Paliatif Kel 3 Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL PPOK



Nama Kelompok 3 : 1. Afifatussholikhah



0118004



2. Agustin Mega Astutik



0118005



3. Alifvia Nur Afisha



0118006



4. Ela Farera



0118013



5. Moh. Andi Darmawan



0118025



6. Moh. Holillurohman



0118026



7. Serly Prasetya Oktaviani



0118037



8. Nurul Hidayatul Ningsih



0117023



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH INGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO 2019



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT  karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, kami selaku penulis makalah yang berjudul  “Asuhan keperawatan pada pasien terminal ppok lanjut” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah keperawatan Paliatif Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.



Wassalamu’alaikum. Wr. Wb



Mojokerto, 9 September 2020



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Beberapa penyakit yang lazim terjadi adalah emfisema, bronkitis kronis, asma. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap didalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru-paru untuk mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh lainnya. Secara global, angka kejadian PPOK akan terus meningkat setiap tahunnya dikarenakan tingginya peningkatan faktor risiko PPOK, diantaranya disebabkan meningkatnya jumlah perokok, perkembangan daerah industridan polusi udara baik dari pabrik maupun kendaraan bermotor,terutama di kota-kota besar dan lokasi industri serta pertambangan.Selain itu, peningkatan usia harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah penduduk usia tua yang ikut berperan terhadap peningkatan insiden PPOK. Kejadian PPOKsendiri lebih sering terjadi pada penduduk usia menengah hingga lanjut, lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan, serta kondisi sosial ekonomi yang rendah dan pemukiman yang padat



1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Jelaskan konsep medis pada pasien PPOK lanjut ! 2. Jelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien PPOK lanjut ! 1.3 TUJUAN MASALAH 1. Untuk mengetahui konsep medis pada pasien PPOK lanjut. 2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien PPOK lanjut.



BAB II ISI 2.1 PENGERTIAN  Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.  Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit pernafasan umum yang mendunia dan dapat dicegah serta diobati dengan karakteristik berupa adanya hambatan aliran udara dan gejala pernafasan yang persisten berhubungan dengan ketidaknormalan aliran udara dan/atau alveolar yang disebabkan oleh paparan gas atau partikel berbahaya (Gold, 2017, Kakarla et.al., 2016, Soeroto dan Suryadinata, 2014).  Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah : bronchitis, emfisema paru, asma terutama yang menahun, bronkiektasis. Arita Murwani (2011)  Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible Pada klien PPOK paru-paru klien tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya sumbatan dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru. (Lyndon Saputra, 2010). 2.2 KLASIFIKASI Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu: 1.



Bronkitis kronis Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis. Radang ini



dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut. 2.



Emfisema Paru Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation. Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.



3.



Asma bronkial Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan, dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan di pagi hari.



2.3 ETIOLOGI Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:



a. Kebiasaan merokok Dari berbagai partikel gasyang noxiusatau berbahaya, asap rokok merupakan salah satu penyebab utama,kebiasaan merokok merupakan faktor resiko utama dalam terjadinya PPOK. Asap rokok yang dihirup serta merokok saat kehamilan juga berpengaruh pada kejadian PPOK karena mempengaruhi tumbuh kembang paru janin dalam uterus. Sejak lama telah disimpulkan bahwa asap rokok merupakan faktor risiko utama dari bronkitis kronis dan emfisema. b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA. c. Polusi udara Meningkatnya gejala respirasi pada orang-orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan. Pada wanita bukan perokok di banyak negara berkembang, adanya polusi udara di dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang potensial d. Paparan Pekerjaan Meningkatnya



gejala-gejala



respirasi



dan



obstruksi



aliran



udara



dapat



diakibatkanolehpaparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan emas, dan debu kapas tekstil telah diketahuisebagai faktor risiko obstruksi aliran udara kronis 2.4 PATOFISIOLOGI



Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan



ventilasi



terdiri



dari



gangguan



restriksi



yaitu



gangguan



pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001). Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic



Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).



2.5 PATHWAY Merokok dan polusi udara



Genetik Bronkitis kronis dan emfisema Alpa-1-antitrypsin



Inflamasi pada aliran udara PPOK Peningkatan produksi sputum



Penumpukan sputum pada saluran pernapasan



Bersihan Jalan Nafas



Perubahan anatomis parenkim dan pembuluh darah paru Alveoli dan bronkioles membesar



Hiperatrofi kelenjar mukosa Saluran udara menyempit secara periodik



Gangguan Pertukaran Gas



Ekspansi paru menurun



Suplai oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh Hipoksia



Frekuensi pernafasan meningkat sebagai kompensasi tubuh terhadap oksigen



Sesak Gangguan Ventilasi Spontan



Napas meningkat dan penggunakan otot bantu napas Gangguan Penyapihan Ventilator



2.6 MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup: a.Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru b.



Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus



c.Dispenea pada aktivitas fisik ringan d.



Infeksi saluran nafas yang sering terjadi



e.Hipoksemia intermiten atau kontinu f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata g.



Deformitas toraks



h.



Produksi sputum bertambah



2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Tes darah, untuk memastikan terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat) dan



eosinophil (asma). apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK. Tes darah juga digunakan untuk memeriksa antitripsin alfa-1. 2. Analisis gas darah arteri, untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida dalam darah. 3. Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi ganguan pada paru-paru.



4. CT scan, untuk melihat gambaran paru-paru secara lebih detail.



5.



Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, untuk memeriksa kondisi jantung. membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan merencanakan/ evaluasi program.



6. Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolabs bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ), pembesaran kelenjar mucus( brokitis). 7. Chest X- Ray :dapat menunjukkan hyperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vascular / bullae ( emfisema ), peningkatan suara bronkovaskular ( bronchitis ), normal ditemukan saat periode remisi ( asma ) 8. Pengambilan sampel dahak, untuk mengetahui kemungkinan adanya bakteri atau jamur. dan mengidentifikasi pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit keganasan/ elergi



2.8 TATA LAKSANA Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik. 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal . Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses



penyakit,



dan



mengobati



obstruksi



saluran



napas



agar



tidak



terjadi



hipoksia.pendekatan terapi mencakup : 1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas. 2. Mencegah dan mengobati infeksi. 3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru. 4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. 5. Dukungan psikologis 6. Edukasi dan rehabilitasi klien.



7. Tindakan rehabilitasi yang meliputi: o Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus. o Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. o Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani. o Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula 8.Jenis obat yang diberikan: 1. Bronkodilators. 2. Terapi aerosol. 3. Terapi infeksi. 4. Kortikostiroid. 5. Oksigenasi.



2.9 KOMPLIKASI 1. Hipoxemia Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen