Organisasi Pergerakan Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ORGANISASI PERGERAKAN PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 ANGGOTA :  NOVIA FITRIYANI  AFIFA ZAHRA SALSABILA  PUTRI HANDAYANI  ILHAM ARSATIA  ALWAN HIDAYAT



SMA NEGERI 1 UTAN XI MIPA 3 SEJARAH INDONESIA 2020/2021 BAB I



1



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada satu perkembangan yang berbeda apabila kita memahami perkembangan organisai pergerakan antara zaman colonial Belanda dengan era pendudukan Jepang. Pada masa colonial Belanda, umumnya organisasi pergerakan yang muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia, tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memenfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga tampak berhubungan dengan perkembangan pandangan sikap tokoh Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang.Banyak diantara para tokoh Indonesia yang menncoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang untuk melanjutkan perjalanan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang. Untuk itu, melalui makalah ini akan dijelaskan tentang berbagai organisasi pergerakan pada masa pendudukan Jepang. B. Tujuan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah : 1. Menyelesaikan tugas mandiri mata pelajaran sejarah 2. Mengetahui perkembangan organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang C. Manfaat Adapun manfaat dari makalah ini adalah : 1. Menambah ilmu dan pengetahuan tentang organisasi pergerakan masa pendudukan Jepang 2. Meningkatkan nasionalisme dan patriotism 3. Dapat di jadikan referensi di masa yang akan datang



2



BAB II MENGANALISIS ORGANISASI PERGERAKAN MASA PENDUDUKAN JEPANG



1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan a. Gerakan Tiga A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk perkumpulan Gerakan Tiga A pada tanggal 29 Maret 1942. Semboyan Gerakan Tiga A : 1. Nippon Cahaya Asia 2. Nippon Pelindung Asia 3. Nippon Pemimpin Asia Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian propaganda Jepang (sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa Barat yaitu Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh seperti K. Sultan Pamuncak dan Moh. Saleh. Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”.Subseksi Islam dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso. Ternyata, sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat simpati dari rakyat.Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja.Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif.Bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. b. Pusat Tenaga Rakyat Setelah kegagalan Gerakan Tiga A, Jepang berusah mengajak tokoh pergerakan nasional untuk melakukan kerjasama.Jepang kemudian mendirikan organisasi Pemuda Asia Raya dibawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto.Organisasi ini dibubarkan Jepang karena tidak mendapat sambutan rakyat. Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya.Hal ini mungkin terjadi karena sikap Jepang yang berubah.Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hanomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan Lagu Kimigayo.Jepang mulai membiasakan mengganti kata-



3



kata Banzai (selamat datang) dengan Bakero (bodoh).Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara Tua” tidak seperti yang mereka janjikan. Sementara perkembangan perang Asia Timur Raya mulai tidak menggembirakan. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya diri dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, yaitu Sukarno dan Moh. Hatta.Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia-Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang.Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta. Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh nasionalis. Jepang ingin membentuk organisasi massa yang dapat bekerja untuk menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu diberi namaPusat Tenaga Rakyat (Putera) di bentuk tanggal 16 April 1943.Mereka kemudian disebut empat serangkai.Sebagai ketua panitia adalah Sukarno.Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Disamping tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas untuk memperbaiki bidang social ekonomi. Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat (empat serangkai) dan pimpinan daerah.Pimpinan daerah dibagi sesuai tingkat daerah, yakni tingkat syu, ken, dan gun.Putera



juga



mempunyai



beberapa



penasihat



yang



berasal



dari



orang-orang



Jepang.Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama. Putera pada awal berdirinya, cepat mendapat sambutan dari organisasi massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos Telegraf Telepon, dan Radio,serta Pengurus Besar Istri Indonesia dibawah pimpinan Maria Ulfah Santoso.Dari kalangan pemuda mendapat sambutan dari Organisasi Barisan Benteng dan dari pelajar terdapat sambutan dari Organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia juga bergabung ke dalam Putera. Putera pun berkembang dan bertambah kuat.Sekalipun di tingkat daerah tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena, Putera telah dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan kea rah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membantu Jepang, maka pada tahun 1944 Putera dinyatakan bubar oleh Jepang.



4



c. MIAI dan Masyumi Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua partai politik yang pernah berkembang sebelumnya dilarang.Akan tetapi, MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang lahir pada tahun 1937 itu kemudian diizinkan berkembang. Hal itu bertujuan untuk memikat hati orang islam yang merupakan warga mayoritas di Indonesia. MIAI merupakan organisasi yang sangat penting waktu itu. 1. Tujuan yang dikembangkan MIAI, antara lain sebagai berikut : a) Membangun umat Islam yang mampu menciptakan perdamaian dan kesejahteraan rakyat. b) Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya. 2. Program-program MIAI, antara lain : a) Mendirikan Universitas Islam b) Membentuk baitulmal



MIAI berkembang pesat ke berbagai daerah.Dengan adanya baitulmal, MIAI menjadi makin kuat.Sikap politiknya sebagai organisasi perjuangan makin jelas.Tokoh umat Islam di MIAI mulai berani menanyakan nasib Indonesia dibawah pendudukan Jepang.Para pemimpin Islam dengan tegas menolak melakukan seikerei (membungkukan badan seperti orang Islam rukuk, tetapi untuk menghormati kaisar Jepang).Para pemimpin Islam juga menentang larangan penggunaan bahasa Arab karena tidak sesuai dengan harapan Jepang, pada tanggal 24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan.Jepang kemudian mengizinkan berdirinya partai baru, yakni Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).Ketua Masyumi saat itu adalah Hasyim Asyari dan wakilnya adalah Kyai Haji Mas Mansyur dan Wachid Hasyim. Masyumi juga cepat berkembang.Di setiap karesidenan didirikan cabang Masyumi. Masyumi pada zaman pendudukan Jepang belum menjadi partai namun merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diizinkan pada masa itu, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah,Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Setelah menjadi partai, Masyumi mendirikan surat kabar harian Abadi pada tahun 1947. Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi massa Islam yang sangat berperan dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy'arie, terpilih sebagai pimpinan tertinggi Masyumi pada saat itu. Tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam kepengurusan Masyumi dan karenanya keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit dihindari.



5



Nahdlatul Ulama kemudian ke luar dari Masyumi melalui surat keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 April 1952 akibat adanya pergesekan politik di antara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasi para kiai NU pada persoalan agama saja. Hubungan antara Muhammadiyah dengan Masyumi pun mengalami pasang-surut secara politis dan sempat merenggang pada Pemilu 1955. Muhammadiyah pun melepaskan keanggotaan istimewanya pada Masyumi menjelang pembubaran Masyumi pada tahun 1960. Masyumi



pada



akhirnya



dibubarkan



oleh Presiden Soekarno pada



tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). d. Jawa Hokokai Jenderal Kumakichi Harada membentuk organisasi



baru



Hokokaipada 1944.Berbeda organisasi Jawa



yang



tanggal dengan



disebut Jawa 1



Putera,



Hokokai ini



langsung



Januari didalam pimpinan dipegang



oleh Gunseikan (Pimpinan Panglima Perang di Jawa).Ir. Sukarno diangkat sebagai penasihat. Bidang kegiatan Jawa Hokokai adalah guru, kewanitaan dan kesenian. Tugas Jawa Hokokai adalah mengerahkan tenaga rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, serta menanam jarak untuk kepentingan perang. Dari segi kepentingan Jepang, Jawa Hokokai telah menjalankan tugas pengerahan tenaga dan pengumpulan hasil bumi.Kalau dilihat dari segi kepentingan perjuangan bangsa Indonesia peran Jawa Hokokai agak terbatas. Namun, bagaimanapun juga Ir. Sukarno yang duduk sebagai penasihat tetap berupaya membantu perjuangan rakyatnya.Apalagi setelah dibentuk Barisan Pelopor (bagian Jawa Hokokai), para pemimpin kita melalui pidatopidatonya membakar semangat rakyat. 2. Organisasi-organisasi Militer dan Semimiliter a. Pengerahan Tenaga Pemuda Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia.Menurut penilaian Jepang, pemuda yang tinggal di pedesaan, belum terpengaruh oleh budaya barat.Mereka secara fisik kuat, semangat, dan pemberani.Maka perlu dikerahkan untuk membantu posisi Jepang dalam menghadapi perang.Dari pertimbangan itu, maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Dengan “Gerakan 3A” serta semboyan Jepang,



6



Indonesia sama saja, Jepang saudara tua, tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang persamaan dinilai sebagai suatu perubahan keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif. Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi semimiliter, Jepang telah melatih para pemuda agar disiplin, punya semangat juang tinggi (seishin), dan berjiwa ksatria (bushido) yang tinggi. Salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah dengan pendidikan (baik umum maupun khusus). Pendidikan umum seperti sekolah rakyat dan sekolah menengah.Pendidikan khusus adalah latihan-latihan yang diadakan oleh Jepang, antara lain BPAR (Bina Pemuda Asia Raya) untuk menanamkan semangat Jepang dan diadakan di Jakarta.Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsyafan Pemuda, yang anggotanya terdiri atas unsure-unsur kepanduan. BPAR tingkat pusat diresmikan tanggal 11 Juni 1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Program latihan di BPAR diadakan dalam jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Selain BPAR Jepang juga membentuk San A Seinen Kutensho dibawah Gerakan Tiga A, yang diprakarsai H. Shimuzu dan Wakabayashi. Latihannya diadakan satu setengah bulan dan bersifat khusus, yakni ditujukan kepada para pemuda yang sudah pernah aktif dalam organisasi.Latihannya berkaitan dengan kedisiplinan, semangat, memasak, merawat rumah, berkebun, dan diajarkan bahasa Jepang. Meskipun telah dibentukSan A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia” yamg diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah yang cukup baik untuk membina kader yang penuh semangat dan tidak disiplin. b. Organisasi Semimiliter 1) Seinendan Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun.Pada awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa.Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jwpang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi Seinendan.Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang. Pengkordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada pengusaha setempat.Misalnya di daerah tingkat syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga daerah ken, ketuanya kenco sendiri dan seterusnya. Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan bagian putri yang disebut Josyi Seinendan.Sampai pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu



7



mencapai sekitar 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain Sukarni dan Latif Hendraningrat. 2) Keibodan Keibodan (Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik.Apabila dilihat dari usianya, para anggota keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan dan ketertiban.Pembentukan keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa.Untuk itu anggota keibodan juga dilatih kemiliteran.Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh Bagian Kepolisian (Keisatsubu).Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai. Organisasi Seinendan dan keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda.Jumlah anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan mencapai sekitar satu juta amggota. 3) Barisan Pelopor Pada pertengahan tahun diadakan rapat Chuo-Sang-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan ke insyafan dan kesadaran yang mendalam dikalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud kongkret dari kesimpulan rapat tersebut, tanggal 1 November 1944 Jepang membentuk Barisan Pelopor.Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat untuk berkembang sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia.Pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yaitu Ir. Soekarno yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Barisan Pelopor berkembang di perkotaan.Organisasi ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya menggunakan peralatan yang sederhana. Mereka juga dilatih untuk menggerakkan massa, memperkuat pertahanan, dan halhal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Barisan Pelopor dibawah naungan Jawa Hokokai, anggotanya mencapai 60.000 orang.Di dalam Barisan Pelopor ini dibentuk Barisan Pelopor Istimewa yang anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor Istimewa berjumlah 100 orang, diantaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Dengan adanya Barisan Pelopor ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar. 4) Hizbullah Hizbullah adalah organisasi Politik dan Paramiliter dari kelompok Islam Syiah didirikan pada tahun 1982 yang berbasis di Libanon mempunyai pengaruh besar dalam politik Libanon dengan memberikan pelayanan sosial, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, membuka daerah pertanian serta perlayanan lainnya untuk ribuan warga Shia'a Libanon dan dianggap sebagai cermin gerakan perlawanan di bagian besar dunia Arab dan Muslim dunia. Namun, kelompok ini dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Israel, Kanada, dan Australia.



8



Pada tanggal 15 Desember 1944, di Indonesia berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :  melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.  membantu tentara Dai Nippon.  menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.  menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.



2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam Indonesia. 3. Organisasi Militer a. Heiho Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Syarat untuk menjadi heiho, yaitu : 1. Berumur 18-25 tahun 2. Berbadan sehat 3. Berkelakuan baik 4. Berpendidikan minimal SD Kegiatan heiho, yaitu : 1. Membangun kubu-kubu pertahanan 2. Menjaga kamp tahanan 3. Membantu tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh banyak anggota heiho yang ikut perang melawan tentara Serikat di Kalimantan, Irian, dan sampai ke Birma. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari pasukan JEpang.Mereka sudah dibagi bagi menurut kompi dan dimasukkan ke kesatuan Heiho menurut daerahnya. Di Jawa menjadi bagian Tentara ke-16 dan di Sumatra menjadi Tentara ke-25 Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000 berasal dari Jawa.Namun dari sekian banyak anggota Heiho tak seorangpun berpangkat perwira karena pangkat perwira hanya untuk orang Jepang. b. Peta Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu.Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai.Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta)



9



Peta adalah organisasi militer.Karena itu, para anggota Peta juga mendapatkanlatihan kemiliteran.Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut Tokubetsu Han,sebelum ada perintah pembentukan Peta, bagian Tokuhetsu Han sudah melatih para pemuda Indonesia untuk tugas intelijen yang dipimpin oleh Yanagawa.



Pelatihan calon tentara Peta. Latihan



ini



kemudian



berkembang



secara



sistematis



dan



terprogram.Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo (Panti Latihan Pemuda) yang terletak di Tangerang.Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari seluruh Jawa. Pada akhir latihan angkatan ke-2 di Seinen Dojo, keluar perintah dari Panglima tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara “Pembela Tanah Air”(Peta). Gatot Mangkuprojo lalu diminta untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara Pembela Tanah Air. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta, berdasarkan peraturan pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44. Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda.Banyak di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Peta sudah mengenal adanya pangkat yang berbeda-beda dalam organisasi, yaitu: 1. daidanco (komandan batalion) dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin agama, politikus, dan penegak hukum



10



2. cudanco (komandan kompi) dari mereka yang sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru sekolah 3. shodanco (komandan peleton) dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan 4. bundanco (komandan regu) Pemuda yang bernah bersekolah dasar 5. giyuhei (prajurit sukarela) dipilih dari para pemuda yang belum pernah bersekolah tingkat dasar. Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang diberi nama Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyoikutai). Setelah itu mereka ditempatkan di berbagai daidan (batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, hal ini memang berbeda dengan Heiho.Peta dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya, Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di struktur oraganisasi militer Jepang, Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Oleh karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk menjadi anggota Peta.Sampai akhir pendudukan Jepang, anggota Peta ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatra. Di Sumatra namanya lebih terkenal dengan Giyugun (prajurit-prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan di bidang ketentaraan di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman. Dengan terbentuknya PETA membuat para anggotanya kecewa karena Jepang yang selalu berjanji untuk membuat masa depan yang lebih cerah, tinggi namun hanya membuat rakyat Indonesia hanya menderita. Dengan kondisi ini kemudian terjadi pemberontakan pada 14 februari 1945 dengan di pimpin oleh Supriyadi.Namun pada tanggal 18 agustus 1945, tentara Daidan Jepang untuk menyerah dengan memberikan senjata, dan esoknya Jepang meninggalkan Indonesia.



11



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang berdiri karena prakarsa Jepang 2. Ada organisasi yang kooperatif, tetapi ada juga yang melakukan gerakan bawah tanah 3. Organisasi yang bersifat social kemasyarakatan misalnya Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai 4. Organisasi yang bersifat militer dan semimiliter misalnya Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, Heiho, dan Peta



12