Oklusi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 12 Klasifikasi Oklusi A. Klasifikasi yang Efektif Beberapa tahun belakangan ini, Standar Klasifikasi Oklusi yang sering dipakai adalah klasifikasi maloklusi Angle. Masalahnya Klasifikasi Angle tidak bisa digunakan untuk menjelaskan dan mengkoreksi posisi dan kondisi TMJ pada intertonjol masila ketika menghubungkan lengkung mandibula dengan maksila. Klasifikasi Maloklusi Angle terdiri dari Angle Kelas I yang menggambarkan hubungan lengkung gigi antara mandibular dan maksila yang normal, Angle Kelas II menggambarkan lengkung gigi yang abnormal dimana lengkung mandibular terlalu ke distal, dan Angle Kelas III menggambarkan lengkung gigi yang abnormal dimana lengkung mandibular terlalu maju/protrusif. Dari titik otot mastikasi yang stabil dan nyaman, penting untuk menyeimbangkan sistem mastikasi (gigi, sendi, rahang, dan otot) kemudian berkembang menjadi Kelas I yang Ideal yang membutuhkan perpindahan TMJ untuk mencapai intertonjol maksimal. Oklusi Kelas II dan Kelas III pada beberapa pasien dapat mencapai keseimbangan dan kestabilan optimal jika intertonjol maksimal tidak bermasalah dengan kendudukan sendi rahangnya.



Pada Gambar………., Bila Kesejajaran garis tengah dan hubungan oklusi kelas I dicapai dengan perpindahan TMJ ke kiri, hal ini menyebabkan nyeri otot mastikasi pada sendi yang pindah. Dan ini adalaha suatu kesalahan. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang tidak mengevalusi hubungan oklusi dengan TMD, Penyimpangan oklusi membutuhkan perpindahan TMJ untuk mencapai intertonjol maksimal yang mana hal



ini dapat menyebabkan nyeri pada otot. Selain itu perpindahan sendi bukan pertimbangan dalam kalsifikasi Angle. Agar otot mastikasi harmonis dan tidak nyeri, kedua kondil harus bebas pada kedudukannya direlasi sentris selama intertonjol maksimal. Menghilangnya penyimpangan posterior (posisi gigi tidak berkontak) menyebabkan penutupan ke intertonjol masimal dalam oklusi dapat membuat TMJ dan otot nyaman. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian oleh Pullinger dan Kawan-kawan yang mengamati Faktor-faktor oklusi yang abnormal berperan dalam terjadinya TMD, dan hasil penelitiannya bahwa sebagian dari factor-faktor paling kritis pada kekacauan oklusi, seperti pengausan gigi yang berlebihan (hypermobilitas, gigi sensitive, dan tanda-tanda lain dari ketidakstabilan) tidak dapat didiagnosa jika relasi sentris tidak ditentukan dengan tepat dan digolongkan sebagai masalah. Angle tidak menunjukan hal ini karena tidak memperhatikan posisi dan kondisi TMJ ketika menggolongkan hubungan lengkung dengan lengkung pada rahang. Pada penelitian Cordray, dinyatakan bahwa klasifikasi Angle mengubah hubungan mandibula dari hubungan intertonjol maksimal ke relasi sentris pada kedua gigi taring atau gigi molar pertama dalam 40,9% dari 596 pasien asimtomatik. Kesimpulannya hanya pada operatif dentistry, model diagnose yang ditanam dalam relasi sentrik dibutuhkan untuk diagnosis perawatan orthodontik yang akurat. Karena analsis visual mulut dan model pada intertonjol maksimal tidak cukup akurat untuk membuat rencana perawatannya. B. Klasifikasi Dawson Dalam analisis relasi oklusi dengan TMJ, kondisi dan posisi TMJ harus ditentukan sebelum oklusi dapat dianalisi. Pembagian dari Klasifikasi Dawson sebagai berikut: 1. Tipe I. Intertonjol Maksila adalah Selaras dengan Hubungan Yang Sentris.  Implikasi Untuk TIPE I adalah: a. Hubungan sentris adalah verifiable dengan gigi yang dipisahkan b. Tidak ada ketidaknyamanan didalam daerah TMJ bahkan ketika dengan beban yang kuat c. Perawatan untuk TMD tidak diperlukan d. Rahang dapat menutup dengan intertonjol maksimal tanpa prematur kontak gigi atau adanya penyimpangan e. Occlusal Equilibration tidak diperlukan kecuali adanya penyimpangan f. Pasien itu dapat Clench tanpa adanya tanda rasa tidak nyaman g. Penggunaan dari suatu Splint occlusal tidak diindikasikan h. Oklusi Tipe I dapat terjadi dengan setiap Klasifikasi Angle



2. Tipe I.A. Intertonjol Maksimal terjadi Selaras dengan Postur Sentris Adptasi “A” menandakan kondisi yang diadaptasikan,  Implikasi Tipe I.A adalah : a. Struktur intracapsular mempunyai kelainan bentuk tetapi sudah beradaptasi b. TMJ dapat menerima beban tanpa adanya rasa tidak nyaman c. Perawatan untuk TMD tidak diperlukan d. Koreksi occlusal tidak diperlukan karena tidak ada ketidakharmonisan TMJ/Oklusi Jika sendi dapat menerima beban yang kuat tanpa adanya ketidaknyamanan dn dapat diatur dengan stabil, keselarasan antara oklusi dan TMJ hampir dapat selalu dibentuk. Jika TMJ sudah mengalami perubahan deformatif, tipe, dan tahap kelainan bentuk perlu dipastikan dan direkam. Penting untuk mengetahui bahwa deformasi TMJ tidak sestabil yang normal (pada pertemuan diskus dan kondylnya). Penting juga untuk mengetahui bahwa banyak perubahan dalam struktur intrakapsular dapat mempengaruhi hubungan TMJ/Oklusi. Pasien sebaiknya diberi tahu bahwa perbaikan secara periodik mungkin dibutuhkan setelah perawatan awal selesai. 3. Tipe II. Kondyl Harus dipindahkan dari Relasi Sentrik Terverifikasi ke Intertonjol Maksimal. Tipe II.A. Kondyl harus dipindahkan dari Relasi Sentrik Adaptasi ke Intertonjol Maksimal  Implikasi Tipe II dan II.A adalah : Relasi sentrik adaptasi harus diverifikasi sehingga ketidaknyamanan dari gangguan intrakapsul hilang. Sumber nyeri dapat berasal dari otot, adanya keterlibatan gigi. Prognosis baik jika semua keterlibatan oklusal dihilangkan. Kontraindikasi untuk Bedah TMJ, Athroscopy, Suntik Sendi atau Lavage. Perawatan Reversible dapat menggunakan Oklusal Splint, atau menggunakan penyeimbang, orthodontis, atau restorasi untuk memperbaiki disharmoni TMJ. 4. Tipe III. Hubungan Sentris tidak bisa diverifikasi TMJ tidak bisa menerima beban tanpa nyeri tekan atau tegangan, sehingga hubungan intertonjol maksimal tidak bisa ditentukan sampai masalah TMJ diselesaikan.  Implikasi Tipe III adalah: Fokus dalam mengoreksi TMD. Pemilihan Terapi tergantung pada jenis spesifikasi TMD. Bisa berupa alat occlusal sederhana untuk membebaskan kekejangan otot, bisa juga melalui operasi bedah



untuk jenis-jenis gangguan intracapsular tertentu. Gol dari perawatan ini diharapan menjadi Tipe I dan I.A. Tipe III diaplikasikan pada kondisi yang dianggap bisa dikoreksi dengan suatu potensi untuk kembali ke fungsi normal. 5. Tipe IV. Hubungan Occlusal dalam tahap aktif dari kekacauan yang progresif oleh TMJ secara patologis yang tidak stabil.  Implikasi Tipe IV adalah: Gangguan progresif TMJ yang sangat Parah, yang mana mustahil untuk mendapatkan oklusi yang stabil kembali. Tanda-tanda khas dari tipe ini adalah: 1. Anterior Open Bite yang progresif 2. Asimetri yang progresif 3. Retrusi mandibula yang progresif Tujuan dari perawatan nya adalah untuk menghentikan progresifitas kelainan bentuk TMJ sampai stabilitasnya dapat ditetapkan kembali. Kontrainbdikasi pada perawatan oklusal yang irreversible. Jarang ada literatur yang spesifik tentang diskusi, penelitian, dan perawatan TMD. Pada umumnya hanya gejala-gejala yang bisa dievaluasi diantaranya bunyi pada sendi, pembatasan gerakan buka tutup mulut, dan ketidak nyamanan pada daerah TMJ. Klasifikasi Pipper adalah standar emas untuk hasil diagnose yang spesifik. C. Aplikasi Klinis dari Klasifikasi 1. Pada oklusi tipe I dan I.A Tidak boleh ada ketidaknyamanan pada daerah TMJ atau otot mastikasi bahkan sekalipun dengan clenching maksimal. Pada oklusi Tipe I an Tipe I.A subtype yang diadabtasikan adalah, bedah TMJ, arthroscopy, Penyuntikan Sendi atau lavage. Secara umum gangguan otot, fibromyalgia dan faktor-faktor neurologi bisa memerlukan terapi tambahan jika nyeri otot tidak dihilangkan dengan mengeliminasi keterlibatan oklusal pada gangguan intrakapsular. 2. Pada Oklusi Tipe II dan II.A Hubungan sentris atau oklusi sentris adaptasi sudah diverifikasi, maka setiap ketidaknyamanan dari gangguan intrakapsular, sudah dihilangkan. Prognosis diprediksi baik, dengan mengkoreksi oklusi dari Tipe II reversible menjadi Tipe I, dan Tipe II.A reversible menjadi Tipe I.A. Oklusi Tipe II dan II.A fokus pada memperbaiki oklusi sehingga TMJ stabil. 3. Pada Oklusi Tipe III Oklusi ini fokus pada memperbaiki TMD sebelum perawatan oklusi selesai. Tipe terapi yang dipilih berdasarkan pada jenis TMD nya, karena hal ini sangat bervariasi dari splint sederhana untuk



mengembalikan hiperaktifitas otot, sampai tindakan bedah untuk tipe gangguan struktural tertentu. 4. Pada Oklusi Tipe IV Perawatannya paling kompleks, karena posisi sendi tipe ini tidak stabil. Deformasi progresif yang menyebabkan posis kondyl terus berlanjut menjadikannya mustahil diperoleh hubungan TMJ / Oklusi yang harmonis.



BAB 13 VERTIKAL DIMENSI