PAI Keutamaan Orang Yang Berilmu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keutamaan Orang Yang Berilmu Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibekali dengan seperangkat potensi. Dan potensi yang paling utama adalah akal, dengan akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bagi orang-orang yang berakal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab (Qs. Ali Imron : 190) (Wahyuddin, dkk, 2009). Beberapa keutamaan orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu, diantaranya yaitu : 1. Ilmu merupakan warisan para nabi. Nabi yang diutus oleh Allah swt tidaklah mewariskan dan meninggalkan harta untuk dijadikan sebagai manusia bekal bagi kehidupannya, melainkan mewariskan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kegelapan, menerangi akan tujuan hidup ini yaitu untuk bisa mengenal Allah swt serta menjalankan ibadah kepadanya dan menjauhi larangannya. “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Rasulullah pernah bersabda “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. AtTirmidzi). Dan dalam hadits-hadits beliau yang lain, beliau tidak pernah meminta kepada Allah untuk ditambahkan kepadanya keculai ilmu. Seandainya ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu, pastilah eliau akan mengajarkan umatnya untuk meminta hal tersebut. 2. Orang yang berilmu dapat mengantarkannya kepada jalan syahid diatas kebenaran, Adapun dalilnya yaitu firman Allah swt : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Ali Imron : 18 ) Dari ayat diatas dapat kita ambil intisarinya yaitu orang yang berilmu dan para malaikat merupakan orang yang bersaksi bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam yaitu tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. 3. Orang yang berilmu merupakan orang yang terus menerus mengerjakan perintah Allah swt dan menjauhi larangannya sampai hari kiamat. Dalil yang menguatkan pendapat diatas yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muawiyah ra berkata : Aku telah mendengar Rosulullah saw berkata : barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah swt maka Allah swt akan memahamkannya



didalam urusan agama ( HR Bukhori ). Imam Ahmad bin Hambal ra berkata : apabila mereka itu bukan ahli hadist, maka saya tidak tau lagi siapakah mereka. 4. Disamping itu ilmu merupakan jalan untuk menuju surga, Sebagaimana dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra berkata : bahwa Rasulullah saw bersabda : barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt akan memudahkannya jalan untuk menuju surga. ( HR Muslim ) 5. Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu baik itu didunia dan diakhirat. Dalam surah Al-Mujadalah: 11, Allah SWT berfirman “… Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….” Derajat yang diberikan Allah bisa berupa kemuliaan status social, kedudukan, jabatan, harta, dan kelapangan hidup. Beberapa keutamaan orang-orang yang berilmu lainnya yang ada dalam ayat-ayat maupun hadist di antaranya adalah: 



Dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr:20, Allah membandingkan antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang yang berilmu dengan derajat orang yang tidak berilmu adalah sama dengan beda derajat ahli surga dengan ahli







neraka. Dalam surah Al-Mulk: 2, Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya….” Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni sesuai dengan







tuntutan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin seseorang bisa meraih hal ini tanpa ilmu? Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada shalatnya orang yang tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan







terhadap bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya. Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada shalat nafil (shalat



 



tahajjud).” Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.” Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan.”



Empat Akhlak Yang Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan merupakan perantisatu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian. Bahkan tidak sedikitorang yang kebablasan, sehingga menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama danakhlak mesti terus mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar



bin Khaththab: ³Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya terletak



padaagamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.´Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama.Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu (Dinihari, 2013) : 



Pertama, tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: ³Sesungguhnya ujub itu akanmemakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.´ Seorang ulama juga berujar: ³Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akanmerendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu’ (rendah hati) dengan







ilmunya, Allah akanmengangkatnya. Kedua, mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: ³Orangorangtidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmumengambil manfaat dari ilmunya.´ Seorang ulama juga berucap: ³Buah dari







ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala. Ketiga, tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepadayang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaranhikmah menyebutkan: Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia







seolah-olah bodohtentangnya. Keempat, bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberinasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahankemudahan kepadamuridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).



Penyikapan Terhadap Perkembangan IPTEKS Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan normanorma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mahdi Ghulsyani (1995), dalam



menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok: 



Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang



 



sesuai. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah



“islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya. Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila: a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya. b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik). c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama. d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas. Kontribusi IPTEK dan Seni Terhadap Dakwah Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang di hasilkan oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru gaya hidup peradaban orang barat dengan dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang diakibatkannya, bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam bidang seni



juga. Dalam



kontribusi iptek dan seni dalam dakwah islam banyak memberikan perkembangan di dalam dakwahnya, misalnya pada jaman dahulu ketika para ulama di pulau jawa menyebarkan ajaran agama Islam mereka menyebarkan dakwahnya melalui kesenian wayang yang isinya tentang ajaran-ajaran agama Islam. Maka dengan adanya kesenian wayang ini digunakan



sebagai media dakwah Islam dan daya tarik masyarakat untuk menyaksikan kesenian wayang tersebut. Pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, di buktikan dengan adanya penemuan-penemuan baru yang fungsinya untuk memudahkan segala aktifias manusia, begitu juga kemudahan dalam derdakwah bagi para ulama (Rosaliana, 2014). Ada banyak hal yang sudah dihasilkan oleh teknologi untuk dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, Al Quran digital, akses hadist shahih yang bisa dilakukan dimana saja, silahturahmi yang tidak pernah putus karena sudah ada HP, jejaring sosial dan sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan game untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri (Rosaliana, 2014). Contok-contoh kontribusi iptek dan seni bagi dakwah Islam      



Arsitektur masjid yang indah membuat para jamaah senang dan nyaman beribadah. Wayang sebagai media dakwah bagi Wali Songo. Perkembangan busana muslim seperti jilbab. Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah. Penggunaan internet, blog, dan situs Islami seperti suara Islam, Muslim,dll. Al Quran dan Hadist dalam bentuk digital semuga mempermudah pencarian ayat,







terjemaah, tafsiran Al Quran. Penggunaan LCD sebagai media dakwah sehingga lebih jelas dipahami.



Daftar Pustaka Dinihari, Novia. 2013. Makalah Agama (Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu). http://noviadinihari.blogspot.com/2013/09/makalah-agamakeutamaan-orangberiman.html Diakses pada 14 Maret 2015 pukul 19:52 wib. Mahdi Ghulsyani. 1995. Falsafat-Sains menurut Al-Quran. Bandung:Mizan. Rosaliana,



Rima.



2014.



Makalah



Iptek



dan



Seni



dalam



http://www.academia.edu/7312056/Makalah_iptek_dan_seni_dalam_islam



Islam. Diakses



pada 14 Maret 2014 pukul 20:28 wib. Wahyuddin, Achmad, M. Ilyas, M, Saifulloh, dan Z. Muhibbin. 2009. Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Grasindo.