OK 14 LP Abses Sub Mandibula [PDF]

  • Author / Uploaded
  • datik
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN OPERASI INSISI DRAINAGE a/i ABSES SUBMANDIBULA



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pelatihan Perawat Bedah Kamar Operasi



Disusun Oleh:



NONA TUNJUNG SATRIA WATI



PELATIHAN BEDAH DI RSUD DR. MOEWARDI



SURAKARTA



2020



LAPORAN PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN OPERASI INSISI DRAINAGE a/i ABSES SUBMANDIBULA



A. PENGERTIAN MANDIBULA Abses mandibula adalah suatu penimbunan nanah dan atau terdapat pengerasan pada subkulit, biasanya akibat infeksi atau bakteri yang terjadi di mandibula, suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang disebut peradangan (Siregar, 2014). Abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2010).



B. ETIOLOGI Menurut Siregar (2014) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain: a. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.



C. MANIFESTASI KLINIS Menurut Smeltzer dan Bare (2010), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa : a. Nyeri b. Nyeri tekan c. Teraba hangat d. Pembengakakan e. Kemerahan f.



Demam



D. PATOFISIOLOGI Menurut Price (2016) jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh



dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.



Kelenjar Ludah Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat gula atau maltosa. Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut: (1)



Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam berhadapan dengan geraham kedua.



(2)



Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah rahang bawah.



(3)



Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah. Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lendir yang disebut iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.



E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS Menurut Siregar (2014), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bissxa dilkukan pemeriksaan :  Rontgen  USG,  CT, Scan  MRI.



F. PENATALAKSANAAN Insisi drainage Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda. Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.



G. KOMPLIKASI Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula adalah: a.



Perdarahan



b.



Kehilangan gigi



b.



Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan Ludwig’s angina



c.



Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis mandibula atau maksila



d.



Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral, endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.



H. TEHNIK INSTRUMENT PADA OPERASI INSISI DRAINAGE 1. Pengertian Suatu cara mengelola instrumen selama proses insisi drainage. 2. Tujuan  Mengatur alat secara sistematis dimeja mayo  Memperlancar handling instrument  Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen 3. Petugas : catat nama petugas 4. Persiapan alat 1. Alat – alat steril INSTRUMENT BASIC 1. Handle mes (Knifehandle) no. 3



1



2. Pincet Chirurgie



2



3. Pincet Anatomie



2



4. Gunting Metzembaum panjang / pendek



1/1



5. Gunting Benang (Ligature Scissors)



2



6. Arteri klem lurus/pean lurus



8



7. Arteri klem bengkok/pean bengkok (chrom klem)



8



8. Nald Voerder panjang/pendek



1/1



INSTRUMEN PENUNJANG/PENDUKUNG 1. Wound hag gigi tajam



2



2. Langen back



2



3. Crush klem



1



4. Kocher klem



2



5. Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps)



1



6. Doek Klem (Towel Forceps)



4



7. Kanul Diathermi/hand piece couter.



8. Kanul Suction 2. Set linen dan bahan penunjang operasi/bahan habis pakai a. Linen Set b. Sarung tangan bermacam-macam ukuran c. Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 % d. Kanul Diathermi/hand piece couter e. Kanul + Selang Suction f. Pisau bedah no. 18 g. Langen hak 2 h. Bengkok i. Kom kecil 1 j. Spuit 10 cc k. Kiret 1 l. Tongspatel 1 m. Kasa 3. Alat tidak Steril a.



Plat Diatermi.



b.



Mesin Diatermi.



c.



Mesin Suction.



d.



Lampu Operasi.



e.



Meja Operasi.



f.



Meja Mayo.



g.



Meja Instrumen.



h.



Standar Infus.



i.



Tempat sampah



Persiapan pasien a. Inform consent b. Puasa c. Alat-alat dan obat-obatan.



d. Cek kebutuhan operasi Setelah penderita dilakukan anaesthesi. 



Mengatur posisi terlentang.







Memasang plat diatermi di bawah paha penderita







Memasang folley cathetera (kalau perlu)



Prosedur a. Perawat instrumen cuci tangan. b. Operator dan asisten cuci tangan. c. Perawat instrumen memakai baju steril dan sarung tangan . d. Atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan. e. Berikan klem dan deper desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi. f. Lapangan operasi dipersempit dengan duk besar 2 biji, duk kecil 4 biji, duk klem 4 buah untuk draping. g. Time out h. Berikan mess untuk insisi sampai fascia. i. Berikan klem untuk memasukkan sumbu ( secara tumpul ) supaya pus keluar j. Berikan selang NGT untuk mengeluarkan semua pus k. Berikan kassa Tampon untuk dimasukan ke area abses, kemudian disisakan sepanjang ± 5cm untuk mempermudah pengangkatan Atau gunakan drain ( dari bekas sarung tangan atau pipa infus ), dimasukkan kedalam rongga abses. l. Berikan benang side 3/0 untuk fiksasi dengan kulit dan ujung luar drain dipasang penampung infus. m. Tutup luka dengan kasa dan betadine Evaluasi 1. Kelengkapan instrument 2. Proses operasi 3. Bahan pemeriksaan



DAFTAR PUSTAKA



Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2016. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta. Siregar, R,S. 2014. Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta : EGC. Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Bruner and Suddarth. Alih Bahasa Agung Waluyo. (et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC.