Osteosarcoma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK KEPERAWATAN ANAK II “OSTEOSARCOMA”



Disusun Oleh : Kelompok 6 Aurely Radisti Lestari Sagita Putri Hanifa Mellany Almelia Nurelisa putri



201211766 201211668 201211664 201211671 191211545



Dosen Pengampu: Ns. Velga Yazia, M.Kep.



STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG PRODI S1 KEPERAWATAN 2022



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “Osteosarcoma pada anak” sesuai dengan waktu yang sudah disediakan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.



Padang, 26 September 2022



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................................ii BAB I............................................................................................................................1 PENDAHULUAN........................................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................2 C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3 BAB II..........................................................................................................................4 TINJAUAN TEORI......................................................................................................4 A. Pengertian..........................................................................................................4 B. Etiologi..............................................................................................................4 C. Klasifikasi..........................................................................................................5 D. Manifestasi Klinis..............................................................................................6 E. Patofisiologi.......................................................................................................8 F.



Pathway............................................................................................................10



G. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................11 H. Penatalaksanaan ..............................................................................................11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................13 A. Pengkajian........................................................................................................13 B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................15 C. Intervensi Keperawatan...................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO, osteosarkoma adalah tumor tulang primer paling umum dengan estimasi insiden 4 - 5/1.000.000 per tahun didapatkan insiden 0,23/100.000 per tahun dalam kelompok usia 15-19 tahun. Angka 2-year survival rate di Taiwan didapatkan sebesar 46,9%, dengan 5-year survival rate sebesar 37,5%. Di Indonesia, berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2013 didapatkan prevalensi penyakit kanker sebesar 1,4 per mil (‰). Odds ratio tumor tulang adalah 4.6% sedangkan insiden tumor tulang ganas di Indonesia didapatkan sebesar 1,6% dari seluruh jenis tumor ganas pada manusia, dengan kecenderungan meningkatnya insiden tumor tulang setiap tahunnya. Insiden tumor tulang di RS Ciptomangunkusumo sebesar 1,2%, dengan insiden tumor tulang ganas sebesar 1,3%. Berdasarkan data sistem informasi rumah sakit tahun 2005, osteosarkoma termasuk dalam lima besar kasus kanker pada usia 1-17 tahun. Pada evaluasi profil tumor tulang pada anak di RS Ciptomangunkusumo tahun 1995-2004, didapatkan 73,7% kasus merupakan kasus osteosarkoma. Pada tahun 1991-1995, di RSUD Dr. Soetomo didapatkan tumor ganas tulang sebanyak 373 kasus, dengan tumor ganas tulang primer sebanyak 183 kasus. Perbandingan pria: wanita 1.4:1 dan jumlah kasus primer 44 kasus per tahun, terutama osteosarkoma sebesar 62,4% kasus. Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang yang didiagnosa berdasarkan pemeriksaan histologi terhadap produksi osteoid berhubungan dengan malignant mesenchymal cells. Osetosarkoma umumnya adalah tumor yang agresif dan cenderung bermetastasis secara dini. Amputasi telah menjadi pilihan yang standar untuk tata laksana kebanyakan kasus sarkoma tulang, tetapi pada era tahun 1980-an, perkembangan operasi penyelamatan tungkai untuk tumor tulang maligna mulai tampak. Sekarang ini, limb salvage surgery dikategorikan aman dan dilakukan secara rutin pada sekitar 90% pasien dengan osteosarcoma pada ektremitas. Kemajuan dalam teknik operasi ini juga diikuti oleh efektivitas kemoterapi adjuvan yang secara dramatis meningkatkan overal survival. Pada era tahun 1970-an angka ketahanan hidup 4



5



2



berkisar antara 15%-20% dengan operasi sendiri. Angka ini meningkat menjadi 55%-80% dengan pemberian kemoterapi adjuvan pada tahun 1980-an. Regimen kemoterapi multipel saat ini dipertimbangkan sebagai terapi yang esensial. Regimen kemoterapi pre-operatif (yang disebut juga sebagai kemoterapi neoadjuvan atau induksi) dan regimen kemoterapi post-operatif sedang dievaluasi untuk menentukan efeknya pada tumor dan dampaknya terhadap pemilihan prosedur operasi dan overall survival. Eilber et al pada tahun 1981 melakukan penelitian acak prospektif untuk menentukan peranan kemoterapi pada tata laksana multi disiplin pada pasien dengan osteosarcoma. Lima puluh sembilan pasien dengan osteosarcoma intrameduler klasik non-metastasis diacak. Tiga puluh dua orang menerima kemoterapi adjuvan dengan regimen methotrexate dosis tinggi, adriamycin dan bleomycin / cyclophosphamide / actinomycin-D (BCD). Dua puluh tujuh pasien lainnya tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan. Pada follow-up selama 2 tahun, terdapat peningkatan signifikan secara statistik pada disease-free dan overal survival pada pasien yang menerima kemoterapi adjuvan. Sementara itu, disease-free dan overall survival pada kelompok kontrol tanpa kemoterapi adjuvan pada penelitian ini sama nilainya dengan yang dijumpai pada pasien yang tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan pada tahun 1970-an. Karena itu, dengan melakukan prosedur staging yang identik, manajemen bedah yang sama dan evaluasi patologis yang standar, kemoterapi adjuvan post-operatif jelas sekali meningkatkan angka bebas penyakit dan overall survival pada pasien osteosarcoma. Semenjak itu, peranan kemoterapi kombinasi adjuvan post-operatif menjadi diakui dan hal ini menyebabkan indoktrinasi kemoterapi adjuvan pada protokol terapi osteosarcoma yang terlokalisir pada ekstremitas di hampir semua institusi. B. Rumusan Masalah 1.



Apa pengertian dari Osteo sarcoma?



2.



Apa Etiologi Osteo sarcoma?



3.



Apa klasifikasi Osteo sarcoma?



4.



Apa saja manifestasi klinis Osteo sarcoma?



5.



Bagaimana patofisiologi Osteo sarcoma?



3



6.



Pathway Osteo sarcoma?



7.



Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?



8.



Penatalaksanaan Osteo sarcoma?



9.



Komplikasi Osteo sarcoma ?



10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?



C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan dari Osteo sarcoma meliputi : 1. Pengertian dari Osteo sarcoma? 2. Etiologi Osteo sarcoma? 3. Klasifikasi Osteo sarcoma? 4. Manifestasi klinis Osteo sarcoma? 5. Patofisiologi Osteo sarcoma? 6. Pathway Osteo sarcoma? 7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma? 8. Penantalaksanaan Osteo sarcoma? 9. Komplikasi Osteo sarcoma ? 10.Asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi



Gambar 2.1 Distribusi osteosarkoma. Sumber: Rosenberg AF, 2010



Menurut Suradi, (2010) Osteo sarcoma atau dengan nama lain Osteogenic Sarcoma merupakan tumor primer tulang yang sifatnya paling ganas pada anak dimana sel-sel tumornya adalah osteoblas atau menghasilkan sel osteoblas. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis(Bielack, 2009).



B. Etiologi Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan. Namun, beberapa hal berikut menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma :



4



5



1. Kecepatan Pertumbuhan Tulang Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi seseorang terkena osteosarkoma, berdasarkan insidens yang terjadi pada masa remaja dan lokasi tipikal pada daerah metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulag panjang. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteosarkoma adalah pengaruh radiasi. 3. Ekstrinsik karsinogenik Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contohadalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma 4. Predisposisi Genetik  Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma. Pasien denganretinoblastoma (Rb) herediter memiliki resiko ratusan kali lipat terhadapterjadinya osteosarkoma, hal ini berhuubungan dengan mutasi gen Rb. Mutasi Osteosarkoma pada lutut kiri pada gen Rb tidak biasa ditemukan pada osteosarkoma sporadik. Mutasi pada genp53 sering nampak. Namun gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengankromosom 13 (13q14). Gen Rb diakui sebagai prototype tumor suppressor gene dan menyangkut jumlah patogenesis neoplasma pada manusia. Tumor suppressor gene berfungsi mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi hilangnya fungsi atauinaktivasi dari tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya pertumbuhantumor. 5. Displasia Tulang Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis, daneksotose multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan faktor resiko. Sindrom Li-Fraumeni (mutasi germline p53) dan sindrom RothmundThomson (berkumpulnya autosomal yang terpendam pada defek tulang kongenital, displasiapada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan katarak) juga menjelaskankemungkinan berkembangnya osteosarkoma.



6



6



C. Klasifikasi Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarcoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Local osteosarcoma Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan dimana kanker berasal. 2. Metastatic osteosarcoma Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru mungkin juga menyebar ke tulang lainnya. 3. Berulang Berulang berarti kanker telah terjadi berulang kali setalah dirawat. Ketika osteosarcoma ditemukan biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai dan akan kambuh lagi tetaapi langka. Osteosarcoma menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Osteocondroma Osteocondroma merupakan tumor tulang jinak dan merupakan tumor yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang di usia 10 – 20 tahun 2. Kondroma Jinak Biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, di bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. 3. Kondroblastoma Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10 – 20 tahun. 4. Fibroma Kondromaksoid Merupakan tumor yang sangat jarang yang terjadi pada usia ≤ tahun. Tumor ini akan memberikan gambaran khas pada foto rontgen. 5. Osteoid Osteoma Merupakan tumor yang sangat kecil biasanya tumbuh pada lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya menimbulkan nyeri terutama pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Otot disekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan membaik setelah tumor diangkat.



keadaan akan



7



6. Tumor sel raksasa Biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya dan disertai nyeri D. Manifestasi Klinis Menurut Loho, (2014) Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti nyeri dengan atau tanpa teraba massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan sebagai peradangan. Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya pada tulang panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus dimana growth plate paling proliferatif. Pada tulang panjang sering pada bagian metafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis. 1. Pergerakan terganggu 2. Teraba massa nyeri, keras, 3. Fungsi normal menurun 4. Edema 5. Panas setempat 6. Teleangiektasi 7. kulit diatas tumor hiperemi, hangat, 8. Pelebaran vena. E. Patofisiologi Menurut Putri, (2010) Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih sering padatulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal growth plate. Bagian yangpaling sering adalah femur (42% dengan kejadian 75% tumor pada distal femur), tibia (19% dengan kejadian 80% pada proksimal tibia), dan humerus (10% dengan kejadian 90% tumor pada proksimal humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorak dan rahang (8%) serta pelvis (8%). Osteogonik sarkoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan tulangatau osteoid serta gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan menghasilkan tulang rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Dan juga mungkin ada daerah jaringan tumor dengan sel-sel spindle yang ganas dengan pembentukanosteoid.



Pembentukan



jaringan



tulang



harus



dibedakan



dari



8



pembentukan reaksi tulang.Pemeriksaan histokimia dapat menunjukkan adanya aktivitas alkali fosfatase. Pada telingeaktasis osteosarkoma pada lesinya didapatkan kantong darah yang dikelilingi oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen seluluernya sangat ganas.



9



F. Pathway Virus Onkogenik



Trauma Terpapar sinar radioaktif, dan bahan karsiogenik



Herediter



Kerusakan Gen



Poliferasi sel tulang secara abnormal Amputasi Cacat permanen



Tindakan Medis Neoplasma Operasi



OSTEOSAR COMA



GANGGUAN Terputusnya Kontiunitas jaringan CITRA TUBUH Jaringan-jaringan sekitar diinvasi oleh tumor



GANGGUAN INTEGRITAS KULIT



Peningkatan penekanan pada jaringan sekitar



Kerusakan struktur tulang



Tulang rapuh



Resiko fraktur GANGGUAN MOBILITAS FISIK



Suplai O2 ke jaringan menurun Pembuluh darah tertekan dan mudah rupture/pecah Menekan saraf-saraf sekitar



PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF



RISIKO PERDARAHAN



Presepsi nyeri NYERI AKUT



10



G. Pemeriksaan Penunjang Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Osteo Sarcoma adalah : 1. Radiografi konvensional Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma. a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi tiga Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi matriks (osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid). b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang disertai gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan massa jaringan lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal, dan penebalan korteks. c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi, reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi intramedular. d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan pola pertumbuhan agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks osteoid minimal. e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi korteks, massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks osteoid. f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil, disrupsi korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal. Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai pengurangan ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral bony shell. Foto x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya metastasis paru dengan ukuran yang cukup besar. 2. Computed Tomography (CT) Scan Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan



11



biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi ekstensi lokal tumor dan membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai. MRI dapat menilai perluasan massa ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip lesion), perluasan massa ke jaringan lunak sekitarnya dan intraartikular, serta keterlibatan struktur neurovaskular.



Pemberian



kontras



gadolinium



dapat



memperlihatkan



vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area kistik atau nekrotik. Pasca kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi massa dan penambahan komponen nekrotik 2 intramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk menilai respon pasca kemoterapi. 4. Kedokteran Nuklir Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik 5. Biopsi Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus (fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%. Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons kemoterapi neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe. Penilaian dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya area nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel : a. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%) b. Grade 2 : nekrosis>50 -