanya sembuh dalam 2-3 minggu. infeksi pada telapak tangan, telapak kaki, dan kuku biasanya resisten terhadap terapi topikal. efek samping meliputi iritasi lokal, rasa terbakar, vesikulasi, peningkatan maserasi dan eksaserbasi lesi yang ada. hindari kontak dengan mata hipersensitivitas kontak alergi jarang terjadi dr. Ika Komala



. 7. NISTATIN DAN AMFOTERISIN B Bermanfaat dalam terapi topikal infeksi C.albicans tetapi tidak efektif terhadap dermatofit. penggunaan nistatin terbatas untuk pengobatan topikal infeksi candida kutan dan mukosa karena spektrumnya sempit. amfoterisin B mempunyai spektrum antijamur luas, digunakan secara i.v pada banyak infeksi mikosis sistemik dr. Ika Komala



. • Dosis nistatin topikal untuk kandidiasis paronikial dan intertriginus 2-3x/hari • Pada kandidiasis oral (sariawan) diberikan nistatin 4x5 ml suspensi oral/hr selama beberapa menit sebelum ditelan (bayi 2ml) • Terapi alternatif untuk sariawan adalah tablet vagina yang dilarutkan dan ditahan dalam mulut 4x sehari. • Kandidiasis vulvovaginal diobati dengan insersi 2x1 tab vaginal/hari selama 14 hari kemudian setiap malam 14-21 hari dr. Ika Komala



. • Amfoterisin B tersedia dalam bentuk krim, salep dan cairan. • Dosis yang direkomendasikan untuk pengobatan kandidiasis paronikial dan intertriginus yaitu 2-4x sehari pada daerah yang terkena infeksi. • Efek samping : mual ringan, diare, muntah. • Pemberian topikal bersifat non iritasi dan jarang terjadi hipersensitivitas kontak alergi • Amfoterisin B topikal ditoleransi dengan baik walaupun kadang menyebabkan iritasi lokal dr. Ika Komala



• Hipersensitivitas sangat jarang terjadi • Obat dapat menyebabkan kulit berwarna kuningg untuk semntara, terutama jika vehikulum yang digunakan berbentuk krim.



dr. Ika Komala



Obat antijamur oral 1. GRISEOFULVIN griseofulvin secara oral efektif terhadap infeksi dermatofit yang disebabkan oleh Epidermophyton, Microsporum dan Tricophyton namun tidak efektif terhadap P.orbiculare dan candida. aktivitas antijamur : adanya penghambatan sintesis dinding sel hifa, efek pada sintesis asam nukleat dan penghambatan mitosis. Griseofulvin hanya aktif terhadap sel yang tumbuh. dr. Ika Komala



. • Kadar puncak plasma serum 1,5-2 μg/ml dicapai dalam waktu 4-8 jam setelah pemberian oral 1 g griseofulvin mikronisasi. • Griseofulvin mikronisasi tersedia dalam bentuk tablet 250 dan 500 mg. obat ultramikronisasi tersedia dalam bentuk tab 125, 165 dan 330 mg serta kapsul 250 mg. • Dosis obat untuk dewasa : 500 mg/hr dalam dosis tunggal atau terbagi dengan makan. • Untuk pengobatan infeksi berulang dapat diberi 1g/hr dr. Ika Komala







• •











. Dosis anak: 10 mg/kgBB/hr dalam dosis tunggal atau terbagi dengan makan. Tersedia suspensi oral untuk anak. Griseofulvin efektif pada pengobatan infeksi tinea pada daerah tengkorak kepala dan kulit yang tidak berambut. Respon pengobatan terlihat dalam waktu 4-6 minggu (pada tengkorak kepala) dan 3-4 minggu (pada daerah tak berambut) Infeksi dermatofit pada derah kuku hanya memberi respon pada pengobatan jangka panjang. Jari tangan : 6 bulan, jari kaki : 8-18 bln dr. Ika Komala



.



• Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, diare, fotosensitivitas, neuritis perifer dan kadang kebingungan mental. • Griseofulvin didapat dari jamur penicillium dan sensitivitas silang terjadi dengan penisilin. • Kontra indikasi : penderita porfiria atau gagal hati. Pada wanita hamil, keamanannya belum diketahui.



dr. Ika Komala



• Pernah dilaporkan adanya lekopeni dan proteinuria, karena itu pada penderita yang mendapat pengobatan jangka panjang dianjurkan melakukan evaluasi rutin pada sistem hati, ginjal atau hematopoetik • Aktivitas antikoagulan kumarin dapt diubah oleh griseofulvin sehingga dosis perlu disesuaikan.



dr. Ika Komala



. 2. TURUNAN AZOL ORAL flukonazol, ketokonazol, itrakonazol bekerja dengan mempengaruhi permeabilitas membran sel pada sel jamur yang sensitif melalui perubahan biosintesis lipid terutama sterol. pada kandidiasis mukokutan kronik, ketokonazol diberikan dengan dosis 1x200 mg/hr. pada kulit tak berambut respon terjadi dalam 2-3 minggu pada infeksi kulit palmar dan plantar respon lebih lambat, dosis 2x200 mg/hr selama 4-6 minggu. dr. Ika Komala



.



• Infeksi rambut dan kuku memberikan respon lebih lambat. • Tinea versikolor sangat responsif terhadap pengobatan jangka pendek dengan dosis 1x200 mg/hr. • Efek samping : mual atau gatal (3%), ginekomasti, peningkatan kadar enzim hati dan hepatitis. • Hati-hati pemberian pada penderita dengan riwayat hepatitis. dr. Ika Komala



. • Lakukan pemeriksaan rutin fungsi hati pada pasien dengan terapi jangka panjang. • Flukonazol dan itrakonazol merupakan turunan azol terbaru untuk terapi oral. • Flukonazol diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral, waktu paruh plasma 30 jam. Karenanya hanya butuh dosis 100 mg/hr untuk pengobatan kandidiasis mukokutan.



dr. Ika Komala



.



• Waktu paruh Itrakonazol mirip dengan flukonazol, dengan konsentrasi terapeutik yang dapat dideteksi pada stratum korneum sampai dengan 28 hari setelah pengobatan akhir • Dosis itrakonazol : 200 mg/hr diberikan dengan makan untuk mendapatkan absorpsi maksimal.



dr. Ika Komala



. • Kombinasi azol oral dengan terfenadin atau astemizol dapat meningkatkan konsentrasi plasma terfenadin atau astemizol, sehingga dapat mengakibatkan disritmia jantung berat meliputi takikardia ventrikel dan kematian. • Karena itu, kombinasi azol oral dengan terfenadin atau astemizol benar-benar dikontraindikasikan !!!!



dr. Ika Komala



OBAT ANTIVIRUS • ASIKLOVIR, VALACYCLOVIR, PENCICLOVIR, FAMCICLOVIR Merupakan analog guanin sintetik dengan aktivitas penghambatan terhadap anggota famili virus herpes termasuk HSV 1 dan 2



dr. Ika Komala



• asiklovir topikal tersedia dalam bentuk salep 5% untuk pengobatan infeksi herpes simpleks primer dan untuk membatasi infeksi virus herpes simpleks mukokutan pada penderita dengan gangguan imun. • Penciclovir topikal tersedia dalam bentuk krim 1% untuk herpes simpleks orolabial berulang pada pasien dewasa imunokompeten dr. Ika Komala



• Penggunaan asiklovir topikal memperpendek lamanya lamanya pelepasan virus dan menurunkan waktu penyembuhan. • Efek samping lokal : gatal dan nyeri ringan yang disertai bau dan rasa terbakar sementara.



dr. Ika Komala



OBAT ANTIPARASIT TOPIKAL • LINDAN Merupakan suatu pedikulisid dan skabisid yang efektif puncak konsentrasi serum dicapai dalam waktu 6 jam setelah pemberian lindan cair. waktu paruh 24 jam. Setelah absorpsi, lindan dikumpulkan dalam jaringan lemak, termasuk otak. dr. Ika Komala



. • Lindan tersedia dalam bentuk sampo, cairan dan krim. • Pada pengobatan pedikulosis kapitis atau pubis, pemberian 30 ml sampo lindan yang telah menjadi busa selam 5 menit dibiarkan di tulang tengkorak atau daerah genital dan kemudian dicuci. • Tidak ada pengobatan tambahan kecuali jika masih ada tungau 1 mgg setelah pengobatan, mungkin perlu diulang. dr. Ika Komala



• Pengobatan pada skabies : biarkan selama 8-12 jam kemudian cuci. • Jika tungau masih ditemukan, obati kembali (tidak boleh lebih dari seminggu). • Obat dapat menyebabkan neurotoksisitas dan hematotoksisitas • Hati-hati penggunaan pada wanita hamil, bayi dan anak. • Dapat terjadi iritasi lokal • Hindari kontak dengan mata dan membran mukosa dr. Ika Komala



• KROTAMITON Merupakan skabisid dengan dengan beberapa sifat antipruritus. Tersedia dalam bentuk krim atau cairan. Penuntun pemberian obat ini untuk skabies disebut 2x aplikasi ke seluruh bagian tubuh dimulai dari pipi ke bawah dengan interval 24 jam, kemudian dibersihkan setelah 48 jam dari aplikasi terakhir. Hindari aplikasi pada kulit yang terinflamasi akut, mata atau membran mukosa dr. Ika Komala



• SULFUR sudah lama dipakai sebagai skabisid tidak bersifat iritan, tetapi bau tidak menyenangkan, meninggalkan noda dan tidak disetujui untuk digunakan. obat ini telah digantikan oleh skabisid yang lebih efektif dan estetik, namun masih digunakan sebagai obat alterbatif untuk bayi dan wanita hamil.



dr. Ika Komala



• MALATION efektif sebagai pedikulisid dan diindikasikan untuk pengobatan pedikulosis kapitis. Tersedia dalam bentuk cairan alkohol-basa 5% pada pedikulosis kapitis, dberikan 30 ml pada rambut kering dan kulit kepala serta didiamkan selama 8-12 jam sebelum diberi sampo. Ulangi pengobatan jika dalam 7-10 hari kembali terdapat tungau yang hidup. hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan bayi dr. Ika Komala



• PERMETRIN BERSIFAT NEUROTOKSIK TERHADAP Pediculus humanus, Phtirus pubis dan sarcoptes scabiei. kurang dari 2% dosis diabsorpsi secara perkutan. Residu obat berlangsung selama 10 hari setelah pemberian obat ini. permetrin krim pembilas 1% yang tidak diencerkan direkomendasikan diberikan pada daerah yang terkena pedikulosis selama 10 menit kemudian bilas dengan air panas dr. Ika Komala



• Untuk pengobatan skabies, penggunaan tunggal krim permetrin 5% diberikan ke seluruh tubuh yang dimulai dari leher ke bawah dibiarkan selama 8-12 jam dan kemudian dicuci. • Efek samping : rasa terbakar sementara, bau dan gatal.



dr. Ika Komala